PNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
Grace Fidia
1620221200
PEMBIMBING :
dr. Tundjungsari RU, Msc, Sp.A
Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan nikmat dalam penulisan tugas laporan kasus ini.
Tugas laporan kasus yang berjudul Pnuemonia dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Tundjungsari RU, MSc, Sp,A selaku pembimbing kepaniteraan klinik
anak RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, oleh karena itu peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan
negara serta masyarakat luas pada umumnya di masa yang akan datang.
Penulis
PENGESAHAN
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : April 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien di Bangsal
Anak Anggrek RSUD Ambarawa tanggal 7 April 2018.
Keluhan Utama
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengalami batuk. Batuk terdengar grok-grok dan mengganggun tidur
pasien. Orang tua pasien mengatakan seperti ada dahak yang tertahan
namun tidak bisa dikeluarkan. Saat batuk, terkadang pasien sempat
memuntahkan susu yang diminum. Batuk yang dialami tidak dipengaruhi
oleh perubahan cuaca. Batuk tidak disertai pilek. Riwayat batuk lama
sebelumnya, keringat malam, penurunan berat badan disangkal. Terdapat
sedikit suara mendengkur saat pasien tidur.
Selain batuk pasien juga mengalami demam yang muncul bersamaan
dengan batuk. Demam juga dalami sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS). Demam berlangsung terus menerus sepanjang hari. Pada
pagi hari sampai malam hari selalu tinggi. Demam turun setelah diberikan
obat penurun panas. Selama demam, nafsu makan pasien berkurang dan
tampak lemah. Demam tidak disertai menggigil, ruam kemerahan,
perdarahan gusi, mimisan, nyeri maupun cairan yang keluar dari telinga,
kejang maupun penurunan kesadaran. Tidak ada riwayat berpergian
sebelum pasien demam.
Dua hari SMRS, pasien mulai terlihat lemah, kurang aktif, dan
rewel. Ibu pasien memberikan obat penurun panas yg didapat dari bidan,
demam pasien pun turun, namun beberapa jam kemudian pasien kembali
demam. BAB dan BAK normal
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, batuk pasien semakin
memberat. Napas pasien tampak cepat, dan terengah-engah, cuping hidung
pasien bergerak kembang kempis saat bernapas. Keluarga pasien
kemudian membawa pasien ke RSUD Ambarawa.
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat apapun dan tidak pernah memiliki
riwayat meminum obat secara rutin.
Riwayat Kehamilan Ibu :
Morbiditas kehamilan : selama masa kehamilan, ibu pasien menyatakan
bahwa dalam keadaan sehat, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak
mengkonsumsi obat-obatan dan tidak merokok
Perawatan antenatal : rutin dilakukan satu kali pada Trimester I, satu kali
pada Trimester II dan dua kali pada Trimester III ke bidan. Dan di USG
pada usia 8 bulan.
P4A0
Kesan : Tidak ditemukan adanya riwayat kelainan pada kehamilan
Riwayat Kelahiran :
Tempat Bersalin : Tempat bersalin bidan
Penolong : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Berat Badan Lahir : 4200 gram
Masa Gestasi : 39 minggu (aterm)
Keadaan Setelah Lahir : Langsung menangis, tidak pucat dan tidak kuning.
Kelainan Bawaan : Tidak Ada
Kesan : Pasien lahir secara spontan pervaginam di bidan, neonatus cukup
bulan, dan berat badan lahir normal.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Riwayat Pertumbuhan
o BB lahir : 4200 gram
o BB sekarang : 6 kg
o PB lahir : 50 cm
o TB sekarang : 55 cm
Riwayat Perkembangan
Pasien sudah bisa melakukan kontak mata dengan orang sekitar dan
tersenyum
Riwayat Makanan
Dari lahir sampai sekarang, pasien hanya mengkonsumsi ASI
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x, pada umur 1 bulan
Hepatitis B : 1x, pada umur 0 bulan
Polio : 1x, pada umur 1 bulan
Silsilah Keluarga
Keterangan :
Pasien tinggal di rumah ayah, ibu dan ketiga kakaknya. Kakak pasien yang
pertama berusia 14 tahun, yang kedua berumur 10 tahun, dan yang ketiga berumur
3.5 tahun.
