Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA

LAPORAN KASUS

Inverted Papilloma

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:
dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi. Med

Disusun Oleh:
Grace Fidia
1620221200

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

TAHUN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Inverted Papilloma

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen THT
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Grace Fidia
1620221200

Telah Disetujui Oleh Pembimbing:

dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi. Med

Tanggal: 27 Juli 2017


BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TG
Umur : 55 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngablak 3 / 4 Pojok Sari, Ambarawa
Agama : Katholik
No. RM : 115662
Tanggal Periksa : 19 Juli 2017

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 19 Juli 2017 jam 10.00 WIB secara
aloanamnesa di poli THT-KL RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama
Hidung terasa tersumbat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang untuk kontrol dengan keluhan hidung terasa
tersumbat tetapi hanya 1 sisi saja
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya, kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien datang ke poli
THT karena merasa hidungnya tersubat satu sisi dan tedapat benjolan di
lubang hidung sebelah kiri. Rasa tersumbat ini dirasakan makin lama
makin mengganggu aktifitas karena benjolan dalam hidungnya makin
lama makin membesar. Tidak ada mimisan maupun hiposmia yang ia
rasakan, namun terasa hidungnya tersumbat saja.
Setelah di periksa di poli THT, dokter mencurigakan adanya kearah
keganasan, maka dari itu pasien dirujuk ke RSUP Dr. Kariaidi. Setelah
melakukan terapi di RSUP Dr. Kariadi, paisen merasa hidung
tersumbatnya sudah teratasi walaupun kadang masih merasa tersumbat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama, di
keluarga pasien juga tidak memiliki riwayat alergi.
5. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien tidak merokok, jarang berolahraga, dan pola makan baik.
Pasien merupakan seorang PNS. Ibu TG mengaku bahwa ia tinggal
sangat dekat dengan kandang ayam (kurang lebih 5 meter didepan pintu
rumahnya). Biaya pengobatan pasien menggunakan BPJS.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 19 Juli 2017 pukul 10.00
WIB di klinik THT-KL RSUD Ambarawa.
1. Keadaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Vital Sign
a. TD : 200/120 mmHg
b. Nadi : 85 kali/menit
c. RR : 23 kali/menit
d. Suhu : 36,6oC
f. SpO2 : 96 %
g. BMI : over weight
3. Status Generalis
a. Kulit : Dalam batas normal
b.THT KL :
Kepala : Normocephal, tidak ada tanda trauma
kepala (-)
Wajah : Simetris, (-) allergic shinner, salute, crease,
massa (-)
Mata : gerak bola mata bebas ke segala arah ODS,
konfergensi ODS baik, ptosis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), massa (-)
Gigi dan Mulut : Gigi lengkap, tidak ada gigi yang bolong, (-
) caries gigi, mukosa mulut tampak dalam batas normal
Lidah : Normal, kotor (-), tremor (-), stomatitis (-)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal, faring dalam
batas normal
c. Jantung : Dalam batas normal
d. Paru :Dalam batas normal, gerak simetris, retraksi
(-), ronkhi, wheezeing, stridor (-)
e. Abdomen : Dalam batas normal, defans muskular (-),
perabaan supel, nyeri tekan (-), bising usus
(+)
h. Ekstremitas : Dalam batas normal

4. Status Lokalis
a. Telinga
Telinga luar
Telinga AD AS
- Bentuk daun Normal Normal
telinga Deformitas (-) Deformitas (-)
- Nyeri penarikan (-) (-)
daun telinga
- Tragus pain Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
- Mastoid Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)

Canalis Akustikus Eksterna


Canalis Acustikus AD AS
Eksternus
Mukosa Baik Baik
Discharge (-) (-)
Serumen (-) (-)
Granulasi (-) (-)
Furunkel (-) (-)
Jamur (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
Kolesteatom (-) (-)

