PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks,
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser (Wijaya dan putri, 2013).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan disekitar tulang
akan menemukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Haryono
& Utami, 2021). Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. (Suratun, dkk. 2008).
menimbulkan respon berupa nyeri (Mediarti, et al., 2015) Menurut Folley dick (2000)
dalam Sitepu (2014) mengumpulkan data sebanyak 85% pasien fraktur mengeluhkan
nyeri. Nyeri yang terjadi pada pasien fraktur merupakan nyeri musculoskeletal yang
termasuk ke dalam nyeri akut. Nyeri pada pasien fraktur apabila tidak segera diatasi
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2009 terdapat lebih dari 7 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang yang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden yang memiliki angka kejadian yang
cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas atas dan bawah yakni sekitar 46,2%
dari insiden kecelakaan yang terjadi (Devi Mediarti, 2015). Menurut hasil data Riset
Kesehatan Dasar (2013), di Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera
seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam atau tumpul. Riset Kesehatan
Dasar (2013) menemukan ada sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami
fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829
kasus, dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma
benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%)
(Nurcahiriah, 2014). Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun
(Wrongdignosis, 2011 dalam Ropyanto, 2013). Fraktur yang terjadi di Jawa Timur
pada tahun 2016 sebanyak 1.422 jiwa, pada tahun 2017 sebanyak 2.065 jiwa, pada
tahun 2018 sebanyak 3.390 jiwa yang mengalami kejadian fraktur (Riskedas, 2018).
Dari data pengkajian di RSUD (RSKK) Kabupaten Kediri pada tanggal 10 Januari
2022 sampai 15 Januari 2022 di Ruang Seruni didapatkan hasil pasien yang
pemukulan, terjatuh, posisi tidak teratur atau miring, dislokasi, penarikan, kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologik) (Noorisa, 2016). Dampak yang timbul pada
fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cedera,
merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri. Ada beberapa dampak lain yang
akan terjadi fraktur tidak mendapatkan penanganan secara tepat antara lain syok
terjadi karena kehilangan banyak darah, kerusakan arteri, pecahnya arteri karena
trauma bisa ditandai oleh tidak adanya nadi CRT (Capilari Refil Time) perubahan
posisi yang sakit, infeksi, sistem pertahanan rusak bila ada trauma pada jaringan
(Huda, 2015). Kronologis terjadinya fraktur cruris dapat terjadi masalah keperawatan,
masalah keperawatan yang timbul adalah nyeri akut dimana individu mengalami rasa
nyeri yang akan berdampak pada aktivitas sehari-hari, dan gangguan mobilitas fisik
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami fraktur cruris dengan
nonfarmakologis, menjelaskan strategi meredakan nyeri (Tim SIKI DPP PPNI, 2016).
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat laporan “Asuhan Keperawatan pada
Pasien Dewasa Penderita Open Fraktur Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah
B. Rumusan Masalah
Keperawatan pada Pasien Dewasa Penderita Open Fraktur Cruris Post Operasi Orif
Kabupaten Kediri?”
C. Tujuan Pendahuluan
1. Tujuan Umum
Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang
Fraktur Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang
Fraktur Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
dengan masalah berhubungan dengan nyeri akut pada pasien Fraktur Cruris.
cruris secara luas sebagai tolak ukur pelaksanaan asuhan keperawatan yang
berisikan tentang konsep teori Fraktur Cruris dan asuhan keperawatan teori pada
Fraktur Cruris.
2. Manfaat praktis
a. Bagi tempat
Tambahan informasi atau masukan bagi tenaga kesehatan lain dalam usaha
Dengan penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi bahan kajian
secara langsung pada kasus Fraktur Cruris dengan masalah keperawatan nyeri
akut
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. Definisi Fraktur
pada umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Syamsuhidajat & Jong, 2005 dalam
Gusty, 2014). Sedangkan menurut (Insani, 2014) fraktur merupakan patah atau
tulang tibia dan fibula yang disertai dengan kerusakan pada jaringan lunak (otot,
2. Klasifikasi fraktur
Fraktur tertutup merupakan fraktur yang disebabkan oleh kulit yang tidak bisa
ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak dapat tercemar
oleh lingkungan oleh karena itu tidak memiliki hubungan dengan dunia luar.
luar dikarenakan bisa ditembus sehingga menyebabkaan luka pada kulit dan
jaringan lunak yang dapat berbentuk dari dalam maupun dari luar.
c. Trauma Ringan merupakan keadaan yang disebabkan oleh tulang itu sendiri
sudah rapuh.
4. Patofisiologi fraktur
fraktur cruris terjadi akibat adanya deputar yang menyebabkan fraktur spiral pada
kedua tulang kaki pada tingkat tulang yang berbeda. Tibia atau tulang kering
merupakan kerangka utama dari tungkai bawah yang terletak dimedial dari tulang
betis. Pada kondisi klinis tulang tersebut dinamakan tulang cruris (Helmi, 2012).
