Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN

MOTOR RELEARNING PROGRAM (MRP) DAN BOBATH CONCEPT


UNTUK MEMPERBAIKI POLA JALAN PASIEN PASCA STROKE

NASKAH PUBLIKASI

Di susun Oleh:
Nama :Lavenia Chandra Paundria Nagari
NIM :1610301249

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN


MOTOR RELEARNING PROGRAM (MRP) DANBOBATHCONCEPT
UNTUK MEMPERBAIKI POLA JALAN PADA PASIEN PASCA
STROKE

NASKAH PUBLIKASI

Di susun Oleh:
Nama : Lavenia Chandra Paundria Nagari
NIM : 1610301249

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi Fisioterapi S1
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Veni Fatmawati ,SST.,Ft., M.Fis


Tanggal : 19 Februari 2018

Tanda Tangan :

ii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN
MOTOR RELEARNING PROGRAM (MRP) DANBOBATHCONCEPT
UNTUK MEMPERBAIKI POLA JALAN PADA PASIEN
PASCA STROKE1
Lavenia Chandra P.N2, Veni Fatmawati3

INTISARI

Latar Belakang:Dari berbagai penyakit yang sering ditemukan sekarang stroke


merupakan salah satu penyakit, dimana tidak hanya menyerang orang tua tetapi
menyerang yang berusia muda. Stroke merupaka gangguan fungsional secara mendadak
yang terjadi di otak dengan tanda gejala klinis.Baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam.
Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian
Motor Relearning Program (MRP) dan Bobath Concept untuk memperbaiki pola jalan
pasien pasca stroke.Metode:Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimental
dengan pre dan post test design. Sampel penelitian ini pasien yang mengalami gangguan
pola jalan di Rsu Pku Muhammadiyah Bantul dimana kelompok perlakuan 1 berjumlah
8 orang diberikan perlakuan Motor Relearning Program (MRP)dan kelompok perlakuan
2 berjumlah 8 orang diberikan Bobath Concept.Perlakuan dilakukan selama 6 minggu
dengan frekuensi 1 minggu 2 kali.Alat ukur pada penelitian ini adalah Gayt Cycle
Measurement.Hasil:hasil uji hipotesis I menggunakan paired sample t-test diperoleh
nilai p :0,000(p<0,05),hipotesis II diperoleh nilai p : 0,001 (p<0,05),hipotesis III
diperoleh nilai p : 0,582 (p>0,05). Kesimpulan:tidak ada perbedaan pengaruh
pemberian Motor Relearning Program (MRP) dan Bobath Concept untuk memperbaiki
pola jalan pasien pasca stroke.Saran: kepada peneliti selanjutnya, untuk menambah
jumlah responden dan memperpanjang waktu penelitian, sehingga diketahui keefektifian
pemberian latihanMotor Relearning Program (MRP) dan Bobath Concept.

Kata Kunci : Stroke, pola jalan, Motor Relearning Program (MRP),Bobath Concept
Kepustakaan : 30referensi(2007-2016)
Halaman : x halaman, 70 halaman, 11 Tabel, 13 Gambar, 8 Lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi S1 Fisioterapi Anvullen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Program Studi S1 Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

iii
DIFFERENT IMPACT OF MOTOR RELEARNING PROGRAM
(MRP) AND BOBATH CONCEPT TO REPAIR WALKING
PATTERN OF POST STROKE PATIENTS1
Lavenia Chandra P.N2, Veni Fatmawati3

ABSTRACT

Background: Among several diseases that happen, right now stroke does not only
attack old patients but also attack young people. Stroke is sudden functional disturbance
happening in the brain with several clinical symptoms both vocal and global happening
more than 24 hours. Objective: The study aimed to investigate different impact of
giving Motor Relearning Program (MRP) and Bobath Concept to repair walking pattern
of post stroke patients. Method: The study applied Quasy Experimental with pre and
post test design. The samples of the study were patients who suffered from walking
pattern disturbance at PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Intervention group I
consisted of 8 people given Motor Relearning Program (MRP), and intervention group
II consisted of 8 people given Bobath Concept. The intervention was done during 6
weeks with twice a week frequency. Measurement instrument of the study was Gayt
Cycle Measurement. Result: The result of hypothesis I using paired sample t-test
obtained p value: 0.000 (p<0.05); hypothesis II obtained p value: 0.001 (p<0.05);
hypothesis III got p value: 0.582 (p>0.05). Conclusion: There was no different impact
of giving Motor Relearning Program (MRP) and Bobath Concept to repair walking
pattern of post stroke patients. Suggestion: It is suggested that further researchers can
add the numbers of the respondents and prolong the duration of the study, so the
effectiveness of Motor Relearning Program (MRP) and Bobath Concept can be known
better.

