DISUSUN OLEH:
(ATRO BALI)
2023/2024
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Htang Widhi Wasa karena
atas segala rahmat yang dilimpahlan-Nya, sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN
ARTICULATIO GENU DEXTRA AP WEIGHT BEARING DAN LATERAL
ERECT PADA KASUS OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT RSUD
KARANGASEM”. Dapat diselesaikan tepat waktu.
Laporan ini merupakan hasil dari upaya kami selama menjalani Praktek Kerja
Lapangan (PKl) dalam memahami dan mendokumentasikan penggunaan teknik
pemeriksaan radiologi yang spesifik terhadap kasus osteoarthritis pada pasien yang
mendapatkan perawatan di RSUD Karangasem. Laporan kasus ini disusun sebagai
salah satu syarat memenuhi mata kuliah PKL I di bidang Teknik Radiologi dan Radio
Terapi.
Praktikan mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim medis di RSUD Karangasem
atas kerjasama dan dukungan yang berharga dalam pengumpulan data serta
pelaksanaan pemeriksaan radiologi pada pasien-pasien yang terlibat dalam kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi
praktisi medis, peneliti, dan semua pihak yang tertarik dalam bidang radiologi
muskuloskeletal.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini bukanlah hasil akhir dari
pembelajaran ini, melainkan langkah awal dalam pemahaman yang lebih mendalam
mengenai osteoarthritis dan teknik pemeriksaan radiologi yang berkaitan. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan guna meningkatkan kualitas laporan dan
pengetahuan di masa yang akan datang.
Terima kasih.
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB III
3.2 PEMBAHASAN
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang semakin maju ini, ilmu pengethuan serta teknologi
satunya ilmu kedokteraan. Ilmu kedokteran tidak bisa terlepas dari radiologi, sejak
ditemukannya Sinar-X oleh Wilhen Conrad Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X adalah
menembus suatu bahan, dalam hal ini Sinar-X dapat menembus organ tubuh manusia
yang akan menimbulkan dampak negatif dan harus digunakan dengan hati-hati
(Rosad,2005)(Sandstrom, 2003).
menegakkan diagnosa yang terdapat kelainan pada tubuh manusia, karena hasil
anatomi dan fisiologi dari organ tubuh manusia (Yueniwati, 2014). Tubuh manusia
terdiri dari susunan tulang yang membentuk tubuh dan melindungi organ dalam
tubuh. Untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari manusia memiliki alat gerak. Alat
gerak tubuh manusia sangat kompleks terdiri dari ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah. Articulatio genu merupakan salah satu dari anggota gerak ekstremitas bawah.
Sendi lutut merupakan sendi yangt paling kompleks pada tubuh manusia, sendi ini
dibentuk oleh tulang femur, tibia, fibula, dan patella yang disatukan oleh ligamen
(Netter, 2014).
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terbentuk dari sambungan antara femoral
dan tibial kondil dan antra patella dan permukaan patella dari femur (Ellis dan
Mahadevan, 2013). Sendi atau articulatio adalah istlah yang digunakan untuk
menunjukan pertemuan antara dua atau lebih dari beberapa tulang kerangka tubuh.
Ada terdapat tiga jenis sendi utama, yaitu sendi fibrus atau amfiartroses, sendi tulang
rawan atau amfiartroses dan sendi sinovial atau diartroses. Sendi lutut adalah sendi
engsel dengan perubahan yang dibentuk kedua kondil femur yang bersendi dengan
Berbagai macam jenis penyakit yang dapat menyerang persendian pada lutut,
salah satunya adalah radang sendi yang bisa dikenal dengan istilah osteoarthritis.
