Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO

GENU DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL ERECT


PADA KASUS OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) KARANGASEM

DISUSUN OLEH:

1. I WAYAN AGUS PRANATHA WIJAYA 012215007


2. IDA AYU PUTU PRIMA DEWI 012215009
3. TANIA PAULA DELFINO DA SILVA 012215044
4. I KOMANG PADE URIP PURNAWAN 012215045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


BALI

(ATRO BALI)
2023/2024

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Htang Widhi Wasa karena
atas segala rahmat yang dilimpahlan-Nya, sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN
ARTICULATIO GENU DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL
ERECT PADA KASUS OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT RSUD
KARANGASEM”. Dapat diselesaikan tepat waktu.

Laporan ini merupakan hasil dari upaya kami selama menjalani Praktek Kerja
Lapangan (PKl) dalam memahami dan mendokumentasikan penggunaan teknik
pemeriksaan radiologi yang spesifik terhadap kasus osteoarthritis pada pasien yang
mendapatkan perawatan di RSUD Karangasem. Laporan kasus ini disusun sebagai
salah satu syarat memenuhi mata kuliah PKL I di bidang Teknik Radiologi dan Radio
Terapi.

Praktikan mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim medis di RSUD Karangasem
atas kerjasama dan dukungan yang berharga dalam pengumpulan data serta
pelaksanaan pemeriksaan radiologi pada pasien-pasien yang terlibat dalam kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi
praktisi medis, peneliti, dan semua pihak yang tertarik dalam bidang radiologi
muskuloskeletal.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini bukanlah hasil akhir dari
pembelajaran ini, melainkan langkah awal dalam pemahaman yang lebih mendalam
mengenai osteoarthritis dan teknik pemeriksaan radiologi yang berkaitan. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan guna meningkatkan kualitas laporan dan
pengetahuan di masa yang akan datang.

Terima kasih.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN

1.3 MANFAAT

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI KNEE JOINT atau GENU

2.2 FISIOLOGI KNEE JOINT atau GENU

2.3 PATOFISIOLOGI KNEE JOINT

2.4 TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI KNEE JOINT

BAB III

PEMAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 PEMAPARAN KASUS

3.2 PEMBAHASAN

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era globalisasi yang semakin maju ini, ilmu pengethuan serta teknologi

semakin maju dengan ditandai banyaknya penemuan dibidang kesehatan salah

satunya ilmu kedokteraan. Ilmu kedokteran tidak bisa terlepas dari radiologi, sejak

ditemukannya Sinar-X oleh Wilhen Conrad Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X adalah

gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang pendek dan dapat

menembus suatu bahan, dalam hal ini Sinar-X dapat menembus organ tubuh manusia

yang akan menimbulkan dampak negatif dan harus digunakan dengan hati-hati

(Rosad,2005)(Sandstrom, 2003).

Pemeriksaan dibidang radiologi merupakan pemeriksaan yang mampu

menegakkan diagnosa yang terdapat kelainan pada tubuh manusia, karena hasil

gambaran radiografi mampu menggambarkan dan memberikan informasi mengenai

anatomi dan fisiologi dari organ tubuh manusia (Yueniwati, 2014). Tubuh manusia

terdiri dari susunan tulang yang membentuk tubuh dan melindungi organ dalam

tubuh. Untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari manusia memiliki alat gerak. Alat

gerak tubuh manusia sangat kompleks terdiri dari ekstremitas atas dan ekstremitas

bawah. Articulatio genu merupakan salah satu dari anggota gerak ekstremitas bawah.

Sendi lutut merupakan sendi yangt paling kompleks pada tubuh manusia, sendi ini

dibentuk oleh tulang femur, tibia, fibula, dan patella yang disatukan oleh ligamen

(Netter, 2014).

Sendi lutut adalah sendi engsel yang terbentuk dari sambungan antara femoral

dan tibial kondil dan antra patella dan permukaan patella dari femur (Ellis dan
Mahadevan, 2013). Sendi atau articulatio adalah istlah yang digunakan untuk

menunjukan pertemuan antara dua atau lebih dari beberapa tulang kerangka tubuh.

Ada terdapat tiga jenis sendi utama, yaitu sendi fibrus atau amfiartroses, sendi tulang

rawan atau amfiartroses dan sendi sinovial atau diartroses. Sendi lutut adalah sendi

engsel dengan perubahan yang dibentuk kedua kondil femur yang bersendi dengan

permukaan superior kondil-kondil tibia (C. E. Pearce, 2013).

Berbagai macam jenis penyakit yang dapat menyerang persendian pada lutut,

salah satunya adalah radang sendi yang bisa dikenal dengan istilah osteoarthritis.

Osteoarthritis adalah penyakit akibat generatif tulang rawan sendi denagn disertai

terbentuknya bibir dipinggiran tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi

dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera

masalalu dan abnormalitas bawaan pada susunan tulang.

Berdasarkan teori untuk dapat menilai kelainan pada knee joint dapat dilakukan

dengan beberapa proyeksi, diantaranya yaitu proyeksi pemeriksaan rutin knee

jointAntero-Posterior (AP) dengan CR vertikal tegak lurus dan Lateral (mediolateral)

dengan penyudutan CR 5-7 chepalad (Bontrager,2018).

Menurut Frank, Long dan Smith pemeriksaan rutin untuk articulatio genu

proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing disarankan pemeriksaan dilakukan

secara bilateral pada kasus arthritis, mereka mengemukakan bahwa pada pemeriksaan

weight bearing memperlihatkan penyempitan pada rongga sendi secara langsung

dibanding pemeriksaan non weight bearing (Long, Rollins dan Smith, 2012).

Sedangkan menurut Whitley, Sloan, dan Moore Proyeksi Antero-Posterior (AP)

weight bearing dilakukan untuk pada klinis kelainan bawaan seperti valgus (Bow

Leg) dan varus (Knock Knee) (Whitley et al., 2016).

Berdasarkan selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di rumah sakit,

untuk pemeriksaan articulatio genu dilakukan dengan posisi Antero-Posterior (AP)


dan Lateral. Dan khusus pada kasus osteoarthritis pemeriksaan articulatio genu

dilakukan dengan posisi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan Lateral Supine.

Namun, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karangasem pemeriksaan articulatio

genu dengan kasus osteoarthritis dilakukan dengan dua proyeksi, yaitu Antero-

Posterior (AP) weight bearing dan Lateral Erect, berbeda dengan teori diatas. Pada

proyeksi Lateral posisipasien erect dan lutut difleksikan. Dari latar belakang masalah

tersebut, praktikan tertarik dan berkeinginan menggali lebih dalam tentang

pemeriksaan articulatio genu dengan kasus osteoarthritis proyeksi Antero-Posterior

(AP) weight bearing dan Lateral Erect di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Karangasem dengan tujuan untuk melihat seberapa besar penyempitan yang terjadi

pada celah sendi lutut dengan adanya tekanan dari berat tubuh, yang selanjutnya akan

diangkat ke dalam bahan laporan kasus hasil praktikum di RSUD karangasem dengan

judul “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU

DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL ERECT PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

KARANGASEM”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana teknik pemeriksaan Articulatio Genu AP Weight Bearing dan

Lateral Erect digunakan dalam diagnosis dan penilaian kasus osteoarthritis

pada pasien yang berobat di RSUD Karangasem?


2. Mengapa pada pemeriksaan radiografi knee joint pada kasus osteoarthritis

menggunakan proyeksi lateral tanpa penyudutan?


3. Bagaimana hasil pemeriksaan ini dapat memberikan wawasan mengenai

tingkat keparahan dan karakteristik osteoarthritis pada pasien tersebut?


4. Bagaimana upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan

articulatio genu di Instalasi Radiologi RSUD Karangasem?


5. Apa kelebihan dan kelemahan dari proyeksi yang digunakan?
1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi pemeriksaan radiografi articulatio genu proyeksi Antero-

Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus osteoarthritis di Rumah

Sakit Umum Daerah Karangasem.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan karateristik pasien pada pemeriksaan radiografi articulatio

genu proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan

kasus osteoarthritis di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


b. Untuk menjelaskan persiapan pasien pada articulatio genu proyeksi Antero-

Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus osteoarthritis di

Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


c. Untuk menjelaskan persiapan alat pemeriksaan radiografi articulatio genu

proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus

osteoarthritis di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


d. Untuk menentukan faktor eksposi pemeriksaan radiografi articulatio genu

proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus

osteoarthritis di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


e. Untuk menjelaskan proyeksi pemeriksaan radiografi articulatio genu proyeksi

Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus

osteoarthritis di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


f. Untuk menjelaskan processing gambar pemeriksaan radiografi articulatio

genu proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan

kasus osteoarthritis di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


g. Untuk mengevaluasi hasil gambaran pemeriksaan radiografi articulatio genu

proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus

osteoarthritis di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem.


