Anda di halaman 1dari 9

M

Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 1 Tahun 2023

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN M DENGAN OPEN FRACTURE


BILATERAL ANKLE JOINT: SUATU STUDI KASUS

Nursing Care for Ms. M, A Patient With Open Fracture Bilateral Ankle Joint: a
case study

Saqilah Permata Azni Lubis1, Cut Husna2, Devi Darliana3


1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Email: saqilahpermata31@gmail.com

ABSTRAK
Fraktur merupakan keadaan putusnya kontinuitas tulang yang menyebabkan hilangnya kestabilan pada tulang karena
trauma akibat kecelakaan. Patah tulang yang menembus kulit disebut dengan fraktur terbuka dan memungkinan
masuknya kuman atau bakteri ke dalam luka dan menyebabkan kontaminasi infeksi. Tujuan dari studi kasus ini adalah
memberikan asuhan keperawatan pada pasien M dengan open fracture bilateral ankle joint di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Pengkajian, Ny.M mengalami nyeri pada kedua pergelangan kaki, kekuatan
otot menurun, aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan pasien berisiko mengalami infeksi. Didapatkan masalah
keperawatan nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, gangguan integritas kulit, intoleransi aktivitas dan risiko infeksi.
Implementasi yang sudah diberikan adalah manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat,
melakukan latihan ROM, melakukan perawatan luka, membantu pemenuhan ADL, dan edukasi pasien tentang tanda
dan gejala infeksi. Dari hasil evaluasi didapatkan dari 5 diagnosa ada 2 diagnosa yang teratasi yaitu nyeri akut dan risiko
infeksi. Diharapkan pasien dengan fraktur dapat meningkatkan mobilisasi dengan latihan ROM pasif/aktif untuk
mengurangi kekakuan pada sendi, kelemahan pada otot dan untuk mengembalikan kemampuan Activity Daily Living.
Perawat rumah sakit dapat mengoptimalkan pemberian pendidikan kesehatan manajemen nyeri dengan kompres hangat
kepada pasien.

Kata kunci: Open Fracture Bilateral Ankle Joint, Asuhan Keperawatan

ABSTRACT
A fracture is a break in the continuity of the bone. It may lead to loss of stability in the bone and usually
occurs due to trauma or accident. A fracture that sticks out through the skin is called an open fracture, so it
is possible for germs or bacteria to enter the wound and can cause contamination and infection. This
scientific paper aimed to provide nursing care for Ms.M, a patient with an open fracture of the bilateral
ankle joint at Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Based on the analysis, Ms. M
experienced pain in both ankles and a risk of infection. Because the patient's muscle strength decreased,
42
the patient needed family help when doing activities. Nursing problems found were acute pain, impaired
physical mobility, impaired skin integrity, activity intolerance, and risk of infection. The nursing
implementation provided was teaching pain management in the form of deep breathing relaxation
techniques and warm compresses, doing ROM exercises, performing wound care, assisting the patient's
ADLs, and educating the patient about signs and symptoms of infection. Based on evaluation results, 2 of
5 diagnoses were resolved properly, including acute pain and infection risk. It is recommended for patients
with fractures to increase their mobilization by passive/active ROM exercises to reduce joint stiffness and
muscle weakness and restore their ability to do daily living activities. Furthermore, hospital nurses are
expected to be able to provide optimal information to patients regarding pain management using warm
compresses to patients.

