Anda di halaman 1dari 17

GAMBARAN KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI

FRAKTUR YANG MENYANDANG HIPERTENSI DI RS


ORTHOPEDI SURAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I


Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

PUTRA PRADANA
J210170007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR


YANG MENYANDANG HIPERTENSI DI RS ORTHOPEDI
SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

PUTRA PRADANA
J210170007

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Arina Maliya, S.Kep., Ns., M.Si.Med.

i
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR


YANG MENYANDANG HIPERTENSI DI RS ORTHOPEDI
SURAKARTA

OLEH:
PUTRA PRADANA
J210170007

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari, tanggal: Selasa, 10 Agustus 2021

Penguji:
1. Arina Maliya, S.Kep.,Ns., M.Si.Med. ( )
Ketua Penguji
2. Beti Kristinawati, S.Kep., Ns.,M.Kep . Sp.Kep.M.B ( )
Anggota I Penguji
3. Dr. Fahrun Nur Rosyid, S.Kep., Ns,.M.Kes ( )
Anggota II Penguji

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis.,Ftr.,M.Kes


NIK/NIDN:786 /06220117301

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta,10 Agustus 2021


Yang menyatakan

Putra Pradana
J210170007

iii
GAMBARAN KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
YANG MENYANDANG HIPERTENSI DI RS ORTHOPEDI
SURAKARTA
Abstrak
Fraktur merupakan gangguan lengkap atau tidak lengkap dalam kontiunitas
struktur tulang yang didefinisikan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur
disebabkan oleh pukulan langsung, kekuatan penghancur, gerakan memutar tiba-
tiba dan kontraksi otot eksterm. Terjadinya fraktur akan berpengaruh besar
terhadap aktivitas penderita khususnya berhubungan dengan gerak dan fungsi
anggota yang mengalami cidera akibat fraktur. Salah satu jenis penanganan
fraktur yaitu melalui tindakan operasi pembedahan. Tindakan operasi dapat
menimbulkan kecemasan yang biasanya berhubungan dengan segala prosedur
yang harus dijalani dan juga ancaman akibat dari tindakan operasi terhadap
keselamatan jiwa. Salah satu tindakan pembedahan adalah Bedah Orthopedi, yaitu
tindakan pembedahan berhubungan dengan koreksi deformitas sistem
muskuloskeletal dan masalah-masalah orthopedi bertujuan memperbaiki fungsi
dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri dan
disstabilitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik responden dan
gambaran tingkat kecemasan pasien pasien fraktur dengan pembedahan disertai
hipertensi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel
penelitian ini adalah pasien dengan post operasi fraktur yang menyandang
hipertensi di Rumah Sakit Orthopedi Surakarta sebanyak 81 responden dengan
teknik sampling purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis
univariat. Hasil penelitian menunjukkan: 1) karakteristik responden pasien fraktur
dengan hipertensi didominasi oleh responden laki-laki yang berusia antara 46
sampai 65 tahun sebanyak 49 responden (60,4%), dengan latar pendidikan
Sekolah Dasar (SD) 29 responden (35,8%); 2) gambaran tingkat kecemasan
pasien fraktur dengan operasi disertai hipertensi mayoritas responden mengalami
kecemasan berat sebanyak 49 responden (60,5%), kecemasan kategori sedang 30
responden (37,0%), kecemasan kategori ringan 5 responden (6,2%) dan
responden yang tidak mengalami kecemasan terdapat 2 responden (2,5%).
Kata Kunci : kecemasan, fraktur, hipertensi
Abstract
Fracture is a complete or incomplete disruption in the continuity of the bone
structure which is defined according to its type and extent. Fractures are caused by
direct blows, crushing forces, sudden twisting motions and extreme muscle
contractions. The occurrence of a fracture will have a major effect on the patient's
activities, especially related to the movement and function of the injured member
due to the fracture. One type of fracture treatment is through surgery. Surgery can
cause anxiety which is usually associated with all the procedures that must be
carried out and also the threat of the consequences of surgery on life safety. One
of the surgical procedures is Orthopedic Surgery, which is surgery related to
correction of deformities of the musculoskeletal system and orthopedic problems
aimed at improving function by restoring movement and stability as well as

