A” dengan Fraktur
Clavicula Sinistra di Instalasi Gawat Darurat RS
Muhammadiyah Palembang Tahun 2021
Disusun Oleh :
Kelompok I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2005 dikutip dalam
Ningsih & Lukman, 2009, h. 26). Menurut Brunner & Suddarth tahun 2000
(dikutip dalam Suratun et al, 2008, h. 148) fraktur adalah patah tulang atau
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
yang disebabakan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan kontraksi otot ekstrem. Fraktur dapat terjadi pada seluruh tulang
tubuh, salah satunya adalah fraktur tulang klavikula. Fraktur klavikula adalah
putusnya hubungan tulang klavikula yang disebabkan oleh trauma langsung dan
tidak langsung pada posisi lengan terputar atau tertarik keluar (outstretched
hand), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula,
trauma ini dapat menyebabkan fraktur klavikula (Helmi, 2012, h. 146).
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Selain karena trauma, faktor patologis juga dapat mempengaruhi
terjadinya fraktur. Pada saat tulang mengalami fraktur, terjadi kerusakan
pembuluh darah yang akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah akan
menurun. Cardiak Out Put (COP) menurun maka terjadi perubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema
lokal dan maka terjadi penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup
akan mengenai serabut saraf yang akan menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
gangguan neurovascular yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara
luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit (Price, 2006,. 1382).
Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan terjadi di sekitar tempat
patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak
biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi
setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga
menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. Fagositosis dan
pembersihan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk
di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktivitas osteoblas segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorbsi dan sel tulang baru secara
perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati
menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan
memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak
sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila
hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila
sel tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan (Corwin, 2009, h. 337).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji klien dengan fraktur klavikula di ruang IGD RS
Muhamadiyah pelembang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat dari masalah
yang timbul pada klien dengan fraktur klavikula di ruang IGD RS
Muhamadiyah palembang.
C. Manfaat
1. Bagi penulis.
a. Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pasca operasi fraktur klavikula.
b. Untuk menambah keterampilan mahasiswa dalam menerapkan asuhan
keperawatan pasca operasi fraktur klavikula.
2. Bagi Institusi Pendidikan.
3. Bagi Lahan Praktek.
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Fraktur Clavikula
Clavikula (Tulang selangka) adalah tulang menonjol dikedua sisi bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavikula adalah
tulang yanng membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh,
serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan
saraf.
Tulang calvikula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebihan akan menyebabkan beban tulang clavikula berlebih, hal ini bisa
menyebabkan terputusnya kontinunitas tulang tersebut. (Dokterbujang, 2012)
Fraktur clavikula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavikula juga merupakan cedera umum dibidang olahraga seperti seni bela
diri, menanggung kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak
langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavikula yang terjadi disertai dengan
trauma yang lain, karena letaknya yang berdektan dengan leher, setiap kejadiam
fraktue clavikula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavikula biasa
bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terdainya.
Jadi close fraktur clavicula adalah gangguan atau terputusnya hubungan tulang
clavicula yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi
lengan terputus atau tertarik keluar (Outsrecged hand) yang tidak ada hubungan pada
tulang dengan dunia luar.
2. Anatomi Fisiologi
Dalam anatomi manusia, clavikula atau tulang leher diklasifikasikan sebagai
tulang panjang yang membentuk bagian dari sabuk bahu ( Pectoral korset) atau
artinya kunci kecil. Clavikula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian
media melengkung lebih besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih
kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavikula disebut ekstremitas
stemalis, membentuk persendian dengan stemum, dan uj7ng lateral disebut
ekstremitas scronalis, membentuk persendian dengan akromion. Shoulder kompleks
merupakan sendi yang paling kompleks terdiri dari tiga sendi synovial dan dua sendi
non synovial, tiga sendi synovial adalah stternoclavikular joint, actromioclavikula
joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan
scapulothoracic joint ( Sulhaerdi,2012)
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, calvikula adalah tulang satu-
satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang
lainnya. Clavicula tesusun dari tulang spons. Perlekatan otot-otot dan lingamentum
yang berlekatan pada clavicula.
1) Permukaan supperior
a. Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
b. Otot trapezius
2) Permukaan inferior
a. Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
b. Ligamentum conoideum (bagan medial dari ligamentum
coracoclavikulare) pada tuberculum conoideum
c. Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari lingamentum
coracoclavikula ) pada linea trapeoidea
3) Batas anterior
a. Otot pectoralis mayor
b. Otot deltoideus
c. Otot strenocleidomastoid
d. Otot stermohyoideus
e. Otot trapezius
3. Etiologi
Penyebab utama atau primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaraan bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung atau tidak
langsung (kontraksi, otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai
akibat dari jatih pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury
secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban
digunakan untuk immobilasasi yang kmplit, walaupun tidak umum, mungkin
menggunakan ORIF.