Keywords : Nursing care, open fracture bilateral ankle joint

43
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

PENDAHULUAN ORIF dilakukan secara operatif dengan


reposisi diikuti dengan fiksasi interna yang
Fraktur merupakan keadaan putusnya
biasanya digunakan berupa pelat dan sekrup.
kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai
Pada pasien yang dilakukan pemasangan
jenis dan luasnya. Fraktur tertutup jika
ORIF biasanya akan timbul beberapa dampak
keadaan kulit tetap utuh. Sedangkan fraktur
yaitu gangguan kenyamanan, nyeri, dan
terbuka (compound) jika kulit atau salah satu
keterbatasan mobilitas (Sjamsuhidajat, 2015).
dari rongga tubuh tembus yang dapat
menyebabkan kontaminasi dan infeksi Peran perawat sebagai pemberi asuhan
(Apley & Solomon, 2018). Putusnya keperawatan pada kasus fraktur yang berfokus
kontinuitas pada tulang, dapat pada sistem muskuloskeletal yaitu membantu
mengakibatkan hilangnya ketidakstabilan pasien yang mengalami/dalam keadaan fraktur
mekanis pada tulang yang diakibatkan tetap termotivasi dan berupaya dalam
karena adanya trauma atau akibat kecelakaan memulihkan/memfungsikan kembali bagian
(Kronborg, 2017). tubuh yang mengalami fraktur, mengurangi
kecemasan jika pasien akan dilakukan
Menurut World Health Organization
tindakan tertentu dan mencegah terjadinya
(WHO) mengemukakan penyebab kematian
komplikasi (Smeltzer & Bare, 2013).
nomor 8 dan kematian teratas pada penduduk
Penulisan studi kasus ini bertujuan untuk
usia 15 – 29 tahun di dunia adalah kecelakaan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien
lalu lintas, jika tidak ditanggulangi dengan
dengan open fracture bilateral ankle joint di
serius pada tahun 2030 maka kecelakaan lalu
Ruang Bedah Orthopedi Wanita Rumah Sakit
lintas akan meningkat menjadi penyebab
di Banda Aceh.
kematian kelima di dunia. Pada tahun 2011-
2012 terdapat 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas dan 5,6
juta orang meninggal dunia (Desiartama & STUDI KASUS
Aryana, 2017). Berdasarkan (Riskesdas, Pasien “M” usia 49 tahun masuk RS pada
2018) Indonesia menunjukkan bahwa sekitar tanggal 29 November 2022 dan pengkajian
8 juta orang mengalami fraktur sebanyak dilakukan pada tanggal 02 Desember 2022
5,5%. Prevalensi yang paling tinggi diantara dengan keluhan pasien tidak bisa menggerakkan
fraktur lainnya adalah fraktur pada kaki kanannya karena terasa sakit, sedangkan kaki
ekstremitas bawah akibat kecelakaan lalu kirinya dapat diangkat, pasien tidak dapat berjalan
lintas yaitu 46,2% dari 45.987 orang (Risnah dan melakukan aktivitas seperti biasanya karena
et al., 2019). pergelangan kakinya mengalami patah tulang.
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga yaitu kakak
Dampak dari fraktur yang biasanya
pasien dan anaknya. Pada saat dilakukan
terjadi pada penderita yaitu dapat mengalami
pemeriksaan fisik didapatkan TD:130/90 mmHg,
penurunan tingkat aktivitas, adanya nyeri,
HR:84 kali/menit, RR: 20 kali/menit, suhu tubuh:
pembengkakan pada bagian fraktur, luka
36,2 ºC, P: nyeri saat kaki dicoba untuk
terbuka bahkan bisa sampai adanya
digerakkan, nyeri berkurang saat beristirahat, Q:
pendarahan. Keparahan dari fraktur itu
nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dirasakan
sendiri bergantung dari jenis fraktur
pada bagian pergelangan kaki kiri dan kanan, S:
(Smeltzer & Bare, 2013). Salah satu
rentang nyeri pada skala 4 NRS, T: nyeri dirasakan
penatalaksaan fraktur adalah ORIF (Open
sesekali.. Pasien mendapatkan terapi IVFD NaCL
Reduction Internal Fixation).
0,9 % 20 tetes/menit, ceftiaxone 1000 mg/12 jam

