DISUSUN OLEH :
Grace Fidia
1620221200
PEMBIMBING :
dr. Tundjungsari RU , Sp.A
Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat, nikmat, serta hidayah Nya dalam penulisan tugas
makalah referat ini. Tugas Makalah Referat yang berjudul “Sistemik Lupus
Eritemstosus” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Tundjungsari, Sp.A selaku pembimbing kepaniteraan klinik anak
RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, oleh karena itu peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan
negara serta masyarakat luas pada umumnya di masa yang akan datang.
Penulis
PENGESAHAN
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : Mei 2018
BAB I
PENDAHULUAN
II.1 Definisi
Sistemik Lupus Eritematosus adalah sebuah penyakit autoimun yang
menyerang berbagai jaringan dan organ tubuh. Secara istilah, SLE dapat
didefinisikan sebagai suatu penyakit yang bersifat episodik, multisistem dan
autoimun ditandai dengan adanya proses inflamasi yang meluas pada
pembuluh darah dan jaringan ikat, serta munculnya antinuklear-antibodi
(ANA) pada pemeriksaan penunjang, terutama antibodi untuk double-stranded
DNA (dsDNA). Karena beragamnya organ yang dapat terkena, dan karena
sulitnya dalam menegakkan diagnosis, SLE seringkali disebut sebagai
penyakit seribu wajah (masquerader, The Great Imitators). 2,4,5
II.2 Etiologi
Etiologi SLE belum diketahui secara pasti, namun ada faktor predisposisi
secara genetik yang dapat menyebabkan penyakit ini. Diperkirakan SLE,
layaknya penyakit autoimun lain, muncul pada seseorang yang secara genetis
rentan terpapar satu atau beberapa faktor pencetus yang ada di lingkungan.
SLE berhubungan dengan munculnya HLA-haplotype spesifik yang
diwariskan: a) allel A1, B8, DR3, dan C4a muncul umumnya pada kulit putih.
b) DR2 ditemukan pada penderita SLE yang afro-amerika. Antigen HLA A11,
B8 dan B35 masing-masing memliki hubungan dengan SLE. Keluarga
maupun sanak saudara memiliki peningkatan insidens terhadap penyakit yang
berhubungan dengan disfungsi atau disregulasi sistem imun (misal:
imunodefisiensi primer, dan keganasan limforetikuler),
hipergammaglobulinemia, RF, ANA dan penyakit autoimun lainnya.4
II.3 Epidemiologi
Lupus adalah penyakit yang langka, namun tidak jarang. Kejadian
lupus jarang pada anak usia sekolah, namun frekuensinya meningkat pada
remaja.
Jumlah sel B meningkat pada pasien dengan lupus yang aktif dan
menghasilkan peningkatan kadar antibodi dan hipergamaglobulinemia. Jumlah
sel B yang memproduksi IgG di darah perifer berkorelasi dengan aktivitas
penyakit. Aktivasi sel B poliklonal disebabkan oleh antigen eksogen, antigen
yang merangsang proliferasi sel B atau abnormalitas intrinsik dari sel B.
Antibodi IgG anti-dsDNA dengan afinitas tinggi juga merupakan
karakteristik, yang disebabkan oleh hipermutasi somatik selama aktivasi sel B
poliklonal yang diinduksi oleh faktor lingkungan seperti virus atau bakteri.
Dua gejala yang sering muncul pada anak adalah ruam kulit dan arthritis.
Ruam malar yang khas, atau disebut butterfly rash (ruam kupu-kupu) muncul
akibat adanya sensitifitas yang berlebihan terhadap cahaya matahari
(photosensitive) dan dapat memburuk dengan adanya infeksi virus atau stress
emosional. Ruam ini tidak sakit dan tidak gatal. Jumlah ruam menjadi sedikit
pada lipatan nasolabial dan kelopak mata. Ruam lain biasanya muncul pada
telapak tangan, serta telapak kaki. Ruam malar dapat sembuh sempurna tanpa
parut dengan terapi. Mungkin terdapat ulkus pada membran mukosa. Rambut
dapat berubah menjadi lebih kering dan rapuh, bahkan sampai alopesia.
Arthritis seringkali muncul, dan dapat berlanjut menjadi pembengkakan sendi
jari-jari tangan atau kaki. 2,4,7
Gambar 1: Butterfly rash (ruam kupu-kupu / malar rash) pada anak dengan lupus
Tabel 1: Manifestasi klinis SLE (yang dicetak tebal: paling sering ditemukan)5
Mudah lelah
Limfadenopati
Ruam kupu-kupu dengan fotosensitifitas
Alopesia
Lesi diskoid
Kulit
Lesi pada kuku
Purpura vaskulitis
Tenosinovitis
Muskuloskeletal
Miopati
Nekrosis avaskular
Dismotilitas esofagus
Hepato-splenomegali
Pankreatitis
Fenomena Raynaud
Perikarditis
Lesi valvular
Lesi vaskulitik
Trombophlebitis
Kardiovaskuler
Kelainan konduksi jantung
Miokarditis
Endokarditis Libman-Sacks
Gangren perifer
Pleuritis, efusi pleura
Pneumotoraks
Migrain
Depresi / cemas
Psikosis organik
Khorea
Kelainan serebrovaskular
Glomerulonefritis
Ginjal Hipertensi
Gagal ginjal
Hematologi Trombositopenia
Sindrom antifosfolipid
Diagnosis lupus sering hampir dapat dipastikan pada keadaan lupus yang
berat. Pada kasus yang lebih ringan, seringkali dokter kesulitan untuk
menegakkan diagnosis. American College of Rheumatology (ACR) membuat
kriteria untuk klasifikasi SLE.