1.4 MANFAAT

1. Manfaat Bagi Praktikan

Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) ini yang berjudul

“LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU DEXTRA

AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL ERECT PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT RSUD KARANGASEM” dapat memberi

pengalaman dan dapat menbah wawasan praktikan tentang teknik pemeriksaan

articulatio genu weight bearing AP dan lateral erect pada kasus osteoarthritis.

2. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) yang

berjudul “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU

DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL ERECT PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT RSUD KARANGASEM” ini dapat

menambah referensi tentang teknik pemeriksaan articulatio genu weight bearing AP

dan lateral erect pada kasus osteoarthritis.

3. Manfaat Bagi Pembaca

Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) yang

berjudul “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU

DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL ERECT PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT RSUD KARANGASEM” ini dapat

menambah wawasan dan memberikan pemahaman tentang teknik pemeriksaan

articulatio genu weight bearing AP dan lateral erect pada kasus osteoarthritis di
Instalasi Radiologi RSUD Karangasem.

4. Institusi Rumah Sakit

Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) yang

berjudul “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU

DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL ERECT PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT RSUD KARANGASEM” ini dapat

menambah referensi tentang teknik pemeriksaan articulatio genu weight bearing AP

dan lateral erect pada kasus osteoarthritis


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI KNEE JOINT ATAU GENU

Sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk kedua

kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior kondil- kondil tibia. Patella

terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dan di atas itu patella

meluncur sewaktu sendi bergerak. Patella berada di depan bagian- bagian persendian

yang utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi sendi lutut.

Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh

manusia. Knee joint terdiri dari femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu

kelompok yang kompleks oleh ligamen (Ballinger,2012).

Knee joint adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk kedua

kondilus femur yang bersendi dengan permukaan superior kondilus tibia. Patella

terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dandi atas itu patella

meluncur sewaktu sendi bergerak. Patella berada didepan bagian-bagian persendian

yang utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi sendi lutut (Pearce, 2018).

Struktur interartikuler. Beberapa struktur penting berada didalam sendi lutut.

Tulang rawan semilunaris terletak di atas permukaan persendian yang berupa dataran

tinggi dari tibia guna memperdalamnya untuk penerimaan kondiler dari femur

(Pearce, 2009).
Keterangan:

1. Permukaan patella.
2. Ligamen cruciatum posterior.
3. Ligamen cruciatum anterior.
4. Meniscus medial.
5. Meniscus lateral.
6. Ligamen kollateral fibular.
7. Ligamen kollateral tibial.

Gambar 1. Anatomi sendi lutut dari posisi anterior (Ballinger, 2003).

Keterangan:

1. Ligamen cruciatum anterior.


2. Ligamen cruciatum posterior.
3. Meniscus lateral.
4. Meniscus medial.
5. Ligamen kollateral fibular.
6. Ligamen kollateral tibial.
7. Fibula.

Gambar 2. Anatomi sendi lutut dari posisi posterior (Ballinger,

2003).
Keterangan:

1. Femur.
2. Patella.
3. Meniscus.
4. Cairan sinovial.
5. Meniscus.
6. Kartilago articular.
7. Tibia.

Gambar 3. Anatomi sendi lutut dari posisi lateral (Ballinger, 2003).

Berikut ini merupakan bagian-bagian dari genu atau knee joint, yaitu:

a. Femur

Femur adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang ini bersendi dengan

acetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia menjulur ke bawah

membuat sendi dengan tibia dan membentuk formasi knee joint. Bentuknya berupa

tulang pipa dan mempunyai dua ujung. Pada bagian distal femur terdapat dua buah

kondilus dan sebuah interkondiler sebuah permukaan politeum dan sebuah permukaan

patellaris. Lekuk interkondiler memberikan ikatan kepada ligamen knee joint. Di

sebelah depan kondilus di pisahkan oleh permukaan patellaris yang terbentang

anterior antara kedua kondilusitu dan di atas permukaan ini terletak patella. Femur

mengadakan persendian dengan tiga tulang, tulang koxa, tulang tibia dan patella,

tetapi tidak bersendi dengan fibula.

b. Patela

Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang

berkembang di dalam tendon otot kwadrisep extensor. Apex patella meruncing ke

bawah. Permukaan dari tulang ialah kasar. Permukaan posteriornya halus dan bersendi

dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur. Letaknya di depan lutut, tetapi
tidak ikut serta di dalamnya.

c. Cruris

Pada bagian proximal tibia terdapat kondilus medial dan kondilus lateral, bagian

ini merupakan bagian paling atas dan paling tepi pada tibia. Permukaan superiornya

memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi knee

joint. Permukaan tersebut halus dan di atas permukaannya yang datar terdapat tulang

rawan semilunar yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan

kondil femur. Tuberkel dari tibia ada di sebelah depan tepat di bawah kondil-kondil.

Bagian depan memberi kaitan kepada tendon patella, yaitu tendon dari inversi otot

extensor kwadrisep.

d. Tulang Rawan

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel

kondrosit dan matriks. Matriks tulang rawan terdiri atas sabut- sabut protein yang

terbenam di dalam bahan amorf (Rahmatnani, 2012).

Berikut ini merupakan fungsi tulang rawan, yaitu:

 Melindungi Tulang dan Sendi

Tulang rawan berfungsi untuk melindungi tulang dan sendi. Jaringan ini

mengelilingi ujung-ujung tulang di persendian, bertindak sebagai bantalan sehingga

tulang tidak berbenturan satu sama lain saat kita bergerak. Dengan adanya bantalan

tulang rawan, tekanan yang diterima tulang jadi tidak berlebihan, sehingga tidak

rentan patah atau nyeri.

 Mengurangi Gesekan antar Tulang

Fungsi tulang rawan selanjutnya adalah untuk melumasi sendi, sehingga tidak

terjadi gesekan berlebih antar tulang. Ketika kedua tulang bertemu di persendian,

tulang rawan akan mencegah benturan dua tulang keras, sehingga tidak terjadi rasa
nyeri dan membuat sendi bekerja lebih baik.

 Menopang Struktur Tubuh

Tulang rawan juga berfungsi untuk menopang struktur tubuh. Jaringan ini akan

membantu sendi tetap pada bentuk terbaiknya ketika tubuh bergerak. Tulang rawan

juga berperan sebagai penghubung antara otot, tendon, dan ligamen dengan tulang.

e. Meniscus

Cartilago semilunaris (meniscus) adalah lamella fibrocartilago berbentuk C,

yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan

cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian

bebas.Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus

femoris.

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis

untuk menerima condyluemoris yang cekung. Cartilago Semilunaris terdiri dari dua

yaitu cartilago semilunaris medialis bentuknya dan cartilago semilunaris lateralis.

f. Cairan Sinovial

Cairan sinovial didefinisikan sebagai kumpulan cairan yang terkurung dalam

ruang sendi. Cairan sinovial bersifat fisiologis, dan bertindak sebagai pelumas ruang

sendi tulang rawan artikular, dan sumber nutrisi melalui difusi ke struktur sekitarnya

termasuk tulang rawan, meniskus, labrum, dll. Cairan sinovial diproduksi sebagai

ultrafiltrat plasma darah dan terutama terdiri dari hyaluronan, pelumas, proteinase,

kolagenase, dan prostaglandin. Produksi cairan sinovial berasal dari fibroblas seperti

sel sinovial tipe B (Aaro J.Seidman; Faten Limaiem, 2023).