1
reducing pain and instability. The purpose of this study was to determine the
characteristics of the respondents and the description of the anxiety level of
patients with surgical fractures with hypertension. This type of research is a
quantitative descriptive research. The sample of this study were patients with
postoperative fractures who had hypertension at the Surakarta Orthopedic
Hospital as many as 81 respondents with purposive sampling technique. The data
analysis technique used univariate analysis. The results showed: 1) the
characteristics of respondents with fracture patients with hypertension were
dominated by male respondents aged between 46 and 65 years as many as 49
respondents (60.4%), with an elementary school education background (SD) 29
respondents (35.8% ); 2) description of the anxiety level of fracture patients with
surgery accompanied by hypertension, the majority of respondents experienced
severe anxiety as many as 49 respondents (60.5%), moderate anxiety category 30
respondents (37.0%), mild anxiety category 5 respondents (6.2%) and respondents
who do not experience anxiety there are 2 respondents (2.5%).
Keywords: anxiety, fracture, hypertension
1. PENDAHULUAN
Fraktur adalah gangguan yang lengkap atau tidak lengkap dalam kontiunitas
struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur
terjadi ketika tulang mengalami tekanan yang lebih besar daripada yang bisa
diterimanya. Fraktur dapat sebabkan oleh pukulan langsung, kekuatan
penghancur, gerakan memutar tiba-tiba dan kontraksi otot ekstrem. Organ
tubuh dapat terluka oleh kekuatan yang menyebabkan fraktur atau fragmen
fraktur (Smeltzer dkk, 2010). Terjadinya fraktur akan berpengaruh besar
terhadap aktivitas penderita khususnya yang berhubungan dengan gerak dan
fungsi anggota yang mengalami cidera akibat fraktur.
WHO mengemukakan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
kematian nomor 8 dan merupakan penyebab kematian teratas pada penduduk
usia 15-29 tahun di dunia dan jika tidak ditangani dengan serius pada tahun
2030 kecelakaan akan meningkat menjadi penyebab kematian ke 5 di dunia.
Pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta
orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (Aryana, 2017 dalam
Lopes, 2014). Tindakan fraktur membutuhkan beberapa tindakan dan terapi
untuk memulihkan kondisi tulang.
Salah satu jenis penanganan fraktur yaitu melalui tindakan operasi
pembedahan dengan bedah orthopedi. Bedah orthopedi merupakan tindakan

2
pembedahan yang berhubungan dengan koreksi deformitas sistem
muskuloskeletal dan masalah-masalah orthopedi yang bertujuan memperbaiki
fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri
dan disstabilitas. Kasus orthopedi merupakan permasalahan yang terus
meningkat baik di negara berkembang maupun di negara maju The Brithish
Orthopaedic Association and National Joint Registry (2012) menyebutkan
bahwa pembedahan orthopedi merupakan jenis pembedahan spesialis yang
terbesar ke sembilan yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pembedahan orthopedi akibat fraktur juga merupakan penyebab tertinggi
kematian di United States pada rentang usia 1-37 tahun dan penyebab keempat
kematian untuk semua usia. World Health Organization (WHO) menjelaskan
bahwa kejadian pembedahan orthopedi di dunia kurang lebih 13 juta orang
ditahun 2009 dengan prevalensi 4,2% sedangkan tahun 2010 meningkat
menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5% (Iswari, 2016).
Akibat dari pembedahan akan muncul beberapa gangguan seperti
kecemasan, Kecemasan dapat muncul akibat oleh adanya beberapa faktor
diantaranya faktor biologis dimana ketika tubuh mengalami sesuatu gangguan
kesehatan pasca operasi sehingga pasien mengalami kenaikan tekanan darah
maka pasien merasakan kecemasan. Faktor psikologis salah satunya perubahan
peran dalam kehidupan sehari-hari dan faktor sosial ekonomi menengah
kebawah cenderung sering mengalami stres dan juga fungsi intregitas sosial
menjadi terganggu (Donsu, 2019).
Kecemasan dapat muncul selain dari tindakan operasi juga di karenakan
pasien mempunyai penyakit yang lain seperti hipertensi, serta Diabetes
Mellitus. Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah persisten yang juga dijuluki pembunuh diam-diam atau sillent
killer karena tidak memiliki gejala yang khas sehinga seseorang yang
mengidap hipertensi selama bertahun tahun tidak menyadari sampai terjadi
kerusakan organ vital yang cukup parah yang bahkan dapat menyebabkan
kematian (Hafiz, Weta, & Ratnawati, 2016).