II. 7 Penatalaksanaan
Penyakit SLE adalah penyakit kronik yang ditandai dengan remisi dan
relaps. Terapi suportif tidak dapat dianggap remeh. Edukasi bagi orang tua dan
anak penting dalam merencanakan program terapi yang akan dilakukan.
1. Kortikosteroid
Anti inflamasi non steroid (AINS) digunakan untuk gejala dan tanda pada
muskuloskeletal, yang dapat menjadi parah secara tiba-tiba pada anak dengan
terapi kortikosteroid dosis sedang atau tinggi. AINS juga dapat mengobati
serositis. 2
4. Obat-obatan Imunosupresif
5. Splenektomi
Untuk anak dengan sitopenia refrakter yang tidak responsif dengan terapi
standar untuk idiopatik trombositopenia, splenektomi biasanya menjadi
efektif. Namun hal ini meningkatkan resiko terjadinya sepsis, terutama dari
kuman-kuman salmonella dan pneumokokus.2
2. Imunisasi 2
Anak dengan SLE memiliki resiko tinggi terkena infeksi bakteri dan virus.
Pada anak-anak ini seharusnya dilakukan semua jenis imunisasi yang
diwajibkan namun tidak boleh yang mengandung vaksin hidup.
- Vaksin cacar (varicella) dianjurkan untuk semua anak yang belum pernah
terinfeksi virus varicella-zoster. Termasuk kedalam vaksin hidup (live
vaccine) sehingga harus diberikan sebelum terapi dengan kortikosteroid
dimulai.
- Vaksin pneumokokus dianjurkan untuk semua anak pada saat diagnosis
SLE ditegakkan, dan setiap 5 tahun. Infeksi pneumokokus yang invasif
sering terjadi pada anak dengan SLE.
- Vaksin influenza. Anak SLE yang di imunisasi dengan vaksin influenza
memiliki respon antibodi yang protektif, walaupun jumlahnya lebih
sedikit dari anak yang normal.
- Vaksin Haemophilus influenza (Hib) dan meningokokus dianjurkan
pada setiap anak dengan SLE.
II. 9 Prognosis
SLE memiliki angka survival untuk masa 10 tahun sebesar 90%. Penyebab
kematian dapat langsung akibat penyakit lupus, yaitu karena gagal ginjal,
hipertensi maligna, kerusakan SSP, perikarditis, sitopenia autoimun. Tetapi
belakangan ini kematian tersebut semakin menurun karena perbaikan cara
pengobatan, diagnosis lebih dini, dan kemungkinan pengobatan paliatif seperti
hemodialisis lebih luas.
KESIMPULAN
Lebih dari 10% pasien dengan lupus yang terbatas pada kulit akan menjadi
SLE. Sebelas kriteria dapat membantu dalam mendiagnosis SLE. Pengobatan
SLE secara langsung mengurangi peradangan dan/atau tingkat aktifitas
autoimun.
1. Alatas, Husein, dkk. 2004. Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Malleson, Pete dan Jenny Tekano. 2007. Diagnosis and Management of
Systemic Lupus Erythematosus in Children. From: Journal of Pediatric and
Child Health 18:2. Published by Elsevier Ltd.
3. Gitelman, Marisa Klein, etc. 2002. Systemic Lupus Erythematosus in
Childhood. From Journal: Rheumatic Disease Clinics of North America.
Published by WBS.
4. Rudolph, Abraham M, etc. 1996. Rudolph Pediatrics. USA: Appleton &
Lange.
5. Webb, Nicholas and Robert Postlethwaite. 2003. Clinical Paediatric
Nephrology 3rd Edition. USA: Oxford University.
6. Kusuma, Anak Agung Ngurah Jaya. 2007. Lupus Eritematosus Sistemik
pada Kehamilan. Dari: Jurnal Penyakit Dalam vol 8 no. 2. Diterbitkan
oleh: Divisi Feto Maternal SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RSUP
Sanglah, Denpasar.
7. Panca, Widianto. 2009. Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Available
on: http://widiantopanca.blogdetik.com/systemic-lupuserythematosus.
Accessed at: January, 17th 2010.
8. Judarwanto, Widodo. 2009. Lupus Eritematosus Sistemik pada Anak.
Available on: http://childrenclinic.wordpress.com/sle-anak. Accessed at:
January, 17th 2010.
9. Nelson, Waldo E, etc. 2000. NELSON Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15.
Jakarta: EGC
10. Anonim. 2008. Lupus Eritematosus Sistemik. Available on:
http://www.klikdokter.com/sle. Accessed at: January, 17th 2010.