Disusun oleh:
Dita Ayu Prastikasari
2019122027
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tanda dan gejala osteoatritis adalah timbulnya nyeri yang
berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur
daerah subkodral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, istabilnya kapsul
sendi serta spasme pada otot atau ligament. Nyeri akan dapat bertambah
ketika melakukan aktifitas berat, pada tahap yang lebih parah hanya dengan
aktivitas minimal sudah dapat menimbulkan perasaan nyeri (Davey, 2008).
Penelitian Sonjaya (2017) menyebutkan karakteristik yang sering
muncul pada penderita osteoatritis adalah nyeri sendi pada lutut dengan
prosentase 53.26% dari 199 responden. Sedangkan pada riset yang dilakukan
oleh Ismail (2017) ditemukan karakteristik intensitas nyeri yang diukur
menggunakan VAS, nyeri ringan sebesar 22.9%, nyeri sedang 50.0% dan
nyeri berat sebesar 27.1 % dari total 70 responden. Hasil tersebut berbeda
dengan riset yang dilakukan oleh Purnama, Mogi dan Angliadi (2015) yang
dalam penelitiannya menemukan derajat nyeri berdasarkan pengukuran
(VAS) menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami nyeri ringan yaitu
sebanyak 19 perawat (76,0 %) dan nyeri sedang sebanyak 6 perawat (24,0%).
Riset-riset tersebut menunjukan gambaran nyeri pada pasien
osteoatritis. Sedangkan data Arthritis Research Campaign menunjukan bahwa
lebih dari 550 ribu penderita osteoatritis mengalami nyeri di lutut. Hampir
80% osteoatritis pada usia di atas 60 tahun mengenai sendi lutut (Anwar,
2012). Prevalensi osteoatritis sendi kaki lutut di Indonesia cukup tinggi dan
mempunyai dampak besar terhadap perkembangan sosial serta ekonomi. 1-2
juta orang di Indonesia menderita cacat dikaki karena osteoatritis (Carter,
2013).
Banyaknya angka kejadian osteoatritis yang menyerang sendi di kaki,
maka perlu adanya terapi atau latihan khusus kaki yang dapat mengurangi
gejala keluhan nyeri di kaki. Michael et al (2010) menyatakan terdapat
beberapa terapi pada osteoatritis seperti terapi konservatif, fisioterapi,
pertolongan ortopedi, farmakologi dan non farmakologi. Terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien osteoatritis
adalah leg exercise.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Osteoartitis
1. Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi
yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang
sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014).
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara
sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif
yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang
yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2013). Sjamsuhidajat,
dkk (2014) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi kronik yang
disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada
sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada
usia tua (Sjamsuhidayat, 2014).
2. Etiologi
Menurut Michael dkk (2010) etiologi dari osteoatritis dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu Osteoatritis primer dan Osteoatritis
sekunder. Osteoatritis primer merupakan osteoatritis ideopatik atau
osteoatritis yang belum diketahui penyebabnya. Sedangkan
osteoatritis sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetic, mal
posisi, pasca operasi, metabolic, gangguan endokrin dan
osteonekrosis aseptic.
3. Manifestasi klinis
Menurut Davey (2013) manifestasi klinis dari osteoatritis
dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi
osteoatritis dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki,
pinggul, lutut.
7
9
a. Radiologi
Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena
osteoartritis, seperti panggul, lutut, selain itu bahu, tangan,
pergelangan tangan, dan tulang belakang juga sering terkena.
Gambaran radiologi OA sebagai berikut:
1) Pembentukan osteofit: pertumbuhan tulang baru (semacam
taji) yang terbentuk di tepi sendi.
2) Penyempitan rongga sendi : hilangnya kartilago akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak
sama. Badan yang longgar, terjadi akibat terpisahnya
kartilago dengan osteofit.
3) Kista subkondral dan sklerosis: peningkatan densitas
tulang di sekitar sendi yang terkena dengan pembentukan
kista degeneratif.
b. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan hasil
pemeriksaan darah tepi seperti hemoglobin, leukosit dan laju
endap darah dalam rentang normal.
5. Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence (2010) osteoartritis dalam
pemeriksaan radiologis diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Grade 0: Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada
radiologis.
b. Grade 1: Ragu-ragu, tanpa osteofit.
c. Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar
sendi.
d. Grade 3: Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi
yang cukup besar.
