Anda di halaman 1dari 202

ANALISIS PEMBERIAN ROM PASIF PADA PASIEN DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK TERHADAP PENINGKATAN


KEKUATAN OTOT DI RUANG USMAN BIN AFFAN RUMAH SAKIT AL IHSAN
BANDUNG : PENDEKATAN EVIDENCE BASED NURSING
Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Belajar Lapangan

Mata kuliah Keperawatan Dasar Profesional Islami

Dosen Pembimbing :

Riandi Alfin S. Kep,. Ners,. M. Kep

Disusun oleh:

Niar Catri Palupi

402023084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS’ AISYIYAH BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala karena atas
rahmat dan ridho-Nya, serta shalawat dan salam semoga terlimpah curah kepada Nabi besar
kita Nabi Muhammad Shallalahu ‘alahi wassalam. Tak lupa kepada kedua orang tua dan
kepada orang orang yang dimuliakan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang selalu
mendoakan serta mendukung dengan penuh semangat kepada kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Laporan Pendahuluan ini.
Dalam menyusun laporan ini banyak tahap demi tahap yang harus dilalui oleh penulis
mulai dari awal sampai akhir yang salah satu dari tahapan tersebut adalah persiapan dalam
melakukan penulisan dimana penulis di tuntut lebih terampil dan menguasai materi yang akan
dilaksanakan sehigga dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin tanpa ada keraguan
walaupun terdapat sedikit hambatan pada saat melaksanakan penulisan tersebut.
Manfaat yang akan diambil yaitu dengan adanya laporan ini yang mana bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Universitas
‘Aisyiyah Bandung menjadikan penulis lebih memahami materi tentang Anemia.

Bandung, November 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem saraf merupakan suatu kombinasi- kombinasi sinyal listrik
dan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron) mampu
berkomunikasi antara satu sama lain. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel
saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron dikhususkan untuk
menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan
atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama
berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Secara umum, sistem saraf
memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang tindih, yaitu input sensoris,
integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran atau konduksi
sinyal dari reseptor sensoris. Integrasi adalah proses penerjemahan
informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan,
kemudian dihubungkan dengan respon yang sesuai. Output motorik adalah
penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu Sistem Saraf Pusat ke sel-
sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon
tubuh terhadap stimulus tersebut (Meutia et al., 2021).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem sadar (somatik) dan sistem
saraf tidak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol
aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom
mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut
jantung, gerak saluran pencernaan, dan seres keringat. Sistem saraf sadar
(somatik) disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf -saraf yang
keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang. Sistem saraf tak sadar (sistem saraf
otonom) terdiri dari neuron sensori dan neuron motor yang terdapat di
antara sistem saraf pusat (khususnya hipotalamus) dan berbagai organ
dalam jantung, jeroan, dan banyak kelenjar, baik eksokrin maupun
endokrin (Meutia et al., 2021).
Sistem saraf dalam penjelsaan di atas merupakan sistem kelistrikan
yang saling nyambung menyambung dalam kinerja suatu organ tubuh
untuk menghantarkan suatu respon atau aktivitas tubuh untuk bekerja
dengan baik. Jika dalam sistem saraf yang rusak atau terhambatnnya suatu
saluran maka akan mempengaruhi semua kinerja saraf dalam
menghantarkan sinnyal tubuh dan dapat berpengaruh dalam semua organ
yang di berikan sinyal oleh saraf saraf tersebut. Stroke merupakan
penyakit sistem saraf mendadak akibat sirkulasi darah otak yang
bermasalah. Permasalahan ini meliputi penyumbatan serta pecahnya
pembuluh darah di otak. Oksigenasi otak serta nutrisi terganggu, yang
mengakibatkan kematian sel syaraf. Kondisi ini memicu gejala stroke
(Kune & Pakaya, 2023).
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang berkembang pesat
dengan gejala klinis yang terjadi lebih dari 24 jam dan dapat berakibat
fatal. Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. Stroke menjadi
penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia. Secara teoritis,
stroke merupakan penyakit multikausal dimana ada banyak faktor yang
bisa menyebabkan kejadian stroke. Diantaranya dari faktor yang tidak
dapat dimodifikasi yakni usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor kondisi
kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Faktor
perilaku seperti kebiasaan aktivitas fisik, pola makan, dan merokok. Selain
itu, faktor sosial ekonomi seperti wilayah tempat tinggal, tingkat
pendidikan, dan tingkat pendapatan juga diduga berperan dalam kejadian
stroke (Azzahra & Ronoatmodjo, 2023).
Menurut World Stroke Organization (WSO) tahun 2019 prevalensi
kasus stroke didunia 80,34 juta orang mengalami stroke dan sekitar 13,7
juta stroke baru terjadi setiap tahunnya. WSO mengatakan setiap tahun ada
5,5 juta orang meninggal karena mengalami stroke (World Stroke
Organization, 2019) dalam (Hunaifi et al., 2021). Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Kemenkes RI., 2021) menunjukkan secara nasional angka kejadian
stroke di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1.992.014 orang. Angka ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2015 -
2018 yang hanya sebesar 8,3%. Penyakit stroke telah menjadi masalah
kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan
merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia. Stroke menduduki
urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung
koroner dan kanker di negara berkembang. Negara yang berkembang juga
menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia.
Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara yang sedang berkembang.
Terdapat sekitar 13 juta korban baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta
diantaranya meninggal dalam 12 bulan (Rahayu, 2015). Penyakit stroke ini
memberikan dampak yang serius karena bisa terjadinya kematian. Namun
jika penderita stroke tidak meninggal, akibat yang umumnya dirasakan
adalah kelemahan pada anggota gerak (Hemiparesis). Hemiparesis pada
pasien stroke ini biasanya diakibatkan oleh stroke arteri serebral anterior
atau arteri serebri media (MCA) sehingga menyebabkan infark dari
korteks bagian depan pada saraf motorik.
apa yg membuat strok menjadi berbahaya
Provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi stroke sebesar 11,4%,
atau diperkirakan sebanyak 131.846 orang. Jumlah penderita stroke
terbanyak pada tahun 2018 adalah pasien berusia 75 tahun keatas sebanyak
50,2% dan terendah pada rentang umur 15-24 tahun yaitu setara dengan
0,6%. Berdasarkan angka kejadian pasien laki-laki lebih banyak
dibandingkan pasien perempuan yaitu sebesar 11% dan 10,9% menurut
Kemenkes 2018 dalam (Dinkes Provinsi Jabar, 2021). Prevalensi kasus
stroke yang terdapat di daerah kota bandung menurut data dari (Dinas
Kesehatan Kota Bandung, 2020) kasus stroke sebanyak 84 orang atau
9,3%, dan data yang mengalami gejala stroke sebanyak 14 orang atau
1,5%, data yang didapat terserang stroke tersering usia 50-59 tahun untuk
laki-laki sedangkan pada perempuan di usia 60-69 tahun, kemudian
menurun di usia lebih dari 70 tahun. Stroke ditemukan lebih banyak pada
penderita laki-laki dibanding perempuan. (Pria:wanita ± 1,3:1), Gejala
awal yang paling sering pada penderita stroke adalah penurunan kesadaran
secara tiba-tiba dan untuk faktor risiko yang terbanyak adalah hipertensi.
Dampak stroke pada aspek fisik adalah adanya kelemahan atau
kekakuan dan kelumpuhan pada kaki dan tangan. Setelah serangan stroke,
tonus otot akan menurun dan bahkan bisa menghilang. Tanpa pengobatan
orang akan cenderung menggunakan bagian tubuh yang tidak lumpuh
untuk melakukan gerakan sehingga bagian tubuh yang lemah akan
menimbulkan kecacatan permanen hal ini tentu saja akan menimbulkan
gangguan pada aktivitas sehari – hari seperti gangguan dalam berbicara,
perawatan diri, gangguan mobilisasi dan perubahan kesadaran. (Nuraliyah
& Burmanajaya, 2019).
Stroke merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam
yang paling umum dari kecacatan. Sekitar 15 juta orang menderita stroke
yang pertama kali setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini atau sekitar
6,6 juta mengakibatkan kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki-
laki). Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak baik
vokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung capat, berlangsung
lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain
selain gangguan vaskular dengan gejala klinis yang kompleks. Masalah
yang sering muncul pada pasien stroke adalah gangguan gerak, pasien
mengalami gangguan atau kesulitan saat berjalan karena mengalami
gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh atau bisa dikatakan
dengan imobilisasi (Agusrianto & Rantesigi, 2020).
intervensi secara umum pada pasien stroke ??
Imobilisasi merupakan suatu gangguan gerak dimana pasien
mengalami ketidak mampuan berpindah posisi selama tiga hari atau lebih,
dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologik. Seseorang yang mengalami gangguan gerak atau gangguan
pada kekuatan ototnya akan berdampak pada aktivitas sehari-harinya. Efek
dari imobilisai dapat menyebabkan terjadinya penurunan fleksibilitas
sendi. Salah satu bentuk latihan rehabilitasi yang dinilai cukup efektif
untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke adalah latihan
range of motion (ROM). Secara konsep, latihan ROM dapat mencegah
terjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi (Agusrianto &
Rantesigi, 2020).
Gejala stroke ini timbul berbeda dan bervariasi pada setiap
individu, hal ini bergantung pada area otak yang mengalami gangguan.
Beberapa tanda dan gejala awal yang ditemukan seperti vertigo, sakit
kepala, bicara pelo, sulit berbicara, gangguan menelan, gangguan pada
penglihatan. Sedangkan gejala khas pada pasien stroke yang terlihat yaitu
hilangnya rasa pada separuh badan, buta separuh lapang pandang, dan
lain-lain. Penanganan yang lambat kepada pasien stroke dapat
mengakibatkan pasien datang dalam keadaan buruk atau terlambat.
Kelemahan anggota gerak pada pasien stroke dapat mempengaruhi
kekuatan otot, melemahnya otot disebabkan oleh kurangnya suplai darah
ke otak. Kelainan pada sistem neurologis dapat bertambah jika ada
pembengkakan di area otak (Edema serebri) sehingga tekanan di dalam
rongga otak meningkat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut
pada jaringan otak. Maka perlu dilakukan latihan otot dengan cara
memberika terapi ROM (Range of Motion) sebagai upaya dalam
meningkatkan rentang gerak serta mobilitas pada pasien stroke menurut
penelitiannya (Nurartianti & Wahyuni, 2020).
Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk
latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini
adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat
dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan dalam
upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska
perawatan di rumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat
ketergantungan pasien pada keluarga (Rahayu, 2015).
Latihan ROM dapat menimbulkan rangsangan sehingga
meningkatkan aktivitas dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler.
Rangsangan melalui neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada
serat saraf otot ekstremitas terutama saraf parasimpatis yang merangsang
untuk produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.
Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos ekstremitas akan
meningkatkan metabolisme pada metakonderia untuk menghasilkan ATP
yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi
dan meningkatan tonus otot polo sekstremitas (Merdiyanti et al., 2021).
kenapa yg dipilih ROM apa implikasi terhadap keperawatan
hasil analisis RS al ihsan tentang pasien strok dan ROM
Peran perawat untuk meningkatkan proses penyembuhan dalam
aktivitas sehari- hari pasien. Dampak aktivitas ini untuk meningkat
kemandirian pasien pada pasien stroke yang mengalami penurunan
kemampuan fungsional ini untuk meningkatkan mobilitas sangat terbatas
sehingga harus dibantu untuk memberikan, kenyamanan, dan kemampuan
dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dengan
mengompensasi perubahan fungsi, penanganan pasien stroke yang
mengalami hemiparesis yang dilakukan perawat dan fisioterapi adalah
latihan pergerakan range of motion (ROM) setiap hari sehari 2x lebih
kurang 15-30 menit (Sandra et al., 2021).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien strok karena banyak sekali
yang mengalami gangguan mobilitas fisik dimana dampak mobillitas fisik
dapat mempengaruhi aktivitas sehari- hari, stroke ini juga berdampak
adanya kelemahan otot, kekakuanotot maka penulis melakukanpemberian
dengan menggunakan proses keperawatan dengan judul “Analisis
Pemberian Rom Pasif Pada Pasien Dengan Masalah Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Di
Ruang Usman Bin Affan Rumah Sakit Al Ihsan Bandung : Pendekatan
Evidence Based Nursing” Bagaimana Asuhan Keperawatan pemberian
ROM untuk melatih meningkatkan kekuatan otot pada pasien Stroke Infak
?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada karya ilmiah akhir ini adalah mampu melakukan
asuhan keperawatan dengan saling percaya dengan proses keperawatan
secara langsung pada klien Ny. A dan Ny. E dengan gangguan stroke
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan karya ilmiah akhir dalam
mengelola kasus yaitu pemberian terapi ROM dengan gangguan stroke
pada Ny. A dan Ny. E
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan
stroke.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan medikal bedah dengan
kasus sroke.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan medikal bedah
dengan kasus sroke.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan medikal bedah
kasus sroke dengan pemberian terapi ROM untuk meningkatkan
kekuatan otot.
e. Mampu mengevaluasi proses keperawatan medikal bedah
padakasus stroke dengan pemberian terapi ROM.
BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Konsep Penyakit
1. Definisi

Menurut (Feigin et al., 2022) Stroke adalah suatu penyakit


cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang
berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah
ke otak. Stroke terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang
dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya
pembuluh darah. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan
terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada jaringan otak.
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak (Smeltzer & Bare, 2002) dalam (Yoshimura et al., 2022)
pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak, sehingga kedaruratan ketika terjadi defisit
neurologis akibat dari penurunan tiba-tiba aliran darah ke area otak
yang terlokalisasi.
Dari beberapa uraian di atas bahwa pengertian stroke yaitu
penyakit yang mengganggu fungsi otak sehingga suplai darah ke
oksigen tidak tercukupi keotak sehingga otak tidak bisa melakukan
fungsi yang seharusnnya.

2. Klasifikasi
Menurut Muttaqin, Arif (2017) dalam (Pratama et al., 2022) stroke
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu
perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau
keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan).
Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu:
1) Stroke trombotik
Stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk dari salah
satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak.
Pembentukan gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan
lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan
menyebabkan menurunnya aliran darah.
2) Stroke embolik
Stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau gumpalan yang
terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa
melalui aliran darah, dan tersangkut di pembuluh darah otak,
sehingga menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis gumpalan
darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung,
yaitu fibrilasi atrium, sering menyebabkan stroke embolik.

b. Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan


subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua,
yaitu:
1) Perdarahan Intraserebral

Pecahnya pcmbuluh darah (mikroaneurisma) terutama


karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan
otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK
yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena hipertensi sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, pons, dan serebelum.
2) Perdarahan Subaraknoit

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau


AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh
darah di arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lain).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang
subaraknoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai
kaku kuduk dan tandatanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subaraknoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-
lain.
3. Etiologi

a. Usia

Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas

umur 55 th, insidensinya meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan


dengan adanya proses penuaan (degenerasi) yang terjadi secara

alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia pembuluh

darahnya lebih kaku karena adanya plak (atheroscelorsis).

b. Jenis kelamin

Insidensi pada pria 40% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini

mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok

ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh. Selain

itu, hal ini dikarenakan lebih tingginya angka kejadian faktor

risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki.

c. Genetik

Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan

riwayat stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar

untuk terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat

stroke pada keluarganya. Gen berperan besar dalam beberapa

faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan

kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga,

terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami

stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko

stroke.

d. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan aterosklerosis darah serebral sehingga

pembuluh darah mengalami penebalan dan degenerasi yang

kemudian pecah dan menimbulkan perdarahan. Stroke yang


terjadi paling banyak oleh karena hipertensiadalah hemoragik.

e. Diabetes

Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada

arterikoronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan

pulakemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan

dengan pasien tanpa diabetes. Dari arterosklerosis dapat

menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat pembuluh

darah sehingga mengakibatkan iskemia. Iskemia menyebabkan

perfusi otak menurun dan akhirnya terjadi stroke. Pada DM, akan

mengalami penyakit vaskuler sehingga juga terjadi penurunan

makrovaskulerisasi.

f. Obesitas

Pasien obesitas kegemukan memiliki tekanan darah, kadar

glukosadarah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan

dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko

terjadinya stroke,terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada

pria dan usia 65- 94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok

yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan,

melalui peningkatan tekanan darah,gangguan toleransi glukosa

dan lain-lain. Pola obesitas juga memegang peranan penting,

dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah

abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis.

g. Konsumsi Alkohol
Minum terlalu banyak alkohol meningkatkan tekanan darah

anda,yang meningkatkan risiko stroke. Hal ini juga meningkatkan

kadar trigliserida, suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeras

arteri anda.

h. Merokok

Merokok melukai pembuluh darah dan mempercepat

pengerasanarteri. Karbon monoksida dalam asap rokok

mengurangi jumlah oksigen yang dapat membawa darah anda.

i. Kolesterol Tinggi

Kolesterol darah yang tinggi dapat membangun timbunan lemak

(plak) pada dinding pembuluh darah. Deposito dapat memblokir

aliran darah ke otak, menyebabkan stroke. Diet, olahraga, dan

sejarah keluarga mempengaruhi kadar kolesterol darah

4. Faktor Resiko

a. Usia

Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55

th, insidensinya meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan dengan

adanya proses penuaan (degenerasi) yang terjadi secara alamiah dan

pada umumnya pada orang lanjut usia pembuluh darahnya lebih kaku

karena adanya plak (atheroscelorsis).

b. Jenis kelamin

Insidensi pada pria 40% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini

mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok ternyata


dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh. Selain itu, hal ini

dikarenakan lebih tingginya angka kejadian faktor risiko stroke

(misalnya hipertensi) pada laki-laki.

c. Genetik

Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan

riwayat stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk

terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada

keluarganya. Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke,

misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah.

Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota

keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun,

meningkatkan risiko stroke.

d. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan aterosklerosis darah serebral sehingga

pembuluh darah mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian

pecah dan menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi paling

banyak oleh karena hipertensiadalah hemoragik.

e. Diabetes

Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada

arterikoronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan

pulakemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan

dengan pasien tanpa diabetes. Dari arterosklerosis dapat

menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah


sehingga mengakibatkan iskemia. Iskemia menyebabkan perfusi otak

menurun dan akhirnya terjadi stroke. Pada DM, akan mengalami

penyakit vaskuler sehingga juga terjadi penurunan

makrovaskulerisasi.

f. Obesitas

Pasien obesitas kegemukan memiliki tekanan darah, kadar

glukosadarah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan

dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya

stroke,terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria dan usia

65- 94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok yang lain pun,

obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui peningkatan

tekanan darah,gangguan toleransi glukosa dan lain-lain. Pola obesitas

juga memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan

penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat berkaitan dengan

kelainan aterosklerosis.

g. Konsumsi Alkohol

Minum terlalu banyak alkohol meningkatkan tekanan darah

anda,yang meningkatkan risiko stroke. Hal ini juga meningkatkan

kadar trigliserida, suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeras arteri

anda.

h. Merokok

Merokok melukai pembuluh darah dan mempercepat

pengerasanarteri. Karbon monoksida dalam asap rokok mengurangi


jumlah oksigen yang dapat membawa darah anda.

i. Kolesterol Tinggi

Kolesterol darah yang tinggi dapat membangun timbunan lemak (plak)


pada dinding pembuluh darah. Deposito dapat memblokir aliran darah
ke otak, menyebabkan stroke. Diet, olahraga, dan sejarah keluarga
mempengaruhi kadar kolesterol darah.
5. Pathway

6. Patofisiologi
Otak bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika terjadi anoksia seperti halnya yang terjadi pada CVA,
mengalami perubahan metabolisme di otak, dalam waktu 3-10 menit
dapat terjadi kematian sel dan kerusakan permanen. Tiap kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau
anoksia. Hipoksia menyebabkan iskemik otak. Iskemik otak dalam
waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi
infark otak yang disertai dengan edema otak karena pada daerah yang
dialiri darah terjadi penurunan perfusi dan oksigen, serta meningkatkan
karbondioksida dan asam laktat (Ariani, 2013).
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi cepat dan mendadak pada
pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan otak
yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60-90 detik akan menurun
fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti arterosklerosis
menyebabkan iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan
jaringan neuron sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia.
Seumbatan emboli yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam sistem
peredaran darah yang biasa terjadi didalam jantung atau sebagai
komplikasi dari fibrilasi atrium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi
darah otak, dapat pula mengganggu sistem sirkulasi otak. Setelah
aliran darah terganggu, jaringan menjadi kekurangan oksigen dan
glukosa yang menjadi sumber utama energi untuk menjalankan proses
potensi membran. Kekurangan energi ini membuat daerah yang
kekurangan oksigen dan gula darah tersebut menjalankan metabolisme
7 anaerob. Metabolisme anaerob ini merangsang pelepasan senyawa
glutamat. Glutamat bekerja pada reseptor di sel-sel saraf,
menghasilkan infulks natrium dan kalsium. Influks natrium membuat
jumlah cairan intraseluler meningkat dan pada akhirnya menyebabkan
edema pada jaringan. Infulks kalsium merangsang pelepasan enzime
protolisis (protese, lipase, nuklease) yang mencegah protein, lemak,
dna struktur sel. kalsium menyebabkan kegagalan mitokondria, suatu
organel membran yang mengatur metabolisme sel.
Kegagalankegagalan tersebut yang membuat sel otak mati atau
nekrosis (Haryono & Utami, 2019).
7. Manifestasi Klinis
Kehilangan Motorik CVA (Cerebro Vaskuler Accident) adalah
penyakit otot neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik, misalnya:
a. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
b. Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
c. Menurunnya tonus otot abnormal
d. Kehilangan komunikasi Fungsi otak yang mempengaruhi oleh
CVA (Cerebro Vaskuler Accident) adalah bahasa dan komunikasi,
misalnya : 1) Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukan
dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. 2)
Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif
atau arefresif. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya.
e. Gangguan persepsi 1) Hemonimus hemianopsia, yaitu kehilangan
setengah lapang pandang dimana sisi visual yang terkena berkaitan
dengan sisi tubuh yang paralisis. 2) Amorfosintesis, yaitu keadaan
dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan
mengabaikan sisi atau ruang yang sakit tersebut.
f. Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam
mendapatkan hubungan dua atau lebih objektif dalam area spasial.
4) Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi
dan gerakan bagian tubuh (kehilangan propioseptik) sulit
menginterprestasikan stimulasi visual, taktil auditorius (Mega
2021)
8. Komplikasi

Menurut (Andriani et al., 2022) komplikasi yang sering terjadi pada

pasien stroke yaitu:

a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat

mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat

berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka

dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.

b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki

yang lumpuh dan penumpukan cairan.

c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan

menimbulkan kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf

peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi

kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.

d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya

densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.

e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau


karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut

dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke s dan keadaan

ini lebih sering pada hemiparesis kiri.

f. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah

imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian

obat.

Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan


nyeri bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu
(shoulder hand syndrome) terjadi pada 27% pasien stroke
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Yelvita, 2022) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
diantaranya:
a. Laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap.
b. Foto thorax untuk memperlihatkan keadaan jantung.
c. Angiografi serebral untuk membantu menemukan penyebab dari
stroke secara spesifik.
d. CT scan untuk melihat secara spesifik letak edema, adanya
jaringan otak yang infark, dan posisinya.
e. MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi, besar dan luas adanya
pendarahan otak.
f. EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam
jaringan otak.
10. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pola
hidup sehat, Pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari
rokok, alkohol, kegemukan dan konsumsi garam berlebih. Mengurangi
kolesterol dan lemak dalam makanan. Perbanyak konsumsi gizi
seimbang dan olahraga teratur. Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan cara memodifikasi gaya hidup yang berisiko seperti hipertensi
dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes mellitus dengan diet dan
obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan
antikoagulan oral, dyslipidemia dengan diet rendah lemak. Rutin
melakukan cek kesehatan dan segera melakukan pengobatan jika
mengalami keluhan, agar mendapatkan penanganan segera (Yelvita,
2022).
11. Penatalaksanaan

Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan terhadap pasien

dengan penyakit stroke. Terapi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Terapi farmakologi

1) Obat anti-trombosit

Untuk mencegah pembentukan gumpalan darah, misalnya

Aspirin.

2) Antikoagulan

Untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan

mengurangi emboli, misalnya Heparin, Warfarin.

3) Agen trombolitik

Diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak lebih

dari beberapa jam sebelumnya, misalnya TPA. Untuk pasien

yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan

otak) yang disebabkan oleh stroke berat, obat-obatan yang

biasa diberikan adalah seperti Manitol dan Gliserol untuk

menurunkan tekanan intracranial.


b. ROM (Range of Motion)

ROM merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan

atau memperbaiki resiko tingkat kesempurnaan kemampuan untuk

menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan masa otot dan tonus otot. Menurut (Annisa Pratiwi

et al., 2022) terdapat beberapa klasifikasi latihan ROM, yaitu:

1) Latihan ROM pasif, yaitu latihan ROM yang

dilakukan pasien dengan bantuan dari orang lain,

perawat, ataupun alat bantu setiap kali melakukan

gerakan.

Indikasi: Pasien usia lanjut dengan mobilitas

terbatas, pasien tirah baring total, kekuatan otot 50%

2) Latihan ROM aktif, yaitu latihan ROM yang

dilakukan mandiri oleh pasien tanpa bantuan

perawat pada setiap melakukan gerakan.

Indikasi: Mampu melakukan ROM sendiri dan

kooperatif, kekuatan otot 75%.

c. Terapi bedah

Tidak semua pasien yang menderita stroke hemoragik perlu


menjalani tindakan operasi bedah. Tergantung pada ukuran, lokasi,
dan kedalaman hematoma (pengumpulan darah di luar pembuluh
darah) dan apakah stroke diikuti dengan pembengkakan jaringan
otak dan kondisi pasien secara keseluruhan, dll. Operasi bedah bisa
membuang hematoma untuk menurunkan tekanan intrakranial
(tekanan di dalam tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke
hemoragik. Tindakan operasi juga bisa memotong aneurisma
(pembengkakan pembuluh darah di otak seperti balon) untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut. Untuk stroke iskemik (stroke
karena kurangnya pasokan darah), tindakan operasi juga bisa
dilakukan untuk membuang bagian intima dari arteri karotis, untuk
mencegah kambuhnya stroke. Dengan kemajuan teknologi non-
invasif, pengobatan berbasiskan kateter bisa dilakukan untuk
melebarkan penyempitan pembuluh darah di leher atau untuk
menutup aneurisma pembuluh darah di dalam otak
B. Konsep EBN
1. Pengertian
Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
pergerakkan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot. Melakukan mobilisasi persendian dengan
latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri karena
tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini
penting dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan latihan
ROM secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena dapat
menstimulasi motor unit sehingga semakin banyak motor unit yang
terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien
hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan terjadi kecacatan
yang permanen
2. Klasifikasi
Menurut Smeltzer and Bare (2011) dalam (Eka Pratiwi Syahrim et
al., 2019) Menyatakan bahwa ada beberapa klasifikasi latihan ROM
beserta indikasi dan kontraindikasi, yaitu :

a. Latihan ROM pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien

dengan bantuan dari orang lain perawat ataupun alat babtu setiap

kali melakukan gerakan. Indikasi dari latihan ROM pasif ini


kondisi dimana terdapatnya inflamasi jaringan akut jika dilakukan

pergerakan aktif dapat menghambat proses penyembuhan pasien,

atau tidak diperbolehkan untuk bergerak secara aktif pada ruas

maupun seluruh tubuh, misalnya pada keadaan koma, pada

kelumpuhan ataupun Bedrest total.

b. Latihan ROM aktif yaitu latihn ROM yang dilakukan mandiri oleh

pasien tanpa bantuan perawat pada setiap melakukan gerakan.

