Anda di halaman 1dari 7

PERANAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS

PADA PASIEN SUSPECT FRAKTUR COLLUM FEMORIS


Berty Herdiyawati
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang
Jalan Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Telp 024 - 7460274 Semarang 50268
Email: bherdiyawati@gmail.com

Abstrak
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan lempeng pertumbuhan
yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Pemeriksaan radiografi pelvis merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan pada pasien dengan suspek fraktur collum femoris. Pemeriksaan
radiografi pada pasien dengan suspek fraktur collum femoris menurut teori menggunakan proyeksi
AP Unilateral Hip dan Axiolateral Inferosuperior. Permasalahan yang diangkat bertujuan untuk
mengetahui prosedur dan peranan pemeriksaan radiografi pelvis pada pasien dengan suspek fraktur
collum femoris. Artikel non penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Informasi yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Hasil dari pembahasan permasalahan
yang diangkat menunjukan bahwa prosedur pemeriksaan radiografi pelvis pada pasien dengan suspek
fraktur collum femoris di setiap rumah sakit beragam, disesuaikan kebutuhan dan SOP (Standar
Operasional Prosedur) masing-masing rumah sakit. Peranan pemeriksaan AP pelvis pada pasien
dengan suspek fraktur collum femoris yaitu untuk membandingkan collum femoris kanan dan kiri.
Proyeksi AP pelvis digunakan untuk menggambarkan pola fraktur, dan kualitas tulang,
Kata kunci: fraktur collum femoris, proyeksi anteroposterior, radiografi pelvis

Abstract
Fracture is a break in the continuity of the bone structure, cartilage and growth plates caused by
trauma and non-trauma. Radiographic examination of patients with suspected femoral neck fractures
according to theory used to Unilateral Hip and Axiolateral Inferosuperior AP projections. Radiograph
examination of pelvic was an alternative that can be used in patients with suspected femoral neck
fractures. The aim of this article non research was to know procedure and the role of radiography
examination of the pelvic patient with suspected femoral neck fractures. The results of the discussion
of the problems show that the procedures for examining pelvic radiographs in patients with suspected
femoral neck fractures in each hospital are different, according to the needs and SOP (Standard
Operating Procedure) of each hospital. The role of pelvic AP examination in patients with suspected
collum femoris fractures that is the rightand left collum femoris is compared. Pelvic AP projection is
used to delineate the fracture pattern, the quality of the bone and the garden classification.
Keywords : Anteroposterior projection, fraktur collum femoris, pelvic radiography
Pendahuluan

Sistem rangka merupakan sistem yang berfungsi untuk menyimpan bahan mineral,
tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak
dan menunjang tubuh untuk bersama-sama menyusun kerangka tubuh. Terdiri dari tengkorak,
tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang
pinggul, tulang anggota badan atas dan bawah. Secara garis besar, rangka manusia terbagi
menjadi dua yaitu rangka aksial dan rangka apendikuler (Irawan, 2013).
Pelvis dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama panggul. Sebagai dasar dari
rongga abdomen dan penghubung antara kolumna vertebra dengan ekstremitas bawah,
pelvis terdiri dari empat tulang yaitu dua tulang pinggul sacrum dan tulang coccygeus.
Sendi antara tulang sacrum bagian superior dan vertebra lumbal kelima membentuk sendi
lumbosacral, sedangkan tulang pinggul kanan dan kiri (iliac) dengan bagian sacrum
membentuk sendi sacroiliac (Bontrager, 2018). Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk
melihat fraktur pada pelvis, yaitu dengan pemeriksaan radiologi. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dalam pemeriksaan radiologi pelvis, dibutuhkan beberapa poyeksi yang
bertujuan untuk mendeteksi kelainan pada pelvis.
Beberapa kelainan yang dapat terjadi pada pelvis dan hip antara lain spondilitis,
osteoartritis, metastase kanker, dan trauma pelvis seperti fraktur pelvis, fraktur proksimal
femur, dan fraktur symphysis pubis. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur
tulang, tulang rawan dan lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non
trauma. Kejadian fraktur lebih sering mengakibatkan kerusakan komplit dan fragmen tulang
terpisah (Louis Solomon, David Warwick, 2010. Di Indonesia, kasus fraktur femur
merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur
tibia dan fibula sebesar (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan
lalu lintas (Desiartama, 2017). Fraktur femur banyak terjadi di bagian medial femur dan
merupakan fraktur tertutup. Fraktur collum femur merupakan jenis fraktur panggul (hip
fracture) yang sering ditemukan pada usia tua diatas 60 tahun. Pravalensi fraktur collum
femur diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya, hal ini berhubungan dengan
meningkatnya usia harapan hidup dan jumlah populasi penduduk usia lanjut (Hutagalung et
al., 2019).
Proyeksi dasar yang digunakan untuk menampakan kelainan trauma hip dan proksimal
femur antara lain AP unilateral hip dan axiolateral inferosuperior untuk menampakan sisi
lateral dari fraktur dan dislokasi dalam situasi trauma hip ketika kaki yang sakit tidak dapat
digerakkan (Bontranger, 2018).
Menurut jurnal yang ditulis oleh Riaz, et al (2015) yang berjudul “Lateral X-ray for
proximal femoral fractures-Is it really necessary?” disebutkan bahwa proyeksi AP pelvis saja
sudah cukup dan aman untuk sebagian besar fraktur proximal femur. Jika fraktur
intracapsular tidak tampak pada proyeksi AP pelvis, maka diperlukan proyeksi lateral
(Axiolateral Inferosuperior) (Zeidan et al., 2015).
Pokok permasalahan yang diangkat adalah bagaimana prosedur dan peranan
pemeriksaan pelvis pada pasien dengan suspek fraktur collum femoris. Tujuannya adalah
untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dan peranan pemeriksaan pelvis pada pasien dengan
suspek fraktur collum femoris.