Fraktur klavkula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang
sering terjadi akibat jauh dengan posisi lengan terputar atau tertarik keluar
(outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergrlangan tanga sampai
clavikula, maupun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebernarnya mekanisme
secara umum patah tulang clavikula adalah hantaman langsung kebahu atau adanya
tekanan yang keras kebahu akibat jatuh atau tertkena pukulan benda keras. Data ini
ditemukan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan peterson)
Patah tulang clavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outsreced
hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnnya karena trauma bahu.
Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari
kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang clavikula termasuk kasusu yang paling
sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10-16% dari semua kejadian patah tulang,
sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6-5%
4. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secra umum adalah :
1) Fraktur lengkap adalah patah atau didkontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dua garis patahnya menyebrang
dari satu sisi kesisi yang lain
2) Fraktur tidak lengkap adakah patah atau diskonituitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyebrang, sehngga tidak mengenai k0rteks /9masih ada
korteks yang utuh)
Menurut Black dan Matassarin yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia
luar, meliputi:
1) Fraktur tertutup yaitu faktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menojol melalui kulit
2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur potensial terjadi infeksi.
Lokasi patah tulang pada clavikula diklasifikasikan menurut Dr. Flallman dan
dimodifikasi oleh Neer yang membagi patah tulang clavikula menjadi tiga
kelompok:
5. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) dalah tulang pertama yang
mengalami proses pergeseran selama perkembangan embrio pada minggu kelima dan
keenam. Tulang clavikula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula
bersama-sama membentuk bahu.
Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar dan kebelakanf
thorax. Pada bagian proxmial tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut
sambungan sternoclavicular.
Pada bagian distal clavikula (AC). Patah tulang pada umumnya mudah untuk
dikenali dikarenakab tulang clavikula adalah tulang yang terletak dibawah kulit
(subcutanceus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak
dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan seali untuk patah. Patah tulang clavikula
terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang jeras kebahu. Energi tinggi yang
menekan bah ataupun pukulan langsung pada tulang, akan menyebabkan fraktur.
Patah tulang selangkas (fraktur clavikula) umumya disebabkan oleh cidera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat dibahu. Sebuah pukulan langsung kebahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka atau fraktur clavikula. Hal ini mungkin terjadi
selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan
gulat.
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolie, patplpgik.
Kemampuan otot mendukung tilang turun, baik yang terbuka maupun tertutup.
Kerusakaan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP ( Cardiac Outpout) menurun makan terjadi perubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferensi terjadi edema lokal
maan penumpukan didalam tubuh.
Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaim itu dapat mengenai tulang
sehingga aka terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengnai jaringan lunak
yangn kemungkinan dapat terjadi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya
padam pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen tang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995:1183, dalam keperawatan, 2013)
7. Komplikasi
Komplikasi fraktir clavikula meliputi trayna saraf oada pleksus branhialis, cedera
vena atau arteri subclavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpanan
penyatuan). Mal union merupakan maslah kosmetik bila pasien memakai baju denga
leher rendah. Komplikasi lambat dan meliputi, mal union adalah proses penyembuhan
tulang berjalan normal terjadi dalam aktu semestinya, kegagalan penyambungan
tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
Komplikasi pada fraktur pada fraktur clavikula menurur De Jong (2010) dapat
berupa:
1) Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Sindrom kompartemen
c. Fat Embolisn Syndrom
d. Infeksi
e. Syok
2) Komplikasi akut
a. Cidera pembuluh darah
b. Pneumothorx
c. Hemothorax
3) Komplikasi lambat
a. Mal union
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union
Kegagalan penyembuhan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
8. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrin sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Apada masa penyembuhan Ca dan Pa meningkat
didalam darah.
2) CT-scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakann komputer untuk
mengambil gambar dari clavikula pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna
sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah
pasien (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu oetugas melihat foti yang lebih
baik. Orag yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau
udang) mungjin alergi terhadap beberapa pewarna.
3) Magneticresonance imaging scan/MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka atau clavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar
diambil dari tulang dari tulang, otot, sendi, atau pembuluhan darah,. Pasien perlu
berbarinf diam selama MRI.
4) X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray
dari kedua klavikula pasien terluka dan terluka dapat diambil.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur calvikula ada dua pulihan yaityu dengan tindakan
bedah tau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konsevensif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Resposisi tidak diperlukan, apalagi pada
anak karena salah sambung clavicula jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik
fungsi maupun kekuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik
mengganggu mesjipun lama-kelamaan akan hilang denganproses pemugaran, yang
penting pada penggunaan mitela ialah tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku,
analgetik , dan lahitan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu
setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut:
1) Fraktur terbuka
2) Terdapat cedera neurovaskuler
3) Fraktur comminuted
4) Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih
5) Rasa sakit karena gagal penyambung (nonunion)
6) Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semstinya (malnuion)
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat , diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan klien (Potter dan Perry, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat
melakukan kontak dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan
data subyektif dan obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain.
Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru
dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan. (Potter
dan Perry, 2010).
Menurut Wilkinson dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari, (2010) evaluasi dari
tindakan mobilisasi dini baik ROM aktif maupun ROM pasif antara lain
meningkatnya mobilitas klien sehingga klien mampu melakukan pergerakan dan
perpindahan , klien mampu memenuhi kebutuhan aktivitas secara mandiri,
mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas, dapat memperagakan pengguanaan
alat bantu untuk mobilisasi, dan mempertahankan mobilitas secara optimal.
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
D. VISI DANMISI
1. VISI
Terwujudnya Rumah Sakit yang Professional dalam Pelayanan dan
Berkarakter Islami.
2. MISI
Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan
secara professional, modern dan Islami.
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban dakwah
amar ma’ruf nahi mungkar dalam bidang kesehatan.
Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam bidang
pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan.
E. MOTTO
Melayani sebagai ibadah dan dakwah.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari : Selasa
Tanggal : 07 Desember 2021
Tempat : IGD RS Muhammadiyah Palembang
Jam : 10.30 WIB
Metode : Pengkajian Interview
Sumber : Pasien, observasi RM
Oleh : Kelompok 1
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun 6 Meranjat 2 Kec.Indralaya Selatan
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Kawin
Diagnosa : Fraktur Clavicula Sinistra
No. RM : 65-93-95
Tanggal Masuk : 07 Desember 2021
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 46 tahun
Alamat : Dusun 6 Meranjat 2 Kec.Indralaya Selatan
Hub. dengan pasien : Ibu Kandung
C. Riwayat keshatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh Nyeri Bahu Kiri Pasca kecelakaan motor
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 07 Desember 2021 pukul 10.00 WIB dengan
rencana pemasangan ORIF dengan fraktur Clavicula. Terdapat luka lecet di bahu
kiri, dan terdapat jejas di dada. pasien post kecelakaan jatuh dari motor, sedikit
terasa nyeri P: Nyeri bertambah ketika bergerak , R: nyeri berkurang saat
diimobilisasi, Q: Nyeri seperti tertusuk, S: 5 , T: hilang timbul mulai sampai
diimobilisasi. Pasien dipersiapkan untuk operasi, Pasien mengenakan baju operasi,
pasien merasa cemas pada saat akan dioperasi.
3. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan dan mengalami luka lecet,
belum pernah menjalani operasi sebelumnya, klien tidak punya riwayat alergi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti DM, Hipertensi
ataupun seperti TBC.
D. Pola Fungsional menurut Virginia Handersoon
1. Pola Nafas :
Sebelum sakit : Pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat.
Saat sakit : RR 20x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
ada cuping hidung, bernafas normal.
2. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Pasien biasa makan sehari 3x / hari dengan nasi lauk
dan sayur, minum 6 – 8 x /hari (1200 cc).
Saat Sakit : Pasien dipuasakan 7 jam untuk memenuhi persyaratan
operasi.
3. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Pasien BAB normal ( konsistensi lembek, tanpa
kelainan), BAK 4-5 kali ( tanpa kelainan).
Saat Sakit : Pasien terpasang DC ( urine 200cc).
4. Pola Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Sebelum Sakit : Pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu
bergerak dengan seimbang.
Saat Sakit : Selama sakit ada gangguan pergerakan, khususnya tangan
kiri.
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau
tidur siang 1- 2 jam.
Saat sakit : Pasien tidur ± 7- 8 jam dan kadang tidak nyaman karena
nyeri
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan orang lain
Saat Sakit : Pasien tidak mampu berpakaian sendiri.
7. Temperatur Tubuh
Sebelum sakit : Pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya, memakai
jaket bila dingin dan memakai kaos kaki.
Saat Sakit : Suhu badan pasien 36 0C, hanya memakai baju kaos saja.
8. Personal Higiene
Sebelum Sakit : Pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari.
Saat Sakit : Pasien hanya di seka sebelum operasi.
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum Sakit : Pasien merasa nyaman saat badannya sehat.
Saat Sakit : Pasien merasa Nyeri dan gelisah akan operasi.
10. Pola Komunikasi
Sebelum Sakit : Pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.
Saat Sakit : Pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika ditanya,
dan suara jelas.
11. Kebutuhan Spiritual
Sebelum Sakit : Pasien menjalankan ibadah sesuai agamanya.