Kondisi klinis fraktur cruris sering terjadi fraktur terbuka dimana fase
hebat akibat rusaknya jaringan lunak dan kompresi syaraf, resiko tinggi cedera
pada jaringan akibat kerusakan vascular dengan pembengkakan local yang sering
terjadi pada fraktur proksimal tibia. Pada fase lanjut fraktur cruris terbuka
masalah keperawatan pada pasien seperti nyeri akibat dari fraktur, masalah
ortopedi, ,gangguan citra tubuh dan kinerja peran akibar dampak dari masalah
Pasien yang mengalami fraktur cruris memiliki tanda dan gejala, menurut
a. Nyeri yang meningkat saat bergerak dan spasme otot terjadi segera setelah
fraktur.
tulang patah rasa nyeri juga dapat berkontribusi pada kehilangan fungsi.
d. Pemendekan ekstremitas spasme otot menarik tulang dari posisi sejajar dan
fragmen tulang dapat menjadi dari sisi ke sisi bukan sejajar ujung ke ujung.
ketika saling bergesekan sehingga dapat menimbulkan trauma lebih besar pada
1. Definisi Nyeri
atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat
diprediksi dengan durasi kurang dari 3 bulan (Herdman & Shigemi, 2018).
Nyeri tidak dapat diukur dengan pasti sehingga penting dalam membuat
nyeri (Ferdinand et al., 2014). Sifat-sifat nyeri dapat dikaji menggunakan metode
PQRST :
pasien.
5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
2. Karakteristik Nyeri
(Lukman & Ningsih, 2012) Nyeri dibedakan menjadi 4 bagian yaitu sebagai
berikut :
1) Berdasarkan Durasi
Dikategorikan sebagai:
a. Nyeri kronis maligna, jika
nyeri
Umumnya bersifat sementara,
b. Nyeri kronis non-maligna,
5. yaitu sampai dengan
jika nyeri akibat kerusakan
penyembuhan.
jaringan non-progresif lalu
yang telah mengalami
penyembuhan.
2) Berdasarkan Intensitas
menggunakan alat bantu skala nyeri. Pengkajian yang lebih sederhana dan
mudah dilakukan menggunakan skala 0-10 yaitu analog visual skala dengan
Cara membaca skala nyeri berdasarkan Wong Bakers adalah setiap wajah
merasa tidak ada nyeri (sakit) dan sebaliknya dikatakan sedih jika seseorang
tersebut merasa adanya banyak nyeri. Wajah 0 sangat gembira karena tidak
ada rasa sakit, wajah 2 hanya sedikit sakit, wajah 4 sedikit lebih sakit, wajah
6 lebih sakit lagi, wajah 8 sangat sakit, wajah 10 sakit yang tidak
3) Berdasarkan Transmisi
a) Nyeri menjalar
Terjadi nyeri pada bidang yang luas dan pada struktur yang terbentuk dari
Terjadi nyeri yang bergerak dari suatu daerah ke daerah yang lain.
4) Berdasarkan penyebab
psikologis.
1. Pengkajian
dalam pengambilan keputusan, meliputi nama, jenis kelamin, usia, agama, bahasa,
a. Anamnesa
1) Identitas klien
nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit, diagnosa medis.
diderita oleh laki-laki sedangkan usia yang mendominasi adalah usia 21-45
pendidikan kesehatan.
2) Keluhan utama
(Helmi, 2016).
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (Mediarti
et al, 2015).
6) Pengkajian psikososiospiritual
pada bagian distal fraktur, sedangkan indera yang lain dn kognitif tidak
(Muttaqin, 2008).
5) Pola Eliminasi
perlu dikaji tentang frekuensi, warna, dan bau feses beserta jumlahnya
(Muttaqin, 2008).
(Muttaqin, 2008).
8) Pola Aktivitas
(Rosyidi, 2013).
c. Pemeriksaan Fisik
a) Definisi nyeri
oleh pasien akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang bisa
b) Batasan Karakteristik
1) Perubahan selera makan, tetapi untuk pasien fraktur tidak akan mengalami
3) Diaphoresis.
4) Perilaku distraksi.
5) Bukti nyeri yang menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
6) Perilaku ekspresif
9) Putus asa
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
keperawatan yang bertujuan untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu dengan pasien, melakukan
yang merasakan rasa nyeri post operasi serta komplikasi dilakukan teknik
relaksasi napas dalam sangat efektif untuk menurunkan rasa nyeri akibat operasi.
