Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN SUSPECT


SPACE OCCUPYING LESSION (S.O.L)

DI SUSUN OLEH :

1. Shofy aryanti (2001037)


2. Silvia Nur hakiki (2001038)
3. Siti Zaqiyah D. ( 2001039)
4. Sofia pramestyian (2001040)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN'NUR
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Space-occupying lesion (S.O.L) intrakranial merupakan merupakan istilah yang

digunakan untuk generalisasi masalah tentang adanya lesi misalnya

neoplama, baik jinak maupun ganas, primer atau sekunder, dan masalah lain

seperti parasit, abses, hematoma, kista, ataupun malformasi vaskular. Tumor-

tumor SOL intrakranial merupakan sekitar 9% dari seluruh tumor primer yang

terjadi pada manusia. Karena tumor-tumor ini berada pada sistem saraf pusat

maka tumor ini menjadi masalah kesehatan yang serius dan kompleks. Tumor-

tumor ini umumnya berasal dari bagian parenkim dan neuroepitel sistem saraf

pusat kecuali mikroglia dan diperkirakan sekitar 40%-50% SOL

intrakranial disebabkan oleh tumor

Space occupying lesion merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi

pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak. Penyebab nya meliputi

hematoma, abses otak dan tumor otak. Morgagni pertama kali melaporkan tumor

otas yang disebabkan oleh peradangan telinga. Pada beberapa penderita

dihubungkan dengan kelainan jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme

penyebab tumor otak meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu.

Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah,

perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan

kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak diketahui sumber ingeksinya. Gejala


klinik tumor otak berupa tanda tanda infeksi yaitu demam, anoreksia, malaise,

kejang, nyeri kepala, peninggian intrakranial serta gejala neurologik fokal sesuai

lokasi abses. Terapi abses otak terdiri dari pemberian antibiotik dan pembedahan

Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari SOL. Di Amerika di dapat

35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone,

tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi

yang ditemukan di Rumah Sakit Umum

Sementara itu Rumah Sakit Achmad Mochtar bukittinggi sudah menerima

penderita Space Occupying Lession sebanyak 1 orang selama 6 bulan terakhir

di tahun 2016, meningkat 0,5 % dari tahun 2015. Di rumah sakit achmad

mochtar prioritas penyebab kematian di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi

SOL tidak termasuk kedalam sepuluh prioritas penyakit terbanyak. Dalam

melakukan asuhan keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang

perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit

berbeda-beda. Seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan

pelayanan kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar

dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Pemberian asuhan

keperawatan pada tingkat anak, remaja, hingga dewasa bagaimana kita

menerapakan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah di

harapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat kususnya indonesia.

Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien


Tujuan Penulisan

1.1.1. Tujuan umum

Penulis mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan kepada pasien serta

melakukan asuhan keperawatan pada pasien Space Occupying Lession (SOL)

di ruang rawat inap interne wanita RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

mampu melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan Space Occupying

Lession (SOL).

1.1.2. Tujuan khusus

1.1.2.1. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan Space Occupying

Lession di ruang rawat inap interne wanita

1.1.2.2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Space

Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita

1.1.2.3. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan Space

Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita

1.1.2.4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Space

Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita

1.1.2.5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Space

Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita

1.1.2.6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

Space Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita


1.2. Manfaat Penulisan

1.2.1. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis

dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien

dengan space occupying lession (SOL) di ruang rawat inap RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Perintis Padang.

1.3.2. Bagi Institusi

Dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan

pengetahuan dan pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada klien

dengan Space Occupying Lession (SOL).

1.3.3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan laporan dalam bentuk dokumentasi asuhan keperawatan kepada

tim kesehatan Rumah Sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien dengan Space Occupying Lession (SOL).


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.2 Pengertian

Space-occupying Lesion merupakan generalisasi masalah tentang ada lesi

pada ruang intracranial khususnya mengenai otak. Banyak penyebab yang

dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark,

abses otak dan tumor intracranial karena cranium merupakan tempat yang

kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan

tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali, komodasi

dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga kranium.

Akhirnya vena mengalami kompresi dan gangguan sirkulasi darah otak dan

cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik.

Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan

absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi ke

kembali hal-hal seperti di atas

Space Occupying Lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati

ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma, dan abses. Suatulesi yang

meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan

cerebrospinal dari rongga cranium. pada otak umumnya berhubungan dengan

malignasi, namun dalam keadaan patologi lain meliputi abses otak atau

hematom. Adanya Space Occupying Lesion dalam otak akan memberikan


gambaran seperti tumor yang meliputi gejala umum yang berhubungan

dengan peningkatan tekanan intracranial, perubahan tingkah laku,

false localizing sign, serta true localizing sign. Tumor juga dapat menyebabkan

infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti terjadinya

obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan hidrosefalus atau menginduksi

angiogenesis dan edema otak

Space occupying lesion intrakranial (lesi desak ruang intrakranial)

didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta

setiap inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak yang menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial dan menempati ruang di dalam otak. Space

occupying lesion intrakranial meliputi tumor, hematoma, dan abses.

Menurut penulis Space Occupying Lession adalah Sebuah ruang lesi yang

terdapat pada bagian otak yang terjadi karena keganasan tetapi dapat juga

disebabkan oleh patologi lain seperti abses atau suatu hematoma.

2.3 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Pembentukan Cairan Serebrospinal

Peningkatan tekanan intrakranial didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

dalam rongga kranialis. Ruang intrakranial di tempati oleh darah dan cairan


serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang

menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal sebesar 50-200 mm H2O

atau 4-15 mmHg. Ruang intrakranial adalah suatu ruangan baku yang terisi

penuh sesuai kapasitas nya dengan unsur yang tidak dapat di tekan. Otak

(1400 g), cairan serebrospinal (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah

satu dari ketiga unsur utama mengakibatkan desakan ruang yang di tempati

oleh unsur lain nya dan menaikan tekanan intrakranial

Pada keadaan fisiologis normal volume intrakranial selalu dipertahankan

konstan dengan tekanan intrakranial berkisar 10-15mmHg. Tekanan abnormal

apabila tekanan diatas 20 mmHg dan diatas40 mmHg dikategorikan sebagai

peninggian yang parah. Penyebab peningkatan intrakranial adalah cedera otak

yang di akibat kan trauma kepala. Aneurisma intrakranial yang pecah dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial secara mendadak sehingga

mencapai 8 tingkatan tekanan darah arteri untuk sesaat. Tingginya tekanan

intrakranial paska pecah aneurisma sering kali diikuti dengan meningkatnya

kadar laktat cairan serebrospinal dan hal ini mengindikasi terjadinya suatu

iskemia serebri. Tumor otak yang makin membesar akan menyebabkan

pergeseran CSS dan darah perlahan-lahan


Gambar 2.2 Skema Proses Desak Ruang Yang menimbulkan Kompresi Pada
Jaringan Otak dan Pergeseran Struktur Tengah.

2.4 Etiologi

Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan

salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan

toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi

bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten.

Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupesan

seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS

Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang

terkena.Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada

ketidaknormalan sensoridan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang

karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat

ditentukan pada bagiannya denganmengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi

oleh adanya tumor.

1. Tumor lobus frontalSering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan

status emosional dan tingkahlaku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien


sering menjadi ekstrim yang tidak teraturdan kurang merawat diri dan

menggunakan bahasa cabul.

2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan

keseimbangan)Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan /

berjalan yang sempoyongandengan kencenderungan jatuh, otot tidak

terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya

menunjukkan gerak horizontal.

3. Tumor korteks motorikMenimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy,

kejang jarksonian dimana kejangterletak pada satu sisi.

4. Tumor lobus frontalSering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan

status emosional dantingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien

sering menjadi ekstrim yang tidakteratur dan kurang merawat diri dan

menggunakan bahasa cabul.

5. Tumor intra cranialDapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,

gangguan fungsi bicara dangangguan gaya berjalan, terutama pada pasien

lansia. Tipe tumor yang paling seringadalah meningioma, glioblastana (tumor

otak yang sangat maligna) dan metastaseserebral dari bagian luar.6. Tumor

sudut cerebelopointinBiasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi

rangkaian gejala yangtimbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor

otak.

2.5 Klasifikasi

Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3

kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar

limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).


Kategori T :

Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.

Tis = Tumor in situ.

T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.

T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.

T2 = Tumor dengan f maksimal 2 – 5 cm.

T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.

T4 = Tumor invasi keluar organ.

Kategori N :

N0 = Nodul regional negative.

N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).

N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.

N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.

Kategori M :

Mo = Tidak ada metastase organ jauh.

M1 = Ada metastase organ jauh.

M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel Ginsberg,

Neurologi 2003:117) yaitu :

1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus

kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada

substansi otak.
2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :

a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini

diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis

ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan

derajat diferensiasi.

b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.

