Anda di halaman 1dari 67

ILEUS OBSTRUKTIF

e.c Susp.Tumor Colorectal


LAPORAN KASUS

STASE BEDAH RSIJ PONDOK KOPI


PEMBIMBING
Dr. H. Saleh Setiawan,Sp.B
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tambun Bekasi
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tgl MRS : 28 Agustus 2014
KELUHAN UTAMA

Nyeri perut hilang-


timbul sejak 2 minggu
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny.E datang ke RS dengan keluhan nyeri perut hilang timbul
sejak 2 minggu SMRS, nyeri terutama dirasakan di daerah
ulu hati, nyeri perut disertai muntah-muntah, muntah
awalnya berisi makanan hingga berubah menjadi cairan
kuning lalu menjadi kehitaman, pasien muntah setiap kali
makan dan minum, nafsu makan menurun, Pasien mengaku
BAB nya terkadang mencret, terkadang keras berbentuk
kecil-kecil dan bahkan beberapa hari setelah muntah pasien
mengaku Sulit BAB dan kentut, BAB tidak berlendir dan
darah, Pasien merasakan perutnya semakin membesar dan
kembung, mual (+), Pasien tidak merasakan pusing (-), nyeri
perut (-), Penurunan BB (-), BAK Tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mengaku sejak 20 th lalu sering
mengeluh sakit mag
 Pasien belum pernah mengalami keluhan
seperti ini sebelumnya.
 Pasien tidak pernah menderita penyakit
keganasan sebelumnya.
 Hipertensi disangkal, Diabetes mellitus
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita
keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit keganasan di keluarga
(+) Ca.Servik pada kakak kandung
pasien, Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-).
Riwayat Pengobatan
 Sebelum dibawa ke RSIJ Pondok kopi
pasien dibawa ke RS.Bekasi dan dirawat
selama 2 hari namun tidak ada perubahan
 Pasien tidak pernah minum obat dalam
jangka waktu yang lama
 Pasien menyangkal sering konsumsi jamu-
jamuan dan obat-obatpenghilang rasa
nyeri
Riwayat Psikososial
Pasien mengaku makan tidak teratur,
merokok (-), pasien tinggal dilingkungan
sawah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis

Vital Sign
• TD 130/80 mmHg
• HR 88x/menit
• RR 24x/menit
• Suhu 36.8o C
Status Generalis
 KEPALA : normochepal

 MATA
Pupil bulat isokor, diameter 3mm/mm Refleks pupil +/+
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-

 THT : dalam batas normal


 LEHER : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
THORAX
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris,

Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal,


nyeri tekan (-), vokal fremitus sama simetris
dekstra sinistra.

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi
Paru : vesikular (+/+) normal,
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-)

Jantung : BJ I dan II murni regular


murmur (-), gallops (-)
ABDOMEN
 inspeksi : cembung (+), distensi, scar luka operasi (-)
 Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
 palpasi : (-) perut distensi tegang untuk dipalpasi
 Perkusi : hipertimpani seluruh kuadran abdomen

Tes Asites : -

EKSTREMITAS
akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
Status Lokalis
abdomen tampak abdomen distensi, bising
usus (+) meningkat, metalic sound (+),
hipertimpani seluruh kuadran abdomen

RECTALTOUCHE
Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps,
permukaan mukosa licin tidak berbenjol-benjol
(nodul), massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-),
feses (-).
RESUME
Wanita 41 tahun, Nyeri perut hilang timbul sejak 2
minggu SMRS, muntah berwarna kehitaman, tidak
bisa BAB dan kentut, terkadang BAB cair, bentuk
kecil-kecil, tidak berlendir dan darah, mual (+). Dari
pemeriksaan TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, RR
24x/menit, Suhu 36.8oC. Perut cembung, Distensi
abdomen (+), bising usus (+) meningkat, metalic
sound (+), hipertimpani seluruh kuadran abdomen.
Rectal touche didapatkan Tonus sfingter ani baik,
rektum tidak colaps, permukaan mukosa kasar
berbenjol-benjol, massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir
(-), feses (-).
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (23 Agustus 2014)
Foto abdomen 3 posisi
ANALISA KASUS
Dasar diagnosis ileus obstruktif e.c susp. tumor colorectal
pada kasus ini adalah
 tidak bisa BAB dan kentut
 Nyeri perut hilang-timbul
 BAB cair,
 Distensi abdomen (+)
 Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
 Hipertimpani seluruh kuadran abdomen
 RT : Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps,
permukaan mukosa licin tidak berbenjol-benjol (nodul),
massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-), feses (-).
continue...
Dx : Ileus Obstruktif e.c Susp. tumor
colorectal
Pemeriksaan penunjang : Kolonoskopi, CT
Scan abdomen dengan kontras