Keywords : Stroke, Walking pattern, Motor Relearning Program (MRP), Bobath


Concept
References : 30 references (2007-2016)
Pages : x pages, 70 pages, 11 tables, 13 drawings, 8 attachments

1
Thesis Title
2
School of Physical Therapy Student, Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah University of
Yogyakarta.
3
Lecturer of ‘Aisyiyah University of Yogyakarta

iv
PENDAHULUAN memiliki angka tertinggi, begitu juga
Dari berbagai penyakit yang sering ditemukan hipertensi yang menjadi factor pemicu stroke.
sekarang stroke merupakan salah satu Setiap tahun penderita stroke di Yogyakarta
penyakit, dimana tidak hanya menyerang khususnya Bantul mencapai 13650 orang,
orang tua, tetapi juga menyerang yang berusia dengan penderita berada pada umur 50-70
muda. Berdasarkan data terbaru dan hasil tahun. Untuk setiapharinya orang yang
Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas, menderita stroke dan membutuhkan perawatan
2013), stroke merupakan penyebab kematian 38 orang.Sehingga dalam sebuah pusat
utama di Indonesia rehabilitasi pasca stroke di Yogyakarta dapat
Stroke merupakan gangguan menampung kurang lebih 266 sampai 300
fungsional secara mendadak yang terjadi di pasien (Riskesdas, 2013).
otak, dengan tanda dan gejala klinis baik fokal Widianto (2009) mengungkapkan
maupun global, yang berlangsung lebih dari bahwa 80% pasien stroke mempunyai defisit
24 jam dan juga bisa menimbulkan kematian neuromotor, sehingga memberikan gejala
yang disebabkan oleh, gangguan peredaran kelumpuhan sebelah badan, dengan tingkat
darah di otak (WHO).Stroke dibedakan kelemahan bervariasi, dari yang lemah hingga
menjadi stroke hemoragik dan non hemoragik. berat.Kegagalan sistem koordinasi dan
Stroke Hemoragik merupakan jenis stroke perubahan pola jalan serta terganggunya
yang disebabkan karena adanya pembuluh keseimbangan. Masalah – masalah yang
darah dalam otak, yang pecah sehingga darah ditimbulkan pada pasien stroke, bagi
keluar dari pembuluh darah. Sedangkan untuk kehidupan manusia sangatlah kompleks
Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang (Irfan,2010). Sedangkan bagi penderita stoke
terjadi ketika ada sumbatan, bekuan darah itu sendiri,aktifitas berjalan merupakan hal
dalam pembuluh darah otak atau arteri yang yang sangat penting untuk mendukung
menuju ke otak(Irfan,2010). aktivitas sehari – hari. Akibat adanya
Prevalensi stroke di Indonesia gangguan di otak maka, pasien stroke
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, melakukan aktivitas berjalan dengan pola yang
sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga abnormal (Irawan,2014).
kesehatan, atau gejala sebesar 12,1 per mil. Berbagai metode dan intervensi
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes fisioterapi yang dapat diberikan antara lain,
tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), kemudian pemberian stimulasi elekstris,dan penerapan
di ikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka terapi latihan. Pemulihan kemampuan gerak
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 dan fungsi, bagi insan stroke dimungkinkan
per mil. Prevalensi penyakit stroke cenderung oleh adanya sifat plastisitas saraf
lebih tinggi pada masyarakat dengan (neuroplasticity). Selain pemberian sarana
pendidikan rendah baik yang didiagnosis fisis, fisioterapi juga memberikan berbagai
nakes (16,5%). Prevalensi di kota lebih besar metode latihan seperti metode metode
dari pada di desa, baik berdasarkan diagnosis Propioceptive Neuromuscular Facilittion
nakes(8,2%), maupun berdasarkan diagnosis (PNF), metode Motor Relearning Program
atau gejala (12,7%). Prevalensi stroke (MRP), Bobath Konsep serta metode yang
berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi lainnya (Irfan,2010).
pada kuintil indeks kepemilikan terbawah dan METODOLOGI PENELITIAN
menengah kebawah masing-masing 13,1 dan Penelitian ini adalah penelitian Quasy
12,6 per mil (Riskesdas, 2013). exsperimental, sedangkan ran-cangan
Angka penderita stroke yang ada di penelitian ini bersifat pre dan post two group
Yogyakarta, di kabupaten Bantul khususnya design yang bertujuan untuk mengetahui