Osteoarthritis adalah penyakit akibat generatif tulang rawan sendi denagn disertai
dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera
Berdasarkan teori untuk dapat menilai kelainan pada knee joint dapat dilakukan
Menurut Frank, Long dan Smith pemeriksaan rutin untuk articulatio genu
secara bilateral pada kasus arthritis, mereka mengemukakan bahwa pada pemeriksaan
dibanding pemeriksaan non weight bearing (Long, Rollins dan Smith, 2012).
weight bearing dilakukan untuk pada klinis kelainan bawaan seperti valgus (Bow
dilakukan dengan posisi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan Lateral Supine.
genu dengan kasus osteoarthritis dilakukan dengan dua proyeksi, yaitu Antero-
Posterior (AP) weight bearing dan Lateral Erect, berbeda dengan teori diatas. Pada
proyeksi Lateral posisipasien erect dan lutut difleksikan. Dari latar belakang masalah
(AP) weight bearing dan Lateral Erect di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Karangasem dengan tujuan untuk melihat seberapa besar penyempitan yang terjadi
pada celah sendi lutut dengan adanya tekanan dari berat tubuh, yang selanjutnya akan
diangkat ke dalam bahan laporan kasus hasil praktikum di RSUD karangasem dengan
KARANGASEM”.
1. Tujuan Umum
Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus osteoarthritis di Rumah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan karateristik pasien pada pemeriksaan radiografi articulatio
genu proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan
Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus osteoarthritis di
proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus
proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus
genu proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan
proyeksi Antero-Posterior (AP) weight bearing dan lateral erect dengan kasus
Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) ini yang berjudul
articulatio genu weight bearing AP dan lateral erect pada kasus osteoarthritis.
Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) yang
Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) yang
articulatio genu weight bearing AP dan lateral erect pada kasus osteoarthritis di
Instalasi Radiologi RSUD Karangasem.
Hasil penulisan laporan kasus hasil Praktek Kerja Lapangan (PKl) yang
TINJAUAN TEORI
Sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk kedua
kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior kondil- kondil tibia. Patella
terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dan di atas itu patella
meluncur sewaktu sendi bergerak. Patella berada di depan bagian- bagian persendian
Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh
manusia. Knee joint terdiri dari femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu
Knee joint adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk kedua
kondilus femur yang bersendi dengan permukaan superior kondilus tibia. Patella
terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dandi atas itu patella
yang utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi sendi lutut (Pearce, 2018).
Tulang rawan semilunaris terletak di atas permukaan persendian yang berupa dataran
tinggi dari tibia guna memperdalamnya untuk penerimaan kondiler dari femur
(Pearce, 2009).
Keterangan:
1. Permukaan patella.
2. Ligamen cruciatum posterior.
3. Ligamen cruciatum anterior.
4. Meniscus medial.
5. Meniscus lateral.
6. Ligamen kollateral fibular.
7. Ligamen kollateral tibial.
Keterangan:
2003).
Keterangan:
1. Femur.
2. Patella.
3. Meniscus.
4. Cairan sinovial.
5. Meniscus.
6. Kartilago articular.
7. Tibia.
Berikut ini merupakan bagian-bagian dari genu atau knee joint, yaitu:
a. Femur
Femur adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang ini bersendi dengan
acetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia menjulur ke bawah
membuat sendi dengan tibia dan membentuk formasi knee joint. Bentuknya berupa
tulang pipa dan mempunyai dua ujung. Pada bagian distal femur terdapat dua buah
kondilus dan sebuah interkondiler sebuah permukaan politeum dan sebuah permukaan
anterior antara kedua kondilusitu dan di atas permukaan ini terletak patella. Femur
mengadakan persendian dengan tiga tulang, tulang koxa, tulang tibia dan patella,
b. Patela
Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang
bawah. Permukaan dari tulang ialah kasar. Permukaan posteriornya halus dan bersendi
dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur. Letaknya di depan lutut, tetapi
tidak ikut serta di dalamnya.
c. Cruris
Pada bagian proximal tibia terdapat kondilus medial dan kondilus lateral, bagian
ini merupakan bagian paling atas dan paling tepi pada tibia. Permukaan superiornya
memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi knee
joint. Permukaan tersebut halus dan di atas permukaannya yang datar terdapat tulang
rawan semilunar yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan
kondil femur. Tuberkel dari tibia ada di sebelah depan tepat di bawah kondil-kondil.