3
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 hasil pengukuran tekanan darah,
hipertensi mengalami peningkatan dimana ditemukan bahwa tahun 2017
kejadian hipertensi adalah sebesar 25,8% meningkat menjadi 34,1% pada
tahun 2018. Selain itu di temukan pula beberapa faktor predisposisi
kegemukan, terjadi kecenderungan meningkat yaitu adanya tren peningkatan
proporsi obesitas pada orang dewasa yaitu pada tahun 2017 sebanyak 10,5%
meningkat menjadi 14,5% pada tahun 2013 dan tambah meningkat lagi
menjadi 21,8% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, menunjukan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang Hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis Hipertensi. Jumlah penyandang Hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar
orang yang terkena Hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
meninggal akibat Hipertensi dan komplikasinya. Menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 angka kejadian berdasarkan hasil pengukuran
pada umur ≥ 31 sampai 64 tahun dengan usia 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55 sampai 64 tahun (55,2%). Data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2018 penderita Penyakit Tidak Menular (PTM),
Hipertensi di Provinsi Jateng sebanyak 57,10% menurut data dari Dinkes Kota
Surakarta tahun 2018 yang menderita Hipertensi sebanyak 66.536 kasus, kasus
di Rumah Sakit sebanyak 27.129 kasus dengan komplikasi sebanyak 9.732
kasus dan kasus di Puskesmas sebanyak 35.412 kasus dengan komplikasi
sebanyak 183 kasus. angka kejadian Hipertensi Pravelensi hipertensi
meningkat dikarenakan tidak mendapat penanganan.
Studi pendahulan penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Orthopedi
Surakarta dengan jumlah pasien post operasi fraktur dengan hipertensi
sebanyak 10 orang didapatkan hasil . 5 orang tidak mengalami kecemasan dan
2 orang mengalami kecemasan sedang dan 3 orang dengan cemas berat..
Berdasarkan dari hasil penelitian dan latar belakang maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian kecemasan pada pasien post operasi dengan
hipertensi.

4
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian
ini adalah pasien pasien dengan post operasi fraktur yang menyandang
hipertensi di Rumah Sakit Orthopedi Surakarta sebanyak 81 responden dengan
teknik sampling purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan
analisis univariat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien
setelah post operasi fraktur dengan hipertensi di Rumah Sakit Orthopedi
Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 81 orang. Karakteristik
responden penelitian meliputi jenis kelamin, umur, dan pendidikan. Penilaian
kecemasan pasien dilakukan penyebaran kuesioner kecemasan HRSA
(Hamilton Rating Scale Anxiety) dengan hasil ukur skor jawaban 14 – 20
termasuk kategori ringan, 21 – 27 kategori sedang, 28 – 41 kategori cemas beat
dan 42 – 56 kategori cemas berat sekali. Adapun karakteristik responden
penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel Frekuensi %
Umur
18 – 25 tahun 0 0
26 – 45 tahun 16 19,8
46 – 65 tahun 49 60,4
> 66 tahun 16 19,8
Jumlah 81 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 49 60,5
Perempuan 32 39,5
Jumlah 81 100
Pendidikan
Tidak tamat SD 12 14,8
SD 29 35,8
SMP 26 32,1
SMA 8 9,9
Diploma 2 2,5
Sarjana 4 4,9
Jumlah 81 100