44
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

(IV), omeprazole 40 mg/12 jam (IV), dextofen menurun dengan kriteria hasil meringis dan
25mg/8 jam (IV) dan pasien dilakukan perawatan keluhan nyeri menurun, sikap protektif,
luka dengan silver sulphadiazine 10mg/2 hari. gelisah menurun, ttv dalam batas normal, dan
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan data kemampuan menggunakan teknik non-
Hb 11,8 g/dL, Ht 35%, Eritrosit 4,0, Leukosit farmakologi meningkat. Implementasi yang
7,63, Trombosit 317, Eosinofil 7%, Netrofil dilakukan pada hari rawatan pertama adalah
batang 0%, Netrofil Segmen 76 %, Limfosit mengidentifikasi nyeri pasien, menerapkan
12%. Pasien juga terpasang kateter urine. kewaspadaan universal, mengukur TTV. Pada
hari rawatan ke dua adalah mengajarkan
Studi kasus ini bertempat di Ruang
teknik non- farmakologi untuk mengurangi
Bedah Orthopedi Wanita Rumah Sakit di
rasa nyeri dengan tarik nafas dalam dan pada
Banda Aceh, yang dilaksanakan dari tanggal
hari rawatan ketiga melakukan kompres
02 – 06 Desember 2022. Asuhan
hangat untuk mengurangi nyeri. Evaluasi yang
keperawatan dimulai dari pengkajian dan
didapatkan hari ke-5 adalah pasien M
analisa data dengan cara memaparkan fakta
melaporkan nyerinya sudah berkurang, nyeri
dan membandingkan dengan teori serta
sudah berkurang dengan skala nyeri 2 NRS.
dituangkan ke dalam pembahasan. Analisis
Yang semula dari skala 4 NRS, TTV dalam
yang dilakukan menggunakan narasi dari
batas normal: TD: 130/87 mmhg, HR:
hasil pengkajian, implementasi serta
95x/menit, RR: 20x/menit, T: 37,6 keadaan
evaluasi.
luka tampak membaik, dan pasien mampu
melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan
juga kompres hangat untuk mengurangi nyeri.
HASIL
Hasil laboratorium tidak dapat di evaluasi
Berdasarkan pengkajian, terdapat lima karna belum dilakukannya pemeriksaan
prioritas masalah pada pasien M meliputi laboratorium terbaru.
nyeri akut, gangguan mobilitas fisik,
gangguan integritas kulit, intoleransi Gangguan mobilitas fisik
aktivitas, dan risiko infeksi. Pada pengkajian, Tampak ADL dibantu
oleh keluarga pasien dengan skala
ketergantungan 2, kekuatan otot menurun,
Nyeri Akut ROM menurun: ekstremitas bawah sulit
Pada pengkajian pasien mengalami nyeri untuk digerakkan. Hasil Pemeriksaan:
pada kedua pergelangan kakinya, P: nyeri 23.09.22 Foto Pedis Sinistra AP/Obl: tampak
saat kaki digerakkan, nyeri berkurang saat multiple fraktur os tibia dan fibula 1/3 distal,
beristirahat, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: tak tampak dislokasi, tak tampak soft tissue
nyeri dirasakan pada bagian Kedua swelling. Foto Pedis Dextra AP/Obl: tak
pergelangan kaki, S: rentang nyeri pada skala tampak ftaktur os tibia distal dengan
4 NRS, T: nyeri dirasakan sesekali. Nyeri dislokasi ankle joint, tak tampak soft tissue
akut merupakan pengalaman swelling. Gangguan mobilitas fisik adalah
sensorik/emosional berhubungan dengan keadaan keterbatasan melakukan pergerakan
kerusakan jaringan aktual/fungsional, dengan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
onset lambat/mendadak yang berintensitas mandiri Setelah dilakukan asuhan
ringan hingga berat, berlangsung kurang dari keperawatan diharapkan mobilitas fisik
3 bulan. Setelah diberikan asuhan meningkat dengan kriteria hasil kekuatan
keperawatan diharapkan tingkat nyeri otot dan rentang gerak ROM meningkat,