1
perbedaan pengaruh pem-berian Motor a. Distribusi Berdasarkan Usia Perlakuan I
Relearning Program (MRP)dan Bobath untuk Tabel 4.1 Distribusi Responden
memperbaiki pola jalan. Berdasarkan Usia
Pada penelitian ini di gunakan 2 Motor Relearning
kelompok perlakuan, pada kelompok 1 di Usia Program %
Frekuensi
berikan MRP dan pada kelompok 2 di berikan
49 1 6.3
Bobath. Sebelum di berikan perlakuan 2 52 1 6.3
kelompok tersebut di ukur pola jalan 53 1 6.3
menggunakan alat ukur Gait Circle 54 1 6.3
Measurement, setelah perlakuan selama 2 55 2 12.5
minggu untuk kelompok perlakuan yang 60 1 6.3
62 1 6.3
menggunakan desain pe-nelitian two group Total 8 100.0
pretest- posttest design, dengan b. Distribusi Berdasarkan Usia Perlakuan II
membandingkan 2 kelompok yaitu kelompok Table 4.2 Distribusi Responden
eksperimen 1 dan eksperimen 2, dimana pada Berdasarkan Usia
kelompok 1 di berikan perlakuan MRP dan Bobath Concept
pada kelompok 2 di berikan perlakuan Bobath. Usia %
Frekuensi
Subyek penelitian (kriteria inklusi), 50 1 6.3
yang di pilih menngunakan teknik random. Di 56 1 6.3
mana peneliti akan memberikan 16 kertas 60 2 12.5
61 1 6.3
undian yang berisi urutan nomor 1 sampai 8 di 63 1 6.3
dalam lot untuk pasien stroke yang sudah 68 1 6.3
menjadi sample. Dan masing-masing pasien 75 1 6.3
stroke akan mencabut 1 lot, setelah itu akan Total 8 100.0
dicatat, setiap pasien stroke yang mendapat
nomor yang sama. Pasien yang mendapat Berdasarkan tabel di atas usia
nomor 1 sampai 8, akan mendapat perlakuan 1 dalam penelitian ini, berkisar antara 49-62
yaitu MRP, kemudian bagi pasien yang tahun. Pada kelompok MRP usia
mendapat nomor 9 sampai 16, akan mendapat responden, yang tertinggi adalah 62
perlakuan Bobath. Dalam proses acak yang dengan prsentase 6.3%.Sedangkan pada
benar, setiap elemen memiliki probabilitas kelompok Bobath Concept usia yang
yang sama untuk terpilih. Sampel acak yang tertinggi 75 dengan presentase 6.3%.
paling mungkin, untuk menghasilkan sampel c. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
yang benar-benar mewakili populasi. Kelamin
HASIL PENELITIAN Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Jenis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai Kelamin
perbedaan pengaruh pemberian Motor Motor
Bobath
Relearning
Relearning Program (MRP) dan Bobath Jenis Concept
Program % %
Concept untuk memperbaiki pola jalan pasien kelamin
Frekuens
pasca stroke.Sampel dalam penelitian ini Frekuensi
i
adalah pasien stroke yang mengalami Laki – 4 25.0 4 25.0
gangguan pola jalan dan bersedia mengikuti laki
jalanya penelitian. Pengambilan sampel pada Perempu 4 25.0 4 25.0
an
penelitian ini menggunakan teknik total Total 8 100. 8 100.0
sampling yaitu sampel dipilih oleh peneliti 0
melalui teknik random.