Penatalaksanaan
 Infus Kristaloid
 Pasang NGT
 Puasa
 Pemberian antibiotik&anti nyeri
 Intervensi operative
CT Scan Abdomen dengan kontras
CT Scan Abdomen Tanpa kontras
TINJAUAN PUSTAKA

ILEUS
OBSTRUKTIF
e.c Susp.Tumor
Colorectal
Klasifikasi
 Intraluminal (benda asing, batu empedu,
atau mekonium)
 Intramural (tumor, penyempitan, Crohn's
disease, inflamasi disease)
 Ekstrinsik (adhesi, hernia, atau
carcinomatosis)
Patogenesis
Peningkatan aktivitas Motilitas ↓
Obstruksi
intestinal –Motilitas

akumulasi gas dan cairan


intraluminal
Distensi
peningkatan tekanan intestinal
intraluminal dan
intramural

Perfusi mikrovaskuler
Penurunan aliran darah intestinal terganggu
mukosa iskemia dan nekrosis
Manifestasi Klinis
Nyeri kolik abdomen
Nausea vomiting
Kembung
Tidak flatus dan susah BAB
Diare

Distensi abdomen
Peristaltik meningkat, metalic sound
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
awal obstruksi nilai laboratorium mungkin normal.
Keadaan obstruksi terus berlangsung nilai-nilai
laboratorium dapat menunjukkan tanda dehidrasi, WBC
meningkat tanda adanya kemungkinan strangulasi

 Foto abdomen 3 posisi


air-fluids level, hearing bone, step ledder

 CT scan Abdomen dengan kontras


Komplikasi
 Dehidrasi
 Perforasi dan iskemia intestinal
 Peritonitis dan septikemia
Tumor colorektal
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Midgut akan
membentuk usus
halus, kolon
asenden, dan
kolon transversum
proksimal.
 Hindgut akan
berkembang
menjadi kolon
transversus
distalis, kolon
desenden, rektum,
dan anus
Gambar Embriologi Kolon proksimal,
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Usus besar (kolon


& rektum) berjalan
sepanjang katup
ileosekal sampai
ke anus.
 Secara anatomis,
dibagi menjadi
kolon asendens,
kolon
transversum,
kolon desendens,
kolon sigmoid, dan
rektum.
Anatomi Kolon
Gambar Diameter Kolo
Tiga Cabang Aorta: Aorta asenden, arkus aorta, dan aorta desenden, (Aorta Thoracicus dan Aorta Abdominis)
Suplai Arteri Kolon
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Suplai saraf
kolorektal

Simpatis Parasimpatis

Kolon Kolon
T6 – T12 L1 – L3 asenden dan desenden
transversum dan rektum

N. Vagus Nn. Erigentes


dextra (S2 –S4)
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Suplai saraf
kolorektum

N.
N. Ganglion
Preganglion
Simpatis
parasimpatis

Pleksus
pelvis

Mengellilingi dan menginervasi prostat, uretra, vesika


semilunaris, vesika urinaria, dan otot dasar panggul
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Fisiologi Kolon
 Absorpsi
◦ Setengah proksimal kolon dapat mengabsorpsi garam,
air, dan vitamin (terutama vit. K) yang diproduksi oleh
bakteri.
 Penahan
◦ Setengah distal kolon berfungsi sebagai penahan feses
sementara sampai di keluarkan
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Fisiologi Kolon
 Motilitas
◦ Gerakan retropulsif (kolon asenden)
◦ Gerakan tonik (kolon desenden)
◦ Gerakan retropulsif-tonik (peristaltik)
 Proteksi
◦ Mukus dan ion bikarbonat melindungi dari asam yang
diproduksi oleh bakteri. Ion bikarbonat dihasilkan oleh
“chloride shift”, yaitu pertukaran dengan natrium.
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Rektum
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Adenokarsinoma kolorektal merupakan keganasan


yang paling umum ditemukan pada traktus GI.
 Lebih dari 150.000 kasus baru di Amerika dan
lebih dari 52.000 pasien meninggal tiap
tahunnya, hal ini membuat kanker kolorektal
menjadi pembunuh kedua pada penyakit kanker di
Amerika. (American Cancer Society, 2009).
 Insidensinya terbagi rata antara pria dan wanita dan
tetap berada pada angka yang konstan selama 20
tahun terakhir.
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Usia > 50
tahun (90%
kasus)

Kanker Faktor
Merokok herediter
kolorektal (20% kasus)

Faktor diet
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Gam
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Fotograf kolonoskopik

Gambaran histologis

Gambar sekuens
molekular
genetik pada
evolusi kanker
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Gam
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Lokasi Kanker
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Gam
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Gen Kromosom Kelas Gen Fungsi Keterangan