Data Antropometri
- BB/U = 0 < Z score < 1 (kurva WHO)
- PB/U = -2 < Z score < 0 (Kurva WHO)
- BB/PB = 0 < Z score < 1 (kurva WHO)
Kesan : status gizi normal dan perawakan cukup
Status gizi
- BB/U = normal
- PB/U = normal
- BB/TB = cukup
Kesan = status gizi normal, perawakan sesuai usia
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh:
Pucat (-), Sianosis (-), Ikterus (-), Perdarahan (-), Oedem (-),
Turgor cukup, Lemak bawah kulit cukup
Kepala :
Normocephal, ubun-ubun besar rata, rambut hitam, terdistribusi
merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada eritema dan skuama
Mata :
Palpebra tidak edema, tidak cekung, konjungtiva tidak anemis dan
sclera tidak ikterik, kornea jernih (+/+), lensa jernih (+/+), refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+)
Telinga
- Daun telinga : Bentuk, besar dan posisinya normal
- Lubang telinga : Tidak ada sekret, serumen (-)
- Gendang telinga : Sedikit cekung dan mengkilat
Hidung :
bentuk normal, secret (-), napas cuping hidung (+)
Tenggorokan :
Sulit dinilai
Mulut :
Bibir tidak sianosis, mukosa bibir lembab, lidah tidak kotor
Leher :
Trachea di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax :
Bentuk simetris, tidak ada deformitas
Paru
ANTERIOR POSTERIOR
o Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
bentuk datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT <2 detik, tidak edem
Genital : Tidak ada kelainan
1.5 Resume
Anak perempuan berusia 2 bulan datang dengan keluhan sesak napas.
Sesak napas dialami sejak 1 hari SMRS. Sesak juga disertai dengan batuk dan
suara napas grok-grok. Pasien juga mengalami muntah apabila sedang
menyusui dan ada serangan batuk. Selain sesak dan batuk, pasien juga
mengalami demam terus menerut tinggi yang hanya turun bila diberi obat
penurun demam dan kembali demam lagi beberapa jam kemudia. Keluarga
pasien tidak ada yang memiliki riwayat dengan keluhan serupa, namun kakak
pasien sedang batuk dan pilek
Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu yang tinggi, napas cuping
hidung, retraksi dinding dada, dan napas cepat pada pemeriksaan penunjang
ditemukan gambaran pneumonia pada hasil rontgen.
1.7 Penatalaksanaan
Inf. KAEN 3B 12 tpm mikro drip
O2 NK 1 lpm
Inj. Ampisilin 3 x 200 mg
Inj. Paracetamol 50 mg/6 jam
Salbutamol 3 x 1.5
Nebule ventoline + fulmicord / 8 jam
Pasang NGT intake ASI 8 x 50-60 cc
1.8 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Pemeriksaan fisik
Hidung : napas cuping hidung (-)
Thorax : retraksi (-)
Paru : Ronkhi -/-
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstisial. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi).1World Health
Organization (WHO) mendefenisikan pneumonia didiagnosis hanya
berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan
frekuensi pernafasan.2
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi
ruang alveolar. Sedangkan Bronkopneumonia mengacu pada inflamasi
paru yang terfokus pada area bronkiolus dan memicu poduksi eksudat
mukopurulen yang dapat mengakibatkan obstruksi saluran respiratori
berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus
yang berdekatan
III.1.2 Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara terutama dinegara berkembang termasuk Indonesia. Insidens
pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun.
Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak
balita di negara berkembang.1,2
III.1.3 Etiologi
Pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, disamping
bakteri. Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Synctyal
Viirus, Rhinovirus, virus parainfluenza. Bakteri terbanyak adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B dan
2.
Mycoplasma pneumoniae Etiologi spesifik penyebab pneumonia
didasarkan sesuai kelompok umur (bayi baru lahir, bayi muda/young
infants, anak-anak, anak usia 5 tahun, anak usia sekolah dan remaja muda,
serta dewasa).1,2
III.1.4 Patogenesis
Dalam keadaan normal, saluran respiratorik mulai dari area sublaring
sampai parenkim paru adalah steril. Saluran napas bawah ini dijaga tetap
steril oleh mekanisme pertahanan bersihan mukosiliar, sekresi
imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme pertahanan imunologik yang
membatasi invasi mikroorganisme patogen adalah makrofag yang terdapat
di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobunlin lain.3
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan
yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan
sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi
serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya
kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium
ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Berikutnya, jumlah makrofag
meningkat di alveoli, dimana sel akan mengalami degenerasi, fibrin
menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium
resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan
tetap normal.3
Infeksi streptokokus grup A pada saluran napas bawah
menyebabkan infeksi yang lebih difus dengan pneumonia intersitial.
Pneumonia lobar tidak lazim. Lesi terdiri atas nekrosis mukosa
trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang compang-camping dan
sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan terlokalisasi. Proses ini
dapatmeluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika.
Pneumonia yang disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi dengan
cepat menjadi jelek yang disertai dengan morbiditas yang lama dan
mortalitas yang tinggi, kecuali bila diobati lebih awal. Stafilokokus
menyebabkan penggabungan bronkopneumoni yang sering unilateral atau
lebih mencolok pada sati sisi ditandai adanya daerah nekrosis perdarahan
yang luas dan kaverna tidak teratur.2
III.1.6 Diagnosis
a. Anamnesis1
- Batuk yang awalnya kering kemudian menjadi produktif dengan dahak,
bahkan bisa berdarah, Sesak nafas, Demam, Tampak lemah, Serangan
pertama atau berulang/ untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromaise, kelainan anatomi bronkus, dan asma.
b. Pemeriksaan Fisik1
- Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan
pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang sebabkan
anak gelisah dan rewel.