2
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan perlakuan menggunakan Lavene Test
jenis kelamin laki-laki pada kelompok dan hasilnya seperti tabel dibawah ini.
perlakuan MRP yakni 4 orang, laki-laki Tabel 4.6 Uji Homogenitas
dengan presentase 25.0%, dan perempuan 4 Kelompok I dan Uji Homogenitas Lavene
orang dengan presentase 25.0%. sedangkan II Test
Pre 1.000
untuk kelompok Bobath Concept itu sendiri
Post 1.000
yakni 4 orang laki-laki dengan presentase
Keterangan :
25.0%, dan untuk perempuan 4 orang dengan
Kelompok I : MRP
presentase 25.0.
Kelompok II : Bobath Concept
1. Analisis Data
Hasil uji homogenitas diketahui
a. Uji Normalitas
bahwa nilai signifikan pada perlakuan
Uji normalitas data di gunakan untuk
kelompok Mrp dan Bobath Concept
menentukan pilihan penggunaan uji
sebelum perlakuan dan sesudah
statistik dalam pengujian
perlakuan adalah 1.000.karena
hipotesis.Adapun uji normalitas data
signifikan p>0,05 maka, dapat
yang digunakan adalah Shapiro Wilk
disimpulkan bahwa populasi dari
test, untuk uji distribusi normal data
varian adalah Homogen.
karena jumlah sampel (<30).
c. Uji Hipotesis I
Tabel 4.7 Uji Normalitas
Untuk mengetahui pengaruh MRP
Normalitas dengan Shapiro Wilk Test
Kelompok untuk memperbaiki pola jalan pasien
Kelompok Kelompok
Data pasca stroke, digunakan uji Paired
perlakuan I perlakuan II
Stistik P Statistik P Sampel T-test karena mempunyai data
Pre Test 0,835 0,06 0,827 0,056yang berdistribusi normal baik sebelum
7 dan sesudah perlakuan.
Post Test 0,849 0,09 0,641 0,000 Tabel 4.8 Uji Hipotesis 1
3 Paired
Kelompok
N Rerata ± SD Sampel
Tabel diatas menunjukkan hasil uji Perlakuan
T-test
normalitas dengan Shapiro Wil Test P
dimana, diperoleh hasil Shapiro Wilk Pre Test 8 2.88±0,835 0.000
Test pada kelompok perlakuan I, Post Test 8 4.00±0,756
Sebelum dan sesudah intervensi yaitu
nilai P>0,05 hal ini menunjukkan Tabel diatas menunjukkan hasil
bahwa, data berditribusi normal. pengujian hipotesis menggunakan uji
Sedangkan pada kelompok perlakuan Paired Sampel T-test untuk kelompok
II, diperoleh hasil dari Shapiro Wilk perlakuan I, dimana diperoleh nilai
Test sebelum dan sesudah intervensi P=0.000 yang artinya p<0.05 maka, Ha
diperoleh nilai P<0,05 hal ini diterima dan Ho ditolak. Dapat
menunjukkan bahwa, data tidak disimpulkan bahwa pada hipotesis 1 ada
normal. pengaruh pemberian MRP untuk
b. Uji Homogenitas memperbaiki pola jalan pada pasien
Uji homogenitas dalam penelitian pasca stroke.
ini untuk melihat homogenitas data Berdasarkan hasil penelitian yang
atau untuk memastikan varian telah dilakukan dengan jumlah sampel 8
populasi, apakah sama atau tidak. Uji pasien, didapatkan hasil MRP
homogenitas data sebelum dan sesudah memberikan pengaruh untuk
memperbaiki pola jalan pada pasien

