Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Knee joint merupakan sendi terbesar dari sendi tubuh lainnya. Sendi ini

terletak di antara sendi pergelangan kaki dan sendi pinggul yang berperan

sebagai stabilisator dan penggerak (Suriani, 2013). Knee joint dibentuk oleh

tulang femur dan tibia-fibula, Anterior Cruciate Ligament (ACL), Posterior

Cruciate Ligament (PCL), kartilago, dan jaringan lunak seperti meniscus,

bursa, dan otot – otot penggerak. ACL adalah salah satu struktur penyusun

dalam knee joint yang berperan dalam stabilisator pergerakan dari femur dan

tibia, ACL memanjang dari aspek posterior dan lateral tulang femur. Berorigo

pada aspek medial dari condylus lateral femur dan berinsersi pada area

intercondylus tibia di sebelah belakang meniskus medial (Hewison, 2015). ACL

memiliki panjang 38 mm dan lebar 11 mm. ACL dapat mengalami kelainan

patologis berupa ruptur.

Ruptur adalah salah satu patologi trauma yang terjadi karena robeknya

jaringan di salah satu ligamen pada knee joint yang menghubungkan tulang

tibia dan tulang femur (Doorland, 2002) Trauma banyak dialami oleh atlet-atlet,

kondisi ini sering menyebabkan robeknya ACL (Zein, 2013). Ruptur ACL sering

dialami oleh para atlet dengan kegiatan olahraga seperti gerakan jongkok,

memutar, menghentikan gerakan, dan melompat. Berdasarkan penelitian

Kaiser (Hewet &Timoty, 2007) olahraga seperti football, baseball, basket, dan

sepak bola dan ski terdapat 78% cidera ligamen cruciatum anterior menyertai

dalam kegiatan olahraga. Ada beberapa modalitas imejing yang membantu

untuk menampakkan kelainan patologis ruptur ACL. Salah satu modalitas


imejing yang digunakan untuk membantu menampakkan ACL dengan akurasi

90% adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) (Alex, 2011).

Menurut Ristaniah (2010), MRI adalah suatu alat medis bidang

diagnostik yang dapat menghasilkan gambar berupa potongan penampang

tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet dan resonansi getaran

terhadap inti atom hidrogen dalam tubuh MRI menjadi modalitas imejing untuk

beberapa pemeriksaan, salah satunya sistem musculoskeletal sejak tahun

1942. Seiring berjalannya waktu, telah banyak kasus musculoskeletal yang

diperiksa dengan MRI diantaranya adalah MRI knee joint. Dalam melakukkan

pemeriksaan MRI ada beberapa hal yang perlu diatur, salah satunya protokol

pemeriksaan.

Menurut Westbrook (2014), ada beberapa protokol pemeriksaan MRI

Knee Joint salah satu diantaranya adalah Proton Density Turbo Spin Echo (PD

TSE). Turbo Spin Echo adalah pulse sequence dengan waktu scan yang lebih

cepat dari Conventional Spin Echo dan aplikasi pulsa eksitasi 90° diikuti pulsa

rephase 180°yang diaplikasikan berkali-kali. Sehingga memiliki waktu yang

lebih cepat Pembobotan Proton Density dicirikan dengan nilai Time Repetition

(TR) panjang dan Time Echo (TE) pendek, dengan sinyal yang diterima

berdasarkan jumlah proton dalam jaringan sehingga dapat dibedakan setiap

jaringan pada musculoskeletal knee joint. Pada pembobotan PD ACL akan

tampak hyperintense, dan PD dapat memperlihatkan bagian ligamen dan

meniskus lebih baik. Penggunaan sekuen PD TSE ini Karena bentuk anatomi

ACL sangat tipis, sulit untuk terlihat, dan banyak kelainan pada bagian tersebut

(Westbrook, 2014). Diperlukan teknik yang mendukung sehingga dapat

memperlihatkan ACL dengan baik. Potongan sagital oblique membantu dalam


klinis ini, dimana potongan diatur dengan mengikuti kemiringan dari bentuk

ACL. Sehingga mampu menampakkan hasil ACL yang sangat baik (Alex,

2011). Potongan sagital oblique juga dapat menampakkan ACL lebih baik

dalam klinis complete ruptur dan partial ruptur (Nenezic, 2013).

Pada prosedur pemeriksaan MRI knee joint selain mengatur sekuen,

perlu diatur parameter primer dan sekunder yang mendukung dalam sekuen

agar mendapatkan gambaran yang informatif. Salah satu parameter primer

yang diatur dalam pemeriksaan MRI knee joint yaitu slice thickness. Slice

thickness merupakan ketebalan potongan yang diinginkan pada suatu objek.

Dengan meningkatkan slice thickness akan berakibat dengan adanya sinyal

dan voxel yang meningkat, Signal Noise to Ratio (SNR) menurun, cakupan

objek menjadi lebih lebar, adanya peningkatan efek volume parsial, dan

resolusi spasial menjadi lebih rendah. Ketika efek volume parsial terjadi karena

sinyal yang tinggi maka terlihat gambar dengan ukuran tidak sebenarnya yang

dapat di salah artikan. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap gambaran

anatomi dan kualitas citra yang diperoleh. Untuk itu perlu dikontrol mengenai

pemilihan sekuen dan parameter yang sesuai, sehingga dapat membantu

penegakan diagnosa (Blink, 2004).

Menurut Moellar (2010), Protokol pemeriksaan MRI Knee Joint

disarankan dengan sekuen PD TSE potongan sagital menggunakan slice

thickness 3 mm sampai 4 mm. Dalam teori yang disebutkan Davis (2014),

dalam bukunya “MRI of the Knee” pemeriksaan MRI knee joint dengan sekuen

PD TSE sagital menggunakan slice thickness 4 mm. Pada Westbrook (2014),

hanya disarankan menggunakan slice yang tipis.


