oleh
Muji Novian
NPM :19100707360804149
Pembimbing:
Drg. Suci Auliya
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Scientific Session “Mendeteksi Osteoporosis pada
Wanita Lanjut Usia dengan Teknik Radiografi Panoramik” untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik Di Bagian Konservasi.
Dalam penulisan naskah penulis menyadari, bahwa semua proses yang telahdilalui tidak
lepas dari bimbingan drg. Suci Auliya Selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang
telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana mestinya,
baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Padang, 2020
Penulis
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Telah didiskusikan Materi Wajib Sistem Informasi MeHS dan PICO guna melengkapi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Padang, 2021
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
PENGANTAR
Osteoporosis merupakan penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan dan secara
tidak disadari karena penurunan massa tulang dapat terjadi setiap tahun tanpa gejala apapun.
Beberapa gejala mungkin hanya terdeteksi saat berada pada tahap berkelanjutan. Osteoporosis
merupakan penyakit sistemik yang ditandai dengan penurunan massa tulang, penurunan mikro
tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang yang menyebabkan pengeroposan tulang. Kondisi
tersebut sangat berisiko karena tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Proses osteoporosis dimulai pada usia 40-50 tahun, dimana pria dan wanita akan
mengalami proses pengurangan massa tulang. Heaney memprediksikan bahwa massa tulang
mengalami penurunan 5 - 10% setiap dekade, namun proses ini terjadi lebih cepat pada wanita
pasca menopause dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Osteoporosis tidak
hanya berkaitan dengan menopause tetapi juga berkaitan dengan faktor lain seperti merokok,
postur tubuh kecil, aktivitas kurang, radiasi sinar matahari, obat penurunan massa tulang,
rendahnya asupan kalsium, konsumsi kafein dan alkohol, serta penyakit diabetes melitus.
Standar emas dalam mendiagnosis osteoporosis adalah Bone Mineral Density (BMD)
karena merupakan prediktor terbaik untuk terjadinya patah tulang; umumnya diukur dengan tes
absorptiometri sinar-X energi ganda (DXA) yang menyatakan sebagai peralatan terbaik untuk
mendeteksi osteoporosis baru-baru ini. Permasalahan di Indonesia bahwa ketersediaan hardware
DXA terbatas pada rumah sakit besar dan tidak mudah untuk melakukan diagnosa khusus
menggunakan DXA.
Teknik yang digunakan untuk mendeteksi osteoporosis adalah pemeriksaan radiografi
dengan teknik panoramik. Radiografi panoramik merupakan salah satu gambar ekstra oral yang
sering digunakan oleh dokter gigi karena melakukan gambaran struktur oromaxilofasial yang
kompleks yang membantu dalam menegakkan diagnosis untuk perencanaan perawatan.
HASIL
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 wanita lansia berusia 50 - 80 tahun. Osteoporosis
dalam penelitian ini diukur oleh korteks lebar rahang bawah. Sedangkan korteks rahang bawah
diamati melalui foto panoramik Rontgen. Lebar korteks mandibula diukur dalam 2 region, yaitu
region kiri dan kanan. Kemudian, pengukuran kedua regio diakumulasikan untuk mendapatkan
lebar korteks mandibula secara keseluruhan. Lebar korteks mandibula diukur dalam satuan
milimeter (mm). Sampel dibagi menjadi 3 kategori umur yang berbeda, yaitu 50-59 tahun, 60-69
tahun dan 70-79 tahun. Semua hasil yang terkumpul kemudian dianalisis dengan program SPSS
18.0 (SPSS Inc., Chicago, IL., USA). Hasilnya ditunjukkan dalam tabel distribusi ini:
Tabel 1. Distribusi rata-rata hasil lebar mandibula korteks di kiri, kanan dan rata-rata kedua
wilayah.