Cairan sinovial merupakan materi kental yang jernih seperti putih telur. Materi

ini terdiri dari 95% air dengan pH 7,4 dan merupakan campuran polisakarida

(sebagian besar asam hialurunat), protei, dan lemak. Cairan sinovial berfungsi untuk
melumasi dan memberikan nutrisi pada permukaan kartilago artikular. Cairan ini juga

mengandung sel fagosit untuk mengeluarkan fragmen jaringan mati (debris) dari

rongga sendi yang cidera atau infeksi (Sloane, 2004).

g. Membran Sinovial

Membran sinovial adalah penghalang tipis yang melapisi bagian dalam

beberapa sendi. Mungkin juga melihatnya disebut sebagai sinovium. Selaput sinovial

membungkus sendi dalam lapisan cairan sinovial. Cairan tersebut melindungi

persendian dan membantunya bergerak dengan lancar. Selaput sinovial adalah bagian

dari sistem muskuloskeletal yang membantu duduk, berdiri, dan bergerak.

Membran sinovial sendi lutut adalah terbesar dalam tubuh. Selain melapisi

struktur sendi, membran itu juga membentang ke atas dan ke bawah sampai di bawah

ligamen patela, dan membentuk beberapa bursa (kantong) sekitar sendi (Pearce,

2009).

h. Bursa

Bursa adalah kantung kecil berisi cairan di dalam tubuh yang terletak di dekat

tonjolan tulang dan persendian. Bursa bertindak sebagai bantalan antara otot, ligamen,

dan tulang serta memungkinkan struktur meluncur dan meluncur melewati satu sama

lain dengan mudah dan dengan gesekan minimal.

Bursa di tubuh terdiri dari membran sinovial . Selaput jaringan tipis ini

mengeluarkan cairan sinovial yang terkandung di dalam kantung bursa. Cairan

sinovial adalah pelumas tubuh, dan cairan kental di dalam bursa ini memungkinkan

struktur di tubuh meluncur satu sama lain dengan mudah.

Bursae sangat kecil dan tipis. Diameter rata-rata bursa pada manusia dewasa

adalah sekitar 4 cm, dan setiap bursa tebalnya sekitar 2 milimeter. Membran bursa

bersifat semi permeabel, memungkinkan beberapa bahan mengalir melintasi membran


masuk dan keluar kantung.

Bursae berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tonjolan tulang tubuh dan

otot, tendon, dan ligamen. Mereka membantu struktur meluncur dan meluncur

melewati satu sama lain saat terjadi gerakan. Bursa juga dapat memberikan sedikit

penyerapan kejutan, bursa olekranon di siku atau bursa pra-patela di lutut dapat

membantu melunakkan pukulan pada sendi tersebut.

i. Ligamen

Ligamen cruciata adalah dua ligamen intra capsular yang sangat kuat, saling

menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu

posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini

penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.

 Anterior Cruciate Ligamen

Anterior Cruciate Ligamen istilah cruciate berasal darikata crux yang artinya

(menyilang) dan crucial (sangatpenting).Cruciate ligament saling bersilangan satu

sama yanglain.menyerupai huruf X. Ligament ini longgar ketika knee joinflexi

dan tegang ketika ekstensi penuh.ACL adalah stabilisateruntuk knee joint pada

aktivitas pivot.Ukuran ACL panjangnyarata2 sekitar 4cm dan lebar rata2 10mm,

dapat menahantekanan seberat 500 pon sekitar 226kg Ligamentum inimelekat

pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan

lateral untuk melekat pada bagianposterior permukaan medial condylus lateralis

femoris.Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akanmenegang

bila lutut diluruskan sempurna.Ligamentum Cruciateanterior berfungsi untuk

mencegah femur bergeser ke posteriorterhadap tibiae.Bila Knee joint berada

dalam keadaan fleksiligamentum Cruciate anterior akan mencegah tibiae tertarik

keposterior. Anterior Cruciate Ligament(ACL)berperan priersebagai tahanan

terhadap translasi tibial anterior dan untuk meminimalisasi rotasi tibia dan
berperan sekunder menahan tekanan valgus dan varus. (Maguire J,2009).

 Posterior Cruciate Ligamentum

Posterior Cruciate Ligamentum melekat pada area intercondylaris posterior dan

berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior

permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur

bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila Knee joint dalam keadaan

fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Posterior

Cruciate Ligament ini berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae

dan bila Knee joint dalam keadaan fleksi, Posterior Cruciate Ligament akan mencegah

tibiae tertarik ke posterior.

2.2 FISIOLOGI KNEE JOINT atau GENU

Knee joint dapat melakukan fleksi, ekstensi dan rotasi. Pada saat sendi lutut

dalam keadaan ekstensi maksimal, rotasi medial femur mengakibatkan pemutaran dan

peregangan semua ligamentum utama danlutut berubah menjadi struktur yang secara

mekanis kokoh, cartilagomenisci ditekan seperti bantal karet diantara condylus

femoralis dantibiae.

Sebelum dapat dilakukan fleksi sendi, ligamentum-ligamentum utamaharus

mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinyagerakan-gerakan

diantara permukaan sendi. Proses mengurai danmengendur ini terjadi oleh musculus

popliteus yang memutar femur kelateral terhadap tibia. Sekali lagi menisci harus

menyesuaikan bentuknyaterhadap perubahan bentuk condylus femoris. Perlekatan

musculuspopliteus pada meniscus lateralis mengakibatkan struktur ini tertarik juga ke

belakang.

Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi sembilan puluh derajat, dapat dilakukan

rotasi dalam derajat tertentu. Pada posisi fleksi, tibia secara pasif dapat juga

digerakkan ke depan dan belakang terhadap femur. Hal ini dimungkinkan karena
ligamentum-ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum pada posisi ini

terdapat dalam keadaan lemas(Snell,2012).

Sendi lutut memiliki sumbu gerak dan gerakan-gerakan

sebagaiberikut(Schunke,2015):

a. Gerakan Ekstensi
Hanya ligamen collateralia yang tegang pada saat posisi ekstensi.

Ligamenta cruciata atau paling tidak sebagian dari ligamen ini tegang dalam

setiap posisi sendi. Pada saat terjadi ekstensi yang berlebih (hiperekstensi),

maka condylus femoralis akan berputar sehingga ligamenta collateralia tibia

tidak terdapat lipatan sama sekali.


b. Gerakan Fleksi
Saat fleksi knee joint, maka ligamena collateralia fibula dan ligamenta

collateralia tibia longgar sempurna sedangkan ligamenta cruciata anterior dan

posterior teregang.
c. Gerakan Rotasi
Pada saat terjadi gerakan rotasi medial, maka ligamenta cruciata akan

terpiih satu dengan lainnya. Kemudian, serabut-serabut ligamenta collateralia

tibia dorsalis memgalami peregangan. Sedangkan pada saat rotasi lateral,

maka ligamenta cruciata akan sedikit longgar.

Keterangan:

1. Meniscus.
2. Ligamen krusiatum anterior.
3. Ligamen krusiatum posterior.
4. Ligamen kollateral tibia.
5. Ligamen kollateral fibula.

Gambar 2.1 Sumbu gerak knee joint (A) Posisi ekstensi, (B) Posisi fleksi, (C) Posisi
fleksi dan rotasi internal (Schunke, 2015).

Gambar 2.2 Pergerakan yang dapat dilakukan knee joint (A) Fleksi lutut, (B)

Ekstensi lutut, (C) Rotasi intenal lutut, (D) Rotasi eksternal lutut (Cael,

2018).

2.3 PATOLOGI OSTEOARTHRITIS


Pemeriksaan radiografi knee joint dilakukan karena adanya beberapa

kelainan atau gangguan antara lain:


1. Pengertian
Osteoarthritis merupakan suatu gangguan kesehatan degeneratif

dimana terjadi kekakuan dan peradangan pada persendian yang

ditandai dengan kerusakan rawan sendi sehingga dapat menyebabkan

nyeri pada sendi tangan, leher, punggung, pinggang, dan yang paling

sering adalah pada sendi lutut (Kalim & Wahono, 2019). Osteoarthritis

biasanya menimbulkan gejala kerusakan progresif dan menipisnya

tulang rawan artikular disertai rasa nyeri dan kekakuan (Brandth,

2010). Penyebab osteoartritis dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya yaitu hilangnya tulang rawan, hipertrofi tulang, dan

penebalan kapsul tulang (Yubo & et al, 2017).


Penulis menyimpulkan bahwa osteoartritis merupakan suatu

penyakit degeneratif yang paling sering dialami oleh lansia

dikarenakan kerusakan tulang rawan sendi sehingga menyebabkan

nyeri, kekakuan, dan peradangan.


