Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kecelakan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita

utama diberbagai media. Kelakaan lalu lintas menempati peringkat kesembilan

sebagai penyebab kematian tertinggi, dan diprediksi akan menduduki

peringkat kelima pada tahun 2030, 90% penyebab terjadinya kecelakaan di

Indonesia disebabkan oleh faktor lalai, yaitu mengantuk, sakit, tidak sabar,

dan tidak menghargai pengguna jalan lain saat berkendara. (WHO, 2015

dalam sulistianingrum,2012 )

Hasil analisis data kecelakaan tahun 2010 oleh Kepolisian

menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia telah

mengakibatkan sekitar 86 orang meninggal setiap harinya dan 67% korban

tewas berada pada masa produktif 22 sampai 50 tahun.(sulistianingrum, 2012)

Kecelakaan itu menimbulkan cedera baik ringan atau berat dan dapat

mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Salah satunya adalah fraktur.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan

yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Jenis fraktur yang sering terjadi

salah satunya yakni patah tulang yang mengenai tungkai bawah atau disebut

cruris. (Sjamsuhidajat, 2005)

Data yang diperoleh dari unit rekam medis Rumah Sakit Umum

kabupaten Sidoarjo, klien yang mengalami fraktur cruris pada tahun 2014

sebanyak 69 orang dengan laki-laki sebanyak 44 orang dan perempuan

sebanayak 25 orang. pada tahun 2015 sebanyak 85 orang dengan laki laki

1
2

sebanyak 63 orang dan perempuan sebanyak 22 orang, pada tahun 2016

sebanyak 78 orang dengan laki laki 47 dan perempuan 31 orang. Jumlah

keseluruhan dari tahun 2014 hingga 31 desember 2016 sebanyak 232 orang.

(Andriyani,H.D., 2017)

Manifestasi klinis fraktur adalah sebagai berikut : 1) Nyeri, 2)

hilangnya fungsi, 3) Deformitas, 4) Pembengkakan lokal, 5) Perubahan warna,

6) Krepitus, 7) Pemendekan ekstremitas. Prinsip penangana fraktur yaitu

rekognisi,reduksi,hold reduction,dan rehabilitasi. Pada klien fraktur tetutup

tentu memerlukan tindakan seperti pemasangan Gips, pemasangan traksi dan

pembedahan dengan pemasangan fiksasi interna/orif/open reduksi interna

fixation (ORIF) sehingga penanganan fraktur dapat berlanjut. Pada umumnya

Masalah yang terjadi pada pasien Post Op seperti pendarahan, nyeri dan

infeksi ( Asikin,M.,dkk., 2016)

Nyeri sendiri adalah hal yang paling umum terjadi setelah klien

mengalami pembedahan pada klien post op ORIF (open reduction internal

fixation) close fraktur cruris . Nyeri merupakan sensasi tidak nyaman yang

dimanifestasikan sebagai suatu penderita yang diakibatkan oleh persepsi yang

nyata,ancaman dan fantasi luka ( Kozier dan Erb dalam Zakiyah,A.,2015).

Peran perawat sangat diperlukan dalam penatalaksanaan nyeri yang dapat

dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi farmakologi dengan melakukan

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik dan terapi non

farmakologi. Terapi non farmakologi ini seperti dengan teknik relaksasi untuk

menurunkan ketegangan otot dan kecemasan dengan cara bernafas dalam dan

menghembuskanya pelan-pelan, dan teknik distraksi untuk mengalihkan


3

perhatian klien dari nyeri seperti bernafas lambat dan dikeluargan dengan

cepat . Dari kedua tindakan ini diharapkan akan adanya penurunan tingkat

nyeri pada klien pos op ORIF close fraktur cruris (Zakiyah,A.,2015)

