BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
dunia atau 3000 kematian setiap hari dan menyebabkan cidera sekitar 6 juta
kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat
faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI, 2015).
baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur
adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Zairin
terjadi, terdapat 5,8% korban cedera atau sekitar delapan juta orang mengalami
fraktur , fraktur yang paling banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian
ekstremitas atas sebesar 36,9% dan ekstremitas bawah sebesar 65,2%. Hasil
fraktur.
1
2
tiap tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas dan menyebabkan
dengan rentang setiap provinsi antara 2,2 sampai 9%. Fraktur ekstremitas
keperawatan yang sering muncul pada klien dengan fraktur yaitu nyeri akut,
perfusi perifer tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik,
resiko infeksi (PPNI, 2017). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri
dengan teknik relaksasi nafas dalam, ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
kerusakan integritas kulit dengan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap
dua jam sekali), hambatan mobilisasi fisik dengan damping dan bantu pasien
dengan inspeksi kondisi luka atau insisi bedah dan ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi, resiko syok (hipovolemik) dengan memonitor suhu
Berdasarkan data dari RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu jumlah
keseluruhan pasien yang menderita fraktur pada tahun 2018 adalah sebanyak
16 orang, pada tahun 2019 ada 19 orang, sedangkan pada tahun 2020 15 orang.
didapatkan daru RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu, terlihat adanya
peningkatan kejadian fraktur pada tahun 2018 ke 2019 serta beberapa faktor
B. Rumusan masalah
fraktur selama pasien di rawat di RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu
tahun 2021”
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pada pasien dengan fraktur di RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu
tahun 2021
4
Keperawatan pada pasien dengan fraktur di RSUD Harapan dan Doa kota
dengan fraktur di RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu tahun 2021
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini agar dapat di gunakan sebagai bahan masukan untuk dapat
b. Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan acuan dalam melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai fraktur dengan jumlah sampel yang lebih banyak
Bengkulu.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jenis dan luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk dan kontraksi otot ekstrem. Saat tulang patah, jaringan disekitar
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
yang ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman dan Ningsih, 2012).
siku, lengan atas dan bahu) dan ekstremitas bawah (pinggul, paha, lutut,
2016).
7
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang
kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,3 juta jiwa di seluruh dunia,
atau 300 kematian setiap hari dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta
b.Insiden
merupakan usia yang rentang mengalami cedera akibat kecelakaan, begitu juga
lanjut usia dapat terjadi fraktur akibat penurunan masa tulang sehingga rentan
terjadi fraktur. Pada laki-laki lebih besar mengalami kejadian fraktur akibat
berkendara. Sebanyak 1,3 juta orang mengalami kecacatan dan bahkan kematian
antara jenis kecelakaan dan tipe fraktur karena dipengaruhi mekanisme cedera,
tipe benda, kekuatan energi serta kronologis kecelakaan (Ramadhani et al., 2019).
terjadi terkait dengan morbiditas yang cukup besar dan perawatan panjang di
rumah sakit. Orang dengan cedera ekstremitas bawah dapat mengalami kesulitan,
jika berdiri lama atau berjalan, berjongkok, mengangkat benda berat atau bekerja
yang melibatkan menahan beban. Pasien dengan kondisi gangguan ortopedi sering
membutuhkan perawatan yang lebih lama daripada pasien lain. Fraktur ekstremitas
bawah diantaranya fraktur femur, tibia, dan fibula sehingga pasien tidak dapat
9
fraktur sering kali mengandalkan orang lain bahkan untuk kebutuhan dasar.
masyarakat dan juga negara karena hal itu mengurangi produktivitas individu
(Badan pusat Statistik) berdasarkan sumber Polda Jawa Barat angka kejadian
c.Etiologi
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
d.Faktor Resiko
penyebab fraktur terbanyak yaitu akibat kecelakaan. Hal ini sesuai dengan
adalah akibat kecelakaan. Sama halnya dengan penelitian lainnya bahwa kasus
Untuk usia sebagian besar pada usia produktif. Hal ini dikarenakan usia
tersebut merupakan usia produktif yang lebih banyak melakukan aktivitas dan
termasuk pada orang muda, orang sehat dan lebih tua, orang yang kurang sehat, dan
segala sesuatu di antaranya tanpa mengenal kelompok usia (Norris et al., 2018).
menunjukkan jenis fraktur tertutup. Fraktur tertutup lebih banyak dibanding fraktur
terbuka (Desiartama & Aryana, 2017). Adapun untuk jenis kelamin tidak
berpengaruh pada angka kejadian fraktur. Fraktur tibia sangat lazim dalam layanan
biasanya memengaruhi pria usia produktif secara ekonomi. Hal ini umumnya
sosialyang tinggi. Fraktur terbuka dikaitkan dengan trauma yang lebih parah,
diekspresikan dalam rawat inap yang lebih lama (Santos et al., 2018).