45
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

pergerakan ekstremitas meningkat, kaku pada hari rawatan kedua membantu pasien
sendi menurun, gerakan terbatas menurun. menggunakan minyak zaitun untuk
Oleh karenaitu dilakukan implementasi pada pelembab, menganjurkan pasien
hari rawatan pertama berupa mengkaji meningkatkan asupan buah dan sayur
kekuatan otot, mengkaji kemampuan dalam kolaborasi pemberian antibiotic Ceftriaxone
melakukan aktivitas, pada hari rawatan 1gr/12 jam (06:00) (18:00). Hasil evaluasi
kedua adalah memfasilitasi aktivitas antara lain karakteristik luka: tepi luka halus,
mobilisasi miring ke arah kiri dan kanan dan tipis, bersih dan lunak (proses epitalisasi),
posisi duduk, pada hari rawatan ketiga dasar jaringan granulasi, vaskularisasi baik,
menjelaskan kepada keluarga tujuan dari cairan luka: sedikit encer, berwarna merah,
mobilisasi, menganjurkan keluarga untuk penutupan luka: baik luka telah dibersihkan
sering mengubah posisi pasien minimal 2 dengan cairan Nacl 0,9% sesuai kebutuhan,
jam sekali dengan miring kanan-kiri atau memberikan salep pada luka, pasien telah di
posisi duduk, pada hari rawatan keempat diberikan antibiotik Ceftriaxone 1gr/12 jam
melakukan dan mengajarkan keluarga (06:00) (18:00).
tentang latihan ROM pasif. Hasil evaluasi
menunjukkan pergerakan ekstremitas atas Intoleransi aktivitas
meningkat, kekuatan otot dan rentang gerak Pada pengkajian menunjukkan pasien
ROM mengalami penurunan, gerakan hanya bisa duduk dan tidur diatas tempat tidur,
terbatas menurun, dan pasien melakukan pasien tidak mampu menggerakkan
latihan ROM Pasif.
ekestremitas bawah sebelah kanan, tampak
ADL dibantu oleh keluarga pasien, skala
ketergantungan 2, Kekuatan otot menurun,
Gangguan integritas kulit ROM menurun, gerakkan terbatas, tampak
Pada pengkajian, tampak luka pada luka pada bagian kaki kiri dan kanan ditutup
bagian kedua pergelangan kaki, ketika verban. Intoleransi aktivitas merupakan energi
dilakukan GV kondisi luka: grade: III, tepi yang tidak cukup untuk melakukan aktivitas.
luka halus, tipis, bersih dan lunak (proses Setelah pasien diberikan asuhan keperawatan
epitalisasi), luas: 10x5 cm dasar jaringan diharapkan kekuatan tubuh bagian bawah
granulasi, vaskularisasi baik, cairan luka: meningkat. kemudahan dalam melakukan
sedikit encer, berwarna merah aktivitas sehari-hari meningkat. Implementasi
(hemosererous), penutupan luka: baik. yang dilakukan pada hari rawatan pertama
Gangguan integritas kulit merupakan adalah mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
kerusakan jaringan/kulit (otot, tulang, sendi perawatan diri, kebutuhan alat bantu
atau ligament). Setelah dilakukan asuhan kebersihan diri. Pada hari rawatan kedua
keperawatan diharapkan kerusakan jaringan memfasilitasi pasien untuk melakukan
dan lapisan kulit menurun, nyeri, perawatan diri (mandi, makan, dan
perdarahan, kemerahan, hematoma, berpakaian), dan pergerakan (duduk ditempat
nekrosis,dan jaringan parut menurun, suhu tidur). Pada hari rawatan ketiga membantu
kulit, sensasi, dan tekstur membaik. pasien untuk melakukan mobilisasi
Implementasi yang dilakukan pada hari dini/pergerakan dan menganjurkan
rawatan pertama adalah melakukan melakukan perawatan diri secara konsisten
perawatan luka/ganti verban, memonitor sesuai kemampuan. Hasil evaluasi pasien
tanda-tanda infeksi, dan memonitor menunjukkan mampu makan dan minum
karakteristik luka (drainase, warna, ukuran), sendiri, akan tetapi perlu dibantu untuk

