Oleh :
Kelompok 2
A. Latar Belakang
penyakit jantung coroner dan tuberculosis. Fraktur biasanya disebabkan oleh kecelakaan,
kelemahan tulang yang abnormal atau tekanan tulang berulang (Noorisa et al., 2017).
Insiden fraktur di dunia semakin meningkat, menurut Badan kesehatan dunia World
Health of Organization (WHO) tahun 2020 menyatakan bahwa insiden fraktur semakin
meningkat mencatat terjadi fraktur kurang lebih 13 juta orang dengan angka prevalensi
sebesar 2,7%. Fraktur pada tahun 2019 terjadi kurang lebih 15 juta orang dengan angka
prevalensi 3,2% dan pada tahun 2018 kasus fraktur menjadi 21 juta orang dengan angka
prevalensi 3,8% akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur pada tahun 2017 terdapat kurang
lebih 20 juta orang dengan angka prevalensi 4,2% ( Mardiono dkk, 2018).
sehingga menambah arus lalulintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan
terjadinya kasus fraktur banyak disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (58%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (25,9%), dan dari 14.125 trauma
benda tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) (Depkes RI, 2013).
Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Lampung mencatat jumlah kecelakaan lalu
lintas pada 2021 di Lampung berjumlah 1.553 kejadian yaitu 588 orang meninggal dunia,
705 orang luka berat, dan 1.432 orang luka ringan. Pada tahun 2020 jumlah kecelakaan
lalu lintas mencapai 1.666 kejadian, dengan korban meninggal dunia 602 orang, 820 orang
Ada beberapa dampak yang akan terjadi apabila fraktur tidak mendapatkan
penanganan secara tepat yaitu syok yang terjadi karena kehilangan banyak darah,
kerusakan arteri, sindrom kompertemen, infeksi, dan dan sindrom emboli lemak.
(Smeltzer & Bare, 2013). Oleh karena itu dibutuhkan penangan yang tepat pada kasus
fraktur. Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa pembedahan
(Smeltzer & Bare, 2013). Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Brunner & Suddart, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh (Shinta Aprillia, 2019) dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Tibia Fibula di Ruangan Trauma Center RSUP
dr M.Djamil Padang didapatkan Hasil penelitian yang yang diperoleh dari partisipan
menunjukkan adanya tanda dan gejala seperti nyeri. Diagnosa yang diangkat adalah nyeri
akut, gangguan mobilitas fisik, dan kerusakan integritas jaringan. Penelitian yang
dilakukan oleh (Fajar Ratulangi, 2019) dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Tn.T Dengan Fraktur Tibia Fibula Di Ruang Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2019”. Dari hasil penelitian didapatkan diagnose keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik, rencana keperawatan adalah pasang bidai pada posisi tubuh
Pengaruh Pemasangan Bidai Dengan Tingkat Nyeri Pada Pasien Fraktur IGD RSUD Dr.
Loekmono Hadi Kudus, Hasil uji Wilcoxon test menunjuukan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat nyeri responden sebelum dan setelah dilakukan
Data dari rekam medis Rs Griya Medika Dompet Dhuafa di dapatkan angka
kejadian fraktur terutama yang disebabkan kecelakaan lalu lintas dari tahun ketahun
mengalami peningkatan, pada tahun 2022 terdapat 40 orang, pada tahun 2023 terdapat 60
orang. Dari prasurvey yang dilakukan dibulan Agustus-September 2023, didapatkan dari
10 klien yang mengalami fraktur, semua klien mengalami nyeri akut karena fraktur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
Gangguan Nyeri Akut Pada Pasien Ny R Dengan Fraktur Terbuka Tibia Fibula Pedis
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
R Dengan Fraktur Terbuka Tibia Fibula Pedis Sinistra Di Rs Griya Medika Dompet
2. Tujuan Khusus
Terbuka Tibia Fibula Pedis Sinistra Di Rs Griya Medika Dompet Dhuafa Tahun
2023.
Terbuka Tibia Fibula Pedis Sinistra Di Rs Griya Medika Dompet Dhuafa Tahun
2023.
Fraktur Terbuka Tibia Fibula Pedis Sinistra Di Rs Griya Medika Dompet Dhuafa
Tahun 2023.
