Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ERAS FOR ORTOPEDI

OLEH :
ROSANDRA FIRDI SILVIANA (2001034)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwodadi, 21 Februari  2022

Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bedah ortopedi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari cedera akut, kronis, dan
trauma serta gangguan lain pada sistem muskuloskeletal (Hanafiah, 2008). Salah satu
komponen sistem muskuloskeletal adalah tulang. Tulang yang mengalami cedera dapat
menyebabkan fraktur. Fraktur adalah patahan pada kontinuitas struktur tulang. Menurut riset
kesehatan dasar Indonesia, menunjukkan bahwa fraktur sebagai penyebab terbanyak keempat
dari cedera di Indonesia. Jawa Timur secara khusus memiliki jumlah kasus fraktur yang
melebihi rata-rata kasus nasional dengan nilai 6,0% dibanding 5,8% (Riskesdas, 2013).
Fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup (closed fracture) dan fraktur terbuka (open
fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang lapisan kulit terluar tetap utuh. Fraktur terbuka
adalah fraktur yang lapisan kulit atau salah satu rongga tubuh mengalami luka terbuka
(Nayagam, 2010).
Menurut Gustilo dan Anderson, fraktur terbuka diklasifikasikan menjadi beberapa
tingkatan, yaitu grade I, grade II dan grade III A/B/C yang dibedakan berdasarkan pada lebar
luka, kerusakan jaringan lunak, dan jenis kontaminasinya (Bennett and Smith, 2013).
Perbedaan antara fraktur tertutup dan fraktur terbuka terdapat pada pengaruh kontaminiasi
organisme. Fraktur terbuka memiliki risiko infeksi tinggi karena ada kontak udara luar
dengan luka fraktur (Zalavras, 2017). Fraktur tertutup memiliki risiko infeksi rendah karena
tidak ada kontak antara udara luar dengan fraktur. Penatalaksanaan pada kasus fraktur secara
umum adalah recognizing (diagnosis), reduction (reposisi), retaining (fiksasi atau
imobilisasi), dan rehabilitation. Pada fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan
melakukan tindakan operasi dapat dilakukan fiksasi internal (Nayagam, 2010).
Fiksasi internal merupakan pemasangan plat, paku, scrup atau pen pada fraktur untuk
mengfiksasi bagian tulang. Fiksasi internal pada penanganan fraktur tertutup termasuk jenis
operasi bersih terkontaminasi yaitu, luka operasi yang dengan keadaan yang terkendali dan
tidak terkontaminasi secara luas (CDC, 2017). Luka akibat kecelakaan dan luka terbuka pada
fraktur terbuka termasuk dalam jenis operasi kotor (CDC, 2017). Angka kejadian ILO sesuai
standart mutu yang ditetapkan yaitu operasi bersih < 2%, bersih terkontaminasi 4-10%, dan
kotor sebesar CDC tahun 2011 sebanyak 157.500 pasien rawat inap mengalami ILO (Megill
et al., 2012). Bakteri patogen yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah gram positif
yaitu Staphylococcus aureus dan beberapa gram negatif seperti Escherichia coli (Litrenta and
Oetgen, 2017). Infeksi daerah operasi dapat memberikan peningkatan morbiditas, mortalitas,
dan biaya perawatan kesehatan. Untuk mencegah terjadi ILO adalah dengan memberikan
antibiotik profilaksis yang rasional (Lyden and Dellinger, 2016).
Infeksi pada fraktur disebabkan oleh bakteri yang berisiko menimbulkan infeksi adalah
flora normal kulit, yaitu bakteri gram positif (Ulman dan Rotschafer, 2016). Sefazolin lebih
aktif terhadap kuman gram positif (Siswandono, 2016). Menurut American Society of
Health-System Pharmacists (ASHP), antibiotik profilaksis yang dapat digunakan untuk
fraktur tertutup adalah sefazolin dengan alternatif klindamisin dan vankomisin (Bratzler, et
