PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Knee joint merupakan sendi terbesar dari sendi tubuh lainnya. Sendi ini
terletak di antara sendi pergelangan kaki dan sendi pinggul yang berperan
sebagai stabilisator dan penggerak (Suriani, 2013). Knee joint dibentuk oleh
bursa, dan otot – otot penggerak. ACL adalah salah satu struktur penyusun
dalam knee joint yang berperan dalam stabilisator pergerakan dari femur dan
tibia, ACL memanjang dari aspek posterior dan lateral tulang femur. Berorigo
pada aspek medial dari condylus lateral femur dan berinsersi pada area
Ruptur adalah salah satu patologi trauma yang terjadi karena robeknya
jaringan di salah satu ligamen pada knee joint yang menghubungkan tulang
tibia dan tulang femur (Doorland, 2002) Trauma banyak dialami oleh atlet-atlet,
kondisi ini sering menyebabkan robeknya ACL (Zein, 2013). Ruptur ACL sering
dialami oleh para atlet dengan kegiatan olahraga seperti gerakan jongkok,
Kaiser (Hewet &Timoty, 2007) olahraga seperti football, baseball, basket, dan
sepak bola dan ski terdapat 78% cidera ligamen cruciatum anterior menyertai
terhadap inti atom hidrogen dalam tubuh MRI menjadi modalitas imejing untuk
diperiksa dengan MRI diantaranya adalah MRI knee joint. Dalam melakukkan
pemeriksaan MRI ada beberapa hal yang perlu diatur, salah satunya protokol
pemeriksaan.
Knee Joint salah satu diantaranya adalah Proton Density Turbo Spin Echo (PD
TSE). Turbo Spin Echo adalah pulse sequence dengan waktu scan yang lebih
cepat dari Conventional Spin Echo dan aplikasi pulsa eksitasi 90° diikuti pulsa
lebih cepat Pembobotan Proton Density dicirikan dengan nilai Time Repetition
(TR) panjang dan Time Echo (TE) pendek, dengan sinyal yang diterima
meniskus lebih baik. Penggunaan sekuen PD TSE ini Karena bentuk anatomi
ACL sangat tipis, sulit untuk terlihat, dan banyak kelainan pada bagian tersebut
ACL. Sehingga mampu menampakkan hasil ACL yang sangat baik (Alex,
2011). Potongan sagital oblique juga dapat menampakkan ACL lebih baik
perlu diatur parameter primer dan sekunder yang mendukung dalam sekuen
yang diatur dalam pemeriksaan MRI knee joint yaitu slice thickness. Slice
dan voxel yang meningkat, Signal Noise to Ratio (SNR) menurun, cakupan
objek menjadi lebih lebar, adanya peningkatan efek volume parsial, dan
resolusi spasial menjadi lebih rendah. Ketika efek volume parsial terjadi karena
sinyal yang tinggi maka terlihat gambar dengan ukuran tidak sebenarnya yang
anatomi dan kualitas citra yang diperoleh. Untuk itu perlu dikontrol mengenai
dalam bukunya “MRI of the Knee” pemeriksaan MRI knee joint dengan sekuen
Philips 1,5 Tesla, slice thickness yang digunakan pada MRI knee joint sekuen
PD TSE sagital adalah 3,5 mm. Pada MRCC Siloam menggunakan slice
thickness 3 mm dengan pesawat MRI Philips 3,0 Tesla. Martin (2007), dalam
jurnalnya “The value of sagital oblique MRI technique for injuries of the ACL in
pada potongan sagital oblique. Dari beberapa sumber tersebut, perlu diketahui
apakah ada pengaruh variasi slice thickness terhadap informasi anatomi dan
kualitas citra pemeriksaan MRI knee joint potongan sagital oblique dengan
klinis ruptur ACL dan pilihan slice thickness yang baik sehingga dapat
lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Slice Thickness
Terhadap Informasi Anatomi Dan Kualitas Citra MRI Knee Joint Sekuen PD
B. Rumusan Masalah
informasi anatomi MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique
2. Apakah ada pengaruh variasi slice thickness terhadap kualitas citra MRI knee
joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique dengan klinis ruptur ACL?
3. Berapa slice thickness yang baik untuk informasi anatomi dan kualitas citra
pemeriksaan MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique dengan
C. Tujuan Penelitian
informasi anatomi MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi slice thickness terhadap kualitas citra MRI
knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique dengan ruptur ACL.
3. Untuk mengetahui slice thickness yang baik untuk informasi anatomi dan
kualitas citra pemeriksaan MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan para praktisi MRI
untuk mengetahui sekuen yang baik untuk klinis ACL, sehingga dapat
dijadikan protokol rutin MRI knee joint untuk melihat ACL, dan sebagai
ruptur ACL
wawasan bagi pembaca tentang pemeriksaan MRI knee joint. Dan sebagai
pemeriksaan MRI knee joint PD TSE potongan sagital oblique dengan klinis
ruptur ACL.
E. Keaslian Penelitian
1. Azizi, 2018. Perbedaan Informasi Anatomi MRI knee joint sekuen PD fat
dengan pembobotan yang berbeda yakni Proton Density Fat saturation dan
spesifik diaplikasi dalam klinis ruptur ACL. Hasil penelitian adalah didapatkan
slice thickness yang baik dalam menampakkan anatomi knee joint yaitu 4 mm
mm.
ligamen dan meniscus, sedangkan penelitian ini spesifik pada ruptur ACL.
Hasil penelitian ini adalah kelainan banyak terjadi pada ACL dimana kelainan
ruptur selalu diikuti dengan kelainan pada meniskus dan medial collateral
pembobotan yang bermacam – mcam dalam hal ini PD, T1, dan STIR.
4. Nenezic, 2013. The value of sagital oblique MRI technique for injury of the
ACL in the Knee. Persamaan penelitian ini terletak pada pemeriksaan MRI
sagital oblique untuk kasus ACL. Hasil penelitian ini adalah potongan sagital