46
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

disediakan, mandi dan berpakaian pasien juga dalam (Bahrudin, 2018). Berdasarkan
dibantu oleh keluarga, terpasang kateter urin penelitian yang dilakukan oleh Ilkafah et al
dan pampers untuk BAB dan BAK, pasien (2021) didapatkan bahwa teknik relaksasi
melakukan latihan gerak. nafas dalam merupakan salah satu cara pada
pasien fraktur untuk menurunkan nyeri.
Risiko infeksi
Salah satu teknik yang mampu merangsang
Pada pengkajian, pasienmengalami luka tubuh untuk membentuk sistem penekanan
pada bagian kaki kiri dan kanan ditutup nyeri adalah Teknik nafas dalam dimana tubuh
verban, hasil lab: Hb 11,8 g/dL, Ht 35%, akan meningkatkan komponen saraf
Eritrosit 4,0, Leukosit 7,63, Trombosit 317, parasimpatik secara simultan, dan dapat
Eosinofil 7%, Netrofil batang 0%, Netrofil meningkatkan konsentrasi, membuat pasien
Segmen 76 %, Limfosit 12%. Risiko infeksi merasa tenang. Pada keadaan tertentu, tubuh
merupakan keadaan yang berisiko mampu mengeluarkan hormon opoid endogen
mengalami peningkatan terserang organisme yaitu zat enkafalin dan endorphin yang
patogenik. Setelah dilakukan asuhan memiliki sifat mirip zat morfin dengan efek
keperawatan diharapkan demam, kemerahan, analgetik membentuk suatu sistem penekanan
nyeri, bengkak menurun, kadar sel darah nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan
putih dan kultur darah membaik. intensitas nyeri akan berkurang (Ernawati et
Implementasi yang diberikan pada hari al., 2017). Sedangkan Penggunaan kompres
rawatan pertama adalah memonitor tanda dan air hangat mampu membuat relaksasi pada
gejala infeksi lokal dan sistemik, melakukan otot, vaskularisasi lancar terjadi vasodilatasi
cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan membuat otot mendapat nutrisi berlebih yang
pada pasien, dan menjelaskan tanda dan dibawa oleh darah sehingga kontraksi otot
gejala infeksi. Pada hari rawatan kedua akan menurun (Dahlan & Syahminan, 2016).
menganjurkan meningkatkan nutrisi dan
cairan. Hasil evaluasi menunjukkan keadaan Selama masa rawatan, perawat telah
luka membaik, infeksi tidak terjadi, dan melakukan implementasi keperawatan yaitu
pasien memahami tanda dan gejala infeksi. mengidentifikasi nyeri pasien, mengukur TTV
pasien, mengajarkan teknik non- farmakologi
dengan tarik nafas dalam dan kompres hangat
PEMBAHASAN untuk mengurangi rasa nyeri, memberitahu
keluarga untuk meminimalkan kebisingan dan
Nyeri akut memberikan rasa nyaman pada pasien,
kolaborasi pemberian obat dextofen 25 mg
Implementasi yang dilakukan dari
(intravena) dan perawatan luka dengan ganti
diagnosa nyeri akut adalah mengkaji nyeri
verban.
secara komprehensif perhari, manajemen
nyeri dengan teknik non- farmakologi yaitu Gangguan mobilitas fisik
tarik nafas dalam dan kompres hangat untuk
mengurangi rasa nyeri, dan pemberian obat Hambatan mobilitas fisik merupakan
analgesik untuk pasien. Terdapat beberapa keadaan terbatasnya ekstremitas atas/bawah
tindakan yang bisa dilakukan untuk dalam bergerak secara mandiri dan terarah
mengurangi ketidaknyamanan akibat dari rasa Wiley & Sons (2015). Beberapa faktor yang
nyeri yang dialami. Implementasi lebih dapat menyebabkan masalah tersebut salah
ditujukan pada upaya tindakan pereda nyeri satunya adalah kurang atau tidak dilakukannya
non-farmakologi yaitu teknik relaksasi napas mobilisasi dini. Pentingnya melakukan
47
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