Pembahasan

1) Prosedur pemeriksaan radiografi pelvis pada pasien dengan suspek fraktur collum femoris
a. Persiapan Pasien
Hasil penelitian dari Quthwah (2019) di Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong serta Destarani (2020) di Instalasi Radiologi RSUD
Kabupaten Temanggung, pemeriksaan pelvis dengan klinis fraktur collum femur tidak
menggunakan persiapan yang khusus, pasien hanya diminta mengganti baju pasien
yang sudah disediakan dan hanya memindahkan benda-benda yang ada pada sekitar
pelvis yang akan diperiksa. Menurut Bontrager (2018) pemeriksaan radiografi pelvis
tidak terdapat persiapan khusus yang dilakukan, pasien hanya diminta melepas benda-
benda logam yang dapat mengganggu gambaran radiograf.
Penulis berpendapat jika persiapan pasien yang dilakukan di rumah sakit sudah
sesuai dengan Bontrager (2018), yaitu tidak ada persiapan khusus, hanya memindahkan
benda-benda yang ada pada sekitar pelvis yang akan mengganggu hasil radiograf.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung persiapan alat pada
pemeriksaan radiografi pelvis meliputi pesawat sinar x, imaging plate dan film ukuran
35 x 43 cm membujur, grid ukuran 35 x 43 cm, marker R, Computed Radiography
(CR), dan printer film radiografi. Sedangkan menurut penelitian dari Quthwah (2019)
persiapan alat pada pemeriksaan pelvis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong yaitu menggunakan pesawat sinar-X, kaset ukuran 35 x 35
cm, marker R/L, baju pasien, softbag, Computed Radiography (CR), dan printer film
radiografi. Menurut Lampignano (2018), persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan
radiografi pelvis terdiri pesawat sinar x, meja pemeriksaan, image reseptor ukuran 35 x
43 cm melintang, grid, marker, gonad shield, Computed Radiography (CR).
Penulis berpendapat bahwa terdapat perbedaan persiapan alat dan bahan di
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung dan Instalasi Radiologi PKU
Muhammadiyah Gombong dengan Bontrager (2018) dimana ukuran kaset disesuaikan
dengan objek pasien yang akan diperiksa dan mengingatkan agar seharusnya pasien
dipakaikan gonald shield sebagai pelindung untuk meminimalisir efek radiasi.
c. Teknik Pemeriksaan radiografi pelvis
Hasil penelitian dari Quthwah (2019) pemeriksaan radiografi pelvis pada pasien
dengan fraktur collum femur di Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong menggunakan proyeksi AP pelvis dengan tujuan untuk membandingkan
antara collum femoris kanan dan kiri. Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan
dengan kedua tangan lurus di samping tubuh dengan posisi objek mid sagital plane
tubuh pasien pada pertengahan meja pemeriksaan. Kedua kaki pasien dalam keadaan
rotasi eksternal dan pasien diminta tidak bergerak selama pemeriksaan berlangsung.
Ukuran yang dipakai sebagai variable pada penelitian sebelumnya adalah ukuran
actual yang didapat dari foto rontgen polos pelvis anteroposterior (Santoso 2014)
Pemeriksaan radiografi kasus fraktur collum femur di Instalasi Radiologi RSUD
Kabupaten Temanggung menggunakan radiografi pelvis proyeksi AP yaitu proyeksi
AP Unilateral Hip guna mengevaluasi keseluruhan bagian pelvis dan untuk
membandingkan caput atau collum femur yang sakit dengan yang normal dan proyeksi
AP Bilateral hip untuk mengetahui letak fiksasi atau implan hip arthroplasty,
mengevaluasi keseluruhan posisi implan hip arthroplasty dan dibandingkan dengan sisi