2. Etiologi
Terjadinya osteoartritis disebabkan karena beberapa hal seperti yang

dikemukakan oleh Sellam J tahun 2013 yaitu :


a) Perubahan metabolik seperti akibat dari penyakit wilson, artritis

krista, akromegali, hemokromatosis.


b) Kelainan anatomi atau struktur sendi seperti panjang tungkai tidak

sama, deformitas valgus atau varus, dislokasi koksa kongenital.


c) Trauma: trauma sendi mayor, fraktur pada sendi atau osteonekrosis,

akibat bedah tulang.


d) Inflamasi: semua atropati inflamasi dan artritis septik.

3. Patofisiologi
Osteoarthritis terjadi karena adanya perubahan pada metabolisme

tulang rawan sendi khususnya sendi lutut. Peningkatan aktivitas enzim

yang bersifat merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi dan

menurunnya sintesis proteoglikan dan kolagen. Pada proses degenerasi

kartilago articular akan menghasilkan zat yang bisa menimbulkan

suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag untuk menghasilkan

IL-1 sehingga meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks

ekstraseluler (Sembiring, 2018).


Perubahan proteoglikan mengakibatkan tingginya resistensi tulang

rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh yang

lainyang dapat membebani sendi. Menurunnya kekuatan tulang rawan

akan disertai perubahan yang tidak sesuai dengan kolagen dan

kondrosit akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi

perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi yang diikuti

oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi. Jika dilihat melalui


mikroskop,terlihat permukaan tulang rawan mengalami fibrilasi dan

berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan akan menyebabkan

penyempitan rongga sendi (Sembiring, 2018).

Gambar 2.3 Gambaran patologis osteoarthritis.

Terjadinya pembentukan osteofit pada tepi sendi terhadap tulang rawan yang

rusak. Pembentukan osteofit merupakan suatu respon fisioligis untuk memperbaiki

dan membentuk kembali sendi. Dengan penambahan luas permukaan sendi untuk

menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan awal tulang

rawan pada osteoarthritis. Semakin lama akan terjadi pengikisan yang progresif yang

menyebabkan tulang dibawahnya akan ikut terkikis. Pada tekanan yang melebihi

kekuatan biomekanik tulang, akan mengakibatkan tulang subkondrial merespon

dengan meningkatkan selularitas dan vascular sehingga tulang akan menjadi tebal dan

padat. Proses ini disebut eburnasi yang nantinya mengakibatkan scelerosis tulang

subkondrial. Tulang rawan sendi menjadi aus, rusak, dan menimbulkan gejala

osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku,dan deformitas (Sembiring, 2018).

4. Faktor Resiko
Faktor resiko pada osteoarthritis terdiri dari:
a) Usia
Usia sangat mempengaruhi osteoarthritis karena berkaitan dengan
akumulasi gangguan sendi, penurunan sendi, penurunan fungsi

neuromuscular, dan menurunnya mekanisme perbaikan.


b) Aktivitas
Aktivitas dalam pekerjaan seperti jongkok, naik turun tangga,

mengangkat beban dapat meningkatkan resiko osteoarthritis karena

aktivitas tersebut dapat membebani sendi.


c) Obesitas
Semakin berat seseorang maka resiko terjadinya osteoarthritis

semakin besar, khususnya pada sendi lutut karena sendi bekerja

lebih berat untuk menopang beban sehingga menimbulkan stress

mekanis abnormal dan meningkatkan frekuensi penyakit.


d) Jenis Kelamin
Wanita memiliki resiko lebih besar terkena osteoarthritis

dibandingkan pria. Hal tersebut dikarenakan berkaitan dengan

hormonal. Estrogen dan pebentukan tulang memiliki peran dalam

perkembangan progresivitas penyakit OA (Prices & Wilson,2013).

Estrogen berpengaruh terhadap pembentukan osteoblast dan sel

endotel. Jika terjadi penurunan estrogen maka transforming growth

factor (TGF-) yang dihasilkan oleh osteoblast dan nitric oxide yang

dihasilkan sel endotel akan ikut menurun sehingga mengakibatkan

diferensiasi dan maturasi osteoklas meningkat. Pada wanita

monopause akan terjadi penurunan estrogen oleh karena itu wanita

memiliki lebih besar terkena osteoarthritis.


5. Klasifikasi Osteoarthritis
Penyakit osteoarthritis (OA) dapat diklasifikasikan antara lain

(Sjamsuhidajat,et.al.,2017):
a) OA Primer
OA primer atau disebut juga idiopatik tidak diketahui penyebabnya
dan dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Kelainan ini

terutama dijumpai pada wanita kulit putih usia pertengahan dan

umumnya menyerang banyak sendi (poliartikuler) dengan nyeri

akut disertai rasa panasdistal interphalangeal.


b) OA Sekunder
OA sekunder disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan

kerusakan pada sinovia.


6. Diagnosis
Diagnosis OA lutut dapat ditegakkan dengan te
Kriteria diagnosis yang dikembangkan oleh AmericanCollege of

Rheumatology antara lain(Lespasio,et.al,2017):


a) Klinis
Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, ditambah

krepitasi pada gerakan sendi aktif, kaku di pagi hari dengan durasi

kurang dari 30 menit, usia>50 tahun, pembesaran tulang lutut saat

pemeriksaan, nyeri tekan pada lutut saat pemeriksaan dan tidak

teraba hangat.
b) Klinis ditambah radiografi
Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, ditambah

bukti radiografi adanya osteofit pada tepi sendi ditambah gejala

krepitasi pada gerakan aktif, kaku di pagi hari dengan durasi

kurang dari 30 menit dan usia > 50 tahun.


c) Klinis ditambah laboratorium
Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, ditambah

krepitasi pada gerakan aktif, kaku dipagi hari dengan durasi kurang

dari 30 menit, usia>50 tahun, nyeri tekan tulang saat pemeriksaan,

pembesaran tulang, tidak teraba hangat, LED<40 mm/jam,

rheumatid factor<1,40 dan cairan sinovial sesuai tanda OA.


Pemeriksaan radiologis membantu diagnosis osteoarthritis, tetapi

adanya kelainan radiologis tidak terlalu berarti bahwa ini sebagai

penyebab satu-satunya keluhan penderita. Kreteria radiologis

osteoarthritis sebagai berikut (Misnadirly, 2010):


 Osteofit pada tepi sendi atau tempat melekatnya ligamen.
 Adanya periartikuler ossicle terutama DIP dan PIP.
 Penyempitan celah sendi disertai skelerosis jaringan tulang

subkondrial.
 Adanya kista dengan dinding yang sklerotik pada daerah

subkondrial.
 Perubahan bentuk tulang, misal pada caput femur

2.4 Teknik Pemeriksaan Radiografi Knee Joint


a. Definisi Pemeriksaan Knee Joint
Teknik pemeriksaan knee joint adalah teknik penggambaran

sendi lutut dengan menggunakan sinar-X untuk memperoleh

radiograf guna membantu menegakkan diagnosa (Long, 2016).

Secara historis, radiografi konvensionalberperan integral

dalam diagnosis dan penentuan penyakit sendi, foto polos

paling dilakukan bila terdapat riwayat trauma, kecurigaan

infeksi, kronik disabilitas progresif, atau kelainan

monoartikuler bila dipertimbangkan terapi alternatif atau bila

bermanfaat sebagai penilaian dasar proses yang diduga kronik

(Isselbacher, 2015). Menurut Braun dan Garry (2011) proyeksi

yang dapat digunakan dalam menegakkan klinis osteoarthritis

pada knee joint adalah proyeksi AP bilateral weight bearing.

