Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN INDIKASI MASUK

PASIEN PASCAOPERASI SCOLIOSIS


DI INTENSIVE CARE UNIT ( ICU)
RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO
SURAKARTA
Naskah Publikasi

Oleh:

REKA YUNIARTA, S.Kep.,Ns.


SUMADI , S.Kep.,Ns.
AGUS SUSANTO, S.Kep.,Ns.
DESI MUSTIKARANTI, AMK.
SASMITO UTOMO, S.Kep.,Ns.
YUNUS, S.Kep.,Ns.

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO


SURAKARTA
2020
RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO
SURAKARTA 2020

Reka Yuniarta1), Sumadi1), Desi Mustikaranti1), Agus Susanto1) , Sasmito Utomo1) ,


Yunus1) .
1)
PerawatIntensive Care Unit RS.Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

Gambaran Indikasi Masuk Pasien Pascaoperasi Scoliosis di Intensive Care Unit


(ICU) RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta

Abstrak

ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah
direktur pelayananmedis), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia (Kemenkes RI,2010).Menurut Pedoman
Pelayanan Ruang Intensive (2019) indikasi masuk ICU di Rumah Sakit Ortopedi Prof.
Dr. R. soeharso adalah hanya prioritas model, terdiri dari prioritas 1 sampai 4.Menurut
Drajat (2010) skoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang
abnormal dari spine / tulang.Berdasarkan pada klasifikasinya, jenis penelitian yang akan
dilakukan merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Hal ini dikarenakan berusaha
menjelaskan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan penelitian ini juga
diartikan sebagai suatu penyelidikan menggunakan metode pengamatan dengan subyek
yang diamati adalah dengan melihat keadaan yang lampau. Menggunakan tehnik total
sampling dalam pengambilan sampel, populasinya adalah rekam medis pasien yang
dirawat di ICU dengan diagnosa pascaoperasi scoliosis, jumlah sampel adalah 52 catatan
medis pasien.Iinstrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar cheklist,
adapunvariabel yang diamati adalah: indikasi masuk ICUdan pascaoperasi scoliosis.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: responden terbanyak
adalah perempuan (86.5%), perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 6.2:1, umur
responden rata-rata 17 tahun, pendidikan responden terbanyak SMA(57.7%). Kriteria
masuk ICU terbanyak adalah prioritas 2, yaitu pasca pembedahan mayor.Jenis
scoliosisterbanyak adalah idiopatic scoliosis (76.9%) dengan AIS sejumlah (99%).
Besarnya derajat kurva rata-rata 61.9°, hasil spirometri untuk derajat restriksi adalah
sedang (50%). Lama operasi rata-rata 4 jam 17 menit, rata-rata jumlah perdarahan 700-
1500 ml, Penurunan Haemoglobin pascaoperasi rata-rata 3.19 g/dL, pasien yang diberi
tranfusi darah (92.3%) dengan rata-rata 2.4 kantong per pasien. Pemakaian ventilator
(25%) dengan waktu penggunaan ventilator rata –rata 7 jam 36 menit.

Kata kunci: Indikasi masuk ICU, Pascaoperasi Scoliosis


Daftar Pustaka: 19 (1999-2020)
ORTOPEDIC HOSPITAL PROF.DR.R.SOEHARSO
SURAKARTA 2020

Reka Yuniarta1), Sumadi1), Desi Mustikaranti1) , Agus Susanto1) , Sasmito Utomo1) ,


Yunus 1) .
1)
Nurses Intensive Care Unit of Orthopedic Hospital Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

Overview of Indication for Postoperative Scoliosis Patients in the Intensive Care Unit
(ICU) Ortopedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso Surakarta

Abstract

ICU is a part of an independent hospital (installation under the director of


medical services), with specialized staff and specialized equipment dedicated to the
observation, treatment and therapy of patients suffering from life-threatening diseases,
injuries or complications. potential life threatening with dubia prognosis (Kemenkes RI,
2010).According to the Intensive Room Service Guidelines (2019) the indication for ICU
admission at Orthopedic Hospital. Prof. Dr. R. Soeharso is a priority model, consisting of
priorities 1 to priorities 4.According to Drajat (2010) scoliosis is a disorder that causes
an abnormal curve of the spine / bone. Based on the classification, the type of research to
be conducted is a retrospective descriptive study. This is because trying to explain
accurately, noting phenomena that arise, and this research is also interpreted as an
investigation using the method of observation with the observed subjects is to look at past
circumstances. Using total sampling technique in sampling, the population is medical
records of patients treated in the ICU with a diagnosis ofpostoperative scoliosis, the
number of samples is 52 patient medical recordsThe instruments in this study use the
checklist sheet, while the observed variables are: overview of indication
andpostoperative scoliosis.

