DI SUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
neoplama, baik jinak maupun ganas, primer atau sekunder, dan masalah lain
tumor SOL intrakranial merupakan sekitar 9% dari seluruh tumor primer yang
terjadi pada manusia. Karena tumor-tumor ini berada pada sistem saraf pusat
maka tumor ini menjadi masalah kesehatan yang serius dan kompleks. Tumor-
tumor ini umumnya berasal dari bagian parenkim dan neuroepitel sistem saraf
hematoma, abses otak dan tumor otak. Morgagni pertama kali melaporkan tumor
perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan
kejang, nyeri kepala, peninggian intrakranial serta gejala neurologik fokal sesuai
lokasi abses. Terapi abses otak terdiri dari pemberian antibiotik dan pembedahan
Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari SOL. Di Amerika di dapat
35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone,
tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi
di tahun 2016, meningkat 0,5 % dari tahun 2015. Di rumah sakit achmad
Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
di ruang rawat inap interne wanita RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Lession (SOL).
dengan space occupying lession (SOL) di ruang rawat inap RSUD Dr.
TINJAUAN TEORITIS
2.2 Pengertian
dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark,
abses otak dan tumor intracranial karena cranium merupakan tempat yang
kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan
Akhirnya vena mengalami kompresi dan gangguan sirkulasi darah otak dan
Space Occupying Lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma, dan abses. Suatulesi yang
malignasi, namun dalam keadaan patologi lain meliputi abses otak atau
infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti terjadinya
didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta
Menurut penulis Space Occupying Lession adalah Sebuah ruang lesi yang
terdapat pada bagian otak yang terjadi karena keganasan tetapi dapat juga
atau 4-15 mmHg. Ruang intrakranial adalah suatu ruangan baku yang terisi
penuh sesuai kapasitas nya dengan unsur yang tidak dapat di tekan. Otak
(1400 g), cairan serebrospinal (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah
satu dari ketiga unsur utama mengakibatkan desakan ruang yang di tempati
yang di akibat kan trauma kepala. Aneurisma intrakranial yang pecah dapat
kadar laktat cairan serebrospinal dan hal ini mengindikasi terjadinya suatu
2.4 Etiologi
salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan
toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi
karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat
sering menjadi ekstrim yang tidakteratur dan kurang merawat diri dan
otak yang sangat maligna) dan metastaseserebral dari bagian luar.6. Tumor
otak.
2.5 Klasifikasi
Kategori N :
Kategori M :
substansi otak.
2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
derajat diferensiasi.
1. Lobus frontalis
3. Lobus parasentalis
4. Lobus oksipintalis
5. Lobus temporalis
6. Lobus parietalis
penglihatan.
7. Ceribulum
2) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk
membungkuk.
3) Kejang.
5) Perubahan kepribadian.
6) Gangguan memory.
2.7 Patofisiologi
klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh
pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak.
intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah
oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi
Idiopatik
Tumor otak
Aspirasi
MK: Resiko cidera
sekresi
Obs. Jln
nafas
Dispnea Bradikardi progresif,
Bradikardi hipertensi
progresif, Bicara
Bicaraterganggu,
terganggu, Hernialis
Hernialis
Henti nafas sitemik, gang. pernafasan
hipertensi sitemik, gang. afasia
afasia ulkus
ulkus
Perubahan
pola nafas pernafasan
Ancaman
kematian
Ancaman Gang. Komunikasi Menisefalon
kematian verbal tekanan
MK: Kecemasan
Pandangan kabur, Gangguan
pendengaran kurang, kepala kesadaran
Mual, muntah, sakit
kurang aktifitas
A. Pemeriksaan diagnostik
menggunakan CT Scan
tumor
B. Pemeriksaan laboratorium
Eccher, 2004)
2. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar
1.500 cc / hari.
4. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2
jam.
5. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran
6. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
2.10. Komplikasi
1. Edema serebral.
3. Herniasi otak.
4. Hidrosefalus.
5. Kejang.
2.11.1. PENGKAJIAN
5. Riwayat keluarga yaitu pada migren dan nyeri kepala biasanya di dapatkan
6. Pemeriksaa fisik
1) Makan
duanya.
2) Minum
apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya).
RS.
5) Rasa Nyaman
6) Kebersihan Diri
7) Rasa Aman
yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat
9) Pengetahuan
10) Rekreasi
senangi.