Indikasi dari latihan ROM aktif ini dapat digunakan dalam

memelihara mobilitas ruas diatas dan dibawah pada daerah yang

tidak dapat digerakkan dan gerakan ini otot secara aktif

menggerakan pada ruas sendinya secara baik dengan adanya

bantuan atau tidak.

c. Kontraindikasi ROM

Kontraindikasi pemeriksaan Range of Motion (ROM) adalah pada

pasien yang diketahui mengalami dislokasi sendi, fraktur yang

tidak sembuh, pasca tindakan bedah jika gerakan diketahui akan

mengganggu penyembuhan, dan osteoporosis berat dimana

gerakan dapat menyebabkan cedera iatrogenik. Selain dari itu,

pemeriksaan ROM dapat dilakukan namun perlu berhati-hati pada

kondisi di mana terdapat infeksi atau inflamasi di sekitar sendi,

nyeri derajat berat yang diperparah dengan gerakan, dan

hipermobilitas atau instabilitas sendi(Yusuf et al., 2023).

3. Tujuan
ROM memiliki banyak tujuan diantaranya yaitu memelihara
fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi, mengurangi rasa nyeri,
mengembalikan kemampuan pasien menggerakkan otot, dan
melancarkan peredaran darah. Adapun menurut (Masliah et al., 2022).

a. Mengkaji kemampuan otot, tulang, dan sendi dalam melakukan

pergerakan

b. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot

c. Memelihara mobilitas persendian

d. Merangsang sirkulasi darah

e. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur

f. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan

4. Pengaruh EBN

ROM pada penderita stroke adalah sejumlah pergerakan yang

mungkin dilakukan pada bagian-bagian tubuh pada penderita stroke

untuk menghindari adanya kekakuan sebagai dampak dari perjalanan

penyakit ataupun gejala sisa. Ada dua jenis latihan ROM yaitu ROM

aktif dan ROM pasif. ROM aktif yaitu pasien menggunakan ototnya

untuk melakukan gerakan secara mandiri, sedangkan ROM pasif

adalah latihan yang dilakukan dengan bantuan orang lain. ROM pasif

dilakukan karena pasien belum mampu menggerakkan anggota badan

secara mandiri.

Immobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat,

akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas Tonus,

Orthostatic hypotension, Deep vein thrombosis dan kontraktur. Atropi


otot terjadi kurangnya aktivitas dalam waktu kurang dari satu bulan

setelah terjadinya serangan stroke. Kontraktur merupakan salah satu

penyebab terjadinya penurunan kemampuan pasien penderita stroke

dalam melakukan rentang gerak sendi. Kontraktur diartikan sebagai

hilangnya atau menurunnya rentang gerak sendi, baik dilakukan

secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan

penyokong, otot dan kulit (Andriani et al., 2022)

5. Fatofisiologi rom
Menurut Guyton (2007) dalam (Anggriani et al., 2018) mekanisme
kontraksi dapat meningkatkan otot polos pada ekstremitas. Latihan
ROM pasif dapat menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan
aktivasi dari kimiawi, neuromuskuler dan muskuler. Otot polos pada
ekstremitas mengandung Filamen aktin dan Myosin yang mempunyai
sifat kimiawi dan berintraksi antara satu dan lainnya. Proses interaksi
diaktifkan oleh ion kalsium, dan adeno triphospat (ATP), selanjutnya
dipecah menjadi adeno difosfat (ADP) untuk memberikan energi bagi
kontaraksi otot ekstremitas. Rangsangan melalui neuromuskuler akan
meningkatkkan rangsangan pada serat syaraf otot ekstremitas terutama
syaraf parasimpatis yang merangsang untuk produksi Asetilcholin,
sehingga mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui muskulus
terutama otot polos ekstremitas akan meningkatkan metabolisme pada
metakonderia untuk menghasilkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot
polos ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi dan meningkatkan
tonus otot polos ekstremitas.
6. Waktu dan frekuensi rom
Menurut (Andriani et al., 2022) waktu daan frekuensi rom yang
dilakukan yaitu :

a. Idealnya latihan ini dilakukan sekali sehari.


b. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10 hitungan, latihan

dilakukan dalam waktu 30 menit.

c. Mulai latihan secara perlahan, dan lakukan latihan secara

bertahap.

d. Usahakan sampai mencapai gerakan penuh tetapi jangan

memaksakan gerakan.

e. Jangan memaksakan suatu gerakan pada pasien, gerakan hanya

sampai pada batas yang ditoleransi pasien.

f. Jaga supaya tungkai dan lengan, anggota badan menyokong

seluruh gerakan.

g. Hentikan latihan apabila pasien merasa nyeri, dan segera

konsultasikan ke tenaga kesehatan.

Dilakukan dengan pelan-pelan dan hatihati dengan melihat


respon/keadaan pasien.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua
data dikumpulkan secara sistematis dan komprehensif dengan aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual pasien
a. Data Umum
Tanyakan pada pasien tentang nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, suku, tanggal masuk RS dan lainnya mengenai
identitas klien.
b. Keluhan Utama
stroke infark yang sering menjadi alasan pasien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan
tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang meliputi pertanyaan berupa kapan
gejala mulai muncul, apakah mendadak atau bertahap, berapa kali
masalah terjadi, lokasi gangguan yang pasti, karakter keluhan.
Serangan stroke infark sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan
perilaku juga umum terjadi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath) Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas,
dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos
mends, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan
renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien
stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat
terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain) Pemeriksaan 12 Saraf kranial :
a) Saraf Olfaktorius (N. I) : saraf sensorik, untuk penciuman.
b) Saraf Optikus (N. II) : saraf sensorik, untuk penglihatan.
c) Saraf Okulomotorius (N. III) : saraf motorik, untuk
mengangkat kelopak mata dan kontraksi pupil.
d) Saraf troklearis (N. IV) : saraf motorik, untuk pergerakan
bola mata.
e) Saraf Trigeminalis (N. V) : saraf motorik, gerakan
mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, reflek kornea
dan reflek berkedip.
f) Saraf Abdusen (N. VI) : saraf motorik, pergerakan bola
mata kesamping melalui otot lateralis.
g) Saraf Fasialis (N. VII) : saraf motorik, untuk ekspresi
wajah.
h) Saraf Vestibulokoklear (N. VIII) : saraf sensorik, untuk
pendengaran dan keseimbangan.
i) Saraf Glosofaringeus (N. IX) : saraf sensorik dan motorik,
untuk sensasi rasa.
4) B4 (Bladder) Setelah stroke klien mungkin mengalami
inkontinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan,
nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual
sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone) Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, serta
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
2. Pengkajian Neurologis menggunakan NIHSS

Skala NIHSS (National Institute Of Health Stroke Scale)

merupakan instrument untuk menilai gangguan neurologis. Kecepatan

penilaian ini yang merupakan tindakan dasar menangani kasus stroke

(Hudak et al. 2012). Semakin tinggi nilai NIHSS pada pasien stroke

berarti semakin berat derajat keparahanya. Skala nilai NIHSS

memiliki skor maksimum 42 dan skor minumum 0, interpretasi dai

NIHSS yaitu : Skor >25 (Sangat berat), Skor 14-25 (Berat), Skor 5-14

(Sedang) dan Skor <5 (Ringan), Harding and bridgewetwr, 2010.

N Item yang dinilai Kriter Sko

o. ia r
Sadar 0
Mengant 1
uk 2
Tingkat kesadaran
Stupor 3
Koma 0
Menjawab dua pertanyaan 1
Respons terhadap
1. Menjawab satu pertanyaan dengan 2
pertanyaan
benar Tidak menjawab pertanyaan
dengan benar 0
Melakukan keduanya dengan 1
Perintah LOC
benar Melakukan satu dengan 2
benar
Tidak melakukan satupun dengan benar
Normal 0
Kelumpuhan tatapan
2. Tatapan terbaik 1
sebagian Kelumpuhan
tatapan total 2
Tidak ada kehilangan 0
penglihatan Hemianopia 1
3. Lapangan pengelihatan
sebagian Hemianopia komplet 2
Hemianopia bilateral 3
Normal 0
Paralisis 1
4. Paralisis wajah minor 2
Paralisis sebagian 3
Paralisis total
5. Motorik lengan kanan - Tanpa penyimpangan 0
- Menyimpang tapi tidak sepenuhnya 1
menurun
- Menahan gravitasi tetapi jatuh <10 2
detik
- Tidak ada upaya melawan gravitasi 3
- Tidak ada gerakan
4

- Tanpa penyimpangan 0
- Menyimpang tapi tidak sepenuhnya 1
menurun
- Menahan gravitasi tetapi jatuh <10 2
Motorik lengan kiri
detik
- Tidak ada upaya melawan gravitasi 3
- Tidak ada gerakan 4

- Tanpa penyimpangan 0
- Menyimpang tapi tidak sepenuhnya
1
menurun
2
- Menahan gravitasi tetapi jatuh <10
Motorik tungkai kanan
detik
3
- Tidak ada upaya melawan gravitasi
4
- Tidak ada gerakan
6.
- Tanpa penyimpangan 0
- Menyimpang tapi tidak sepenuhnya
1
menurun
2
- Menahan gravitasi tetapi jatuh <10
Motorik tungkai kiri
detik
3
- Tidak ada upaya melawan gravitasi
4
- Tidak ada gerakan

- Tidak ada 0
7. Ataksia ekstremitas - Ada di satu ekstremitas 1
- Ada di dua ekstremitas 2
- Normal 0
8. Sensorik - Kehilangan ringan hingga sedang 1
- Kehilangan berat hingga total 2
9. Bahasa - Normal 0
- Afasia ringan 1
- Afasia berat 2
- Berat 3
- Normal 0
10. Disartria - Disantria ringan – sedang 1
- Disartria berat 2
- Tidak ada abnormalitas 0
11. Perhatian - Gangguan ringan 1
- Gnagguan berat 2
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan embolisme
(SDKI D.0017)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (SDKI D.0019)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa
otot (SDKI D.0054)
d. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranialis
(SDKI D.0063)
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI
D.0077)
f. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi serebral (SDKI D.0119)
g. Resiko gangguan intregitas kulit ditandai dengan tirah baring
(SDKI D.0139)
h. Resiko jatuh ditandai dengan penurunan kekuatan otot (SDKI
D.0143)
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi


Keperawatan hasil

1. Resiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan


serebral tidak tindakan Tekanan Intrakranial (SIKI
efektif ditandai keperawatan : 1. 06198) Observasi 1.
dengan selama 3x24 jam, Identifikasi penyebab
embolisme diharapkan perfusi peningkatan TIK (mis.
(SDKI D0017, serebral meningkat, Lesi, gangguan
hal.51) dengan kriteia metabolisme, edema
hasil: 1. Tingkat serebral) 2. Monitor
kesadaran tanda/gejala peningkatan
meningkat 2. TIK TIK (mis. Tekanan darah
menurun 3. meningkat, tekanan nadi
Kesadaran melebar, bradikardia, pola
membaik (SLKI napas ireguler, kesadaran
L.02014) menurun) 3. Monitor MAP
(Mean Arterial Pressure) 4.
Monitor CVP (Central
Venous Pressure), jika
perlu 5. Monitor PAWP,
jika perlu 6. Monitor PAP,
jika perlu 7. Monitor ICP
(Intra Cranial
Pressure), jika tersedia 8.
Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure) 9.
Monitor gelombang ICP
10. Monitor status
pernapasan 11. Monitor
intake dan output cairan
12. Monitor cairan
serebrospinalis (mis.
Warna, konsistensi)
Terapeutik 13. Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan lingkungan
yang tenang 14. Berikan
posisi semi fowler 15.
Hindari maneuver Valsava
16. Cegah terjadinya
kejang 17. Hindari
penggunaan PEEP 18.
Hindari pemberian cairan
IV hipotonik 19. Atur
ventilator agar PaCO2
optimal 20. Pertahankan
suhu tubuh normal
Kolaborasi 21. Kolaborasi
pemberian sedasi dan
antikonvulsan, jika perlu

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (SIKI:


berhubungan tindakan I.03119) Observasi
dengan keperawatan 1.Identifikasi makanan
ketidakmampuan selama 3x24 jam, yang disukai 2.Identifikasi
menelan diharapkan Status alergi dan intoleren
makanan (SDKI nutrisi makanan 3.Identifikasi
D0019), hal 56) membaik.dengan status nutrisi 4.Monitor
kriteia hasil : 1. asupan makanan
Berat badan Terapeutik 5.Lakukan oral
membaik 2. Nafsu hygiene sebelum makan
makan membaik 3. jika perlu 6.Sajikan
Bising usus makanan secara menarik
membaik (SLKI, dan suhu yang sesuai
L.03030) 7.Sajikan maknan tinggi
serat dan protein Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk
9. Ajarkan diet yang
diajarkan Kolaborasi 10.
Kolaborasi dengan ahli gizi
utk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan

3. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi (SIKI


mobilitas fisik tindakan : 1.06171) Observasi 1.
berhubungan keperawatan Identifikasi adanya nyeri
dengan selama 3x24 jam, atau keluhan fisik lainnya
penurunan diharapkan 2. Identifikasi toleransi
massa otot mobilitas fisik fisik melakukan ambulasi
(SDKI D0054) meningkat, dengan 3. Monitor frekuensi
kriteia hasil : 1. jantung dan tekanan darah
Pergerakan sebelum memulai ambulasi
ekstremitas 4. Monitor kondisi umum
meningkat 2. selama melakukan
Kekuatan otot ambulasi Terapeutik 5.
meningkat 3. Fasilitasi aktivitas
Rentang gerak ambulasi dengan alat bantu
(ROM) meningkat (mis. tongkat, kruk) 6.
4. Kelemahan fisik Fasilitasi melakukan
berkurang (SLKI mobilisasi fisik, jika perlu
L.05042) 7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi 8. Jelaskan tujuan
dan prosedur ambulasi 9.
Anjurkan melakukan
ambulasi dini 10. Ajarkan
ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi).

4. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri :


menelan tindakan makan/minum (SIKI
berhubungan keperawatan I.11351) 1. Monitor diet
dengan selama 3x24 jam, setiap hatinya (porsi
gangguan saraf diharapkan status bertambah ataukah kurang)
kranialis (SDKI menelan membaik 2. Monitor kemampuan
D.0063) dengan kriteria menelan (dapat menelan
hasil: 1. Refleks berapa sendok) 3. Atur
menelan membaik posisi nyaman saat minum
2. Frekuensi susu/air 4. Bantu untuk
tersedak menurun meningkatkan jumlah air
3. Batuk menurun yang bisa ditelan 5. Jika
(SLKI L.06052) pasien tersedak, berhenti
memberi susu/air, lalu beri
melalui NGT

5. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (SIKI :


berhubungan intervensi selama I.08238) Observasi 1.
dengan agen 2x24 jam, Identifikasi lokasi,
pencedera diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis. akut menurun frekuensi, kualitas,
(SDKI D.0077) dengan kriteria intensitas nyeri. 2.
hasil: 1. Keluhan Identifikasi skala nyeri 3.
nyeri menurun 2. Identifikasi respon nyeri
Meringis menurun non verbal Terapeutik: 4.
3. Sikap protektif Berikan teknik non
menurun 4. farmakologis untuk
Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
menurun 5. (kompres bangat atau
Frekuensi nadi dingin) 5. Kontrol
membaik (SLKI lingkungan yang
L.08066) memperberat rasa nyeri
(mis. Subu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
6. Fasilitasi istirabat dan
tidur Edukasi: 7. Jelaskan
penyebab, pemicu nyeri 8.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi: 9. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu.

6. Gangguan Setelah dilakukan Promosi komunikasi defisit


komunikasi tindakan bicara (SIKI I.13492)
verbal keperawatan Observasi 1. Monitor
berhubungan selama 3x24 jam, kecepatan tekanan dan
dengan diharapkan diksi bicara 2. Monitor
penurunan komunikasi verbal proses kognitif, anatomis,
sirkulasi serebral meningkat, dengan dan fisiologis saat biacara
(SDKI D.0119) kriteia hasil: 1. (misalkan memori,
Kemampuan pendengaran dan bahasa)
berbicara 3. Identifikasi perilaku
meningkat 2. emosional dan fisik
Kesesuaian wajah sebagai bentuk komunikasi
meningkat 3. Terapeutik 4. Gunakan
Disfasia metode komunikasi
menurun 4. Pelo alternative 5. Sesuaikan
menurun 5. gaya komunikasi dengan
Respons perilaku kebutuhan 6. Ulangi apa
membaik (SLKI yang disampaikan pasien
L.13118) Edukasi 7. Gunakan juru
bicara jika perlu 8.
Anjurkan berbicara
perlahan Kolaborasi Rujuk
ke ahli patologi bicara atau
terapis

7. Resiko Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit


gangguan tindakan (I.11353) Observasi 1.
integritas kulit keperawatan Identifikasi penyebab
ditandai dengan selama 3 x 24 jam gangguan integritas kulit
tirah baring diharapkan Terapeutik 2. Ubah posisi
(SDKI D.0139) integritas kulit dan tiap 2 jam 3. Bersihkan
jaringan meningkat perineal dengan air hangat,
dengan Kriteria terutama selama periode
hasil 1.kerusakan diare 4. Hindari produk
jaringan menurun berbahan dasar alkohol
2.kerusakan lapisan pada kulit kering Edukasi
kulit menurun, 5. Anjurkan menggunakan
3.perdarahan pelembab 6. Anjurkan
menurun, minum air yang cukup 7.
elastisitas Anjurkan meningkatkan
meningkat (SLKI asupan nutrisi Perawatan
L.14125) Tirah Baring (I.14572)
Observasi 1. Monitor
kondisi kulit 2 Monitor
komplikasi tirah baring
Terapeutik 3. Tempatkan
pada kasus terapeutik 4.
Pertahankan kebersihan
klien Edukasi 5. Jelaskan
tujuan dilakukan tirah
baring

8. Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh


ditandai dengan tindakan Observasi 1. Identifikasi
penurunan keperawatan faktor resiko jatuh (mis.
kekuatan otot selama 3x24 jam Usia >65 tahun, penurunan
(SDKI D.0143) diharapkan tingkat kesadaran, defisit kognitif)
jatuh menurun 2. Identifikasi faktor
dengan, Kriteria lingkungan yang dapat
hasil 1. Jatuh dari meningkatkan risiko jatuh
tempat tidur 3. Hitung risiko jatuh
menurun 2. jatuh dengan menggunakan skala
saat berdiri Terapeutik 4. Pasang
menurun 3. jatuh handrail tempat tidur 5.
saat berjalan Atur tempat tidur mekanis
menurun 4. jatuh pada posisi terendah
saat dikamar mandi Edukasi 6. Anjurkan
menurun (SLKI memanggil perawat jika
L.14138) membutuhkan bantuan
untuk berpindah 7.
Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh

5. Implementasi Keperawatan
Tahap implementasi atau pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari
proses keperawatan dengan melaksanakann berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan. Pada tahap ini, perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta
dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencanakeperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi
perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil.
D. Evidence based nursing
1. Kriteria inklusi dan ekslusi

Kriteria (PICOS) Inklusi Eklusi

Population Pasien dengan Stroke Pasien bukan dengan


stroke

Intervention Terapi ROM Bukan terapi ROM

Comparison - -

Outcomes Melatih Meningkatkan Bukan untuk melatih


kekuatan otot kekuatan otot

Study Design

Tahun publikasi >2018 <2018

Bahasa Indonesia, Inggris -

2. Pico

Problem /Population (p) Pasien stroke infark

Intervensi (i) Terapi ROM pasif

Comparation (c) Tidak ada pembanding

Outcome (o) Untuk melatih peningkatan kekuatan otot


dalam mobilisasi

Pertanyaan klinis Apakah pemberian terapi ROM dengan


pasien stroke dapat melatih meningkatkan
kekuatan otot pasien?

Pencarian literatur melalui publikasi dari database dan menggunakan


keyword “ Intervansi Rom pada Stroke”, melalui Google Schola,
Pubmed peneliti menemukan sebanyak 30 yang sesuai dengan kata
kunci tersebut. Sebanyak 30 dari jurnal yang ditemukan sesuai kata
kunci yang dimasukan keudian di lakukan seleksi sebanyak 10 jurnal
diseleksi karena tidak tersedia dalam artikel full text, sehingga
diperoleh jurnal rentang 5 tahun terakhir yaitu 2018-2023 dan
berbahasa indonesia, di eklusi sebanyak 5 jurnal sehingga diperoleh 5
jurnal full text yang dilakukan review.
3. Critical Appraisal Artikel EBN
Menggunakan artikel dalam 5 tahun terakhir 3 jurnal nasional dan 2 jurnal internasional, topik disesuaikan dengan
intervensi yang digunakan untuk pasien.

Jurnal Validity Importancy Applicability

The Effect of Early V1 : Pada penelitian ini dijelaskan Artikel penelitian


Passive Range of Motion
Pada jurnal ini menggunakan sampel mengenai efektifitas terapi menjelaskan manfaat dari
Exercise on Motor
penelitian sebanyak 42 responden, non farmakologi untuk penelitian, sehingga bisa
Function of People with
Stroke: a Randomized dengan kelompok eksperimen 33 membantu dalam pemulihan diterapkan sebagai asuhan
Controlled Trial
responden dan kelompok kontrol 19. kesehatan pasien dan keperawatan bagi institusi
Penulis :
Kriteria inklusi dalam penelitian ini di berkontribusi terhadap kesehatan, dan bisa
Hosseini, Zahra Sadat
Peyrovi, Hamid diagnosa stroke oleh dokter, intervensi perkembangan diterapkan
Gohari, Mahmoodreza
mengalami 6 jam pertama serangan ilmu kesehatan atau
Tahun :
2019 stroke, tingkat kesadaran 14 sampai 16 keperawatan.
Referensi berdasarkan (Full Outline of
Pubmed (Hosseini et al., Unresponsiveness), stroke sedang (5-
2019)
15) menurut NIHSS (Nasional

Institute of Health Stroke Scale) dan

usia lebih dari 18 tahun. Kriteria

ekslusi meliputi kematian pasien

selama periode intervensi,adanya

fraktur yang signifikan dan cacat

ortopedi dibagian ekstremitas.

Kesimpulan :

Penelitian ini menjelaskan kriteria

inklusi dan ekslusin sedikit rinci, dan

menjelaskan adanya kelompok

pembanding atau kelompok control,

namun tidak mencantumkan hasil


drop out

V2 :

Jenis penelitian ini menggunakan

Randomized controlled trial study was

conducted yaitu penelitian secara acak

selama 3 bulan di rumah sakit

pendidikan poursina di kota Rasht, Iran

dengan diberikan ROM pasif selama

48 jam kepada kelompok eksperimen 6

- 8 kali latihan selama 30 menit selama

tiga bulan. Setelah intervensi fungsi

motorik diukur dengan skala penilaian

kekuatan otot (skala Oxford) dan

dibandingkan.
Kesimpulan :

Prosedur pengambilan data ROM

dijelaskan secara rinci, dan waktu

pelaksanaan terapi ROM masih sangat

rinci.

V3 :

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini penderita stroke yang di

diagnosa oleh dokter dan masuk

kriteria stroke sedang – bera dengan

skor 5 – 15 menurut hitungan

pengkajian NIHSS (Nasional Institute

of Health Stroke Scale) di rumah sakit

pendidikan poursina di kota Rasht,


Iran. sebanyak 42 orang. Teknik

pengambilan sampel dengan

menggunakan metode acak yang sesuai

dengan kriteria inklusi pada penelitian

ini.

Kesimpulan :

Pemilihan sampel secara random

sesuai dengan kriteria inklusi, terdapat

kelompok pembanding dan variabel

perancu dalam penelitian tersebut.

V4:

Setelah intervensi selama tiga bulan,

fungsi motorik diukur dengan skala

penilaian kekuatan otot (skala Oxford)


dan dibandingkan. SPSS versi 13.0

untuk Windows digunakan untuk

analisis statistik. Distribusi frekuensi

digunakan untuk mendeskripsikan

data. Untuk perbandingan, uji-t

berpasangan, uji-t independen

digunakan, dan uji pengukuran

berulang digunakan. Hasil kelompok

eksperimen menyebabkan peningkatan

fungsi motorik yang signifikan antara

bulan pertama dan ketiga pada

ekstremitas atas dan bawah.

Kesimpulan:

Ananlisis data yang dilakukan tepat.


Terdapat sajian data uji pembanding

dan melihat data perbedaan setalah

dilakukan perlakukan dengan

menggunakan Uji Paired T Test.

V5:

Pembahasan menyebutkan kesamaan

hasil penelitian dengan penelitian

sebelumnya. Penelitian ini

menyebutkan hasil penelitian bahwa

latihan ROM dapat mempengaruhi

peningkatan kekuatan otot pada pasien

stroke. Penelitian ini menggunakan

sample yang cukup untuk penelitian

intervensi, sehingga kesimpulan dapat


digeneralisasi

Kesimpulan:

Terdapat pembahasan internal causal


validity dan eksternal causal validity.
Judul: V1 : Pada penelitian ini Pada penelitian ini

Pengaruh Range Of Pada jurnal ini menggunakan sampel menjelaskan pengaruh latihan menjelaskan manfaat
Motion (ROM) Terhadap penelitian sebanyak 44 orang. otot ROM terhadap latihan otot ROM terhadap
Peningkatan Kekuatan
Penelitian ini terdapat satu kelompok peningkatan kekuatan otot peningkatan kekuatan otot
Otot Pada Pasien Stroke
berdasarkan kriteria inklusi dan pada pasien stroke. Penelitian pada pasien stroke.

ekslusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini memiliki konteribusi Sehingga dapat diterapkan
Penulis:
ini pasien stroke harus berdasarkan dalam meningkatkan asuhan sebagai evidence base
Dian andriani
pada hasil CT Scan, MRI, atau keperawatan pada pasien practice dalam pemberian
Annisa fitria nigusyanti
diagnosis stroke, kelompok perlakuan stroke dengan memiliki asuhan keperawatan non-
Ayu nalaratih
dengan diberikan intervensi berupa gangguan mobilitas fisik. farmakologi pada pasien
Fani afifah latihan ROM 2x/hari dengan durasi stroke dengan masalah

pemberian 10-15 menit selama 5 hari, keperawatan gangguan

tahun: menggunakan data primer atau data mobilitas fisik.

2022 yang diperoleh langsung dari objek

penelitian yaitu dengan cara mengukur

kekuatan otot responden. Penelitian ini

juga dibantu oleh para perawat yang

kerja di RSUD Ciamis.

Kesimpulan :

Penelitian ini menjelaskan kriteria

inklusi, tetapi tidak mencantumkan

kriteria ekslusi dan drop out, dan tidak

menjelaskan adanya kelompok

pembanding atau kelompok control.