Based on this study, the following results were obtained: the most respondents
were women (86.5%), the ratio of women and men was 6.2: 1, the average age of the
respondents was 17 years, the education of the most respondents was high school
(57.7%).Most ICU admission criteria are priority 2, namely after major surgery. The
most common type of scoliosis is idiopatic scoliosis (76.9%) with AIS number (99%). The
average degree of the curve was 61.9 °, the spirometric results for the degree of
restriction were moderate (50The average length of operation was 4 hours 17 minutes,
the average amount of bleeding was 700-1500 ml, the average decrease in postoperative
hemoglobin was 3.19 g / dL, the patients were given blood transfusions (92.3%) with an
average of 2.4 bags per patient. Use of a ventilator (25%) with an average time of using
the ventilator 7 hours 36 minutes.

Key words: Indication for ICU admission, Postoperative scoliosis


References: 19 (1999-2020)
PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi


untuk memelihara, meningkatkan, mencegah, mengobati dan memulihkan kesehatan baik
individu, keluarga ataupun masyarakat.Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang
dapat memuaskan setiap pengguna jasa layanan kesehatan dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah
ditetapkan.

Rumah sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso sebagai penyelenggara pelayanan


kesehatan masyarakat selalu meningkatkan mutu pelayanan di segala aspek termasuk
pelayanan Instalasi Rawat Intensive. Ketersediaan pelayanan ruangIntensive Care
Unit(ICU) sangat penting untuk rumah sakit tipe A. Program pelayanan prima yang
digalakkan saat ini harus seiring dengan program efisiensi, maka dari itu pasien yang
masuk ICU harus benar – benar sesuai dengan pedoman indikasi masuk ICU sehingga
pelayanan menjadi tepat dan akurat sehingga biaya pelayanan yang besar sesuai dengan
indikasinya. Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. SoeharsoSurakarta sebagai pusat rujukan
kasus orthopedi dan traumatologi selalu menngkatkan mutu pelayanan operasi,utamanya
operasi spine orthopedic, khususnya pelayanan operasi scoliosis. Mengingat operasi
scoliosisadalah salah satu operasi yang paling sering memerlukan perawatan ICU,
membutuhkan biaya tinggi, alat-alat khusus, dan staf khusus oleh karena itu
diperlukannya perawatan yang tepat dalam penatalaksanaan paska operasi scoliosis.

Pada tahun 2019, dilakukan penelitian tentang indikasi pasien masuk ICU di
Rumah sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, pada penelitian tersebut kasus
ortopedi yang masuk ICU yang paling banyak adalah kasus spine sebanyak 66.67%,
(Yuniarta dkk, 2019). Berdasarkan data rekam medis RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta pada tahun 2019 jumlah operasi spine adalah 479 pasien, dan dari jumlah
tersebut 63 pasien adalah pascaoperasi scoliosis dirawat di ICU, dari 63 pasien tersebut
18 pasien (31.6%) menggunakan ventilator, dari total 57 pasien yang menggunakan
ventilator. Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
studi tentang gambaran indikasi masuk pasien pascaoperasi scoliosisdi ICU Rumah Sakit
Ortopedi Prof.DR.R.Soeharso Surakarta.

METODOLOGI

Berdasarkan pada klasifikasinya, jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan


penelitian deskriptif retrospektif. Hal ini dikarenakan berusaha menjelaskan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan penelitian ini juga diartikan sebagai suatu
penyelidikan menggunakan metode pengamatan dengan subyek yang diamati adalah
dengan melihat keadaan yang lampau. Menggunakan rancangan studi cross sectional
yaitupenelitian observaional dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel
tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan. Tentunya tidak semua
subyek harus diperiksa pada hari ataupun saat yang sama, namun baik variabel bebas
maupun variabel terikat dinilai hanya satu kali saja. Faktor resiko serta efek tersebut
diukur menurut keadaan atau statusnya pada waktu observasi, jadi tidak ada tindak lanjut
atau follow-up.(Sastroasmoro dan Ismael, 2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini hasil penelitian dan pembahasannya