Bagian depan memberi kaitan kepada tendon patella, yaitu tendon dari inversi otot
extensor kwadrisep.
d. Tulang Rawan
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel
kondrosit dan matriks. Matriks tulang rawan terdiri atas sabut- sabut protein yang
Tulang rawan berfungsi untuk melindungi tulang dan sendi. Jaringan ini
tulang tidak berbenturan satu sama lain saat kita bergerak. Dengan adanya bantalan
tulang rawan, tekanan yang diterima tulang jadi tidak berlebihan, sehingga tidak
Fungsi tulang rawan selanjutnya adalah untuk melumasi sendi, sehingga tidak
terjadi gesekan berlebih antar tulang. Ketika kedua tulang bertemu di persendian,
tulang rawan akan mencegah benturan dua tulang keras, sehingga tidak terjadi rasa
nyeri dan membuat sendi bekerja lebih baik.
Tulang rawan juga berfungsi untuk menopang struktur tubuh. Jaringan ini akan
membantu sendi tetap pada bentuk terbaiknya ketika tubuh bergerak. Tulang rawan
juga berperan sebagai penghubung antara otot, tendon, dan ligamen dengan tulang.
e. Meniscus
yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan
cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian
femoris.
untuk menerima condyluemoris yang cekung. Cartilago Semilunaris terdiri dari dua
f. Cairan Sinovial
ruang sendi. Cairan sinovial bersifat fisiologis, dan bertindak sebagai pelumas ruang
sendi tulang rawan artikular, dan sumber nutrisi melalui difusi ke struktur sekitarnya
termasuk tulang rawan, meniskus, labrum, dll. Cairan sinovial diproduksi sebagai
ultrafiltrat plasma darah dan terutama terdiri dari hyaluronan, pelumas, proteinase,
kolagenase, dan prostaglandin. Produksi cairan sinovial berasal dari fibroblas seperti
Cairan sinovial merupakan materi kental yang jernih seperti putih telur. Materi
ini terdiri dari 95% air dengan pH 7,4 dan merupakan campuran polisakarida
(sebagian besar asam hialurunat), protei, dan lemak. Cairan sinovial berfungsi untuk
melumasi dan memberikan nutrisi pada permukaan kartilago artikular. Cairan ini juga
mengandung sel fagosit untuk mengeluarkan fragmen jaringan mati (debris) dari
g. Membran Sinovial
beberapa sendi. Mungkin juga melihatnya disebut sebagai sinovium. Selaput sinovial
persendian dan membantunya bergerak dengan lancar. Selaput sinovial adalah bagian
Membran sinovial sendi lutut adalah terbesar dalam tubuh. Selain melapisi
struktur sendi, membran itu juga membentang ke atas dan ke bawah sampai di bawah
ligamen patela, dan membentuk beberapa bursa (kantong) sekitar sendi (Pearce,
2009).
h. Bursa
Bursa adalah kantung kecil berisi cairan di dalam tubuh yang terletak di dekat
tonjolan tulang dan persendian. Bursa bertindak sebagai bantalan antara otot, ligamen,
dan tulang serta memungkinkan struktur meluncur dan meluncur melewati satu sama
Bursa di tubuh terdiri dari membran sinovial . Selaput jaringan tipis ini
sinovial adalah pelumas tubuh, dan cairan kental di dalam bursa ini memungkinkan
Bursae sangat kecil dan tipis. Diameter rata-rata bursa pada manusia dewasa
adalah sekitar 4 cm, dan setiap bursa tebalnya sekitar 2 milimeter. Membran bursa
Bursae berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tonjolan tulang tubuh dan
otot, tendon, dan ligamen. Mereka membantu struktur meluncur dan meluncur
melewati satu sama lain saat terjadi gerakan. Bursa juga dapat memberikan sedikit
penyerapan kejutan, bursa olekranon di siku atau bursa pra-patela di lutut dapat
i. Ligamen
Ligamen cruciata adalah dua ligamen intra capsular yang sangat kuat, saling
menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu
posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini
Anterior Cruciate Ligamen istilah cruciate berasal darikata crux yang artinya
dan tegang ketika ekstensi penuh.ACL adalah stabilisateruntuk knee joint pada
aktivitas pivot.Ukuran ACL panjangnyarata2 sekitar 4cm dan lebar rata2 10mm,
pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan
terhadap translasi tibial anterior dan untuk meminimalisasi rotasi tibia dan
berperan sekunder menahan tekanan valgus dan varus. (Maguire J,2009).
berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila Knee joint dalam keadaan
fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Posterior
Cruciate Ligament ini berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae
dan bila Knee joint dalam keadaan fleksi, Posterior Cruciate Ligament akan mencegah
Knee joint dapat melakukan fleksi, ekstensi dan rotasi. Pada saat sendi lutut
dalam keadaan ekstensi maksimal, rotasi medial femur mengakibatkan pemutaran dan
peregangan semua ligamentum utama danlutut berubah menjadi struktur yang secara
femoralis dantibiae.
diantara permukaan sendi. Proses mengurai danmengendur ini terjadi oleh musculus
popliteus yang memutar femur kelateral terhadap tibia. Sekali lagi menisci harus
belakang.
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi sembilan puluh derajat, dapat dilakukan
rotasi dalam derajat tertentu. Pada posisi fleksi, tibia secara pasif dapat juga
digerakkan ke depan dan belakang terhadap femur. Hal ini dimungkinkan karena
ligamentum-ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum pada posisi ini
sebagaiberikut(Schunke,2015):
a. Gerakan Ekstensi
Hanya ligamen collateralia yang tegang pada saat posisi ekstensi.
Ligamenta cruciata atau paling tidak sebagian dari ligamen ini tegang dalam
setiap posisi sendi. Pada saat terjadi ekstensi yang berlebih (hiperekstensi),
posterior teregang.
c. Gerakan Rotasi
Pada saat terjadi gerakan rotasi medial, maka ligamenta cruciata akan
Keterangan:
1. Meniscus.
2. Ligamen krusiatum anterior.
3. Ligamen krusiatum posterior.
4. Ligamen kollateral tibia.
5. Ligamen kollateral fibula.
Gambar 2.1 Sumbu gerak knee joint (A) Posisi ekstensi, (B) Posisi fleksi, (C) Posisi
fleksi dan rotasi internal (Schunke, 2015).
Gambar 2.2 Pergerakan yang dapat dilakukan knee joint (A) Fleksi lutut, (B)
Ekstensi lutut, (C) Rotasi intenal lutut, (D) Rotasi eksternal lutut (Cael,
2018).
nyeri pada sendi tangan, leher, punggung, pinggang, dan yang paling
sering adalah pada sendi lutut (Kalim & Wahono, 2019). Osteoarthritis
3. Patofisiologi
Osteoarthritis terjadi karena adanya perubahan pada metabolisme
rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh yang
Terjadinya pembentukan osteofit pada tepi sendi terhadap tulang rawan yang
dan membentuk kembali sendi. Dengan penambahan luas permukaan sendi untuk
rawan pada osteoarthritis. Semakin lama akan terjadi pengikisan yang progresif yang
menyebabkan tulang dibawahnya akan ikut terkikis. Pada tekanan yang melebihi
dengan meningkatkan selularitas dan vascular sehingga tulang akan menjadi tebal dan
padat. Proses ini disebut eburnasi yang nantinya mengakibatkan scelerosis tulang
subkondrial. Tulang rawan sendi menjadi aus, rusak, dan menimbulkan gejala
4. Faktor Resiko
Faktor resiko pada osteoarthritis terdiri dari:
a) Usia
Usia sangat mempengaruhi osteoarthritis karena berkaitan dengan
akumulasi gangguan sendi, penurunan sendi, penurunan fungsi
factor (TGF-) yang dihasilkan oleh osteoblast dan nitric oxide yang
(Sjamsuhidajat,et.al.,2017):
a) OA Primer
OA primer atau disebut juga idiopatik tidak diketahui penyebabnya
dan dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Kelainan ini
krepitasi pada gerakan sendi aktif, kaku di pagi hari dengan durasi
teraba hangat.
b) Klinis ditambah radiografi
Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulan sebelumnya, ditambah
krepitasi pada gerakan aktif, kaku dipagi hari dengan durasi kurang
subkondrial.