Penerapan di Rumah Sakit Premier Bintaro dengan pesawat MRI

Philips 1,5 Tesla, slice thickness yang digunakan pada MRI knee joint sekuen

PD TSE sagital adalah 3,5 mm. Pada MRCC Siloam menggunakan slice

thickness 3 mm dengan pesawat MRI Philips 3,0 Tesla. Martin (2007), dalam

jurnalnya “Oblique MR Imaging of The Anterior Cruciate Ligament Based on

Three-Dimensional Orientation“ menggunakan potongan sagital oblique

dengan slice thickness 3 mm pada MRI Philips. Nenezic (2013), dalam

jurnalnya “The value of sagital oblique MRI technique for injuries of the ACL in

the knee” pada pesawat MRI Philips 1 T menggunakan slice thickness 2 mm

pada potongan sagital oblique. Dari beberapa sumber tersebut, perlu diketahui

apakah ada pengaruh variasi slice thickness terhadap informasi anatomi dan

kualitas citra pemeriksaan MRI knee joint potongan sagital oblique dengan

klinis ruptur ACL dan pilihan slice thickness yang baik sehingga dapat

menampakkan ACL dengan baik dan dapat menjadi standar dalam

pemeriksaan MRI knee joint khususnya untuk klinis ruptur ACL.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian

lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Slice Thickness

Terhadap Informasi Anatomi Dan Kualitas Citra MRI Knee Joint Sekuen PD

TSE Potongan Sagital Oblique Klinis Ruptur ACL.”

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh dan perbedaan variasi slice thickness terhadap

informasi anatomi MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique

dengan klinis ruptur ACL?

2. Apakah ada pengaruh variasi slice thickness terhadap kualitas citra MRI knee

joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique dengan klinis ruptur ACL?
3. Berapa slice thickness yang baik untuk informasi anatomi dan kualitas citra

pemeriksaan MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique dengan

klinis ruptur ACL?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan variasi slice thickness terhadap

informasi anatomi MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique

dengan ruptur ACL.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi slice thickness terhadap kualitas citra MRI

knee joint sekuen PD TSE potongan sagital oblique dengan ruptur ACL.

3. Untuk mengetahui slice thickness yang baik untuk informasi anatomi dan

kualitas citra pemeriksaan MRI knee joint sekuen PD TSE potongan sagital

oblique dengan klinis ruptur ACL.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi,

referensi maupun dokumentasi ilmiah mengenai pemeriksaan MRI knee

joint dengan klinis ruptur ACL.

2. Manfaat bagi Rumah Sakit Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan para praktisi MRI

untuk mengetahui sekuen yang baik untuk klinis ACL, sehingga dapat

dijadikan protokol rutin MRI knee joint untuk melihat ACL, dan sebagai

bahan acuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada

diagnosa ruptur ACL.


3. Manfaat bagi Penulis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai teknik pemeriksaan MRI knee joint dengan klinis

ruptur ACL

4. Manfaat bagi Pembaca

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi pembaca tentang pemeriksaan MRI knee joint. Dan sebagai

bahan referensi bagi pembaca tentang pengaruh variasi slice thickness

pemeriksaan MRI knee joint PD TSE potongan sagital oblique dengan klinis

ruptur ACL.

E. Keaslian Penelitian

1. Azizi, 2018. Perbedaan Informasi Anatomi MRI knee joint sekuen PD fat

saturation sagital pada variasi slice thickness. Persamaanya terletak pada

pemeriksaan MRI knee joint dengan variasi slice thickness. Perbedaanya

adalah menggunakan potongan berbeda dalam penelitian ini sagital oblique

dengan pembobotan yang berbeda yakni Proton Density Fat saturation dan

spesifik diaplikasi dalam klinis ruptur ACL. Hasil penelitian adalah didapatkan

slice thickness yang baik dalam menampakkan anatomi knee joint yaitu 4 mm

2. Karmila, 2018. Analisis Hasil Gambaran Sequence Proton density Pada

Potongan Koronal dan Coronal Oblique Technique Terhadap Visualisasi

Anterior Cruciate Ligament (ACL) Pada Pemeriksaan MRI Knee Joint Di

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Persamaannya terletak

pada pemeriksaan MRI knee joint pada pembobotan proton density.

Perbedaannya adalah menggunakan variasi slice thickness dengan potongan

berbeda yaitu sagital oblique. Hasil penelitian adalah didapatkan hasil


penelitian yang lebih baik dengan potongan coronal oblique slice thickness 2

mm.

3. Arumugam, 2015. “MRI Evaluation of Acute Internal Derangement of Knee.”

Persamaan penelitian ini terletak pada pemeriksaan MRI knee joint.

Perbedaannya jurnal tersebut mengkaji beberapa kasus kelainan pada bagian

ligamen dan meniscus, sedangkan penelitian ini spesifik pada ruptur ACL.

Hasil penelitian ini adalah kelainan banyak terjadi pada ACL dimana kelainan

ruptur selalu diikuti dengan kelainan pada meniskus dan medial collateral

ligament, penelitian ini menggunakan slice thickness 3 mm dan dengan

pembobotan yang bermacam – mcam dalam hal ini PD, T1, dan STIR.

4. Nenezic, 2013. The value of sagital oblique MRI technique for injury of the

ACL in the Knee. Persamaan penelitian ini terletak pada pemeriksaan MRI

Knee. Perbedaannya jurnal tersebut mengkaji mengenai keefektifan potongan

sagital oblique untuk kasus ACL. Hasil penelitian ini adalah potongan sagital

oblique baik dalam menampakkan kelainan pada ACL seperti complete

rupture dan partial rupture.

Anda mungkin juga menyukai