1. Karakteristik Responden

a. Umur
Tabel 4.1 karakteristik umur

Persentase Frekuensi Umur


9.6 5 6-11Thn
50 26 12-16Thn
34.6 18 17-25Thn
5.8 3 26-35Thn

100 52 Jumlah

Berdasarkan hasil penelitian yang kami dapatkan bahwa mayoritas responden


adalah berumur 12-16 tahun sebanyak 26 responden (50%), terbanyak adalah
usia 16 tahun sejumlah 12 responden (23.1%), usia termuda 10 tahun dan usia
tertua 30 tahun.Hasil diatas kurang sesuai dengan hasil penelitian Gatam dkk
(2006) yang menyatakan bahwa penderita scoliosis terbanyak adalah perempuan
yang berusia 14 tahun saat dilakukan operasi. Peneliti mempunyai pendapat
bahwa hal ini bisa disebabkan karena usia 16 tahun, tulang mulai matur
sehingga sulit untuk dilakukan tindakan konservatif, maka dilakukan tindakan
operatif pada usia tersebut.
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2. karakteristik jenis kelamin

Persentase Frekuensi Jenis Kelamin


13.5 7 Laki laki
86.5 45 Perempuan

100 52 Jumlah
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa jenis kelamin responden lebih
banyak perempuan daripada laki-laki, perempuan sebanyak 45 orang (86.5%)
dan laki-laki sebanyak 7 orang (13.5%). Hasil diatas sesuai dengan hasil
penelitian Gatam dkk (2006) yang menyatakan bahwa penderita scoliosis
terbanyak adalah perempuan yaitu 87.1% dari total 621 penderita AIS yang
diteliti. Hal ini peneliti asumsikan bahwasanya kekuatan struktur tulang
perempuan lebih rendah dibanding dengan kekuatan struktur tulang laki – laki
sehingga perempuan lebih banyak menderita scolisis dan derajat lengkungannya
lebih cepat bertambah.

c. Pendidikan
Tabel 4.3 karakteristik jenis pendidikan

Persentase Frekuensi Pendidikan


13.5 7 SD
23.1 12 SMP
57.7 30 SMA
5.8 3 S1

100 52 Jumlah
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang
berpendidikan SMA sebanyak 30 responden (57.7%), pendidikan terendah
adalah SD sebanyak 7 responden (13.5%), tertinggi S1 sebanyak 3 responden
(5.8%) hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Gatam dkk (2006) yang
menyatakan bahwa penderita scoliosis terbanyak adalah usia 14 tahun yang di
dalam jenjang pendidikan adalah pendidikan pertama. Dalam hal ini peneliti
berpendapat bahwa tingkat pendidikan responden adalah sesuai dengan usianya,
yang rata – rata berusia 16 tahun, itu setara dengan pendidikan SMA.

2. Kriteria masuk ICU

Tabel 4.4 kriteria masuk ICU

Persentase Frekuensi Kriteria Masuk ICU


25 13 Prioritas 1
75 39 Prioritas 2

100 52 Jumlah
Kriteria masuk ICU dalam penelitian ini terbanyak adalah prioritas 2 yaitu sebanyak
75%, hal ini kurang sesuai dengan penelitian Yuniarta dkk (2019) yang menyatakan
bahwa kriteria masuk ICU di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso adalah
prioritas 1 yaitu sebesar 68%. Dalam hal ini peneliti mempunyai asumsi bahwa
pasien pascaoperasi scoliosis yang masuk ICU berdasar diagnosis model
dikarenakan operasi scoliosis adalah operasi jenis mayor dimana memerlukan waktu
yang lama dalam pembedahan.

a. Prioritas 1
Tabel 4.5 Prioritas 1

)%( Persentase Frekuensi Prioritas 1


Pascaoperasi memerlukan
100 13 ventilasi

100 13 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari indikasi masuk prioritas model
adalah prioritas 1, sebanyak 13 responden (25%). Hasil ini kurang sesuai dengan
hasil penelitian Yuniarta dkk (2019) yang menyatakan bahwa responden yang
masuk dengan prioritas 1 sebanyak 68%, dengan kasus terbanyak adalah spine
(64.29%). Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa operasi scoliosis adalah
operasi yang memanipulasi thorakal yang beresiko menimbulkan komplikasi
pernafasan, makanya harus mendapat perawatan yang intensif dan bantuan
ventilasi untuk mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi yang lebih lanjut.