Terbuka Tibia Fibula Pedis Sinistra Di Rs Griya Medika Dompet Dhuafa Tahun
2023.
Fraktur Terbuka Tibia Fibula Pedis Sinistra Di Rs Griya Medika Dompet Dhuafa
Tahun 2023.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Fraktur
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur biasanya sering disebabkan
karena trauma, tetapi bisa juga disebabkan karena fraktur patologik pada tulang
yang sakit hanya oleh renggangan otot ringan pada aktivitas sehari-hari (Abidin &
Aceh, 2022).
Fraktur atau patah tulang merupakan gangguan penuh atau sebagian pada
sehingga sumber tekanan lebih besar dari pada yang bisa diserap, ketika tulang
mengalami fraktur maka struktur sekitarnya akan ikut terganggu (Widianti, 2020).
B. Etiologi
b. Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
c. Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja
C. Patofisiologi
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, kemungkinan tulang hanya
retak saja. Sedangkan apabila gayanya sangat ekstrim misalnya seperti tabrakan
otot yang melekat pada ujung tulang mampu terganggu. Otot akan mengalami
spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Selain itu priosteum dan
pembuluh darah yang terdapat pada korteks dan sumsum tulang yang patah akan
dibawah periosteum. Jaringan sekitar tulang lokasi fraktur akan mati dan
kehilangan fungsi, nyeri, eksudasi plasma dan leukosit (Indrawan, R. D., &
Hikmawati, 2021).
Klasifikasi
1) Fraktur Terbuka
a) Derajat I
Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang
ringan disebabkan oleh energi rendah atau fraktur dengan luka terbuka
menyerong pendek.
b) Derajat II
c) Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan
2015).
2) Fraktur Tertutup
kulit sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup
a) Derajat 0
b) Derajat 1
Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi rendah
c) Derajat 2
d) Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan
al., 2015).
1) Fraktur Komplet
2) Fraktur Inkomplet
Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.
3) Fraktur Transversal
4) Fraktur Oblig
Yaitu fraktur yang membentuk garis sudut dengan garis tengah tulang.
5) Fraktur Spiral
6) Fraktur Kompresi
Terjadi adanya tekanan tulang pada satu sisi bisa disebabkan tekanan, gaya
7) Fraktur Kominutif
8) Fraktur Impaksi
Yaitu fraktur dengan salah satu irisan ke ujung atau ke fragmen retak.
D. Manifestasi klinik
a. Nyeri
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada intregitas tulang
c. Pemendekan tulang
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain antara 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Krepitus
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih
berat.
e. Edema
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. Tidak semua tanda dan gejala
tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur
linear, fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama
lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan
E. Komplikasi
Komplikasi awal:
Komplikasi lanjutan :
a. Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali (Hadi purwanto, 2018)
F. Penatalaksanaan
a. Rekognisi
derajat keparahan, jenis kekuatan yang berperan pada peristia yang terjadi,
1) Reduksi terbuka
Dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna (misal, pen, kawat,
2) Reduksi tertutup
eksterna.
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah
tulang atau imobilisasi (Sjamsuhidayat & Jong, 2015). Penatalaksanaan yang dilakukan
adalah :
1) Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden
period). Kuman belum terlalu jauh dilakukan : pembersihan luka, exici,
b) Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
c) Life saving.
kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yangserius. Hal ini perlu
yang sering kali dapat berakibat total dan berakibat multi organ. Untuk life
terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam
sejak patah tulang terbuka luka yang terjadi masih dalam stadium
menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus
pulihnya fungsi.
e) Pemberian Antibiotik
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi
tergantung dimana patah tulang itu terjadi. Pemberian antibiotik yang tepat
antibiotika dengan spectrum luas untuk kuman gram positif maupun negatif.
terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati. Irigasi
tekanan.
g) Stabilisasi
tulang, cara stabulisasi tulang tergantung derajat patah tulang terbukanya dan
2) Fraktur tertutup
Reduksi tertutup dengan memberikan traksi secara lanjut dan counter traksi
G. Pemeriksaan penunjang
fraktur /trauma.