11) Spiritual
ataupun sebaliknya.
7. Pemeriksaan neurologis
yang sederhana.
b) Saraf Kranial
Abdusen)
Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi
dengan bolamatanya
peniti di ketiga area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam
dan tumpul.
c) Fungsi Motorik
d) Fungsi Sensorik
bagian tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas,
e) Fungsi Refleks
quadriceps.
sekelilingnya.
- Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
- Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
peningkatan TIK
ASUHAN KEPERAWATAN
SIKI: SLKI:
DENGAN PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF (D.0009) Perfusi Perifer Meningkat (L.02011)
- MANAJEMEN SENSASI PERIFER (I.
- DEFINISI 06195)
Penurunan sirkulasi darah pada Observasi
level kapiler yang dapat Identifikasi penyebab perubahan sensasi
mengganggu metabolisme tubuh. Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian
PENYEBAB
Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
Hiperglikemia Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
Penurunan konsentrasi hemoglobin Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi
Penurunan tekanan darah dan tekstur benda
Kekurangan volume cairan Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
Penurunan aliran arteri dan/atau Monitor perubahan kulit
vena Monitor adanya tromboflebitis dan
Kurang terpapar informasi tentang tromboemboli vena
factor pemberat (mis. Merokok, Terapeutik
gaya hidup monoton, trauma, Hindari pemakaian benda-benda yang
obesitas, asupan garam, imobilitas)
berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
Kurang terpapar informasi tentang
proses penyakit (mis. Diabetes Edukasi
mellitus, hyperlipidemia) Anjurkan penggunaan termometer untuk
Kurang aktivitas fisik menguji suhu air
Anjurkan penggunaan sarung tangan termal
saat memasak
Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika
perlu
ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN NYERI (I. 08238) TINGKAT NYERI MENURUN (L.08066)
NYERI AKUT (D.0077) Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
DEFINISI kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau Identifikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan dengan Identifikasi respon nyeri non verbal
kerusakan jaringan aktual atau Identifikasi faktor yang memperberat dan
fungsional, dengan onset
memperingan nyeri
mendadak atau lambat dan
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 tentang nyeri
bulan. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
PENYEBAB nyeri
Agen pencedera fisiologis (mis. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
Inflamasi, iskemia, neoplasma) hidup
Agen pencedra kimiawi (mis. Monitor keberhasilan terapi komplementer
Terbakar, bahan kimia iritan) yang sudah diberikan
Agen pencidra fisik (mis. Abses, Monitor efek samping penggunaan analgetik
trauma, amputasi, terbakar, Terapeutik
terpotong, mengangkat
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
berat,prosedur operasi,trauma,
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
latihan fisik berlebihan
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
-
K
2.11.4. Implementasi
2.11.5. Evaluasi
dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan
TINJAUAN KASUS
3.1.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswi
Pendidikan : SMA
Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 38 th
Pekerjaan : IRT
II. Alasan Masuk
Klien masuk IGD RSAM Bukittinggi pada tanggal 15 Juni 2016 jam
06.00 WIB dengan keluhan kejang, pandangan kabur, mual (-) muntah
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Juni 2016 jam 09.30 WIB
sama sekitar 9 hari yang lalu tahun 2016 di ruangan THT dengan
keluhan teliga berair , pandangan kabur, dan klien tidak ada riwayat
Genogram :
Klien dengan
space
occupying
lession (SOL)
16 tahun
Ket :
: Meninggal
: Perempuan
: Laki-Laki
: Tinggal serumah
: Klien
Kesadaran: Composmentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Tanda Vital
1. Kepala
- Rambut
- Mata
- Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada seckret, tidak ada
Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan, tidak memakai gigi palsu,
- Telinga
2. Leher
Simetris kiri dan kanan, tidak tampak pembembesaran vena jugularis dan
- Paru-paru
- Jantung
4. Abdomen
I : Simetris kiri dan kanan, bentuk perut datar, warna kulit sawo matang,
P : Tympani
5. Punggung
Simetris, tidak ada pembengkakan pada punggung dan tidak ada bekas
6. Ekstremitas
Atas
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
7. Genitalia
Klien tidak terpasang kateter, dan tidak ada kelainan pada genetalia
8. Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kapila refil 2 detik, tidak
9. Reflek
Bisep : +/-
Trisep : +/-
Patela : +/-
10. Nervus
a. N I (Nerfus olfaktorius)
b. N II (Nerfus Opticus)
Klien bisa melihat dengan jelas, Reflek pupil terhadap cahaya normal
aktif (mampu melihat keatas, miring kiri dan kanan atas dan
Klien ada respon saat ada nya sentuhan , contoh: dapat merasakan
terdapat respon.