Membran Timpani
Membran Timpani AD AS
Intak (+) (+)
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Reflek cahaya (+) (+)
Perforasi (-) (-)
Bulging (-) (-)

b. Hidung dan Sinus Paranasal


Hidung Luar
Bentuk Tidak ada kelainan
Massa (-)
Deformitas (-)
Radang (-)

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Sinus Frontal Sinus Maxilla
Nyeri Tekan (-) (-) sinistra
Nyeri Ketok (-) (-) sinistra

Rinoskopi Anterior
Cavum Nasi Dextra Sinistra
Konka nasi inferior Hiperemis(-) Hiperemsi (-)
Hipertrofi (-)
Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Secret (-) (-)
Massa (-) (-)
c. Gigi dan Mulut
Pemeriksaan Keterangan
Penampakan luar Trismus (-)
Mulut/bibir Tanda radang (-), massa (-), sianosis (-),
simetris
Mukosa Warna sama dengan sekitar, massa (-),
stomatitis (-)
Gigi geligi Caries (-), bolong (-)
Lidah Simetris, stomatitis (-)
Palatum Hiperemis (-), massa (-)

d. Tenggorok
1. Tonsil
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Permukaan Rata Rata
Kripte (-) (-)
Detritus (-) (-)
2. Uvula : Simetris
3. Arcus faring : Hiperemis (-), granulasi (-)
4. Nasofaring : Pemeriksaan Rinoskopi Posterior tidak dilakukan.
5. Laring : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15 Desember 2016
Nasoskopi Dextra Sinistra
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Konka Inferior Hipertrofi (+) Sulit dinilai
Konka Media Hipertrofi (-), KOM Sulit dinilai
terbuka
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Masa (-) (+), permukaan
Lain-lain tidak rata, tidak
rapuh, tidak mudah
berdarah

Kesan
Massa cavum nasi kiri dd inverted papilloma

13 Januari 2017
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makoskropik
Potong-potong jaringan 100cc, ukuran
terkecil 0,5 cm, ukuran terbedar 4x3x1 cm,
warna putih, keabuan, kenyal
Mikroskopik
Potongan jaringan dilapisi epitel squamos kompleks sebagian epitel kolumnar
pseudostratified, tumbuh hiperplastik dan papilomatous ke dalam stroma
subepitel, diantaranya terdapat sel-sel koilosit dengan inti atipik, stroma jaringan
ikat fibromyxomatous sebagian fibrokolagen sembab hiperemis berserbukan sel
radang leukosit PMN, histiosit. Tak tampak tanda keganasan
Kesimpulan
Inverted papilloma disertai displasia ringan sampai sedang

26 Februari2017
Gambar
Nasoskopi Dextra Sinistra
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Konka Inferior Hipertrofi (-) Sulit dinilai
Konka Media Hipertrofi (-), KOM Sulit dinilai
terbuka
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Masa (-) (+), permukaan
Lain-lain tidak rata, tidak
rapuh, tidak mudah
berdarah

Kesan
Inverted papilloma pasca maxilektomi 2 tahun
yang lalu

26 Mei 2017

Nasoskopi Dextra Sinistra


Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret Mukopurulen Mukopurulen
Konka Inferior Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Konka Media Hipertrofi (-), KOM Hipertrofi (-)
terbuka
Septum Deviasi (-) Deviasi (+)
Masa (-) (-)
Lain-lain (-) Krusta (-), massa(-)

