Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH VARIASI NILAI TIME ECHO PEMERIKSAAN MAGNETIC

RESONANCE SPECTROSCOPY (MRS) TERHADAP PENGUKURAN NILAI


METABOLIT PADA KASUS TUMOR BRAIN
DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. MOEWARDI

Pra Proposal Tugas Akhir


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Teknik Radiologi

Diajukan oleh :

PUJIATI
NIM. P1337430219077

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DA
N RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Otak merupakan bagian utama dari tubuh manusia yang terdiri

dari beberapa lobus, antara lain lobus parietal, lobus frontal dan lobus

temporal. Lobus parietal yaitu lobus yang berada di bagian tengah

serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis

dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-

oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian). Lobus frontal

merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari serebrum.

Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari

Rolando. Sedangkan lobus temporal berada di bagian bawah dan

dipisahkan dari lobus oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal

ke bawah dari ujung atas sulkus lateral (Ellis, 2006). Menurut

susunannya, bagian dari otak terdirioleh serebrum, serebelum, dan

batang otak yang dibentuk oleh mesensefalon, pons, dan medulla

oblongata. Bila kalvaria dan dura mater disingkirkan, di bawah

lapisan arakhnoid mater kranialis dan pia mater kranialis terlihat girus,

sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura korteks serebri

membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang disebut

lobus (Moore & Agur, 2007). Kelainan-kelainan yang biasanya

menyerang otak antara lain tumor, edema, kelainan bawaan (hiperplasia

porenchepatia hipoptasia), trauma, peradangan dan penyakit degeneratif

seperti alzheimer sclerotic dan parkinson (Syaifudin, 2011).


Tumor pada dasarnya adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak

terkendali di bagian tubuh mana pun, sedangkan tumor otak adalah

pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di otak. Sebuah tumor otak

bisa jinak atau ganas. Otak jinak tumor memiliki keseragaman dalam

struktur dan tidak mengandung sel aktif (kanker), sedangkan tumor otak

ganas memiliki ketidakseragaman (heterogen) dalam struktur dan

kandungan sel aktif. Glioma dan meningioma adalah contohnya tumor

tingkat rendah, diklasifikasikan sebagai tumor jinak dan glioblastoma dan

astrositoma adalah kelas tumor tingkat tinggi, digolongkan sebagai tumor

ganas.1 Sekitar 67.900 tumor SSP primer baru didiagnosis setiap tahun

di Amerika Serikat (21 per 100.000 orang), dari 44.910 kasus tumor otak

ganas. Jumlah tersebut baru didiagnosis tumor, sekitar 28% adalah

glioma, yang merupakan 80% dari semua tumor otak primer ganas.

Magnetic Resonance Image (MRI) mempunyai peran penting

dalam pemeriksaan diagnostik hampir semua pasien dengan tumor.(

American Brain Tumor Association ). Penggunaan MRI dalam

menegakkan diagnosa adanya tumor dapat dilakukan dengan berbagai

macam sekuen seperti spectroscopy, DTI maupun DWI.

Besarnya kuat medan magnet MRI akan mempengaruhi

kemampuan dalam pencitraan seperti hasil resolusi gambar, menurunkan

scan time dan mampu mencitrakan fungsional jaringan . Salah satu

contoh pencitraan fungsional adalah Magnetic Resonance Spectroscopy

(MRS). MRS adalah metode dalam MRI yang digunakan untuk mengukur

nilai kimia pada jaringan (biopsy elektronik). Prinsipnya dengan cara

mencatat dan mengevaluasi sinyal dari metabolit jaringan (metabolic

peak) yang dihasilkan oleh frequency shift (dalam satuan parts per million,
ppm) (European Journal Radiology). Magnetic Resonance Spectroscopy

in vivo dapat dilakukan dengan cara mengeksitasi proton pada atom 1H

(hidrogen), 23Na (natrium) dan 31P (fosfor), namun hanya proton pada

atom hidrogen yang menghasilkan Signal to Noise Ratio (SNR) yang lebih

baik. Saat ini pemeriksaan MRS dapat dilakukan pada otak, payudara dan

prostat. Aplikasi MRS ini meliputi evaluasi perubahan biokimia maupun

gangguan metabolit pada area yang diperiksa (Hajek M).