al., 2013). Rekomendasi antibiotik profilaksis yang diberikan berdasarkan macam grade
fraktur terbuka menurut Gustilo adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama
khususnya sefazolin atau dapat diberikan klindamisin pada pasien yang alergi terhadap
golongan β laktam untuk fratur terbuka grade I dan II. Sedangkan pada pasien fraktur terbuka
grade III dapat diberikan antibiotik profilaksis golongan sefalosporin generasi pertama yaitu
sefazolin atau klindamisin ditambah dengan golongan aminoglikosida yaitu gentamisin atau
penggunaan tunggal golongan sefalosporin generasi ketiga seperti seperti seftriakson sebagai
alternatif (Carver et al., 2017).
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) adalah teknik operasi yang dikembangkan
untuk mempercepat perawatan dan juga mempercepat penyembuhan dan pemulihan pasca
operasi pada pasien. ERAS umumnya digunakan dalam proses persalinan atau operasi
melahirkan. Teknik ini biasanya menggunakan pisau sayatan yang khusus sehingga ketika
digunakan pada saat proses operasi, tidak banyak merusak jaringan kulit.
Tehnik ERAS/ ERACS sayatan dilakukan dengan pisau dengan ketajaman khusus dan
ukuran kecil, dan dengan sekali sayatan sampai di fascia, sehingga kerusakan jaringan bisa
minimal.” dr. Kondang Usodo, Sp.OG (Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit
EMC Tangerang). Sayatan dilakukan seminimal mungkin, pengambilan jaringan juga
dilakukan tanpa merusak jaringan yang sehat, sedapat mungkin menghindari memotong dan
menjahit otot, dan ketika dokter operator menjahit fascia akan mengutamakan tehnik jahitan
satu-satu. Pasien akan diberikan minuman manis 2 jam sebelum tindakan operasi agar dapat
membantu untuk mobilisasi setelah tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Ortopedi?
2. Bagaimana prosedur Bedah Ortopedi?
3. Bagaimana teknik Bedah Ortopedi?
4. Apa saja resiko yang dapat terjadi, apaila dilakukan Bedah Ortopedi?
5. Bagaiman tindakan-tindakan dalam Bedah Ortopedi?
6. Apakah pengertian dari ERAS?
7. Apa saja teknik ERAS?
8. Bagaimana prosedur dilakukannya ERAS?
9. Apa saja kelebihan ERAS?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis profil penggunaan terapi
antibiotik profilaksis pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo meliputi
jenis, dosis, dan waktu pemberian yang terkait dengan data rekam medis pasien bedah
ortopedi dengan diagnosis fraktur menggunakan metode Gyssens.
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui profil penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah
ortopedi dengan diagnosis fraktur terbuka dan tertutup di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kabupaten Sidoarjo pada periode Januari – Oktober 2019.
2) Mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah
ortopedi dengan diagnosis fraktur terbuka dan tertutup di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kabupaten Sidoarjo pada periode Januari – Oktober 2019 dengan
menggunakan metode Gyssens.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pola
penggunaan antibiotik pada pasien bedah ortopedi dengan diagnosis fraktur, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengawasan dan evaluasi penggunaan obat pada
pasien.
2. Data yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi yang rasional baik dalam jenis, dosis dan
waktu pemberian sehingga dapat mengoptimalkan mutu pelayanan.
3. Data yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai saran bagi PPRA RSUD
Kabupaten Sidoarjo.