Menurut Hiroyuki, et.al (2017) proyeksi yang dapat digunakan

dalam menegakkan klinis osteoarthritis pada knee joint adalah


Fixed Flexion View (FFW) atau proyeksi AP bilateral weight

bearing dan Standing Extended View (SEV) atau PA bilateral

weight bearing, sedangkan menurut LaValley (2005)

osteoarthritis dapat dievaluasi dengan proyeksi lateral weight

bearing yang berperan sebagai validitas dan reliabilitas untuk

mengevaluasi tibiofemoral joint space.


b. Persiapan Pasien dan Alat
Pemeriksaan knee joint tidak memerlukan persiapan pasien

secara khusus, hanya saja pada pasien dianjurkan untuk

melepas benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan

radiopaque. Selain itu sebelum pemeriksaan pasien diberi

penjelasan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan

dilakukan. Persiapan Alat meliputi Pesawat sinar-X, Kaset

ukuran 18 x 24 cm² atau 24 x 30 cm², marker R atau L,

identitas pasien dan pengolah film (Lampignano dan Leslie,

2018).
c. Proyeksi Pemeriksaan
Proyeksi pemeriksan radiografi knee joint untuk menampakkan

kelainan osteoarthritis knee joint meliputi:

1) Proyeksi Antero-Posterior (AP) (Long, 2016)


Proyeksi ini dapat menampakkan ruang sendi femorotibial apabila ada

kemungkinan degenarasi tulang rawan, ruang sendi dan fossa interkondilar

(Lampignano dan Leslie, 2018).


a) Ukuran Kaset
Ukuran kaset yang digunakan adalah 24x30 cm.
b) Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan. Pelvis tidak
mengalamiperputaran.
c) Posisi Obyek
Atur Knee true AP diatas kaset. Kaset horisontal diatas meja

pemeriksaan. Jika pasien tidak dapat true AP maka dapat digunakan

curva kaset.
d) Central Ray (CR)
Bervariasi tergantung jarak SIAS dengan kaset / meja pemeriksaan.

• <19 cm, CR : 3-5° Caudad

• 19-24 cm, CR : 0°

• >24 cm, CR : 3-5° Cephalad

e) Focus Film Distance (FFD)

Focus Film Distance yang digunakan adalah 100cm.

f) Centra Point (CP)

Diarahkan 1,3 cm Inferior dari Apex Patella.

Gambar 2.4 Gambar posisi Antero-Posterior (AP) (Long,2016).

g) Kreteria Radiograf
Tampak gambaran AP Knee.

Persendian Knee. Os Patella

superposisi dengan Os Femur

Gambar 2.5 Gambar hasil radiograf proyeksi AP (Long,2016)

2) Proyeksi Lateral (Long, 2016)

Proyeksi lateral dapat mengevaluasi aspek posterior knee joint, posisi patella,

tibial plateu, adanya osteofit pada posterior sendi. Tibiofemoral joint pada aspek

medial dan lateral dapat dievaluasi untuk melihat adanya kista subkondral dan

sklerosis subkondral (Melnic et.al., 2014).

Radiograf diambil pada sisi kanan dan sisi kiri knee joint. Pasien berdiri sejajar

dengan bucky, knee joint yang diperiksa maju kedepan dengan sisi lateral knee joint

yang sakit menempel pada bucky dan knee joint tersebut sejajar dengan bucky. Knee

joint yang diperiksa difleksikan 30° dan menjadi tumpuan berat tubuh. Ujung jari kaki

dari knee joint yang tidak diperiksa menyentuh tumit dari knee joint yang diperiksa

kemudian ekstensi penuh untuk mengunci posisi (LaValley, 2005).

a) Ukuran Kaset

Ukuran kaset yang digunakan adalah 24x30 cm.

b) Posisi Pasien
Pasien tidur menyamping (lateral) pada sisi yang akan difoto. Knee yang

akan difoto difleksikan. Knee yang tidak difoto diekstensikan dan diatur

dibelakang knee yang akan difoto supaya pasien lebih nyaman.Posisi Obyek
c) Posisi Obyek
Knee difleksikan 20°-30° diatas kaset horisontal supaya otot lebih relax

dan dapat menggambarkan volume Joint Cavity lebih maksimum. Letakkan

sandbag dibawah Ankle. Kedua Epicondylus dan Patella tegak lurus

terhadap kaset.
d) Central Ray (CR)
Diarahkan 5°-7° ke Cephalad.
e) Focus Film Distance (FFD)
Focus Film Distance yang digunakan adalah 100cm.
f) Centra Point (CP)
Diarahkan 2,5 cm Distal dari Epicondylus medialis.

Gambar 2.6 Gambar posisi lateral knee joint (Long,2016).

g) Kreteria Radiograf

Tampak gambaran lateral Distal Os Femur, Os

Patella, Knee Joint, Proximal Os Tibia dan Os

Fibula.

Gambar 2.7 Gambar A, Posisi lutut lateral tidak tepat. Perhatikan bahwa

kondilus tidak bertumpukan (panah hitam), dan patela merupakan sendi tertutup

(panah putih). B, Pasien yang sama seperti pada A, setelah posisi yang benar.
Kondilus bertumpukan, dan sendi patellofemoral terbuka.

3) Proyeksi Antero-Posterior (AP) Weight Bearing (Long, 2016)

Proyeksi ini dapat menampakkan ruang sendi femorotibial apabila ada

kemungkinan degenarasi tulang rawan, ruang sendi dan fossa interkondilar

(Lampignano dan Leslie, 2018).

a) Ukuran Kaset

Ukuran kaset yang digunakan adalah 35x43 cm.

b) Posisi Pasien

Pasien berdiri dengan lutut menempel pada kaset.

c) Posisi Obyek
 AP: Atur kedua Knee true AP dengan Knee Full Ekstensi.
 PA: Atur kedua Knee true PA dengan Knee Full Ekstensi.
d) Central Ray (CR)

Horizontal tegak lurus kaset.

e) Focus Film Distance (FFD)

Focus Film Distance yang digunakan adalah 100cm.

f) Centra Point (CP)

Pertengahan Knee joint (setara 1,3 cm inferior Apex Patella).


Gambar 2.8 Gambar proyeksi AP Weight Bearing (Long, 2016).

g) Kreteria Radiograf

Tampak gambaran AP Knee kanan dan kiri serta

tampak gambaran permukaan persendian Knee

kanan dan kiri.

Gambar 2.9 Gambar hasil radiograf AP Weight Bearing (Long, 2016).

3 Proyeksi dan Metode Grading Osteoarthritis


a. Proyeksi Pemeriksaan Knee Joint dengan Klinis Osteoarthritis

Penggunaan proyeksi AP bilateral weight bearing technique sendi lutut

dilakukan untuk melihat femorotibial joint space yang dimungkinkan mengalami

degeneratif kartilago atau patologi sendi dilakukan dengan menyertakan lutut lainnya.

Teknik radiograf SAR kedua sendi (Lampignano & Leslie, 2018).

Teknik radiografi merupakan modalitas yang mudah digunakan untuk

penegakkan diagnosa osteoarthritis. Sejak tahun 1970, standar pembuatan radiograf

untuk melihat tibiofemoral joint dengan klinis OA yaitu dengan kedua kaki ekstensi

penuh diposisikan AP weight-bearing. Kebiasaan pembuatan radiograf dengan klinis

OA ini adalah untuk melihat JSW dan osteofit (Braun, 2011)

Kegunaan utama radiografi dalam diagnosis OA adalah untuk mengevaluasi

JSW. JSW ini selanjutnya dapat digunakan untukmengevaluasi JSN. Pendeteksian

JSN merupakan penelitian terbaru

saat kini yaitu menggunakan skema penilaian KL. Teknik ini dilakukan dengan

cara sendi lutut difleksikan menggunakan variasi fleksi pada sendi tersebut untuk

melihat pembentukan osteofit dan JSN (Braun cit. Leach, et.al, 2011).
Proyeksi AP berdiri pada sendi lutut berguna untuk melihat kelurusan femur dan

tibia. Apapun kelainannya, dengan menggunakan teknik weight bearing maka sendi

akan semakin menekan dan melekat seperti keadaan nyatanya. Teknik ini mungkin

saja dilakukan pada kedua sendi dimasukkan dalam area pemotretan sebagai

perbandingan (Whitley, 2005).

Marsh, et al (2013) dalam jurnalnya yang dikutip dari Wirth et.al dan Conaghan

et.al juga menambahkan bahwa gold standard teknik radiografi menggunakan sinar-X

untuk melihat perkembangan OA ini adalah untuk melihat pengukuran JSW dari

radiografi tersebut yang nantinya dapat digunakan untuk mengobservasi JSN.

Proyeksi AP bilaeral weight bearing ini direkomendasikan supaya menjadi

rutinitas pemeriksaan radiografi sendi lutut arthritis. Hal ini karena para peneliti

menemukan bahwa studi weight bearing sering kali memperlihatkan penyempitan

sendi yang terlihat normal jika tidak menggunakan teknik weight bearing (Long cit.