Fungsi MRS ini sendiri adalah untuk menilai perubahan biokimia

terutama kandungan N-acetyl aspartate (NAA) dalam tumor, stroke dan

epilepsy serta menganalisis adanya infeksi pada jaringan otak. Kasus

gangguan metabolit ditandai dengan penurunan spektrum NAA dan

sering kali disertai peningkatan spektrum laktat yang menandai adanya

infeksi pada area otak. Metabolit rasio pada otak normal adalah NAA/cr

2,0, NAA/Cho 1,6, Cho/Cr 1,2, Cho/NAA 0,8 dan Myo/NAA 0,5.

Sedangkan Metabolit Rasio Otak abnormal adalah NAA/cr <1,6, NAA/Cho

<1,2, Cho/Cr >1,5, Cho/NAA >0,9 dan Myo/NAA >0,8.

Pengukuran metabolit pada pemeriksaan MRS menurut Joseph P

Cousin (AJR 1995) sangat dipengaruhi oleh pengaturan nilai Time Echo

(TE), Time Repetation dan pemilihan teknik voxel. Faktor yang paling

berpengaruh signifikan pada pemeriksaan MRS adalah TE karena

berpengaruh terhadap T2panjang dan mampu memperlihatkan nilai

metabolit normal dan abnormal pada pemeriksaan MRS Otak. Variasi nilai

time echo menggunakan TE pendek 35 ms, medium 144 ms dan panjang

288 ms. Penggunaan TE pendek 35 ms akan menghasilkan spektrum

metabolit yang lebih detail dan kompleks, karena dapat menampilkan

spectrum metabolit dengan waktu T2 panjang maupun pendek seperti

myo-inosotol (mI), Glutamate- Glutamine (Glx) dan lipid, yang seharusnya


sudah menghilang pada TE yang lebih lama. Penggunaan TE medium

144 ms atau TE panjang 288 ms merupakan nilai TE yang sering

diaplikasikan pada kasus-kasus di otak. Nilai TE medium atau panjang

akan menghasilkan spektrum dengan baseline yang datar terlebih pada

TE 288 ms dan hanya ada tiga metabolit yang terdeteksi pada kondisi

normal yaitu Choline (Cho), Creatine (Cr) dan N-acetyl aspartate (NAA),

hal ini disebabkan TE panjang hanya akan mendeteksi kandungan

metabolit dengan relaksasi T2 panjang. Selain itu, TE 144 ataupun 288

mampu menampakkan spectrum laktat jika terdapat patologi berupa

abses pada area yang dilakukan scanning karena nilai TE 144 atau 288

ms merupakan nilai TE yang dapat menginversi sinyal laktat tersebut.

Namun Hashemi (2010) menambahkan bahwa semakin panjang nilai TE,

maka akan menurunkan puncak spectrum dari hasil MR Spectroscopy.

Sehingga metabolit dengan waktu T2 yang pendek akan hilang dan

metabolit dengan waktu T2 yang panjang akan menurun puncak

spektrumnya seiring dengan bertambahnya nilai TE. Hasil penelitian Agi

Febrian Trihadijaya (2018) menyatakan bahwa nilai TE 35 ms merupakan

nilai yang cukup optimal dalam pengukuran metabolit Otak normal.

Menurut Joshua M Tognarelli, bahwa optimalisisasi parameter

pemeriksaan MRS yaitu pada TR 2000ms dan TE pendek 30 – 35ms,

karena TE panjang akan melemahkan signal dari resonansi makromolekul

seperti lipid.

Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) memiliki fasilitas MRI dengan

medan magnet dengan kekuatan 1,5 Tesla ini sudah mampu melakukan

pemeriksaan MRS. Aplikasi MRS di RSDM dilakukan pada otak dengan

berbagai kasus seperti tumor, kanker, epilepsy, alzheimer, dementia, dan

kasus-kasus gangguan metabolit lainnya yang memungkinkan untuk


dilakukan analisis dengan menggunakan MRS. Parameter nilai TE pada

pemeriksaan MRS yang digunakan di RSDM ialah TE medium 144 ms.

Penggunaan nilai TE ini berbeda dengan penggunaan nilai TE yang

sering digunakan pada aplikasi MRS dengan kasus-kasus di otak, yaitu

35 ms atau TE panjang 288 ms. Tidak ada alasan khusus mengenai

penggunaan TE medium 144 ms di RSDM ini, hanya saja TE 144 ms

akan menghasilkan peaks metabolit NAA, Cho dan Cr yang mana ketiga

peaks ini adalah metabolit yang akan dievaluasi. Sehingga berapa nilai

metabolit terukur dari penggunaan variasi nilai TE serta nilai TE manakah

yang mampu memperlihatkan selisih terkecil terhadap nilai metabolit

abnormal pada pemeriksaan Magnetic Resonance Spectrsocopy otak.

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis

tertarik untuk membahas topik ini dan bermaksud mengangkat topik ini

dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Nilai Time Echo

Pemeriksaan Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) Terhadap

Pengukuran Nilai Metabolit Pada Kasus Tumor Brain Di Instalasi

Radiologi RSUD Dr.Moewardi ”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh variasi nilai time echo pada pemeriksaan

Magnetic Renonance Spektroscopi (MRS) terhadap pengukuran

metabolik pada kasus Tumor Brain di Instalasi Rumah Sakit dr.

Moewardi?

2. Berapakah nilai time echo yang lebih optimal pada pemeriksaan

Magnetic Resonansi Spektroscopy (MRS) Tumor Brain untuk

memperlihatkan nilai metabolik tumor ?


C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi time echo pada pemeriksaan

Magnetic Resonansi Spektroscopy (MRS) Tumor Brain terhadap

pengukuran metabolik di RSUD dr. Moewardi

2. Mengetahui time echo yang lebih optimal pada pemeriksaan Tumor

Brain untuk pengukran metabolik jaringan tumor

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan memberi wawasan dan tambahan

informasi mengenai teknik pemeriksaan MRS

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dijadikan bahan kajian dan masukan kepada unit

radiologi terkait dalam upaya pengembangan ilmu dan meningkatkan

pelayanan diagnostic di rumah sakit.

E. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang menyerupai antara lain :

1. Hutabarat (2017), Prosedur Pemeriksaan Magnetic Spectroscopy

(MRS) Kepala pada Kasus Alzheimer di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Borromeus Bandung. Perbedaannya yaitu pada kasus yang

diteliti dan jenis penelitian. Persamaannya sama-sama teknik

pemeriksaan magnetik spectroscopy pada brain. Hasilnya adalah

MRS mempunyai peranan penting dalam memperkuat diagnosa klinis

dalam spektrum fungsional metabolit.

2. Agi Febrian Trihadijaya (2018) Pengukuran Nilai Metabolit Pada

Penggunaan Variasi Nilai Time Echo Pemeriksaan Magnetic


Resonance Spectroscopy Otak”. Perbedaan pada metabolic yang

diukur, pada penelitian terdahulu yaitu pengukuran terhadap

metabolic brain normal sedangkan pada penelitian ini metabolik yang

diukur pada tumor brain. Perbedaan pada sampel yang digunakan,

penelitian terdahulu menggunakan objek brain volunteer sedangkan

pada penelitian ini menggunakan objek pasien tumor brain. Penelitian

terdahulu menggunakan single voxel pada pesawat MRI 3 Tesla,

sedangkan penelitian ini menggunakan multi voxel pada pesawat MRI

GE 1,5 Tesla. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti variasi time echo. Hasil Penelitian terdahulu yaitu bahwa nilai

TE 35 ms merupakan nilai yang cukup optimal dalam pengukuran

metabolit Otak Normal.