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Hb, leukosit,
H. Pathway
Pergeseran fragmen
tulanng
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik
Apakah sakit bisa reda dalam sekejap, apa terasa sakit menular, dan
4) Severity/scale of pain
nyeri.
5) Time
Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang
kesemutan.
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang adanya efek
terjadi
keluarga.
1) Kepala
2) Leher
3) Wajah
Palpasi : tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi,
4) Mata
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
5) Telinga
6) Hidung
7) Mulut
8) Thoraks
Perkusi : pekak
Iregular
9) Paru
tambahan lainnya
10) Jantung
11) Abdomen
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan
g. Keadaan Luka
1) Inspeksi (Look): Melihat pada bagian yang akan diperiksa mulai dari
diperiksa
abnormalitas.
secara aktif maupun pasif. Perhatikan gerakan pada sendi baik secara
Bayusentono, 2022).
2. Diagnosa
berikut:
a) Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai dengan pasien tampak
meringgis, gelisah.
(balutan)
3. Intervensi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah
prosedursebelum
pemasangan bidai
2. Jelaskan tanda dan gejala
sindrom
kompartemen(5P:
pulseless, parastesia,
pain, paralysis, palor)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah implementasi dari suatu rencana tindakan
aktivitas komunikasi.
5. Evaluasi
tahapan ini anda mengevaluasi apakah tindakan yang Anda lakukan sudah
efektif atau belum untuk mengatasi masalah keperawatan pasien atau dengan
kata lain, tujuan anda tercapai atau tidak. Evaluasi ini sangat penting karena
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : KGD Tgl Praktek : 12 Desember 2023
B. IDENTITAS PASIEN
NAMA PASIEN : Ny. R
USIA : 46 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
TANGGAL MASUK : 12-12-2023
NO REGISTER : 239774
DIAGNOSTIK MEDIK : open fraktur tibia fibula pedis distal sinistra
BREATHING
Sesak, dengan :
- Aktifitas tidak ada
- Tanpa aktivitas tidak ada
- Nafas cuping hidung tidak ada
- Menggunakan otot tambahan tidak ada
Frekuensi : 24x/menit
Irama : Teratur
Kedalaman : Dalam
Batuk : Non produktif
Bunyi nafas tambahan : tidak ada
CIRCULATION
Kesadaran : compos mentis
Sirkulasi perifer : adekuat
Nadi : 104x/menit
Irama : Teratur
Denyut : Kuat
Tekanan darah : 150/90mmHg
Suhu : 360C
Ekstremitas : hangat
Warna kulit : kemerahan
Pengisian kapiler : <2 detik
Edema : ada di sekitar luka terbuka
DISABILITY
Pemeriksaan neurologis singkat
- Alert/perhatian : repon
- Voice respons terhadap suara : respon
- Pain responter hadap nyeri : respon
- Unresponsive/tidak berespon : respon
- Reaksi pupil : +
E. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat kesehatan sekarang
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi : RO ankle joit AP/Lat
Hasil : fraktur tibia fibula distal sinistra
Pemeriksaan EKG : sinus rhtym
Pemeriksaan lab :
No Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
1 WBC 13.10 103/mmk 4 - 10
2 Neu# 8.13 103/mmk 2-7