Kesan : Sudah tidak tampak massa pada rongga sinonasal


D. RESUME
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat satu sisi dan
terdapat benjolan yang semakin lama semakin membesar Sebelumnya, kurang
lebih 2 tahun yang lalu, pasien datang ke poli THT karena merasa hidungnya
tersubat satu sisi dan tedapat benjolan di lubang hidung sebelah kiri. Rasa
tersumbat ini dirasakan makin lama makin mengganggu aktifitas karena
benjolan dalam hidungnya makin lama makin membesar. Tidak ada mimisan
maupun hiposmia yang ia rasakan, namun terasa hidungnya tersumbat saja.
Setelah di periksa di poli THT, dokter mencurigakan adanya kearah
keganasan, maka dari itu pasien dirujuk ke RSUP Dr. Kariaidi. Setelah
melakukan terapi di RSUP Dr. Kariadi, paisen merasa hidung tersumbatnya
sudah teratasi walaupun kadang masih merasa tersumbat.Keluarga pasien
tidak ada yang pernah mengalami keluhan yang sama. Pada pemeriksaan
didapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran compos mentis, tanda
vital:
a. TD : 200/120 mmHg
b. Nadi : 85 kali/menit
c. RR : 23 kali/menit
d. Suhu : 36,6oC
f. SpO2 : 96 %
g. BMI : over weight
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan massa
E. DIAGNOSIS KLINIS
Inverted Papilloma
F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi :
Pembedahan
2. Edukasi :
a. Cuci hidung 5-6x sehari
b. Apabila ada keluhan, segera periksakan ke doter
G. PROGNOSIS
Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Hidung dan Sinus Paranasal
Kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan
oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Tiap
kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan
superior.

Dinding medial dibentuk oleh septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh
tulang dan tulang rawan. Dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan
dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi juga dengan
mukosa nasal.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka
suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter.
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga didalam tulang. Ada empat sinus paranasal, mulai dari
yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sphenoid
kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Perdarahan
Hidung mendapat suplai darah dari a. Etmoid anterior dan superior, a. Labia
superior, a.palatina mayor, dan a. Sfenopalatina yang semuanya pada bagian
depan septum memiliki anastomosis yang dinamakan pleksus Kiesselbach.
Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernafasan (mukosa respiratori) dan mukosa penghidu
(mukosa olfaktorius). Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga
hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo
stratified columnar epithalium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat
sel-sel goblet.
Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan
kadang-kadang terjadi metaplasia, menjadi sel epitel skuamosa. Dalam keadaan
normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh
palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan
oleh kelenjar mukosa dan sel-sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang
penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan
didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk
membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang
masuk ke dalam rongga hidung.
Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul
dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat.Gangguan gerakan silia dapat
disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan
obat-obatan. Di bawah epitel terdapat tunika propria yang banyak mengandung
pembuluh darah, kelenjar
mukosa dan jaringan limfoid.
Fungsi Hidung
1. Fungsi respirasi
Untuk mengatur kondisi udara, humidikasi, penyeimbang dalam pertukaran
tekanan dan mekanisme imunologik local.
2. Fungsi penghidu
Terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung
stimulus penghidu.
3. Fungsi fonetik
Yang berguna untuk resonanasi suara, membantu proses bicara dan
mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
4. Fungsi static dan mekanik
Untuk meringankan beban kepala.
5. Reflex nasal.