V2 :

Jenis metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kuantitatif,

memakai desain penelitian Pre

Experimental dengan pendekatan one

group pre test – post test. Serta

menggunakan dua variabel yaitu

variabel bebas (independen) berupa

ROM dan variabel terikat (dependen)

berupa peningkatan otot. Instrumen

penelitian ini adalah dengan cara

mengukur kekuatan otot responden

dari (0- 5) . Dengan sistem skor. nilai


(0) Tidak bisa menggerakan sama

sekali, (1) Hanya menggerakan ujung

jari, (2) Mampu melakukan gerakan

dua sendi atau lebih, tidak bisa

melawan tahanan minimal, (3) Mampu

melakukan gerakan mengangkat

ekstremitas atas/badan, tapi tidak bisa

melawan tahanan sedang, (4) Mampu

melakukan gerakan normal, tapi tidak

bisa melawan tahanan maksimal, (5)

Pasien mampu bergerak dengan

normal. Pemeriksaan kekuatan motorik

ini dapat mengukur kekuatan otot

sebelum dan sesudah intervensi (pre


test – post test).

Kesimpulan :

Prosedur pemberian intervensi ROM

tidak dijelaskan secara rinci.

V3 :

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu penderita stroke

yang ada di Daerah Ciamis sebanyak

44 orang. Penelitian dilaksanakan pada

tanggal 15 November 2021. Teknik

pengambilan sampel menggunakan

teknik “acciedental sampling” yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan

dengan kebetulan bertemu.


Kesimpulan :

Pemilihan sampel non random, tidak

terdapat kelompok pembanding dan

variabel perancu dalam penelitian

tersebut.

V4:

Analisis dalam penelitian ini Sebelum

menentukan jenis analisis bivariat

yang digunakan, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data dengan

nilai bagi skewness dengan standar

error. Apabila hasilnya menunjukkan

distribusi normal maka uji yang

digunakan adalah statistik parametrik


dan bila distribusi data tidak normal

maka akan digunakan statistik non

parametrik. Uji statistik untuk seluruh

analisis tersebut di atas dianalisis

dengan tingkat kemaknaan 95.0%

(alpha 0.05). Analisis bivariat

dilakukan dengan menggunakan uji

wilcoxon, yaitu untuk melihat

perbedaan antara sebelum dan sesudah

(perlakuan) dilakukan intervensi,

dengan nilai p< 0,005 yang berarti

hasil signifikan terhadap efek dari

ROM terhadap kekuatan otot.


Kesimpulan:

Ananlisis data yang dilakukan tepat.

Terdapat sajian data uji normalitas

dengan nilai skewness dengan standar

error, dan melihat data perbedaan

setalah dilakukan perlakukan dengan

menggunakan uji Wilcoxon.

V5:

Pembahasan menyebutkan kesamaan

hasil penelitian dengan penelitian

sebelumnya. Penelitian ini

menyebutkan hasil penelitian bahwa

latihan ROM dapat mempengaruhi


peningkatan kekuatan otot pada pasien

stroke. Penelitian ini menggunakan

sample yang cukup untuk penelitian

intervensi, sehingga kesimpulan dapat

digeneralisasi

Kesimpulan:

Terdapat pembahasan internal causal

validity dan eksternal causal validity.

Efektivitas Latihan Range V1 : Hasil penelitian menunjukkan Latihan Range Of Motion


of Motion Pada Pasien rata-rata (mean) peningkatan memiliki pengaruh
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Stroke Di Rumah Sakit kekuatan otot antara sebelum terhadap rentang gerak
Siti Hajar. Penelitian ini bertujuan untuk
Siti Hajar responden bila dilakukan
mengetahui sejauh mana efektifitas dan 7 hari sesudah diberikan
Penulis : dengan frekuensi dua kali
pemberian latihan ROM terhadap intervensi sebesar 1,80.
Anggriani, Anggriani sehari dalam enam hari
kekuatan Otot Ekstremitas pada Pasien Terjadinya peningkatan
Aini, Nurul dan dengan waktu 10-15
Stroke. Besar sampel sebanyak 20 kekuatan otot dapat
Sulaiman, Sulaiman pasien stroke. mengaktifkan gerakan menit dalam sekali latihan
Tahun : volunter.Range Of Motion (Chaidir Reny, 2014).
V2 :
2020 (ROM) adalah latihan yang Memperbaiki fungsi saraf
Referensi : Pada desain penelitian inihanya dilakukan untuk merupakan tujuan
Google Scolar terdapat satu kelompok, yaitu kelompok mempertahankan atau perawatan suportif dini
(Anggriani et al., 2020) perlakuan sekaligus menjadi kelompok memperbaiki tingkat melalui terapi fisik. ROM
kontrol. Kelompok tersebut dilakukan kesempurnaan kemampuan merupakan pergerakan
intervensi berupa inkulis : pasien stroke menggerakkan persendian persendian sesuai dengan
yang berumur antara 30 tahun keatas; secara normal dan lengkap
(b) Pasien stroke dengan iskemia yang untuk meningkatkan massa
mengalami penurunan tingkat otot dan tonus otot.
kemandirian activity daily living.
dengan tingkat ketergantungan sedang
sampai berat. Kriteria Eksklusi: (a)
Pasien stroke yang menggunakan terapi
alternatif lain; (b) Pasien stroke dengan
imobilitas (fraktur) dan gout terminal
(bengkak).
V3 :

Jenis penelitian ini adalah quasi-


eksperiment, dengan menggunakan
pendekatan “one

group pretes and posttest design”.


Intervensi yang dilakukan adalah latihan
ROM (Range of Motion). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua
pasien stroke yang mengalami
penurunan tingkat kemandirian activity
daily living sebanyak 35 pasien dari 4
bulan terakhir di RSU Siti Hajar Medan.
Teknik
V4 :

Tehnik pengambilan sampel secara


purposif sampling. Analisa data
menggunakan uji Wilcoxon Match
Pairs. Terdapat peningkatan otot
sesudah dilakukan intervensi sebesar
1.8, sedangkan kekuatan otot terjadi
sampai dengan kondisi 5 (normal)
setelah dilakukan intervensi sebanyak
40%.

V5 :

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata


(mean) peningkatan kekuatan otot
antara sebelum dan 7 hari sesudah
diberikan intervensi sebesar 1,80.
Terjadinya peningkatan kekuatan otot
dapat mengaktifkan gerakan volunter,
dimana gerakan volunter terjadi adanya
transfer impuls elektrik dari girus
presentalis ke korda spinalis melalui
neurotransmiter yang mencapai ke otot
dan menstimulasi otot sehingga
menyebabkan pergerakan

Application of Passive V1 : Setelah diberikan asuhan Penerapan latihan Range


Range of Motion (ROM) penelitian ini untuk mengetahui keperawatan dengan tindakan Of Motion (ROM) Pasif di
Exercises to Increase the penerapan latihan Range of Motion mandiri keperawatan latihan jadwal rutin dua kali sehari
Strength of the Limb (ROM) pasif pada pasien non ROM pasif selama 6 hari pagi dan sore hari selama
Muscles in Patients with haemoragik stroke dengan kelumpuhan masalah hambatan mobilitas enam hari dengan waktu
Stroke Cases ekstremitas. Metode penelitian ini fisik dapat teratasi dengan pemberian 15-20 menit.
Penulis : menggunakan metode deskriptif dengan kriteria hasil kekuatan otot Hal ini bertujuan
Agusrianto, Agusrianto pendekatan studi kasus yaitu 1 orang pada kedua ekstremitas meningkatkan atau
Rantesigi, Nirva pasien non hemoragik stroke dan diberi meningkat yaitu pada mempertahankan
Tahun : latihan ROM pasif. ekstremitas kanan atas/bawah fleksibilitas dan kekutan
2020 V2 : dari skala 2 menjadi 3 dan otot, mempertahankan
Referensi : ekstremitas kiri atas/bawah fungsi jantung dan
latihan ROM pasif dua kali sehari
Pubmed dari skala 0 menjadi 1 pernapasan, mencegah
bertujuan dapat meningkatkan kekuatan
(Agusrianto & Rantesigi, kekakuan pada sendi,
otot. Evaluasi setelah enam hari
2020) merangsang sirkulasi
pemberian intervensi pasien dapat
darah, dan pencegah
menggerakkan tangan dan kakinya.
kelainan bentuk, kekakuan
Pada ektremitas kanan atas/bawah dari
dan kontraktur. Dalam
semula skala 2 menjadi skala 3 dan melakukan gerakan ROM
ektremitas kiri atas/bawah dari semula harus diulang sekitar 8 kali
skala 0 menjadi skala 1. Kesimpulan gerakan dan dikerjakan
sesudah diberikan latihan ROM pasif minimal 2 kali sehari,
pasien stroke mengalami peningkatan dilakukan secara perlahan
kekuatan otot pada kedua ekstremitas. dan hati-hati agar tidak
menyebabkan kelelahkan.
V3 :
Ada beberapa hal yang
Penelitian ini menggunakan metode harus diperhatikan dalam
deskriptif dengan pendekatan studi merencanakan program
kasus, yaitu analisis penerapan latihan latihan ROM diantaranya
ROM pasif pada asuhan keperawatan umur pasien, diagnosis,
kasus non hemoragik stroke yang tanda vital, dan lamanya
mengalami kelumpuhan ekstremitas. tirah baring. Dokter sering
Pengumpulan data yang digunakan memprogramkan ROM
meliputi wawancara, observasi, catatan untuk dilakukan pada 12
individu, atau rekam medik dan bagian tubuh diantaranya
perawatan. Data yang telah terkumpul leher, jari-jari, lengan,
dianalisis untuk melihat masalah siku, bahu, tumit, kaki, dan
keperawatan yang dialami klien serta pergelangan kaki, dapat
meninjau keefektifan intervensi yang juga dilakukan pada semua
telah dilakukan untuk menyelesaikan persendian, dalam
masalah keperawatan melakukan ROM harus
sesuai dengan waktunya,
V4 :
misal setelah mandi atau
Penelitian ini menggunakan metode perawatan rutin telah
deskriptif dengan pendekatan studi dilakukan
kasus, yaitu analisis penerapan latihan
ROM pasif pada asuhan keperawatan
kasus non hemoragik stroke yang
mengalami kelumpuhan ekstremitas.
Lokasi penelitian di ruang neuro stroke
center RSUD Poso dan waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 25 Juni s/d 30
Juni 2018. pada penelitian ini
melibatkan satu orang pasien yang
mengalami non haemoragik stroke
dengan kelumpuhan ekstremitas.
Penerapan latihan ROM pasif dilakukan
dua kali sehari pagi dan sore hari
dengan waktu pemberian 15-20 menit
untuk meningkatkan kekuatan otot.

V5 :

Setelah diberikan asuhan keperawatan


dengan tindakan mandiri keperawatan
latihan ROM pasif selama 6 hari
masalah hambatan mobilitas fisik dapat
teratasi dengan kriteria hasil kekuatan
otot pada kedua ekstremitas meningkat
yaitu pada ekstremitas kanan
atas/bawah dari skala 2 menjadi 3 dan
ekstremitas kiri atas/bawah dari skala 0
menjadi 1.

Penerapan Range of V1 : Range of Motion (ROM) jika Penerapan dilakukan


Motion (Rom) Pasif Untuk penerapan ini adalah meningkatkan di lakukan pada pasien stroke sesuai dengan standar
Meningkatkan Kekuatan kekuatan otot pasien stroke non non hemoragik dapat oprasional prosedur,
Otot Pasien Stroke Non hemoragik menggunakan intervensi meningkatkan fleksibilitas namun memiliki
Hemoragik latihan Range Of Motion (ROM) pasif. dan luas gerak sendi pada keterbatasan yaitu
Penulis : Dilakukan kepada 1 pasien pasien stroke. Latihan ROM membutuhkan waktu yang
Merdiyanti, Desi V2 : dapat menimbulkan lama dan harus dilakukan
Ayubbana, Sapti rangsangan sehingga berulang ulang , penerapan
Pasien stroke non hemoragik, Kondisi
Sari HS, Senja Atika meningkatkan aktivitas dari Range Of Motion (ROM)
pasien dengan kelemahan otot
Tahun : kimiawi neuromuskuler dan efektif untuk
(kekuatan otot 0-3), pasien didampingi
2021 muskuler. Rangsangan meningkatkan kekuatan
oleh keluarga, kesadaran composmentis,
Referensi : melalui neuromuskuler akan otot, sehinga subjek dan
pasien dengan tirah baring yang lama
Google scolar meningkatkan rangsangan keluarga perlu di edukasi
dan pasien dengan fase rehabilitasi fisik.
(Merdiyanti et al., 2021) pada serat saraf otot tentang manfaat, tujuan
Alat ukur yang digunakan berupa
ekstremitas terutama saraf Range Of Motion (ROM)
lembar observasi kekuatan otot Kriteria
parasimpatis yang agar mau melakukan
hasil ukur didasarkan penilaian
merangsang untuk produksi latihan gerak sendi.
Instrumen penerapan dalam
asetilcholin, sehingga
pengumpulan data adalah lembar
mengakibatkan kontraksi
kuesioner mengenai karateristik subyek
yang berisikan usia, diagnosa medis,
terapi obat, dan jenis kelamin.
V3 :

Kriteria hasil ukur didasarkan penilaian


Instrumen penerapan dalam
pengumpulan data adalah lembar
kuesioner mengenai karateristik subyek
yang berisikan usia, diagnosa medis,
terapi obat, dan jenis kelamin.

V4 :

Desain studi, yaitu dengan cara meneliti


suatu permasalahan melalui suatu kasus
yang terdiri dari unit tunggal. Unit yang
menjadi kasus tersebut secara
mendalam di analisis baik dari segi
yang berhubungan dengan keadaan
kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian
khusus yang muncul sehubungan
dengan kasus, maupun tindakan dan
reaksi kasus terhadap suatu perlakuan
atau pemaparan tertentu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa


range of motion (ROM) efektif untuk
meningkatkan kekuatan otot sehingga
perawat dapat memberi edukasi kepada
subjek dan keluarga. Subjek dan
keluaraga di harapkan dapat melakukan
range of motion (ROM) secara mandiri
agar kekuatan otot ekstremitas kanan
atas dan bawah dapat meningkat.

V5 :

Hasil penerapan menunjukkan, setelah


pemberian ROM pasif selama 1 hari
kekuatan otot subyek sebelum
penerapan kekuatan otot ekstremitas
kanan atas dan bawah berada pada
derajat 3 dan setelah penerapan derajat
3, sementara pada ekstremitas kiri atas
dan bawah kekuatan otot subyek berada
pada derajat 5. Kesimpulan Penerapan
Range of motion akan efektif
meningkatkan kekuatan otot jika
dilakukan secara teratur dan berulang -
ulang.

PENGARUH ROM V1 : Range of Motion (ROM) jika Penerapan dilakukan


(Range of Motion) Penelitian ini bertujuan untuk di lakukan pada pasien stroke sesuai dengan standar
TERHADAP mengetahui Pengaruh ROM (range of non hemoragik dapat oprasional prosedur,
KEKUATAN OTOT Motion) terhadap Kekuatan Otot meningkatkan fleksibilitas namun memiliki
EKSTREMITAS PADA Ekstremitas pada Pasien Stroke Non dan luas gerak sendi pada keterbatasan yaitu
PASIEN STROKE NON Hemaoragic Desain penelitian quasi pasien stroke. Latihan ROM membutuhkan waktu yang
HEMORAGIC eksperimen dengan jumlah sampel 90 dapat menimbulkan lama dan harus dilakukan
Penulis : orang. rangsangan sehingga berulang ulang , penerapan
Anggriani, Anggriani V2 : meningkatkan aktivitas dari Range Of Motion (ROM)
Zulkarnain, Zulkarnain kimiawi neuromuskuler dan efektif untuk
Waktu dan Frekuensi ROM Pasif
Sulaiman, Sulaiman muskuler. Rangsangan meningkatkan kekuatan
1. Idealnya latihan ini dilakukan sekali melalui neuromuskuler akan otot, sehinga subjek dan
Gunawan, Roni sehari. meningkatkan rangsangan keluarga perlu di edukasi
Tahun : pada serat saraf otot tentang manfaat, tujuan
2. Lakukan masing-masing gerakan
2018 ekstremitas terutama saraf Range Of Motion (ROM)
sebanyak 10 hitungan, latihan dilakukan
Referensi : parasimpatis yang agar mau melakukan
dalam waktu 30 menit.
Google Scolar merangsang untuk produksi latihan gerak sendi.
(Anggriani et al., 2018) 3. Mulai latihan secara perlahan, dan asetilcholin, sehingga
lakukan latihan secara bertahap. mengakibatkan kontraksi

4. Usahakan sampai mencapai gerakan


penuh tetapi jangan memaksakan
gerakan.

5. Jangan memaksakan suatu gerakan


pada pasien, gerakan hanya sampai pada
batas yang ditoleransi pasien.

6. Jaga supaya tungkai dan lengan,


anggota badan menyokong seluruh
gerakan.

7. Hentikan latihan apabila pasien


merasa nyeri, dan segera konsultasikan
ke tenaga kesehatan.

8. Dilakukan dengan pelan-pelan dan


hati- hati dengan melihat
respon/keadaan pasien.

V3 :

Penelitian ini merupakan penelitian


kuantitatif, menggunakan desain
penelitian quasi experimental dengan
pendekatan one group pre test-post test.
Pada desain penelitian ini hanya
terdapat satu kelompok, yaitu kelompok
perlakuan sekaligus menjadi kelompok
kontrol. Kelompok tersebut dilakukan
intervensi berupa latihan ROM pasif
menggunakan metode langsung.
Dilakukan penilaian untuk mengetahui
kekuatan otot sebelum intervensi (pre-
test).

V4 :

Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif, menggunakan desain


penelitian quasi experimental dengan
pendekatan one group pre test-post test.
Pada desain penelitian ini hanya
terdapat satu kelompok, yaitu kelompok
perlakuan sekaligus menjadi kelompok
kontrol. Kelompok tersebut dilakukan
intervensi berupa latihan ROM pasif
menggunakan metode langsung.
Dilakukan penilaian untuk mengetahui
kekuatan otot sebelum intervensi (pre-
test).
V5 :
Hal ini membuktikan bahwa ROM
berpengaruh dalam meningkatkan
kekuatan otot tangan responden. Nilai
signifikansi kekuatan otot tangan
sebelum dan sesudah pemberian ROM
sebesar 0,000. Artinya terdapat
perbedaan kekuatan otot tangan
sebelum dan sesudah pemberian ROM.
Nilai signifikansi kekuatan otot kaki
sebelum dan sesudah pemberian ROM
sebesar 0,000. Artinya terdapat
perbedaan kekuatan otot kaki sebelum
dan sesudah pemberian ROM. Hal ini
membuktikan bahwa ROM berpengaruh
dalam meningkatkan kekuatan otot
tangan dan kaki responden. Rumah sakit
sebaiknya menetapkan standar
operasional prosedur untuk penanganan
khusus menggunakan ROM agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal dan
seragam untuk semua masalah kekuatan
otot.

Efektivitas Latihan Range V1 : Range Of Motion (ROM) Terapi tersebut


of Motion (ROM) Pasif Penelitian ini untuk mengetahui pasif terhadap peningkatan direkomendasikan untuk
terhadap Peningkatan efektivitas latihan Range Of Motion kekuatan otot pada pasien digunakan karena
Kekuatan Otot Pasien (ROM) pasif terhadap peningkatan stroke dapat disimpulkan tekniknya sederhana, tidak
Stroke kekuatan otot pada pasien stroke. bahwa latihan ROM pasif membutuhkan alat
Penulis : V2 : efektif dalam meningkatkan tertentu, tidak memerlukan
Helmiati kekuatan otot pasie stroke. kemampuan khusus untuk
Penelitian pertama yang dilakukan oleh
Tahun : Latihan ROM harus menerapkannya dan dapat
Kusuma dan Sara (2020) mengatakan
2021 dilakukan sedini mungkin diaplikasikan oleh semua
bahwa latihan Range Of Motion (ROM)
Referensi : secara terus menerus untuk pasien stroke yang
Pasif harus dilakukan sedini mungkin
Google Scolar mencegah terjadinya mengalami kelemahan
dan secara terus menerus minimal
(Helmiati, 2021) komplikasi, meningkatkan otot.
pelaksanaan 4 minggu dengan frekuensi
kekuatan otot dan flesibilitas
latihan 2 kali sehari setiap pagi dan sore
sendi serta memperbaiki
dengan durasi waktu 15-35 menit.
kualitas hidup pasien stroke.
hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata kekuatan otot pre-test
kelompok intervensi 1,60 dan nilai rata-
rata kekuatan otot pre-test kelompok
kontrol adalah 1,80. Nilai rata-rata
kekuatan otot post-test kelompok
intervensi adalah 2,30 dan nilai rata-rata
post-test kelompok kontrol 1,70 yang
berarti ada pengaruh yang bermakna
pemberian latihan Range Of Motion
(ROM) pasif terhadap peningkatan
kekuatan otot ekstermitas atas dan
bawah pada pasien stroke non
hemoragik

V3 :

Penelusuran literatur dilakukan melalui


database google scholar dan pubmed.
Penelusuran artikel dalam bahasa
Indonesia dilakukan melalui mesin
pencari google scholar dengan
menggunakan kata kunci yaitu “stroke
AND hemiparesis AND rom pasif AND
kekuatan otot” dan pada artikel bahasa
Inggris penelusuran dilakukan melalui
mesin pencari pubmed

dengan menggunakan kata kunci yaitu


“stroke AND hemiparese AND passive
rom AND muscle strenght”, artikel
yang digunakan adalah artitel yang
terbit mulai 1 Januari 2013 sampai
Desember 2020,
V4 :

Penelusuran literatur dilakukan melalui


database google scholar dan pubmed.
Penelusuran artikel dalam bahasa
Indonesia dilakukan melalui mesin
pencari google scholar dengan
menggunakan kata kunci yaitu “stroke
AND hemiparesis AND rom pasif AND
kekuatan otot” dan pada artikel bahasa
Inggris penelusuran dilakukan melalui
mesin pencari pubmed dengan
menggunakan kata kunci yaitu “stroke
AND hemiparese AND passive rom
AND muscle strenght”, artikel yang
digunakan adalah artitel yang terbit
mulai 1 Januari 2013 sampai Desember
2020, naskah fulltext, menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Hasil penelusuran didapatkan sebanyak
185 artikel. Setelah dilakukan skrining
dan dipilih artikel berdasarkan kriteria
inklusi terdapat 5 artikel yang
memenuhi kriteria inklusi dengan
penilaian kualitas kelayakan
menggunakan JBI Citical Apraisal
dengan skor kelayakan lebih dari 50%.

V5 :
Berdasarkan lima jurnal yang telah
direview tentang efektivitas ROM pasif
terhadap peningkatan kekuatan otot
pada pasien stroke membuktikan bahwa
latihan ROM pasif efektif untuk
meningkatkan kekuatan otot pada
pasien stroke. Pemberian latihan ROM
dilakukan minimal 2 kali dalam sehari
dengan durasi waktu 15-35 menit dan
dilakukan minimal 4 kali pengulangan
setiap gerakan selama 1-4 minggu
latihan.
4. Deskripsi Topik

Penulis dan Tahun Deskripsi topic/ Issue yang sedang di review

(Anggriani et al., 2020) Range Of Motion memiliki pengaruh terhadap


rentang gerak responden bila dilakukan dengan
frekuensi dua kali sehari dalam enam hari dan
dengan waktu 10-15 menit dalam sekali latihan.
Memperbaiki fungsi saraf merupakan tujuan
perawatan suportif dini melalui terapi fisik. ROM
merupakan pergerakan persendian sesuai dengan
gerakan yang memungkinkan terjadinya kontraksi
dan pergerakan otot baik secara pasif maupun
aktif

(Agusrianto & Rantesigi, 2020) Latihan range of motion (ROM) merupakan


latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot. Latihan ROM adalah salah
satu bentuk intervensi fundamental perawat yang
merupakan bagian dari proses rehabilitas pada
pasien stroke.

(Merdiyanti et al., 2021) Latihan range of motion (ROM) efektif untuk


meningkatkan kekuatan otot sehingga perawat
dapat memberi edukasi kepada subjek dan
keluarga. Subjek dan keluaraga di harapkan dapat
melakukan range of motion (ROM) secara
mandiri agar kekuatan otot ekstremitas kanan atas
dan bawah dapat meningkat.
(Anggriani et al., 2018) Range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
pergerakkan sendi secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan
ROM dapat mencegah berbagai komplikasi
seperti nyeri karena tekanan, kontraktur,
tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini
penting dilakukan secara rutin dan kontinyu.
Memberikan latihan ROM secara dini dapat
meningkatkan kekuatan otot karena dapat
menstimulasi motor unit sehingga semakin
banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi
peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien
hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan
terjadi kecacatan yang permanen.

(Helmiati, 2021) latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap


peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke
dapat disimpulkan bahwa latihan ROM pasif
efektif dalam meningkatkan kekuatan otot pasie
stroke. Latihan ROM harus dilakukan sedini
mungkin secara terus menerus untuk mencegah
terjadinya komplikasi, meningkatkan kekuatan
otot dan flesibilitas sendi serta memperbaiki
kualitas hidup pasien stroke. Frekuensi
pemberikan latihan yaitu dilakukan 2x sehari
setiap pagi dan sore dengan waktu 15-35 menit
dan dilakukan minimal 4 kali pengulangan setiap
gerakan. Waktu pemberian latihan ini sebaiknya
dilakukan lebih lama minimal 4 minggu karena
telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan
kekuatan otot pasien stroke. Terapi tersebut
direkomendasikan untuk digunakan karena
tekniknya sederhana, tidak membutuhkan alat
tertentu, tidak memerlukan kemampuan khusus
untuk menerapkannya dan dapat diaplikasikan
oleh semua pasien stroke yang mengalami
kelemahan otot.

5. Prosedur CBT

Terapi yang
Range Of Montion (ROM)
diberikan

Pengertian Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk


mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan pergerakkan sendi secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Melakukan
mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat mencegah
berbagai komplikasi seperti nyeri karena tekanan, kontraktur,
tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting
dilakukan secara rutin dan kontinyu.

