Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA STROKE

NON HEMORAGIK DALAM PEMBERIAN


INTERVENSI Range Of Motion (ROM)

KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI NERS

Oleh:
Muhammad Julkurnain
NPM. 2114901210151

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN,2022
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA STROKE
NON HEMORAGIK DALAM PEMBERIAN
INTERVENSI Range Of Motion (ROM)

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi Profesi Ners

Oleh:
Muhammad Julkurnain
NPM. 2114901210151

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN,2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Secara global stroke merupakan penyakit urutan kedua yang dapat

meyebabkan kematian serta kecacatan serius. Penyakit stroke adalah

gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan

sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak

terpenuhi dengan baik (Arum, 2015). World Health Organization (WHO)

menyatakan stroke atau Cerebrovascular disease adalah tanda-tanda klinis

yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global

karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih (Arifianto, Sarosa

& Setyawati, 2014).

World Health Organization (WHO 2016) melaporkan bahwa penyakit

kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di dunia, pada tahun

2012 terjadi 6,7 juta kematian akibat stroke. Menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi stroke di Indonesia mencapai

angka 8,3 per 1.000 penduduk (Haryanto, Setyawan & Kusuma, 2014).

Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013,

prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara

(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa

Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan


hampir sama merupakan penyebab utama kematian pada semua umur,

dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1

diantaranya karena stroke. Sumatera Barat dalam prevelansi penyakit stroke

menempati urutan ke 6 (enam) dari 33 provinsi setelah provinsi Nangroe

Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Gorontalo, DKI Jakarta, NTB, dengan

presentase 10,6% (BPS, 2012). (Kemenkes, 2013). Menurut Rikesdas tahun

2013, dalam laporannya mendapatkan bahwa di Indonesia, setiap 1000

orang, 8 orang diantaranya terkena stroke. Stroke.

Penyakit stroke diakibatkan oleh berbagai macam faktor risiko, contohnya

seperti usia, jenis kelamin, berat lahir rendah, ras, faktor keturunan dan

kelainan pembuluh darah bawaan. Pada Usia 45 Tahun sangat beresiko

terkena stroke. Setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko

stroke sebesar 11-20%. Resiko tertinggi adalah >65 tahun. (Bahrudin,2010).

Stroke merupakan penyebab kematian kedua di dunia dan menjadi masalah

pada kesehatan. Stroke menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak Di

Amerika Serikat setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Sekitar

795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya.

(Goldstein dkk., 2011).

Riskesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia sesuai diagnosis nakes yaitu

7/mil dan yang terdiagnosis, gejala pada penderita stroke sebesar 12,1 per

mil. Nakes mengatakan bahwa 57,9 % penyakit stroke sudah terdiagnosis.


Berdasarkan hasil penelitian Azwarli, dkk (2017), Kejadian Stroke di

Provinsi Kalimantan Selatan juga tinggi dengan persentase 5,3 % dari

keseluruhan provinsi di Indonesia. Pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis

nakes terdapat 21.276 orang (9,2 %) sedangakan berdasarkan gejala

terdapat 33.534 orang (14,5 %) yang menderita stroke di Provinsi Kalsel.

Berdasarkan data Rekam Medik di RSUD Sultan Suriyansyah Banjarmasin

angka kejadian stroke pada tahun 2019-2021 mengalami peningkatan

dengan jumlah pasien stroke berturut-turut sebanyak 633, 665, 693 dan 621

pasien.

Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke

adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh pembuluh darah

otak. Cidera dapat disebabkan oleh sumbatan dan penyempitan, atau

pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan

darah yang memadai. Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga

tidak (stroke tanpa gejala disebut juga silent stroke), tergantung pada tempat

dan ukuran kerusakan (Feigin, 2014).

Komplikasi kontraktur akan terjadi pada penderita stroke yang mengalami

kelemahan otot apabila tidak mendapatkan penanganan segera seperti

rehabilitasi agar tidak terjadinya kecacatan fisikk sehingga penderita dapat

beraktivitas seperti biasanya. (Anggraini, 2018). Menurut (Marlina, 2011),

Latihan Range of Motion (ROM) adalah suatu bentuk latihan yang dapat

mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke.


Dari data yang didapatkan di Rekam Medik RSUD Sultan Suriyansyah

Banjarmasin tahun 2019, penderita stroke berjenis kelamin laki-laki adalah

159 dan untuk penderita perempuan adalah 159. Pada penderita stroke

iskemik pada laki-laki adalah sebanyak 139 pasien, sedangkan pada

perempuan berjumlah 116. pada tahun 2020 bulan januari-februari

berdasarkan hasil observasi selama mahasiswa melakukan praktik klinik

pasien laki- laki dengan stroke iskemik adalah 10 pasien. Sedangkan untuk

pasien perempuan dengan stroke iskemik adalah 8 pasien.

Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan di ruangan Ranap

Penyakit Dalam RSUD Sultan Suriyansyah Banjarmasin yaitu meliputi

hambatan mobititas fisik, ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,

hambatan komunikasi verbal dan gangguan menelan. Dari masalah yang

ditemukan di atas maka perlulah peran perawat dan petugas kesehatan

dalam memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan Stroke Iskemik,

sehingga memerlukan pelayanan yang komprehensif dan komplit yang

berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, laboratorium, fisioterapi sehingga

akan meningkatkan derajat kesehatan pada pasien dengan Stroke Iskemik.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan intervensi lebih

intensif terhadap pasien dengan Stroke Iskemik dengan Latihan Range Of

Motion (ROM)
Bedasarkan uraian di atas, maka melatar belakangi penulis untuk melakukan

intervensi unggulan dengan melakukan analisis intervensi. Pemberian

Inovasi Latihan Range Of Motion (ROM) Pada Stroke Non Hemoragic

1.2 Tujuan penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Analisis Analisis Asuhan Keperawatan Pada Stroke Non

Hemoragik Dalam Pemberian Intervensi Range Of Motion (Rom)

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Stroke

Non Hemoragik

1.2.2.2 Mengambarkan perencanaan keperawatan pada Stroke Non

Hemoragik

1.2.2.3 Mengambarkan implementasi keperawatan dengan

intervensi penerapan. Pemberian Range Of Motion (Rom)

1.2.2.4 Mengambarkan evaluasi keperawatan dengan intervensi

penerapan Pemberian Range Of Motion (Rom) Pada Stroke

Non Hemoragik

1.2.2.5 Menggambarkan tentang rencana tidak lanjut asuhan

keperawatan dengan Pemberian Range Of Motion

(Rom)Pada Stroke Non Hemoragik


1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Bagi Profesi Keperawatan

Meningkatkan wawasan pendidikan kesehatan tentang teknik

Pemberian Range Of Motion (Rom) Pada Stroke Non Hemoragik,

bisa juga sebagai refrensi mahsiswa selanjutnya untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

1.3.2 Manfaat Bagi Pasien Dan Kluarga

Sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait Teknik

Pemberian Range Of Motion (Rom) Pada Stroke Non Hemoragik

1.3.3 Manfaat Bagi Instansi

Sebagai sumber informASI dan bisa dikembangkan untuk penelitian

selanjutnya terkait Teknik Pemberian Range Of Motion (Rom) Pada

Stroke Non Hemoragik

1.3.4 Manfaat Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang penerapan Teknik

Pemberian Range Of Motion (Rom) Pada Stroke Non Hemoragik

Anda mungkin juga menyukai