Leach et.al,2016). Selain proyeksi AP, posisi lateral sendi dengan klinis osteoarthritis

juga digunakan sebagai validitas dan reliabilitas untuk mengevaluasi tibiofemoral

joint space pada aspek medial dan lateral (LaValley, 2005).

b. Metode-Metode Grading Osteoarthritis

Berdasarkan gambaran radiologi, OA lutut dapat diklasifikasikan dalam lima grade

menurut Kellgren-Lawrence, yaitu (Vaishya, et.al, 20160:

 Grade 0: tidak ditemukan penyempitan ruang sendi atau perubahan

reaktif.
 Grade 1: penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan

bentukan osteofit.
 Grade 2: osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi.
 Grade 3: osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak

sklerosis, kemungkinan deformitas pada ujung tulang.


 Grade 4: osteofit besar, penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis berat,

nampak deformitas ujung tulang.

Gambar 2.10 (A) penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan bentukan

osteofit (grade 1), (B) osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi (grade 2),

(C) Osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak sklerosis, kemungkinan

deformitas pada ujung tulang (grade 3), (D) osteofit besar, penyempitan ruang sendi

jelas, sklerosis berat, nampak deformitas ujung tulang (grade 4) (Kohn MD, Sassoon,

Fernando, 2016).

Gambar 2.11 (A) Radiograf proyeksi AP dan Lateral lutut kanan menampakkan OA

yang parah dan deformitas varus, (B) Radiograf proyeksi AP dan Lateral lutut kiri
menampakkan OA yang parah dan deformitas varus (Vaisya,et. al., 2018).

BAB III

PEMAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.3 PEMAPARAN KASUS


1. Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Tanggal lahir : 1 September 1969

Umur : 54 tahun

No. RM :220874

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : BD Magetelu Tista

Diagnose : Osteoarthritis Gadre II

Dokter Pengirim : dr.edwin G

Tanggal pemeriksa : 23 september 2023

2. Riwayat Pasien

Tn. S merupakan pasien dari poli fisio terapi . Sekitar sebulan yang lalu, pasien

merasakan nyeri pada kedua lututnya sehingga dia mengalami kesusahan saat berdiri
terlalu lama. Karena merasa tidak nyaman dan kegiatan sehari-harinya terganggu

karena hal tersebut, pasien mengeluhkan sakit pada lututnya kepada dokter .

Akhirnya, pada tanggal 23 September 2023 Tn. S datang ke poli fisio terapi

untuk melakukan pemeriksaaan . Setelah diperiksa, dokter mengirim pasien ke

Instalasi Radiologi RSUD Karangasem untuk melalukan pemeriksaan selanjutnya .

3. Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar-X
Pesawat sinar-X merk: Philips
Kapasitas: 150 kV / 630 mA

Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X DR

2. Imaging Plate ukuran 35x40 cm


Gambar 3.2 Imaging Plate

3. Image Reader Agfa dan Computer Radiography


- Image Reader
Merk: Agfa
Type: CR 10-X

- Computer Radiography
Merk: Agfa
Type: EliteDisplay E19001

Gambar 3.3 IR dan CR


4. Printer

Merk: Agfa

Type: Dry Star 5302

Gambar 3.4 Printer

5. Film

Menggunakan film berukuran 25x35 cm.

Gambar 3.5 Film

a. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan sendi lutut tidak dibutuhkan persiapan khusus.Hanya
saja pasien harus melepas benda benda pada lututnya yang dapat

menimbul kan artefak atau yang dapat mengganggu gambaran radiograf.

Jika pasien memakai celana panjang, sebaiknya dilipat sampai keatas

lutut, untuk memudahkan dalam menentukan central point (CP).


b. Proyeksi Pemeriksaan
1. Proyeksi Antero-Posterior (AP) Weight Bearing
a. Posisi pasien
Pasien berdiri didepan dan membelakangi bucky stand dengan lutut menempel pada

kaset.
b. posisi obyek
Atur knee joint bagian kanan true AP dengan keadaan knee joint ekstensi.
c. Central Ray (CR): Horizontal tegak lurus terhadap kaset.
d. Focus Film Distance (FFD): 100cm.
e. Imaging Palte (IP): Memakai ukuran 35x40 cm.
f. Central Point (CP): Pada pertengahan knee joint atau setara dengan 1,3 cm ke

arah inferior dari apex patella.


g. Pengilahan Film Pada Computer Radiography (CR):
- Pilih new exam, kemudian masukkan No CM pasien, Identitas pasien, Tanggal Lahir

pasien, Gender pasien, Nama Radiografer, dan Nama Dokter Radiologi. Kemudian

pilih Primary Category, Lower Extremity, pilih Knee Joint AP.


- Kemudian barcode ID Imaging Plate pada Image Reader untuk di scaning, dan

tunggu sampai radiograf muncul.


- Lakukan pengeditan dengan mengubah kontras dan densitas, kemudian beri marker

sesuai surat permintaan, lalu pilih Save as New.


- Pilih film ukuran 8x10 inchi, pilih grid foto potrait menjadi dua bagian untuk

proyeksi AP weight bearing.


- Kemudian pilih Print Sheet untuk melakukan pengeprint’an.
h. Kreteria Radiograf:
Gambar 3.5 Hasil Radiograf Knee Joint Dextra AP
Tampak gambaranAP Knee kananserta tampak gambaran permukaan persendian

Knee kanan.

2. Proyeksi Lateral dengan Sinar Tegak Lurus


a. Posisi Pasien
Pasien berdiri miring ke salah satu sisi dengan sisi luar kaki

menempel pada bucky. Pastikan pelvis tidak mengalami rotasi. Kaki yang tidak

diperiksa diatur belakang.

b. Posisi Obyek
• Kaset dipasang melintang.
• Pasien berdiri miring ke sisi kanan dengan sisi luar kaki menempel pada IP sisi
kanan.
• Kaki kiri diatur ke belakang.
• Kaki kanan sedikit difleksikan dan tempatkan padapertengahan IP sisi kanan.
c. Central Ray (CR): Horizontal tegak lurus terhadap kaset.
d. Focus Film Distance (FFD): 100cm.
e. Central Point (CP): Pada pertengahan knee joint atau 2,5 cm distal dari

epicondylus medialis.
f. Pengilahan Film Pada Computer Radiography (CR):
- Pilih new exam, kemudian masukkan No CM pasien, Identitas pasien, Tanggal Lahir
pasien, Gender pasien, Nama Radiografer, dan Nama Dokter Radiologi. Kemudian

pilih Primary Category, Lower Extremity, pilih Knee Joint Lateral.


- Kemudian barcode ID Imaging Plate pada Image Reader untuk di scaning, dan

tunggu sampai radiograf muncul.


- Lakukan pengeditan dengan mengubah kontras dan densitas, kemudian beri marker

sesuai surat permintaan, lalu pilih Save as New.


- Pilih film ukuran 8x10 inchi, pilih grid foto potrait menjadi dua bagian untuk

proyeksi lateral sinar tegak lurus.


- Kemudian pilih Print Sheet untuk melakukan pengeprint’an.

g. Kreteria Radiograf:

Gambar 3.6 Hasil Radiograf Knee Joint Lateral Dextra


Tampak gambaran lateral Distal Os Femur, Os Patella, Knee Joint, Proximal Os Tibia

dan Os Fibula.
3. Hasil Bacaan Dokter Radiologi
Gambar 3.7 hasil Radiograf Knee Joint AP dan Lateral Dextra
- Kedudukan tulang-tulang pembentuk sendi genu baik, tidak tampak sublukasi,

dislokasi.
- Aligament tulang baik.
- Trabekulasi tulang prototik.
- Tak tampak garis fraktur.
- Femurotibial osteoarthritis dextra grade II.
- Femuropatellar osteoarthritis dextra grade II.
- Soft tissue swelling (+) pada genu dextra.
3.2 PEMBAHASAN
1. Bagaimana teknik pemeriksaan Articulatio Genu AP Weight Bearing dan Lateral

Erect digunakan dalam diagnosis dan penilaian kasus osteoarthritis pada pasien yang

berobat di RSUD Karangasem?