Tujuan ROM memiliki banyak tujuan diantaranya yaitu memelihara


fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi, mengurangi rasa
nyeri, mengembalikan kemampuan pasien menggerakkan otot,
dan melancarkan peredaran darah

Persiapan alat 1. Handuk kecil


2. Lotion/Baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu, misal : Minyak telon dll)
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
Pelaksanaan 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan dan prosdur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
3. Melakukan gerakan ROM
a. Pergerakan bahu
1) Pegang pergerakan tangan dan siku penderita,
lalu angkat selebar bahu, putar ke luar dan ke
dalam
2) Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di
bengkokan, lalu kembali ke posisi awal
3) Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan
kearah badan, hingga menjangkau tangan yang
lain
b. Pergerakan siku
1) Buat sudut 90º pada siku lalu gerakan lengan
keatas dan ke bawah dengan membuat gerakan
setengah lingkaran
2) Gerakan lengan dengan menekuk siku sampai ke
dekat dagu.
c. Pergerakan tangan
1) Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu
putar pergelangan tangan
2) Gerakan tangan sambil menekuk tangan ke
bawah
3) Gerakan tangan sambil menekuk tangan keatas
d. Pergerakan jari tangan
1) Putar jari tangan satu persatu
2) Pada ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan
mendekat dari jari telunjuk, lalu dekatkan pada
jari – jari yang lain.
e. Pergerakan kaki
1) Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut kaki
lalu angkat sampai 30 o lalu putar
2)
Gerakan lutut dengan menekuknya sampai 90

3) Angkat kaki lalu dekatkan kekaki yang satu


kemudian gerakan menjauh
4) Putar kaki ke dalam dan ke luar
5) Lakukan penekanan pada telapak kaki keluar
dan kedalam vi. Jari kaki di tekuk – tekuk lalu di
putar.
f. Pergerakan Leher
1) Pegang pipi pasien lalu gerakan kekiri dan
kekanan
2) Gerakan leher menekuk kedepan dan
kebelakang.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar dokumentasi.
Gambar
BAB 3

LAPORAN KASUS DAN HASIL

A. Pengkajian
1. Hasil Anamnesis Biodata dan Riwayat Kesehatan Pasien dengan
Stroke Infark

Identitas Pasien 1 Pasien 2


Pasien

Nama Ny. A Ny. E

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

Umur 70 tahun 57 tahun

Status Perkawinan Menikah Menikah

Pekerjaan IRT IRT

Agama Islam Islam

Pendidikan Terakhir SMA SMP

Alamat Soreang Subang

Diagnose Medis Stroke Infark Stroke Infark

Nomor Registrasi 624622 908219

Tanggal MRS 06 November 2023 10 November 2023

Tanggal Pengkajian 07 November 2023 10 November 2023

Keluhan utama Klien mengatakan lemas Klien mengatakan Lemas


pada ekstremitas kanan dibagian ekstremitas kiri

Riwayat Penyakit Pada saat 1 minggu sebelum Pada saat 3 harisebelum


masuk rumah sakit klien masuk rumah sakit klien
Sekarang mengatakan tangan dan kaki mengatakan tangan dan
sebelah kanannya semakin kaki kirinya tidak bisa di
tidak bisa digerakan. Klien gerakan merasa baal
dibawa ke IGD pada tanggal tidak terasa apapun.
5 Novemer 2023 pada pukul Sering nyeri kepala tiba-
20:00 WIB dan diberikan tiba. Klien dibawa ke
terapi obat, infus RL dan IGD pada tanggal 09
NACL dan dilakukan November 2023 dan pada
pemeriksaan CTScan. Klien pukul 18:00 WIB
datang ke rungan pada diberikan terapi obat
tanggal 06 November 2023 Infus RL dan dilakukan
pukul 08:00 WIB. Pada saat pemeriksaan CTScan.
pengkajian yang dilakukan Klien datang keruangan
tanggal 07 November 2023 pada tanggal 10
pukul 09:00 WIB klien November 2023 pukul
mengatakan pusing dan 08:00 WIB. Pada saat
nyeri ekstremitas kanan dilakukan pengkajian
atas dan bawah tidak yang dilakukan tanggal
dapat digerakan. sering 10 November 2023 pkul
merasa kesemutan di area 09:00 WIB klien
ektremitas kanan atas atau mengatakan lemas dan
bawah nyeri tidak bisa gerak
bagian ekstremitas kiri
atas dan bawah merasa
sering kesemutan
namun yang sering
kesemutan di area
tangan
Riwayat Kesehatan klien mengatakan Klien mengatakan
Dahulu sebelumnnya memiliki memiliki riwayat
riwayat hipertensi sudah dari hipertensi sejak 3 tahun
10 tahun yang lalu paling yang lalu tidak memiliki
tinggi 230/100 karena di riwayat keturunan dari
keluarganya memiliki keluargannya. Tidak
riawayt hipertensi dari ibu pernah konsul kedokter
kandungnya. Sering kontrol karena merasa hanya
ke dokter dan mengonsumsi pusing biasa dan hanya
obat dari dokter, sudah mengonsumsi obat
pernah dirawat 3 kali dan warung saja.
sebelumnnya 3 tahun Sebelumnnya tidak
terakhir pernah memiliki pernah di rawat dan
riwayat stroke namun sudah belum pernah memiliki
kembali pulih lagi riwayat stroke
sebelumnya

Riwayat Kesehatan Klien mengatakan terdapat Klien mengatakan tidak


Keluarga riwat hipertensi pada terdapat riwat hipertensi
keluargannya, tidak terdapat pada keluargannya, tidak
riwayat asma, diabetes terdapat riwayat asma,
militus. Tidak terdapat alergi diabetes militus. Tidak
obat dll. terdapat alergi obat dll

2. Hasil Observasi dan pemeriksaan Fisik pada pasiem

Observasi dan Pasien 1 Pasien 2


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum Keadaan pasien compost Keadaan pasien compost
mentis. Lemah hanya bisa mentis. Lemah hanya bisa
tidur dikasur tidur dikasur

Kesadaran GCS 15 = E4V5M6 GCS 15 = E4V5M6

Pemeriksaan Tanda TD : 107/90 mmHg TD :130/80 mmHg


–Tanda Vital dan N: 104 N: 90
Antropometri S : 37.0 C S :37.5 C
R : 20 R :20
BB : 65 kg BB : 50 kg
TB : TB :
IMT : IMT :

Pemeriksaan Fisik

Kepala Kepala : Rambut berwarna Kepala : Rambut berwarna


hitam, terlihat lepek, hitam, terlihat lepek,
tidak ada krepitasi, tidak tidak ada krepitasi, tidak
nyeri saat di palpasi nyeri saat di palpasi

Mulut :Bibir kering, Mulut :Bibir kering,


berwarna hitam, terdapat berwarna hitam, tidak adak
caries gigi, mulut caries gigi, mulut tampak
tampak sedikit kotor, kotor, tidak terdapat
bibir pucat, tidak stomatitis.tampak pucat,
terdapat stomatitis. bicara sedikit rero

Hidung : Simertis, mukosa Hidung : Simertis, mukosa


hidung lembab, pasase nafas hidung lembab, pasase nafas
baik, penciuman baik. baik, penciuman baik.

Telinga : Simetris, tidak Telinga : Simetris, tidak


edema, lubang telinga edema, lubang telinga
bersih, tidak ada bersih, tidak ada
pendarahan, tidak ada nyeri pendarahan, tidak ada nyeri
saat dipalpasi, ketajaman saat dipalpasi, ketajaman
pendengaran sedikit kurang pendengaran sedikit kurang
terdengar harus dengan nada terdengaran baik
yang keras
Leher : Tidak terdapat
Leher : Tidak terdapat hiperpigmentasi kulit, tidak
hiperpigmentasi kulit, tidak ada pembengkakan kelenjar
ada pembengkakan kelenjar kekuatan otot baik, tidak
kekuatan otot baik, tidak ada peningkatan JVP,
ada peningkatan JVP, dapat menelan dengan baik
dapat menelan dengan baik

Dada Pengembangan Pengembangan dada


dada simetris kiri dan simetris kiri dan kanan,
kanan, tidak terdapat tidak terdapat otot
otot bantu pernafasan, bantu pernafasan, tidak ada
tidak ada edema, tidak edema, tidak ada lesi,
ada lesi, tidak ada tidak ada kelainan
kelainan bentuk bentuk tulang, vocal
tulang, vocal fremitus fremitus baik, suara paru
baik, suara paru vesikuler, tidak terdapat
vesikuler, tidak nyeri dada
terdapat nyeri dada

Abdomen Tidak terdapat perubahan Tidak terdapat perubahan


warna kulit, tidak terdapat warna kulit, tidak terdapat
penumpukan terdapat nyeri penumpukan terdapat nyeri
tekan, ketika cairan, tidak tekan, ketika cairan, tidak
diperkusi terdapat suara diperkusi terdapat suara
thympani, bising usus thympani, bising usus
8x/menit 8x/menit

Genital Tidak terdapat masalah pada Tidak terdapat masalah pada


genitalia, anus dan rektum genitalia, anus dan rektum
berkemih 5x sehari dan berkemih 5x sehari dan
BAB 1x sehari terpasang BAB belum sejak 4 hari
kateter lalu, terpasang kateter

Ekstremitas Atas Tidak terdapat sianosis, Tidak terdapat sianosis,


CRT<3 detik, akral CRT<3 detik, akral
dingin, terdapat edema, dingin, tidak terdapat
tugor kulit lama kembali, edema, tugor kulit cepat
terdapat nyeri, kekuatan kembali, terdapat nyeri,
otot kekuatan otot

Ekstremitas Bawah Tidak terdapat sianosis, Tidak terdapat sianosis,


CRT<3 detik, akral CRT<3 detik, akral
dingin, terdapat edema, dingin, tidak terdapat
tugor kulit lama kembali, edema, tugor kulit cepat
tidak terdapat nyeri, kembali, terdapat nyeri,
kekuatan otot kekuatan otot

Nervus Nervus 1 : klien dapat Nervus 1 : klien dapat


mencium serta mencium serta
membedakan wangi membedakan wangi
minyak kayu putih minyak kayu putih

Nervus II : klien Nervus II : klien tidak


terbatas dalam melihat terbatas dalam melihat
dan membaca suatu dan membaca suatu
bacaan karena faktor bacaan
usia
Nervus III, IV, VI : klien
Nervus III, IV, VI : klien mampu menggerakan bola
mampu menggerakan bola mata pada saat diberikan
mata pada saat diberikan cahaya pupil mata klien
cahaya pupil mata klien mengecil
mengecil
Nervus V: adanya
Nervus V: adanya refleks mengedip serta
refleks mengedip serta klien dapat membedakan
klien dapat membedakan sensasi halus dan kasar
sensasi halus dan kasar
Nervus VII : klien mampu
Nervus VII : klien mampu tersenyum dengan
tersenyum dengan sempurna namun bicara
sempurna terbatas rero

Nervus VIII: Nervus VIII:


pendengaran klien pendengaran klien baik
sedikit kurang baik tidak harus dengan nada
harus dengan nada keras keras
karena faktor usia
Nervus IX: klien
Nervus IX: klien mampu membedakan rasa
mampu membedakan rasa makanan manis dan asin
makanan manis dan asin
Nervus X: klien tidak
Nervus X: klien tidak terdapat gangguan
terdapat gangguan menelan, terdapat terdapat
menelan, terdapat terdapat refleks muntah
refleks muntah
Nervus XI: klien dapt
Nervus XI: klien dapt mengangkat 1 bahu hanya
mengangkat 1 bahu hanya sebelah kanan
sebelah kiri
Nervus XII : klien mampu
Nervus XII : klien mampu menjulurkan lidah dan
menjulurkan lidah dan menggerakan lidahnya
menggerakan lidahnya sedikit demisedikit
karena terbatas
Refleks babinksi negatif

3. Hasil Pengkajian Psiko Sosial Spiritual

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2

Data psikologis Pasien merupakan seorang Pasien merupakan seorang


ibu rumah tangga yang ibu rumah tangga yang
memiliki 5 anak 3 anak memiliki 1 anak perempuan
perempuan dan 2 anak laki – sudah menikah, klien
laki sudah semuannya merasa khawatir dan kaget
menikah, klien merasa dengan kondisinya
khawatir karena kondisi sekarang, klien sulit
sekarang, klien dapat berkomunikasi dengan baik
berkomunikasi dengan karena pembicaraanya rero
kooperatif. namun masih dapat
kooperatif

Data sosial Aktivitas sehari- hari klien Aktivitas sehari- hari klien
adalah di rumah, tidak aktif adalah iburuma tangga
di kegiatan sosial di yang memiliki 1 anak
masyarakat. Selama di
rumah sakit klien dapat
berinteraksi dengan perawat,
dan pasien yang lain.

Pengkajian spiritual

Pemaknaan sakit Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa


sakitnya ini sebagai ujian sakitnya ini sebagai ujian

Penerimaan sakit Klien mengatakan menerima Klien ikhlas menerima sakit


sakit yang diberikan oleh yang dialami dan klien
allah karena sakit berharap kepada allah agar
merupakan pengugur dosa- segera di sembuhkan dari
dosanya penyakitnya

Dukungan sosial Klien dapat dukungan dari Klien dapat dukungan dari
anak-anaknnya klien suami dan anak-anaknya
berharap dapat sembuh klien berharap dapat
kembali dan dapat berkumpul dengan
berkumpul dengan keluargannya dan anak
keluarganya anaknya

Aktivitas ibadah Klien beragama islam Klien beragama islam


selama sakit klien masih sebelum sakit klien
menjalankan ibadah 5 waktu menjalankan ibadah 5
dengan berbaring atau duduk waktu namun setelah sakit
dengan tayamum klien tidak melakukan
sholat karena hanya
berbaring lemas dan lemah

4. Hasil Pengkajian Aktivitas Sehari Hari (ADL)

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2

Nutrisi Sebelum Sakit : Sebelum Sakit :


Klien mengatakan dirumah Klien mengatakan dirumah
makan sehari 2x dengan makan sehari 3x dengan
porsi banyak dan habis (nasi, porsi banyak dan selalu
lauk, sayur,ikan namun habis minum air putih
hanya yang lunak – lunak) sehari 8 gelas tidak terdapat
minum air putih dan teh makanan yang do pantang
hangat terdapat makanan
yang dipantang Sesudah Sakit :
Sesudah Sakit : Klien mengatakan makan-
Klien mengatakan makan- makanan dari rs 3x sehari 1
makanan dari rs 3x sehari 1 porsi tidak habis makanan
porsi habis makanan lunak lunak dan minum air putih
dan minum air putih 1 hari 5 1 hari 2-3 gelas kecil
gelas besar

Eliminasi Sebelum Sakit : Sebelum Sakit :

± 5-8 kali/hari ± 5-8 kali/hari


Kuning jernih Kuning jernih
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Sesudah Sakit : Sesudah Sakit :

Terpasang Down Cateter Terpasang Down Cateter


sebanyak 500 cc dalam 2 sebanyak 500 cc dalam 2
jam jam

Mobilisasi Sebelum Sakit : Sebelum Sakit :


Baik aktivitas seperti biasa Baik aktivitas masih biasa
masih bisa digrakan sendiri masih bisa digerakan secara
meskisedikit sedikit terbatas normal

Sesudah Sakit : Sesudah Sakit :


Aktivitas terbatas hanya Aktivitas terbatas hanya
diam tidur dikasur tidak bisa diam tidur dikasur tidak
duduk, jika duduk harus di bisa duduk
bantudan membutuhkan alat
penaham

Istirahat Tidur Sebelum Sakit : Sebelum Sakit :


Klien mengatakan tidur Klien mengatakan tidur
dirumah dirumah

Sesudah Sakit : Sesudah Sakit :


Klien mengatakan di rs Klien mengatakan di rs
mengeluh tidak bisa tidur mengeluh tidak bisa tidur
nyenyak dan sering nyenyak dan sering
terbangun terbangun bahkan tidak
tidur seharian

Personal Hygiene Sebelum Sakit : Sebelum Sakit :


klien mengatakan pada saat klien mengatakan pada saat
dirumah mandi 2x sehari dan dirumah mandi 2x sehari
keramas 2x sehari dan keramas 2x sehari

Sesudah Sakit : Sesudah Sakit :


Klien mengatakan selama di Klien mengatakan selama
rumah sakit mandi dan di rumah sakit mandi dan
gosok gigi hanya 1x sehari gosok gigi hanya 1x sehari
dan mandi hanya di seka 1x dan mandi hanya di seka 1x
sehari sehari

B. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Radiologi

Data Radiologi Pasien 1 Pasien 2

Foto Thorax Tidak tampak tb paru aktif Tidak tampak tb paru aktif
maupun bronchopneumonia maupun bronchopneumonia
tidak nampak kardiomegali tidak nampak kardiomegali

MSCT Kepala Infark lama di daerah ganglia Infark di daerah cortical


basalis kanan lobus temporooccipitalis
Tidak terdapat pendarahan kiri
Atrofi cerebri senilis Multiple infark lakuler
didaerah ganglia basalis
bilateral
Atrofi cerebri senilis
Tidak nampak pendarahan

2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Pasien 1 Pasien 2 Nilai Normal


Laboratorium

Hemoglobin 13.9 15.6 12.0-16.0 g/dL

Lekosit 16.120 44.400 3.800-10.600 sel/Ul

Eritrosit 4.95 8.32 3.6-5.8 juta/Ul

Hematrokit 43.2 49.3 35-37 %

Trombosit 308.000 1.376.000 150.000-440.000


sel/uL

MCV 87.3 59.5 80-100 fL

MCH 28.1 18.8 26-34


pg

MCHC 32.2 31,6 32-36


%

RDW-CV 15.5 23.3 11.5-14.5 %

Fungsi Liver - - -

SGOT 21 - 10-31

SGPT 12 - 9-36

Fungsi ginjal - - -

Ureum 41 - 10-50
Kreatinin 0.79 - 0.7-1.13

Gula darah 119 - -

GDS 100 120 70-200

3. Program Terapi
Pasien sudah diberika terapi obat berupa

1. Pasien 1 Ny. A
Nama Obat Cara Pemberian Dosis Jam Pemberian

Cefriaxone IV 2x1 gr 06.00-18.00

Pantoprazole IV 1x1 gr 08.00

RL IV 500 ml 08.00

Citikolin IV 2x1 ml 06.00-17.00

CPG Oral 1x75 mg 11.00


(klopidogrel)

Ketorolac IV 1x2 gr 07.00

2. Pasien 2 Ny. E
Nama Obat Cara Pemberian Dosis Jam Pemberian

Cefriaxone IV 2x1 gr 06.00-18.00

RL IV 500 ml 08.00

Citikolin IV 2x1 ml 06.00-17.00


CPG Oral 1x75 mg 11.00
(klopidogrel)

Ketorolac IV 1x2 gr 07.00

Mecobalamine IV 2x1 mg 09.000


C. Analisis Data
Diagnosa Keperawatan pada Klien Stroke Infark

No Hari Analisa Data Etiologi Masalah Hari Analisa data Etiologi Masalah
tanggal tanggal

1 07 DS : Faktor pencetus perfusi 10 DS : Faktor pencetus Perfusi


Novemb - klien mengatakan ferifer Novemb - klien mengatakan ferifer
Gaya hidup, kolestrol, stres, Gaya hidup, kolestrol, stres,
er 2023 pusing dan tidak er 2023 lemas dan nyeri tidak
obesitas, hipertensi obesitas, hipertensi
ekstremitas kanan efektif tidak bisa gerak efektif
atas dan bawah tidak Penumpukan bagian ekstremitas Penumpukan

dapat digerakan. lemak/kolestrol yang kiri atas dan lemak/kolestrol yang

sering merasa meningkat dalam darah bawah.merasa meningkat dalam darah

kesemutan di area Trombosis dan emboli sering kesemutan Trombosis dan emboli
ektremitas kanan serebral namun yang sering serebral
atas atau bawah kesemutan di area
Merangsang perubahan Merangsang perubahan
DO : tangan
kimia dan stimulasi endotel kimia dan stimulasi endotel
- klien terlihat bibir DO :
pucat, kering Perubahan lapisan intima - klien terlihat bibir Perubahan lapisan intima
CRT<3 detik, akral Plak pada pembuluh darah pucat, kering Plak pada pembuluh darah
dingin, terdapat edema, - CRT<3 detik, akral
Plak ruptur Plak ruptur
tugor kulit lama dingin, terdapat nyeri,
kembali, Emboli dan trombus Bicara rero Emboli dan trombus

Penyumbatan pada vaskuler Penyumbatan pada vaskuler


cerebral cerebral

Suplai darah dan O2 ke otak Suplai darah dan O2 ke otak


menurun menurun

Gangguan perfusi jaringan Gangguan perfusi jaringan


cerebral tidak efektif cerebral tidak efektif

2 DS : Faktor pencetus Ganggua DS : Faktor pencetus Ganggua


- Klien mengatakan n - Klien mengatakan n
Gaya hidup, kolestrol, stres, Gaya hidup, kolestrol, stres,
pusing mobilitas lemas mobilitas
obesitas, hipertensi obesitas, hipertensi
- Klien mengatakan fisik - Klien mengatakan fisik
tidak bisa Penumpukan tidak bisa Penumpukan

mengerakan lemak/kolestrol yang menggerakan lemak/kolestrol yang

ektremitas sebelah meningkat dalam darah ektremitas sebelah meningkat dalam darah

kanan kaki dan kiri kaki dan


tangannya Trombosis dan emboli tangannya Trombosis dan emboli
DO : serebral DO : serebral
- Klien terlihat - Klien terlihat
Merangsang perubahan Merangsang perubahan
berbaring di tempat berbaring di tempat
kimia dan stimulasi endotel kimia dan stimulasi endotel
tidur tidur
- Sendi kaku Perubahan lapisan intima - Sendi kaku Perubahan lapisan intima

- Gerakan terbatas Plak pada pembuluh darah - Gerakan terbatas Plak pada pembuluh darah
sebalah kanan sebelah kiri
Plak ruptur Plak ruptur
- Kekuatan otot - Kekuatan otot
menurun Emboli dan trombus menurun Emboli dan trombus
- Fisik lemah
Penyumbatan pada vaskuler Penyumbatan pada vaskuler
cerebral cerebral

Suplai darah dan O2 ke otak Suplai darah dan O2 ke otak


menurun menurun

Gangguan perfusi jaringan Gangguan perfusi jaringan


cerebral tidak efektif cerebral tidak efektif

Arteri vetebra basilasris Arteri vetebra basilasris


Disfungsi N IX Disfungsi N IX

Kelemahan anggota gerak Kelemahan anggota gerak


tubuh tubuh

Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik

3 DS : Faktor pencetus Gaya hidup, Difisit DS : Faktor pencetus Gaya Difisit


- Klien mengatakan kolestrol, stres, obesitas, perawata - Klien mengatakan hidup, kolestrol, stres, perawata
selama sakit di hipertensi n diri aktivitas makan obesitas, hipertensi n diri
bantu aktivitas oleh dan mandinya
Penumpukan Penumpukan
keluargannya karena dibantu oleh
lemak/kolestrol yang lemak/kolestrol yang
hanya tangan dan keluargannya
meningkat dalam darah meningkat dalam darah
kakisebelah kiri karena tangan dan
yang bisa di gerakan Trombosis dan emboli kaki sebelah kanan Trombosis dan emboli

DO : serebral yang bisa di serebral

- Klien terlihat rambut Merangsang perubahan gerakan Merangsang perubahan


lepek kimia dan stimulasi endotel DO : kimia dan stimulasi endotel
- Bibir kering, - Klien terlihat
berwarna hitam, Perubahan lapisan intima rambut lepek Perubahan lapisan intima
terdapat caries gigi, - Bibir kering
Plak pada pembuluh darah Plak pada pembuluh darah
mulut tampak berwarna hitam,
sedikit kotor, bibir Plak ruptur mulut tampak Plak ruptur

pucat Emboli dan trombus sedikit kotor, bibir Emboli dan trombus
pucat
Penyumbatan pada vaskuler Penyumbatan pada vaskuler
cerebral cerebral

Suplai darah dan O2 ke otak Suplai darah dan O2 ke otak


menurun menurun

Gangguan perfusi jaringan Gangguan perfusi jaringan


cerebral tidak efektif cerebral tidak efektif

Arteri cerebri media Arteri cerebri media

Disfungsi N IX Disfungsi N IX

Kegagalan menggerakan Kegagalan menggerakan


otot otot
Difisit perawatan diri Difisit perawatan diri

4 DS : usia > 60 tahun Resiko DS : aktivitsa di tempat Resiko


- Klien mengatakan penurunan fungsi fisiologis Jatuh - klien mengatakan tidurpergerakan terhambat Jatuh
pusing dan nyeri di penurunan penglihatan, lemas di bagian lingkungan tidak
area ektremitas atas persendian ektremitas atas dan mendukung
dan bawah aktivitsa di tempat bawah Resiko Jatuh
DO : tidurpergerakan terhambat DO :
- klien terlihat lingkungan tidak - klien terlihat
berbaring ditempat mendukung berbaring di
tidur Resiko Jatuh tempat tidur

5 DS : Faktor pencetus Gaya hidup, Ganggua


- Klien mengatakan kolestrol, stres, obesitas, n
bicarannya sedikit hipertensi komunik
susah dan tidak asi
Penumpukan
jelas verbal
lemak/kolestrol yang
DO :
meningkat dalam darah
- Klien terlihat
ketika berbicara Trombosis dan emboli
sedikit tidak jelas serebral

Merangsang perubahan
kimia dan stimulasi endotel

Perubahan lapisan intima

Plak pada pembuluh darah

Plak ruptur

Emboli dan trombus

Penyumbatan pada vaskuler


cerebral

Suplai darah dan O2 ke otak


menurun

Gangguan perfusi jaringan


cerebral tidak efektif

Arteri vetebra basilasris


Disfungsi N I, NII, NIV,
VXII

Kehilangan tonus otot fasial

Gangguan komunikasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN PASIEN 1


1. Perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi d.d stroke
2. Mobilitas Fisik b.d penurunan otot d.d sulit menggerakan ekstremitas
3. Difisit Perawatan Diri b.d kelemhan d.d tidak mampu mengerakan secara mandiri
4. Resiko Jatuh b.d kekuatan otot menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN PASIEN 2
1. Perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi d.d stroke
2. Mobilitas Fisik b.d penurunan otot d.d sulit menggerakan ekstremitas
3. Difisit Perawtan Diri b.d kelemhan d.d tidak mampu mengerakan secara mandiri
4. Resiko Jatuh b.d kekuaan otot menurun
5. Gangguan Komunikasi Verbal
D. Intervensi Keperawatan Pasien 1

No Diagnosa Perencanaan Tindakan


Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
1. Perfusi serebral Setelah dilakukan Pemantauan Tekana Intrakranial - dilakukannya pemantauan tekanan
tidak efektif b.d tindakan keperawatan Observasi intrakranial ini tujuannya untuk
hipertensi d.d selama 2x24 jam - Identifikasi penyebab mengetahui tindakanapa yang bisa
stroke perfusi serebral peningkatan TIK meminimalisir resiko terjadinnya
membaik , dengan - Monitor peningkatan tekanan cedera kembali dan memudahkan
kriteria hasil: darah dalam pemberian tindakan selanjutnnya
- Monitir pelebaran kenanan - Pemantauan ini dilakukan dengan
● Tingkat kesadaran
nadi posisi kepala yanglebih naik
meningkat
- Monitor penurunan frekuensi untukmempermudah suplai oksigen
● TIK menurun jantung yang di berikan kepada otak dan
- Monitor iregurer irama nafas meminimalisir otak yang kekurangan
● Kesadaran membaik
- Monitor penurunan tingkat suplai oksigen sehingga perlu
kesadaran dilakukan posisi semifowler
● Demam menurun
- Monitor perlambat atau - Tindakan pemantauan ini juga dapat