Rata-rata dan SD pengukuran lebar korteks mandibula (mm)
Wilayah kiri Wilayah yang tepat Rata-rata wilayah
50 - 59 tahun 10 (33,3%) 4.33 ± 0.83 3,92 ± 0,60 4.15 ± 0.73
60 - 69 tahun 10 (33,3%) 4,18 ± 0,57 4.07 ± 0.68 3,99 ± 0,62
70 - 79 tahun 10 (33,3% 4.15 ± 0.73 3,99 ± 0,62 3,46 ± 0,77
(Tabel 1) melakukan distribusi rata-rata lebar korteks mandibula di kiri, kanan dan rata-rata
kedua regio. Pada tabel 1 terlihat bahwa jumlah sampel pada masing-masing kategori adalah
sama yaitu 10 sampel (33,3%) terdiri dari kelompok umur 50 - 59 tahun, umur 60-69 tahun dan
umur 70 - 79 tahun. Hasil lebar korteks mandibula juga ditunjukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian terhadap lebar korteks mandibula kiri, kanan dan rata-rata kedua regio
menunjukkan bahwa lebar korteks mandibula kiri paling tinggi pada umur 50 - 59 tahun. Hasil
yang sama terlihat pada lebar korteks mandibula di regio kanan dan secara keseluruhan (rata-rata
dari kedua regio). Di kedua daerah tersebut juga terlihat penurunan lebar korteks mandibula yang
diikuti dengan peningkatan kategori umur. Lebar korteks rahang bawah di regio kiri pada usia 50
- 59 tahun mencapai 4,33 mm, pada usia 60-69 tahun menurun menjadi 3. 92 mm dan pada umur
7079 tahun mencapai 3,43 tahun. Sedangkan di daerah kanan lebar korteks rahang bawah pada
umur 50-59 tahun mencapai 4,18 mm, pada umur 60 - 69 tahun menurun menjadi 4,07 mm dan
pada umur 70 - 79 tahun hanya mencapai 3,51 tahun. Secara keseluruhan (rata-rata kedua
daerah) lebar korteks rahang bawah umur 50-59 tahun, umur 60-69 tahun dan umur 70-79 tahun
masing-masing adalah 4,51mm, 3,91mm dan 3,46mm. tidak mengalami osteoporosis atau dalam
kondisi sehat. Kesimpulannya, tanpa melihat umur, ada 3 dari 27 sampel (30%) yang mengalami
osteoporosis.
DISKUSI
Penelitian ini melakukan radiografi panoramik sebagai media pembelajaran karena dapat
menampilkan semua gambar rahang bawah dalam sebuah film. Radiografi panoramik merupakan
pilihan dalam mendeteksi dini osteoporosis karena lebih mudah dilakukan, ketersediaan alat dan
harga yang terjangkau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi penyakit
osteoporosis seiring dengan pertambahan usia. Tidak ada yang mengalami osteoporosis pada usia
50-59 tahun dan 10% mengalami osteoporosis pada usia 6069 tahun. Hal itu terjadi karena
penurunan estrogen pasca menopause serta penurunan kepadatan tulang akan lebih cepat. Selama
5-10 tahun pertama setelah menopause, perempuan mungkin melakukan pengurangan massa
tulang sebanyak 2-4% setiap tahun. Artinya mereka akan kehilangan massa tulang sebanyak 25-
30% dalam periode ini. Percepatan pengurangan massa tulang pasca menopause menjadi
penyebab utama terjadinya osteoporosis pada wanita. Faktor gaya hidup termasuk merokok,
minuman beralkohol, minuman soda, minum kopi, aktivitas olahraga yang kurang, dan minum
susu yang lebih sedikit dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Hal tersebut terbukti dari
penelitian yang dilakukan di Sulawesi Utara, Yogyakarta dan Jawa Barat di 2008.
Penelitian ini melakukan radiografi panoramik sebagai media pembelajaran karena dapat
menampilkan semua gambar rahang bawah dalam sebuah film. Radiografi panoramik merupakan
pilihan dalam mendeteksi dini osteoporosis karena lebih mudah dilakukan, ketersediaan alat dan
harga yang terjangkau.
Gambar radiografi panoramik pada tulang rahang atas dan rahang bawah, selanjutnya
dapat digunakan untuk mendeteksi risiko massa tulang. Beberapa indeks yang telah
dikembangkan dalam penilaian dan pengukuran kualitas massa tulang mandibula dan untuk
mengamati tanda resorpsi pada radiografi panoramik, antara lain:
1. Indeks Mandibula Panoramik ( PMI) adalah lebar mandibula dibagi jarak mental
foramen ke korteks inferior mandibula.
2. Indeks korteks mandibula (MCI) adalah klasifikasi morfologi mandibula,
menggambarkan porositas mandibula dan berhubungan dengan massa tulang
mandibula.
3. Indeks Mental (MI) I adalah lebar mandibula korteks berdasarkan posisi mental
foramen.
Salah satu cara yang diterapkan untuk mengukur kualitas massa tulang mandibula adalah dengan
indeks mental. Indeks mental adalah rata-rata lebar yang dihitung secara bilateral pada radiografi
panoramik di bawah area mental foramen yang terletak diantara P1 dan P2, yaitu dengan
mengukur kortikal mandibula yang terbuat dari garis tegak lurus dari foramen mental ke garis
sejajar yang melewati tepi kortikal mandibula superior dan inferior. Sampel didiagnosis
osteoporosis berdasarkan indeks mental jika ≤ 3 mm.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa osteoporosis dapat dideteksi dengan
teknik Panoramic Radiography dengan Mental index. Hasil penelitian membuktikan bahwa
prevalensi osteoporosis tertinggi terjadi pada usia 70-79 tahun, yaitu 20%. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Suprijanto, Diputra Y, Juliastuti E, Arifin AZ. 2014. Analisis Citra Radiografi
Panoramik pada Tulang Mandibula untuk Deteksi Dini Osteoporosis dengan Metode Abu-
abu Tingkat Matriks Cooccurence ( GLCM). Jurnal MKB.; 46 (4): 207.
Boel Trelia. Manifestasi Osteoporosis Di Rongga Mulut. Dentofasial. 2003; 01: 174-177.
Jahari AB, Prihatini S. 2007. Risiko osteoporosis di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Gizi dan
Makanan Depkes RI ; 30 (1): 1-11.
Liu YP, Bahrent RG, Buschang PH. 2010. Pertumbuhan mandibula, renovasi, dan pematangan
selama masa bayi dan anak usia dini. Ortodontis J ; (80): 97- 105.
Nasrulloh R, Norjanto B, Savitri Y. 2013. Ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita
suku Jawa ditinjau radiografik panoramik. Radiologi Dentomaxillofacial ; (4): 20-24.
RPB Noerjanto, Savitri Y, Putri MC. 2014. Sensitivitas, spesifitas, dan akurasi pengukuran
mentale indeks pada radiografi panorama wanita pasca mati haid. Radiologi
Dentomaxillofacial ; 5 (1): 8-13
RPB Noerjanto, Saputra D, Yusuf YT. 2014. Sensitivitas, spesifitas, dan angka pengukuran sudut
antegonial pada radiografik panoramik penderita osteoporosis. Radiologi
Dentomaxillofacial ; 5 (1): 1-7
Rotikan TM. Mengapa osteoporosis dapat menyerang kita? Dalam: Setyohadi B, editor.
Osteoporosis dan Penyakit Metabolik. Ilmu kedokteran Olahraga FKUI. Jakarta: PEROSI;
Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi Di Indonesia. Media Litbang Kesehatan. 2010; 20 (2): 91-
99
SC Putih. Prediktor Radiografi Lisan Osteoporosis. 2002. Dentomaxillofacial Radiologi ; 31: 84-
92
SC Putih, Pharoah MJ. 2004. Prinsip dan Interpretasi Radiologi Lisan. 5 rd Ed. St. Louis: Mosby
Inc.,: 191-10.
Setyohadi B, Hutagalung EU, Adam J, Suryaatmadja M, Suherman SK, Rotikan TM. 2010.
Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoporosis. Jakarta: PEROSI. hlm. 1-2.
Prahatini S, Mahirawati VK, Jahari AB. Faktor Determinan
Whaites E. 2009. Radiografi dan radiologi untuk profesional perawatan gigi. Edisi ke-2 London.
Churchill Livingstone : 151-70.
Original Research
© 2016 JDMFS. Published by Faculty of Dentistry, Hasanuddin University. All rights reserved.
Corresponding Authors :
Email : barunawaty@yahoo.com
p-ISSN: 25030817; e- ISSN: 25030825
DOI : 10.15562/jdmfs.v1i3.308
322
Barunawaty Yunus et al. / J Dentomaxillofac Sci,Vol 1, Issue 3, December 2016 : 322-326
Table 1. Average distribution of the result of cortex mandibular width in left, right and the average of
both regions.