Berdasarkan hasil observasi di instalasai Radiologi RSUD Karangasem

mengenai teknik pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing dan lateral

erect dengan kasus osteoarthritis praktikan mendapatkan:


Teknik pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing dan lateral

erect dengan kasus osteoarthritis. Posisi yang dilakukan pada pemeriksaan ini adalah

AP weight bearing yaitu dimana kedua kaki berdiri untuk menopang beban tubuh

pasien dan menjaga keseimbangan. Selanjutnya posisi lateral erect yaitu dimana

pasien berdiri sejajar dengan salah satu kaki difleksikan 20-30 derajat, sedangkan

untuk kaki yang satu ditarik kebelakang dengan tumpuan beban tubuh pasien

berada pada kaki yang diperiksa.


Pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing dan lateral erect dengan

kasus osteoarthritis di RSUD Karangasem sudah sesuai SOP (Standar Operasional

Prosedur) yang berlaku di rumah sakit tersebut serta berdasarkan surat pengantar dari

dokter pengirim, sehingga pemeriksaan tersebut dapat dilakukan.


Pemeriksaan articulatio genu dengan kasus osteoarthtritis dibuat dengan posisi AP

weight bearing dan lateral erect karena untuk melihat seberapa besar penyempitan
pada celah sendi lutut. Untuk posisi lateral erect dengan difleksikan 20-30 derajat

bertujuan untuk mengevaluasi progresivitas penyempitan celah sendi lutut pada

pasien osteoarthritis (Hunter, Le Graverand and Eckstein, 2009). Hal ini akan

menyebabkan visualiasi yang baik dari penyempitan celah sendi lutut dari aspek

lateral. Serta dapat menilai spurpada os patella.


Pasien diposisikan berdiri tegak tidak membungkuk sehingga ada penekanan pada

kedua celah sendi. Posisi weight bearing bertujuan untuk melihat lebih jelas

penyempitan sendi, dengan adanya penekanan berat tubuh pasien dengan posisi

berdiri tegak dan posisi berdiri lutut difleksikan, sesuai dengan aktifitas yang

dilakukan pasien setiap harinya.


Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa responden di Instalasi Radiologi

RSUD Karangasem pada pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing

dan lateral erect dengan kasus osteoarthritis dapat mempermudah tindakan, kecuali

pada pasien yang sudah parah yang kesulitan berdiri, tetapi hal ini bisa diatasi dengan

alat bantu walker atau bisa dibantu oleh keluarga. Karena sedapat mungkin pasien

dengan kasus osteoarthritis dilakukan proyeksi weight bearing. Hal ini bertujuan

menbantu dokter orthopedi mendiagnosa lebih lanjut sertamemberikan informasi

kepada dokter rehabilitasi medik untuk pengobatan selanjutnya.


2. Mengapa pada pemeriksaan radiografi knee joint pada kasus osteoarthritis

menggunakan proyeksi lateral tanpa penyudutan?


Menurut Bontranger 2018, pemeriksaan knee joint untuk kasus osteoarthrthitis

dianjurkan utnuk dibuat proyeksi AP Weight Bearing dan Lateral dengan penyudutan

7 derajat cephalad. Tujuan dibuat proyeksi AP weight bearing adalah untuk

membandingkan antara celah sendi yang sakit dan sendi yang normal. Yang mana

proyeksi AP weight bearing ini dapat dilakukan pada diagnose Osteoarthrtis di salah

satu sendi lutut saja. Sedangkan pada proyeksi lateral dengan penyudutan sinar 7

derajat cephalad dapat menampakkan Space antara femoral condylus dengan tibia,

yang mana space/celah tersebut digunakan untuk menilai kelainan dalam hal ini
osteoarthritis.
Alsan mengapa tidak dilakukannya penyudutan pada CR proyeksi lateral knee

joint adalah karena radiograf yang dihasilkan dari proyeksi lateral tanpa penyudutan

dan dengan penyudutan 7 derajat cephalad tidak memiliki perbedaan anatomi yang

begitu signifikan. Oleh karena itu, radiograf yang dihasilkan dari proyeksi lateral

dengan CR tanpa penyudutan sudah cukup untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa dalam hal ini anatomi pada knee joint sudah

tervisualisasi dengan jelas. Disisi lain, pelaksanaan proyeksi lateral tanpa penyudutan

dinilai lebih efektif dalam hal ini dapat menyingkat waktu pemeriksaan sehingga

berujung dengan semakin singkatnya waktu tunggu pasien.


3. Bagaimana hasil pemeriksaan ini dapat memberikan wawasan mengenai tingkat

keparahan dan karakteristik osteoarthritis pada pasien tersebut?


Hasil pemeriksaan tersebut dapat memberikan wawasan mengenai tingkat

keparahan dan karakteristik osteoarthritis pada pasien dengan cara :


Pemeriksaan genus weight bearing adalah sebuah prosedur yang digunakan

untuk menilai tingkat keparahan dan karakteristik osteoarthritis pada pasien dengan

fokus pada sendi lutut. Pemeriksaan ini dilakukan saat pasien berdiri atau melakukan

aktivitas dengan beban pada kaki dan lutut, mirip dengan aktivitas sehari-hari. Yaitu

dengan cara sebagai berikut:


1.Pengamatan Postur Tubuh: Dokter akan memperhatikan postur tubuh pasien

saat berdiri. Pada pasien dengan osteoarthritis lutut, mungkin terlihat adanya

perubahan postur seperti membungkuk atau melengkungnya bagian bawah kaki.


2.Analisis Distribusi Beban: Pada saat pasien berdiri, distribusi beban di lutut

dievaluasi. Pemeriksa akan memperhatikan bagaimana berat badan pasien

didistribusikan pada sendi lutut yang mengalami osteoarthritis. Peningkatan tekanan

pada satu sisi lutut dapat mengindikasikan keparahan osteoarthritis.


3.Pergerakan dan Gerakan Sendi: Dokter akan mengamati gerakan dan

pergerakan lutut pasien saat berdiri atau berjalan. Hal ini membantu dalam menilai
keterbatasan gerakan, kaku, atau nyeri yang mungkin dialami oleh pasien dengan

osteoarthritis.
4.Analisis Ruang Sendi: Dokter akan menilai ruang sendi di antara tulang

rawan lutut. Penyusutan ruang sendi (pengecilan jarak antara tulang) dapat

menandakan adanya osteoarthritis dan tingkat keparahannya.


5.Perkiraan Keparahan Osteoarthritis: Berdasarkan distribusi beban dan analisis

ruang sendi, dokter dapat memberikan perkiraan tingkat keparahan osteoarthritis. Hal

ini penting dalam merencanakan pengelolaan dan penanganan yang sesuai untuk

pasien.
Hasil dari pemeriksaan ini membantu dokter untuk merencanakan pengobatan

yang tepat, seperti fisioterapi, obat penghilang nyeri, atau bahkan operasi jika

diperlukan. Selain itu, hasil pemeriksaan ini juga memberikan informasi penting bagi

pasien untuk memahami kondisinya dan memutuskan langkah-langkah selanjutnya

dalam perawatan osteoarthritis.


4. Bagaimana upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan articulatio

genu di Instalasi Radiologi RSUD Karangasem?


Upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan genu di Instalasi

Radiologi RSUD Karangasem adalah pengaturan kolimasi lapangan dan waktu

penyinaran yang optimal, tidak melakukan pengulangan foto dan memberi informasi

bagi yang tidak berkepentingan untuk keluar dari area pemeriksaan.


5. Apa kelebihan dan kelemahan dari proyeksi yang digunakan?
 Kelebihan:
1. Realistis dan Fungsional: Mencerminkan situasi nyata ketika seseorang berdiri atau

berjalan sehari-hari, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang fungsi

lutut dalam keadaan beban.


2. Evaluasi Fungsi Genu: Memungkinkan penilaian langsung terhadap stabilitas,

kekuatan otot, dan ketidakseimbangan pada sendi lutut, yang penting untuk

perencanaan pengobatan.
3. Interaksi Beban dan Struktur: Memungkinkan penilaian interaksi antara beban

tubuh dan struktur lutut, membantu dalam mendeteksi masalah atau cedera yang

mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan non-weight bearing.


 Kekurangan:
1. Tidak Aman untuk Kasus Parah: Tidak cocok untuk penderita dengan cedera atau

kondisi parah yang tidak dapat menanggung beban pada lutut.