● Tekanan darah ketidak simetrisan respon memper cepat tingkat kesadaran pasien
sistolik dan pupil karen posisi ini suplai oksigen cept di
diastolik menurun - Monitor kadar CO2 terimaataudikirimkan ke otak sehingga
- Monitor tekanan perfusi oksigen akan terpenuhi dengan baik
serebral lagi.
- Monitor
jumlah,kecepatan,dan
karakteristrik darainase
cairan serebrospinal
- Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
Terapetik
- pertahankan posisi kepala
dan leher netral
- atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
Kolaborasi
- jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
No Diagnosa Perencanaan Tindakan Rasional
. Keperawatan
Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
2. Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi - pemberian mobilisasi sangat diperlukan
b.d penurunan tindakan keperawatan Observasi terutama oleh penderita stroke karena
otot d.d sulit selama 2x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau aktivitas fisiknnya terbatas sehingga
menggerakan mobilitas fisik keluhan fisik memerlukan bantuan atau dukungan
ekstremitas meningkat, dengan - Identifikasi toleransi fisik agar dapat melatih pergerakan otot –
kriteria hasil: melakukan pergerakan otot agar selama proses pengobatan
- Monitor frekuensi jantung bisa meminimalisir komplikasi yang
● Pergerakan
dan tekanan darah sebelum ada dan mempercepat penyembuhan
ekstremitas
dan sesudah mobilisasi - melibatkan keluarga untuk lebih
meningkat
- Monitor kondisi umum membantu klien dalam penyembuhan
● Kekuatan otot selama melakukan mobilisasi - mobilisasi terutamapemberianlatihan
meningkat Terapetik rom dan mikamiki sangat di butuhkan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi untuk membiasakankembali otot-
● Rentang gerak rom
degaan alat bantu (bantal, ototyang tegang karena dengan pasien
meningkat
guling, tihang tempat tidur stroke lebih dominan tidur di kasur
● Kaku sendi - Fasilitasi melakukan tanpaadannya gerakan otot otot maka di
pergerakan seperti miring
menurun kini dan miring kanan perlukannya latihan ini
ditambah latihan ROM
● Gerakan terbatas
- Libatkan keluarga membantu
menurun
pasien dalam neningkatkan
● Kelemahan fisik pergerakan
menurun - jelaskan tujuan dan prosedur
mobilitas sederhana
No Diagnosa Perencanaan Tindakan
Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
3. Difisit Perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri : - Dapat mempermudah untuk proses
Diri b.d tindakan keperawatan Mandi perawatan diri
kelemhan d.d selama 2x24 jam Observasi - Untuk mengetahui apakah kotor atau
tidak mampu diharapkan perawatan 1. Identifikasi jenis bantuan tidak pada bagian rambut , mulut, kulit,
mengerakan diri meningkat yang dibutuhkan dan kuku
secara mandiri dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebersihan tubuh - Untuk mempermudah saat melakukan
(mis.rambut, ,mulut, kulit, proses perawatan diri
● Kemampuan
kuku) - Untuk menjaga privasi saat melakuka
mandi (meningkat)
Terapeutik proses perawatan diri
● Mempertahankan 3. Sediakan peralatan mandi - Dapat mempermudah dalam menggosok
kebersihan diri (mis. Sabun, sikat gigi, gigi
(meningkat) shampoo, pelembab kulit) - Dapat mempermudah saat melakukan
4. Sediakan lingkungan yang mandi
● Mempertahankan
aman dan nyaman - Agar pasien merasa nyaman dengan
kebersihan mulut
5. Fasilitasi menggosok gigi, menjaga kebersihan diri
(meningkat)
sesuai kebutuhan - Untuk mempermudah dalam melakukan
6. Fasilitasi mandi, sesuai perawatan diri
kebutuhan - Maanfaat mandi untuk menjaga
7. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri dan membuat diri merasa
kebersihan diri nyaman serta meningkatkan proses
8. Berikan bantuan sesuai penyembuhan
tingkat kemandirian - Dapat mempraktikan bagaimana
Edukasi memandikan pasien jika berada di rumah
9. Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
10. Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien,
jika perlu
No Diagnosa Perencanaan Tindakan
Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
4. Resiko Jatuh b.d Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh - Untuk mengetahui apa yang
kekuaan otot tindakan keperawatan membuat pasien beresiko mengalami
Observasi
menurun selama 2x24 jam jatuh
diharapkan tingkat jatuh - Identifikasi faktor risiko - Untuk menurunkan risiko jatuh pada
menurun dengan jatuh (mis. Gangguan pasien saat melakukan aktivitas
kriteria hasil: penglihatan) - Dengan memastikan terkunci dapat
- Identifikasi faktor memberikan keselamatan pada
● Jatuh dari tempat lingkungan yang pasien
tidur menurun meningkatkan risiko jatuh - Dalam jurnal “hubungan metode
(mis. Lantai licin, pelaksanaan epeep (explain, pain,
● Jatuh saat
penerangan) elimination, environment and plan of
dipindahkan
Terapeutik return) dengan kepuasan pasien
menurun
- Pastikan roda tempat tidur diruang rawat inap pandoria rumah”

dan kursi roda selalu dalam menjelaskan bahwa memastikan

kondisi terkunci lingkungan aman misalnya

- Dekatkan bell pemanggil mendekatkan bel pasien, tanyakan

dalam jangkauan pasien apakah pasien memerlukan


Edukasi bantuan untuk ke toilet (eliminasi),
memberitahu pasien tentang
1. Anjurkan memanggil
rencana perawat akan kembali
perawat jika membutuhkan
mengunjungi pasien. Hal ini
bantuan untuk berpindah
membuat pasien merasa nyaman
2. Anjurkan menggunakan alas
mengetahui kapan perawat akan
kaki yang tidak licin
kembali mengunjunginya sehingga
3. Ajarkan cara menggunakan
pasien merasakan puas dengan
bel pemanggil untuk
pelayanan yang diberikan
memanggil perawat
(Wulandari, 2020).
- Untuk mempermudah pasien saat
akan melakukan aktivitas atau
meminta bantuan
- Dapat memberikan kenyamanan dan
terhindar dari resiko jatuh saat
melakukan aktivitas
- Dapat mempermudah pasien saat
meminta bantuan kepada perawat
E. Intervensi Keperawatan Pasien 2

No Diagnosa Perencanaan Tindakan


Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
1. Perfusi serebral Setelah dilakukan Pemantauan Tekana Intrakranial - dilakukannya pemantauan tekanan
tidak efektif b.d tindakan keperawatan Observasi intrakranial ini tujuannya untuk
hipertensi d.d selama 2x24 jam - Identifikasi penyebab mengetahui tindakanapa yang bisa
stroke perfusi serebral peningkatan TIK meminimalisir resiko terjadinnya
membaik , dengan - Monitor peningkatan tekanan cedera kembali dan memudahkan
kriteria hasil: darah dalam pemberian tindakan selanjutnnya
- Monitir pelebaran kenanan - Pemantauan ini dilakukan dengan
● Tingkat kesadaran
nadi posisi kepala yanglebih naik
meningkat
- Monitor penurunan frekuensi untukmempermudah suplai oksigen
● TIK menurun jantung yang di berikan kepada otak dan
- Monitor iregurer irama nafas meminimalisir otak yang kekurangan
● Kesadaran membaik
- Monitor penurunan tingkat suplai oksigen sehingga perlu
kesadaran dilakukan posisi semifowler
● Demam menurun
- Monitor perlambat atau - Tindakan pemantauan ini juga dapat
● Tekanan darah ketidak simetrisan respon memper cepat tingkat kesadaran pasien
pupil karen posisi ini suplai oksigen cept di
sistolik dan
- Monitor kadar CO2 terimaataudikirimkan ke otak sehingga
diastolik menurun
- Monitor tekanan perfusi oksigen akan terpenuhi dengan baik
serebral lagi.
- Monitor
jumlah,kecepatan,dan
karakteristrik darainase
cairan serebrospinal
- Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
Terapetik
- pertahankan posisi kepala
dan leher netral
- atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
Kolaborasi
- jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
No Diagnosa Perencanaan Tindakan
Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
2. Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi - pemberian mobilisasi sangat diperlukan
b.d penurunan tindakan keperawatan Observasi terutama oleh penderita stroke karena
otot d.d sulit selama 2x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau aktivitas fisiknnya terbatas sehingga
menggerakan mobilitas fisik keluhan fisik memerlukan bantuan atau dukungan
ekstremitas meningkat, dengan - Identifikasi toleransi fisik agar dapat melatih pergerakan otot –
kriteria hasil: melakukan pergerakan otot agar selama proses pengobatan
- Monitor frekuensi jantung bisa meminimalisir komplikasi yang
● Pergerakan
dan tekanan darah sebelum ada dan mempercepat penyembuhan
ekstremitas
dan sesudah mobilisasi - melibatkan keluarga untuk lebih
meningkat
- Monitor kondisi umum membantu klien dalam penyembuhan
● Kekuatan otot selama melakukan mobilisasi - mobilisasi terutamapemberianlatihan
meningkat Terapetik rom dan mikamiki sangat di butuhkan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi untuk membiasakankembali otot-
● Rentang gerak rom
degaan alat bantu (bantal, ototyang tegang karena dengan pasien
meningkat
guling, tihang tempat tidur stroke lebih dominan tidur di kasur
- Fasilitasi melakukan tanpaadannya gerakan otot otot maka di
● Kaku sendi
pergerakan seperti miring perlukannya latihan ini
menurun
kini dan miring kanan
● Gerakan terbatas ditambah latihan ROM
menurun - Libatkan keluarga membantu
pasien dalam neningkatkan
● Kelemahan fisik
pergerakan
menurun
- jelaskan tujuan dan prosedur
mobilitas sederhana
No Diagnosa Perencanaan Tindakan
Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
3. Difisit Perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri : - Dapat mempermudah untuk proses
Diri b.d tindakan keperawatan Mandi perawatan diri
kelemhan d.d selama 2x24 jam Observasi - Untuk mengetahui apakah kotor atau
tidak mampu diharapkan perawatan 1. Identifikasi jenis bantuan tidak pada bagian rambut , mulut, kulit,
mengerakan diri meningkat yang dibutuhkan dan kuku
secara mandiri dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebersihan tubuh - Untuk mempermudah saat melakukan
(mis.rambut, ,mulut, kulit, proses perawatan diri
● Kemampuan
kuku) - Untuk menjaga privasi saat melakuka
mandi (meningkat) Terapeutik proses perawatan diri
3. Sediakan peralatan mandi - Dapat mempermudah dalam menggosok
● Mempertahankan
(mis. Sabun, sikat gigi, gigi
kebersihan diri
shampoo, pelembab kulit) - Dapat mempermudah saat melakukan
(meningkat)
4. Sediakan lingkungan yang mandi
● Mempertahankan aman dan nyaman - Agar pasien merasa nyaman dengan
kebersihan mulut 5. Fasilitasi menggosok gigi, menjaga kebersihan diri
(meningkat) sesuai kebutuhan - Untuk mempermudah dalam melakukan
6. Fasilitasi mandi, sesuai perawatan diri
kebutuhan - Maanfaat mandi untuk menjaga
7. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri dan membuat diri merasa
kebersihan diri nyaman serta meningkatkan proses
8. Berikan bantuan sesuai penyembuhan
tingkat kemandirian - Dapat mempraktikan bagaimana
Edukasi memandikan pasien jika berada di rumah
9. Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
10. Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien,
jika perlu
No Diagnosa Perencanaan Tindakan
Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
4. Resiko Jatuh b.d Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh - Untuk mengetahui apa yang
kekuaan otot tindakan keperawatan membuat pasien beresiko mengalami
Observasi
menurun selama 2x24 jam jatuh
diharapkan tingkat jatuh - Identifikasi faktor risiko - Untuk menurunkan risiko jatuh pada
menurun dengan jatuh (mis. Gangguan pasien saat melakukan aktivitas
kriteria hasil: penglihatan)
- Identifikasi faktor - Dengan memastikan terkunci dapat
● Jatuh dari tempat lingkungan yang memberikan keselamatan pada
tidur menurun meningkatkan risiko jatuh pasien
(mis. Lantai licin, - Dalam jurnal “hubungan metode
● Jatuh saat
penerangan) pelaksanaan epeep (explain, pain,
dipindahkan
Terapeutik elimination, environment and plan of
menurun
- Pastikan roda tempat tidur return) dengan kepuasan pasien

dan kursi roda selalu dalam diruang rawat inap pandoria rumah”

kondisi terkunci menjelaskan bahwa memastikan


- Dekatkan bell pemanggil lingkungan aman misalnya
dalam jangkauan pasien mendekatkan bel pasien, tanyakan
Edukasi apakah pasien memerlukan
bantuan untuk ke toilet (eliminasi),
4. Anjurkan memanggil
memberitahu pasien tentang
perawat jika membutuhkan
rencana perawat akan kembali
bantuan untuk berpindah
mengunjungi pasien. Hal ini
5. Anjurkan menggunakan alas
membuat pasien merasa nyaman
kaki yang tidak licin
mengetahui kapan perawat akan
6. Ajarkan cara menggunakan
kembali mengunjunginya sehingga
bel pemanggil untuk
pasien merasakan puas dengan
memanggil perawat
pelayanan yang diberikan
(Wulandari, 2020).
- Untuk mempermudah pasien saat
akan melakukan aktivitas atau
meminta bantuan
- Dapat memberikan kenyamanan dan
terhindar dari resiko jatuh saat
melakukan aktivitas
- Dapat mempermudah pasien saat
meminta bantuan kepada perawat
No Diagnosa Perencanaan Tindakan
Rasional
. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi (SIKI, 2018)
5. Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi : difisit - Untuk mengetahui sejauh mana pasien
Komunikasi tindakan keperawatan bicara dalam berkomunikasi baikdari
Verbal selama 2x24 jam Observasi kecepatan tekanan dan kualitas dan
komunikasi verbal - Monitor kecepatan, tekanan, mengukur tingkat pembelajaran yang
meningkat, dengan kuantitas, volume dan diksi akan di berikan kepada pasien
kriteria hasil: bicara - Untukmeminimalisir terjadnnya
- Monitor frustasi, marah, gangguan gangguan dalam melatih
● Kemampuan bicara
depresi, atau hal lain yang kemampuan klien dalam
meningkat
menganggu bicara berkomunikasi dengan orang lain
● Pelo menurun - Identifikasi perilaku - Untuk memberikan kenyamanan
emosional dan fisik sebagai dalam pengembangan atau latihan
bentuk komunikasi berbicara dan memberikan semangat
Teurapetik agar klien mau terus melatih dalam
- Sesuaikan gaya komunikasi berkomunikasinnya secara perlahan
dengan kebutuhan (berdiri - Memberikan dukungan agar klien
depan pasien, bicaralah dapat bersemangat kembali dalam
perlahan sambil melatih komunikasinya mengurangi
menghindari teriak, rasa malas dalam berkomunikasi
meminta bantuan keluarga dengan orang lain
untuk memahami ucapan - Mengajarkan keluarga dalam
pasien) berkomunikasi tujuannya untuk
- Ulangi apa yang mempermudah dalam membantu
disampaikan pasien berkomunikasi dengan baik dan agar
- Beri dukungan psikologis ketika di rumah keluarga bisa mampu
Edukasi mengajarkan klien berkomunikasi
- Anjurkan berbicara perlahan dengan baik dan mempercepat
- Ajarkan pasien dan keluarga penyembuhan atau pemulihan klien
proses kognitif, anatomis, dalam berkomunikasi dengan orang.
dan fisiologis yang Karena keluarga merupakan rumah
berhubungan dengan dalam segalahal terutama dalam
kemampuan bicara pasien belajar melatih kemampuan klien.
F. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Nama Pasien : Ny. A dan Ny. E Ruangan : UBA

No. Medrek : Diagnosa Medis : Stroke/Stroke

Diagnosa Hari/ Implementasi dan Evaluasi Pasien 1 Hari/ Implementasi dan Evaluasi Pasien 2
Keperawatan Tanggal, Tanggal,
Jam Implementasi Evaluasi Jam Implementasi Evaluasi

Perfusi Selasa, 07 - Pengkajian terhadap S: Jumat, 10 - Pengkajian terhadap S:


serebral tidak November - Pasien mengatakan November - Pasien mengatakan
pasien sekaligus kontrak pasien sekaligus
efektif b.d 2023 masih nyeri di bagian 2023 masih nyeri di bagian
hipertensi d.d waktu kepada pasien ektremitas kanan dan kontrak waktu kepada ektremitas kiri dan
stroke Hari ke 1 terasa sulit di gerakan Hari ke 1 terasa sulit di gerakan
mengenai malah yang di pasien mengenai
- Pasien masih merasa - Pasien masih merasa
Mobilitas Fisik alami oleh pasien pusing malah yang di alami lemas
b.d penurunan 09.00 - Keluarga pasien 09.00 - Keluarga pasien
otot d.d sulit DX 1 oleh pasien
mengatakan jarang di mengatakan jarang di
menggerakan - Mengidentifikasi lakukan gerakan DX 1 lakukan gerakan miring
ekstremitas miring kiri dan kanan kiri dan kanan
penyebab peningkatan - Mengidentifikasi
Difisit - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
Perawatan Diri TIK merasapegal-pegal penyebab peningkatan merasa kesemutan
b.d kelemhan dan kesemutan karena karena jarang
- Memonitor peningkatan TIK
d.d tidak jarang digerakan digerakan
mampu tekanan darah O: - Memonitor - Pasien mengatakan
mengerakan - Pasien Pasien dalam sulit berbicara dengan
- Memonitor iregurer irama peningkatan tekanan
secara mandiri lancar
Resiko Jatuh nafas kedaan compos darah O:
- Pasien Pasien dalam
b.d kekuaan - Memonitor penurunan mentis GCS 15, - Memonitor iregurer
kedaan compos mentis
otot menurun tingkat kesadaran TD : 107/90 mmHg irama nafas
GCS 15,
Gangguan - Memonitor tekanan N: 104 - Memonitor penurunan
TD : 130/80 mmHg
Komunikasi perfusi serebral S : 37.0 C tingkat kesadaran
N: 90
Verbal - Memonitor efek stimulus R : 20 - Memonitor tekanan
S : 37.5 C
lingkungan terhadap TIK -
Terdapat hasil CT perfusi serebral
Scan Infark lama di R : 20
- Mempertahankan posisi - Memonitor efek
12:00 daerah ganglia 12:00
- Terdapat hasil CT
kepala dan leher netral basalis kanan Tidak stimulus lingkungan
Scan Infark di daerah
terdapat pendarahan
- Menjelaskan tujuan dan terhadap TIK cortical lobus
Atrofi cerebri senilis
temporooccipitalis kiri
prosedur pemantauan - Terapi obat sudah - Mempertahankan posisi
Multiple infark lakuler
diberikaan melalui IV
- Mengganti cairan infus kepala dan leher netral didaerah ganglia
- Skala nyeri 6
basalis bilateral Atrofi
- Memberikan obat - Ttv sebelum - Menjelaskan tujuan dan
cerebri senilis Tidak
dilakukan rom
DX2 prosedur pemantauan nampak pendarahan
TD : 120/99 mmHg
- Terapi obat sudah
- Mengidentifikasi adanya - Mengganti cairan infus
N: 115 diberikaan melalui IV
nyeri atau keluhan fisik - Memberikan obat - Berbicara rero namun
S : 36.5 C
masih bisa sedikit
- Mengidentifikasi toleransi DX2
R : 21 dimengerti oleh orang
fisik melakukan - Mengidentifikasi lain
- Kekuatan otot
- Skala nyeri 8
pergerakan ekstremitas atas adanya nyeri atau
Ttv sebelum dilakukan
- Memonitor frekuensi sebelum 4 tidak dapat keluhan fisik rom
digerakan sehingga TD : 135/90 mmHg
jantung dan tekanan darah - Mengidentifikasi
dibantu secara
N: 100
sebelum dan sesudah perlahan toleransi fisik
- Kekuatan ekstremitas S : 37.5 C
mobilisasi melakukan pergerakan
bawah sebelum tidak
R : 20
- Memonitor kondisi umum dapat digerakan - Memonitor frekuensi
sehingga dibantu -
Kekuatan otot
selama melakukan jantung dan tekanan
secara perlahan ekstremitas atas
mobilisasi - Ttv setelah dilakukan darah sebelum dan sebelum tidak dapat
rom digerakan sehingga
- Memfasilitasi aktivitas sesudah mobilisasi
TD : 125/80 mmHg dibantu secara
mobilisasi degaan alat - Memonitor kondisi perlahan
N: 111
- Kekuatan ekstremitas
bantu (bantal, guling, umum selama
S : 36.8 C bawah sebelum tidak
tihang tempat tidur melakukan mobilisasi dapat digerakan
R : 21
sehingga dibantu
- Memfasilitasi melakukan - Memfasilitasi aktivitas
- Kekuatan otot secara perlahan
pergerakan seperti miring ekstremitas atas mobilisasi degaan alat - Ttv setelah dilakukan
sesudah tidakdapat di rom
kini dan miring kanan bantu (bantal, guling,
gerakan sendiri masih TD : 134/88 mmHg
ditambah latihan ROM harus di bantu tihang tempat tidur
N: 105
- Kekuatan ekstremitas
- Melibatkan keluarga - Memfasilitasi
bawah sesudah S : 37.5 C
membantu pasien dalam tidakdapat di gerakan melakukan pergerakan
R : 20
sendiri masih harus di
neningkatkan pergeraka seperti miring kini dan
bantu - Kekuatan otot
- Menjelaskan tujuan dan - Kelurga pasien miring kanan ditambah ekstremitas atas
prosedur mobilitas memahami dan akan latihan ROM sesudah tidakdapat di
melaksanakan sesuai gerakan sendiri masih
sederhana - Melibatkan keluarga
anjuran dari perawat harus di bantu
DX3 - Pasien diberikan membantu pasien - Kekuatan ekstremitas
terapi obat keterolak bawah sesudah tidak
- Mengidentifikasi jenis dalam neningkatkan
melalui IV obat untuk dapat di gerakan
bantuan yang dibutuhkan meredakan nyeri pergeraka sendiri masih harus di
pada pasien. bantu
- Memonitor kebersihan - Menjelaskan tujuan dan
- Pasien terlihat lepek - Kelurga pasien
tubuh dan kusan karena prosedur mobilitas memahami dan akan
belum di mandikan melaksanakan sesuai
(mis.rambut, ,mulut, sederhana
oleh keluarganya anjuran dari perawat
kulit, kuku) - Terlihat keluarga DX3 - Pasien diberikan terapi
pasien belum obat keterolak melalui
- Menyediakan peralatan - Mengidentifikasi jenis
memastikan hal- hal IV obat untuk
mandi (mis. Sabun, sikat yang beresiko jatuh bantuan yang meredakan nyeri pada
seperti bel belum di pasien.
gigi, shampoo, pelembab dibutuhkan
dekatkan kepasien - Pasien terlihat lepek
kulit) dan pengaman kasur - Memonitor kebersihan dan kusan karena
tidak di pasang belum di mandikan
- Menyediakan lingkungan tubuh
- Pasien diberikan obat oleh keluarganya
yang aman dan nyaman melalui IV (mis.rambut, ,mulut, - Terlihat keluarga
ceftriaxone, pasien belum
- Memfasilitasi mandi, kulit, kuku)
pantoprazole, memastikan hal- hal
sesuai kebutuhan citicolin dan oral cpg - Menyediakan yang beresiko jatuh
A: seperti bel belum di
- Mempertahankan peralatan mandi (mis.
- Masalah Belum dekatkan kepasien dan
kebiasaan kebersihan diri Teratasi Sabun, sikat gigi, pengaman kasur tidak
- Memberikan bantuan P: shampoo, pelembab di pasang
- Lanjutkan pemberian - Pasien diberikan obat
sesuai tingkat kulit)
intervensi dx 1,2,3,4 melalui IV ceftriaxone,
kemandirian - Menyediakan pantoprazole, citicolin,
mecobalamine dan oral
- Menjelaskan manfaat lingkungan yang
cpg
mandi dan dampak tidak aman dan nyaman - Saat dilakukan latihan
berbicara alfabet
mandi terhadap - Memfasilitasi mandi,
pasien masih belum
kesehatan sesuai kebutuhan jelas menyebutkannya
- Pasien bisa melakukan
- Mengajarkan kepada - Mempertahankan
komunikasi
keluarga cara kebiasaan kebersihan menggunakan kertas
dan pulpen
memandikan pasien diri
menggunakan tangan
DX 4 - Memberikan bantuan kananya
A:
sesuai tingkat
- Mengidentifikasi faktor - Masalah Belum
kemandirian Teratasi
risiko jatuh (mis. P:
- Menjelaskan manfaat
Gangguan penglihatan) Lanjutkan pemberian
mandi dan dampak intervensi
- Mengidentifikasi faktor
tidak mandi terhadap
lingkungan yang
kesehatan
meningkatkan risiko
- Mengajarkan kepada
jatuh (mis. Lantai licin,
keluarga cara
penerangan)
- Memastikan roda tempat memandikan pasien
tidur dan kursi roda DX 4
selalu dalam kondisi
- Mengidentifikasi
terkunci
faktor risiko jatuh
- Mendekatkan bell
(mis. Gangguan
pemanggil dalam
penglihatan)
jangkauan pasien
- Mengidentifikasi
- Menganjurkan
faktor lingkungan
memanggil perawat jika
yang meningkatkan
membutuhkan bantuan
risiko jatuh (mis.
untuk berpindah
Lantai licin,
- Menganjurkan
penerangan)
menggunakan alas kaki
- Memastikan roda
yang tidak licin
tempat tidur dan kursi
- Menganjarkan cara
roda selalu dalam
menggunakan bel
kondisi terkunci
pemanggil untuk
- Mendekatkan bell
memanggil perawat
pemanggil dalam
jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
Rabu, 08 DX 1 S: Sabtu, 11 DX 1 S:
November - Pasien mengatakan November - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
2023 masih nyeri di bagian 2023 masih nyeri di bagian
penyebab peningkatan ektremitas kanan dan penyebab peningkatan ektremitas kiri dan
Hari ke 2 terasa sulit di gerakan Hari ke 2 terasa sulit di gerakan
TIK TIK
- Pasien masih merasa - Pasien masih merasa
- Memonitor peningkatan pusing - Memonitor lemas
09.00 - Keluarga pasien - Keluarga pasien
tekanan darah peningkatan tekanan
mengatakan jarang di mengatakan jarang di
- Memonitor iregurer irama lakukan gerakan darah lakukan gerakan miring
miring kiri dan kanan kiri dan kanan
nafas - Memonitor iregurer
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
- Memonitor penurunan merasapegal-pegal irama nafas merasa kesemutan
dan kesemutan karena karena jarang
tingkat kesadaran - Memonitor penurunan
jarang digerakan digerakan
- Memonitor tekanan O: tingkat kesadaran - Pasien mengatakan
- Pasien Pasien dalam sulit berbicara dengan
perfusi serebral - Memonitor tekanan
lancar
kedaan compos
- Memonitor efek stimulus perfusi serebral O:
mentis GCS 15, - Pasien Pasien dalam
lingkungan terhadap TIK - Memonitor efek
TD : 130/90 mmHg kedaan compos mentis
- Mempertahankan posisi stimulus lingkungan
N: 125 GCS 15,
kepala dan leher netral terhadap TIK
S : 36.0 C TD : 139/100 mmHg
- Menjelaskan tujuan dan - Mempertahankan posisi
R : 20 N: 100
prosedur pemantauan kepala dan leher netral
-
Terdapat hasil CT S : 37.5 C
- Mengganti cairan infus - Menjelaskan tujuan dan
Scan Infark lama di
R : 20
- Memberikan obat daerah ganglia prosedur pemantauan
12:00 basalis kanan Tidak - Terdapat hasil CT
DX2 - Mengganti cairan infus
terdapat pendarahan Scan Infark di daerah
- Mengidentifikasi adanya Atrofi cerebri senilis - Memberikan obat cortical lobus
- Terapi obat sudah temporooccipitalis kiri
nyeri atau keluhan fisik DX2
diberikaan melalui IV Multiple infark lakuler
- Mengidentifikasi toleransi - Skala nyeri 6 - Mengidentifikasi didaerah ganglia
- Ttv sebelum basalis bilateral Atrofi
fisik melakukan adanya nyeri atau
dilakukan rom cerebri senilis Tidak
pergerakan TD : 130/99 mmHg keluhan fisik nampak pendarahan
- Terapi obat sudah
- Memonitor frekuensi N: 125 - Mengidentifikasi
diberikaan melalui IV
jantung dan tekanan darah S : 36.0 C toleransi fisik - Berbicara rero namun
masih bisa sedikit
sebelum dan sesudah R : 21 melakukan pergerakan
dimengerti oleh orang
mobilisasi -Kekuatan otot - Memonitor frekuensi lain
ekstremitas atas - Skala nyeri 8
- Memonitor kondisi umum jantung dan tekanan
sebelum tidak dapat Ttv sebelum dilakukan
selama melakukan digerakan sehingga darah sebelum dan rom
dibantu secara TD : 139/100 mmHg
mobilisasi sesudah mobilisasi
perlahan
N: 100
- Memfasilitasi aktivitas - Kekuatan ekstremitas - Memonitor kondisi
bawah sebelum tidak S : 37.5 C
mobilisasi degaan alat umum selama
dapat digerakan
R : 20
bantu (bantal, guling, sehingga dibantu melakukan mobilisasi
secara perlahan - Kekuatan otot
tihang tempat tidur - Memfasilitasi aktivitas
- Ttv setelah dilakukan ekstremitas atas
- Memfasilitasi melakukan rom mobilisasi degaan alat sebelum tidak dapat
TD : 125/80 mmHg digerakan sehingga
pergerakan seperti miring bantu (bantal, guling,
dibantu secara
N: 120
kini dan miring kanan tihang tempat tidur perlahan
S : 36.0 C - Kekuatan ekstremitas
ditambah latihan ROM - Memfasilitasi
bawah sebelum tidak
R : 21
- Melibatkan keluarga melakukan pergerakan dapat digerakan
- Kekuatan otot sehingga dibantu
membantu pasien dalam seperti miring kini dan
ekstremitas atas secara perlahan
neningkatkan pergeraka sesudah tidakdapat di miring kanan ditambah - Ttv setelah dilakukan
gerakan sendiri masih rom
- Menjelaskan tujuan dan latihan ROM
harus di bantu TD : 140/80 mmHg
prosedur mobilitas - Kekuatan ekstremitas - Melibatkan keluarga
sederhana bawah sesudah membantu pasien N: 100
tidakdapat di gerakan
DX3 dalam neningkatkan S : 37.5 C
sendiri masih harus di
- Mengidentifikasi jenis bantu pergeraka R : 20
- Kelurga pasien
bantuan yang dibutuhkan - Menjelaskan tujuan dan - Kekuatan otot
memahami dan akan
ekstremitas atas
- Memonitor kebersihan melaksanakan sesuai prosedur mobilitas
sesudah tidakdapat di
anjuran dari perawat
tubuh sederhana gerakan sendiri masih
- Pasien diberikan
harus di bantu
(mis.rambut, ,mulut, terapi obat keterolak DX3
- Kekuatan ekstremitas
melalui IV obat untuk
kulit, kuku) - Mengidentifikasi jenis bawah sesudah tidak
meredakan nyeri
dapat di gerakan
- Menyediakan peralatan pada pasien. bantuan yang
sendiri masih harus di
- Pasien terlihat lepek
mandi (mis. Sabun, sikat dibutuhkan bantu
dan kusan karena
- Kelurga pasien
gigi, shampoo, pelembab belum di mandikan - Memonitor kebersihan
memahami dan akan
oleh keluarganya
kulit) tubuh melaksanakan sesuai
- Terlihat keluarga
anjuran dari perawat
- Menyediakan lingkungan pasien belum (mis.rambut, ,mulut,
- Pasien diberikan terapi
memastikan hal- hal
yang aman dan nyaman kulit, kuku) obat keterolak melalui
yang beresiko jatuh
IV obat untuk
- Memfasilitasi mandi, seperti bel belum di - Menyediakan
meredakan nyeri pada
dekatkan kepasien
sesuai kebutuhan peralatan mandi (mis. pasien.
dan pengaman kasur
- Pasien terlihat lepek
- Mempertahankan tidak di pasang Sabun, sikat gigi,
dan kusan karena
- Pasien diberikan obat
kebiasaan kebersihan diri shampoo, pelembab belum di mandikan
melalui IV
oleh keluarganya
- Memberikan bantuan ceftriaxone, kulit)
- Terlihat keluarga
sesuai tingkat pantoprazole, - Menyediakan pasien belum
citicolin dan oral cpg memastikan hal- hal
kemandirian lingkungan yang
A: yang beresiko jatuh
- Menjelaskan manfaat - Masalah Belum aman dan nyaman seperti bel belum di
Teratasi dekatkan kepasien dan
mandi dan dampak tidak - Memfasilitasi mandi,
P: pengaman kasur tidak
mandi terhadap Lanjutkan pemberian sesuai kebutuhan di pasang
intervensi dx 1,2,3, - Pasien diberikan obat
kesehatan - Mempertahankan
melalui IV ceftriaxone,
- Mengajarkan kepada kebiasaan kebersihan pantoprazole, citicolin,
mecobalamine dan oral
keluarga cara diri
cpg
memandikan pasien - Memberikan bantuan - Saat dilakukan latihan
berbicara alfabet
DX 4 sesuai tingkat
pasien masih belum
kemandirian jelas menyebutkannya
- Mengidentifikasi faktor - Pasien bisa melakukan
- Menjelaskan manfaat
risiko jatuh (mis. komunikasi
mandi dan dampak menggunakan kertas
Gangguan penglihatan) dan pulpen
tidak mandi terhadap
- Mengidentifikasi faktor menggunakan tangan
kesehatan kananya
lingkungan yang A:
- Mengajarkan kepada
meningkatkan risiko - Masalah Belum
keluarga cara Teratasi
jatuh (mis. Lantai licin, P:
memandikan pasien
penerangan) Lanjutkan pemberian
intervensi
- Memastikan roda tempat
tidur dan kursi roda DX 4
selalu dalam kondisi
- Mengidentifikasi
terkunci
faktor risiko jatuh
- Mendekatkan bell
(mis. Gangguan
pemanggil dalam
penglihatan)
jangkauan pasien
- Mengidentifikasi
- Menganjurkan
faktor lingkungan
memanggil perawat jika
yang meningkatkan
membutuhkan bantuan
risiko jatuh (mis.
untuk berpindah
Lantai licin,
- Menganjurkan
penerangan)
menggunakan alas kaki
- Memastikan roda
yang tidak licin
tempat tidur dan kursi
- Menganjarkan cara
roda selalu dalam
menggunakan bel
kondisi terkunci
pemanggil untuk
- Mendekatkan bell
memanggil perawat
pemanggil dalam
jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
Kamis, 09 DX 1 S: Senin, 13 DX 1 - Pasien mengatakan
November - Pasien mengatakan November masih nyeri di bagian
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
2023 masih nyeri di bagian 2023 ektremitas kiri dan
penyebab peningkatan ektremitas kanan dan penyebab peningkatan terasa sulit di gerakan
Hari ke 3 terasa sulit di gerakan Hari ke 3 - Pasien masih merasa
TIK TIK
- Pasien masih merasa lemas
- Memonitor peningkatan pusing - Memonitor - Keluarga pasien
- Keluarga pasien mengatakan jarang di
tekanan darah peningkatan tekanan
mengatakan jarang di lakukan gerakan miring
- Memonitor iregurer irama lakukan gerakan darah kiri dan kanan
miring kiri dan kanan - Pasien mengatakan
nafas - Memonitor iregurer
- Pasien mengatakan merasa kesemutan
- Memonitor penurunan merasapegal-pegal irama nafas karena jarang
dan kesemutan karena digerakan
tingkat kesadaran - Memonitor penurunan
jarang digerakan - Pasien mengatakan
- Memonitor tekanan O: tingkat kesadaran sulit berbicara dengan
- Pasien Pasien dalam lancar
perfusi serebral - Memonitor tekanan
O:
kedaan compos
- Memonitor efek stimulus perfusi serebral - Pasien Pasien dalam
mentis GCS 15,
lingkungan terhadap TIK - Memonitor efek kedaan compos mentis
TD : 130/90 mmHg
- Mempertahankan posisi stimulus lingkungan GCS 15,
N: 125
kepala dan leher netral terhadap TIK TD : 139/100 mmHg
S : 36.0 C
- Menjelaskan tujuan dan - Mempertahankan posisi N: 100
R : 20
prosedur pemantauan kepala dan leher netral S : 37.5 C
-
Terdapat hasil CT
- Mengganti cairan infus - Menjelaskan tujuan dan R : 20
Scan Infark lama di
- Memberikan obat daerah ganglia prosedur pemantauan - Terdapat hasil CT
basalis kanan Tidak Scan Infark di daerah
DX2 - Mengganti cairan infus
terdapat pendarahan cortical lobus
- Mengidentifikasi adanya Atrofi cerebri senilis - Memberikan obat temporooccipitalis kiri
- Terapi obat sudah Multiple infark lakuler
nyeri atau keluhan fisik DX2
diberikaan melalui IV didaerah ganglia
- Mengidentifikasi toleransi - Skala nyeri 6 - Mengidentifikasi basalis bilateral Atrofi
- Ttv sebelum cerebri senilis Tidak
fisik melakukan adanya nyeri atau
dilakukan rom nampak pendarahan
pergerakan TD : 130/99 mmHg keluhan fisik - Terapi obat sudah
diberikaan melalui IV
- Memonitor frekuensi N: 125 - Mengidentifikasi
- Berbicara rero namun
jantung dan tekanan darah S : 36.0 C toleransi fisik masih bisa sedikit
dimengerti oleh orang
sebelum dan sesudah R : 21 melakukan pergerakan
lain
mobilisasi - Kekuatan otot - Memonitor frekuensi - Skala nyeri 8
ekstremitas atas Ttv sebelum dilakukan
- Memonitor kondisi umum jantung dan tekanan
sebelum tidak dapat rom
selama melakukan digerakan sehingga darah sebelum dan TD : 139/100 mmHg
dibantu secara
mobilisasi sesudah mobilisasi N: 100
perlahan
- Memfasilitasi aktivitas - Kekuatan ekstremitas - Memonitor kondisi S : 37.5 C
bawah sebelum tidak
mobilisasi degaan alat umum selama R : 20
dapat digerakan
bantu (bantal, guling, sehingga dibantu melakukan mobilisasi -
Kekuatan otot
secara perlahan ekstremitas atas
tihang tempat tidur - Memfasilitasi aktivitas
- Ttv setelah dilakukan sebelum tidak dapat
- Memfasilitasi melakukan rom mobilisasi degaan alat digerakan sehingga
TD : 125/80 mmHg dibantu secara
pergerakan seperti miring bantu (bantal, guling,
perlahan
N: 120
kini dan miring kanan tihang tempat tidur - Kekuatan ekstremitas
S : 36.0 C bawah sebelum tidak
ditambah latihan ROM - Memfasilitasi
dapat digerakan
R : 21
- Melibatkan keluarga melakukan pergerakan sehingga dibantu
- Kekuatan otot secara perlahan
membantu pasien dalam seperti miring kini dan
ekstremitas atas - Ttv setelah dilakukan
neningkatkan pergeraka sesudah sedikit dapat miring kanan ditambah rom
di gerakan sendiri TD : 140/80 mmHg
- Menjelaskan tujuan dan latihan ROM
meski masih harus di
N: 100
prosedur mobilitas bantu - Melibatkan keluarga
- Kekuatan ekstremitas S : 37.5 C
sederhana membantu pasien
bawah sesudah
R : 20
DX3 sedikit dapat di dalam neningkatkan
- Mengidentifikasi jenis gerakan sendiri meski pergeraka - Kekuatan otot
masih harus di bantu ekstremitas atas
bantuan yang dibutuhkan - Menjelaskan tujuan dan
- Kelurga pasien sesudah tidakdapat di
- Memonitor kebersihan memahami dan akan prosedur mobilitas gerakan sendiri masih
melaksanakan sesuai harus di bantu
tubuh sederhana
anjuran dari perawat - Kekuatan ekstremitas
(mis.rambut, ,mulut, - Pasien diberikan DX3 bawah sesudah tidak
terapi obat keterolak dapat di gerakan
kulit, kuku) - Mengidentifikasi jenis
melalui IV obat untuk sendiri masih harus di
- Menyediakan peralatan meredakan nyeri bantuan yang bantu
pada pasien. - Kelurga pasien
mandi (mis. Sabun, sikat dibutuhkan
- Pasien terlihat lepek memahami dan akan
gigi, shampoo, pelembab dan kusan karena - Memonitor kebersihan melaksanakan sesuai
belum di mandikan anjuran dari perawat
kulit) tubuh
oleh keluarganya - Pasien diberikan terapi
- Menyediakan lingkungan - Terlihat keluarga (mis.rambut, ,mulut, obat keterolak melalui
pasien belum IV obat untuk
yang aman dan nyaman kulit, kuku)
memastikan hal- hal meredakan nyeri pada
- Memfasilitasi mandi, yang beresiko jatuh - Menyediakan pasien.
seperti bel belum di - Pasien terlihat lepek
sesuai kebutuhan peralatan mandi (mis.
dekatkan kepasien dan kusan karena
- Mempertahankan dan pengaman kasur Sabun, sikat gigi, belum di mandikan
tidak di pasang oleh keluarganya
kebiasaan kebersihan diri shampoo, pelembab
- Pasien diberikan obat - Terlihat keluarga
- Memberikan bantuan melalui IV kulit) pasien belum
ceftriaxone, memastikan hal- hal
sesuai tingkat - Menyediakan
pantoprazole, yang beresiko jatuh
kemandirian citicolin dan oral cpg lingkungan yang seperti bel belum di
- Menjelaskan manfaat A: aman dan nyaman dekatkan kepasien dan
- Masalah Belum pengaman kasur tidak
mandi dan dampak tidak - Memfasilitasi mandi,
Teratasi di pasang
mandi terhadap P: sesuai kebutuhan - Pasien diberikan obat
Lanjutkan pemberian melalui IV ceftriaxone,
kesehatan - Mempertahankan
intervensi dx 1,2,3, pantoprazole, citicolin,
- Mengajarkan kepada kebiasaan kebersihan mecobalamine dan oral
cpg
keluarga cara diri
- Saat dilakukan latihan
memandikan pasien - Memberikan bantuan berbicara alfabet
pasien masih belum
DX 4 sesuai tingkat
jelas menyebutkannya
kemandirian - Pasien bisa melakukan
- Mengidentifikasi faktor komunikasi
- Menjelaskan manfaat
risiko jatuh (mis. menggunakan kertas
mandi dan dampak dan pulpen
Gangguan penglihatan) menggunakan tangan
tidak mandi terhadap
- Mengidentifikasi faktor kananya
kesehatan A:
lingkungan yang - Masalah Belum
- Mengajarkan kepada
meningkatkan risiko Teratasi
keluarga cara P:
jatuh (mis. Lantai licin, Lanjutkan pemberian
memandikan pasien
penerangan) intervensi
DX 4
- Memastikan roda tempat
tidur dan kursi roda - Mengidentifikasi
selalu dalam kondisi faktor risiko jatuh
terkunci (mis. Gangguan
- Mendekatkan bell penglihatan)
pemanggil dalam - Mengidentifikasi
jangkauan pasien faktor lingkungan
- Menganjurkan yang meningkatkan
memanggil perawat jika risiko jatuh (mis.
membutuhkan bantuan Lantai licin,
untuk berpindah penerangan)
- Menganjurkan - Memastikan roda
menggunakan alas kaki tempat tidur dan kursi
yang tidak licin roda selalu dalam
- Menganjarkan cara kondisi terkunci
menggunakan bel - Mendekatkan bell
pemanggil untuk pemanggil dalam
memanggil perawat jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
Jumat,10 DX 1 S: Selasa, 14 DX 1 S:
November - Pasien mengatakan November - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
2023 nyeri sudah sedikit 2023 masih nyeri di bagian
penyebab peningkatan berkurang di bagian penyebab peningkatan ektremitas kiri dan
Hari ke 4 ektremitas kanan dan Hari ke 4 terasa sulit di gerakan
TIK TIK
sudah sedikit bisa di - Pasien masih merasa
- Memonitor peningkatan gerakan - Memonitor lemas
- Pasien sudah sedikit - Keluarga pasien
tekanan darah peningkatan tekanan
tidak merasa pusing mengatakan sudahdi
- Memonitor iregurer irama - Keluarga pasien darah lakukan gerakan miring
mengatakan sudah di kiri dan kanan
nafas - Memonitor iregurer
lakukan gerakan - Pasien mengatakan
- Memonitor penurunan miring kiri dan kanan irama nafas masih sedikit
- Pasien mengatakan kesemutan
tingkat kesadaran - Memonitor penurunan
sudah berkurang - Pasien mengatakan
- Memonitor tekanan rasapegal-pegal dan tingkat kesadaran sulit berbicara dengan
kesemutan lancar
perfusi serebral - Memonitor tekanan
O: O:
- Memonitor efek stimulus - Pasien Pasien dalam perfusi serebral - Pasien Pasien dalam
lingkungan terhadap TIK kedaan compos - Memonitor efek kedaan compos mentis
- Mempertahankan posisi mentis GCS 15, stimulus lingkungan GCS 15,
kepala dan leher netral TD : 125/90 mmHg terhadap TIK TD : 137/99 mmHg
- Menjelaskan tujuan dan N: 125 - Mempertahankan posisi N: 110
prosedur pemantauan S : 36.0 C kepala dan leher netral S : 36.5 C
- Mengganti cairan infus R : 20 - Menjelaskan tujuan dan R : 20
- Memberikan obat -
Terdapat hasil CT prosedur pemantauan -
Terdapat hasil CT
Scan Infark lama di Scan Infark di daerah
DX2 - Mengganti cairan infus
daerah ganglia cortical lobus
- Mengidentifikasi adanya basalis kanan Tidak - Memberikan obat temporooccipitalis kiri
terdapat pendarahan Multiple infark lakuler
nyeri atau keluhan fisik DX2
Atrofi cerebri senilis didaerah ganglia
- Mengidentifikasi toleransi - Terapi obat sudah - Mengidentifikasi basalis bilateral Atrofi
diberikaan melalui IV cerebri senilis Tidak
fisik melakukan adanya nyeri atau
- Skala nyeri 5 nampak pendarahan
pergerakan - Ttv sebelum keluhan fisik - Terapi obat sudah
dilakukan rom diberikaan melalui IV
- Memonitor frekuensi - Mengidentifikasi
TD : 125/99 mmHg - Berbicara rero namun
jantung dan tekanan darah toleransi fisik masih bisa sedikit
N: 125
dimengerti oleh orang
sebelum dan sesudah melakukan pergerakan
S : 36.0 C lain
mobilisasi - Memonitor frekuensi - Skala nyeri 8
R : 21
Ttv sebelum dilakukan
- Memonitor kondisi umum jantung dan tekanan
- Kekuatan otot rom
selama melakukan ekstremitas atas darah sebelum dan TD : 137/99 mmHg
mobilisasi sebelum tidak dapat sesudah mobilisasi N: 110
digerakan sehingga
- Memfasilitasi aktivitas - Memonitor kondisi S : 36.5 C
dibantu secara
mobilisasi degaan alat perlahan umum selama R : 20
- Kekuatan ekstremitas
bantu (bantal, guling, melakukan mobilisasi - Kekuatan otot
bawah sebelum tidak
ekstremitas atas
tihang tempat tidur dapat digerakan - Memfasilitasi aktivitas
sebelum tidak dapat
sehingga dibantu
- Memfasilitasi melakukan mobilisasi degaan alat digerakan sehingga
secara perlahan
dibantu secara
pergerakan seperti miring - Ttv setelah dilakukan bantu (bantal, guling,
perlahan
rom
kini dan miring kanan tihang tempat tidur - Kekuatan ekstremitas
TD : 125/80 mmHg
bawah sebelum tidak
ditambah latihan ROM - Memfasilitasi
N: 120 dapat digerakan
- Melibatkan keluarga melakukan pergerakan sehingga dibantu
S : 36.0 C
secara perlahan
membantu pasien dalam seperti miring kini dan
R : 21 - Ttv setelah dilakukan
neningkatkan pergeraka miring kanan ditambah rom
- Kekuatan otot
TD : 140/80 mmHg
- Menjelaskan tujuan dan ekstremitas atas latihan ROM
sesudah sedikit dapat N: 100
prosedur mobilitas - Melibatkan keluarga
di gerakan sendiri
S : 37.5 C
sederhana meski masih harus di membantu pasien
bantu R : 20
DX3 dalam neningkatkan
- Kekuatan ekstremitas
- Kekuatan otot
- Mengidentifikasi jenis bawah sesudah pergeraka
ekstremitas atas
sedikit dapat di
bantuan yang dibutuhkan - Menjelaskan tujuan dan sesudah tidakdapat di
gerakan sendiri meski
gerakan sendiri masih
- Memonitor kebersihan masih harus di bantu prosedur mobilitas
harus di bantu
tubuh - Kelurga pasien sederhana - Kekuatan ekstremitas
memahami dan akan bawah sesudah tidak
(mis.rambut, ,mulut, DX3
melaksanakan sesuai dapat di gerakan
kulit, kuku) anjuran dari perawat - Mengidentifikasi jenis sendiri masih harus di
- Pasien diberikan bantu
- Menyediakan peralatan bantuan yang
terapi obat keterolak - Kelurga pasien
mandi (mis. Sabun, sikat melalui IV obat untuk dibutuhkan memahami dan akan
meredakan nyeri melaksanakan sesuai
gigi, shampoo, pelembab - Memonitor kebersihan
pada pasien. anjuran dari perawat
kulit) - Pasien terlihat lepek tubuh - Pasien diberikan terapi
dan kusan karena obat keterolak melalui
- Menyediakan lingkungan (mis.rambut, ,mulut,
belum di mandikan IV obat untuk
yang aman dan nyaman oleh keluarganya kulit, kuku) meredakan nyeri pada
- Terlihat keluarga pasien.
- Memfasilitasi mandi, - Menyediakan
pasien sudah - Pasien terlihat lepek
sesuai kebutuhan memastikan hal- hal peralatan mandi (mis. dan kusan karena
yang beresiko jatuh belum di mandikan
- Mempertahankan Sabun, sikat gigi,
seperti bel di oleh keluarganya
kebiasaan kebersihan diri dekatkan kepasien shampoo, pelembab - Terlihat keluarga
dan pengaman kasur pasien belum
- Memberikan bantuan kulit)
di pasang memastikan hal- hal
sesuai tingkat - Pasien diberikan obat - Menyediakan yang beresiko jatuh
melalui IV seperti bel belum di
kemandirian lingkungan yang
ceftriaxone, dekatkan kepasien dan
- Menjelaskan manfaat pantoprazole, aman dan nyaman pengaman kasur tidak
citicolin dan oral cpg di pasang
mandi dan dampak tidak - Memfasilitasi mandi,
A: - Pasien diberikan obat
mandi terhadap - Masalah sebagian sesuai kebutuhan melalui IV ceftriaxone,
kesehatan Teratasi - Mempertahankan pantoprazole, citicolin,
P: mecobalamine dan oral
- Mengajarkan kepada kebiasaan kebersihan
Lanjutkan pemberian cpg
keluarga cara intervensi diri - Saat dilakukan latihan
berbicara alfabet
memandikan pasien - Memberikan bantuan
pasien masih belum
DX 4 sesuai tingkat jelas menyebutkannya
- Pasien bisa melakukan
kemandirian
- Mengidentifikasi faktor komunikasi
- Menjelaskan manfaat menggunakan kertas
risiko jatuh (mis. dan pulpen
mandi dan dampak
Gangguan penglihatan) menggunakan tangan
tidak mandi terhadap kananya
- Mengidentifikasi faktor A:
kesehatan
lingkungan yang - Masalah Belum
- Mengajarkan kepada Teratasi
meningkatkan risiko P:
keluarga cara
jatuh (mis. Lantai licin, Lanjutkan pemberian
memandikan pasien intervensi
penerangan)
DX 4
- Memastikan roda tempat
tidur dan kursi roda - Mengidentifikasi
selalu dalam kondisi faktor risiko jatuh
terkunci (mis. Gangguan
- Mendekatkan bell penglihatan)
pemanggil dalam - Mengidentifikasi
jangkauan pasien faktor lingkungan
- Menganjurkan yang meningkatkan
memanggil perawat jika risiko jatuh (mis.
membutuhkan bantuan Lantai licin,
untuk berpindah penerangan)
- Menganjurkan - Memastikan roda
menggunakan alas kaki tempat tidur dan kursi
yang tidak licin roda selalu dalam
- Menganjarkan cara kondisi terkunci
menggunakan bel - Mendekatkan bell
pemanggil untuk pemanggil dalam
memanggil perawat jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
Sabtu,11 DX 1 S: Rabu, 15 DX 1 S:
November - Pasien mengatakan November - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
2023 nyeri berkurang di 2023 nyeri berkurang di
penyebab peningkatan bagian ektremitas penyebab peningkatan bagian ektremitas kiri
Hari ke 5 kanan dan sudah Hari ke 5 dan sudah bisa sedikit
TIK TIK
sedikit bisa di gerakan di gerakan
- Memonitor peningkatan - Pasien sudah - Memonitor - Pasien sudah berkurang
berkurang rasa pusing rasa lemas
tekanan darah peningkatan tekanan
- Keluarga pasien - Keluarga pasien
- Memonitor iregurer irama mengatakan sudah di darah mengatakan sudahdi
lakukan gerakan lakukan gerakan miring
nafas - Memonitor iregurer
miring kiri dan kanan kiri dan kanan
- Memonitor penurunan - Pasien mengatakan irama nafas - Pasien mengatakan
sudah jarang masih sedikit
tingkat kesadaran - Memonitor penurunan
merasapegal-pegal kesemutan
- Memonitor tekanan dan kesemutan sudah tingkat kesadaran - Pasien mengatakan
sedikit berkurang sudah bisa sedikit
perfusi serebral - Memonitor tekanan
O: berbicara dengan lancar
- Memonitor efek stimulus - Pasien Pasien dalam perfusi serebral O:
- Pasien Pasien dalam
lingkungan terhadap TIK kedaan compos - Memonitor efek
kedaan compos mentis
- Mempertahankan posisi mentis GCS 15, stimulus lingkungan
GCS 15,
kepala dan leher netral TD : 120/90 mmHg terhadap TIK
- Menjelaskan tujuan dan N: 110 - Mempertahankan posisi TD : 130/100 mmHg
prosedur pemantauan S : 36.5 C kepala dan leher netral N: 110
- Mengganti cairan infus R : 20 - Menjelaskan tujuan dan S : 36.5 C
- Memberikan obat - Terdapat hasil CT prosedur pemantauan R : 20
Scan Infark lama di
DX2 - Mengganti cairan infus -
Terdapat hasil CT
daerah ganglia
Scan Infark di daerah
- Mengidentifikasi adanya basalis kanan Tidak - Memberikan obat
cortical lobus
terdapat pendarahan
nyeri atau keluhan fisik DX2 temporooccipitalis kiri
Atrofi cerebri senilis
Multiple infark lakuler
- Mengidentifikasi toleransi - Terapi obat sudah - Mengidentifikasi
didaerah ganglia
diberikaan melalui IV
fisik melakukan adanya nyeri atau basalis bilateral Atrofi
- Skala nyeri 4
cerebri senilis Tidak
pergerakan - Ttv sebelum keluhan fisik
nampak pendarahan
dilakukan rom
- Memonitor frekuensi - Mengidentifikasi - Terapi obat sudah
TD : 130/99 mmHg
diberikaan melalui IV
jantung dan tekanan darah toleransi fisik
N: 125 - Berbicara rero namun
sebelum dan sesudah melakukan pergerakan masih bisa sedikit
S : 36.0 C
dimengerti oleh orang
mobilisasi - Memonitor frekuensi
R : 21 lain
- Memonitor kondisi umum jantung dan tekanan - Skala nyeri 7
- Kekuatan otot
Ttv sebelum dilakukan
selama melakukan ekstremitas atas darah sebelum dan
rom
sebelum sedikit
mobilisasi sesudah mobilisasi TD : 130/100 mmHg
dapat digerakan
- Memfasilitasi aktivitas sehingga dibantu - Memonitor kondisi N: 110
secara perlahan
mobilisasi degaan alat umum selama S : 36.5 C
- Kekuatan ekstremitas
bantu (bantal, guling, bawah sebelum melakukan mobilisasi R : 20
sedikit dapat
tihang tempat tidur - Memfasilitasi aktivitas -Kekuatan otot
digerakan sehingga
ekstremitas atas
- Memfasilitasi melakukan dibantu secara mobilisasi degaan alat
sebelum tidak dapat
perlahan
pergerakan seperti miring bantu (bantal, guling, digerakan sehingga
- Ttv setelah dilakukan
dibantu secara
kini dan miring kanan rom tihang tempat tidur
perlahan
TD : 125/80 mmHg
ditambah latihan ROM - Memfasilitasi - Kekuatan ekstremitas
N: 120 bawah sebelum tidak
- Melibatkan keluarga melakukan pergerakan
dapat digerakan
S : 36.0 C
membantu pasien dalam seperti miring kini dan sehingga dibantu
R : 21 secara perlahan
neningkatkan pergeraka miring kanan ditambah
- Ttv setelah dilakukan
- Kekuatan otot
- Menjelaskan tujuan dan latihan ROM rom
ekstremitas atas
TD : 129/80 mmHg
prosedur mobilitas sesudah sedikit dapat - Melibatkan keluarga
di gerakan sendiri N: 100
sederhana membantu pasien
meski masih harus di
S : 37.5 C
DX3 bantu dalam neningkatkan
- Kekuatan ekstremitas R : 20
- Mengidentifikasi jenis pergeraka
bawah sesudah
- Kekuatan otot
bantuan yang dibutuhkan sedikit dapat di - Menjelaskan tujuan dan
ekstremitas atas
gerakan sendiri meski
- Memonitor kebersihan prosedur mobilitas sesudah sedikit dapat
masih harus di bantu
di gerakan sendiri
tubuh - Kelurga pasien sederhana
masih harus di bantu
memahami dan akan
(mis.rambut, ,mulut, DX3 - Kekuatan ekstremitas
melaksanakan sesuai
bawah sesudah sedikit
kulit, kuku) anjuran dari perawat - Mengidentifikasi jenis
dapat di gerakan
- Menyediakan peralatan - Pasien diberikan bantuan yang sendiri masih harus di
terapi obat keterolak bantu
mandi (mis. Sabun, sikat dibutuhkan
melalui IV obat untuk - Kelurga pasien
gigi, shampoo, pelembab meredakan nyeri - Memonitor kebersihan memahami dan akan
pada pasien. melaksanakan sesuai
kulit) tubuh
- Pasien terlihat sudah anjuran dari perawat
- Menyediakan lingkungan tidak lepek dan kusan (mis.rambut, ,mulut, - Pasien diberikan terapi
karena sudah di obat keterolak melalui
yang aman dan nyaman kulit, kuku)
mandikan oleh IV obat untuk
- Memfasilitasi mandi, keluarganya - Menyediakan meredakan nyeri pada
- Terlihat keluarga pasien.
sesuai kebutuhan peralatan mandi (mis.
pasien sudah - Pasien masih terlihat
- Mempertahankan memastikan hal- hal Sabun, sikat gigi, lepek dan kusan meski
yang beresiko jatuh sudah di mandikan
kebiasaan kebersihan diri shampoo, pelembab
seperti bel di oleh keluarganya
- Memberikan bantuan dekatkan kepasien kulit) - Terlihat keluarga
dan pengaman kasur pasien sudah
sesuai tingkat - Menyediakan
di pasang memastikan hal- hal
kemandirian - Pasien diberikan obat lingkungan yang yang beresiko jatuh
melalui IV seperti bel di dekatkan
- Menjelaskan manfaat aman dan nyaman
ceftriaxone, kepasien dan
mandi dan dampak tidak pantoprazole, - Memfasilitasi mandi, pengaman kasur di
citicolin dan oral cpg pasang
mandi terhadap sesuai kebutuhan
A: - Pasien diberikan obat
kesehatan - Masalah sebagian - Mempertahankan melalui IV ceftriaxone,
Teratasi pantoprazole, citicolin,
- Mengajarkan kepada kebiasaan kebersihan
P: mecobalamine dan oral
keluarga cara Lanjutkan pemberian diri cpg
memandikan pasien intervensi - Memberikan bantuan - Saat dilakukan latihan
berbicara alfabet
DX 4 sesuai tingkat
pasien sudah bisa
kemandirian sedikit jelas
- Mengidentifikasi faktor menyebutkannya
- Menjelaskan manfaat
risiko jatuh (mis. - Pasien bisa melakukan
mandi dan dampak komunikasi
Gangguan penglihatan) menggunakan kertas
tidak mandi terhadap
- Mengidentifikasi faktor dan pulpen
kesehatan menggunakan tangan
lingkungan yang kananya
- Mengajarkan kepada
meningkatkan risiko A:
keluarga cara - Masalah sebagian
jatuh (mis. Lantai licin, Teratasi
memandikan pasien
penerangan) P:
DX 4 Lanjutkan pemberian
- Memastikan roda tempat intervensi
tidur dan kursi roda - Mengidentifikasi
selalu dalam kondisi faktor risiko jatuh
terkunci (mis. Gangguan
- Mendekatkan bell penglihatan)
pemanggil dalam - Mengidentifikasi
jangkauan pasien faktor lingkungan
- Menganjurkan yang meningkatkan
memanggil perawat jika risiko jatuh (mis.
membutuhkan bantuan Lantai licin,
untuk berpindah penerangan)
- Menganjurkan - Memastikan roda
menggunakan alas kaki tempat tidur dan kursi
yang tidak licin roda selalu dalam
- Menganjarkan cara kondisi terkunci
menggunakan bel - Mendekatkan bell
pemanggil untuk pemanggil dalam
memanggil perawat jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
Senin,13 DX 1 S: Kamis,16 DX 1 S:
November - Pasien mengatakan November - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
2023 nyeri berkurang di 2023 nyeri berkurang di
penyebab peningkatan bagian ektremitas penyebab peningkatan bagian ektremitas kiri
Hari ke 6 kanan dan sudah Hari ke 6 dan sudah bisasedikit
TIK TIK
sedikit bisa di gerakan di gerakan
- Memonitor peningkatan - Pasien sudah - Memonitor - Pasien sudah berkurang
berkurang rasa pusing merasa lemas
tekanan darah peningkatan tekanan
- Keluarga pasien - Keluarga pasien
- Memonitor iregurer irama mengatakan sudah di darah mengatakan sudahdi
lakukan gerakan lakukan gerakan miring
nafas - Memonitor iregurer
miring kiri dan kanan kiri dan kanan
- Memonitor penurunan - Pasien mengatakan irama nafas - Pasien mengatakan
merasapegal-pegal masih sedikit
tingkat kesadaran - Memonitor penurunan
dan kesemutan sudah kesemutan
- Memonitor tekanan sedikit berkurang dan tingkat kesadaran - Pasien mengatakan
jarang sudah bisa sedikit
perfusi serebral - Memonitor tekanan
O: berbicara dengan lancar
- Memonitor efek stimulus - Pasien Pasien dalam perfusi serebral O:
- Pasien Pasien dalam
lingkungan terhadap TIK kedaan compos - Memonitor efek
kedaan compos mentis
- Mempertahankan posisi mentis GCS 15, stimulus lingkungan
GCS 15,
kepala dan leher netral TD : 125/90 mmHg terhadap TIK
TD : 127/99 mmHg
- Menjelaskan tujuan dan N: 110 - Mempertahankan posisi
N: 110
prosedur pemantauan S : 36.5 C kepala dan leher netral
S : 36.5 C
- Mengganti cairan infus R : 20 - Menjelaskan tujuan dan
- Memberikan obat - Terdapat hasil CT prosedur pemantauan R : 20
Scan Infark lama di
DX2 - Mengganti cairan infus -
Terdapat hasil CT
daerah ganglia
Scan Infark di daerah
- Mengidentifikasi adanya basalis kanan Tidak - Memberikan obat
cortical lobus
terdapat pendarahan
nyeri atau keluhan fisik DX2 temporooccipitalis kiri
Atrofi cerebri senilis
Multiple infark lakuler
- Mengidentifikasi toleransi - Terapi obat sudah - Mengidentifikasi
didaerah ganglia
diberikaan melalui IV
fisik melakukan adanya nyeri atau basalis bilateral Atrofi
- Skala nyeri 3
cerebri senilis Tidak
pergerakan - Ttv sebelum keluhan fisik
nampak pendarahan
dilakukan rom
- Memonitor frekuensi - Mengidentifikasi - Terapi obat sudah
TD : 125/99 mmHg
diberikaan melalui IV
jantung dan tekanan darah toleransi fisik
N: 125 - Berbicara rero namun
sebelum dan sesudah melakukan pergerakan masih bisa sedikit
S : 36.0 C
dimengerti oleh orang
mobilisasi - Memonitor frekuensi
R : 21 lain
- Memonitor kondisi umum jantung dan tekanan - Skala nyeri 6
- Kekuatan otot
Ttv sebelum dilakukan
selama melakukan ekstremitas atas darah sebelum dan
rom
sebelum sedikit
mobilisasi sesudah mobilisasi TD : 127/99 mmHg
dapat digerakan
- Memfasilitasi aktivitas sehingga dibantu - Memonitor kondisi N: 110
secara perlahan
mobilisasi degaan alat umum selama S : 36.5 C
- Kekuatan ekstremitas
bantu (bantal, guling, bawah sebelum melakukan mobilisasi R : 20
sedikit dapat
tihang tempat tidur - Memfasilitasi aktivitas - Kekuatan otot
digerakan sehingga
ekstremitas atas
- Memfasilitasi melakukan dibantu secara mobilisasi degaan alat
sebelum sudah sedikit
pergerakan seperti miring perlahan bantu (bantal, guling, dapat digerakan
- Ttv setelah dilakukan sehingga dibantu
kini dan miring kanan tihang tempat tidur
rom secara perlahan
ditambah latihan ROM TD : 120/80 mmHg - Memfasilitasi - Kekuatan ekstremitas
bawah sebelum sudah
- Melibatkan keluarga N: 120 melakukan pergerakan
sedikit dapat digerakan
membantu pasien dalam S : 36.0 C seperti miring kini dan sehingga dibantu
secara perlahan
neningkatkan pergeraka R : 21 miring kanan ditambah
- Ttv setelah dilakukan
- Menjelaskan tujuan dan - Kekuatan otot latihan ROM rom
ekstremitas atas TD : 125/80 mmHg
prosedur mobilitas - Melibatkan keluarga
sesudah sedikit dapat
N: 100
sederhana di gerakan sendiri membantu pasien
meski masih harus di S : 37.5 C
DX3 dalam neningkatkan
bantu
R : 20
- Mengidentifikasi jenis - Kekuatan ekstremitas pergeraka
bawah sesudah - Kekuatan otot
bantuan yang dibutuhkan - Menjelaskan tujuan dan
sedikit dapat di ekstremitas atas
- Memonitor kebersihan gerakan sendiri meski prosedur mobilitas sesudah sedikit dapat
masih harus di bantu di gerakan sendiri
tubuh sederhana
- Kelurga pasien masih harus di bantu
(mis.rambut, ,mulut, memahami dan akan DX3 - Kekuatan ekstremitas
melaksanakan sesuai bawah sesudah sedikit
kulit, kuku) - Mengidentifikasi jenis
anjuran dari perawat dapat di gerakan
- Menyediakan peralatan - Pasien diberikan bantuan yang sendiri masih harus di
terapi obat keterolak bantu
mandi (mis. Sabun, sikat dibutuhkan
melalui IV obat untuk - Kelurga pasien
gigi, shampoo, pelembab meredakan nyeri - Memonitor kebersihan memahami dan akan
kulit) pada pasien. tubuh melaksanakan sesuai
- Pasien sudah tidak anjuran dari perawat
- Menyediakan lingkungan (mis.rambut, ,mulut,
terlihat lepek dan - Pasien diberikan terapi
yang aman dan nyaman kusan karena sudah kulit, kuku) obat keterolak melalui
di mandikan oleh IV obat untuk
- Memfasilitasi mandi, - Menyediakan
keluarganya meredakan nyeri pada
sesuai kebutuhan - Terlihat keluarga peralatan mandi (mis. pasien.
pasien sudah - Pasien sudah tidak
- Mempertahankan Sabun, sikat gigi,
memastikan hal- hal terlihat lepek dan
kebiasaan kebersihan diri yang beresiko jatuh shampoo, pelembab kusan karena sudah di
seperti bel di mandikan oleh
- Memberikan bantuan kulit)
dekatkan kepasien keluarganya
sesuai tingkat dan pengaman kasur - Menyediakan - Terlihat keluarga
di pasang pasien sudah
kemandirian lingkungan yang
- Pasien diberikan obat memastikan hal- hal
- Menjelaskan manfaat melalui IV aman dan nyaman yang beresiko jatuh
ceftriaxone, seperti bel di dekatkan
mandi dan dampak tidak - Memfasilitasi mandi,
pantoprazole, kepasien dan
mandi terhadap citicolin dan oral cpg sesuai kebutuhan pengaman kasur di
A: pasang
kesehatan - Mempertahankan
- Masalah sebagian - Pasien diberikan obat
- Mengajarkan kepada Teratasi kebiasaan kebersihan melalui IV ceftriaxone,
P: pantoprazole, citicolin,
keluarga cara diri
Lanjutkan pemberian mecobalamine dan oral
memandikan pasien intervensi - Memberikan bantuan cpg
- Saat dilakukan latihan
DX 4 sesuai tingkat
berbicara alfabet
kemandirian pasien sudah bisa
- Mengidentifikasi faktor
risiko jatuh (mis. - Menjelaskan manfaat sedikit jelas
menyebutkannya
Gangguan penglihatan) mandi dan dampak
- Pasien bisa melakukan
- Mengidentifikasi faktor tidak mandi terhadap komunikasi
menggunakan kertas
lingkungan yang kesehatan
dan pulpen
meningkatkan risiko - Mengajarkan kepada menggunakan tangan
kananya
jatuh (mis. Lantai licin, keluarga cara
A:
penerangan) memandikan pasien - Masalah sebagian
Teratasi
- Memastikan roda tempat DX 4
P:
tidur dan kursi roda Lanjutkan pemberian
- Mengidentifikasi intervensi
selalu dalam kondisi
faktor risiko jatuh
terkunci
(mis. Gangguan
- Mendekatkan bell
penglihatan)
pemanggil dalam
- Mengidentifikasi
jangkauan pasien
faktor lingkungan
- Menganjurkan
yang meningkatkan
memanggil perawat jika
risiko jatuh (mis.
membutuhkan bantuan
Lantai licin,
untuk berpindah
penerangan)
- Menganjurkan
- Memastikan roda
menggunakan alas kaki tempat tidur dan kursi
yang tidak licin roda selalu dalam
- Menganjarkan cara kondisi terkunci
menggunakan bel - Mendekatkan bell
pemanggil untuk pemanggil dalam
memanggil perawat jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
Sabtu,14 DX 1 S: Jumat,17 DX 1 S:
November - Pasien mengatakan November - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
2023 nyeri berkurang di 2023 nyeri berkurang di
penyebab peningkatan bagian ektremitas penyebab peningkatan bagian ektremitas kiri
Hari ke 7 TIK kanan dan sudah Hari ke 7 TIK dan sudah bisasedikit
sedikit bisa di gerakan di gerakan
- Memonitor peningkatan - Memonitor
- Pasien sudah - Pasien sudah berkurang
tekanan darah berkurang rasa pusing peningkatan tekanan merasa lemas
- Keluarga pasien - Keluarga pasien
- Memonitor iregurer irama darah
mengatakan sudah di mengatakan sudahdi
nafas lakukan gerakan - Memonitor iregurer lakukan gerakan miring
miring kiri dan kanan kiri dan kanan
- Memonitor penurunan irama nafas
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
tingkat kesadaran merasapegal-pegal - Memonitor penurunan masih sedikit
dan kesemutan sudah kesemutan
- Memonitor tekanan tingkat kesadaran
sedikit berkurang - Pasien mengatakan
perfusi serebral O: - Memonitor tekanan sudah bisa sedikit
- Pasien Pasien dalam berbicara dengan lancar
- Memonitor efek stimulus perfusi serebral
O:
kedaan compos
lingkungan terhadap TIK - Memonitor efek - Pasien Pasien dalam
mentis GCS 15,
- Mempertahankan posisi stimulus lingkungan kedaan compos mentis
TD : 120/90 mmHg
kepala dan leher netral terhadap TIK GCS 15,
N: 110
- Menjelaskan tujuan dan - Mempertahankan posisi TD : 127/99 mmHg
S : 36.5 C
prosedur pemantauan kepala dan leher netral N: 110
R : 20
- Mengganti cairan infus - Menjelaskan tujuan dan S : 36.5 C
- Terdapat hasil CT
- Memberikan obat prosedur pemantauan R : 20
Scan Infark lama di
DX2 daerah ganglia - Mengganti cairan infus - Terdapat hasil CT
basalis kanan Tidak Scan Infark di daerah
- Mengidentifikasi adanya - Memberikan obat
terdapat pendarahan cortical lobus
nyeri atau keluhan fisik Atrofi cerebri senilis DX2 temporooccipitalis kiri
-
Terapi obat sudah Multiple infark lakuler
- Mengidentifikasi toleransi - Mengidentifikasi
diberikaan melalui IV didaerah ganglia
fisik melakukan - Skala nyeri 2 adanya nyeri atau basalis bilateral Atrofi
- Ttv sebelum cerebri senilis Tidak
pergerakan keluhan fisik
dilakukan rom nampak pendarahan
- Memonitor frekuensi TD : 120/99 mmHg - Mengidentifikasi - Terapi obat sudah
diberikaan melalui IV
jantung dan tekanan darah N: 125 toleransi fisik
- Berbicara rero namun
sebelum dan sesudah S : 36.0 C melakukan pergerakan masih bisa sedikit
dimengerti oleh orang
mobilisasi R : 21 - Memonitor frekuensi
lain
- Memonitor kondisi umum - Kekuatan otot jantung dan tekanan - Skala nyeri 4
ekstremitas atas Ttv sebelum dilakukan
selama melakukan darah sebelum dan
sebelum sedikit rom
mobilisasi dapat digerakan sesudah mobilisasi TD : 127/99 mmHg
sehingga dibantu
- Memfasilitasi aktivitas - Memonitor kondisi N: 110
secara perlahan
mobilisasi degaan alat - Kekuatan ekstremitas umum selama S : 36.5 C
bawah sebelum
bantu (bantal, guling, melakukan mobilisasi R : 20
sedikit dapat
tihang tempat tidur digerakan sehingga - Memfasilitasi aktivitas - Kekuatan otot
dibantu secara ekstremitas atas
- Memfasilitasi melakukan mobilisasi degaan alat
perlahan sebelum sudah sedikit
pergerakan seperti miring - Ttv setelah dilakukan bantu (bantal, guling, dapat digerakan
rom sehingga dibantu
kini dan miring kanan tihang tempat tidur
TD : 125/80 mmHg secara perlahan
ditambah latihan ROM - Memfasilitasi - Kekuatan ekstremitas
- Melibatkan keluarga N: 120 melakukan pergerakan bawah sebelum sudah
sedikit dapat digerakan
membantu pasien dalam S : 36.0 C seperti miring kini dan
sehingga dibantu
neningkatkan pergeraka R : 21 miring kanan ditambah secara perlahan
- Ttv setelah dilakukan
- Menjelaskan tujuan dan - Kekuatan otot latihan ROM
rom
ekstremitas atas
prosedur mobilitas - Melibatkan keluarga TD : 120/80 mmHg
sesudah sedikit dapat
sederhana di gerakan sendiri membantu pasien N: 100
meski masih harus di
DX3 dalam neningkatkan S : 37.5 C
bantu
- Mengidentifikasi jenis - Kekuatan ekstremitas pergeraka R : 20
bawah sesudah
bantuan yang dibutuhkan - Menjelaskan tujuan dan - Kekuatan otot
sedikit dapat di
ekstremitas atas
- Memonitor kebersihan gerakan sendiri meski prosedur mobilitas
sesudah sedikit dapat
masih harus di bantu
tubuh sederhana di gerakan sendiri
- Kelurga pasien
masih harus di bantu
(mis.rambut, ,mulut, memahami dan akan DX3
- Kekuatan ekstremitas
melaksanakan sesuai
kulit, kuku) - Mengidentifikasi jenis bawah sesudah sedikit
anjuran dari perawat
dapat di gerakan
- Menyediakan peralatan - Pasien diberikan bantuan yang
sendiri masih harus di
terapi obat keterolak
mandi (mis. Sabun, sikat dibutuhkan bantu
melalui IV obat untuk
- Kelurga pasien
gigi, shampoo, pelembab meredakan nyeri - Memonitor kebersihan
memahami dan akan
pada pasien.
kulit) tubuh melaksanakan sesuai
- Pasien sudah tidak
anjuran dari perawat
- Menyediakan lingkungan terlihat lepek dan (mis.rambut, ,mulut,
- Pasien diberikan terapi
kusan karena sudah
yang aman dan nyaman kulit, kuku) obat keterolak melalui
di mandikan oleh
- Memfasilitasi mandi, keluarganya - Menyediakan IV obat untuk
- Terlihat keluarga meredakan nyeri pada
sesuai kebutuhan peralatan mandi (mis.
pasien sudah pasien.
- Mempertahankan memastikan hal- hal Sabun, sikat gigi, - Pasien sudah tidak
yang beresiko jatuh terlihat lepek dan
kebiasaan kebersihan diri shampoo, pelembab
seperti bel di kusan karena sudah di
- Memberikan bantuan dekatkan kepasien kulit) mandikan oleh
dan pengaman kasur keluarganya
sesuai tingkat - Menyediakan
di pasang - Terlihat keluarga
kemandirian - Pasien diberikan obat lingkungan yang pasien sudah
melalui IV memastikan hal- hal
- Menjelaskan manfaat aman dan nyaman
ceftriaxone, yang beresiko jatuh
mandi dan dampak tidak pantoprazole, - Memfasilitasi mandi, seperti bel di dekatkan
citicolin dan oral cpg kepasien dan
mandi terhadap sesuai kebutuhan
A: pengaman kasur di
kesehatan - Masalah Teratasi - Mempertahankan pasang
P: - Pasien diberikan obat
- Mengajarkan kepada kebiasaan kebersihan
Hentikan intervensi , melalui IV ceftriaxone,
keluarga cara pasien sudah rencana diri pantoprazole, citicolin,
BLPL mecobalamine dan oral
memandikan pasien - Memberikan bantuan
cpg
DX 4 sesuai tingkat - Saat dilakukan latihan
berbicara alfabet
kemandirian
- Mengidentifikasi faktor pasien sudah bisa
- Menjelaskan manfaat sedikit jelas
risiko jatuh (mis. menyebutkannya
mandi dan dampak
Gangguan penglihatan) - Pasien bisa melakukan
tidak mandi terhadap komunikasi
- Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang kesehatan menggunakan kertas
dan pulpen
meningkatkan risiko - Mengajarkan kepada
menggunakan tangan
jatuh (mis. Lantai licin, keluarga cara kananya
A:
penerangan) memandikan pasien
- Masalah Teratasi
- Memastikan roda tempat DX 4 P:
Hentikan pemberian
tidur dan kursi roda
- Mengidentifikasi intervensi
selalu dalam kondisi
faktor risiko jatuh
terkunci
(mis. Gangguan
- Mendekatkan bell
penglihatan)
pemanggil dalam
- Mengidentifikasi
jangkauan pasien
faktor lingkungan
- Menganjurkan
yang meningkatkan
memanggil perawat jika
risiko jatuh (mis.
membutuhkan bantuan
Lantai licin,
untuk berpindah
penerangan)
- Menganjurkan
- Memastikan roda
menggunakan alas kaki
tempat tidur dan kursi
yang tidak licin
roda selalu dalam
- Menganjarkan cara
menggunakan bel kondisi terkunci
pemanggil untuk - Mendekatkan bell
memanggil perawat pemanggil dalam
jangkauan pasien
- Menganjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Menganjarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DX 5
- Memonitor kecepatan,
tekanan, kuantitas,
volume dan diksi
bicara
- Memonitor frustasi,
marah, depresi, atau
hal lain yang
menganggu bicara
- Mengidentifikasi
perilaku emosional
dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
- Menyesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (berdiri
depan pasien,
bicaralah perlahan
sambil menghindari
teriak, meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Mengulangi apa yang
disampaikan pasien
- Memberi dukungan
psikologis
- Menganjurkan
berbicara perlahan
- Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
pasien
G. Catatan Perkembangan