Adanya kista dengan dinding yang sklerotik pada daerah
subkondrial.
Perubahan bentuk tulang, misal pada caput femur
2018).
c. Proyeksi Pemeriksaan
Proyeksi pemeriksan radiografi knee joint untuk menampakkan
curva kaset.
d) Central Ray (CR)
Bervariasi tergantung jarak SIAS dengan kaset / meja pemeriksaan.
• 19-24 cm, CR : 0°
g) Kreteria Radiograf
Tampak gambaran AP Knee.
Proyeksi lateral dapat mengevaluasi aspek posterior knee joint, posisi patella,
tibial plateu, adanya osteofit pada posterior sendi. Tibiofemoral joint pada aspek
medial dan lateral dapat dievaluasi untuk melihat adanya kista subkondral dan
Radiograf diambil pada sisi kanan dan sisi kiri knee joint. Pasien berdiri sejajar
dengan bucky, knee joint yang diperiksa maju kedepan dengan sisi lateral knee joint
yang sakit menempel pada bucky dan knee joint tersebut sejajar dengan bucky. Knee
joint yang diperiksa difleksikan 30° dan menjadi tumpuan berat tubuh. Ujung jari kaki
dari knee joint yang tidak diperiksa menyentuh tumit dari knee joint yang diperiksa
a) Ukuran Kaset
b) Posisi Pasien
Pasien tidur menyamping (lateral) pada sisi yang akan difoto. Knee yang
akan difoto difleksikan. Knee yang tidak difoto diekstensikan dan diatur
dibelakang knee yang akan difoto supaya pasien lebih nyaman.Posisi Obyek
c) Posisi Obyek
Knee difleksikan 20°-30° diatas kaset horisontal supaya otot lebih relax
terhadap kaset.
d) Central Ray (CR)
Diarahkan 5°-7° ke Cephalad.
e) Focus Film Distance (FFD)
Focus Film Distance yang digunakan adalah 100cm.
f) Centra Point (CP)
Diarahkan 2,5 cm Distal dari Epicondylus medialis.
g) Kreteria Radiograf
Fibula.
Gambar 2.7 Gambar A, Posisi lutut lateral tidak tepat. Perhatikan bahwa
kondilus tidak bertumpukan (panah hitam), dan patela merupakan sendi tertutup
(panah putih). B, Pasien yang sama seperti pada A, setelah posisi yang benar.
Kondilus bertumpukan, dan sendi patellofemoral terbuka.
a) Ukuran Kaset
b) Posisi Pasien
c) Posisi Obyek
AP: Atur kedua Knee true AP dengan Knee Full Ekstensi.
PA: Atur kedua Knee true PA dengan Knee Full Ekstensi.
d) Central Ray (CR)
g) Kreteria Radiograf
degeneratif kartilago atau patologi sendi dilakukan dengan menyertakan lutut lainnya.
untuk melihat tibiofemoral joint dengan klinis OA yaitu dengan kedua kaki ekstensi
saat kini yaitu menggunakan skema penilaian KL. Teknik ini dilakukan dengan
cara sendi lutut difleksikan menggunakan variasi fleksi pada sendi tersebut untuk
melihat pembentukan osteofit dan JSN (Braun cit. Leach, et.al, 2011).
Proyeksi AP berdiri pada sendi lutut berguna untuk melihat kelurusan femur dan
tibia. Apapun kelainannya, dengan menggunakan teknik weight bearing maka sendi
akan semakin menekan dan melekat seperti keadaan nyatanya. Teknik ini mungkin
saja dilakukan pada kedua sendi dimasukkan dalam area pemotretan sebagai
Marsh, et al (2013) dalam jurnalnya yang dikutip dari Wirth et.al dan Conaghan
et.al juga menambahkan bahwa gold standard teknik radiografi menggunakan sinar-X
untuk melihat perkembangan OA ini adalah untuk melihat pengukuran JSW dari
rutinitas pemeriksaan radiografi sendi lutut arthritis. Hal ini karena para peneliti
sendi yang terlihat normal jika tidak menggunakan teknik weight bearing (Long cit.