B. Inverted Papilloma
a. Definisi
Inverted papilloma adalah tumor jinak primer dari hidung dan sinus
paranasal yang jarang terjadi. Papilloma inverted merupakan tumor jinak
yang berasal dari pseudostratified ciliated columnar epithelium regio
sinonasal, umumnya dinding lateral rongga hidung kebanyakan pada meatus
media, jarang dari septum nasi ataupun sinus paranasal.
b. Epidemiologi
Inverted papilloma merupakan tumor ini masih jarang ditemukan,
sekitar 0,5%-4% dari seluruh tumor hidung primer. Angka kejadiaannya
sekitar 0.74-1.5 kasus per 100.000 per tahun. Pada laki-laki cenderung lebih
banyak dari perempuan dengan perbandingan 4 : 1. Orang berkulit putih
adalah yang paling berisiko, dibandingkan dengan orang-orang dari ras lain.
Inverted papiloma umumnya mengenai usia 50-70 tahun, ,meskipun rentang
usia untuk kejadian adalah 6-90 tahun, inverted papilloma jarang terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda
c. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti papiloma inverted belum diketahui. Beberapa teori telah
diajukan, meliputi alergi, inflamasi kronik dan karsinogen berhubungan
dengan pajanan serta infeksi virus papiloma.
Alergi merupakan penyebab yang sudah agak ditinggalkan, dikarenakan
pasien-pasien penderita papiloma inverted mempunyai riwayat alergi yang
negatif, selain itu papiloma sinonasal biasanya unilateral. Sinusitis paranasal
sering ditemukan pada penderita papiloma inverted dan ini disebabkan oleh
obstruksi tumor dibanding dengan menyebabkan terbentuknya tumor.
Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan polusi udara dan limbah
industri yang bersifat karsinogenik telah dipertimbangkan sebagai
kemungkinan penyebab timbulnya papiloma inverted.
Beberapa virus telah lama dicurigai sebagai penyebab lesi-lesi
neoplastik ini, dikarenakan virus-virus tersebut telah diketahui mempunyai
kecenderungan membentuk papiloma-papiloma di berbagai organ tubuh.
Virus Human Papiloma (HPV) merupakan epiteliotropik virus yang
berimplikasi pada kehamilan dan lesi malignansi pada traktus anogenital.
HPV 11, HPV 6, HPV 16, dan HPV 18 telah dapat diidentifikasi pada
papiloma inverted. Beberapa penelitian dengan menggunakan teknik hibridasi
dan reaksi rantai polimerase memperlihatkan bahwa HPV 11 dan HPV 6
berhubungan dengan banyak kasus papiloma tipe fusiform tetapi sangat
jarang pada tipe silindrikal dan inverted
d. Klasifikasi
Secara anatomi, inverted papilloma dapat dibagi menjadi dua yaitu
papiloma dinding lateral dan papilloma septal. Kedua jenis papilloma ini
menunjukkan pola yang berbeda. Papilloma septal hanya berada di septum
nasi dan jarang melibatkan kavum nasalis. Bentuk keganasan jarang dijumpai
pada papilloma septal. Pada papilloma dinding lateral sering mengenai
beberapa tempat seperti dasar dari kavum nasi, sinus para nasalis dan duktus
nasolakrimalis. Bentuk keganasan sering dijumpai pada jenis ini.
Secara histologi, papilloma dapat dibagi menjadi tiga yaitu (1) bentuk
papillary atau bentuk fungiform, tipe ini menunjukkan proliferasi epitel
dengan jaringan ikat sebagai intinya, inversi dari epitel tidak terlihat pada
jenis ini, (2) inverted papilloma (klasik) pada tipe ini pertumbuhan epitel
dominan berada di bawah stroma, (3) papiloma sel kolumnar, merupakan
varian dari papiloma yang ada di kavum nasi, sel pada tipe ini adalah sel
kolumnar dan pada tipe ini angka rekurensi dan keganasannya lebih tinggi
dari tipe lain.
e. Gejala Klinis
Gejala yang paling sering adalah sumbatan hidung unilateral (64-78%),
diikuti oleh sakit kepala, epistaksis, nyeri wajah, bengkak periorbita, rinore
purulent, sinusitis kronik, alergi, hiposmia, gangguan penglihatan dan
meningitis. Beberapa pasien dapat tanpa gejala. Gejala-gejala ini menyulitkan
para klinisi untuk membedakannya dengan proses inflamasi.
Papiloma sering terjadi unilateral. Terdapat 3 sifat karakteristik klinis dari
tumor tersebut yaitu : 1) cenderung timbul kembali. 2) Tumor mempunyai
kapasitas destruksi pada jaringan dan struktur sekitarnya. 3). Tumor
mempunyai kecenderungan menjadi ganas
f. Staging
Meskipun sistem staging dapat membantu dalam perencanaan bedah,
tetapi belum dapat memprediksi klinis dari pasien