Fraktur terbuka disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas jalan atau jatuh dari
ketinggian. Fraktur terbuka lebih umum pada pria yang lebih muda (Court-Brown et
al., 2018).
12
e.Anatomi Fisiologi
Gambar 1.1
Menurut (Abdul Wahid, 2013: 2). Tulang dapat diklasifikasikandalam lima kelompok
yaitu:
1. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan
13
oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellus atau trabecular).
Pada akhir tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan
sumsum tulang.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellus
3. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
4. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar tulang yang
berdekata dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Selselnya terdiri
atas tigajenis dasar osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan, asam poli sakarida, dan
14
ditimbun.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan
terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti
banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodeling tulang. Osteon
lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutris melalui prosesus yang
pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti dibagian
tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagi perlekatan tendon dan ligamen.
menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklas yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat
endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang. (Abdul
Wahid, 2013: 4)
15
f .Patofisiologi
trauma langsung, tidak langsung, kontraksi otot dan kondisi patologis. Pergeseran
fragmen tulang akibat fraktur dapat menimbulkan nyeri akut. Hal ini juga dapat
menyebabkan tekanan pada sumsum tulang lebih tinggi dari kapiler lalu melepaskan
emboli dan penyumbatan pembuluh darah. Spasme otot dapat meningkatkan tekanan
kapiler lalu menyebabkan protein plasma hilang karena pelepasan histamine yang
fungsi ekstremitas. Laserasi kulit dapat menyebabkan infeksi, putusnya arteri atau
vena saat terjadi fraktur dapat menyebabkan kehilangan volume cairan (perdarahan)
1. Fase inflamasi terjadi segera setalah luka dan berakhir 3-4 hari, dua proses
utama yang terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
tempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama kurang lebih 24 jam
mempercepat
2. Fase Polifrasi Fase polifrasi yaitu sel-sel berpolifrasi dari lapisan dalam
periosteum sekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi osteoblast, sel ini aktif
tumbuh kearah fragmen tulang dan juga terjadi di jaringan sumsum tulang.
3. Fase Pembentukan Kallus Pada fase ini pertumbuhan jaringan berlanjut dan
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fragmen tulang sudah tidak
4. Fase Konsolidasi Pada fase ini kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi,
fraktur teraba telah menyatu secara bertahap menjadi tulang mature. Fase ini
secara osteoklastik dan osteoblastik pada tulang serta kallus eksterna secara
g . Pathway
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis
Fraktur
Melepaskan tekolamin
Deformitas Peningkatan tek periper
Putus vena/arteri
MK:Ketidak efektifan
perifer jaringan perifer
Perdarahan
MK:Kerusakan integritas
kulit
Sumber : Nurarif. 2015
Kehilangan
MK:Resikovolume
syok
cairan MK:Resiko infeksi
18
Menurut Amin Huda Nurarif & Kusuma Hardi (2015: 9) tanda dan gejala fraktur
yaitu:
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
i. Klasifikasi Fraktur
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi
a. derajat I
4.)kontamunasi ringan
b . derajat II
c. derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot
3 . Fraktur complete Patah pada aseluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
4).Fraktur kompresi
5).Fraktur avulsi
1).Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
2).Fraktur segmental garis patah lebih darti satu tetapi saling berhubungan .
3).Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan.
4).Bergeser – tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patah kompli tetapi
2011).
21
j. Tes Diagnostik
b.Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih
terhadap peradangan
k. Penanganan
semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang.
Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi,
misalnya menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur
klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya
dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga adalah
dilakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan
traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah
22
tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips. Cara kelima berupa
reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa
operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna
yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Cara yang
dkk, 2010).
l. Pencegahan
kalsium dan vitamin D, menghindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti
mengandung kalsium misalnya susu atau dalam bentuk kalsium sitrat untuk
memenuhi kebutuhan kalsium sekitar 1200 mg per hari. Untuk mencapai dosis
umumnya hanya mengandung 200 IU per tablet. Pada pasien yang kekurangan
vitamin D. Paparan sinar ultraviolet dari sinar matahari pada kulit juga dapat
m.Rehabilitas
kneale dan Davis, (2011) latihan rehabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
n.Program pemerintah
delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Hasil
mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 25% mengalami stres psikologis
karena cemas bahkan depresi, dan 5 % mengalami kesembuhan dengan baik. Dua
puluh lima persen pasien bedah fraktur mengalami kecemasan ini menjadi hal
health belief model) menjadi dasar dalam perilaku masyarakat (Menkes RI, 2003).
(Notoadmodjo,2010) Hal ini menjadi alasan klasik pasien fraktur yang terlambat
kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang dikenal dengan BPJS (Badan
anggota dari program ini agar mempermudah dalam hal pembiayaan kesehatan.
Saat ini belum semua masyarakat di Indonesia terdaftar sebagai peserta BPJS.
Menurut data yang ada baru sekitar 150.360.667 jiwa yang terdaftar, hal ini
warga negara maka pemerintah berupaya dari waktu ke waktu untuk menghasilkan
yakni UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Program jaminan kesehatan dijalankan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial,
prinsip ekuitas dan sistemnya berupa sistem gotong royong dimana peserta mampu
dan sehat akan membantu peserta yang miskin dan sakit (Permenkes RI, 2014).
26
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi lima tahap yaitu
kebutuhan penyuluhan
1.) Pengkajian : Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
2) Diagnosa Keperawatan
pada resiko masalah kesehatan atau proses kehidupan (Tim Pokja SDKI
3).Intervensi Keperawatan
4) . Implementasi Keperawatan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini
5) . Evaluasi Keperawatan
tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
1. Pengkajian.
a. Data biografi
adalah identitas pasien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
kesulitan beraktivitas.
29
2012).
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada kasus fraktur akan
warna, bau, dan jumlah apakah terjadi retensi urine. Retensi urine
gerak sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
7. Persepsi dan konsep diri dampak yang timbul pada klien adalah
salah.
d.Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
dengan pembedahan : tanda vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar dari
luka, suara nafas, pernafasan infeksi kondisi yang kronis atau batuk dan
merokok.
c. Wajah
d. Mata
Biasanya akibat terjadi kecelakaaan ada beberapa gigi yang tidak lengkap
f. Dada
g. Jantung
h. Abdomen
lecet dan rasa nyeri seperti di tusuk tusuk pada ekstremitas atas atau bawah
e.Data psikologi
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang di deritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
f..Data spiritual
Adalah keyakinan dan hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha
g.Data penunjang
h. Pengobatan.
anti inflamasi, anti koagulan. Penggunaan alkohol (resiko aakan kerusakan ginjal
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia dan juga potensial penarikan
Analisa data
Tabel 3.1
DO :
1. Pucat pada bagian Terputusnya kontinuitas
yang terkena cidera tulang
Terjadi pembengkakan
Perubahan jaringan sekitar
Laserasi
2. Klien mengataan
aktivitas banyak
dibantu oleKlien Kegagalan menahan
mengatakan daerh tekanan
keluarga
DO :
1. Klien nampak
terbaring di tempat
Kerusakan fragmen tulang
tidur
Klien tampak bosan
Keterbatasan melakukan
pergerakan
2. Diagnosa keperawatan
37
Tabel 3.2
Terapeutik:
1.Ubah psosisi 2 jam
sekali tirah baring
2.Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang
3.Bersihkan parineal
dengan air hangat
4.Gunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
5.Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering.
Gangguan Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulansi.