5
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa mayoritas responden
berusia antara 46 sampai 65 tahun sebanyak 49 responden (60,4%) dan
sebagian responden penelitian adalah 49 responden (60,5%) dengan latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) 29 responden (35,8%).
3.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini adalah kecemasan pasien post
operasi fraktur yang menyandang hipertensi di RS Orthopedi Surakarta,
sebagai berikut:
Tabel 2. Kecemasan
Kecemasan Frekuensi %
Tidak ada kecemasan 2 2,5
Ringan 5 6,2
Sedang 30 37,0
Berat 44 54,3
Berat sekali 0 0
Jumlah 81 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pasien post


operasi fraktur yang menyandang hipertensi terbanyak adalah pada
kecemasan berat sebanyak 44 responden (54,3%), sedangkan pasien yang
tidak mengalami kecemasan terdapat 2 responden (2,5%).
Tabel 3. Tekanan Darah
Tekanan Darah Frekuensi %
Hipertensi derajat I 60 74,1
Hipertensi derajat II 18 22,2
Hipertensi krisis 3 3,7
Jumlah 81 100

Hasil penelitian tentang tekanan darah pada responden menunjukkan


bahwa responden di dominasi hipertensi derajat I yaitu 60 responden
(74,1%), sedangkan paling sedikit hipertensi krisis 3 responden (3,7%).
Tabel 4. Jenis Fraktur
Jenis Fraktur Frekuensi %
Fraktur ekstermitas atas 39 48,1
Fraktur ekstermitas bawah 34 42,0
Fraktur ekstermitas rahang 32 2,5
Fraktur tulang belakang 6 7,4
Jumlah 81 100

6
Jenis fraktur pada responden penelitian ini menunjukkan bahwa
resposnden penelitian didominasi dengan jenis fraktur ekstermitas atas 39
responden (48,1%), sedangkan pasien yang mengalami fraktur tulang
belakang hanya terdapat 6 responden (6%).
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien post operasi fraktur
penyandang hipertensi di RS Orthopedi Surakarta menunjukkan bahwa
karakteristik responden mayoritas responden berusia antara 46 sampai 65
tahun sebanyak 49 responden (60,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang mengalami kecemasan didominasi berusia 46 sampai 65
tahun. Tahapan usia merupakan salah satu faktor presipitasi internal yang
mempengaruhi kecemasan, dimana usia muda lebih cemas dibandingkan
dengan individu usia lebih tua (Stuart, 2007). Semakin cukup umur
seseorang, semakin baik psikologisnya dan semakin cukup umur seseorang
maka semakin banyak pula pengalaman yang didapatnya.
Responden penelitian didominasi dengan latar pendidikan Sekolah
Dasar (SD) 29 responden (35,8%). Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang
mengalami kecemasan di dominasi dengan responden yang berlatar
pendidikan rendah. Pasien post operasi fraktur penyandang hipertensi
dengan tingkat pendidikan rendah cenderung menunjukan adanya respon
cemas yang berlebihan mengingat keterbatasan mereka dalam memahami
proses penyembuhan dari kondisi fraktur yang dialaminya. Tingkat
pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir
rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan
masalah baru. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki respon
adaptasi yang lebih baik karena respon yang diberikan lebih rasional dan
juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus
(Notoadmodjo, 2003). Uraian di atas menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir seseorang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka seseorang itu mampu
menangani dan mengurangi kecemasan pada saat kondisi-kondisi tertentu