mobilisasi dini untuk memperbaiki sirkulasi dan observasi luka yang hati-hati dan perhatian
dan mencegah terjadinya masalah atau terhadap tindakan pencegahan infeksi sambil
komplikasi setelah operasi serta mempercepat mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pemulihan pasien (Keehan et al., penyembuhan luka untuk masing-masing
2014). pasien (Hertz & Santy-Tomlinson, 2018).

Diagnosa gangguan mobilitas fisik muncul Jaringan luka tidak menimbulkan


didukung oleh data yaitu tampak ADL kerusakan pada granulasi luka dengan cara
dibantu oleh keluarga pasien dengan skala melepaskan balutan harus dilakukan dengan
ketergantungan 2, kekuatan otot menurun, hati-hati. Selanjutnya adalah membersihkan
ROM menurun: ekstremitas bawah sulit untuk luka dengan NaCl 0,9%. Menurut Supriyanto
digerakkan. Hasil Pemeriksaan: 23.09.22 & Jamaluddin, 2016), pembentukan granulasi
Foto Pedis Sinistra AP/Obl: tampak multiple jaringan baru untuk mempercepat proses
fraktur os tibia dan fibula 1/3 distal, tak penyembuhan luka yaitu menggunakan NaCl
tampak dislokasi, tak tampak soft tissue 0,9% karena mudah diserap oleh jaringan.
swelling. Foto Pedis Dextra AP/Obl: tak Selanjutnya adalah memasang balutan sesuai
tampak ftaktur os tibia distal dengan dislokasi jenis luka. Perawatan luka, ganti balutan steril
ankle joint, tak tampak soft tissue swelling. dilakukan agar tidak terjadi infeksi dan
penyembuhan luka menjadi optimal
Pada hari rawatan keempat tindakan
(Ariningrum, 2018).
keperawatan yang diberikan kepada Ny. M
yaitu melakukan latihan ROM pasif kepada Intoleransi aktivitas
pasien dan juga kepada keluarga cara
Pasien fraktur akan mengalami masalah
pelaksanaanya. Berdasarkan penelitian yang
keterbatasan gerak yang menyebabkan ketidak
dilakukan oleh Rahmasari et al (2021) ROM
mampuan untuk memenuhi activity of daily
dilakukan untuk mengembalikan kemampuan
living (ADL) (Edemekong et al., 2019).
ADL pada pasien yang mengalami fraktur.
Dampak pada ketidakmampuan untuk
Latihan ROM pasif dilakukan perawat dengan
memenuhi ADL pada pasien menyebabkan
tujuan dapat meningkatkan kekuatan otot dan
penyembuhan luka menjadi lebih lama,
mencegah terjadinya kekakuan sendi pada
pemulangan pasien lebih lambat dan kualitas
Ny.M. Hal ini didukung oleh penelitian yang
hidup menjadi lebih buruk (Rosdahl et al.,
menyatakan bahwa penerapan ROM adalah
2014).
tindakan/latihan otot atau persendian yang
diberikan kepada pasien yang mobilitas Berdasarkan penelitian yang dilakukan
sendinya terbatas karena penyakit, disabilitas, oleh Rahmasari et al (2021) ROM dilakukan
atau trauma. Tujuan ROM untuk mengurangi untuk mengembalikan kemampuan ADL pada
kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot pasien yang mengalami fraktur. Individu
yang dapat dilakukan aktif maupun pasif umumnya dapat mengelola ADL sehingga
tergantung dengan keadaan pasien mereka dapat hidup tanpa bantuan dari orang
(Desiartama, & Aryana, 2017). lain. ADL mencakup mobilitas dan perawatan
diri seperti mandi, berpakaian, makan,
Gangguan integritas kulit
aktivitas naik turun dari tempat tidur dan
Implementasi utama yang dilakukan menggunakan toilet (Edemekong et al., 2019).
perawat pada diagnosa ini adalah melakukan
perawatan luka dan mencegah terjadinya Risiko infeksi
infeksi. Perawatan luka melibatkan penilaian
Hasil evaluasi pasien menunjukkan
48
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

