Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit muskuloskeletal saat ini telah menjadi masalah yang

banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia,

bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi

dekade tulang dan persendian. Fraktur atau sering disebut patah

tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan

tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis,

biasanya dialami pada usia dewasa, dan dapat juga disebabkan

karena kecelakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000). Macam-

macam faktur salah satunya faktur mandibula yaitu terputusnya

kontinuita tulang rahang bawah atau tulang mandibula (Sjamsuhidajat,

2005).

Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut

WHO pada tahun 2009 juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang

setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja

atau dewasa muda (Smeltzer dan Bare, 2005).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2005

terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden

kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah

satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur

1
2

ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.

Kejadian terjatuh dan fraktur pada manula merupakan persoalan

penting kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan dialami oleh

150.000 200.000 orang setiap tahun di Inggris, diantara jumlah

tersebut ditemukan sebanyak 60.000 kasus fraktur panggul. Data

Badan Kesehatan Amerika Serikat pada tahun 2001 memperkirakan

terjadinya kasus patah tulang akibat osteoporosis adalah 1,5 juta

kasus pertahun dengan rincian 33% kasus patah tulang daerah

belakang, 14% kasus patah tulang daerah pergelangan tangan, 20%

kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30% patah tulang pada

bagian tubuh lainnya (Lukman, 2009).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013)

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2011 di

Indonesia dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada

ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling

tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang

dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629

orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami

fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9702 orang

mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang

mengalami fraktur fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan

ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula


3

tetap saja dapat menimbulkan adanya gangguan aktifitas fungsional

tungkai dan kaki.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur,

56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian,

15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis

atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur. Pada tahun yang sama

di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah, tercatat terdapat 676 kasus

fraktur dengan rincian 86,2% fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur

jenis tertutup, 68,14% jenis fraktur tersebut adalah fraktur ekstremitas

bawah

Penderita fraktur dengan tingkat pendidikan rendah cenderung

menunjukan adanya respon cemas yang berlebihan mengingat

keterbatasan mereka dalam memahami proses penyembuhan dari

kondisi fraktur yang dialaminya tetapi sebagian besar penelitian tidak

menunjukan adanya korelasi kuat antara tingkat pendidikan dengan

kecemasan penderita fraktur. Respon cemas yang terjadi pada

penderita fraktur sangat berkaitan sekali dengan mekanisme koping

yang dimilikinya, mekasnisme koping yang baik akan membentuk

respon psikologis yang baik, respon psikologis yang baik yang

berperan dalam menunjang proses kesembuhan. Perawat diharapkan

memiliki pengetahuan yang cukup dalam memberikan askep pada


4

klien fraktur, diantaranya adalah memberikan pendidikan kesehatan

untuk mencegah komplikasi (Price, A dan L.Wilson, 2006).

Berdasarkan angka catatan Rekam Medik angka kejadian

Fraktur di RSUD dr. Zainoel Abidin berdasarkan catatan Rekam Medik

di ruang Jeumpa I 2014-2015 angka kejadian pada pasien fraktur

sebanyak 330 orang. Dari data pengamatan penulis selama di ruang

Jeumpa I banyak masalah keperawatan yang muncul pada pasien

fraktur salah satunya pada pasien An. M yang mengalami fraktur

mandibula, pasien sebelumnya dirawat di IGD RSUDZA hal ini terjadi

pasien mengalami kecelakan lalu lintas pada tanggal 21 Juni 2015.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik

untuk melakukan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Faktur

Mandibula Di Ruang Jeumpa I Pada An. M Di Ruang Jeumpa I

RSUDZA Banda Aceh 2015.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Fraktur

Mandibula di ruang Jeumpa I pada An. M RSUDZA Banda Aceh

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan Pengkajian pada An. M dengan Fraktur

Mandibula di ruang Jeumpa I RSUDZA Banda Aceh


5

b. Melaksanakan Diagnose pada An. M dengan Fraktur Mandibula

di ruang Jeumpa I RSUDZA Banda Aceh

c. Melaksanakan Rencana Keperawatan pada An. M dengan

Fraktur Mandibula di ruang Jeumpa I RSUDZA Banda Aceh

d. Melaksanakan Tindakan Keperawatan pada An. M dengan

Fraktur Mandibula di ruang Jeumpa I RSUDZA Banda Aceh

e. Melaksanakan Evaluasi pada An. M dengan Fraktur Mandibula

di ruang Jeumpa I RSUDZA Banda Aceh

C. Manfaat penulis

1. Penulis

Dapat menambah wawasan penulis tentang Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah mengenai Fraktur Mandibula dan

dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah serta

pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah.

2. Institusi Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Dapat dijadikan wawasan dan literature didalam Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

3. Institusi Pendidikan Akper Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh

Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur

perpustakaan dalam bidang penyakit dalam, dan juga sebagai


6

bahan bacaan bagi mahasiswa/I keperawatan dan menambahan

wawasan dalam hal pemahaman perkembangan tentang Fraktur

Mandibula.

Anda mungkin juga menyukai