E. Pembahasan Ortopedi
1. Pengertian Ortopedi
Ortopedi adalah kumpulan jenis bedah yang bertujuan mengatasi penyakit yang
terjadi pada sistem gerak tubuh. Bedah ortopedi dapat mengatasi berbagai
penyakit atau cedera yang timbul pada tulang, sendi, tendon, ligamen, otot, serta saraf
otot. Melalui bedah ortopedi, pasien penderita penyakit pada organ tubuh tersebut
dapat kembali bergerak, serta bekerja dan beraktivitas secara normal.
Bedah ortopedi dapat dilakukan untuk mengobati berbagai penyakit dan kelainan
pada tulang dan sendi. Masing-masing teknik bedah ortopedi memiliki indikasi
tersendiri, antara lain:
1) Artroskopi dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan mengatasi penyakit
sendi, seperti infeksi atau radang sendi, perlukaan sendi, serta kerusakan
ligamen.
2) Fusi tulang belakang dapat dilakukan untuk mengatasi kelainan tulang
belakang, seperti skoliosis, patah tulang belakang, tumor tulang belakang,
infeksi, dan herniasi bantalan sendi tulang belakang (hernia nukleus
pulposus).
3) Pemasangan pen dilakukan untuk mengatasi patah tulang.
4) Operasi penggantian sendi dilakukan untuk mengganti sendi yang mengalami
kerusakan, baik akibat radang, penyakit, patah tulang, atau degenerasi akibat
usia.
5) Osteotomi dilakukan untuk mengobati sendi yang rusak akibat radang,
terutama pada pasien muda yang tidak direkomendasikan untuk menjalani
operasi penggantian sendi.
6) Operasi perbaikan tendon dan ligamen dilakukan untuk memperbaiki tendon
dan ligamen yang rusak akibat aktivitas fisik, terutama akibat olahraga
Persiapan bedah ortopedi tergantung dari teknik bedah yang akan dijalani oleh
pasien. Akan tetapi, secara umum pasien akan diminta untuk berpuasa terlebih dahulu
sebelum menjalani bedah ortopedi, terutama pasien yang akan menjalani operasi
dengan bius umum. Pasien juga akan diminta untuk ditemani oleh keluarga
khususnya untuk mengantar jemput sebelum dan setelah operasi.
Pasien yang memerlukan cangkok tulang akan diinformasikan terkait pilihan
bahan untuk mencangkok tulang. Cangkok tulang dapat diperoleh dari tulang pasien
sendiri. Namun saat ini, terdapat bahan-bahan cangkok tulang sintetis yang dapat
menggantikan tulang asli untuk kebutuhan cangkok tulang. Bahan-bahan cangkok
tulang sintetis ini dapat dibuat dari keramik, kalsium, atau protein khusus.