Saat Sakit : Pasien jarang menjalankan sholat lima waktu.
12. Kebutuhan Bekerja
Sebelum Sakit : Pasien sebagai mahasiswa.
Saat Sakit : Pasien hanya tertidur menunggu operasi.
13. Pola Rekreasi
Sebelum Sakit : Pasien sering berekreasi dengan menonton TV.
Saat dikaji : Pasien berada di rumah sakit sehingga tidak berekreasi.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien belajar dari televise, radio.
Saat Sakit : Pasien mendapatkan informasi dari dokter dan perawat.
E. Keadaan Umum
Suhu : 362 0C
Nadi: 80 x/menit
TD : 120/90 mmHg
RR : 28 x/menit
F. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Metis
Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala : Mesocephal, simetris, rambut bersih
Mata : Simetris, konjungtiva anemis,
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak ada penumpukan sekret
Telinga : Tidak ada serumen
Mulut : Gigi bersih, mukosa bibir lembab
Leher :Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
I : Terdapat luka lecet, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan
otot bantu nafas, pulsasi jantung kuat.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa tambahan.
P : Paru sonor, jantung pekak, tidak ada efusii
A : Paru bersih, jantung regular tanpa suara tambahan
Abdomen
I : Tidak ada Jejas, .
A :-
P : Suara timpani, tanpa redup
P : Tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Terpasang DC No 16
Ekstermitas
- atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, Luka lecet di jari
tengah tangan kiri
- bawah : tak ada jejas, akral hangat.
G. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi ( Rontgen Thorak ) Terdapat fraktur klavikula
Sinistra.
2.diagnosa keperawatan
1.nyeri akut b.d Diskontinuitas tulang
3.intervensi keperawatan
Intervensi:
Tujuan: dalam waktu 1×24 jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
4.implementasi keperawatan
1. nyeri akut b.d Diskontinuitas tulang
Implementasi:
1.jelaskan penyebab,periode, dan strategi meredakan nyeri
2.ajarkan teknik nonfarmakologis
3.anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4.anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Rasionalisasi:
1.untuk mengetahui penyebab,dan strategi meredakan nyeri
2.untuk mengurangi rasa nyeri
3.untuk mengontrol nyeri secara mandiri
4.untuk mengurangi nyeri dengan terapi atau pengobatan
2. gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
Implementasi:
1.jelaskan prosedur,tujuan,indikasi,dan kontraindikasi mobilisasi
serta dampak mobilisasi
2.ajarkan cara mengidentifikasi sarana dan prasarana yang
mendukung mobilisasi dirumah
3.demosntrasikan cara mobilisasi dirumah
4.demonstrasikan cara melatih rentang gerak secara perlahan
5.anjurkan pasien/keluarga mendemonstrasikan mobilisasi secara
mandiri
Rasionalisasi:
1.agar pasien mengetahui prosedur dan dampak dari mobilisasi
2.agar pasien/keluarga mengetahui apasajakah yang dapat
membantu mobilisasi dirumah
3.mengajarkan pasien cara mobilisasi
4.mengajarkan pasien melatih rentang gerak semampunya secara
perlahan
5.melatih pasien/keluarga untuk melakukan mobilisasi secara
mandiri
5.evaluasi
Pada Tn.a yang mengalami fraktur clavicula(fraktur tertutup) sesusai dengan hasil
rognten yang didapatkan,dan telah terpasang verban elastis untuk mengurangi gerakan
atau gesekan baik benda maupun yang lain.
Diagnose yang didapatkan adalah nyeri akut b.d Diskontinuitas tulang dan
gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan kekuatan otot
Dari intervensi atau rencana keperawatan yang dilakukan adalah nyeri akut dan
gangguan mobilitas fisik dapat membaik dalam waktu yang diinginkan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Clavikula (Tulang selangka) adalah tulang menonjol dikedua sisi bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavikula adalah
tulang yanng membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh,
serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan
saraf.
Tulang calvikula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebihan akan menyebabkan beban tulang clavikula berlebih, hal ini bisa
menyebabkan terputusnya kontinunitas tulang tersebut. (Dokterbujang, 2012)
Fraktur clavikula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavikula juga merupakan cedera umum dibidang olahraga seperti seni bela
diri, menanggung kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak
langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavikula yang terjadi disertai dengan
trauma yang lain, karena letaknya yang berdektan dengan leher, setiap kejadiam
fraktue clavikula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavikula biasa
bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terdainya.
B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre
operasi benar benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi
pembedahan.
2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikankesehatan
terkait perawatan post operasi.
3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2011.Penatalaksanaan-patah-tulangtulang-selangka.http://medianers.blogspot.com
2011/09 penatalaksanaan-patah-tulang-selangka.html Diakes 20 Januari 2014