yang normal, untuk melihat adanya fraktur baru atau komplikasi yang lain setelah
dilakukannya pemasangan implan hip arhroplasty. Pada proyeksi AP Unilateral hip,
pasien supine diatas meja pemeriksaan, kedua tangan diletakkan disamping tubuh.
MSP tubuh pasien berada di pertengahan meja pemeriksaan, tidak ada rotasi pada
pelvis ditandai dengan kedua SIAS berjarak sama dengan meja pemeriksaan, pisahkan
kaki kanan dan kaki kiri. Arah sumbu sinar vertikal tegak lurus terhadap imaging plate.
Titik bidik pada MSP tubuh setinggi pertengahan antara kedua SIAS dengan symphisis
pubis. FFD yang digunakan yaitu 100 cm dengan faktor eksposi 80 kV dan 8 mAs.
Imaging plate yang digunakan ukuran 35 x 43 cm dipasang melintang. Sedangkan
pada proyeksi AP bilateral hip, pasien supine diatas tempat tidur dengan kedua tangan
diletakkan disamping tubuh agar tidak menutupi pelvis. MSP pasien diletakkan di
pertengahan kaset. Batas atas berada di umbilicus dan batas bawah berada pada
panjang terakhir implan hip arthroplasty. Pastikan ujung implan hip arthroplasty
terekspos. Arah sumbu sinar vertikal tegak lurus terhadap imaging plate. Titik bidik
diatur pada symphisis pubis. FFD yang digunakan yaitu 100 cm dengan faktor eksposi
68 kV dan 3,6 mAs. Imaging plate yang digunakan ukuran 35 x 43 cm dipasang
membujur. Proyeksi AP pelvis saja sudah cukup dan aman untuk sebagian besar
fraktur proximal femur. Proyeksi lateral (axiolateral inferosuperior) diperlukan pada
fraktur intracapsular yang tidak nampak pada proyeksi AP (Riaz, dkk, 2015).
Menurut penulis, pemeriksaan radiografi pada pasien dengan suspek fraktur
collum femoris dengan menggunakan proyeksi AP pelvis saja sudah dapat membantu
menegakkan diagnosa. Namun, apabila tidak ditemukan kelainan pada proyeksi AP
pelvis karena pada beberapa kasus pandangan lateral collum femoris diperlukan, maka
bias ditambahkan dengan proyeksi lain. Tidak hanya itu, masing-masing rumah sakit
memiliki SOP sebagai acuan, dan biasanya radiographer melakukan pemeriksaan sesuai
dengan surat permintaan dari dokter pengirim serta selama dokter radiolog mampu
membaca hasil radiograf dengan baik.
2) Peranan pemeriksaan radiografi pelvis pada pasien dengan suspek fraktur collum
femoris.
Peranan pemeriksaan AP pelvis pada pasien dengan suspek fraktur collum
femoris menurut Quthwah (2019) yaitu untuk membandingkan antara collum femoris
kanan dan kiri sehingga akan tampak collum femoris yang sakit dan yang sehat.
Proyeksi AP pelvis juga membantu dokter dalam pengukuran head femur yang sehat
jika akan dilakukan hemiarthroplasty atau penggantian head femur. Pada pasien dengan
fraktur yang sudah lama head femur akan mengecil karena mengalami nekrosis
avaskular sehingga akan kesulitan dalam pengukuran maka membutuhkan collum
femoris yang sehat untuk diukur. Sedangkan menurut Riaz, dkk (2015), proyeksi antero
posterior (AP) pelvis digunakan untuk menggambarkan pola fraktur, kualitas tulang,
dan klasifikasi garden. Penulis berpendapat, peranan pemeriksaan pelvis pada pasien
dengan suspek fraktur collum femoris yaitu untuk membandingkan antara collum
femoris kanan dan kiri sehingga dapat diketahui collum femoris yang sakit dan yang
sehat serta untuk mengetahui tingkat keparahan fraktur. Penggunaan proyeksi AP pelvis
memperlihatkan dengan jelas pola fraktur, kualitas dari tulang, dan klasifikasi garden.
Penanganan pada fraktur collum femoris disesuaikan dengan tingkat keparahan fraktur
untuk memastikan keakuratan diagnosis.