keadaan luka membaik, infeksi tidak terjadi, fracture bilateral ankle joint terdapat
dan pasien memahami tanda dan gejala perbaikan pada kondidi pasien yang ditandai
infeksi dengan: nyeri pasien sudah berkurang dari
skala 4 menurun menjadi skala nyeri 2 NRS,
Implementasi utama yang dilakukan
TTV dalam batas normal. Pergerakan
perawat pada diagnosa ini adalah
ekstremitas atas meningkat, gerakan terbatas
melakukan pencegahan risiko infeksi.
menurun, dan pasien melakukan latihan ROM
Jaringan luka tidak menimbulkan Pasif. Karakteristik luka: tepi luka halus, tipis,
kerusakan pada granulasi luka dengan cara bersih dan lunak (proses epitalisasi), dasar
melepaskan balutan harus dilakukan dengan jaringan granulasi, vaskularisasi baik, cairan
hati-hati. Selanjutnya adalah membersihkan luka: sedikit encer, berwarna merah,
luka dengan NaCl 0,9%. Menurut penutupan luka baik, pasien mampu makan
Supriyanto & Jamaluddin, 2016), dan minum sendiri, akan tetapi perlu dibantu
pembentukan granulasi jaringan baru untuk untuk disediakan, dan infeksi tidak terjadi.
mempercepat proses penyembuhan luka Sehingga disimpulkan bahwa dua dari lima
yaitu menggunakan NaCl 0,9% karena masalah teratasi yaitu nyeri akut dan risiko
mudah diserap oleh jaringan. Selanjutnya infeski tidak terjadi.
adalah memasang balutan sesuai jenis luka.
Perawatan luka, ganti balutan steril
dilakukan agar tidak terjadi infeksi dan UCAPAN TERIMAKASIH
penyembuhan luka menjadi optimal
Ucapan terimakasih yang sebesar-
(Ariningrum, 2018).
besarnya penulis tujukan kepada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pembimbing KIAN dan pihak Rumah Sakit
oleh Metsemakers et al (2017) untuk khususnya ruang Bedah Orthopedi Wanita
mencegah terjadinya infeksi terkait fraktur yang telah membantu selama studi kasus dan
dapat dilakukan dengan kerja sama antar kepada keluarga pasien yang telah
multi disiplin seperti dokter dan perawat. mengizinkan penulis untuk melakukan studi
Manajemen perawatan luka dan terhadap kasus pasien M
penggunaan antibiotik.