Kategori: Fisiologis keperawatan selama 2x24 Observasi:
Subkategori: Aktivitas jam 1.Identifikasi adanya
/Istirahat 1. pergerakan ekstremitas nyeri atau keluhan fisik
kekuatan otot rentang lainya
gerak meningkat 2.Identifikasi toleransi
2. Nyeri menurun fisik melakukan
3. Kaku sendi menurun ambulansi
Gerakan terbatas menurun 3.Monitor frekuensi
4.Kelemahan fisik jantung dan tekanan darah
menurun 4.Monitor kondisi umum
selama melakukan
ambulansi
Terapeutik:
1,Fasilitasi aktivitas
ambulansi dengan alat
bantu (mis tongkat, kayu)
2.Libatkan keluarga
dalam membantu pasien
selama mobilisasi.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
Kategori: Fisiologis keperawatan selama 2x24 Observasi;
Subkategori:Aktivitas jam diharapkan 1.Identifikasi gangguan
/istirahat 1. Saturasi osigenisasi fungsi tubuh yang
meningkat mengakibatkan kelelahan
2. Aktivitas sehari 2.Monitor kelelahan fisik
hari meningkat dan emosional
3. Kekuatan tubuh 3.Monitor pola jam tidur
bagian bawah Terapeutik:
39
1. Implementasi keperawatan
a. Bina hubungan suportif dan saling percaya antara perawat dank lien
tekanan).
f. Pelajari tentang pengunaan terapi nyeri yang lain oleh klien, secara tepat,
lain-lain.
kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106). setiap pasien yang dirawat di rumah sakit
2011:10).
e. Minum obat seperti yang di resepkan dan segera periksa jika ada keluhan
41
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Tabel 3.3
Kerangka kerja
Pengkajian: Pengumpulan
data, analisis data, Diagnosa Intervensi
penentuan masalah keperawatan
Tidak berhasil
Evaluasi Implementasi
Berhasil
44
BAB IV
Dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis menggunakan
metode studi kasus yaitu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
pelaksanaan dan evaluasi. Studi kasus adalah penulisan yang dilakukan dengan
(Notoatmodjo, 2010).
Subyek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau
subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2006).
Dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini subyek dari penelitian
ini adalah asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur dengan gangguan nyeri
45
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria eksklusi
C. Fokus Studi
Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan dijadikan
titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah
asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur dengan keluhan nyeri di RSUD
dari suatu yang didefinisikan tersebut yaitu karakteristik yang dapat diamati
46
oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan
sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non
nyeri tetap berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah
terapi.
47
Menurut Berger pada tahun 1992, nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu
(1) Nyeri akut dan (2) Nyeri kronis. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu
pengalaman sensori, persepsi, dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung
dari beberapa detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan.
Nyeri akut biasanya mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan
terus menerus yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat
tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk
diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan
dari suatu tulang, jika terjadi fraktur, jaringan lunak di sekitarnya juga sering
tidak mampu menunjukan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
bagi peneliti dalam pengumpulan data. Sedangkan menurut Ari Kunto dalam edisi
sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian
adalah peneliti sendiri. Oleh karenaitu peneliti harus memahami konsep yang diteliti
untuk melihat seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
1).Biofisiologis
2.)Metode observasi adalah suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan
3).Wawancara
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur dengan keluhan nyeri
orang tua atau wali, alasan masuk rumah sakit, keluhan utama yang dirasa pasien saat
4).Kuisioner
5).Skala penilaian.
50
a. Tempat penelitian ini dilakukan di RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu
Penyajian Data Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk tekstural
yaitu penyajian data berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data yang
jumlahnya kecil serta memerlukan kesimpulan yang sederhana dapat disertai cuplikan
ungkapan verbal dari subjek penelitian yang merupakan data pendukung. Penyajian
secara tekstural biasanya digunakan untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian
Pada penelitian ini data disajikan secara tekstural yaitu data hasil penelitian disajikan
khususnya menggunakan manusis sebagai objek yang diteliti disatu sisi, dan sisi yang
lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa
ada hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai yang
diteliti. Oleh sebab itu sesuai dengan prinsip etika atau moral seperti telah diuraikan
hubungan antara kedua belah pihak ini secara rtika, atau yang disebut etika penelitian.
Adapun status hubungan antara peneliti dengan yang diteliti dalam konteks ini adalah
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Ha-hak dan kewajiban ini
harus diakui dan dihargai oelh masing-masing pihak tersebut. (Notoatmodjo, 2010).
52
1).Informed consent
peneliti kepada calon subyek. Consent adalah peretujuan dari calon subjek untuk
berperan serta dalam penelitian. Tujuan informed concent adalah agar responden
Beberapa yang harus ada di dalam informed concent adalah partisipan, tujuan
kepada responden untuk tidak memberikan atau mencantumkan identitas atau nama
responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
Salah satu dasar etika keperawatan adalah kerahasiaan. Tujuan kerahasiaan ini
adalah untuk memberikan jaminan kerahasiaan hasil dari penelitian, baik dari