PENDAHULUAN
Indonesia disebabkan oleh faktor lalai, yaitu mengantuk, sakit, tidak sabar,
dan tidak menghargai pengguna jalan lain saat berkendara. (WHO, 2015
dalam sulistianingrum,2012 )
Kecelakaan itu menimbulkan cedera baik ringan atau berat dan dapat
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Jenis fraktur yang sering terjadi
salah satunya yakni patah tulang yang mengenai tungkai bawah atau disebut
Data yang diperoleh dari unit rekam medis Rumah Sakit Umum
kabupaten Sidoarjo, klien yang mengalami fraktur cruris pada tahun 2014
sebanayak 25 orang. pada tahun 2015 sebanyak 85 orang dengan laki laki
1
2
keseluruhan dari tahun 2014 hingga 31 desember 2016 sebanyak 232 orang.
(Andriyani,H.D., 2017)
Masalah yang terjadi pada pasien Post Op seperti pendarahan, nyeri dan
Nyeri sendiri adalah hal yang paling umum terjadi setelah klien
fixation) close fraktur cruris . Nyeri merupakan sensasi tidak nyaman yang
farmakologi. Terapi non farmakologi ini seperti dengan teknik relaksasi untuk
menurunkan ketegangan otot dan kecemasan dengan cara bernafas dalam dan
perhatian klien dari nyeri seperti bernafas lambat dan dikeluargan dengan
cepat . Dari kedua tindakan ini diharapkan akan adanya penurunan tingkat
Km/jam pada jalan yang banyak dilalui oleh pejalan kaki. 2) Memasang
APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas), bundaran, polisi tidur, trotoar,
kecelakaan lalu lintas khususnya tulang pada bagian regio cruris, serta masih
akibat kecelakaan lalu lintas maka penulis terdorong untuk melakukan kajian
Relaksasi Pada Klien Post Op ORIF Close Fraktur Cruris Dengan Masalah
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
4
relaksasi Pada Klien post op ORIF cruris di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sidoarjo
2. Tujuan khusus
1. Bagi klien
Manfaat hasi penulisan karya tulis ilmiah bagi klien yaitu untuk
cruris
Manfaat hasil penulisan karya tulis ilmia ini dapat menjadi bahan
Kabupaten Sidoarjo
4. Bagi Penulis
kompeherensif.
6
BAB 2
TINJAUAN KASUS
eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan yang diserap oleh
tulang. (Asikin,M.,2016)
tenagan fisik. kekuatan dan sudut dari tenagan tersebut , keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi lengkap atau tidak ( price & wilson,2006 dalam Nurarif, A.H.,
2015)
fibula tanpa disertai luka terbuka fragmen yang disebapkan oleh cedera
terputusnya tulang tibia dan fibula yang dapat disebapkan oleh cidera
ataupun trauma langsung maupun tidak langsung yang tidak disertai luka
Gambar 2.1
Fraktur terbuka Jika kulit yang
menutupi tulang tidak
intak
Gambar 2.2
Berdasarkan komplet Fraktur Komplet Jika garis patah
atau inkomplet fraktur melalui seluruh
penampang tulang atau
melalui kedua korteks
tulang, misalnya yang
terlihat pada foto
rontgen
8
Gambar 2.3
Kelompok fraktur Gambar Keterangan
Fraktur inkomplet Jika garis patah tidak
melalui seluruh
penampang tulang dan
periosteun tetap intak :
1.Fraktur hairline
1. Hairline fracture
(fraktur garis rambut)
Patah tulang tipis yang
membentuk garis
seperti rambut
Gam
bar 2.4
Gambar 2.5
3. Greenstick fracture
3. Greenstick mengenai satu
fracture korteks dengan
angulasi korteks lain
yang terjadi pada
tulang panjang
9
Gambar 2.6
Kelompok Fraktur Gamabar Keterangan
Berdasarkan bentuk Fraktur transversal Garis fraktur tegak
garis patah lurus dengan sumbu
panjang tulang
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Fraktur kompresi Fraktur yang menekan
pada satu sisi tulang
10
Gambar 2.10
Berdasarkan jumlah Fraktur kominutif Fraktur dimana garis
garis patah patah lebih dari dua
fragmen
Gambar 2.11
Fraktur segmen Fraktur dimana garis
patah lebih dari satu
fragmen
Gambar 2.
12
Berdasarkan pergeseran Fraktur undisplaced Garis patah lengkap,
fragmen tulang (tidak bergeser) tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan
periosteum
11
Gambar 2.13
Tingkat Deskripsi
2.1.3 Etiologi
12
a. Trauma