Hari/ Hari/
Diagnosa
Tanggal, Pasien 1 Tanggal, Pasien 2 Paraf
Keperawatan
Jam Jam
Selasa, 07 1, 2, 3,4 S: Jumat, 10 S: Niar
November - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian November - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian
2023 ektremitas kanan dan terasa sulit di gerakan 2023 ektremitas kiri dan terasa sulit di gerakan
- Pasien masih merasa pusing - Pasien masih merasa lemas
Hari ke 1 - Keluarga pasien mengatakan jarang di Hari ke 1 - Keluarga pasien mengatakan jarang di lakukan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan gerakan miring kiri dan kanan
- Pasien mengatakan merasapegal-pegal dan - Pasien mengatakan merasa kesemutan karena
09.00 kesemutan karena jarang digerakan 09.00 jarang digerakan
O: - Pasien mengatakan sulit berbicara dengan lancar
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis O:
12:00 12:00 - Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
GCS 15,
15,
TD : 107/90 mmHg
TD : 130/80 mmHg
N: 104
N: 90
S : 37.0 C
S : 37.5 C
R : 20
R : 20
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah
ganglia basalis kanan Tidak terdapat - Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
pendarahan Atrofi cerebri senilis lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
- Skala nyeri 6 cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
- Ttv sebelum dilakukan rom - Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
TD : 120/99 mmHg - Berbicara rero namun masih bisa sedikit
dimengerti oleh orang lain
N: 115
- Skala nyeri 8
S : 36.5 C Ttv sebelum dilakukan rom
TD : 135/90 mmHg
R : 21
N: 100
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum 4
tidak dapat digerakan sehingga dibantu S : 37.5 C
secara perlahan
R : 20
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak
dapat digerakan sehingga dibantu secara - Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum tidak
perlahan dapat digerakan sehingga dibantu secara perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom - Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak dapat
TD : 125/80 mmHg digerakan sehingga dibantu secara perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom
N: 111
TD : 134/88 mmHg
S : 36.8 C
N: 105
R : 21
S : 37.5 C
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
R : 20
tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di
bantu - Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di
tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
bantu - Kekuatan ekstremitas bawah sesudah tidak dapat
- Kelurga pasien memahami dan akan di gerakan sendiri masih harus di bantu
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat - Kelurga pasien memahami dan akan
- Pasien diberikan terapi obat keterolak melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada - Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
pasien. obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
- Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum - Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum di
di mandikan oleh keluarganya mandikan oleh keluarganya
- Terlihat keluarga pasien belum memastikan - Terlihat keluarga pasien belum memastikan hal-
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel belum hal yang beresiko jatuh seperti bel belum di
di dekatkan kepasien dan pengaman kasur dekatkan kepasien dan pengaman kasur tidak di
tidak di pasang pasang
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone, - Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
pantoprazole, citicolin dan oral cpg pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
A: cpg
- Masalah Belum Teratasi - Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
P: masih belum jelas menyebutkannya
- Lanjutkan pemberian intervensi dx 1,2,3,4 - Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
A:
- Masalah Belum Teratasi
P:
Lanjutkan pemberian intervensi