b. Prioritas 2
Tabel 4.6. Prioritas 2

)%( Persentase Frekuensi Prioritas 2


100 39 Pasca pembedahan mayor

100 39 Jumlah

Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari indikasi masuk prioritas model
2 adalah pasca pembedahan mayor yaitu 39 responden (75%). Hasil ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian Yuniarta dkk (2019) yang menyatakan bahwa
responden yang masuk dengan prioritas 2, sebesar (29%). Jenis kasus spine
menempati jumlah paling banyak yaitu 9 responden dari total 12 pasien
(75%). .Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa operasi scoliosis adalah operasi
yang tergolong operasi mayor dikarenakan memakan waktu yang lama dengan
resiko yang besar.

3. Pascaoperasi Scoliosis

a. Jenis scoliosis
Tabel 4.7. Jenis scoliosis

Persentase Frekuensi Jenis Scoliosis


5.8 3 Congenital
76.9 40 Idiopatic
17.3 9 Neuromusculair

100 52 Jumlah
Berdasar data penelitian ini didapati hasil jenis scoliosis terbanyak adalah
idiopatic scoliosis, yaitu sebanyak 40 responden (76.9%),dari40 responden
idiopatic scoliosis, 36 responden (90%) Adolescent Idiopatic Scoliosis (AIS),
sedangkan 4 responden (10%) adalah tipe juvenile idiopatic scoliosis. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Mujianto (2013) yang menyatakan bahwa 80 – 85
kasus scoliosis adalah jenis idiopatic scoliosis yang ditemukan pada masa
pubertas. Sedangkan peneliti mempunyai pendapat bahwa jenis scoliosis
idiopatik ini timbul pada masa tumbuh kembang manusia yang mempunyai
waktu bertahun - tahun, pada masa itu semua struktur tulang belakang masih
tumbuh sehingga apabila mengalami kelainan atau pembengkokan maka
progresnya lebih cepat.

b. Derajat Kurva
Tabel 4.8. Derajat kurva

Persentase Frekuensi Derajat kurva


17.3 9 40 <
32.7 17 40-60
34.6 18 61-80
15.4 8 80 >

100 52 Jumlah
Berdasar data penelitian ini didapatkan hasil rata – rata responden yang
dilakukan operasi scoliosis mempunyai derajat kurva (61.9), kurva yang
terkecil < 40, sejumlah 9 responden (17.3%), sedangkan kurva 40 - 60,
sejumlah 17 responden (32.7%), terbanyak adalah kurva 61 - 80, sejumlah 18
responden (34.6%) dan untuk derajat kurva >80 sejumlah 8 responden (15.4%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian dari H Baedlowi (2015) yang menyatakan
bahwa pasien yang operasi scoliosis mempunyai besar sudut rata – rata (51)
untuk laki –laki dan (59.72) untuk perempuan. Dalam hal ini peneliti
mempunyai asumsi bahwa derajat kurva sangat berpengaruh pada terapi operatif
scoliosis, semakin besar derajat kurva semakin beresiko terkena komplikasi,
maka yang menjadi indikasi untuk tindakan operatif pada scoliosis adalah
besarnya derajat kurva dan komplikasi yang ditimbulkannya.

c. Hasil spirometri
Tabel 4.9. Hasil Spirometri

Persentase Frekuensi Spirometri


5.8 3 Restriksi normal
5.8 3 Restriksi ringan
50 26 Restriksi sedang
25 13 Restriksi berat
13.5 7 Tidak tercatat

100 52 Jumlah
Berdasar data yang didapatkan dalam penelitian pada pemeriksaan spirometri
untuk derajat restriksi paru didapati hasil: restriksi normal dan ringan masing -
masing 3 responden (5.8%), restriksi sedang sejumlah 26 responden (50%),
restriksi berat sejumlah 13 responden (25%) dan yang tidak dilakukan
pemeriksaan sejumlah 7 responden (13.5%).

d. Lama Operasi
Tabel 4.10. Lama operasi

Persentase Frekuensi Lama Operasi


17.3 9 menit 180<
34.6 18 240menit – 180
26.9 14 300menit –241
17.3 9 menit 360 –301
3.8 2 360menit>