e. N.VII (Fasialis)
f. N.VIII ( Vestibulotoklear/Auditorius)
Klien bicara dengan jelas dan bisa di mengerti, klien dapat menelan
dengan baik.
h. N.XI(Acsesorius)
i. N.XII(Hipoglosus)
1. Ukuran otot
2. Tonus otot
5555 5555
5555 5555
klien berdiri dengan postur tubuh normal, tegap dan lurus, berjalan
dengan normal tidak tremor, klien berjalan dengan menapak kan kedua
Pasien merespon terhadap rangsahan sentuhan, suara, suhu dan rasa sakit.
V. DATA BIOLOGIS
Keluarga klien mengatakan klien tidak ada memiliki alergi terhadap obat-
penyakitnya.
X. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
18/06-2016
Nilai Normal
LYMPH% : 12,7% 20 – 40 %
Tgl 11-5-2016
Hasil : dalam sediaan apus FNAB nodul regio coli dextra ukuran 2x1 cm,
epithelioid, histiosit.
Oral
Efek samping : Sejauh ini, asam folat adalah vitamin yang larut dalam
air, jumlah berlebih sering flush dengan urin dan tinja. Namun,
waktu yang lama. Beberapa efek samping yang umum dari asam folat
mual, Kelelahan, Sulit tidur atau insomnia, Ruam pada kulit, Mati rasa
Infus
- RL 20 tts/menit
tempat penyuntikan.
Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-
Efek samping : menimbulkan rasa mual dan bisa muntah, nyeri pada
aktivitas berat, mood buruk atau uring-uringan, mudah cemas dan sulit
a. Data Subjektif
sakit yang
Keramas
b. Data Objektif
- Kekuata otot
5555 5555
5555 5555
- Klien tampak lemah dan lesu
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,3oc
- Pernapasan : 20x/m
- Nadi : 80x/m
- TD : 110/70 mmHg
- Infus RL 20 tts/i
DO :
- Klien tampak mengeluh sakit
kepala
- Mukosa bibir klien kering
- Klien tampak lemah dan lesu
- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ±
5 menit
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,3oc
- Pernapasan : 20x/m
- Nadi : 80x/m
- TD : 110/70 mmHg
- Infus PCT
2. DS : Cemas Kurangnya
- Keluarga klien mengatakan pengetahuan
cemas dan takut dg keadaan
anak nya
- Keluarga klien mengatakan
tidak tau dg kondisi anak nya
DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak susah tidur
- Klien banyak bertanya tentang
penyakit anak nya
DO:
- Aktifitas klien tampak di bantu
keluarga
- Klien tampak hanya berbaring di
tempat tidur
- Klien hanya berjalan bila hanya
ke kamar kecil
2. Rabu / Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam Anxiety Reduction (penurunan
22 Juni 2016 kurangnya pengetahuan kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: kecemasan)
- Klien mampu mengidentifikasi dan - Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala cemas dan apa yang dirasakan
- Mengidentifikasi, mengungkapkan selama prosedur
dan menunjukkan tehnik untuk - Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan
- Vital sign dalam batas normal dan mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah, - Berikan informasi faktual
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas mengenai diagnosis,
menunjukkan berkurangnya tindakan prognosis
kecemasan - Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
- Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
3. Rabu / Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Self Care assistane : ADLs
22 Juni 2016 berhubungan dengan selama 3x24 jam Defisit perawatan diri - Monitor kemempuan
kurangnya motivasi teratasi dengan kriteria hasil: klien untuk perawatan diri
- Klien terbebas dari bau badan yang mandiri.
- Menyatakan kenyamanan terhadap - Monitor kebutuhan klien
kemampuan untuk melakukan untuk alat-alat bantu
ADLs untuk kebersihan diri,
- Dapat melakukan ADLS dengan berpakaian, berhias,
bantuan toileting dan makan.
- Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
- Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
- Ajarkan keluarga untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
4 Rabu / Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi adanya
22 Juni 2016 berhubungan dengan selama 3x24 jam intoleransi pasien teratasi pembatasan klien dalam
kelemahan dengan kriteria hasil: melakukan aktivitas
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Monitor nutrisi dan
tanpa disertai peningkatan tekanan sumber energi yang
darah, nadi dan RR adekuat
- Mampu melakukan aktivitas sehari - Monitor pola tidur dan
hari (ADLs) secaramandiri lamanya tidur/istirahat
- Keseimbangan aktivitas dan pasien
istirahat - Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
3.1.4 Catatan Perkembangan
Hari /
No Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Rabu / 1 10.00 - Memonitor kepuasan pasien terhadap 10.00 S :
22/6/2016 manajemen nyeri - Keluarga klien mengatakan
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang kepala klien masih terasa sakit
adekuat - Klien hanya istirahat di tempat
- Mengelola anti analgetik : Asam folat tidur selama 3 jam
1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab - Keluarga klien mengatakan
- Menjelaskan pada pasien penyebab pendengaran klien masih kurang
11.00 nyeri baik
- Melakukan tehnik nonfarmakologis
(relaksasi, masase punggung) O:
- Klien tampak mengeluh sakit
kepala
- Mukosa bibir klien kering
- Klien tampak lemah dan lesu
- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ± 5
menit
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,3oc
- Pernapasan : 20x/m
- Nadi : 80x/m
- TD : 110/70 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
2. Rabu / 2 11.00 - Menjelaskan semua prosedur dan apa 11.00 S :
22/6/2016 yang dirasakan selama prosedur - Keluarga klien mengatakan
- Menemani pasien untuk memberikan masih cemas dan takut dg
keamanan dan mengurangi takut keadaan anak nya
- Memberikan informasi faktual - Keluarga klien mengatakan
mengenai diagnosis, tindakan masih tidak tau dg kondisi anak
prognosis nya
- Melibatkan keluarga untuk
mendampingi klien O:
- Menginstruksikan pada pasien untuk - Klien tampak lesu
12.00 menggunakan tehnik relaksasi - Klien tampak susah tidur
- Mendorong pasien untuk - Klien banyak bertanya tentang
mengungkapkan perasaan, ketakutan, penyakit anak nya
persepsi A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
Hari /
No Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Jum’at / 1 08.00 - Memonitor kepuasan pasien terhadap 08.00 S :
24/6/2016 manajemen nyeri - Keluarga klien mengatakan
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang kepala klien sudah tidak terasa
adekuat sakit
- Mengelola anti analgetik : Asam folat - Kel mengatakan klien hanya
1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab istirahat di tempat tidur
08.30 - Menjelaskan pada pasien penyebab - Keluarga klien mengatakan
nyeri pendengaran klien masih kurang
- Melakukan tehnik nonfarmakologis baik
(relaksasi, masase punggung) O:
- Klien tampak istirahat
- Mukosa bibir klien tampak
lembab
- Skala nyeri 0
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,0oc
- Pernapasan : 18x/m
- Nadi : 83x/m
- TD : 120/70 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4 dilanjutkan
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak.
Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi benigna dan maligna Tumor otak dapat
terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompk umur. Tumor otak
2. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian ringan, kelemahan
otot wajah, kelemahan ekstrimitas bawah, kejang, gangguan penglihatan, dan nyeri
kepala.
3. Komplikasi yang terjadi pada SOL adalah edema serebral, tekanan intrakranial
kepada klien dengan SOL adalah adanya kesamaan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus.
klien ternyata sesuai dengan teori yang ada, yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut di dalam evaluasi yang telah di lakukan sehingga masalah dapat di atasi
5.2. SARAN
sebaiknya pihak rumah sakit lebih memperhatikan kebersihan dan mencuci tangan
b. Bagi perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL agar dapat memberikan
kesembuhan pasien
Di harapkan keluarga dapat memberikan dorongan kepada pasien agar dapat cepat
sembuh dan Diharapkan keluarga mampu memelihara dan merawat anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar(2010).SOL Intracranial BABIIhttp://www.academia.edu/9672540/
SOL_intrakranial_BAB-II
Ejaz butt (2005). Keperawatan neurologi. Diakses tanggal 15 Oktober 2005. Online
Ginsberg lionel(2003).classification. USA: Willey Blackwell
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Price (2005). Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit. (Ed. 4). Jakarta: EGC
Sudarth, brunner(2003). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.