Rabu, 08 S: Sabtu, 11 S: Niar


November - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian November - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian
2023 ektremitas kanan dan terasa sulit di gerakan 2023 ektremitas kiri dan terasa sulit di gerakan
- Pasien masih merasa pusing - Pasien masih merasa lemas
Hari ke 2 - Keluarga pasien mengatakan jarang di Hari ke 2 - Keluarga pasien mengatakan jarang di lakukan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan gerakan miring kiri dan kanan
- Pasien mengatakan merasapegal-pegal dan - Pasien mengatakan merasa kesemutan karena
kesemutan karena jarang digerakan jarang digerakan
09.00 O: - Pasien mengatakan sulit berbicara dengan lancar
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis O:
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
GCS 15,
15,
TD : 130/90 mmHg
TD : 139/100 mmHg
N: 125
N: 100
S : 36.0 C
S : 37.5 C
R : 20
R : 20
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah
ganglia basalis kanan Tidak terdapat - Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
pendarahan Atrofi cerebri senilis lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
- Skala nyeri 6 cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
- Ttv sebelum dilakukan rom - Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
TD : 130/99 mmHg - Berbicara rero namun masih bisa sedikit
dimengerti oleh orang lain
N: 125
- Skala nyeri 8
S : 36.0 C Ttv sebelum dilakukan rom
TD : 139/100 mmHg
R : 21
12:00 N: 100
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum
tidak dapat digerakan sehingga dibantu S : 37.5 C
secara perlahan
R : 20
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak
dapat digerakan sehingga dibantu secara - Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum tidak
perlahan dapat digerakan sehingga dibantu secara perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom - Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak dapat
TD : 125/80 mmHg digerakan sehingga dibantu secara perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom
N: 120
TD : 140/80 mmHg
S : 36.0 C
N: 100
R : 21
S : 37.5 C
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
R : 20
tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di
bantu - Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di
tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
bantu - Kekuatan ekstremitas bawah sesudah tidak dapat
- Kelurga pasien memahami dan akan di gerakan sendiri masih harus di bantu
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat - Kelurga pasien memahami dan akan
- Pasien diberikan terapi obat keterolak melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada - Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
pasien. obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
- Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum - Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum di
di mandikan oleh keluarganya mandikan oleh keluarganya
- Terlihat keluarga pasien belum memastikan - Terlihat keluarga pasien belum memastikan hal-
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel belum hal yang beresiko jatuh seperti bel belum di
di dekatkan kepasien dan pengaman kasur dekatkan kepasien dan pengaman kasur tidak di
tidak di pasang pasang
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone, - Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
pantoprazole, citicolin dan oral cpg pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
A: cpg
- Masalah Belum Teratasi - Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
P: masih belum jelas menyebutkannya
Lanjutkan pemberian intervensi dx 1,2,3, - Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
A:
- Masalah Belum Teratasi
P:
Lanjutkan pemberian intervensi

Kamis, 09 S: Senin, 13 - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian Niar


November - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian November ektremitas kiri dan terasa sulit di gerakan
2023 ektremitas kanan dan terasa sulit di gerakan 2023 - Pasien masih merasa lemas
- Pasien masih merasa pusing - Keluarga pasien mengatakan jarang di lakukan
Hari ke 3 - Keluarga pasien mengatakan jarang di Hari ke 3 gerakan miring kiri dan kanan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan - Pasien mengatakan merasa kesemutan karena
- Pasien mengatakan merasapegal-pegal dan jarang digerakan
kesemutan karena jarang digerakan - Pasien mengatakan sulit berbicara dengan lancar
O: O:
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis - Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
GCS 15, 15,
TD : 130/90 mmHg TD : 139/100 mmHg
N: 125 N: 100
S : 36.0 C S : 37.5 C
R : 20 R : 20
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah - Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
ganglia basalis kanan Tidak terdapat lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
pendarahan Atrofi cerebri senilis lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
- Skala nyeri 6 - Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
- Ttv sebelum dilakukan rom - Berbicara rero namun masih bisa sedikit
TD : 130/99 mmHg dimengerti oleh orang lain
- Skala nyeri 8
N: 125
Ttv sebelum dilakukan rom
S : 36.0 C TD : 139/100 mmHg
R : 21 N: 100
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum S : 37.5 C
tidak dapat digerakan sehingga dibantu
R : 20
secara perlahan
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak - Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum tidak
dapat digerakan sehingga dibantu secara dapat digerakan sehingga dibantu secara perlahan
perlahan - Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak dapat
- Ttv setelah dilakukan rom digerakan sehingga dibantu secara perlahan
TD : 125/80 mmHg - Ttv setelah dilakukan rom
TD : 140/80 mmHg
N: 120
N: 100
S : 36.0 C
S : 37.5 C
R : 21
R : 20
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
sedikit dapat di gerakan sendiri meski masih - Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
harus di bantu tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit bantu
dapat di gerakan sendiri meski masih harus - Kekuatan ekstremitas bawah sesudah tidak dapat
di bantu di gerakan sendiri masih harus di bantu
- Kelurga pasien memahami dan akan - Kelurga pasien memahami dan akan
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
- Pasien diberikan terapi obat keterolak - Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
pasien. - Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum di
- Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum mandikan oleh keluarganya
di mandikan oleh keluarganya - Terlihat keluarga pasien belum memastikan hal-
- Terlihat keluarga pasien belum memastikan hal yang beresiko jatuh seperti bel belum di
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel belum dekatkan kepasien dan pengaman kasur tidak di
di dekatkan kepasien dan pengaman kasur pasang
tidak di pasang - Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone, pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
pantoprazole, citicolin dan oral cpg cpg
A: - Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
- Masalah Belum Teratasi masih belum jelas menyebutkannya
P: - Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
Lanjutkan pemberian intervensi dx 1,2,3, kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
A:
- Masalah Belum Teratasi
P:
Lanjutkan pemberian intervensi

Jumat,10 S: Selasa, 14 S: Niar


November - Pasien mengatakan nyeri sudah sedikit November - Pasien mengatakan masih nyeri di bagian
2023 berkurang di bagian ektremitas kanan dan 2023 ektremitas kiri dan terasa sulit di gerakan
Hari ke 4 sudah sedikit bisa di gerakan Hari ke 4 - Pasien masih merasa lemas
- Pasien sudah sedikit tidak merasa pusing - Keluarga pasien mengatakan sudahdi lakukan
- Keluarga pasien mengatakan sudah di gerakan miring kiri dan kanan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan - Pasien mengatakan masih sedikit kesemutan
- Pasien mengatakan sudah berkurang - Pasien mengatakan sulit berbicara dengan lancar
rasapegal-pegal dan kesemutan O:
O: - Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis
15,
GCS 15,
TD : 137/99 mmHg
TD : 125/90 mmHg
N: 110
N: 125
S : 36.5 C
S : 36.0 C
R : 20
R : 20
- Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
ganglia basalis kanan Tidak terdapat lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
pendarahan Atrofi cerebri senilis cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV - Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
- Skala nyeri 5 - Berbicara rero namun masih bisa sedikit
- Ttv sebelum dilakukan rom dimengerti oleh orang lain
TD : 125/99 mmHg - Skala nyeri 8
Ttv sebelum dilakukan rom
N: 125
TD : 137/99 mmHg
S : 36.0 C
N: 110
R : 21
S : 36.5 C
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum R : 20
tidak dapat digerakan sehingga dibantu
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum tidak
secara perlahan
dapat digerakan sehingga dibantu secara perlahan
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak dapat
dapat digerakan sehingga dibantu secara
digerakan sehingga dibantu secara perlahan
perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom
- Ttv setelah dilakukan rom
TD : 140/80 mmHg
TD : 125/80 mmHg
N: 100
N: 120
S : 37.5 C
S : 36.0 C
R : 20
R : 21
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah
tidakdapat di gerakan sendiri masih harus di
sedikit dapat di gerakan sendiri meski masih
bantu
harus di bantu
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah tidak dapat
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit
di gerakan sendiri masih harus di bantu
dapat di gerakan sendiri meski masih harus
- Kelurga pasien memahami dan akan
di bantu
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
- Kelurga pasien memahami dan akan
- Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
- Pasien diberikan terapi obat keterolak
- Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum di
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada
mandikan oleh keluarganya
pasien.
- Terlihat keluarga pasien belum memastikan hal-
- Pasien terlihat lepek dan kusan karena belum
hal yang beresiko jatuh seperti bel belum di
di mandikan oleh keluarganya
dekatkan kepasien dan pengaman kasur tidak di
- Terlihat keluarga pasien sudah memastikan
pasang
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel di
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
dekatkan kepasien dan pengaman kasur di pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
pasang cpg
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone, - Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
pantoprazole, citicolin dan oral cpg masih belum jelas menyebutkannya
A: - Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
- Masalah sebagian Teratasi kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
P: A:
Lanjutkan pemberian intervensi - Masalah Belum Teratasi
P:
Lanjutkan pemberian intervensi

Sabtu,11 S: Rabu, 15 S: Niar


November - Pasien mengatakan nyeri berkurang di November - Pasien mengatakan nyeri berkurang di bagian
2023 bagian ektremitas kanan dan sudah sedikit 2023 ektremitas kiri dan sudah bisa sedikit di gerakan
bisa di gerakan - Pasien sudah berkurang rasa lemas
Hari ke 5 - Pasien sudah berkurang rasa pusing Hari ke 5 - Keluarga pasien mengatakan sudahdi lakukan
- Keluarga pasien mengatakan sudah di gerakan miring kiri dan kanan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan - Pasien mengatakan masih sedikit kesemutan
- Pasien mengatakan sudah jarang - Pasien mengatakan sudah bisa sedikit berbicara
merasapegal-pegal dan kesemutan sudah dengan lancar
sedikit berkurang O:
O: - Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis
15,
GCS 15,
TD : 130/100 mmHg
TD : 120/90 mmHg
N: 110
N: 110
S : 36.5 C
S : 36.5 C R : 20
R : 20 - Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah
lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
ganglia basalis kanan Tidak terdapat
cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
pendarahan Atrofi cerebri senilis
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
- Berbicara rero namun masih bisa sedikit
- Skala nyeri 4
dimengerti oleh orang lain
- Ttv sebelum dilakukan rom
- Skala nyeri 7
TD : 130/99 mmHg
Ttv sebelum dilakukan rom
N: 125 TD : 130/100 mmHg
S : 36.0 C N: 110
R : 21 S : 36.5 C
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum R : 20
sedikit dapat digerakan sehingga dibantu
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum tidak
secara perlahan
dapat digerakan sehingga dibantu secara perlahan
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum sedikit
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum tidak dapat
dapat digerakan sehingga dibantu secara
digerakan sehingga dibantu secara perlahan
perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom
- Ttv setelah dilakukan rom
TD : 129/80 mmHg
TD : 125/80 mmHg
N: 100
N: 120
S : 37.5 C
S : 36.0 C
R : 20
R : 21
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah sedikit
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah dapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
sedikit dapat di gerakan sendiri meski masih - Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit
harus di bantu dapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit - Kelurga pasien memahami dan akan
dapat di gerakan sendiri meski masih harus melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
di bantu - Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
- Kelurga pasien memahami dan akan obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat - Pasien masih terlihat lepek dan kusan meski
- Pasien diberikan terapi obat keterolak sudah di mandikan oleh keluarganya
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada - Terlihat keluarga pasien sudah memastikan hal-
pasien. hal yang beresiko jatuh seperti bel di dekatkan
- Pasien terlihat sudah tidak lepek dan kusan kepasien dan pengaman kasur di pasang
karena sudah di mandikan oleh keluarganya - Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
- Terlihat keluarga pasien sudah memastikan pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel di cpg
dekatkan kepasien dan pengaman kasur di - Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
pasang sudah bisa sedikit jelas menyebutkannya
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone, - Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
pantoprazole, citicolin dan oral cpg kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
A: A:
- Masalah sebagian Teratasi - Masalah sebagian Teratasi
P: P:
Lanjutkan pemberian intervensi Lanjutkan pemberian intervensi

Senin,13 S: Kamis,16 S: Niar


November - Pasien mengatakan nyeri berkurang di November - Pasien mengatakan nyeri berkurang di bagian
2023 bagian ektremitas kanan dan sudah sedikit 2023 ektremitas kiri dan sudah bisasedikit di gerakan
bisa di gerakan - Pasien sudah berkurang merasa lemas
Hari ke 6 - Pasien sudah berkurang rasa pusing Hari ke 6 - Keluarga pasien mengatakan sudahdi lakukan
- Keluarga pasien mengatakan sudah di gerakan miring kiri dan kanan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan - Pasien mengatakan masih sedikit kesemutan
- Pasien mengatakan merasapegal-pegal dan - Pasien mengatakan sudah bisa sedikit berbicara
kesemutan sudah sedikit berkurang dan dengan lancar
jarang O:
O: - Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis
15,
GCS 15,
TD : 127/99 mmHg
TD : 125/90 mmHg
N: 110
N: 110
S : 36.5 C
S : 36.5 C
R : 20
R : 20
- Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
ganglia basalis kanan Tidak terdapat lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
pendarahan Atrofi cerebri senilis cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV - Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
- Skala nyeri 3 - Berbicara rero namun masih bisa sedikit
- Ttv sebelum dilakukan rom dimengerti oleh orang lain
TD : 125/99 mmHg - Skala nyeri 6
Ttv sebelum dilakukan rom
N: 125
TD : 127/99 mmHg
S : 36.0 C
N: 110
R : 21
S : 36.5 C
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum R : 20
sedikit dapat digerakan sehingga dibantu
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum sudah
secara perlahan
sedikit dapat digerakan sehingga dibantu secara
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum sedikit
perlahan
dapat digerakan sehingga dibantu secara
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum sudah
perlahan
sedikit dapat digerakan sehingga dibantu secara
- Ttv setelah dilakukan rom
perlahan
TD : 120/80 mmHg
- Ttv setelah dilakukan rom
N: 120 TD : 125/80 mmHg
S : 36.0 C N: 100
R : 21 S : 37.5 C
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah R : 20
sedikit dapat di gerakan sendiri meski masih
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah sedikit
harus di bantu
dapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit
dapat di gerakan sendiri meski masih harus
dapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
di bantu
- Kelurga pasien memahami dan akan
- Kelurga pasien memahami dan akan
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
- Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
- Pasien diberikan terapi obat keterolak
obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada
- Pasien sudah tidak terlihat lepek dan kusan
pasien.
karena sudah di mandikan oleh keluarganya
- Pasien sudah tidak terlihat lepek dan kusan
- Terlihat keluarga pasien sudah memastikan hal-
karena sudah di mandikan oleh keluarganya
hal yang beresiko jatuh seperti bel di dekatkan
- Terlihat keluarga pasien sudah memastikan
kepasien dan pengaman kasur di pasang
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel di
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
dekatkan kepasien dan pengaman kasur di pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
pasang cpg
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone, - Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
pantoprazole, citicolin dan oral cpg sudah bisa sedikit jelas menyebutkannya
A: - Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
- Masalah sebagian Teratasi kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
P: A:
Lanjutkan pemberian intervensi - Masalah sebagian Teratasi
P:
Lanjutkan pemberian intervensi

Sabtu,14 S: Jumat,17 S: Niar


November - Pasien mengatakan nyeri berkurang di November - Pasien mengatakan nyeri berkurang di bagian
2023 bagian ektremitas kanan dan sudah sedikit 2023 ektremitas kiri dan sudah bisasedikit di gerakan
bisa di gerakan - Pasien sudah berkurang merasa lemas
Hari ke 7 - Pasien sudah berkurang rasa pusing Hari ke 7 - Keluarga pasien mengatakan sudahdi lakukan
- Keluarga pasien mengatakan sudah di gerakan miring kiri dan kanan
lakukan gerakan miring kiri dan kanan - Pasien mengatakan masih sedikit kesemutan
- Pasien mengatakan merasapegal-pegal dan - Pasien mengatakan sudah bisa sedikit berbicara
kesemutan sudah sedikit berkurang dengan lancar
O: O:
- Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis - Pasien Pasien dalam kedaan compos mentis GCS
GCS 15, 15,
TD : 120/90 mmHg TD : 127/99 mmHg
N: 110 N: 110
S : 36.5 C S : 36.5 C
R : 20 R : 20
- Terdapat hasil CT Scan Infark lama di daerah - Terdapat hasil CT Scan Infark di daerah cortical
ganglia basalis kanan Tidak terdapat lobus temporooccipitalis kiri Multiple infark
pendarahan Atrofi cerebri senilis lakuler didaerah ganglia basalis bilateral Atrofi
- Terapi obat sudah diberikaan melalui IV cerebri senilis Tidak nampak pendarahan
- Skala nyeri 2 - Terapi obat sudah diberikaan melalui IV
- Ttv sebelum dilakukan rom - Berbicara rero namun masih bisa sedikit
TD : 120/99 mmHg dimengerti oleh orang lain
- Skala nyeri 4
N: 125
Ttv sebelum dilakukan rom
S : 36.0 C TD : 127/99 mmHg
R : 21 N: 110
- Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum S : 36.5 C
sedikit dapat digerakan sehingga dibantu
R : 20
secara perlahan
- Kekuatan ekstremitas bawah sebelum sedikit - Kekuatan otot ekstremitas atas sebelum sudah
dapat digerakan sehingga dibantu secara sedikit dapat digerakan sehingga dibantu secara
perlahan perlahan
- Ttv setelah dilakukan rom - Kekuatan ekstremitas bawah sebelum sudah
TD : 125/80 mmHg sedikit dapat digerakan sehingga dibantu secara
perlahan
N: 120
- Ttv setelah dilakukan rom
S : 36.0 C TD : 120/80 mmHg
R : 21 N: 100
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah S : 37.5 C
sedikit dapat di gerakan sendiri meski masih
harus di bantu R : 20
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit
- Kekuatan otot ekstremitas atas sesudah sedikit
dapat di gerakan sendiri meski masih harus
dapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
di bantu
- Kekuatan ekstremitas bawah sesudah sedikit
- Kelurga pasien memahami dan akan
dapat di gerakan sendiri masih harus di bantu
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
- Kelurga pasien memahami dan akan
- Pasien diberikan terapi obat keterolak
melaksanakan sesuai anjuran dari perawat
melalui IV obat untuk meredakan nyeri pada
- Pasien diberikan terapi obat keterolak melalui IV
pasien.
obat untuk meredakan nyeri pada pasien.
- Pasien sudah tidak terlihat lepek dan kusan
- Pasien sudah tidak terlihat lepek dan kusan
karena sudah di mandikan oleh keluarganya
karena sudah di mandikan oleh keluarganya
- Terlihat keluarga pasien sudah memastikan
- Terlihat keluarga pasien sudah memastikan hal-
hal- hal yang beresiko jatuh seperti bel di
hal yang beresiko jatuh seperti bel di dekatkan
dekatkan kepasien dan pengaman kasur di
kepasien dan pengaman kasur di pasang
pasang
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
- Pasien diberikan obat melalui IV ceftriaxone,
pantoprazole, citicolin, mecobalamine dan oral
pantoprazole, citicolin dan oral cpg
cpg
A:
- Saat dilakukan latihan berbicara alfabet pasien
- Masalah Teratasi
sudah bisa sedikit jelas menyebutkannya
P:
- Pasien bisa melakukan komunikasi menggunakan
Hentikan intervensi , pasien sudah rencana
kertas dan pulpen menggunakan tangan kananya
BLPL
A:
- Masalah Teratasi
P:
Hentikan pemberian intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA

Agusrianto, A., & Rantesigi, N. (2020). Application of Passive Range of Motion


(ROM) Exercises to Increase the Strength of the Limb Muscles in Patients
with Stroke Cases. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA), 2(2), 61–66.
https://doi.org/10.36590/jika.v2i2.48

Andriani, D., Fitria Nigusyanti, A., Nalaratih, A., Yuliawati, D., Afifah, F.,
Fauzanillah, F., Amatilah, F., Supriadi, D., & Firmansyah, A. (2022).
Pengaruh Range of Motion (ROM) Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Pada Pasien Stroke. Indogenius, 1(1), 34–41.
https://doi.org/10.56359/igj.v1i1.59

Anggriani, A., Aini, N., & Sulaiman, S. (2020). Efektivitas Latihan Range of
Motion Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit Siti Hajar. Journal of
Healthcare Technology and Medicine, 6(2), 678.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i2.974

Anggriani, A., Zulkarnain, Z., Sulaiman, S., & Gunawan, R. (2018). PENGARUH
ROM (Range of Motion) TERHADAP KEKUATAN OTOT
EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIC. Jurnal
Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 3(2), 64.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v3i2.46

Annisa Pratiwi, B., Diah Ananda Putri Atmaja, P., & Pratiwi, Q. (2022). Gut-
Brain Connection: Peran Mikrobiota Usus dalam Mencegah Stroke. Jurnal
Syntax Fusion, 2(01), 38–47. https://doi.org/10.54543/fusion.v2i01.143

Azzahra, V., & Ronoatmodjo, S. (2023). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke pada P

Jurnal Epidemiologi Kesehatan


Indonesia, 6(2). https://doi.org/10.7454/epidkes.v6i2.6508

Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2020). Profile Kesehatan Kota Bandung Tahun
2020. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.

Dinkes Provinsi Jabar, J. B. (2021). Profil Kesehatan Jawa Barat.

Eka Pratiwi Syahrim, W., Ulfah Azhar, M., & Risnah, R. (2019). Efektifitas
Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke:
Study Systematic Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 2(3), 186–191. https://doi.org/10.56338/mppki.v2i3.805

Feigin, V. L., Brainin, M., Norrving, B., Martins, S., Sacco, R. L., Hacke, W.,
Fisher, M., Pandian, J., & Lindsay, P. (2022). World Stroke Organization
(WSO): Global Stroke Fact Sheet 2022. International Journal of Stroke,
17(1), 18–29. https://doi.org/10.1177/17474930211065917

Helmiati. (2021). Efektivitas Latihan Range of Motion (ROM) Pasif terhadap


Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke. Naskah Publikasi Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta.

Hosseini, Z. S., Peyrovi, H., & Gohari, M. (2019). The Effect of Early Passive
Range of Motion Exercise on Motor Function of People with Stroke: a
Randomized Controlled Trial. Journal of Caring Sciences, 8(1), 39–44.
https://doi.org/10.15171/jcs.2019.006

Hunaifi, I., Harahap, H. S., Sahidu, M. G., Suryani, D., Susilowati, N. N. A., &
Dewi, A. B. C. (2021). Pemeriksaan Stroke Riskometer Pada Populasi Risiko
Tinggi Dalam Rangka Hari Stroke Sedunia. Abdi Insani, 8(2), 193–197.
https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v8i2.407

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.

Kune, N., & Pakaya, N. (2023). Range Of Mottion (Rom) Terhadap Kekuatan
Otot Pada Pasien Stroke : Literature Review. Jambura Nursing Journal, 5(1),
51–67. https://doi.org/10.37311/jnj.v5i1.17896

Masliah, M., Muftadi, M., & Rahayu, A. N. (2022). Literature Review : Pengaruh
Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke.
Malahayati Nursing Journal, 5(2), 414–419.
https://doi.org/10.33024/mnj.v5i2.5914

Merdiyanti, D., Ayubbana, S., & Sari HS, S. A. (2021). Penerapan Range of
Motion (Rom) Pasif Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik. Jurnal Cendikia Muda, 1, 98–102.
http://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/viewFile/
187/98

Meutia, S., Utami, N., Rahmawati, S., & Himayani, R. (2021). Sistem Saraf Pusat
dan Perifer. Medical Profession Journal of Lampung, 11(2), 306–311.

Nurartianti, N., & Wahyuni, N. T. (2020). Pengaruh Terapi Genggam Bola


Terhadap Peningkatan Motorik Halus Pada Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan,
8(1), 922–926. https://doi.org/10.38165/jk.v8i1.98

Pratama, A. D., Pratama, A. D., Noviana, M., & Pahlawi, R. (2022). Jurnal
Fisioterapi Terapan Indonesia or Indonesian Journal of Applied
Physiotherapy Efektivitas Balance dan Core Exercise untuk meningkatkan
Keseimbangan Statis pada Kasus Stroke Hemiparese Sinistra Efektivitas
Balance dan Core Exercise untuk meningkatkan. 1(1).

Rahayu, K. I. N. (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom)


Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rsud Gambiran.
Jurnal Keperawatan, 6(2), 102–107.

Yelvita, F. S. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan diagnosa Medis Stroke.


Karya Ilmiah, 8.5.2017, 2003–2005.

Yoshimura, S., Sakai, N., Yamagami, H., Uchida, K., Beppu, M., Toyoda, K.,
Matsumaru, Y., Matsumoto, Y., Kimura, K., Takeuchi, M., Yazawa, Y.,
Kimura, N., Shigeta, K., Imamura, H., Suzuki, I., Enomoto, Y., Tokunaga,
S., Morita, K., Sakakibara, F., … Morimoto, T. (2022). Endovascular
Therapy for Acute Stroke with a Large Ischemic Region. New England
Journal of Medicine, 386(14), 1303–1313.
https://doi.org/10.1056/nejmoa2118191

Yusuf, F., Rahman, H., Rahmi, S., & Lismayani, A. (2023). Pemanfaatan Media
Sosial Sebagai Sarana Komunikasi, Informasi, Dan Dokumentasi:
Pendidikan Di Majelis Taklim Annur Sejahtera. JHP2M: Jurnal Hasil-Hasil
Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2, 1–8.
https://journal.unm.ac.id/index.php/JHP2M

Anda mungkin juga menyukai