5. Evaluasi Keperawatan
standart yang telah ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada
tahap ini yaitu terhadap jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien yang
mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta tanda
Keterangan:
= Konsep utama yang ditelaah = Tidak ditelaah dengan baik
= Berhubungan = Berpengaruh
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Open
Fraktur Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan: Gangguan
Mobilitas Fisik di Ruang Seruni RSUD (RSKK) Kabupaten Kediri tahun 2022.
BAB III
METODE
3.1 Metode
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan dalam suatu
masalah (Sugiyono, 2014). Metode yang digunakan pada penyusunan karya tulis ini
pendekatan proses keperawatan (Tamsuri & Cahyono, 2018). Studi kasus pada karya
tulis ini adalah suatu bentuk penyelenggaraan praktik keperawatan terhadap suatu
(Nursalam, 2014).
tulisan ilmiah (Tamsuri & Cahyono, 2018). Teknik penulisan pada penyusunan karya
tulis ilmiah ini adalah deskriptif. Desain penelitian deskriptif adalah penelitian yang
tanpa mencari hubungan antar variabel. Dalam laporan asuhan keperawatan pada
karya tulis ilmiah ini yaitu menggambarkan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dewasa Penderita Open Fraktur Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah
1. Waktu
2. Tempat
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan di Ruang Seruni RSUD (RSKK)
Kabupaten Kediri.
dilalui untuk menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah (Tamsuri & Cahyono, 2018).
Alur kerja pada penyusunan karya tulis ilmia dilakukan sesuai dengan tahapan pada
Melakukan implementasi.
Melakukan evaluasi
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Open
Fraktur Cruris Post Operasi Orif dengan Masalah Keperawatan: Nyeri Akut di
Ruang Seruni RSUD (RSKK) Kabupaten Kediri tahun 2022.
3.5 Etika
1. Respek
Perawat harus menghormati pasien dan keluarganya, menjaga dan menghargai hak
– hak pasien, seperti hak untuk mencegah bahaya dan mendapatkan penjelasan
yang benar.
2. Otonomi
Hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri tanpa adanya
3. Kemurahan hati
Kewajiban seseorang untuk melakukan hal yang baik tidak membahayakan orang
lain.
4. Tidak merugikan
Kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cidera pada pasien.
5. Kejujuran
6. Kerahasiaan
7. Kesetiaan
Kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggun jawab yang
telah dibuat. Perawat wajib memegang janji yang dibuat pada pasien sehingga hal
tersebut dapat sebagai modal untuk memupuk rasa percaya pasien dengan
perawat.
8. Keadilan
Kewajiban seorang perawat untuk dapat berlaku adil kepada semua orang, tidak
Anas Tamsuri, Aris DC, Zauhani KH, M. Rahmat B. 2018. Pedoman Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah, Akademi Pamenang Pare-Kediri. Pamenang Press.
Ferdinand, T., Basuki, D.R. & Isngadi, I., 2014. Perbandingan Intensitas Nyeri Akut
Setelah Pembedahan Pada Pasien Dengan Regional Analgesia Epidural
Teknik Kontinyu Dibandingkan Dengan Teknik Intermitten. Jurnal
Anestesiologi, VI, pp.114-24.
Gusty, R.P., 2014. Pemberian Latuhan Rentang Gerak Terhadap Fleksibilitas Sendi
Anggota Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna Di
RSUP Dr.M. Djamil Padang. Jurnal Keperawatan, 10, pp.176-96.
Helmi, Z.N., 2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta:
Salemba Medika.
Helmi, Z.N., 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Ed.2. Jakarta : Salemba
Medika
Lukman & Ningsih, N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Mediarti, D., Rosnani & Seprianti, S.M., 2015. Pengaruh Pemberian Kompres
Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD
RSMH Palembang Tahun 2012. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 2.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Purnamasari, E., Ismonah & Supriyadi, 2014. Efeketifitas Kompres Dingin terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur di RSUD Ungaran. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan , p. 4.
Risnanto & Uswatun Insani. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah: sistem
muskuloskeletal (Ed.1) Yogyakarta: Deepublish
Sagaran, V.C., Manjas, M. & Rasyid, R., 2017. Distribusi Fraktur Femur Yang
Dirawat d Rumah Sakit Dr.M.Djamil, Padang (2010-2012). Jurnal
Kesehatan Andalas , 6.
Saputro, W., 2016. Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Post operasi Open Fraktur
Cruris di RSOP Dr. R. Soeharso. Jurnal Kesehatan , 4.
Sjamsuhidajat, R., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Jakarta:
EGC.
Wicaksono, C., 2016. Pemberian Terapi Seft Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Asuhan Keperawatan Tn.E Dengan Pasca Operasi Fraktur Femur Di
Ruang Kantil II RSUD Karanganyar. Jurnal Kesehatan, 1.
Widyastuti, Y., 2015. Gambaran Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur
Femur Di RS Ortopedi PROF. Dr.R Soeharso Surakarta. Jurnal Profesi,
12.