3 Lym# 2.29 103/mmk 0.8 - 4.0
4 Mon# 0.53 103/mmk 0.12 - 1.20
5 Eos# 0.08 103/mmk 0.02 - 0.50
6 Bas# 0.05 103/mmk 0.00 – 0.10
7 Neu% 73.4 % 50.0 – 70.0
8 Lym% 20.7 % 20.0 – 40.0
9 Mon% 4.7 % 3.0 – 12.0
10 Eos% 0.7 % 0.5 – 5.0
11 Bas% 0.5 % 0.0 – 1.0
12 RBC 4.10 106/mmk 3.50 – 5.00
13 HGB 10.30 g/dl 11.0 – 15.0
14 HCT 31.0 % 37.0 – 47.0
15 MCV 85.2 FL 80.0 – 100.0
16 MCHC 36.2 g/dl 32.0 – 36.00
17 PLT 349 103/mmk 130 – 300
18 GDS 136 mg/dl < 150
19 BT 2 menit 1–3
20 CT 9 menit 3 – 15
21 HbsAG Non Non Reaktif
Reaktif
G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
a. Medis
RL 20 tpm
Ketorolac 3x30 mg iv
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Amlodipin 1x10 mg
b. Keperawatan
- Wound Dressing dan Hecting luka
- Pasang balut tekan dan bidai
Data Objektif
- Pasien tampak meringis dan
gelisah
- Terdapat luka terbuka pada
kaki kiri 4x1 cm
- Area sekitar luka udem
- Deformitas pada kaki kiri
TTV yaitu TD : 150/90 mmHg, N :
104 x/menit, RR : 22 x/menit, dan
T : 360C.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA
NO DX RASIONAL
(SMART) INTERVENSI
1 1 Setelah dilakukan Observasi :
asuhan - Identifikasi lokasi, - Untuk
Keperawatan 1 x karakteristik, durasi, menetukan
1 jam diharapkan frekuensi, kualitas, dan tindakan yang
tingkat nyeri intensitas nyeri. tepat yang akan
menurun dengan Teraupetik : dilakukan
Kriteria Hasil : - Berikan teknik non - Upaya dalam
- Skala nyeri 1-3 farmakologi nafas mengurangi
- Pasien rileks dalam nyeri
- Vital sign Kolaborasi :
dalam rentang Kolaborasi pemberian - Mengurangi
normal analgetik nyeri dalam
sekala nyeri
sedang-berat
Pembidaian
Observasi
- Identifikasi kebutuhan - Menetukan
dilakukan pembidaian jenis
(mis.fraktur, dislokasi) pembidaian
- Monitor bagian distal yang tepat
area cedera (mis.
pulsasi nadi,pengisian
kapiler, gerakan
motorik dan sensasi)
- Monitor adanya
perdarahan pada area
cedera
- Identifikasi material
bidai yang sesuai (mis.
lurus dan keras,
panjang Bidai
melewati dua sendi)
Terapeutik
- Tutup luka terbuka - Memastikan
dengan balutan tidak terjadi
- Atasi perdarahan perdarahan
sebelum bidai sebelum luka
dipasang ditutup dan
- Minimalkan dilakukan
pergerakan,terutama pembidaian
pada bagian
yangcedera
- Berikan bantalan
(padding)pada bidai
- Imobilisasi sendi di
atas dan di bawah area
cedera
- Tempatkan
ekstremitasyang
cedera dalam posisi
fungional,
jikamemungkinkanPas
ang bidai pada posisi
tubuh seperti
saatditemukan
- Gunakan kedua
tangan untuk
menopang areacedera
- Gunakan kain
gendongan(sling)
secara tepat Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
langkah langkah
prosedur sebelum
pemasangan bidai
- Jelaskan tanda dan
gejala sindrom
kompartemen
(5P:pulseless,
parastesia,
pain,paralysis, palor)
- Anjurkan membatasi
gerak pada area cedera
IV. IMPLEMENTASI
H (hasil)
- Pasien tampak meringis dan gelisah
- Terdapat luka terbuka pada kaki kiri 4x1
cm
- Area sekitar luka udem
- Deformitas pada kaki kiri
- TTV yaitu TD : 150/90 mmHg, N : 104
x/menit, RR : 22 x/menit, dan T : 360C.