100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari lama operasi scoliosis adalah 3
- 4 jam yaitu sebanyak 18 responden (36.4%), sedangkan operasi tercepat
waktunya adalah 1 jam 30 menit, operasi terlama adalah 7 jam, sedangkan rata-
rata waktu operasi scoliosis adalah 4 jam 17 menit. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan UCSF (2020) yang menyatakan bahwa pembedahan dengan fusi
tulang belakang memakan waktu 4 sampai 6 jam tetapi waktunya bervariasi
setiap pasien. Dalam hal ini peneliti mempunyai pendapat bahwa operasi
scoliosis adalah operasi yang mempunyai resiko yang besar seperti kelumpuhan,
maka diperlukan tindakan yang teliti sehingga memerlukan waktu yang lebih
lama dibanding operasi yang lain.

e. Jumlah Perdarahan
Tabel 4.11. Jumlah perdarahan

Persentase Frekuensi Jumlah Perdarahan


30.8 16 ml 750<
38.5 20 ml 750-1500
9.6 5 ml 1501-2000
3.8 2 ml 2000>
17.3 9 Tidak tercatat

100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari jumlah perdarahan intraoperasi
scoliosis terbanyak adalah 750 - 1500 ml,sejumlah 20 responden (38.5%). Hasil
ini sesuai dengan pernyataan Chao Li dkk (2015) yang menyatakan bahwa
kehilangan darah intra operatif blood loos (IOBL) berkisar antara 750 sampai
dengan 1500 ml pada operasi koreksi deformitas dengan pemasangan fusi tulang
belakang. Dalam hal ini peneliti mempunyai pendapat bahwa perdarahan intra
operasi dipengaruhi banyak factor diantaranya adalah panjangnya sayatan luka
operasi sehingga banyak pembuluh darah yang terpotong saat pembedahan.
Dalam penelitian ini didapati hasil perdarahan paling sedikit adalah 200 ml
sebanyak 2 responden, perdarahan terbanyak adalah 3000 ml sebanyak 1
responden, sedangkan jumlah perdarahan yang tidak tercatat dalam laporan
operasi sebanyak 9 responden (17.3%) rata rata jumlah perdarahan adalah 2520
ml.
f. Kadar Hb preoperatif
Tabel 4.12. Kadar Hb preoperatif

Persentase Frekuensi Kadar Hb Preoperasi


5.8 3 g/dl 11 <
40.4 21 g/dl 13 – 11
53.8 28 g/dl 13>

100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari jumlah kadar Hb preoperasi
scoliosis terbanyak adalah > 13 g/dL yaitu sebanyak 28 responden (53.8%). Hal
ini sesuai dengan penelitian dari Muthian dkk (2018) yang menyatakan kadar Hb
pre operasi scoliosis rata – rata adalah 13.1 g/dL. Dalam hal ini peneliti
mempunyai pendapat bahwa kadar Hb preoperasi scoliosis harusnya normal
dikarenakan operasi ini sengat beresiko terjadi perdarahan intra operatif yang
banyak. Hasil lain dari penelitian ini adalah kadar Hb tertinggi adalah 15 g/dL
sebanyak 4 responden (7.7), kadar Hb terendah adalah 10.6 g/dL.

g. Kadar Hb pascaoperasi
Tabel 4.13. kadar Hb pascaoperatif

Persentase Frekuensi Kadar Hb Pascaoperasi


1.9 1 g/dl 6.5 <
9.6 5 g/dl 7.9 – 6.5
26.9 14 g/dl 9.4 – 8.0
46.2 24 11g/dl – 9.5
15.4 8 g/dl 11>

100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari jumlah kadar Hb pascaoperasi
scoliosis terbanyak adalah 9.5 - 11 g/dL yaitu sejumlah 24responden (46.2%)
dengan rata – rata 9.8 g/dL. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian dari Nissen
dkk (2017) yang menyatakan kadar rata – rata Hb post operasi scoliosis adalah
8.9 g/dL. Dalam hal ini peneliti mempunyai pendapat bahwa kadar Hb
pascaoperasi scoliosis turun dikarenakan terjadi perdarahan intra operasi. Hasil
lain dari penelitian ini adalah kadar Hb tertinggi preoperasi adalah 14.6 g/dL
sebanyak 1 responden (1.9%), kadar Hb terendah adalah 5.6 g/dL sebanyak 1
responden (1.9%).