7
khususnya pada saat akan menjalani operasi ORIF karena ketakutannya
pada hal-hal yang tidak diinginkannya dan sebaliknya.
Responden pasien post operasi fraktur yang menyandang hipertensi
didominasi responden laki-laki adalah 49 responden (60,5%). Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh pendapat Kozier, at. all,
(2009) menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada
wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.
3.2 Kecemasan Pada Pasien Post Operasi Fraktur Yang Menyandang
Hipertensi
Hasil penelitian di RS Orthopedi Surakarta menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan pasien post operasi fraktur penyandang hipertensi terbanyak
adalah pada kecemasan berat sejumlah 44 (54,3%) responden. Responden
yang mengalami kecemasan berat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
rasa nyeri dan karakteristik responden. Kecemasan setelah pembedahan
sering disebabkan karena rasa nyeri. Kecemasan yang terjadi pada pasien
post operasi fraktur dapat berdampak terhadap proses penyembuhan pasien.
Ketika pasien fraktur ekstremitas mengalami kecemasan pada masa post
operasi dan tidak teratasi dengan baik, maka akan berpengaruh pada
lamanya proses penyembuhan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Marlina (2017) tingkat kecemasan pasien pra operasi fraktur lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien pre operasi fraktur. Kecemasan merupakan
suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman
subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara
langsung (Sari, 2013).
Sesuai dengan hasil penelitian ini, kondisi kecemasan responden
masing-masing berbeda. Kecemasan seseorang timbul akibat reaksi
psikologis individu. Kecemasan dapat pula ditimbulkan akibat reaksi
otomatis dari tubuh akibat stimulus internal dan eksternal yang berlebihan.
Kecemasan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur,
tingkat pendidikan dan pekerjaan (Alimansur, 2015).

8
Berkaitan kecemasan pada karakteristik responden laki-laki dan
perempuan, bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya
dibanding dengan laki-laki yang lebih aktif, eksploratif sedangkan
perempuan lebih sensitif. Menurut Sunaryo (2004) pada umumnya seorang
laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap suatu hal yang
dianggap mengancam dirinya dibandingkan perempuan. Tekanan darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah jenis kelamin. Hasil
penelitian menunjukkan responden laki-laki 49 (60,5%) lebih tinggi
dibandingkan responden perempuan dan mengalami kecemasan berat, hasil
penelitian ini tidak didukung oleh penlitian Kozier, et. all (2009) bahwa
perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita
lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.
Berdasarkan kuisioner yang diajukan semua pasien post operasi
fraktur penyandang hipertensi mengalami beberapa perubahan fisik
sehingga membuat pasien merasa cemas. Perubahan fisik yang dirasakan
yaitu jantung berdebar-debar, kekakuan, gemetar, penglihatan mulai kabur,
nafas pendek dan dada terasa tertekan, semua perubahan fisik ini
menandakan komplikasi dari hipertensi. Menurut Stuart (2005) perubahan
fisik merupakan faktor internal yang menyebabkan terjadinya kecemasan
pada seseorang seperti perubahan sistem kardiovaskuler, sistem saraf,
sistem pernafasan dan menurunnya sistem imun.
Salah satu faktor yang menyebabkan pasien post operasi fraktur
mampu mengatasi rasa cemas adalah pendidikan (Rizal, 2019). Pasien yang
tingkat pendidikannya tinggi akan mampu mengeksplorasi perasaan dan
emosionalnya ketika mengalami situasi yang mengancam, tingginya tingkat
pendidikan juga mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan yang
tepat. Sebaliknya pasien yang tingkat pendidikannya rendah cenderung akan
mengalami kecemasan, tingkat kecemasan yang dialami biasanya terjadi
pada derajad kecemasan berat bahkan sampai panik. Memurut Lukman
(2009) seseorang yang pendidikannya tinggi lebih mampu menggunakan
pemahaman mereka dalam merespon kejadian cemas secara adaptif