Adenomatous 5q Tumor Adhesi dan komunikasi Mutasi pada FAP, Gardner’s
Polyposis Coli suppressor interseluler dan Turcot’s syndrome.
(APC)
Deleted in 18q Onkogen Interaksi dan adhesi sel Pertumbuhan tumor, invasi,
Colorectal dan metastasis
Carcinoma (DCC)
P53 17p Tumor Transkripsi faktor untuk gen >50% kanker kolon
suppressor yang mencegah pertumbuhan mempunyai mutasi p53
tumor
K-ras 12p Onkogen Transduksi signal 50% kanker kolon
mempunyai aktivitas K-ras

hMSH2, hMLH1, 2p Mismatch Memperbaiki kesalahan HNPCC


hPMS1, hPMS2 repair replikasi DNA
Gen-gen yang terlibat dalam kanker kolorektal
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Perdarahan saat BAB, feses dapat berwana hitam,


merah marun, ungu hitam, atau merah segar
tergantung pada lokasi keganasan.
 Konstipasi atau diare atau obstruksi,
tergantung pada letak keganasan.
 Nyeri abdomen
 Gejala lain yang tidak umum: kelelahan, penurunan
berat badan, demam, massa pada abdomen,
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Pada pemeriksaan fisik, mungkin ditemukan perkusi


yang timpani-hipertimpani, asites, dan distensi
abdomen.
 Pada pemeriksaan colok dubur :
Untuk mengetahui apakah ada massa dalam rectum.
Adanya feces harus diperhatikan, apakah ada darah
samar, sebab adanya darah dalam feces kemungkinan
adanya lesi dari mukosa atau adanya intussusepsi.
 Jika ada obstruksi, maka patut dicurigai adanya
keganasan kolon.
 Perforasi juga dapat ditemukan pada pasien dengan
kanker kolon.
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

T1 – Menginvasi Submukosa
T2 – Invasi tumor ke muskulrasi propria
T3 – Tumor menginvasi muskularis propria ke
subserosa atau adventisia
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Stadium T4
(A&C)Invasi tumor ke organ lain atau struktur lain
(misalnya os coccygeus). (B&D) Perforasi peritoneum
viseral dan menempel pada usus lain yang berdekatan
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Stadium N1
Dua gambaran stadium N1, yaitu
metastastasis kelenjar limfonodus
regional sebanyak 1-3 buah
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Stadium N2
Dua gambaran stadium N2, yaitu
metastastasis kelenjar limfonodus
regional sebanyak >4 buah
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Stadium N2
Dua gambaran stadium N2, yaitu
metastastasis kelenjar limfonodus
regional sebanyak >4 buah
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Stadium M1
Metastasis jauh limfonodus non-
regional
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Stadium Kedalaman Status Limfonodus Metastasis Jauh

Stadium 1 T1, T2 N0 M0

Stadium 2 T3, T4 N0 M0

Stadium 3 Seluruh T Setiap N (Kecuali N0) M0

Stadium 4 Seluruh T Setiap N M1

Stadium karsinoma kolorektal menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)


Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Hitung darah lengkap/Complete Blood


Count (CBC) dapat menunjukkan adanya
anemia.
 Tes fungsi hepar dapat menunjukkan hasil yang
abnormal jika sudah terjadi metastasis ke hepar.
 Jika terjadi metastasis ke hepar maka kadar CEA
juga akan ikut meningkat (normal: < 5 ng/mL),
namun jika tidak ada metastasis, kadar CEA juga
akan ikut meningkat.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Kolonoskopi
◦ Mampu menilai ukuran tumor, namun tidak dengan
kedalaman invasi tumor.
◦ Dapat juga sambil dilakukan biopsi dan kontrol
perdarahan
 Radiologi
◦ Foto polos toraks dilakukan jika adanya kemungkinan
metastasis ke paru sekaligus menetukan status paru
dan jantung
◦ CT-scan hanya dilakukan jika ditemukan SGOT/SGPT
yang abnormal.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Diagnosis Penatalaksana
Temuan Lab.
Klinis Studies Diagnosis Banding an

 Tujuan penatalaksanaan karsinoma kolon adalah


untuk mengangkat tumor primer beserta dengan
suplai limfovaskularnya. Karena pembuluh limfe
pada kolon bersamaan dengan suplai arteri,
panjang kolon yang direseksi bergantung pada
pembuluh darah yang terlibat dalam menyuplai sel
kanker
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Diagnosis Penatalaksana
Temuan Lab.
Klinis Studies Diagnosis Banding an

 Stadium 0
◦ Eksisi polip seluruhnya.
 Stadium I
◦ Kolostomi segmental jika terdapat invasi
limfovaskular dan diferensiasi sel yang luas. Jika tidak,
cukup di eksisi.
 Stadium I dan II
◦ Kebanyakan pasien pada karsinoma kolon stadium I dan
II dapat disembuhkan dengan reseksi, namun ada
beberap yang menggunakan terapi ajuvan.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Stadium III
◦ Terapi ajuvan dengan 5-FU dan levamisole.
 Stadium IV
◦ Terapi paliatif
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Kemoterapi Ajuvan
 Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 1–5 tiap 4
minggu. Total 6 minggu.

 Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu untuk 6
minggu dengan 2 minggu waktu istirahat (tidak minum obat). Total 3 siklus.

 Capecitabine: 2000 mg/m2 dalam dua dosis dua kali per hariselama 14 hari, 7
hari istirahat. Total 8 siklus.

 FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari 1; leucovorin 200 mg/m2 IV;


fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, diikuti oleh fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22
jam selama hari ke-1 dan 2, diberika tiap 14 hari. Total 12 siklus.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Terapi untuk Metastasis


 Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 1–5 tiap 4 minggu.
 Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu selama 6 minggu dengan 2 minggu waktu istirahat.

 IFL (Saltz Regimen, Triple Therapy): CPT-11 100–125 mg/m2 IV tiap 90 min, 5-FU 500 mg/m2, semua diberikan selama
4 minggu dan 2 minggu waktu istirahat.

 FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari ke-1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, diikuti oleh
fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2 diberikan selama 14 hari.

 XELIRI: Irinotecan 200–250 mg/m2 day 1; capecitabine 750–1000 mg/m2 PO dua kali perhari hari ke-1–14, tiap 21 hari.

 XELOX: Oxaliplatin 100 mg/m2 hari ke- 1; capecitabine 750–1000 mg/m2 PO BID dua kali perhari hari ke-1–14, tiap 21
hari.

 Bevacizumab: (Avastin) 5 mg/kg IV tiap 14 hari diselingi dengan 5-FU-based chemotherapy.


 Cetuximab: (Erbitux) 400 mg/m2 loading dose mencapai 120 menit (minggu ke-1); 250 mg/m2 selama 60 menit per
minggu dosis maintenance, dengan irinotecan atau sebagai single agent pada pasien yang tintoleransi irinotecan.
Anatomi, Posisi,
Fisiologi
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi Kolon
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Reseksi kanker kolorektal


(lingkaran merah)
berdasarkan letak tumor
primer, suplai darah, dan
drainase limfa.
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

 Follow up Setelah Reseksi


◦ Dalam 2 tahun pertama, cek tiap 3-4 bulan.
◦ Dua tahun berikutnya, cek tiap 6 bulan
◦ Yang dinilai adalah fungsi usus dan seksual
◦ Cek endoskopi kembali 1 tahun setelah reseksi dan 3 tahun
setelahnya.
◦ Kadar CEA juga dicek tiap 3-6 bulan dan CT-scan abdomen atau pelvis
tiap 6-12 bulan
Anatomi, Posisi,
Embriologi Vaskular, dan Fisiologi Insidensi Faktor Risiko Patogenesis
Inervasi
Manifestasi Imaging Pendekatan Penatalaksana
Temuan Lab. Prognosis
Klinis Studies Diagnosis an

Tabel stadium karsinoma kolorektal dan angka


keselamatan selama 5 tahun
Screening
Tipe Pasien Tes Screening
Populasi umum FOBT rutin dan sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun
atau konoskopi tiap 10 tahun mulai umur 50
tahun
Pasien dengan hubungan satu keluarga jauh FOBT rutin dan sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun
yang mempunyai riwayat KKR atau polip ATAU atau konoskopi tiap 10 tahun mulai umur 50
pasien yang mempunyai hubungan keluarga tahun
inti dengan riwayat KKR
Pasien dengan risiko moderat KKR Polipelktomi; ulangi kolonoskopi tiap 3 tahun;
jika normal, ulangi tiap 5 tahun
Pasien dengan dua orang keluarga inti yang Kolonoskopi tiap 3-5 tahun dan mulai
mempunyai riwayat KKR ATAU pasien dengan 1 screening umur 40 tahun atau 10 tahun lebih
keluarga inti yang mempunyai riwayat KKR muda dari keluarga saat terdiagnosis KKR
yang terdiagnosis pada umur < 51 tahun
Daftar Pustaka
1. Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Metthews JB, Pollock RE: Schwartz’s
Principles of Surgery, 9th Edition).
2. Townsend: Sabiston Textbook of Surgery, 17th ed.,
Copyright © 2004 Elsevier.
3. Norton, JA, et al: Surgery. Basic Science and Clinical
Evidence. 2000. Springer.
4. MD Anderson Manual of Medical Oncology. 2007.
McGraw-Hill Company.
5. University of California San Francisco. Rectal Cancer
Diagnosis: Conditions and Treatments. UCSF Medical
Centre.
http://www.ucsfhealth.org/conditions/rectal_cancer/d
iagnosis.html

Anda mungkin juga menyukai