KOOPERATIF)
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel Ilmiah ini telah diperiksa oleh Clinical Instruktur (CI) Instalasi Radiologi
RSUD.Dr.SOEROTO Ngawi dan telah disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktek Kerja Lapangan I Prodi Radiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Kepala Instalasi
RSUD.Dr.SOEROTO NGAWI
1
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Radiologi RSUD.Dr.Soeroto Ngawi
3
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Email :Insiyahmita11@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Examination of Genu techniques on osteoarthritis in radiology installations
RSUD.Dr.Soeroto Ngawi done by projection AP,Lateral,Weight bearing,according to the
patient’s condition
Whether emergency or not.This study aims to determine the examination of Genu and know
the strengths and weaknesses of the examination.If the patients is non-cooperative then it is
done by technique inspection using just PA projections modification.
This study used a descriptive qualitative method with a case study approach carried out
RSUD.Dr.Soeroto Ngawi.Research from 24 hours June to 27 july 2019.
This study was conducted in patient’s with a diagnosis of genital Osteoarthritis .When the
cartilage is damaged the slippery texture will become rough so that the bones collide and the
joint will be affected.
Data collection was carried out by observation and observation with a radiology specialist on
genu examination techniques in cases of Osteoarthritis.Osteoarthritis this is a condition that
cannot be cured.This treatment aims to reduse these symptoms in order to continue to move.
PENDAHULUAN
Radiografi diambil dari kata radio yang dimaknai sebagai gelombang atau tepatnya
gelombang elektromagnetik dan graph artinya gambar sehingga radiografi diartikan sebagai
gambar yang di hasilkan dari gelombang elektromagnetik. Selain itu radiografi diartikan
sebagai prosedur untuk merekam, menampilkan dan mendapatkan informasi dari lembar film
pada penggunaan sinar x. (Sudibyo Dwi Saputro.2014). Teknik radiografi adalah ilmu yang
mempelajari tata cara pemotretan suatu objek untuk memperlihatkan gambaran radiografi
dari organ yang diperiksa dan memberikan informasi diagnostic yang tepat dan yang terekam
dalam media film. (Bontrager Kenneth L .2014)
Genu (Knee Joint/lutut) dibentuk oleh kedua tulang utama yaitu femur bagian bawah dan
cruris bagian atas.Pada sisi depan tulang femur bagian bawah diantara condylus medialis dan
lateralis terlihat tulang patella yang berbentuk bayangan bulat superposisi dengan femur
proyeksi AP dan terlihat terlepas pada proyeksi lateral.Patella dikenal sesamoid terbesar dari
tubuh manusia yang terikat oleh ligamentum patella.(Asih Puji Utami,Dkk)
Penderita arthritis sering kali memperlihatkan ciri seperti sakit nyeri pada daerah sendi
,penyakit ini merupakan penyakit degenerative (penuaan) yang pada umumnya terjadi pda
sendi- sendi dengan ciri hilangnya tulang rawan (Kartilago)sendi dan adanya pembentukan
Kv yang digunakan untuk pemeriksaan genu yaitu 60-70 Kv range,CP nya ½ inchi distal dari
apeks patella.Sinar tegak lurus 900,jika pasien non cooperative dan genu tidak dapat
menempel kaset/film maka diberi pengganjal agar objek dapat menempel pada pertengahan
fim,dan titik bidiknya tepat,dan menghasilkan gambar radiograf yang baik,yaitu bisa
menampakkan bagian anatomi yang ditunjukkan,dan dapat menampakkan soft tissue,dan
trabecula tulang,dan celah celah sendi,Kaset yang digunakan 24x30 cm. (Bontrager Kenneth
L .2014)
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana prosedur pemeriksaan genu/knee
joint pada kasus osteoarthtritis di Instalasi Radiologi RSUD.Dr.Soeroto Ngawi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan study kasus
yang dilakukan di RSUD.Dr.Soeroto Ngawi.Waktu penelitian ini pada tanggal 24 Juni-27 Juli
2019,dilakukan pada 1 orang pasien yang non kooperatif ,pada pasien kaki bengkok kita
melakukan Teknik pemeriksaan sesuai dengan kondisi pasien supine dan menggunakan factor
exposi yang telah ditentukan.Dalam pengumpulan data penulis melakukan observasi dengan
3 Radiografer,dan 1 orang dokter pengirim.
Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk transkip,selanjutnya dilakukan reduksi data dan
kategorisasi data,kemudian dilakukan koding untuk mempermudah dalam pengkajian data
dan ditarik kesimpulan.