h. Penurunan Kadar Hb
Tabel 4.14. Penurunan kadar Hb

Persentase Frekuensi Penurunan Kadar Hb


26.9 14 g/dL 2<
44.2 23 g/dL 4 –2
21.2 11 g/dL 6 – 4.1
7.7 4 g/dL 6>
100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil dari jumlah penurunan kadar Hb
pascaoperasi scoliosis adalah 4.1 - 6 g/dL yaitu sebanyak 23 responden atau
(44.2%). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Popta dkk (2014) yang menyatakan
bahwa penurunan kadar Hb pascaoperasi scoliosis adalah 4.1 g/dL. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian dari Muthian dkk (2018) yang menyatakan kadar Hb
pre operasi scoliosis rata – rata adalah 13.1 g/dL dan rata – rata Hb post operasi
adalah 8.9 g/dL atau rata –rata turun 4.2 g/dL.Dalam hal ini peneliti mempunyai
pendapat bahwa penurunan kadar Hb sangat dipengaruhi oleh jumlah perdarahan
intra operatif. Hasil lain penurunan kadar Hb terbanyak adalah 8 g/dL,
penurunan terkecil adalah 0.1 g/dL.

i. Pemberian Tranfusi Darah


Tabel 4.15. Pemberian tranfusidarah

Persentase Frekuensi Pemberian Tranfusi Darah


92.3 48 Tranfusi
7.7 4 Tdk. Tranfusi

100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil jumlah responden yang menerima
tranfusi darah sebanyak48 responden (92.3 %) dari total 52 responden. Hasil ini
kurang sesuai dengan pernyataan Nissen dkk (2017) yang menyatakan bahwa
dari 210 pasien yang dilakukan pembedahan scoliosis, 64 pasien (31%)
mendapatkan tranfusi darah. Dalam hal ini peneliti mempunyai pendapat bahwa
pemberian tranfusi darah berhubungan dengan banyaknya volume darah yang
hilang sewaktu dilakukan pembedahan dan penurunan kadar Hb pasien.

j. Jumlah tranfusi darah


Tabel 4.16. Jumlahtranfusi darah

Persentase Frekuensi Jumlah Tranfusi Darah


59.6 31 kantong 2 - 1
30.8 16 kantong 4 – 3
1.9 1 kantong 6 >

100 48 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil jumlah tranfusi darah yang
terbanyak 1- 2 kantong, sejumlah 31 responden (59.6 %), dengan rata – rata
pemberian tranfusi adalah 2.4 kantong dari total 116 kantong darah yang
diberikan pada 48 pasien pascaoperasi scoliosis. Hasil ini sesuai dengan Nissen
dkk (2017) yang menyatakan 64 pasien pascaoperasi scoliosis 24 pasien (38%)
diberikan tranfusi 2 kantong per pasien. Dalam hal ini peneliti mempunyai
pendapat bahwa banyaknya kantong dalam pemberian tranfusi darah tergantung
dari jumlah penurunan kadar Hb pada pasien dan jumlah perdarahan waktu
operasi.Dari 52 responden yang menjalani operasi scoliosis, ada 4 responden
(7.7%) yang tidak mendapatkan tranfusi darah.

k. Penggunaan Ventilator
Tabel 4. 17. Penggunaan ventilator

Persentase Frekuensi Penggunaan Ventilator


25 13 Menggunakan
75 39 Tdk. menggunakan

100 52 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil jumlah responden yang memakai
ventilator pascaoperasi scoliosis sebanyak 13 responden atau (25 %). Hasil ini
sesuai dengan pernyataan Yin dkk (2018) yang menyatakan bahwa 14.9% dari
174 pasien, atau 26 pasien mengalami komplikasi paru dan memerlukan
ventilasi mekanik. Dalam hal ini peneliti mempunyai pendapat bahwa
pemakaian ventilator pascaoperasi scoliosis dikarenakan selain adanya
penurunan fungsi paru- paru, juga disebabkan perdarahan yang banyak.

l. Lama penggunaan Ventilator


Tabel 4.18. Lama penggunaan ventilator

Persentase Frekuensi Lama Penggunaan


Ventilator
7.7 1 jam 3 <
46.2 6 jam 6 – 3
15.4 2 jam 9 – 7
15.4 2 jam 12- 10
15.4 2 jam 12 >