Leach et.al,2016). Selain proyeksi AP, posisi lateral sendi dengan klinis osteoarthritis
reaktif.
Grade 1: penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan
bentukan osteofit.
Grade 2: osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi.
Grade 3: osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak
Gambar 2.10 (A) penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan bentukan
osteofit (grade 1), (B) osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi (grade 2),
(C) Osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak sklerosis, kemungkinan
deformitas pada ujung tulang (grade 3), (D) osteofit besar, penyempitan ruang sendi
jelas, sklerosis berat, nampak deformitas ujung tulang (grade 4) (Kohn MD, Sassoon,
Fernando, 2016).
Gambar 2.11 (A) Radiograf proyeksi AP dan Lateral lutut kanan menampakkan OA
yang parah dan deformitas varus, (B) Radiograf proyeksi AP dan Lateral lutut kiri
menampakkan OA yang parah dan deformitas varus (Vaisya,et. al., 2018).
BAB III
Nama : Tn. S
Umur : 54 tahun
No. RM :220874
2. Riwayat Pasien
Tn. S merupakan pasien dari poli fisio terapi . Sekitar sebulan yang lalu, pasien
merasakan nyeri pada kedua lututnya sehingga dia mengalami kesusahan saat berdiri
terlalu lama. Karena merasa tidak nyaman dan kegiatan sehari-harinya terganggu
karena hal tersebut, pasien mengeluhkan sakit pada lututnya kepada dokter .
Akhirnya, pada tanggal 23 September 2023 Tn. S datang ke poli fisio terapi
3. Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar-X
Pesawat sinar-X merk: Philips
Kapasitas: 150 kV / 630 mA
- Computer Radiography
Merk: Agfa
Type: EliteDisplay E19001
Merk: Agfa
5. Film
a. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan sendi lutut tidak dibutuhkan persiapan khusus.Hanya
saja pasien harus melepas benda benda pada lututnya yang dapat
kaset.
b. posisi obyek
Atur knee joint bagian kanan true AP dengan keadaan knee joint ekstensi.
c. Central Ray (CR): Horizontal tegak lurus terhadap kaset.
d. Focus Film Distance (FFD): 100cm.
e. Imaging Palte (IP): Memakai ukuran 35x40 cm.
f. Central Point (CP): Pada pertengahan knee joint atau setara dengan 1,3 cm ke
pasien, Gender pasien, Nama Radiografer, dan Nama Dokter Radiologi. Kemudian
Knee kanan.
menempel pada bucky. Pastikan pelvis tidak mengalami rotasi. Kaki yang tidak
b. Posisi Obyek
• Kaset dipasang melintang.
• Pasien berdiri miring ke sisi kanan dengan sisi luar kaki menempel pada IP sisi
kanan.
• Kaki kiri diatur ke belakang.
• Kaki kanan sedikit difleksikan dan tempatkan padapertengahan IP sisi kanan.
c. Central Ray (CR): Horizontal tegak lurus terhadap kaset.
d. Focus Film Distance (FFD): 100cm.
e. Central Point (CP): Pada pertengahan knee joint atau 2,5 cm distal dari
epicondylus medialis.
f. Pengilahan Film Pada Computer Radiography (CR):
- Pilih new exam, kemudian masukkan No CM pasien, Identitas pasien, Tanggal Lahir
pasien, Gender pasien, Nama Radiografer, dan Nama Dokter Radiologi. Kemudian
g. Kreteria Radiograf:
dan Os Fibula.
3. Hasil Bacaan Dokter Radiologi
Gambar 3.7 hasil Radiograf Knee Joint AP dan Lateral Dextra
- Kedudukan tulang-tulang pembentuk sendi genu baik, tidak tampak sublukasi,
dislokasi.
- Aligament tulang baik.
- Trabekulasi tulang prototik.
- Tak tampak garis fraktur.
- Femurotibial osteoarthritis dextra grade II.
- Femuropatellar osteoarthritis dextra grade II.