Tabel 2.1 Klasifikasi Pembagian Stage untuk Papilloma


Inverte

Sistem Krouse
T1 Terbatas pada rongga hidung
T2 Ostiomeatal ke sinus ethmoid atau
maksilaris medial (dengan atau tanpa
keteribatan rongga hidung)
T3 Setiap dinding sinus maksilaris medial,
sinus frontalis ataupun sphenoidalis
dengan atau tanpa kriteria T2
T4 Setiap daerah extra sinus ataupun
keganasan
Sistem Han
Grup I Terbatas pada rongga hidung, dinding
lateral hidung, sinus maksilaris medial,
sinus etmoidalis dan sinus sphenoid
Grup II Sepanjang dinding maksilaris lateral
sampai medial dengan atau tanpa
kriteria grup I
Grup III Sampai ke sinus frontalis
Grup IV Sudah keluar dari semua sinus

Sistem Cannady
Grup A Papilloma inverted terbatas pada rongga
hidung, sinus etmodalis ataupun dinding
maksilaris medial
Grup B Sudah mengenai semua dinding
maksilaris (selain dinding medial)
Grup C Sudah mengenai semua sinus paranasal

g. Diagnosis

Diagnosis dari Inverted Papilloma dapat ditegakkan dari :


Anamnesa
Keluhan utama penderita umumnya berupa hidung tersumbat unilateral . gejala
lain berupa epistaksis, anosmia , rasa penuh di hidung , bersin bersin , proptosis
dan lakrimasi yang berlebihan . gejala berupa hidung tersumbat yang bersifat
unilateral yang terjadi dalam jangka waktu tertentu . penderita mempunyai riwayat
nyeri kepala , rhinorea , sinusitis atau epistaksis.
Pemeriksaan Fisik
Saat memeriksa pasien . pertama tama perhatikan wajah pasien apakah ada
asimetri aatau distorsi . jika ada proptosis , perhatikan arah pendorongan bola
mata . jiak mata terdorong ke atas berato tumor yang berasal dari sinus maksila ,
jika ke bawah dan lateral berarti tumor berasal dari sinus frontal atau etmoid .
Pada pemeriksaan klinis didapatkan massa tumor mirip dengan polip hidung ,
tetapi biasanya unilateral , umumnya terdapat pada dinding lateral kavum nasi ,
namun tidak jarang juga ditemukan pada veestibulum , septum nasi , dasar
nasofaring , sinus frontal dan spenoidal dan saccus lakrimal . tetapi biasanya
unilateral , dijumpai massa polipoid unilateral yang mengisi kavum nasi yang
menyebabkan hidung tersumbat . Inverted Papilloma berbentuk irregular ,
biasanya berdarah jika disentuh , berwarna keabuan , mengisi penuh kavum nasi ,
berlanjut dari vestibulum ke nasofaring . septum nasi biasanya terdoron
kontralateral. Selanjutnya periksa dengan seksama kavum nasi dan nasofaring
melalui rinoskopi anterior dan posterior . deskripsi massa sebaik mungkin ,
apakah permukaannya licin , merupakan pertanda tumor jinak atau permukaan
berbenjo benjol , rapuh dan mudah berdarah merupakan pertanda tumor ganas .
jika dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus
maksila . untuk memeriksa rongga oral , di samping inspeksi lakukanlah palpasi
dengan menggunakan sarung tangan . palpasi gusi , rahang atas dan palatum .
apakah asa penonjolan , nyeri tekan , atau gigi goyah.Pemeriksaan nasoendoskopi
dan sinoskopi dapat membantu menemukan tumor .adanya pembesaran kelenjar
leher juga perlu dicari meskipun tumor ini jarang bermetastasis ke kelenjar leher .
pada pemeriksaan endoskopi biasanya berasal dari medial maxilla namun
terkadang ditemukan pada septum , vestibulum atau dari sinus frontalis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ENDOSKOPI
Pada pemeriksaan dengan endoskopi biasanya didapatkan gambaran sel
hiperkrom, sel heterogen dan sel bervakuola sedangkan pada kanker sel
skuamosa terlihat gambaran sel heterogen, sel hiperkrom, anisokaryosis,
pleomorfik nuklear, mitosis, keratosis dan gambaran pembuluh atipikal atau
corkscrew vessel.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan massa unilateral di hidung yang harusnya
dilakukan biopsi hidung pada semua pasien dewasa yang dievaluasi dengan
keluhan sumbatan di hidung, epistaksis yang berulang, dan bila ada remodelling
tulang.