100 13 Jumlah
Berdasar hasil penelitian ini didapatkan hasil rata - rata responden yang
memakai ventilator paska operasi scoliosis adalah 7.6 jam, ini dihasilkan dari
lama penggunaan ventilator dari 13 pasien pascaoperasi scoliosis adalah 99 jam.
Paling sedikit waktu penggunaan ventilator dalam penelitian ini adalah 2 jam,
sedangkan paling lama adalah 13 jam sejumlah 2 responden dari total 13 yang
memakai ventilator (15.4%). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Yin dkk (2018)
yang menyatakan bahwa dari 26 pasienyang memakai ventilasi mekanik, dan 3
pasien atau (11.5%) memakai ventilator > 12 jam. Dalam hal ini peneliti
mempunyai pendapat bahwa penggunaan ventilator yang lama pada pasien paska
operasi scoliosis dikarenakan adanya gangguan ventilasi spontan.

SIMPULAN
Gambaran karakteristik jenis kelamin responden pascaoperasi scoliosis terbanyak adalah
perempuan dengan perbandingan antara perempuan dengan laki – laki adalah 6.2 : 1,
umur waktu dilakukan tindakan operasi rata-rata berumur 17 tahun dan pendidikan
terbanyak adalah setingkat SMA. Kriteria masuk ICU pada pasien pascaoperasi scoliosis
(75%) adalah prioritas 2, jenis scoliosis yang paling banyak adalah idiopatic scoliosis
(76.9%) dengan kasus terbanyak adalah Adolescent Idoipatic Scoliosis (AIS) sebanyak
(99%). Besarnya derajat kurva scoliosis pada penelitian ini rata-rata 61.9, dengan hasil
pemeriksaan fungsi vital paru preoperasi sebesar 50% untuk restriksi sedang dan restriksi
berat sejumlah 20% deri total 52 responden.

Lama waktu rata-rata yang digunakan untuk operasi scoliosis adalah 4 jam 17 menit
dengan rata – rata jumlah perdarahan adalah 700 – 1500 ml, pada pemeriksaan
laboratorium didapati kadar Haemoglobin (Hb) preoperasi rata – rata adalah 12.9 g/dL,
Hb pascaoperasi rata – rata 9.79 g/dL, dengan terjadi penurunan kadar Hb rata – rata 3.19
g/dL. Pemberian tranfusi darah pada responden pascaoperasi scoliosis adalah 92.3%,
dengan rata – rata 2.4 kantong / responden. Untuk pemakaian ventilator pada penelitian
ini didapati angka 25% pasien pasca operasi scoliosis menggunakan ventilator dengan
rata – rata pemakaian selama 7 jam 36 menit .

SARAN

1. Bagi Institusi Rumah Sakit


Mohon untuk pengisian catatan medis pasien dalam penulisan diagnosa scoliosis
dilengkapi, jumlah perdarahan intraoperasi dilengkapi, semua pasien preoperasi
scoliosis dilakukan pemeriksaan spirometri, Semoga hasil penelitian ini bisa
digunakan sebagai data berdasarkan fakta, untuk penyusunan program atau Standart
Prosedur Operasional (SPO) tentang pemeriksaan spirometri untuk pasien scoliosis,
tentang persiapan komponen darah untuk pasien preoperasi scoliosis, penggunaan
ventilator untuk pasien pascaoperasi scoliosis, perawatan pasca operasi scoliosis di
ICU. Semua itu mempunyai tujuannya untuk meningkatkan mutu pelayanan
perawatan pasien pascaoperasi scoliosis di Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR.R.
Soeharso Surakarta.
2. Bagi Intensive Care Unit
Semoga dengan penelitian ini bisa memberi gambaran tentang perawatan
pascaoperasi scoliosis berdasarkan evident base, untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan yang lebih baik.
3. Bagi Peneliti Lain
Mohon bagi peneliti lain agar bisa mengembangkan penelitian yang lebih baik,
penelitian lanjutan yang berjenis korelatif, analitik ataupun eksperimen sehingga
bisa menghasilkan suatu hasil penelitian yang lebih variatif dan tentunya bisa
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit pada umumnya dan mutu pelayanan
keperawatan pada khususnya. Penelitian ini bisa dijadikan pembanding, pendukung
atau sumber referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis penelitian
ini.
4. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini semoga bisa digunakan untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Penelitian ini semoga
menjadi awal untuk penelitian- penelitian yang lain dan menjadi media belajar yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA

American College of Critical Care Medicine.(1999) Guidelines for ICU admission,


Discharge and Triage.USA: Critical Care Society of Critical Care Medicine

Ali Baaj, MD. (2017). Types of Scoliosis.Spine Health.Veritas health.