R (respon):
- Pasien mengeluh sakit dan perih pada area
luka
- Pasien meringis saat dilakukan WT dan HT
sudah dilakukan dgn NacL 0,9%,
- Luka sudah tertutup dengan kasa steril,
perdarahan aktif (-)
V. EVALUASI
N NO DX TGL/JAM SOAP
O
1 1 12-12-2023 S:
14.30 WIB - Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Pasien mengatakan lebih nyaman setelah
dipasang bidai
O:
- Pasien tampak rileks , pasien mampu
melakukan teknik nafas dalam, skala nyeri 5
- Bidai terpasang
- Luka sudah tertutup dengan kasa steril,
perdarahan aktif (-)
- TD 140/80 mmHg, N: 90 kali/mnt, RR: 18
kali/mnt, Temp: 36 º C
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
pada tanggal 12 Desember 2023 pukul 13.00 WIB, dengan keluhan nyeri karena
Luka robek dan patah di kaki kiri, post kll di tabrak motor vs motor ibu
lintas 30 menit SMRS. Nyeri dirasa bertambah saat kaki digerakkan, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada bagian kaki kiri bawah, rentang nyeri pada
skala 7, nyeri dirasakan terus-menerus, GCS : 15, TD: 150/90 mmHg, Nadi :
104x/menit, suhu: 36oC, RR: 24x/mnt. Sumber data ini diperoleh dari pasien,
keluarga, rekam medis dan tenaga kesehatan. Metode yang digunakan yaitu
2. Diagnosa
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang
keperawatan yang lazim muncul Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai
dengan pasien tampak meringgis, gelisah. , Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas
kulit, Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang di tandai
3. Intervensi
efisien (Rohmah & Walid, 2014). Tahap ini merupakan suatu kegiatan perencanaan
keberhasilan asuhan keperawatan yang memiliki kriteria yang akan dicapai oleh
peneliti. Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini meliputi:
(dapat diukur), Anchivieble (dapat dicapai), Reality (nyata), dan Time (standar
waktu), hal ini sejalan dengan yang peneliti lakukan pada tahap ketiga dalam proses
dengan dasar urutan prioritas diagnosis keperawatan yang ditemukan pada kasus
agen cedera fisik (trauma, terputusnya kontinuitas tulang). Setelah didapatkan data
Monitor bagian distal area cedera (mis. pulsasi nadi,pengisian kapiler, gerakan
motorik dan sensasi) , Monitor adanya perdarahan pada area cedera. Terapeutik :
Tutup luka terbuka dengan balutan, Atasi perdarahan sebelum bidai dipasang,
tujuan dan langkah langkah prosedur sebelum pemasangan bidai, Jelaskan tanda
perencanaan keperawatan yang telah disusun. Namun, pada kenyataan tidak semua
disebabkan karena disesuaikan dengan kondisi pasien dan waktu tindakan yang
imobilisasi sendi di atas dan di bawah area cedera (kaki kiri), menempatkan
kaki yang cedera dalam posisi fungsional dan menganjurkan pasien untuk nafas
5. Evaluasi
dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Semua tindakan
dan sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur). Pada tahapan implemetasi
keperawatan di masalah keperawatan dan evaluasi hasil yang merupakan penilaian
Data subjektif dan objektif yang peneliti dapatkan Pasien mengatakan nyeri
berkurang , Pasien tampak rileks , pasien mampu melakukan teknik nafas dalam,
skala nyeri 5. Pasien mengatakan lebih nyaman setelah dipasang bidai, Bidai
terpasang baik, Luka sudah tertutup dengan kasa steril, perdarahan tidak ada, TD
Masalah nyeri dan gangguan mobilisasi teratasi sebagian karena dalam kondisi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
aktivitasnya terbatas.
2. Diagnosa Keperawatan
diagnosa Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik dan Gangguan mobilitas fisik
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu untuk mengurangi nyeri
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada kasus ini yaitu mengkaji nyeri secara
heacting situasi 3 jaritan, melakukan imobilisasi sendi di atas dan di bawah area
cedera (kaki kiri), menempatkan kaki yang cedera dalam posisi fungsional dan
menganjurkan pasien untuk nafas dalam saat memasang bidai tiga sisi.
5. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan keperawatan setelah dilakukan manajemen nyeri dan
pemasangan bidai tiga sisi, setelah 1-2 jam pada pasien fraktur dengan masalah
kakinya.
B. Saran
1. Bagi Perawat
2. Bagi Institusi
Agar dapat menjadikan ini sebagai salah satu rujukan untuk teori tentang
asuhan keperawatan dengan nyeri akut dan dapat digunakan sebagai metode
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lebih
lanjut terhadap asuhan keperawatan yang belum diteliti oleh peneliti dan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2015). Asmadi. (2008),Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC (Issue
2008).
Brunner & Suddarth , 2002 dalam Wijaya & Putri, 2013. (2002). Brunner dan
Fajar Ratulangi. (2019). Fajar Ratulangi Tahun 2019. Asuhan Keperawatan Pada
Muttaqin, A. (2008). Muttaqin, Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien
Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi Fraktur Humerus di RSUD Dr.
Shinta Aprillia. (2019). Shinta Aprillia Tahun 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn.R