9
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.
Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat ditemukan
pada responden yang berpendidikan rendah, hasil penelitian ini
menunjukkan 29 responden (35,8%) dengan latar belakang pendidikan
Sekolah Dasar (SD).
Selain tingkat pendidikan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kecemasan adalah umur. Seseorang yang lebih dewasa akan mampu
mengontrol rasa cemas karena memiliki kematangan proses berfikir,
kematakan proses berfikir tersebut akan membuat seseorang segera
mengambil keputusan apabila berada pada situasi yang mengancam
sehingga tidak terjadinya kecemasan, akan tetapi pada pasien yang umurnya
lebih muda tentu cenderung mengalami cemas karena kurangnya
pengalaman dalam menghadapi berbagai masalah yang dialami. Menurut
Kurniawan (2008) umur merupakan salah satu faktor yang berkonstribusi
terhadap timbulnya kecemasan, kematangan dalam proses berfikir pada
individu yang berumur dewasa lebih memungkinkan dalam menggunakan
mekanisme koping yang baik. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini
yang menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 46 tahun sampai 65
tahun sebanyak 49 responden (60,5%) dan mengalami kecemasan berat. Hal
ini berbeda dengan pendapat Stuart (2007) bahwa tahapan usia merupakan
salah satu faktor presipitasi internal yang mempengaruhi kecemasan,
dimana usia muda lebih cemas dibandingkan dengan individu usia lebih tua
(Stuart, 2007). Semakin cukup umur seseorang, semakin baik psikologisnya
dan semakin cukup umur seseorang maka semakin banyak pula pengalaman
yang didapatnya.
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
kecemasan yang dialami oleh pasien post operasi fraktur penyandang
hipertensi baik kecemasan ringan maupun kecemasan berat dapat
berdampak terhadap proses penyembuhan pasien apabila tidak diatasi
dengan baik.

10
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1) Karakteristik responden pasien fraktur dengan hipertensi penyandang
hipertensi di RS Orthopedi Surakarta didominasi oleh responden laki-laki
dan berusia antara 46 sampai 65 tahun sebanyak 49 responden dengan
latar pendidikan Sekolah Dasar (SD) 29 responden.
2) Gambaran tingkat kecemasan pasien fraktur dengan operasi disertai
hipertensi di RS Orthopedi Surakarta menunjukkan mayoritas responden
mengalami kecemasan berat sebanyak 49 responden, kecemasan kategori
sedang 30 responden, kecemasan kategori ringan 5 responden dan
responden yang tidak mengalami kecemasan terdapat 2 responden. Hasil
penelitian tentang derajat hipertensi didominasi dengan responden
hipertensi tingkat I, sedangkan sebagian besar responden dengan riwayat
jenis frkatur ekstermitas atas 39 responden.

4.2. Saran
4.2.1 Bagi Lembaga Pendidikan
Dapat memberikan peningkatan ilmu pengetahuan pada mahasiswa
khususnya dibidang Keperawatan dengan lebih mendalami deskripsi
kecemasan pada pasien post operasi fraktur dengan penyandang Hipertensi.
4.2.2 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam menghadapi kecemasan, perawat harus
memberikan dorongan untuk pengungkapan serta harus mendengarkan,
memahami, memberikan informasi yang bisa membantu menyingkirkan
kekhawatiran ataupun kecemasan tersebut., yaitu salah satunya dengan
melakukan konseling.
4.2.3 Bagi Pasien
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan dan informasi
mengenai diskripsi kecemasan pada pasien post operasi faktur dengan
penyandang hipertensi, agar pasien tidak cemas yang berlebihan.