2. Prosedur Bedah Ortopedi


Prosedur bedah ortopedi berbeda-beda sesuai dengan jenis operasi yang dilakukan
dan penyakit tulang dan sendi yang diderita pasien. Secara umum, jenis-jenis bedah
ortopedi merupakan tindakan invasif yang memerlukan irisan kulit di lokasi tulang
atau sendi yang akan dioperasi.
Pasien yang akan menjalani bedah ortopedi akan diminta untuk mengganti
pakaiannya terlebih dahulu dengan pakaian khusus operasi sebelum masuk ke ruang
operasi. Dokter kemudian akan memposisikan pasien di meja operasi sesuai dengan
lokasi tulang atau sendi yang akan dioperasi. Pasien kemudian akan diberikan obat
bius, baik itu bius lokal, setengah badan, maupun umum, sesuai dengan keperluan.
Bius lokal dan setengah badan akan membuat pasien tetap sadar selama prosedur
operasi dilakukan, namun tidak akan merasakan sakit. Sedangkan bius total akan
membuat pasien tertidur selama operasi, dan bangun kembali setelah operasi selesai.
Dokter ortopedi akan membuat irisan kulit (insisi) sesuai dengan lokasi tulang
atau sendi yang akan menjalani opeasi. Besarnya irisan kulit yang dibuat tergantung
jenis operasi dan teknik yang digunakan. Operasi artroskopi dan osteotomi umumnya
hanya membutuhkan satu atau dua sayatan kecil. Sedangkan pada operasi
pemasangan pen, sayatan akan dibuat sepanjang tulang yang mengalami patah.
Setelah sayatan dibuat, dokter kemudian akan melakukan prosedur operasi sesuai
dengan jenis bedah ortopedi yang akan dilakukan. Pada artroskopi, dokter akan
memasukkan artroskop ke dalam sendi untuk melihat kondisi sendi secara visual dan
tindakan tertentu. Pada operasi pemasangan pen, tulang yang patah akan diposisikan
terlebih dahulu pada posisi normalnya, kemudian ditahan menggunakan pen.
Setelah prosedur bedah selesai dilakukan, sayatan akan ditutup kembali dengan
menggunakan jahitan dan perban steril untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi.
Pasien akan dibawa ke ruang perawatan untuk pemulihan pasca operasi, terutama jika
membutuhkan rawat inap.
Pasca operasi atau rawat inap terlebih dahulu. Selama masa pemulihan, pasien
akan diminta untuk beristirahat dan menjaga tulang yang sudah menjalani operasi
agar tidak banyak bergerak. Pasien dapat merasakan nyeri dan pembengkakan di
lokasi bedah setelah menjalani operasi. Dokter akan memberikan obat pereda nyeri,
serta antibiotik untuk mencegah infeksi, yang dikonsumsi selama masa pemulihan.
Dokter akan mengatur jadwal check up pasien selama masa pemulihan. Jika
daerah operasi dirasa sudah cukup stabil untuk digerakkan, dokter akan mengatur
jadwal untuk melakukan fisioterapi. Fisioterapi akan membantu menguatkan otot,
tulang, dan sendi yang telah dioperasi. Masa pemulihan pasca operasi berbeda untuk
tiap teknik operasi yang dilakukan, dari satu-dua hari hingga beberapa minggu.
Selama masa pemulihan, pasien tidak dibolehkan untuk merokok karena nikotin
dalam rokok dapat mengganggu pemulihan tulang.
Pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter terkait, jika selama masa
pemulihan muncul gejala berupa:
a. Kemerahan dan bengkak pada lokasi operasi.
b. Demam.
c. Keluar cairan dari lokasi operasi.
d. Lokasi operasi terasa kaku dan kesemutan.
e. Munculnya nyeri hebat yang tidak membaik meskipun sudah minum obat
pereda nyeri

3. Risiko Komplikasi Bedah Ortopedi


Beberapa risiko komplikasi yang dapat muncul akibat menjalani bedah ortopedi
meliputi:
 Infeksi luka operasi.
 Kerusakan jaringan pada area operasi.
 Terbentuknya gumpalan darah.
 Reaksi alergi terhadap obat bius.
 Perdarahan dan kerusakan pembuluh darah.
 Sendi terasa kaku.
 Nyeri sendi kronis.
 Kerusakan jaringan saraf.
 Kerusakan kembali pada tulang, sendi, tendon, dan ligamen yang sudah
dioperasi.