BIOPSI
Merupakan pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti dari
Papilloma inverted dan dilakukan dengan mengambil jaringan dari hidung yang
terkena.

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Papilloma inverted terdiri dari eksisi tumor
total. Pendekatan paling sering adalah rhinotomi lateral atau pendekatan
degloving midfacial, sampai maksilektomi medial untuk menghilangkan
tumor secara keseluruhan. Osteoplastik sinus frontalis kadang-kadang
diperlukan untuk penyakit yang sudah menyebar ke sinus frontalis. Untuk
memastikan reseksi yang lebih lengkap, mikroskopik dapat digunakan untuk
melihat visualisasi dari mukosa. Baru-baru ini, dengan kemajuan teknologi
endoskopi sinus, reseksi endoskopi tumor telah dianjurkan sebagai pilihan
pengobatan. Prosedur berdasarkan reseksi transnasal sampai ke endoscopic
modified Lothrop dan harus dilakukan oleh ahli berdah yang berpengalaman.
Keuntungan dari pendekatan endoskopi yaitu meningkatkan visualisasi dari
mukosa yang sakit serta memerlukan reseksi. Tumor yang paling cocok
untuk dilakukan endoscopic resection adalah untuk neoplasma yang terbatas
pada meatus inferior atau meatus media atau turbinate tengah.

Sebuah gambaran penting dalam penatalaksanaan pasien dengan


neoplasma adalah bahwa semua spesimen yang dipotong harus diperiksa
dengan cermat untuk menyingkirkannya dari diagnosis bandingnya

i. Prognosis
Angka kekambuhan dari operasi terbuka maupun secara pendekatan
endoskopi adalah 8-10% hingga 49-75% berdasarkan berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA

1. Salim, Agus. Imunoekspresi p63 Pada Inverted Papilloma Dan Karsinoma


Sel Skuamosa Sinonasal Available at
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33509 [accessed on
September, 10]

2. Thapa, Narmaya. 2010. Diagnosis and Treatment of Sionasal Inverted


Papilloma. Nepalese Journal of ENT Head and Neck Surgery; Volume 1,
No.1 (Jan-June 2010).

3. Soepardi E.A, Iskandar N., Bashiruddin J., dan Rastuti R.D. Buku ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. FK UI,
2007: 118, 119, 145

4. Netter F.H. Atlas of Human Anatomy. Available from: http://www.


Netterimages.com/image/4413.htm.

5. Woodruf W.W. dan Vrabec D.P. Inverted Papilloma of The Nasal Vault
and Paranasal Sinuses: Spectrumof CT Finding. American Journal of
Roentgenology February 1994: 419

6. Sadeghi, Nader. Sinonasal Papillomas. Available at


http://emedicine.medscape.com/article/862677-overview#showall[accessed
on September, 10]

7. Balasubramanian, T. Inverted Papilloma of Nose. Available at


http://www.scribd.com/doc/33702466/Inverted-papilloma-nose-and-its-
management. [accessed on September, 10]

8. Momose KJ, Weber AL, Goodman M et al Radiological aspects of


inverted papilloma. Radiology. PubMed citation

9. Lee DK, Chung SK, Dhong HJ et al Focal hyperrotosis on CT of


sinonasal inverted papilloma as a predicator of tumor origin. ANJR Am J
Neuroradiol. 2007. PubMed citation

Anda mungkin juga menyukai