- Penilaian keadaan umum : kesadaran dan kemampuan makan/minum
- Pemeriksaan auskultasi : adanya takipneu, batuk, ronkhi
- Gejala distres pernapasan : nafas cuping hidung takipnea, retraksi
subkostal, merintih, dan penurunan suara paru
- Demam dan sianois
- Anak dibawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia
yang klasik, pada anak yang demam dan sakit akut terdapat gejala yakni
nyeri yang diproyeksikan ke abdomen, sedangkan pada bayi muda gejala
pernafasan tak teratur dan hipopnea.
c. Pemeriksaan Penunjang1
Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan rontgen dada tidak direkomendasikan secara rutin pada
anak dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan tanpa komplikasi.
- Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada pasien yang dirawat inap
atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan.
- Pada pneumonia terdapat gambaran radiologis yang khas, walaupun
terdapat tumpang tindih yang dapat menghalangi diagnostik definitif
melalui pemeriksaan radiologi saja.
- Pneumonia bakterial ditandai oleh adanya konsolidasi lobaris atau
pneumonia berbentuk bundar dengan disertai adanya efusi pleural 10-
30% kasus.
- Gambaran radiologi pada pneumonia viral adalah infiltrat
bronkopneumonia yang berbentuk seperti garis yang tumpang tindih
(streaky) dan menyebar difus4.
- Berbagai tipe pneumonia-pneumonia lobaris, bronkopneumonia,
pneumonia interstisial dan alveolar harus dibedakan berdasarkan
pemeriksaan radiologi dan patologi4.
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan
untuk menentukan jenis antibiotik yang diberikan
- Pemeriksaan kultur darah dan pewarnaan gram sputum dengan kualitas
yang baik direkomendasikan dalam tata laksana anak dengan pneumonia
berat. Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien
rawat jalan, tapi direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan
kondisi berat dan pada setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia
bakterial
- Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk
mendeteksi antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas
tersedia.
- Pemeriksaan yang secara akurat dapat membantu penegakan diagnosis
pneumonia virus adalah pemeriksaan biakan atau pemeriksaan antigen
viral secara cepat pada sediaan sekret respiratori atas, tetapi ini tidak
dapat menyingkirkan pneumonia bakterial
- Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura untuk mendeteksi
adanya bakteri, jamur dan virus untuk penegakkan diagnosis dan
memulai pemberian.
- Pemeriksaan C-reactive protein (CRP), LED, dan pemeriksaan fase akut
lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin
III.1.9 Tatalaksana
Tata laksana Kriteria Rawat Inap:1
Bayi: - saturasi oksigen ≤92%,sianosis
- frekuensi nafas > 60 x/menit
- Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
- Tidak mau minum/menetek
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak: - saturasi oksigen ≤92%,sianosis
- Frekuensi napas >50 x/menit
- Distres pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Etiologi Dan Terapi Antimikrob Empiris Untuk Pneumonia Pada Pasien Tanpa