2.6 Manifestasi Klinis

Menurut lokasi tumor :

1. Lobus frontalis

Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,

tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai salah atau benar,

hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.

2. Korteks presentalis poterior

Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.

3. Lobus parasentalis

Kelemahan ekstrimitas bawah.

4. Lobus oksipintalis

Kejang, gangguan penglihatan.

5. Lobus temporalis

Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah.

6. Lobus parietalis

Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan

penglihatan.
7. Ceribulum

1) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi.

2) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk

membungkuk.

3) Kejang.

4) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur,

mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan TTV, afasia.

5) Perubahan kepribadian.

6) Gangguan memory.

7) Gangguan alam perasaan.

2.7 Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi

berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan

klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh

tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan

pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak

dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh

menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada

umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin

dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang

sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan

kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Peningkatan

intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa


dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan

sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya

massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang

tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak.

Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih

osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang

disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan

volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel

laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan

intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah

satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi

memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan

oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial,

volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel

parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi

ulkus/serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser

keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi

menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf

ke tiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui

foramen magnum oleh suatu massa poterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).


WOC

Idiopatik

Tumor otak

Penekanan jaringan otak Bertambahnya massa

Invasi jaringan otak Nekrosis jar. otak Penyerapan cairan otak

Kerusakan jar. Neuron Gang. Hipoksia Obstruksi vena di otak


Suplai darah jaringan

Kejang Gang. Neurologis Gang. MK: Oedema


fokal Fungsi otak Ketidak
efektifan
Perfusi
jaringan
Defisit Disorientasi Peningkata Hidrosefalus
neurologis serebral
n TIK

 Aspirasi
MK: Resiko cidera
sekresi
 Obs. Jln
nafas
 Dispnea Bradikardi progresif,
Bradikardi hipertensi
progresif, Bicara
Bicaraterganggu,
terganggu, Hernialis
Hernialis
 Henti nafas sitemik, gang. pernafasan
hipertensi sitemik, gang. afasia
afasia ulkus
ulkus
 Perubahan
pola nafas pernafasan
Ancaman
kematian
Ancaman Gang. Komunikasi Menisefalon
kematian verbal tekanan
MK: Kecemasan
Pandangan kabur, Gangguan
pendengaran kurang, kepala kesadaran
Mual, muntah, sakit
kurang aktifitas

MK: (suddart, Bruner


Gangguan 2001)
MK: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan nyaman nyeri
tubuh
2.8 Pemeriksaan penunjang

A. Pemeriksaan diagnostik

1. CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran,

kepadatan, jejas tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi

informasi tentang sistem vaskuler

2. MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan

daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang

menggunakan CT Scan

3. Biopsi Stereotaktik ; dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam

dan untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.

4. Angiografi ; memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak

tumor

5. Elektro ensefalografi ; mendeteksi gelombang otak abnormal pada

daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk

mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. (doengoes, 2004)

B. Pemeriksaan laboratorium

1. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik

sebagai penyebab nyeri kepala.

2. Spesimen CSS bila ada indikasi kecurigaan pendarahan

subarahnoidatau infeksi susunan saraf pusat.


2.9 Penatalaksnaa Medis Dan Keperawatan

2.9.1. Penatalaksaan medis

1. Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas.

Antibiotik yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan

nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo

(flagyl) juga dipakai.

2. Surgery ; aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.

3. Untuk tumor primer jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna

namun umumnya sulit dilakukan sehingga dilakukan radioterapi dan

kemoterapi, pada tumor metastase dilakukan perawatan paliatif

4. Hematom membutuhkan evakuasi

5. Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotik

6. Pemberian deksametason dapat menurunkan edema sebral.

7. Pemberian Manitol untuk menurunkan peningkatan TIK

8. Pemberian antikonvulsan  sesuai gejala yg timbul. (Widjoesno, 2004.

Eccher, 2004)

2.9.2. Penatalaksaan Keperawatan

1. Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

2.  Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar

1.500 cc / hari.

3. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.

4. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2

jam.
5. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran

balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.

6. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.

7. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin

8. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :

antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.

9. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.

2.10. Komplikasi

1. Edema serebral.

2. Tekanan intrakranial meningkat.

3. Herniasi otak.

4. Hidrosefalus.

5. Kejang.

6. Metastase ketempat lain. (Brunner & Sudarth, 2003)

2.11. ASUHAN KEPERAWATAN

2.11.1. PENGKAJIAN

1. Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, tgl masuk RS, askes.

2. Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian

tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.


4. Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga

(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses

paru,empiema) jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit.

5. Riwayat keluarga yaitu pada migren dan nyeri kepala biasanya di dapatkan

juga pada keluarga pasien.

6. Pemeriksaa fisik

1) Makan

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan

RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-

duanya.

2) Minum

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS,

apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari

biasanya).

3) Eliminasi (BAB / BAK)

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

4) Gerak dan aktifitas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan

aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah

setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di

RS.

5) Rasa Nyaman

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala

penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas


(dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya,

lokasi, lamanya dan skala nyeri)

6) Kebersihan Diri

Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS

7) Rasa Aman

Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan

yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat

ditemani keluarganya selama di RS.

8) Sosial dan komunikasi

Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan

lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

9) Pengetahuan

Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita

saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.

10) Rekreasi

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia

senangi.

11) Spiritual

Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien

menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis

ataupun sebaliknya.
7. Pemeriksaan neurologis

a) Pemeriksaan Fisik Persyarafan

Nilai kesadaran dengan menggunakan patokan Glasgow Coma Scale

(GCS) Tanyakan waktu, tanggal, tempat dan alasan berkunjung, kaji

kemampuan klien dalam berhitung dan mulailah dengan perhitungan

yang sederhana.

b) Saraf Kranial

- Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)

Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien

dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien

diminta menebak bau tersebut.

- Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)

Periksa ketajaman dengan  membaca, perhatikan jarak baca atau

menggunakan snellenchart untuk jarak jauh. Periksa lapang

pandang : Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta

untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah

mata dengan mata yang berlawanan dengan mata klien.

- Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan

Abdusen)

Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi

konjungtiva, dan ptosis kelopak mata. Pada pupil diperiksa reaksi

terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil

Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi

cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah


lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa

dengan bolamatanya

- Fungsi saraf kranial V (N. Trigeminus)

Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah

maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan kapas.

Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau

peniti di ketiga area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam

dan tumpul.

- Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)

Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan

sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi

untuk gula dan asam

Fungsi mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul,

mengangkat kedua al;is berbarengan, menggembungkan pipi.

- Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear)

Dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber test

dan rhinne test

- Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus)

Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang

faring menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring. Periksa

aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit,

observasi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran

pita suara saat klien berbicara.


- Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris)

Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua

bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan.

- Fugsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus)

Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan,

observasi kesimetrisan gerakan lidah

c) Fungsi Motorik

Kaji cara berjalan dan keseimbangan  dengan mengobservasi cara

berjalan, kemudahan berjalan, dan koordinasi gerakan tangan dan kaki.

d) Fungsi Sensorik

Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada

bagian tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas,

tumpul dan tajam, suhu, getaran.

e) Fungsi Refleks

- Biseps: pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi

otot biseps (fleksi siku)

- Triseps: pukulkan refleks hammer pada prosesus olekranon,

observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku).

- Patelar: pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot

quadriceps.

f) Pemeriksaan GCS dan Refleks

- Compos Mentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya.
- Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

- Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

- Somnolen (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat

pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,

mampu memberi jawaban verbal.

- Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri.

- Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon

terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek

muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

2.11.2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

peningkatan TIK

2. Resiko cidera berhubungan dengan kejang

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri kepala

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual muntah

5. Kecemasan berhubungan dengan kurang nya informasi tentang prosedur


2.11.3. INTERVENSI

SDKI SIKI SLKI

ASUHAN KEPERAWATAN
SIKI: SLKI:
DENGAN PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF (D.0009) Perfusi Perifer Meningkat (L.02011)
- MANAJEMEN SENSASI PERIFER (I.
- DEFINISI 06195)
Penurunan sirkulasi darah pada Observasi
level kapiler yang dapat Identifikasi penyebab perubahan sensasi
mengganggu metabolisme tubuh. Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian
PENYEBAB
Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
Hiperglikemia Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
Penurunan konsentrasi hemoglobin Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi
Penurunan tekanan darah dan tekstur benda
Kekurangan volume cairan Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
Penurunan aliran arteri dan/atau Monitor perubahan kulit
vena Monitor adanya tromboflebitis dan
Kurang terpapar informasi tentang tromboemboli vena
factor pemberat (mis. Merokok, Terapeutik
gaya hidup monoton, trauma, Hindari pemakaian benda-benda yang
obesitas, asupan garam, imobilitas)
berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
Kurang terpapar informasi tentang
proses penyakit (mis. Diabetes Edukasi
mellitus, hyperlipidemia) Anjurkan penggunaan termometer untuk
Kurang aktivitas fisik menguji suhu air
Anjurkan penggunaan sarung tangan termal
saat memasak
Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika
perlu