Peran pemerintah dalam mengurangi angka korban kecelakaan lalu

lintas sangat penting dengan ditetapkanya program pemerintah untuk

mengurangi angka korban kecelakaan lalu lintas yaitu 1) Menetapkan dan

melaksanakan pembatasan kecepatan kendaraan bermotor maksimum 30

Km/jam pada jalan yang banyak dilalui oleh pejalan kaki. 2) Memasang

APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas), bundaran, polisi tidur, trotoar,

jembatan penyeberangan, median, lampu penerangan jalan pada jalan yang

ramai. (Medistiara ,Y., dalam detiknews, 2015)

Melihat tingginya angka fraktur pada ekstremitas bawah akibat

kecelakaan lalu lintas khususnya tulang pada bagian regio cruris, serta masih

sedikitnya penelitian-penelitian mengenai fraktur pada regio cruris khususnya

akibat kecelakaan lalu lintas maka penulis terdorong untuk melakukan kajian

ilmiah dari fraktur cruris akibat kecelakaan lalu lintas.

1.2 Rumusan masalah

Gambaran Studi Kasus Penatalaksanaan Teknik Distraksi Dan

Relaksasi Pada Klien Post Op ORIF Close Fraktur Cruris Dengan Masalah

Nyeri Akut Di Rsud Kabupaten Sidoarjo?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
4

Mampu mendapatkan gambaran pelaksanaan teknik distraksi dan

relaksasi Pada Klien post op ORIF cruris di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Sidoarjo

2. Tujuan khusus

Penulis dapat melaksanakan pemberian asuhan keperawatan melalui

tahapan proses keperawatan yaitu

a. Mengidentifikasi nyeri pada Klien post op ORIF close fraktur

cruris di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo

b. Mengidentifikasi respon klien setelah dilaksanakan tindakan

relaksasi pada Klien post op ORIF close fraktur cruris di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo

c. Mengidentifikasi respon klien setelah dilaksanakan tindakan

distrksi pada Klien post op ORIF close fraktur cruris di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo

1.4 Manfaat studi kasus

1. Bagi klien

Manfaat hasi penulisan karya tulis ilmiah bagi klien yaitu untuk

mendapatakan informasi tentang cara perawatan pada kilen post op ORIF

cruris

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo

Manfaat hasil penulisan karya tulis ilmia ini dapat menjadi bahan

informasi, masukan serta evaluasi bagi petugas pelayanan kesehatan

khususnya pada asuhan keperawatan pada klien post op ORIF cruris


5

dengan masalah keperawatan nyeri akut di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Sidoarjo

3. Bagi Profesi Keperawatan

Untuk menambah informasi, pengetahuan serta wawasan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada klien post op ORIF cruris dengan

masalah keperawatan nyeri akut

4. Bagi Penulis

Manfaat penulisan karya tulis ilmia ini bagi penulis yaitu

meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan secara

kompeherensif.
6

BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi fraktur cruris tertutup

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebapkan oleh tekanan atau trauma . Selain itu, fraktur

merupakan rusaknya kontinuitas tulang yang disebapkan oleh tekanan

eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan yang diserap oleh

tulang. (Asikin,M.,2016)

Fraktur adalah patah tulang ,biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenagan fisik. kekuatan dan sudut dari tenagan tersebut , keadaan tulang,

dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi lengkap atau tidak ( price & wilson,2006 dalam Nurarif, A.H.,

2015)

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya(Smeltzer & Bare,2006 dalam Djamal,R.,dkk, 2015)

Jadi, Fraktur (Patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang karana tekanan atau trauma sehingga menimbulkan gangguan

fisiologi maupun psikologi yang dapat memimbulkan respon nyeri.

Fraktur cruris tertutup adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan

fibula tanpa disertai luka terbuka fragmen yang disebapkan oleh cedera

dari trauma langsung atau tidak langsung yang mengenai tubuh.

(Muttaqin, A., 2011)


7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa , close fraktur cruris adalah

terputusnya tulang tibia dan fibula yang dapat disebapkan oleh cidera

ataupun trauma langsung maupun tidak langsung yang tidak disertai luka

terbuka fragmen tulang.

2.1.2 Klasifikasi fraktur

Tabel 2.1 Klasifikasi fraktur menurut (Asikin,M, dkk, 2016 )

Kelompok Fraktur Gambar Keterangan


Berdasarkan sifat Fraktur Tertutup Jika kulit yang
fraktur ( luka yang menutupi tulang
ditimbulkan ) masih intak (utuh)

Gambar 2.1
Fraktur terbuka Jika kulit yang
menutupi tulang tidak
intak

Gambar 2.2
Berdasarkan komplet Fraktur Komplet Jika garis patah
atau inkomplet fraktur melalui seluruh
penampang tulang atau
melalui kedua korteks
tulang, misalnya yang
terlihat pada foto
rontgen
8

Gambar 2.3
Kelompok fraktur Gambar Keterangan
Fraktur inkomplet Jika garis patah tidak
melalui seluruh
penampang tulang dan
periosteun tetap intak :
1.Fraktur hairline
1. Hairline fracture
(fraktur garis rambut)
Patah tulang tipis yang
membentuk garis
seperti rambut

Gam
bar 2.4

2. Buckle atau torus


fracture
2. Buckle atau torus
fracture, jika terjadi
lipatan dari satu
korteks dengan
komprensi tulang
spongiosa di bawahnya

Gambar 2.5

3. Greenstick fracture
3. Greenstick mengenai satu
fracture korteks dengan
angulasi korteks lain
yang terjadi pada
tulang panjang
9

Gambar 2.6
Kelompok Fraktur Gamabar Keterangan
Berdasarkan bentuk Fraktur transversal Garis fraktur tegak
garis patah lurus dengan sumbu
panjang tulang

Gambar 2.7

Fraktur obliik Garis fraktur


membentuk suatu
sudut dari sumbu
panjang tulang

Gambar 2.8

Fraktur spiral Garis fraktuer


mengelilingi
(berbentuk spiral)

Gambar 2.9
Fraktur kompresi Fraktur yang menekan
pada satu sisi tulang
10

Fraktur avulasi Fragmen tulang yang


terhubung ligamen
atau tendon robek dari
tulang utama

Kelompok Fraktur Gambar Keterangan

Gambar 2.10
Berdasarkan jumlah Fraktur kominutif Fraktur dimana garis
garis patah patah lebih dari dua
fragmen

Gambar 2.11
Fraktur segmen Fraktur dimana garis
patah lebih dari satu
fragmen

Gambar 2.
12
Berdasarkan pergeseran Fraktur undisplaced Garis patah lengkap,
fragmen tulang (tidak bergeser) tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan
periosteum
11

Fraktur displaced Terjadi pergeseran


fragmen tulang atau
yang disebut lokasi
fragmen

Kelompok Fraktur Gambar Keterangan


Berdasarkan bagian Tulang terbagi menjadi
tulang yang mengalami 3 yaitu :
fraktur 1. proksimal
2. medial
3. distal

Gambar 2.13

Tabel 2.2 klasifikasi fraktur tertutup berdasarkan keadaan jaringan lunak

disekitar trauma (Asikin,M, dkk, 2016 )

Tingkat Deskripsi

Tingkat 0 Fraktur dapat dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan


lunak sekitarnya

Tingkat 1 Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan


jaringan subkutan
Tingkat 2 Fraktur yang lebih berat dengan kuntusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakanya

Tingkat 3 Cedera berat dengan kerusakan jarinagn lunak yang


nyata dan ancaman sindrom kompartemen

2.1.3 Etiologi
12

Penyebab penyebap fraktur antara lain (Asikin,M, dkk, 2016 )

a. Trauma

1. Kekerasan langsung menyebapkan patah tulang pada titik

terjadi kekerasan . Fraktur demikian sering kali bersifat

fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

Anda mungkin juga menyukai