Riwayat Terapi Antibiotik
Kategori Patogen yang Pasien rawat Pasien yang Pasienyang
usia umum terjadi jalan (total membutuhkan membutuhkan
perawatan 7- rawat inap (10- perawatan
10 hari) 14 hari) intensif
Neonatus (< Streptokokus Grup Sebaiknya tidak Ampisilin + Ampisilin +
1 bulan) B, Eschereria coli, dilakukan sefotaxim atau sefotaxim atau
bakteri Gram perawatan, aminoglikosid aminoglikosid
negatif lainnya, sebagai pasien ditambah preparat ditambah preparat
Streptococcus rawat jalan anti stafilokokus anti stafilokokus
pneumoniae apabila dicurigai apabila dicurigai
adanya infeksi adanya infeksi
staphylococcus staphylococcus
aureus aureus
1-3 Bulan
Pneumonia Respiratory Tidak Sefuroksim atau sefotaxim atau
dengan syncytial virus, disarankan sefotaxim atau seftriaxon
demam virus respiratorik untuk seftriaxon ditambah dengan
lainnya melakukan ditambah dengan nafsilin atau
(parainfluenza rawat jalan nafsilin atau oksasilin
virus, adenovirus), pada perawatan oksasilin
S. Pneumoniae, H. awal
influenzae
Pneumonia Chlamydia Eritromisin, Eritromisin, Eritromisin,
afebril trachomatis, azitromisin, azitromisin, atau azitromisin, atau
Mycoplasma atau klaritromisin klaritromisin plus
hominis, klaritromisin, sefotaxim atau
Ureaplasma dengan seftriakson plus
urealyticum, pemantauan nafsilin atau
Sitomegalovirus ketat oksasilin
3-12 Bulan Respiratory Amoksilin, Ampisilin atau Sefuroksim atau
syncytial virus, eritromisin, sefuroksim seftriakson
virus respiratorik azitromisin, ditambah
lainnya atau eritromisin atau
(parainfluenza klaritromisin klaritromisin
virus, adenovirus),
S. Pneumoniae, H.
influenzae
12-60 Bulan Virus saluran Amoksilin, Ampisilin atau Sefuroksim atau
respiratori (virus eritromisin, sefuroksim seftriakson
parainfluenza, azitromisin, ditambah
influenza virus, atau eritromisin,
adenovirus), S. klaritromisin azitromisin atau
Pneumoniae, H. klaritromisin
Influenzae, M.
Pneumoniae, S,
aureus, Group A
Steptococcus
5-18 tahun M. pneumoniae, S. Eritromisin, Eritromisin, Sefuroksim atau
Pneumoniae, C. azitromisin, azitromisin, atau seftriakson
Pneumoniae, H. atau klaritromisin ditambah
Influenzae, klaritromisin dengan ataupun eritromisin atau
influenza virus, tanpa klaritromisin
adenovirus, virus ditambahkan
saluran respiratorik preparat
lainnya sefuroksim atau
ampisilin
≥ 18 tahun M. pneumoniae, S. Eritromisin, Moxifloxasin, Sefotaksim,
Pneumoniae, C. azitromisin, gatifloxacin, seftriakson atau
Pneumoniae, H. klaritromisin, levofloxacin atau ampisilin-
Influenzae, doksisiklin, azitromisin atau sulbaktam
influenza virus, moxifloxacin, klaritromisin ditambah
adenovirus, levofloxacin ditambah azitromisin atau
legionella sefotaxim, klaritromisin atau
pneumophila seftriaxon, atau levofloxacin
ampisilin-
sulbaktam
Pasien dengan saturasi oksigen <92% pada saat +bernapas dengan udara
kamarharus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untukmempertahankan saturasi oksigen >92%
Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk
anak dengan pneumonia
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen1.
II.1.9.2 Pemberian antibiotik
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak
<5tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang
menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah.
Alternatifnya adalah co-amoxiclav, ceflacor,eritromisin, claritromisin,
dan azitromisin
- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara
empiris pada anak >5 tahun
- Makrolid diberikan jika M. pneumoniae atau C. pneumonia dicurigai
sebagai penyebab
- Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat
mungkin sebagai penyebab.
- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau
kombinasi flucloxacillin dengan amoksisilin
- Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam
derajat pneumonia berat
- Antibiotik intravena yang danjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol,
co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime
- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat antibiotik intravena
III.1.10 Nutrisi
Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per
oral harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube
(NGT) atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat
menekan pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang
hidung kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran
yang terkecil. Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak
tidak mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi
peningkatan sekresi hormon antidiuretik.1
III.1.11 Kriteria Pulang 1
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan per oral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
III.1.12 Prognosis
Pneumonia bakterial seringkali menyebabkan cairan inflamasi
terkumpul di ruang pleura, kondisi ini mengakibatkan efusi
parapneumonik atau apabila cairan tersebut purulen disebut empiema.
Pada umumnya anak akan sembuh dari pneumonia dengan cepatdan
sembuh sempurna. Walaupun kelainan radiologi dapat bertahan 6-8
minggu. ADengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan
malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukan
mortalitas yang lebih tinggi4.
II.1.13 Komplikasi4
Jika anak tidak mengalami perbaikan selama dua hari, atau kondisi
anak semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosa
lain. Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi,
beberapa komplikasi yang sering terjadi adalah pada Pneumonia bakterial
seringkali menyebabkan cairan inflamasi terkumpul di ruang pleura,
kondisi ini mengakibatkan efusi parapneumonik atau apabila cairan
tersebut purulen disebut empiema.efusi dalam jumlah keciltidak
memerlukan terapi. Efusi dalam jumlah besar akan membatasi pernafasan
dan harus dilakukan tindakan drainase. Jaringan parut pada saluran
respiratori dan parenkim paru akan menyebabkan terjadinya dilatasi
bronkus dan mengakibatkan bronkiektasis.
Pneumonia adenovirus berat dapat menyebabkan bronkiolitis
obliterans, yaitu proses inflamasi sub akut dimana saluran respiratori
berkaliber kecil digantikan oleh jaringan parut, sehingga terjadi penurunan
volume paru dan komplians paru.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala yang ditemukan
bronkopneumonia Demam
Batuk dengan nafas cepat
Crackles (ronkhi) pada auskultasi
Pernafasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Merintih (grunting)
Sianosis