- Soft tissue swelling (+) pada genu dextra.
3.2 PEMBAHASAN
1. Bagaimana teknik pemeriksaan Articulatio Genu AP Weight Bearing dan Lateral
Erect digunakan dalam diagnosis dan penilaian kasus osteoarthritis pada pasien yang
mengenai teknik pemeriksaan articulatio genu proyeksi AP weight bearing dan lateral
erect dengan kasus osteoarthritis. Posisi yang dilakukan pada pemeriksaan ini adalah
AP weight bearing yaitu dimana kedua kaki berdiri untuk menopang beban tubuh
pasien dan menjaga keseimbangan. Selanjutnya posisi lateral erect yaitu dimana
pasien berdiri sejajar dengan salah satu kaki difleksikan 20-30 derajat, sedangkan
untuk kaki yang satu ditarik kebelakang dengan tumpuan beban tubuh pasien
Prosedur) yang berlaku di rumah sakit tersebut serta berdasarkan surat pengantar dari
weight bearing dan lateral erect karena untuk melihat seberapa besar penyempitan
pada celah sendi lutut. Untuk posisi lateral erect dengan difleksikan 20-30 derajat
pasien osteoarthritis (Hunter, Le Graverand and Eckstein, 2009). Hal ini akan
menyebabkan visualiasi yang baik dari penyempitan celah sendi lutut dari aspek
kedua celah sendi. Posisi weight bearing bertujuan untuk melihat lebih jelas
penyempitan sendi, dengan adanya penekanan berat tubuh pasien dengan posisi
berdiri tegak dan posisi berdiri lutut difleksikan, sesuai dengan aktifitas yang
dan lateral erect dengan kasus osteoarthritis dapat mempermudah tindakan, kecuali
pada pasien yang sudah parah yang kesulitan berdiri, tetapi hal ini bisa diatasi dengan
alat bantu walker atau bisa dibantu oleh keluarga. Karena sedapat mungkin pasien
dengan kasus osteoarthritis dilakukan proyeksi weight bearing. Hal ini bertujuan
dianjurkan utnuk dibuat proyeksi AP Weight Bearing dan Lateral dengan penyudutan
membandingkan antara celah sendi yang sakit dan sendi yang normal. Yang mana
proyeksi AP weight bearing ini dapat dilakukan pada diagnose Osteoarthrtis di salah
satu sendi lutut saja. Sedangkan pada proyeksi lateral dengan penyudutan sinar 7
derajat cephalad dapat menampakkan Space antara femoral condylus dengan tibia,
yang mana space/celah tersebut digunakan untuk menilai kelainan dalam hal ini
osteoarthritis.
Alsan mengapa tidak dilakukannya penyudutan pada CR proyeksi lateral knee
joint adalah karena radiograf yang dihasilkan dari proyeksi lateral tanpa penyudutan
dan dengan penyudutan 7 derajat cephalad tidak memiliki perbedaan anatomi yang
begitu signifikan. Oleh karena itu, radiograf yang dihasilkan dari proyeksi lateral
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa dalam hal ini anatomi pada knee joint sudah
tervisualisasi dengan jelas. Disisi lain, pelaksanaan proyeksi lateral tanpa penyudutan
dinilai lebih efektif dalam hal ini dapat menyingkat waktu pemeriksaan sehingga
untuk menilai tingkat keparahan dan karakteristik osteoarthritis pada pasien dengan
fokus pada sendi lutut. Pemeriksaan ini dilakukan saat pasien berdiri atau melakukan
aktivitas dengan beban pada kaki dan lutut, mirip dengan aktivitas sehari-hari. Yaitu
saat berdiri. Pada pasien dengan osteoarthritis lutut, mungkin terlihat adanya
pergerakan lutut pasien saat berdiri atau berjalan. Hal ini membantu dalam menilai
keterbatasan gerakan, kaku, atau nyeri yang mungkin dialami oleh pasien dengan
osteoarthritis.