Teknik pemeriksaan genu/knee joint pada pasien kooperatif biasanya menggunakan proyeksi rutin
AP,Oblique,Lateral.dan Weight bearing. Proyeksi AP Arah sinar tegak lurus . penyebab pastinya,
menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian.
Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga
menyerang punggung, leher, danjari-jari.
1.. Osteoarthritis Sekunder: dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma
(instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi
tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah
faktor genetik dan penyakit metabolik.
2.2.2. Etiologi/Penyebab Osteoarthritis
Etiologi/ penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi ini belum diketahui dengan pasti
tetapi banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, antara lain:
a. Usia, merupakan faktor resiko tertinggi untuk osteoarthritis. Peningkatan prevalensi
osteoarthritis dijumpai seiring dengan peningkatan usia. Pada survey radiografik terhadap
perempuan berusia kurang dari 45 tahun, hanya 2 % menderita osteoarthritis; namun, antara
usia 45 tahun dan 65 tahun prevalensinya 30 %, sedangkan untuk yang berusia lebih dari 65
tahun angkanya 68 %. Pada laki-laki, angkanya serupa tetapi sedikit lebih rendah pada
kelompok usia tua (Cash, 2000).
b. Obesitas, pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan
diimbangi otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah/
sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas, resultan gaya akan
bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang (Parjoto,
2000). Pada orang yang memiliki indeks massa tubuh berada di quintile tertinggi pada
pemeriksaan dasar, resiko relatif mengalami OA lutut dalam 36 tahun mendatang adalah 1,5
untuk laki-laki dan 2,1 untuk perempuan. Untuk OA lutut yang parah, resiko relatif
meningkat menjadi 1,9 untuk laki-laki dan 3,2 untuk perempuan, yang mengisyaratkan bahwa
kegemukan berperan lebih besar dalam etiologi kasus OA lutut yang parah (Brandt, 2000).
c. Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai resiko
terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000). Osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi yang
digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan. Laki-laki yang pekerjaannya
memerlukan penekukan lutut dan paling sedikit tuntutan fisik tingkat sedang lebih sering
memiliki tanda radiografik OA lutut, dan gambaran radiografiknya cenderung lebih berat
daripada laki-laki yang pekerjaannya tidak memerlukan keduanya (Kalim, 1996).
d. Jenis kelamin, wanita lebih banyak daripada pria (Parjoto, 2000). Wanita lebih sering
terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki lebih sering terkena OA paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang
lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi
OA lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis OA (Kalim, 1996).
e. Faktor hormonal/ metabolisme, diabetes melitus berperan sebagai predisposisi timbulnya
OA. Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab
OA. Bagaimanapun, perubahan degeneratif di lutut dan spine pada umumnya terjadi pada
pasien dengan penyakit diabetes. Pasien yang mengalami hypothyroid biasanya/ sering
mengeluh nyeri pada otot, tapi angka kejadian OA tidak meningkat pada kasus ini (Moll,
1987).
Dan proyeksi yang digunakan yaitu jika pasien kooperatif menggunakan proyeksi
AP,Lateral,Weight Bearing.untuk pasien non-kooperatif biasanya menggunakan proyeksi
AP/Oblik modifikasi sehingga hasil radiograf dapat terlihat meskipun kaki tidak bisa berada
diposisi yang benar tetapi bisa menghasilkan gambar radiografi yang jelas dengan cara posisi
modifikasi baik AP ataupun Oblik.
SARAN
Dan fim yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi genu menggunakan film 24x30 cm.
DAFTAR PUSTAKA