Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

“OSTEOKONDROMA”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Radiologi RSUD Kota Salatiga

Disusun oleh:

Nuan Syafrina

1713020031

Pembimbing:

dr. Ninik Haryanti, Sp. Rad

RSUD KOTA SALATIGA

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nuan Syafrina `(1713020031)

Universitas : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Fakultas : Kedokteran

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang Pendidikan : Ilmu Radiologi

Judul Referat : Osteo Kondroma

TELAH DIPERIKSA dan DISETUJUI TANGGAL:

Bagian Ilmu radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Coassistant Pembimbing

Nuan Syafrina dr. Ninik Haryanti, Sp. Rad

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

KehendakNya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul

Osteokondroma Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan

Ilmu Radiologi. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu

yang tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih

banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika

penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih

dr. Ninik Haryanti, Sp. Rad selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu Radiologi di

Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga, yang telah memberikan masukan yang

berguna dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan

yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang

terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang Referat

osteokondroma

Salatiga, 21 November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………… iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………... iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 3

A. Definisi……………………………………………………………. 3

B. Epidemologi……………………………………………………. 3

C. Gejala klinis……………………………………………………. 4

D. Patofisiologi…………………………………………………… 6

E. Diagnosis ……………………………………………………. 6

F. Gambaran radiologi …………………………………………… 7

G. Diagnosis banding ………………………………………………. 12

H. Terapi……………………………………………………………... 14

I. Komplikasi………………………………………………………... 15

J. Prognosis………………………………………………………….. 16

BAB III KESIMPULAN………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumor merupakan massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan

berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan

tetap tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan

perubahan tersebut berhenti. Ada beberapa tipe neoplasma yang dapat timbul

pada jaringan tulang, Insidenneoplasma tulang lebih jarang bila dibandingkan

dengan neoplasma jaringan lunak. 5

Beberapa tipe neoplasma yang dapat timbul pada jaringan tulang.

Neoplasma dalah pertumbuhan sel batu, abnormal dan progresif dimana sel

tersebut tidak pernah menjadi dewasa.Penggunaan istilah tumor sebagai

pengganti neoplasma sebenarnya kurang tepat karena tumor hanya berarti

benjolan. Insiden neoplasma tulang lebih jarang bila dibandingkan dengan

neoplasma jaringan lunak. Neoplasma dapat dikatakan ganas apabila memiliko

kemampuanuntuk mengadakan sebaran ke tempat atau organ lain. Neoplasma

tulang primer merupakanneoplasma yang berasal dari sel yang membentuk

jatingan tulang sendiri, dikatakan sekunder apabila merupakan anak sebar dari

organ lain.

Osteokondroma atau eksostosis adalah tumor jinak tulang dengan

penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis

yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi (diliputi) oleh

cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan

1
komponen tulang rawan (chondrosit). Osteokondroma merupakan tumor jinak

tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama

ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda.

Sehingga perlu mengetahui secara dini tanda klinis dan penatalaksanaan dari

osteokonreoma tersebut. 1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya

penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostoksis yang muncul dari

metasfisis, penonjolan tulang ini ditutupi oleh cartilago hialin. (Newman,

2002). Tonjolan ini menyebabkan suatu pembengkakan atau gumpalan dan

mirip seperti kembang kol (cauliflower appeareance). Tumor ini berasal dari

komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). 1

Osteokondroma dapat tumbuh secara soliter maupun multipel.

Osteokondroma yang multipel bersifat herediter (autosomal dominan) dan

akan berhenti tumbuh dan mengalami proses penulangan setelah dewasa. Oleh

karena itu eksositosis multipel ini tidak lagi disebut sebagai neoplasma.

Osteokondroma yang soliter berbeda dengan multipel karena akan tumbuh

terus walaupun penderita telah dewasa dan jenis ini dianggap sebagai

neoplasma. Kebanyakan osteokondroma adalah soliter tetapi lesi multipel

dapat berkembang pada individu dengan predisposisi genetic. 1

B. Epidemologi

Frekuensi aktual osteokondroma tidak diketahui karena banyak yang

tidak didiagnosis. Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20

tahun, Rasio laki-perempuan adalah 3:1. Osteokondroma dapat terjadi dalam

3
setiap tulang yang mengalami pembentukan tulang enchondral, tetapi mereka

yang paling umum di sekitar lutut. 1

Osteokondroma biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang

panjang, dan tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%),

ujung proksimal tibia (20%), dan humerus (2%). Osteokondroma juga dapat

mengenai tulang tangan dan kaki (10%) serta tulang pipih seperti pelvis (5%)

dan scapula (4%) walaupun jarang. Osteokondroma terdiri dari 2 tipe yaitu

tipe bertangkai (pedunculated) dan tipe tidak bertangkai(sesile). Tulang

panjang yang terkena biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis adalah tipe

sesile. Tumor bersifat soliter dengan dasar lebar atau kecil seperti tankai dan

bila multiple dikenal sebagai diafisial aklasia (eksostosis herediter multiple)

yang bersifat herediter dan diturunkan secara dominan gen mutan. 6

C. Gejala klinis

Osteokondroma tidak memberikan gejala klinis yang jelas sehingga

ditemukan secara kebetulan, namun ada benjolan yang tumbuh dengan lama

dan membesar. Bila tumor menekan saraf atau pembuluh darah dapat

menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat ditimbulkan oleh fraktur patologis

pada tangkai tumor, khususnya pada bagian yang tipis. Dapat terjadi

pertumbuhan bursa exotica di atas tumor, bila terjadi inflamasi maka pasien

akan mengeluhkan perasaan sakit. Bila rasa sakit timbul tanpa ada fraktur,

bursitis atau penekanan saraf makan harus dicurigai keganasan. 6

Pseudoaneurisma dapat timbul pada osteokondroma, terutama pada a.

Poplitea dan a. Femoralis. Pseudoaneurisma ini dapat terjadi bila ada fraktur

4
pada tangkai tumor di daerah distal femur atau proximal tibia. Bila

osteokondroma yang cukup besar terbentuk pada kolumna vertebralis dapat

mengakibatkan angulasi kifosis dan menimbulkan gejala spondilolistesis.

Kasus herediter multipe; exositosis keluhan bisa berupa massa yang multipel

serta tidak menimbulkan nyeri terletak di dekat persendian. Umumnya

bilateral dan simetris. 6

Nyeri juga dapat terjadi apabila ada penekanan pada bursa maupun

jaringan lunak sekitar tumor. Nyeri terjadi sebagai akibat dari efek langsung

mekanik dari massa osteokondroma terhadap jaringan lunak di atasnya.

Penekanan tersebut mengakibatkan kantung terkait atau bursitis eksisitosis.

Iritasi tendon, otot maupun saraf di sekitar tumor juga mengakibatkan rasa

nyeri. Trauma langsung yang mengakibatkan fraktur tangkai tumor akan

menimbulkan rasa sakit. Tutup dari tangkai tumor dapat terjadi infark maupun

nekrosis iskemia yang juga menimbulkan nyeri. 6

Osteokandroma pada umumnya timbul dengan gejala awal benjolan

tidak nyeri di dekat sendi. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada sendi lutut

dan bahu. Osteokondroma dapat terletak di bawah tendon. Bila terletak di

dekat saraf dapat mengakibatkan gejala yang berkaitan dengan persarafan

saraf seperti mati rasa, nyeri, maupun kesemutan pada area ekstremitas yang

dipersarafi. Bila tumor menekan pembuluh darah maka akan mengakibatkan

perubahan periodik dalam aliran darah sehingga dapat terjadi hilangnya

pulsasi maupun perubahan warna ekstremitas. Namun hal ini sangat jarang

terjadi.5

5
D. Patofisiologi

Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang

(osteosit) dan sel-seltulang rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan

abnormal ini awalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang

dengan korteks dan spongiosa yang masih utuh. Jikatumor semakin membesar

makan akan tampak sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengankomponen

osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai bunganya.

Tumor akan tumbuh dari metafisis,tetapi adanya pertumbuhan tulang yang

semakin memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis

tulang. Pertumbuhan ini membawa ke bentuk klasik coat hanger variasi dari

osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi terdekat. 1

E. Diagnosis

Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu :

1. Anamnesis

a. Umur

b. Lama dan perkembangan tumor

c. Nyeri

d. Pembengkakan

e. Riwayat keluarga

2. Pemeriksaan klinis

a. Lokasi

b. Besar, bentuk, batas dan sifat tumor

6
c. Gangguan pergerakan sendi

d. Spasme otot dan kekakuan tulang belakang

e. Fraktur patologis

f. Pemeriksaan neurologis

Bila terdapat gejala gangguan neurologis pada penderita, maka

pemeriksaan neurologis perlu dilakukan secara cermat untuk menentukan

apakah gangguan ini timbul oleh karena penekanan tumor pada saraf

tertentu.5

3. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan penunjang osteokondroma dengan pemeriksaan

radiologis. Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) /

narrow base dan tidak bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe

pedunculated, pada foto polos tampak penonjolan tulang yang menjauhi

sendi dengan korteks dan spongiosa masih normal. Penonjolan ini

berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen osteosit

sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Densitas

penonjolan tulang inhomogen (opaq pada tangkai dan lusen pada bunga).

Terkadang tampak adanya kalsifikasi berupa bercak opaq akibat

komponen kondral yang mengalami kalsifikasi. 5

F. Gambaran Radiologis

1. Tampak penonjolan tulang pada korteks dan spongiosa yang normal

2. Dengan bertambahnya umur pasien,terlihat kalsifikasi tulang rawan yang

semakin lamasemakin banyak

7
3. Penonjolan seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen kondrosit

sebagai bungadan komponen osteosit sebagai tangkai

4. Pedunculated osteokondroma memiliki gambaran tangkai di bagian distal

yang melebar dengan permukaan berbenjol-benjol (hook exositosis)

,memiliki ukuran berkisar 8-10cm.

5. Sessile osteokondroma memiliki bangunan dasar yang luas dengan dasar

bagiankomponen korteks dari tulang yang ada dibawahnya. Kadang-

kadang daerah ini tampak penonjolan-penonjolan dan bagisan luarnya

berkontur tajam-tajam (secara radiologi inimemang sulit dibedakan

dengan bentuk tumor parosteal osteosarkoma). 4

a. Foto Polos Tulang

Radiografi polos adalah pemeriksaan penunjang dalam

pencitraan untuk osteokondroma yang diperlukan dan dapat menjadi

ciri khas dari lesi. Osteochondroma akan muncul sebagai batang atau

tonjolan yang muncul dari permukaan tulang. Ini menunjukkan

kecenderungan predileksi untuk metafisis dan tambahan dari tendon

pada tulang panjang. Batas jelas dan jarang irreguler, meskipun tumor

tampaknya terus-menerus dengan korteks tulang. Biasa ditemukan

serpihan kalsifikasi atau gangguan linier dalam komponen tulang

rawan dari osteochondroma tersebut. Kalsifikasi ini muncul sebagai

daerah radiopak. 5

8
Gambaran Sebuah lesi khas pada tulang paha kanan, tonjolan

pada permukaan eksternal dari tulang femur dan kalsifikasi linear

dalam lesi tumor juga jelas. Radiograf dengan kualitas yang baik

harus diperoleh dalam 2 pesawat tegak lurus dengan ciri lesi

sepenuhnya. Fitur radiografi klasik termasuk orientasi lesi jauh dari

fisis dan kontinuitas meduler. 1

Gambar, tampak osteokondroma 1/3 proksimal tulang humerus

berbentuk kembang kol.

Gambar. Osteokondroma sessile pada os tibia 1/3 distal

9
Gmabar. Osteokondroma bertangkai di tulang fibula

Gambar. Osteokondroma multiple

Gambar. Sessile Osteochondroma

10
b. CT SCAN

Bagian tulang tertentu, seperti panggul dan tulang belikat, CT

scan merupakan tambahan yang berguna untuk melokalisasi lesi.

Lokalisasi CT dapat berguna ketika merencanakan reseksi.

Gambar. CT scan panggul menggambarkan osteochondroma


soliter besar

Gambar. CT scan dari osteochondroma sessile humerus

c. MRI (Magnetic resonance Imaging)

MRI diperlukan hanya dalam kasus-kasus yang curiga

terjadinya keganasan atau anatomi jaringan lunak yang relevan perlu

digambarkan. MRI adalah modalitas pilihan untuk menilai ketebalan

tulang rawan tutup, seperti pada gambar di bawah. Meskipun tidak

11
merupakan indikasi mutlak, ketebalan dari cartilage cap

berhubungan dengan keganasan. Tebal cartilage cap yang > 4 cm

adalah sugestif degenerasi ganas, terutama ketika mereka

berhubungan dengan nyeri.

Gambar. MRI sessile osteochondroma femur menunjukkan


ketebalan tutup tulang rawan. Scan tulang, sebagai suatu peraturan,
tidak berguna dalam pemeriksaan dari osteochondromas atau untuk
perencanaan pra operatif untuk reseksi.7

G. Diagnosis banding

1. Chondrosarkoma

Adalah tumor ganas tulang dan tulang rawan. Paling banyak

ditemukan pada tulang pelvis, femur, iga, humerus, dan scapula. Tetapi

selain itu juga dapat ditemukan disemua tulang termasuk tulang-tulang

kecil di tangan dan kaki

12
Gambaran radiologis : lesi luas tampak tidak teratur dengan tepi tulang

yang menghilan. Tumor berisi daerah kalsifikasi dengan gambaran seperti

popcorn. 6

2. Osteosarkoma

Merupakan tumor ganas primer pada tulang. Lokasi tumor

terbanyak adalah di distal, femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.

Tumor juga dapat menyerang tulang pipih seperti pelvis, tengkorak, dan

mandibular

Gambaran radiologi : 6

a. Gambaran destruksi tulang

b. Sunburst appereance

c. Codman triangle

13
H. Terapi

Apabila terdapat gejala penekanan pada jaringan lunak misalnya

pembuluh darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-tiba membesar disertai

rasa nyeri maka diperlukan tindakan operasi secepatnya, terutama bila hal ini

terjadi pada orang dewasa.

1. Terapi Medis

Tidak ada terapi medis saat ini ada untuk osteochondromas.

Andalan pengobatan nonoperative adalah observasi karena lesi

kebanyakan tanpa gejala. Lesi yang ditemukan secara kebetulan dapat

diamati, dan pasien dapat diyakinkan. 8

2. Terapi Bedah

Perawatan untuk gejala osteochondromas adalah reseksi.

Perawatan harus diambil untuk memastikan bahwa tidak ada tutup tulang

rawan atau perichondrium yang tersisa, jika tidak, mungkin ada

kekambuhan. Idealnya, garis reseksi harus melalui dasar tangkai, dengan

demikian, seluruh lesi dihapus secara en blok. Lesi atipikal atau sangat

besar harus diselidiki sepenuhnya untuk mengecualikan kemungkinan

terpencil keganasan. MRI berguna dalam menilai ketebalan dari cartilage

cap.6

3. Pra operasi

Kendala anatomi lokal harus dipertimbangkan hati-hati sehingga

pendekatan dan reseksi tidak merusak struktur di dekatnya. CT scan dan

MRI dapat berguna untuk lesi yang timbul dari tulang datar atau yang

14
1
terletak di daerah sulit, seperti lesi sekitar pinggul atau tulang belikat.

4. Selama operasi

Setelah suatu osteokondroma terekspos, diseksi yang dilakukan

terbatas pada dasar dari lesi, jadi osteotome bisa digunakan untuk

memisahkan bagian dasar dari korteks tulang. Bursa atasnya harus

dibiarkan utuh, dan jaringan perekat longgar harus dibedah menjauh

sehingga lesi dan bursa dihapus secara enblok. Permukaan resected tulang

host dapat serak halus, dan jika diperlukan, lilin tulang dapat dikemas

pada permukaan dipotong untuk menghentikan pendarahan. Setelah

spesimen dihapus dan konfirmasi patologis diterima, luka harus diirigasi

dengan dan bisa diberikan drain bila diperlukan. 3

5. Pascaoperasi

Osteochondromas paling memungkinkan pasien untuk kembali ke

aktivitas seperti biasa. Namun, setelah reseksi pada suatu osteokondroma

yang besar, pembatasan kegiatan harus dipertimbangkan karena

pergerakan yang berlebihan dapat memicu terjadinya peningkatan resiko

fraktur. 5

I. Komplikasi 4

1. Penekanan pada saraf (lebih sering n.poplitea)

2. Penekanan pada pembuluh darah,menimbulkan pseudoaneurisma pada

a.popliteadan a.femoralis

3. Penekanan tulang sekitar

4. Fraktur patologis

15
5. Inflamasi bursa pada daerah lesi

6. Perubahan keganasan

J. Prognosis

Untuk osteochondromas soliter, hasil dan prognosis setelah operasi

sangat baik, dengan kontrol lokal yang sangat baik dan tingkat kekambuhan

lokal kurang dari 2%. Demikian, prognosis biasanya salah satu dari pemulihan

lengkap . Hasil yang lebih buruk biasanya berkaitan dengan morbiditas yang

terkait dengan eksposur yang dibutuhkan untuk menghapus lesi atau

berhubungan dengan deformitas tulang sekunder, tetapi yang terakhir biasanya

diamati dalam bentuk turun-temurun beberapa penyakit.4

16
BAB III

KESIMPULAN

1. Osteokondroma atau eksostosis adalah tumor jinak tulang dengan penampakan

adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul

dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi (diliputi) oleh cartilago hialin.

2. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan

(chondrosit).

3. Osteokondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh

tumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya

aktif dan pada dewasa muda.

4. Osteokondroma dapat tumbuh secara soliter maupun multipel.

5. Osteokondroma biasanya mengenai tulang panjang, dan tulang yang sering

terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal tibia (20%), dan

humerus (2%). Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun,

Rasio laki-perempuan adalah 3:1.

6. Osteokondroma tidak memberikan gejala klinis yang jelas sehingga ditemukan

secara kebetulan, namun ada benjolan yang tumbuh dengan lama dan

membesar. Bila tumor menekan saraf atau pembuluh darah dapat menimbulkan

rasa sakit.

7. Pada osteokondroma diperlukan pemeriksaan penunjang berupa radiologi dan

biopsi.

17
8. Pengobatan pilihan adalah operasi. Tumor harus benar-benar dipotong untuk

menghindari kekambuhan. Evaluasi lengkap dari pasien membutuhkan

pemeriksaan fisik, CT, MRI dan biopsi dari lesi.

9. Eksisi osteokondroma biasanya bersifat kuratif. Kekambuhan dapat dilihat

ketika eksisi tidak tuntas.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Allan, G & Blonchi, S, et al. 2004. Paediatric Musculoskeletal Disease.

Cambridge: Cambridge University Press.

2. Appley, A.G & L. Solomon. 2002. Appley System Of Orthopaedics And

Fractures. Oxford: ELBS.

3. Appley, A.G & L. Solomon. 2002. Appley System Of Orthopaedics And

Fractures. Oxford: ELBS.

4. Cipto H, Wasitaatmadja SM. 2005. Bedah kulit, Dalam: Djuanda A,

Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI.

Jakarta.

5. Dickey, I.D. 2011. Solitary Osteokondroma. Eastern maine medical centre.

www. Medscape. com.

6. Schmall, G.A. et al. 2008. Hereditery Multiple Osteokondroma. Seattle:

NCBI Book Shelf.

7. Murphey, M. Et al. 2000. Imaging of osteochondroma : Variant

complication with radiologic corelation.

8. Weiner, D.S. 2004. Paediatric Orthopaedic For Primary Care Physician

2nd ed. New York : Cambridge University Press.

19

Anda mungkin juga menyukai