11
4.2.4 Penelitian Selanjutnya
Diharapkan untuk menjadi dasar lanjutan untuk penelitian selanjutnya yang
lebih mendalam tentang diskripsi kecemasan pada pasien post operasi faktur
dengan penyandang Hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Adiyasa, R. P., & Cruz, B. G. M, 2020. The Correlation Between Self-Care
Behavior And The Self-Eficacy Of Hypertension Adults Bethesda Yakkum
Institute of Health Sciences Our Lady of Lourdes Hospital Phillipine.
Jurnal INJEC, 5(1), 44–50. [Serial Online]. https://injec.aipni-
ainec.org/index.php/INJEC/article/view/273 . Diakses tanggal 2 Oktober
2020.
Akbarpour , Alfia, Lutviana, 2020. Studi Literatur Tentang Persepsi Penderita
Hipertensi. Repository. [Serial Online]. http://eprints.umm.ac.id/63594/.
Diakses tanggal 2 Oktober 2020.
Arina Maliya, Siti Nur Fatimah , 2019. Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Mawar
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur
Ekstremitas. Jurnal Ilmiah Permas. [Serial Online].
https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/585.
Diakses tanggal 5 Oktober 2020.
Aryana, Lopes, Beni Wahyudi, 2019. Pengaruh Intervensi Auditori Hipnosis
Lima Jari Terhadap Vital Sign Tekanan Darah Frekuensi Nadi Frekuensi
Pernafasan Dan Nyeri Pada Pasien Fraktur. Repository Skripsi Thesis.
[Serial Online]. http://repository.unair.ac.id/84123/. Diakses tanggal 2
Oktober 2020.
Bope & Kellerman, American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII
AHA & JNC VIII, 2014. Repository. [ Serial Online].
http://repository.unimus.ac.id/. Diakses tanggal 3 Oktober 2020.
Bucholz, 2006. Gambaran Angka Kejadian Cedera Penyerta Pada Fraktur
Skapula Di RS Dr Hasan Sadikin Bandung
Copel, Jauhari, 2016. The Indonesian Journal of Health Science. [Serial Online].
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/view/386.
Diakses tanggal 3 Oktober 2020.
Dehkoni, Arina Maliya, Siti Nur Fatimah, 2019. Pengaruh Inhalasi Aromaterapi
Mawar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur
Ekstremitas. Jurnal Ilmiah Permas.[ Serial Online].
https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/585.
Diakses tanggal 3 Oktober 2020.

12
Prasad & Mishra, Alfia, Lutviana, 2020. Studi Literatur Tentang Persepsi
Penderita Hipertensi. Repository.[ Serial Online].
http://eprints.umm.ac.id/63594/. Diakses tanggal 18 Oktober 2020.
Price & Wilson, 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Dan Masase
Punggung Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur.
Repository. [Serial Online]. http://eprints.ukh.ac.id. Dikases tanggal 18
Oktober 2020.
Resya Permatasari, Esrom Kanine , Sriwintari, 2018. Pengaruh Pengukuran
Tekanan Darah Terhadap Perubahan Ansietas Pada Klien Hipertensi Di
Desa Kobo Kecil Kotamubagu Timur. E-jurnal Polytechnich Health
Science Ministry Of Health Manado. [Serial Online].
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/20715. Diakses
tanggal 19 Oktober 2020.
Ridwan, Lutviana, 2020. Studi Literatur Tentang Persepsi Penderita Hipertensi.
Repository. [Serial Online]. http://eprints.umm.ac.id/63594/. Diakses
tanggal 21 Oktober 2020.
RISKESDAS, 2018. Kementerian Kesehatan RI 2018.
Rosyidi & Black, 2014. Pengaruh Intervensi Auditori Hipnosis Lima Jari
Terhadap Vital Sign: Tekanan Darah, Frekuensi Nadi, Frekuensi
Pernafasan, Dan Nyeri Pada Klien Fraktur Ekstremitas. Repository.
[Serial Online].http://repository.unair.ac.id/84123/. Diakses tanggal 21
Oktober 2020.
Sartika, Diah Setiani, 2017. Identifikasi Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien
Fraktur Di Ruang Aster Dan Cempaka RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA. Jurnal Ilmu Kesehatan. [Serial
Online].http://journals.umkt.ac.id/index.php/jik/article/view/55. Diakses
tanggal 21 Oktober 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai