Nama : Ny. E
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tambun Bekasi
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tgl MRS : 28 Agustus 2014
KELUHAN UTAMA
Vital Sign
• TD 130/80 mmHg
• HR 88x/menit
• RR 24x/menit
• Suhu 36.8o C
Status Generalis
KEPALA : normochepal
MATA
Pupil bulat isokor, diameter 3mm/mm Refleks pupil +/+
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Auskultasi
Paru : vesikular (+/+) normal,
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-)
Tes Asites : -
EKSTREMITAS
akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
Status Lokalis
abdomen tampak abdomen distensi, bising
usus (+) meningkat, metalic sound (+),
hipertimpani seluruh kuadran abdomen
RECTALTOUCHE
Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps,
permukaan mukosa licin tidak berbenjol-benjol
(nodul), massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-),
feses (-).
RESUME
Wanita 41 tahun, Nyeri perut hilang timbul sejak 2
minggu SMRS, muntah berwarna kehitaman, tidak
bisa BAB dan kentut, terkadang BAB cair, bentuk
kecil-kecil, tidak berlendir dan darah, mual (+). Dari
pemeriksaan TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, RR
24x/menit, Suhu 36.8oC. Perut cembung, Distensi
abdomen (+), bising usus (+) meningkat, metalic
sound (+), hipertimpani seluruh kuadran abdomen.
Rectal touche didapatkan Tonus sfingter ani baik,
rektum tidak colaps, permukaan mukosa kasar
berbenjol-benjol, massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir
(-), feses (-).
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (23 Agustus 2014)
Foto abdomen 3 posisi
ANALISA KASUS
Dasar diagnosis ileus obstruktif e.c susp. tumor colorectal
pada kasus ini adalah
tidak bisa BAB dan kentut
Nyeri perut hilang-timbul
BAB cair,
Distensi abdomen (+)
Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
Hipertimpani seluruh kuadran abdomen
RT : Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps,
permukaan mukosa licin tidak berbenjol-benjol (nodul),
massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-), feses (-).
continue...
Dx : Ileus Obstruktif e.c Susp. tumor
colorectal
Pemeriksaan penunjang : Kolonoskopi, CT
Scan abdomen dengan kontras
Penatalaksanaan
Infus Kristaloid
Pasang NGT
Puasa
Pemberian antibiotik&anti nyeri
Intervensi operative
CT Scan Abdomen dengan kontras
CT Scan Abdomen Tanpa kontras
TINJAUAN PUSTAKA
ILEUS
OBSTRUKTIF
e.c Susp.Tumor
Colorectal
Klasifikasi
Intraluminal (benda asing, batu empedu,
atau mekonium)
Intramural (tumor, penyempitan, Crohn's
disease, inflamasi disease)
Ekstrinsik (adhesi, hernia, atau
carcinomatosis)
Patogenesis
Peningkatan aktivitas Motilitas ↓
Obstruksi
intestinal –Motilitas
Perfusi mikrovaskuler
Penurunan aliran darah intestinal terganggu
mukosa iskemia dan nekrosis
Manifestasi Klinis
Nyeri kolik abdomen
Nausea vomiting
Kembung
Tidak flatus dan susah BAB
Diare
Distensi abdomen
Peristaltik meningkat, metalic sound
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
awal obstruksi nilai laboratorium mungkin normal.
Keadaan obstruksi terus berlangsung nilai-nilai
laboratorium dapat menunjukkan tanda dehidrasi, WBC
meningkat tanda adanya kemungkinan strangulasi
Midgut akan
membentuk usus
halus, kolon
asenden, dan
kolon transversum
proksimal.
Hindgut akan
berkembang
menjadi kolon
transversus
distalis, kolon
desenden, rektum,
dan anus
Gambar Embriologi Kolon proksimal,
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Suplai saraf
kolorektal
Simpatis Parasimpatis
Kolon Kolon
T6 – T12 L1 – L3 asenden dan desenden
transversum dan rektum
Suplai saraf
kolorektum
N.
N. Ganglion
Preganglion
Simpatis
parasimpatis
Pleksus
pelvis
Fisiologi Kolon
Absorpsi
◦ Setengah proksimal kolon dapat mengabsorpsi garam,
air, dan vitamin (terutama vit. K) yang diproduksi oleh
bakteri.
Penahan
◦ Setengah distal kolon berfungsi sebagai penahan feses
sementara sampai di keluarkan
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Fisiologi Kolon
Motilitas
◦ Gerakan retropulsif (kolon asenden)
◦ Gerakan tonik (kolon desenden)
◦ Gerakan retropulsif-tonik (peristaltik)
Proteksi
◦ Mukus dan ion bikarbonat melindungi dari asam yang
diproduksi oleh bakteri. Ion bikarbonat dihasilkan oleh
“chloride shift”, yaitu pertukaran dengan natrium.
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Rektum
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Usia > 50
tahun (90%
kasus)
Kanker Faktor
Merokok herediter
kolorektal (20% kasus)
Faktor diet
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Gam
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Fotograf kolonoskopik
Gambaran histologis
Gambar sekuens
molekular
genetik pada
evolusi kanker
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Gam
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Lokasi Kanker
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Gam
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
T1 – Menginvasi Submukosa
T2 – Invasi tumor ke muskulrasi propria
T3 – Tumor menginvasi muskularis propria ke
subserosa atau adventisia
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium T4
(A&C)Invasi tumor ke organ lain atau struktur lain
(misalnya os coccygeus). (B&D) Perforasi peritoneum
viseral dan menempel pada usus lain yang berdekatan
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium N1
Dua gambaran stadium N1, yaitu
metastastasis kelenjar limfonodus
regional sebanyak 1-3 buah
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium N2
Dua gambaran stadium N2, yaitu
metastastasis kelenjar limfonodus
regional sebanyak >4 buah
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium N2
Dua gambaran stadium N2, yaitu
metastastasis kelenjar limfonodus
regional sebanyak >4 buah
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium M1
Metastasis jauh limfonodus non-
regional
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium 1 T1, T2 N0 M0
Stadium 2 T3, T4 N0 M0
Kolonoskopi
◦ Mampu menilai ukuran tumor, namun tidak dengan
kedalaman invasi tumor.
◦ Dapat juga sambil dilakukan biopsi dan kontrol
perdarahan
Radiologi
◦ Foto polos toraks dilakukan jika adanya kemungkinan
metastasis ke paru sekaligus menetukan status paru
dan jantung
◦ CT-scan hanya dilakukan jika ditemukan SGOT/SGPT
yang abnormal.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Diagnosis Penatalaksana
Temuan Lab.
Klinis Studies Diagnosis Banding an
Stadium 0
◦ Eksisi polip seluruhnya.
Stadium I
◦ Kolostomi segmental jika terdapat invasi
limfovaskular dan diferensiasi sel yang luas. Jika tidak,
cukup di eksisi.
Stadium I dan II
◦ Kebanyakan pasien pada karsinoma kolon stadium I dan
II dapat disembuhkan dengan reseksi, namun ada
beberap yang menggunakan terapi ajuvan.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Stadium III
◦ Terapi ajuvan dengan 5-FU dan levamisole.
Stadium IV
◦ Terapi paliatif
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Kemoterapi Ajuvan
Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 1–5 tiap 4
minggu. Total 6 minggu.
Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu untuk 6
minggu dengan 2 minggu waktu istirahat (tidak minum obat). Total 3 siklus.
Capecitabine: 2000 mg/m2 dalam dua dosis dua kali per hariselama 14 hari, 7
hari istirahat. Total 8 siklus.
IFL (Saltz Regimen, Triple Therapy): CPT-11 100–125 mg/m2 IV tiap 90 min, 5-FU 500 mg/m2, semua diberikan selama
4 minggu dan 2 minggu waktu istirahat.
FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari ke-1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, diikuti oleh
fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2 diberikan selama 14 hari.
XELIRI: Irinotecan 200–250 mg/m2 day 1; capecitabine 750–1000 mg/m2 PO dua kali perhari hari ke-1–14, tiap 21 hari.
XELOX: Oxaliplatin 100 mg/m2 hari ke- 1; capecitabine 750–1000 mg/m2 PO BID dua kali perhari hari ke-1–14, tiap 21
hari.