323
Barunawaty Yunus et al. / J Dentomaxillofac Sci,Vol 1, Issue 3, December 2016: 322-326
324
Barunawaty Yunus et al. / J Dentomaxillofac Sci,Vol 1, Issue 3, December 2016: 322-326
REFERENCES
1. Jahari AB, Prihatini S. Risiko osteoporosis di Di Indonesia. Media Litbang Kesehatan. 2010;
Indonesia. Jakarta: Puslitbang Gizi dan Makanan 20(2) : 91-99
Depkes RI 2007; 30(1): 1-11 12. Noerjanto RPB, Savitri Y, Putri MC. Sensitivitas,
2. Utomo M, Meikawati W, Putri ZK. Faktor-faktor spesifitas, dan akurasi pengukuran mentale indeks
yang berhubungan dengan kepadatan tulang pada pada radiografi panoramic wanita pasca
wanita postmenopause. Fakultas kesehatan menopause. Dentomaxillofacial Radiology. 2014;
UNISMUH Semarang. 2010; 6(2) 5(1) : 8-13
3. Boel Trelia. Manifestasi Osteoporosis Di Rongga 13. Azhari, Suprijanto, Diputra Y, Juliastuti E, Arifin
Mulut. Dentofasial. 2003; 01:174-177 AZ. Analisis Citra Radiografi Panoramik pada
4. Noerjanto RPB, Saputra D, Yusuf YT. Sensitivitas, Tulang Mandibula untuk Deteksi Dini
spesifitas, dan akurasi pengukuran sudut Osteoporosis dengan Metode Gray Level
antegonial pada radiografik panoramic penderita Cooccurence Matrix (GLCM). MKB journal.
osteoporosis. Dentomaxillofacial Radiology. 2014; 2014; 46(4) : 207
5(1) : 1-7 14. Setiawati L. Refarat condylar fraktur neck.
5. Yunus B. Keterbatasan Radiografi Panoramik https://www.scribd.com/doc/171797764/Referat-
dalam pengukuran ketidaksimetrian mandibular. Condylar-Neck-Fraktur (02 maret 2015).
Dentofasial. 2007; 6(1) : 16-20 15. http://radiopaedia.org/articles/mandible (03 maret
6. Rotikan TM. Mengapa osteoporosis dapat 2015)
menyerang kita? In: Setyohadi B, editor. 16. Dr. Endah Mardiati, drg., Sp.Ort (K)Isnaniah
Osteoporosis dan Penyakit Metabolik. Ilmu Malik,drg.,Sp.Ort(K)PROSES
kedokteran Olahraga FKUI. Jakarta : PEROSI; PERTUMBUHAN MANDIBULA
2012.p. 1-3. https://www.scribd.com/doc/89435637/PROSES-
7. White SC. Oral Radiographic Predictors of PERTUMBUHAN MANDIBULA(SDA)
Osteoporosis. Dentomaxillofacial Radiology. 17. Liu YP, Bahrent RG, Buschang PH. Mandibular
2002; 31 : 84-92 growth, remodeling, and maturation during infancy
8. Permana H. Patogenesis dan Metabolisme and early childhood. Orthodontist J 2010;(80):97-
Osteoporosis pada Manula. FK UNPAD. Bandung. 105.
2014 18. Nasrulloh R, Norjanto B, Savitri Y. Ketebalan
9. Kawiyana IKS. Osteoporosis Pathogenesis korteks mandibula pada pria dan wanita suku Jawa
Diagnosis dan Penanganan Terkini. Jurnal ditinjau radiografik panoramik. Dentomaxillofacial
Penyakit Dalam. 2009; 10(2) : 157-170 Radiology 2013; (4): 20-24.
10. Setyohadi B, Hutagalung EU, Adam J, 19. Whaites E. Radiography and radiology for dental
Suryaatmadja M, Suherman SK, Rotikan TM, et al care professional. 2nd Ed.London. Churchill
editors. Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan livingstone 2009: 151-70.
Osteoporosis. Jakarta : PEROSI. 2010.p.1-2. 20. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology principle
11. Prahatini S, Mahirawati VK, Jahari AB. Faktor and Interpretation. 5rd Ed. St. Louis : Mosby Inc.,
Determinan Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi 2004: 191-10.
21. Hastar E, Yilmaz HH, Orhan H. Evaluation of
mental index, mandibular cortical index, and
325
Barunawaty Yunus et al. / J Dentomaxillofac Sci,Vol 1, Issue 3, December 2016: 322-326
panoramic mandibular index on dental panoramic 23. Pasler, Friedrich A. Color Atlas of Dental
radiographi in the elderly. Medicine. Radiology. Thieme. 2006.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles. (9Juli 24. Lukman M, Juniarti N. SKRINING
2013). OSTEOPOROSIS: HUBUNGAN USIA DAN
22. Bosmans, N., Ann, P., Medhat, A. and Willems, G. JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN
The Aplication of Kvaal’s Dental Age Calculation OSTEOPOROSISDIDESACIJAMBU
Technique On Panoramic Dental Radiographs. KECAMATAN TANJUNGSARI. Skrining
Forensic Science International,2005. Osteoporosis: Hubungan Usia dan Jenis Kelamin
2009 ; 10 (21) : 18-19