3
pasca stroke.Karena, pada penerapan memiliki keunggulan dalam mening-
MRP pada fase pemulihan, untuk katkan kekuatan rangsangan pada area
meningkatkan aktivitas fungsional serta mesensefalik lokomotor, saat berjalan
ambulansi, khusunya pada pola jalan ketika mengubah kecepatan dari
pasien pasca stroke.Karena, latihan berjalan, lambat kemudian cepat terjadi
MRP ini didesain dalam bentuk gerak simultan pada kerja otot fleksor
aktivitas sehari-hari serta melibatkan dan ekstensor tungkai.Sehingga
kerjasama pasien itu sendiri.Dalam disimpulkan bahwa pemberian MRP
memberikan latihan MRP ini, dapat memberikan pengaruh untuk
memberikan perubahan yang signifikan memperbaiki pola jalan pasien pasca
pada perbaikan pola jalan pasien pasca stroke.
stroke.Hal ini dapat terjadi karena d. Uji Hipotesis 2
didukung oleh teori penerapan MRP Untuk mengetahui pengaruh latihan
yang menggunakan prinsip reorgansasi Bobath Concept untuk memperbaiki
dan plastisitas otak dengan latihan yang pola jalan pasien pasca stroke
terarah dan teratur. digunakan uji Paired Sampel T-Test,
Dalam penelitian ini, dilihat dari karena mempunyai data yang
perubahan nilai pre test dan post test berdistribusi normal baik sebelum dan
terdapat 8 responden yang mengalami sesudah perlakuan.
perubahan pola jalan, menurut hasil
pengukuran Gayt Cycle Measurement. Tabel 4.9 Uji Hipotesis II
Hal tersebut dipengaruhi oleh Kelompok N Rerata Paired
kurangnya intensitas dan pengulangan Perlakuan ± Sampel
SD T-Test
latihan dirumah oleh pasien,
P
dikarenakan factor usia dan kurangnya Pre Test 8 2.88±0.835 0.001
motivasi dan semangat untuk Post Test 8 4.38±0.744
melakukan latihan dari pasien itu Tabel diatas menunjukkan hasil
sendiri. Factor motivasi untuk pasien pengujian hipotesis, menggunakan
dirumah sangat penting, dalam Paired Sampel T-Test untuk kelompok
keberhasilan melakukan latihan MRP, perlakuan II, dimana diperoleh nilai p =
karena latihan ini membutuhkan 0.001 yang artinya p<0,05 maka, Ha
partisipasi aktif dari pasien untuk diterima Ho ditolak. Dapat disimpulkan
mengikuti setiap, latihan berjalan yang bahwa Bobath Concept ada pengaruh
telah diprogramkan oleh fisioterapi untuk memperbaiki pola jalan pasien
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasca stroke.
setiap pasien. Pada penelitian ini, aplikasi Bobath
Hal ini sejalan dengan penelitian Concept diberikan oleh fiioterapis
Chan, dkk(2006), yang menjelaskan dengan standar pemahaman metode
bahwa, MRP mempunyai pengaruh Bobath yang baik.Sehingga, fisioterapis
untuk meningkatkan pemulihan fungsi- bisa mengaplikasikan langsung kepada
onal pasien pasca stroke, dengan pasien stroke.Langkah awal yang
meneripkan prinsip berurutan serta, dilakukan dengan latihan, Bobath
fungsi dasar menjadi hal yang sangat Concept yaitu dengan mengaktivasi
penting untuk menentukan keberhasilan otot-otot control postural M.Internal
terapi. Hal tersebut didukung oleh trunk, M.Tranvesus Addominis,
Pearson dan Gordon (2013), MRP juga

4
M.Multifidus, M.Oblique Internus, Tabel diatas menunjukkan hasil
M.pelvic floor dan M.Para Spinal. pengujian Hipotesis III menggunakan
Keseimbangan berdiri berhubungan Independent sampel t-test.Didapatkan
dengan pengaturan postur yang nilai p =0,582 (P>0,05) yang berarti Ha
melibatkan sedikit, aktivitas otot untuk ditolak, Ho diterima, yang berarti tidak
mempertahankan stabilitas tubuh.Fungsi ada perbedaan pengaruh pemberian
dari pengaturan postur adalah untuk MRP dan Bobath Concept untuk
menjaga tubuh tetap pada posisi yang memperbaiki pola jalan pasien pasca
seimbang, perubahan pusat gravitasi stroke.
dapat diperbaiki dengan, pengaturan Pemberian latihan MRP dan
postur yang baik. Dengan metode Bobath Concept sama-sama efektif
bobath ini, pasien pasca stroke akan untuk melatih pasien pasca stroke, di
belajar untuk mengatur posisi mereka karenakan beberapa hari pasien stroke,
sehingga, tercipta keseimbangan berdiri neuron yang kerusakannya tidak
yang baik dan berdampak pada pola permanen lama kelamaan akan
jalan. menjalankan fungsinya kembali,
Lenno S(2010), menyatakan bahwa sehingga dapat meningkakan suplai
Bobath Concept meningkatka pola darah dan pemulihan system
gerak normal, dengan peningkatan jarak metabolism sehinga, penyerapan cairan
gerak sendi pada sendi panggul serta diotak mulai terjadi.
lutut dan pergerakan pelvis dan ankle. Dengan demikian maka, sangat
Dengan peningkatan jarak dan gerak dimungkinkan pula pendekatan bobath
pada sendi tersebut maka dapat menjadi yang digunakan pada penelitian ini
fasilitasi untuk melakukan gerakan masih perlu pengembangan dan
normal, terutama dalam melakukan pendalaman yang kuat, melalui proses
gerakan berjalan. Sehingga disimpulkan belajar dan mengikuti pelatihan lebih
bahwa pemberian Bobath Concept intensif. Untuk itu, sangat diperlukan
memberikan pengaruh untuk kembali penelitian lebih lanjut, lagi
memperbaiki pola jalan pasca stroke. mengenai pola jalan pada pasien pasca
e. Uji Hipotesis 3 stroke.Dimulai dari durasi yang tepat,
Untuk mengetahui perbedaan variasi gerakan dan memotivasipasien
pengaruh pada kedua kelompok dengan agar tetap semangat melakukan latihan.
data berdistribusi normal maka, untuk Kim Y.R, memberikan sang-
mengetahui perbedaan kelompok I dan gahan atas penelitian yang dilakuakan
II menggunakan Independent sampel t- oleh Laghammer dimana pada
test.Karena mempunyai data yang penelitian tersebut dinyatakan bahwa
berdistribusi normal baik sebelum dan metode Motor Relearning Program
sesudah perlakuan. lebih efektif dibandingkan etode
Tabel 4.8 Uji Hipotesis III Bobath. Sanggahan tersebut tertuang
dalam Australian Journal Physiotherapy
Independent
Kelompok Rerata ± sampel vol 48.Dimana dinyatakan bahwa yang
N memiliki tingkat akurasi, yang lemah
perlakuan SD t-test
karena konsep bobath terkini telah
P
memiliki banyak perubahan dasar,
Post Test MRP 8 4.00±0.756 0,582
Post Test Bobath 8 0.438±0.74
neurosain yang menjadi landasan
Concept 4 berfikir para fisioterapis.Dengan