REFERENSI
KESIMPULAN
Apley, G.A & Solomon, L. (2018). Ortopedi dan
Masalah keperawatan yang muncul pada Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya Medika.
pasien M yaitu nyeri akut, gangguan Ariningrum. (2018). Buku Pedoman Keterampilan
mobilitas fisik, gangguan integritas kulit, Klinis: Manajemen Luka. Fakultas
intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi Kedokteran Universitas Sebelas Maret
dengan intervensi manajemen nyeri non- Surakarta.
farmakologi dengan teknik relaksasi nafas
dalam dan kompres hangat untuk mengatasi Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain).
Saintika Medika. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan
nyeri, latihan ROM pasif, perawatan luka,
Kedokteran Keluarga, 13(1), 7–13.
membantu ADL pasien dan mencegah
terjadinya infeksi. Dahlan, A., & Syahminan, T. (2016). Pengaruh
Terapi Kompres Hangat Terhadap Nyeri Hadi
Setelah dilakukan manajemen (Dysmenirrhea) pada Siswi SMK Perbankan
keperawatan terhadap pasien M dengan open
49
Studi Kasus. JIM FKep Volume VII Nomor 2 Tahun 2023

Simpang Haru Padang. Jurnal IPTEKS Early Affecting The Ability of Activities
Terapan, 10 (2), 141–147. Daily Living ( ADL ) Patients Post Operation
Femur Fracture. International Conference of
Desiartama, D., & Aryana, A. (2017). Gambaran
Health, Science and Technology, 116–119.
Karakteristik Pasien Fraktur Femur akibat
Kecelakaan Lalu Lintas pada Orang Dewasa Riskesdas. (2018). Kasus Cidera Patah Tulang.
di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Jakarta: Riskesdas.
Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika.
Risnah, R., Risnawati, H. R., Azhar, M. U., & &
Edemekong, Bomgaars, & Sukuraman. (2019). Irwan, M. (2019). Terapi Non Farmakologi
Activities of Daily Living (ADLs). In: dalam Penanganan Diagnosis Nyeri Akut
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL). pada Fraktur. Systematic Review. Journal of
StatPearls Publishing. 2019. Islamic Nursing, 4(2), 77-87.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK4
Rosdahl, C, B., & MT, K. (2014). Buku Ajar
70404/
Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Ernawati et al. (2017). Terapi Rileksasi Terhadap
Sjamsuhidajat, R. (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah
Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi
Sjamsuhidajat-de Jong. (3rd ed.). Jakarta:
Universitas Myhamadiyah Semarang. Jurnal
EGC.
UNIMUS , 106-113., 106-113.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar
Hertz, K., & Santy-Tomlinson. (2018). Fragility
Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Fracture Nursing Holistic Care and
Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.
Management of the Orthogeriatric Patient
Perspectives in Nursing Management and Supriyanto & Jamaluddin. (2016). Perawatan Luka
Care for Older Adults Series Editors. In dengan Sofratulle pada Pasien Post Operasi
SpringerLink. Vesikolithotomy hari ke VII di Ruang Dahlia
http://www.springer.com/series/15860 Rumah Sakit Umum RA. Kartini Jepara. JPK
Vol.1, No. 1.
Ilkafah, I., Lestari, I. D., & Ilkafah, I. (2021).
NURSING CARE FOR ACUTE PAIN IN Wiley, J. & Sons, S. (2015). Nursing Diagnoses-
POST-OPERATION. 2(1), 57–61. Definition and Classification 2015- 2017.
Jakarta: EGC.
Keehan, R., Kendrick, E., Flavell, E., &, &
Deglurkar, M. (2014). Enhanced Recovery
for Fractured Neck of Femur: A Report of 3
Cases. Geriatric Orthopaedic Surgery &
Rehabilitation, 5(2), 37–42.
Kronborg. (2017). Jurnal Global Fisioterapi dan
Rehabilitasi. (Vol. 1)(1).
Metsemakers, W. J., Onsea, J., Neutjens, E.,
Steffens, E., Schuermans, A., McNally, M.,
& Nijs, S. (2017). Prevention of fracture-
related infection: a multidisciplinary care
package. International Orthopaedics,
41(12), 2457–2469.
https://doi.org/10.1007/s00264-017-3607-y
Rahmasari, Gopalan, Agustin, Francisca, &
Maharani. (2021). Range of Motion ( ROM )

50

Anda mungkin juga menyukai