2. Risiko Cedera Lebih Lanjut: Ada potensi risiko cedera lebih lanjut, terutama jika

pasien memiliki masalah struktural atau cedera yang belum sembuh sepenuhnya.
3. Keterbatasan Penilaian: Beban yang diaplikasikan mungkin tidak dapat dikontrol

secara presisi, sehingga bisa menyulitkan penilaian yang akurat terhadap sejumlah

kondisi tertentu.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Dari hasil laporan kasus teknik pemeriksaan articulatio genu proyeksi

AP weight bearing dan Lateral erect dengan kasus osteoarthritis di RSUD

Karangasem dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Teknik pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing dan

lateral erect dengan kasus osteoarthritis. Posisi yang dilakukan pada

pemeriksaan ini adalah AP weight bearing yaitu dimana kedua kaki berdiri

untuk menopang beban tubuh pasien dan menjaga keseimbangan.

Selanjutnya posisi lateral erect yaitu dimana pasien berdiri sejajar dengan

salah satu kaki difleksikan 20-30 derajat, sedangkan untuk kaki yang satu

ditarik kebelakang dengan tumpuan beban tubuh pasien berada pada kaki
yang diperiksa. Pemeriksaan articulatio genu dengan kasus osteoarthtritis

dibuat dengan posisi AP weight bearing dan lateral erect karena untuk

melihat seberapa besar penyempitan pada celah sendi lutut. Untuk posisi

lateral erect dengan difleksikan 20-30 derajat bertujuan untuk mengevaluasi

progresivitas penyempitan celah sendi lutut pada pasien osteoarthritis . Posisi

weight bearing bertujuan untuk melihat lebih jelas penyempitan sendi,

dengan adanya penekanan berat tubuh pasien dengan posisi berdiri tegak dan

posisi berdiri lutut difleksikan, sesuai dengan aktifitas yang dilakukan pasien

setiap harinya.

2. Menurut Bontranger 2018, pemeriksaan knee joint untuk kasus

osteoarthrthitis dianjurkan utnuk dibuat proyeksi AP Weight Bearing dan

Lateral dengan penyudutan 7 derajat cephalad. Yang mana proyeksi AP

weight bearing ini dapat dilakukan pada diagnose Osteoarthrtis di salah satu

sendi lutut saja. Alsan mengapa tidak dilakukannya penyudutan pada CR

proyeksi lateral knee joint adalah karena radiograf yang dihasilkan dari

proyeksi lateral tanpa penyudutan dan dengan penyudutan 7 derajat cephalad

tidak memiliki perbedaan anatomi yang begitu signifikan.

3. Pemeriksaan genus weight bearing adalah sebuah prosedur yang

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan karakteristik osteoarthritis

pada pasien dengan fokus pada sendi lutut. Pemeriksaan ini dilakukan saat

pasien berdiri atau melakukan aktivitas dengan beban pada kaki dan lutut,

mirip dengan aktivitas sehari-hari. Pada pasien dengan osteoarthritis lutut,

mungkin terlihat adanya perubahan postur seperti membungkuk atau

melengkungnya bagian bawah kaki. Pemeriksa akan memperhatikan

bagaimana berat badan pasien didistribusikan pada sendi lutut yang

mengalami osteoarthritis. Peningkatan tekanan pada satu sisi lutut dapat

mengindikasikan keparahan osteoarthritis. Hal ini membantu dalam menilai


keterbatasan gerakan, kaku, atau nyeri yang mungkin dialami oleh pasien

dengan osteoarthritis. Penyusutan ruang sendi dapat menandakan adanya

osteoarthritis dan tingkat keparahannya. Hal ini penting dalam merencanakan

pengelolaan dan penanganan yang sesuai untuk pasien.

4. Upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan genu di

Instalasi Radiologi RSUD Karangasem adalah pengaturan kolimasi lapangan

dan waktu penyinaran yang optimal, tidak melakukan pengulangan foto dan

memberi informasi bagi yang tidak berkepentingan untuk keluar dari area

pemeriksaan.

5. Kelebihan: Realistis dan Fungsional: Mencerminkan situasi nyata

ketika seseorang berdiri atau berjalan sehari-hari, sehingga memberikan

gambaran yang lebih akurat tentang fungsi lutut dalam keadaan beban.

Evaluasi Fungsi Genu: Memungkinkan penilaian langsung terhadap

stabilitas, kekuatan otot, dan ketidakseimbangan pada sendi lutut, yang

penting untuk perencanaan pengobatan.

Kekurangan: Tidak Aman untuk Kasus Parah: Tidak cocok untuk penderita

dengan cedera atau kondisi parah yang tidak dapat menanggung beban pada lutut.

4.2 SARAN

Sebaiknya untuk pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing dan

lateral erect dengan kasus osteoarthritis menampilkan kedua genu kanan dan kiri

sebagai perbandingan untuk menganalisis tingkat keparahan osteoarthritis yang

dialami oleh pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, P. W. and Frank, E. D. (2003) Merrill’s Atlas. (Diakses tanggal 08 Oktober

2023).

Bontrager, K. L. and Lampignano, J. P. (2018) Bontrager’s Handbook of

Radiographic Positioniong and Techniques. Missouri. (Diakses tanggal 08 Oktober

2023).

Netter, F. H. (2014) Atlas of Human Anatomy. sixth edit. Philadelphia: Saunders

Elsevier. (Diakses tanggal 08 Oktober 2023).

Pearce, C. E. (2013) Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. (Diakses tanggal 08 Oktober 2023).

Long, W. B., Rollins, H. J. and Smith, J. B. (2012) Merrill’s Atlas Of Radiographic

Positioning & Procedures. Missouri. (Diakses tanggal 08 Oktober 2023).


Anatomy.Rasad, S. (2005) IMG_20180106_122630. Edisi Kedu. Edited by I.

Ekayuda. jakarta: Badan Penerbit FKUI. (Diakses tanggal 08 Oktober 2023).

Sandstrom, M. . S. (2003) The WHO Manual of Diagnostic Imaging: Radiographic

Technique and Projections, Radiology. doi: 10.1148/radiol.2352052507. (Diakses

tanggal 08 Oktober 2023).

Yueniwati, Y. (2014) Prosedur Pemeriksaan Radiologi. Malang. (Diakses tanggal 08

Oktober 2023).

Netter, F. H. (2014) Atlas of Human Anatomy. sixth edit. Philadelphia: Saunders

Elsevier. (Diakses tanggal 08 Oktober 2023).

Ellis, H. and Mahadevan, V. (2013) Clinical Anatomy Applied Anatomy for Students

and Junior Doctors. Thirteenth. west sussex, UK: Wiley Blackwell. (Diakses tanggal

08 Oktober 2023)

Pearce, C. E. (2013) Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. (Diakses tanggal 09 Oktober 2023).

Long, W. B., Rollins, H. J. and Smith, J. B. (2012) Merrill’s Atlas Of Radiographic

Positioning & Procedures. Missouri. (Diakses tanggal 09 Oktober 2023).

Whitley, A. S. et al.(2016) CLARK’S POSITIONING IN RADIOGRAPHY. (Diakses

tanggal 09 Oktober 2023)

https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?

p=show_detail&id=1443&keywords= (Diakses tanggal 09 Oktober 2023).

https://www.academia.edu/9415417/

TEKNIK_PEMERIKSAAN_GENU_PADA_KASUS_OSTEOARTHROSIS_DENG

AN_PASIEN_NON_KOOPERATIF(Diakses tanggal 09 Oktober 2023)

http://digilib.unisayogya.ac.id/6036/1/SITI%20AFIFAH%20_%201810505102%20_
%20NASKAH%20PUBLIKASI%20-%20Siti%20Afifah%281%29.pdf(Diakses

tanggal 09 Oktober 2023)

https://id.scribd.com/document/428579410/LAPORAN-KASUS-TEKNIK-

RADIOGRAFI-KNEE-JOINT (Diakses tanggal 09 Oktober 2023).

https://www.sehatq.com/artikel/tulang-rawan# (Diakes tanggal 10 Oktober 2023).

https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK537114/?

_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc (Diakses tanggal 10 Oktober

2023)

https://my-clevelandclinic-org.translate.goog/health/body/25002-synovial-membrane?

_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc (Diakses tanggal 10 Oktober

2023)

https://www-verywellhealth-com.translate.goog/bursae-anatomy-function-and-

treatment-4686312?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc (Diakses

tanggal 10 Oktober 2023)

Anda mungkin juga menyukai