Simpulan

Prosedur pemeriksaan radiografi pelvis pada pasien dengan suspek fraktur collum
femoris di rumah sakit tidak selalu sama dan terdapat perbedaan disesuaikan dengan
kebutuhan serta SOP masing-masing rumah sakit. Di Instalasi Radiologi RSUD Temanggung
menggunakan dua proyeksi yaitu proyeksi AP Unilateral hip dan AP Bilateral hip untuk
mengetahui letak fiksasi atau implan hip arthroplasty, mengevaluasi keseluruhan posisi
implan hip arthroplasty dan membandingkan dengan sisi yang normal, untuk melihat adanya
fraktur baru atau komplikasi yang lain setelah dilakukannya pemasangan implan hip
arhroplasty.dengan kaset berukuran 35 x 43 cm. Lain halnya di Instalasi Radiologi PKU
Muhammadiyah Gombong menggunakan proyeksi AP pelvis dengan tujuan untuk
membandingkan antara collum femoris kanan dan kiri dan kedua kaki pasien dalam keadaan
rotasi eksternal. Peranan pemeriksaan pelvis pada pasien dengan suspek fraktur collum
femoris yaitu untuk membandingkan antara collum femoris kanan dan kiri sehingga diketahui
collum femoris yang sakit dan yang sehat. AP pelvis digunakan untuk menggambarkan pola
fraktur, kualitas tulang, dan klasifikasi garden.

Daftar Pustaka

Afiska, D. S. (2020). PERANAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS. Repository


Poltekkes Semarang. http://repository.poltekkes-
smg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=23147&keywords=pelvis
Bapeten. (2011). Perka Bapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Nomor 8 Tahun
2011 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik Dan Intervensional, Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar.
Bontranger. (2018). Radiographic Positioning and Realated Anatomy (Nineth edi). Mosby.
Desiartama, A. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat Kecelakaan
Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun
2013. E-Jurnal Medika, 6(5), 1–4.
Hutagalung, M. B. Z., Rahman, S., & Azharuddin, A. (2019). Correlation Between Harris
Hip Score (Hhs) and Body Mass Index (Bmi) in Patients With Femoral Neck Fracture
After Hemiarthroplasty. (JOINTS) Journal Orthopaedi and Traumatology Surabaya,
7(1), 12. https://doi.org/10.20473/joints.v7i1.2018.12-19
Irawan, A. B. (2013). Pembelajaran Biologi Mengenai Sistem Rangka Manusia. Seminar
Riset Unggulan Nasional Informatika Dan Komputer FTI UNSA, 7–13.
Quthwah, S. A. (2018). PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS PADA
PASIEN DENGAN KLINIS FRAKTUR COLLUM FEMUR DI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG RADIOGRAPHY
EXAMINATION PROCEDURE OF PELVIC IN PATIENT WITH CLINICAL FEMORAL
NECK FRACTURE IN RADIOLOGY INSTA.
Ramadanti, D. (2020). PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS FEMUR DI
INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG.
Santoso, A. (2014). STUDI KOMPARASI GAMBARAN RADIOLOGI GEOMETRI
FEMUR PROKSIMAL ANTARA FRAKTUR COLLUM DAN
INTERTROCHANTER FEMUR PADA PASIEN GERIATRI. Universitas Sebelas
Maret. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/40815/STUDI-KOMPARASI-
GAMBARAN-RADIOLOGI-GEOMETRI-FEMUR-PROKSIMAL-ANTARA-
FRAKTUR-COLLUM-DAN-INTERTROCHANTER-FEMUR-PADA-PASIEN-
GERIATRI
Zeidan, B. A., Townsend, P. A., Garbis, S. D., Copson, E., & Cutress, R. I. (2015).
ScienceDirect The Surgeon , Journal of the Royal Colleges of Surgeons of Edinburgh
and Ireland Clinical proteomics and breast cancer. The Surgeon, 44(0), 8–15.
http://dx.doi.org/10.1016/j.surge.2014.12.003

Anda mungkin juga menyukai