4. Contoh Tindakan Bedah Ortopedi


Beberapa contoh tindakan bedah ortopedi yang paling sering dilakukan, antara lain:
1) Artroskopi, yaitu prosedur bedah dengan sayatan sebesar lubang kunci untuk
melihat kondisi sendi dan mengatasi permasalahan pada sendi dengan
menggunakan alat khusus. Artroskopi dapat dilakukan sebagai prosedur
diagnosis penyakit sendi maupun teknik pengobatan untuk sendi. Alat yang
digunakan untuk artroskopi adalah artroskop, berupa selang tipis berisi
kamera dan alat bedah.
2) Pemasangan pen, yaitu prosedur bedah yang dilakukan dengan cara
menyambung dan menjaga posisi tulang yang patah dengan bantuan pen yang
terdiri dari pelat logam dan baut khusus. Melalui pemasangan pen, tulang
yang patah akan dikembalikan ke posisi semula dan ditahan dengan bantuan
pen tersebut selama masa penyembuhan. Pada keadaan tertentu, dapat juga
dilakukan pencabutan pen setelah beberapa waktu.
3) Penggantian sendi. Operasi penggantian sendi dilakukan untuk mengganti
sendi yang sudah rusak dengan sendi buatan. Sendi dapat diganti sebagian saja
(parsial) ataupun seluruhnya (total). Operasi penggantian sendi seringkali
dilakukan pada panggul atau lutut, terutama jika sendi tersebut mengalami
peradangan berat atau rusak. Sendi pengganti dapat terbuat dari plastik,
logam, atau keramik, dan dibuat untuk meniru gerakan sendi aslinya sehingga
pasien tetap dapat bergerak seperti semula.
4) Fusi tulang. Fusi tulang dilakukan dengan cara menyatukan beberapa tulang
menjadi satu, baik dengan cangkok tulang ataupun dengan bantuan logam.
Fusi tulang seringkali dilakukan pada tulang belakang untuk menghilangkan
nyeri dan meningkatkan kestabilan tulang belakang akibat penyakit. Dengan
menggabungkan beberapa ruas tulang belakang, tidak ada lagi gerakan antara
ruas tulang belakang tersebut, sehingga nyeri akibat gerakan ruas tulang
belakang akan hilang.
5) Osteotomi. Osteotomi merupakan prosedur bedah yang dilakukan dengan
cara memotong dan mengubah bentuk tulang, terutama untuk memperbaiki
sendi. Osteotomi seringkali dilakukan pada lutut untuk memperbaiki sendi
lutut yang mengalami radang. Akan tetapi, osteotomi juga dapat dilakukan di
bagian tubuh lain seperti pada panggul, rahang, dagu, jari kaki, dan tulang
belakang. Osteotomi yang dilakukan pada lutut untuk mengobati radang sendi
lutut biasanya dilakukan pada pasien muda yang tidak dianjurkan menjalani
operasi penggantian lutut. Ini disebabkan karena sendi lutut buatan lebih
mudah rusak pada pasien yang masih muda dibanding pada pasien lansia.
6) Operasi perbaikan tendon dan ligamen. Tendon dan ligamen adalah
jaringan penghubung antara tulang dan otot. Keduanya dapat mengalami
kerusakan atau robek, yang dapat menyebabkan sendi melemah serta gerakan
sendi menjadi terbatas dan menyakitkan. Tendon dan ligamen dapat
mengalami kerusakan akibat aktivitas fisik berat, terutama olahraga seperti
sepak bola atau Operasi perbaikan tendon dan ligamen akan menyambung
kembali tendon dan ligamen yang robek.

F. Pembahasan ERAS
1. Pengertian ERAS
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) adalah teknik operasi yang
dikembangkan untuk mempercepat perawatan dan juga mempercepat penyembuhan
dan pemulihan pasca operasi pada pasien. ERAS umumnya digunakan dalam proses
persalinan atau operasi melahirkan. Teknik ini biasanya menggunakan pisau sayatan
yang khusus sehingga ketika digunakan pada saat proses operasi, tidak banyak
merusak jaringan kulit.