5
demikian disimpulkan bahwa tidak ada Malang.Sport and Fitnes Journal.Vol.
perbedaan pengaruh pemberian MRP 2,
dan Bobath Concept untuk memper No.1.http://www.pps.unud.ac.id/thesi
baiki pola jalan pasien pasca Stroke. s/pdf_thesis/unud-785-732825581-
3.%20i.pdf (Diakses pada 18 februari
SIMPULAN DAN SARAN 2016 pukul 19:20).
A. Kesimpulan Irfan, M. & Jemmi Susanti. 2010. Pengaruh
Berdasarkan hasil penelitian dan Penerapan Motor Relearning
pembahasan diatas maka kesimpulan, yang Programme (MRP) Terhadap
dapat diambil sebagai berikut : Peningkatan Keseimbangan Berdiri
1. Ada pengaruh pemberian Motor Pada Pasien Stroke Hemiplegi.
Relearning Program (MRP) untuk Jakarta:Universitas Indonusa Esa
memperbaiki pola jalan pada pasien Unggul.
pasca stroke. http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.p
2. Ada pengaruh pemberian Bobath hp/Fisio/article/view/612/574
Concept untuk memperbaiki pola (Diakses pada 19 Februari 2016
jalan pasien pasca stroke. pukul 20:07).
3. Tidak ada perbedaan pengaruh Kim, Y.R, Kim J.I, Kim Y.Y, Kang K.Y, Kim
pemberian Motor Relearning Program B.K, Park J.H, An H.J, Min K.O.
(MRP) dan Bobath Concept untuk 2012. Efeect of ankle Joint Taping
memperbaiki pola jalan pasien pasca Postural Balance Control in Stroke
stroke. Patients.Departement of Physical
B. Saran Therapy, Yongin University, 470
Dari kesimpulan yang telah ditulis Samga-dong, Cheoingu, Yongin,
oleh peneliti, maka saran yang dapat Korea.
diberikan yaitu diharapkan menjadi Mutaqqin, A., 2008. Asuhan Keperawatan
referensi tambahan serta memberikan Klien dengan Gangguan Sistem
manfaat dengan bertambahnya ilmu Persarafan. Jakarta : Salemba
pengetahuan dan juga ilmu ketrampilan Medika.
yang dimilki dalam melakukan intervensi Nastiti 2012 Gambaran Faktor Resiko
Fisioterapi pada kondisi Stroke. Kejadian Stroke pada Pasien Stroke
Disarankan kepada fisioterapi dan peneliti Rawat Inap di RS Krakatau Medika
untuk memberikan edukasi kepada pasien, Tahun 2011.FKM UI. Skripsi
mengenai penggunaan alat bantu kruk atau http://ontar.ui.ac.id/file?file=digital20
tripod yang dapat mempengaruhi pola 289574-S-Dian%20Nastiti.pdf
jalan pasien, karena adanya kompensasi (Diakses pada 21 Februari 2016
yang ditimbulkan sehingga, pukul 21:02).
mengakibatkan terciptanya pola gerakan Nurjanah. 2014. Pengaruh Pemberian Motor
yang salah. Relearning Programme (MRP)
Terhadap Tingkat Keseimbangan dan
DAFTAR PUSTAKA Pola Jalan (Gait) Pasien Hemi-
Irawan,D.S,dkk. 2014. Metode Konvesional, pharese Post Stroke di Rumah Sakit
Kinesiotaping, dan Motor Relearning Umum Haji Makassar Tahun 2014.
Programme Berbeda Efektifitas Skripsi Makassar : FKUH
dalam Perbaikan Pola Jalan Pasien Rahmawati, Ita. Fakor Resiko Kejadian Stroke
Post Stroke di Klinik Ontose pada Penderita Diabetes Melitus

6
Dengan Komplikasi.Skripsi. Unair.
2009.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=g
dlhub-gdl-sl-2010-rachmawati-
12571&q=stroke+diabetes (Diakses
pada 20 Februari 2016 pukul 15:30).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)2013.
Pedoman Pewawancara Pengumpul
Data. Jakarta: Badan Litbangkes,
Depkes RI, 2003.
Utami, P. (2009). Solusi Sehat Mengatasi
Stroke.Jakarta: Agromedia Pustaka.
Watilla, M.M., Nyandaiti, Y.W., Bwala,
S.A.,Ibrahim., A.2010. “Gender
Variation Risk Factord and Clinical
Presentation of Acute
Stroke”.Journal of Neurosience and
Behavioral Health, Volume 3 (3), hal
38-43.
WHO. 2003. Prevalence of Stroke and
Transient Ischaemic Attack in the
Erderly Population. (online),
(http://www.WHO.int/infobase/report
, di-akses 10 Februari 2016).
Widiyanto, 2009.Terapi Gerak Bagi Penderita
Stroke.MEDIKORA, vol. V, no.1, pp.
118-129.
Wirawan, R., 2009. Rehabilitasi Stroke Pada
Pelayanan Kesehatan Primer.
Volume 59.Majalah Kedokteran
Indonesia.Jakarta:Indonesia.
digitaljournal.org/ (Diakses pada 21
Febru-ari 2016 pukul 21:30).

Anda mungkin juga menyukai