4.Analisis Ruang Sendi: Dokter akan menilai ruang sendi di antara tulang
rawan lutut. Penyusutan ruang sendi (pengecilan jarak antara tulang) dapat
ruang sendi, dokter dapat memberikan perkiraan tingkat keparahan osteoarthritis. Hal
ini penting dalam merencanakan pengelolaan dan penanganan yang sesuai untuk
pasien.
Hasil dari pemeriksaan ini membantu dokter untuk merencanakan pengobatan
yang tepat, seperti fisioterapi, obat penghilang nyeri, atau bahkan operasi jika
diperlukan. Selain itu, hasil pemeriksaan ini juga memberikan informasi penting bagi
penyinaran yang optimal, tidak melakukan pengulangan foto dan memberi informasi
berjalan sehari-hari, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang fungsi
kekuatan otot, dan ketidakseimbangan pada sendi lutut, yang penting untuk
perencanaan pengobatan.
3. Interaksi Beban dan Struktur: Memungkinkan penilaian interaksi antara beban
tubuh dan struktur lutut, membantu dalam mendeteksi masalah atau cedera yang
pasien memiliki masalah struktural atau cedera yang belum sembuh sepenuhnya.
3. Keterbatasan Penilaian: Beban yang diaplikasikan mungkin tidak dapat dikontrol
secara presisi, sehingga bisa menyulitkan penilaian yang akurat terhadap sejumlah
kondisi tertentu.
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
pemeriksaan ini adalah AP weight bearing yaitu dimana kedua kaki berdiri
Selanjutnya posisi lateral erect yaitu dimana pasien berdiri sejajar dengan
salah satu kaki difleksikan 20-30 derajat, sedangkan untuk kaki yang satu
ditarik kebelakang dengan tumpuan beban tubuh pasien berada pada kaki
yang diperiksa. Pemeriksaan articulatio genu dengan kasus osteoarthtritis
dibuat dengan posisi AP weight bearing dan lateral erect karena untuk
melihat seberapa besar penyempitan pada celah sendi lutut. Untuk posisi
dengan adanya penekanan berat tubuh pasien dengan posisi berdiri tegak dan
posisi berdiri lutut difleksikan, sesuai dengan aktifitas yang dilakukan pasien
setiap harinya.
weight bearing ini dapat dilakukan pada diagnose Osteoarthrtis di salah satu
proyeksi lateral knee joint adalah karena radiograf yang dihasilkan dari
pada pasien dengan fokus pada sendi lutut. Pemeriksaan ini dilakukan saat
pasien berdiri atau melakukan aktivitas dengan beban pada kaki dan lutut,
dan waktu penyinaran yang optimal, tidak melakukan pengulangan foto dan
memberi informasi bagi yang tidak berkepentingan untuk keluar dari area
pemeriksaan.
gambaran yang lebih akurat tentang fungsi lutut dalam keadaan beban.
Kekurangan: Tidak Aman untuk Kasus Parah: Tidak cocok untuk penderita
dengan cedera atau kondisi parah yang tidak dapat menanggung beban pada lutut.
4.2 SARAN
lateral erect dengan kasus osteoarthritis menampilkan kedua genu kanan dan kiri
2023).
2023).
Oktober 2023).
Ellis, H. and Mahadevan, V. (2013) Clinical Anatomy Applied Anatomy for Students
and Junior Doctors. Thirteenth. west sussex, UK: Wiley Blackwell. (Diakses tanggal
08 Oktober 2023)
https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?
https://www.academia.edu/9415417/
TEKNIK_PEMERIKSAAN_GENU_PADA_KASUS_OSTEOARTHROSIS_DENG
http://digilib.unisayogya.ac.id/6036/1/SITI%20AFIFAH%20_%201810505102%20_
%20NASKAH%20PUBLIKASI%20-%20Siti%20Afifah%281%29.pdf(Diakses
https://id.scribd.com/document/428579410/LAPORAN-KASUS-TEKNIK-
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK537114/?
2023)
https://my-clevelandclinic-org.translate.goog/health/body/25002-synovial-membrane?
2023)
https://www-verywellhealth-com.translate.goog/bursae-anatomy-function-and-
treatment-4686312?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc (Diakses