3. Antonin Skoch “Spectroscopic Imaging: Basic Principles”

Perbandingan dari SI dan SVS techniques. Persamaan sama-sama

meneliti tentang Pengukuran Metabolit Spectroscopy. Perbedaan

penelitian terdahulu meneliti tentang perbandingan penggunaan multi

voxel dan single voxel. Hasil penelitian bahwa Spectroscopy

menggunakan multi voxel lebih bagus daripada single voxel”

4. Joshua M Tognarelli, dkk “ Magnetic Resonance Spectroscopy:

Principles and Techniques: Lesson For Clinician Clinical : Departmen

of Medicine, Impereal Collage London (2015). Persamaan: penelitian

tentang parameter TE. Perbedaan: penelitian sebelumnya membahas

lebih komples aspek fisika pada spektroskopi. Hasil Penelitian: bahwa

puncak MRS amplitudo bergantung pada TE dan TE, TR minimal

2000 ms dan TE 30-35 ms


BAB II

A. ANATOMI BRAIN

B. INDIKASI PEMERIKSAAN MRI BRAIN

C. MRI

D. PENGERTIAN MR SPEKTROSKOPI

E. PRINSIP DASAR MR SPEKTROSKOPI


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan eksperimental.

2. Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Dr. Moewardi

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan adalah nilai metabolic tumor dengan

variasi time echo pada Magnetic Resonance Spectroscopy tumor

brain

B. Kerangka konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

 Variasi Time Echo  Nilai Metabolic pada


MRS Tumor Brain

Variabel Terkontrol

 TR
 Voxel
 NEX
 Bandwidth
 Matrix
 Flip angle
C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel penelitian citra MRI Spektroskopi pada kasus Brain

Tumor adalah. Sampel menggunakan 3 variasi time echo dari 10 pasien

kasus brain tumor.


DAFTAR PUSTAKA

American Brain Tumor Association. http://www.abta.org.

Hajek M,Dezortova M. “Introduction to Clinical In Vivo Spectroscopy”, Europe

Journal Radiology 2008:67 (2) : 185-93

Barker, Peter B, Alberto Bizzi, Nicole De Stefano, Rao Gullapalli dan Doris D.

M.Lin.” Clinical MR Spectroscopy: Technique and Applications”. Cambridge

University Press. 2010

Mauricio Castillo, Lester Kwock, and Suresh K. Mukherji “Clinical Applications of

Proton MR Spectroscopy” From the Department of Radiology, University of

North Carolina School of Medicine, Chapel Hill. AJNR 17:1–15, Jan 1996

0195-6108/96/1701–0001 American Society of Neuroradiology

Alena Horská, Ph.D. Imaging of Brain Tumors: “ MR Spectroscopy and Metabolic

Imaging” University School of Medicine, and The Kennedy Krieger Institute,

Baltimore, Maryland

Joshua M Tognarelli, dkk “Journals Magnetic Resonance Spectroscopy:

Principles and Techniques: Lesson For Clinician Clinical : Departmen of

Medicine, Impereal Collage London (2015)

Hutabarat, Leni Maria Br. “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance

Spectroscopy (MRS) Kepala pada Kasus Alzheimer di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Semarang”: Repository Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang. 2017.

Agi Febrian Trihadijaya (2018) “Pengukuran Nilai Metabolit Pada Penggunaan

Variasi Nilai Time Echo Pemeriksaan Magnetic Resonance Spectroscopy

Otak” Semarang”: Repository Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

2018.

Anda mungkin juga menyukai