American Academy of Orthopaedic Surgeon.(2020).Surgical Treatmen for


Scoliosis.Ortho Info.

Chao Li, MD, PhD, Mingyuan Yang, MD, Chao Wang, MD, Chuanfeng Wang, MD,
PhD, Jianping Fan, MD, PhD, Ziqiang Chen, MD, PhD, Xianzhao Wei, MD,
PhD, Guoyou Zhang, MD, PhD, Yushu Bai, MD, PhD, Xiaodong Zhu, MD,
PhD, Yang Xie, MD, PhD, and Ming Li, MD, PhD.(2015). Preoperative Factors
Predicting Intraoperative Blood Loss in Female Patients With Adolescent
Idiopathic Scoliosis. PMC National Library of Medicine National Institut of
Health.US.

Respati.Suryanto Drajat.(2011). Skoliosis Bisa Disembuhkan.Media Ortopedi. Jakarta

Elha-martin Reyes, Julio Rodriguez, Cirilo Gonzalez, Raid Reyes, Ricardo Fernandez.
(2009). Compliance of Guidelines for Intensive Care Unit Admission in San Juan
City Hospital.Puertorico: InternationalJournal of Critical Care and Shock:

Judarwanto, W. 2009.Gangguan Bentuk Tulang Punggung : Scoliosis. Jakarta

Kemenkes RI (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No


1778/MENKES/SK/XII/2010tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di Rumah Sakit.Jakarta.

Kusuma, K & Dunwoodie, S.L. (2010). Pain Management : An Asolescent Scoliosis


Patient. The Journal of Perioperative Practice.

L. Solomon, D. Marwick, S. Nayagam. (2010). Apley‟s System of Orthopaedics and


Fractures.Ninth Edition. Hodder Arnold.
Mik G, Drummond DS, Hosalkar HS, et al. (2009).Diminished spinal cord size
associated with congenital scoliosis of the thoracic spine. J Bone Joint SurgAm.

Søren Ohrt-Nissen , Naeem Bukhari, Casper Dragsted, Martin Gehrchen, Par Johansson,
Jesper Dirks, Jakob Stensballe, and Benny Dahl. (2017).Blood transfusion in the
surgical treatment of adolescent idiopathic scoliosis—a single-center experience of
patient blood management in 210 cases

Dmitri van Popta.  John Stephenson .  Davandra Patel .  Rajat Verma (2014)The pattern of
blood loss in adolescent idiopathic scoliosis. National Library of Medicine

Reka Yuniarta, Irfiana Dramayanti, Titik Wismowati, Agus Sutaryo, Widyatmoko,


(2019). Studi Deskriptif Prospektif, ketepatan indikasi masuk ICU di RS.Ortopedi
Prof DR.R.Soeharso Surakarta. Penelitian Kesehatan. Surakarta

Pedoman Pelayanan Intensive .(2019). Keputusan Direktur Utama RS.Ortopedi Prof Dr.
R. Soeharso No HK. 02.03/ XXX/ 2.2.2/ 3264/ 2019. Tentang Pedoman
Pelayanan ICU. Surakarta.

Schnuerer, J. Gallego, C. Manuel. (2010). Basic Anatomy Pathology: Basic Patholgies of


the spine. Medtronic

UCSF Health.(2020). Spinal Fusion Surgery for Scoliosis.the Regents of the University
of California.

Si Yin. Huiren Tao. Heng Du. Chaoshuai Feng. Yimin Yang. Weizhou Yang.
Chunguang Duan (2018). .Postoperative pulmonary complications following
posterior spinal instrumentation and fusion for congenital scoliosis.PLOS One .
China.

WHO.(2009). WHO Guidelines for Safe Surgery, Safe Surgery Safe Lives. World Health
Organisation.

Anda mungkin juga menyukai