2. Teknik ERAS
Tehnik ERAS/ ERACS sayatan dilakukan dengan pisau dengan ketajaman
khusus dan ukuran kecil, dan dengan sekali sayatan sampai di fascia, sehingga
kerusakan jaringan bisa minimal.” dr. Kondang Usodo, Sp.OG (Spesialis Kebidanan
dan Kandungan di Rumah Sakit EMC Tangerang). Sayatan dilakukan seminimal
mungkin, pengambilan jaringan juga dilakukan tanpa merusak jaringan yang sehat,
sedapat mungkin menghindari memotong dan menjahit otot, dan ketika dokter
operator menjahit fascia akan mengutamakan tehnik jahitan satu-satu. Pasien akan
diberikan minuman manis 2 jam sebelum tindakan operasi agar dapat membantu
untuk mobilisasi setelah tindakan.
Dokter akan membebaskan perlengketan antar jaringan sehingga pasien terhindar
dari rasa nyeri pasca penyembuhan, mengembalikan posisi jaringan yang disayat
secara end to end pada jaringan yang sama serta memilih benang dan tehnik jahitan
yang tidak mengganggu pergerakan pasca operasi.
Dokter anastesi berperan melakukan assesment prabedah, memilih jenis anestesi
yang paling sesuai dan mempercepat pemulihan pasien, serta melakukan anestesi
dengan jarum anestesi digunakan model pencan ukuran sangat kecil (29). Dosis
anestesi yang diperlukan untuk anestesi spinal adalah dosis yang paling minimal, bisa
juga dikombinasikan dengan regional anestesi. Dokter anastesi juga mengawasi dan
memberikan pelayanan pain management selama pasien dioperasi sampai
diperbolehkan pulang, infus dan kateter segera aff 2 jam pasca operasi, dan pasien
sudah mulai dilatih duduk-berdiri dan jalan
Untuk tehnik ERACS ( Enhanced Recovery After Cesarean Surgery)
memungkinkan si pasien sudah dapat duduk sambil menyusui setalah 2 (dua) jam
pasca operasi, dan di kamar perawatan pasien sudah mobilisasi biasa, pemberian
obat-obatan dan injeksi melalui venflon, makan minum seperti biasa dan diharapkan
dalam kurang dari 24 jam pasien sudah kembali beraktivitas. Dukungan perawatan
homecare juga sebaiknya dilakukan kepada bayi dan Ibu untuk mendukung proses
pemulihan total.
Pelayanan ini dilakukan dengan selalu berpegang pada prinsip patient safety.
Dengan adanya ERACS ini pasien akan merasa nyaman dan mendapatkan
pengalaman service excellent yang menyenangkan.

3. Prosedur ERAS
1) Dua jam sebelum operasi, pasien akan diberikan minuman yang mengandung gula
sebagai sumber energi pada saat menjalani prosedur. Selain itu, sebelum
dilakukan prosedur, akan dilakukan evaluasi perioperatif oleh dokter spesialis
penanggung jawab.
2) Dokter anestesi berperan melakukan penilaian praoperatif, memilih jenis anestesi
yang paling sesuai dan mempercepat pemulihan pasien, serta melakukan anestesi
dengan jarum spinal dengan ukuran yang sangat kecil dan memastikan pasien
tidak merasa nyeri saat pembiusan, selama dan setelah operasi.
3) Dokter kandungan melakukan operasi dengan teknik yang optimal sehingga
operasi berlangsung tidak terlalu lama dan nyaman
4) Dokter anestesi juga mengawasi dan memastikan pasca operasi yang nyaman,
minim rasa nyeri, proses mobilisasi yang lebih cepat, tanpa komplikasi, dan durasi
rawat inap rumah sakit yang lebih singkat.

4. Kelebihan ERAS
a. Melahirkan dengan nyaman
b. Rasa sakit dan nyeri persalinan sangat minimal
c. Pemulihan cepat
d. 4 jam pasca operasi sudah bisa beraktivitas
e. Pasien bisa langsung diberikan nutrisi pasca operasi
f. Lama perawatan di RS menjadi lebih singkat
Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/hal-hal-seputar-bedah-ortopedi-yang-perlu-anda-tahu#:~:text=Bedah
%20ortopedi%20adalah%20kumpulan%20jenis,%2C%20otot%2C%20serta%20saraf%20otot.
https://emc.id/id/care-plus/persalinan-sectio-caesarea-sc-dengan-konsep-eracs
https://emc.id/id/care-plus/persalinan-sectio-caesarea-sc-dengan-konsep-eracs
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bedah_ortopedi

Anda mungkin juga menyukai