11
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan
gejala OA, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan
dalam pergerakan sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis.
Tindakan terapi yang diberikan menurut Michael dkk (2012)
meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi,
pembedahan, rehabilitasi. Penjelasannya adalah:
a. Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada
pasien, pengaturan gaya hidup apabila pasien
termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika
memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olahraga
seperti bersepeda, berenang).
b. Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, leg
excercise, akupuntur, transverse friction (tehnik pemijatan
khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot,
elektroterapi.
c. Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti
sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA,
ortosis juga digunakan untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi sendi.
d. Farmakoterapi
Analgetik
COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan dan
kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar
tidak menyebabkan toksisitas.
12
2. Nyeri
1. Pengertian Nyeri osteoatritis
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
bersifat subjektif. Keluhan nyeri yang dinyatakan seperti pegal,
linu, ngilu, keju, kemeng,dan seterusnya dapat dianggap sebagai
modalitas nyeri. Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang
dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh
persepsi jiwa yang nyata, aman dan fantasi luka (Sulistyo, 2013).
14
7. Pengukuran Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah
nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat
sangat sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif
juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri (Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri :
a.
Gambar 2.1 pengukuran nyeri VDS
Sk
Gambaran 2.3 pengukuran nyeri Visual Analog Scale
Visual analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap
ujungnya (Andarmoyo, 2013).
4) Wong baker scale
21
3. Leg Excercise
1. Pengertian
Leg excercise adalah latian pergerakan kaki dengan
meregangkan otot untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan
jangkauan gerakan persendian. Dengan leg excercise ketegangan
otot menjadi berkurang, tubuh terasa lebih relaks, memperluas
rentang gerak, menambah rasa nyaman, mengurangi nyeri dan
membantu mencegah cedera (Sari & Pamungkas, 2014).
2. Manfaat
Penderita osteoartitis mungkin takut untuk berolahraga
karena akan menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Tetapi
menurut penelitian olahraga sangat dianjurkan bagi penderita
osteoartitis. Olahraga obat yang efektif untuk menurunkan nyeri
dan memperbaiki pergerakan pada pasien osteoartitis. Salah satu
gerakan yang dapat dilakukan penderita osteoartitis adalah leg
excercise.
Leg excercise adalah latian pergerakan kaki untuk
menigkatkan fleksibilitas otot dan jangkauan persendian. Leg
excersice merupakan peregangan ringan yang membuat sendi-sendi
kaki bergerak sesuai rentangan penuh. Dengan melakukan latian ini
22
2.12 Quadriceps
Posisi badan strengthening
berdiri tegak –
dengan menggunakan kursi
minisquats
didepan tubuh sebagai pegangan, kemudian jongkok
dengan menekuk kedua lutut tapi punggung tetap lurus.
Squat harus menjadi sekitar 45 derajat. Kemudian kembali
keposisi semula. Ulangi 10 kali.
26
B. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi nyeri
1. Sakit atau
penderitaan,
2. Rasa bosan, depresi,
Marah, Meningkatkan
Nyeri
3. Kelelahan,
fleksibelitas otot
4. Ansietas
dan sendi
Melancarkan
aliran darah
Farmakologi Non Farmakologi
Nyeri
1. Relaksasi Menurun
2. Imagery
Analgetik
3. Hypnosis
4. Meditasi
5. Akupuntur
6. Masase
7. Distraksi
8. Latihan
Leg excercise
27
Keterangan
: diteliti
: tidak diteliti
C. Hipotesa
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Hidayat, 2017). Berdasarkan dari tinjauan konsep penelitian di atas, maka
hipotesa yang dapat dirumuskan adalah :
Ha : “Ada Pengaruh Leg Exercise terhadap Penurunan Nyeri Pasien
Osteoatritis di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri”
Ho : “tidak ada pengaruh Leg Exercise terhadap Penurunan Nyeri Pasien
Osteoatritis di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri”
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari maalah yang akan diteliti (Hidayat,
2017). Kerangka konsep penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang
lingkup dan mengarahkan penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2021 di RSU Mulia Hati
Wonogiri
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2016). Populasi penelitian ini adalah pasien
osteoatritis di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2015). Tekhnik sampling yang akan digunakan dalam
penelitian adalah Accidental sampling, yaitu tekhnik pengambilan
sampel dengan cara saat dijumpai ada, maka sampel tersebut di ambil
dan langsung dijadikan sebagai sampel (Hidayat, 2017). Namun dalam
penentuan sampel, digunakan rumus slovin sebagai berikut:
N
n=
1+ N (d) ²
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Jumlah sampel
d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (10%)
dalam pemilihan sampel, juga terdapat beberapa kriteria yang
harus terpenuhi, Adapun kriteria tersebut adalah :.
a. Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel
(Notoadmojo, 2012) antara lain :
1) Pasien osteoatritis yang bersedia menjadi responden
2) Pasien osteoatritis yang dapat melihat dan mendengarkan
dengan normal
30
D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2014). Terdapat beberapa variabel penelitian, namun dalam penelitian
yang dilakukan, hanya akan mencangkup variabel independent dengan
variabel dependent. Variabel penelitian dalam penelitian yang dilakukan
adalah :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variable yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variable dependen (terikat). Variable ini
juga dikenal dengan nama variable bebas artinya bebas dalam
mempengaruhi variable lain (Hidayat, 2017). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah leg exercise.
2. Variabel Dependent (tergantung/terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel
tergantung juga disebut kejadian, manfaat, efek atau dampak (Hidayat,
2017). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah nyeri pasien
osteoatritis.
E. Definisi operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
F. Instrument / Alat
Instrumen merupakan suatu alat ukur penelitian, instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. SOP leg exercise
Standart operasional prosedure leg exercise digunakan untuk mengukur
pemberian leg exercise apakah sesuai prosedure atau tidak.
2. SOP pengukuran skala nyeri
Standart operasional prosedure pengukuran nyeri terdiri dari rangkaian
tindakan perawat yang menunjukan kepada klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat
ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan
nyeri .
3. Lembar observasi skala nyeri
Digunakan untuk mendokumentasikan skala nyeri setiap responden yang
bertujuan untuk mempermudah dalam input data dan pengolahan data ke
program spss.
G. Metode pengumpulan data dan analisa Data
32
Pada tahap ini data di olah dengan metode tertentu, dengan data
kuantitatif melalui proses komputerisasi. Metode analisa yang digunakan
yaitu :
a) Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung
dari jenis datanya. Untuk data numeric digunakan nilai mean atau rata-rata,
median dan standart deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variable
(Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian yang akan dilakukan, hasil
pengukuran analisa univariat berupa prosentase karakteristik responden,
pemberian leg exercise dan skala nyeri pasien.
b) Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistic. Analisa bivariat dalam penelitian ini terdiri dari
uji normalitas kemudian di lanjutkan dengan uji non parametric test.
1) Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisa bivariat, dilakukan terlebih dahulu uji
normalitas, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui sebaran data
normal atau tidak. Apabila jumlah sampel <50 maka uji normalitas
menggunakan Shapiro-Wilk dan apabila >50 maka menggunakan uji
normalitas kolmogorov sminor dengan tingkat kepercayaan 95 %
(Dahlan, 2010). Apabila nilai p <0,05 maka distribusi datanya tidak
normal, jika nilai p >0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
2) Uji 2 kelompok
Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya adalah menganalisa
tingkat stress sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
perlakuan leg exercise dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji
paired t-test apabila data berdistribusi normal. Bila tidak berdistribusi
normal digunakan uji non parametric wilcaxon-test. Uji ini bertujuan
33
3. Prinsip keadilan
a. Mendapatkan pengobatan yang adil (righ in fair treatment) yaitu
subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai
responden.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (tigh to privacy) meliputi anominity
yaitu data yang diberikan akan dirahasiakan dengan tanpa nama
dan confidentiality yaitu subjek akan dijamin kerahasiannya
I. Rencana jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan ijin melakukan studi pendahuluan ke Rumah Sakit
Umum Mulia Hati Wonogiri.
b. Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Maret 2021
c. Proposal disetujui, kemudian mengajukan ijin penelitian
d. Menyiapkan kelengkapan data, kuisioner penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Di bawah ini adalah prosedur teknis secara rinci yang telah akan
dlalaui oleh peneliti dalam memperoleh data peneltian:
a. Peneliti berkoordinasi dengan dengan bagian sekretriat, Kepala
Bagian Diklat dan Kepala Ruang RSU Mulia Hati Wonogiri.
b. Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden,
35