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN NYERI (I. 08238) TINGKAT NYERI MENURUN (L.08066)
NYERI AKUT (D.0077) Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
DEFINISI kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau Identifikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan dengan Identifikasi respon nyeri non verbal
kerusakan jaringan aktual atau Identifikasi faktor yang memperberat dan
fungsional, dengan onset
memperingan nyeri
mendadak atau lambat dan
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 tentang nyeri
bulan. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
PENYEBAB nyeri
Agen pencedera fisiologis (mis. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
Inflamasi, iskemia, neoplasma) hidup
Agen pencedra kimiawi (mis. Monitor keberhasilan terapi komplementer
Terbakar, bahan kimia iritan) yang sudah diberikan
Agen pencidra fisik (mis. Abses, Monitor efek samping penggunaan analgetik
trauma, amputasi, terbakar, Terapeutik
terpotong, mengangkat
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
berat,prosedur operasi,trauma,
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
latihan fisik berlebihan
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

D.0136 – Risiko Cedera


Kategori: Lingkungan
I.14542 – Pencegahan Kejang
Subkategori: Keamanan dan Resiko cidera menurun
1. Observasi
Proteksi
- Memonitor status neurologis
Definisi: Beresiko menga-lami
- Memonitor tanda-tanda vital
bahaya atau kerusakan fisik
2. Terapeutik
yang menyebab-kan seseorang
- Membaringkan pasien agar tidak terjatuh
tidak lagi dalam kondisi baik
- Merendahkan ketinggian tempat tidur
- Memasang side-rail tempat tidur
- Memberikan alas empuk di bawah kepala,
jika memungkinkan
- Menjauhkan benda-benda berbahaya
terutama benda tajam
- Menyediakan suction di samping tempat
tidur
3. Edukasi
- Menganjurkan segera melapor jika
merasakan aura
- Menganjurkan keluarga pertolongan pertama
pada kejang
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasikan pemberian
antikonvulsan, jika perlu
-

-
K
2.11.4. Implementasi

Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan

data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana

yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat

dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau

keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.

2.11.5. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi

dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa

dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan

rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan

3.1.1 Pengkajian

I. Identitas Klien

Nama/intial : Ny. S No.MR : 442594

Umur : 16 th Ruang Rawat : Interne Wanita

Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Masuk : 15-06-2016

Status : Siswi Tgl Pengkajian : 22-06-2016

Agama : Islam

Pekerjaan : Siswi

Pendidikan : SMA

Alamat : Padang Gelanggang

Penanggung Jawab

Nama : Ny.R

Umur : 38 th

Hub Keluarga : Ibu Kandung

Pekerjaan : IRT
II. Alasan Masuk

Klien masuk IGD RSAM Bukittinggi pada tanggal 15 Juni 2016 jam

06.00 WIB dengan keluhan kejang, pandangan kabur, mual (-) muntah

(+), TD: 130/80 mmHg N: 85 x/i P: 24x/i S:36,6oc

III. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Juni 2016 jam 09.30 WIB

keluarga klien mengatakan kepala klien terasa sakit skala nyeri 4

frekwensi 1 kali ± 5 menit, keluarga mengatakan klien susah

mendengar karna pendengaran kurang baik, Keluarga mengatakan

cemas dan takut dengan keadaan anak nya, keluarga mengatakan

tidak tau dengan kondisi anaknya, keluarga mengatakan selama 7

hari di rs klien belum ada cuci rambut, keluarga mengatakan kepala

klien banyak kutu, keluarga mengatakan rambut klien kusam dan

berketombe, keluarga mengatakan klien menggaruk-garuk kepala,

keluarga mengatakan badan klien terasa sakit, keluarga mengatakan

klien selama 7 hari di RS aktifitas klien di atas tempat tidur.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit yang

sama sekitar 9 hari yang lalu tahun 2016 di ruangan THT dengan

keluhan teliga berair , pandangan kabur, dan klien tidak ada riwayat

kejang dari kecil. Hasil pengobatan klien sehat tapi pendengaran

masih kurang baik.


c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita

penyakit yang sama dengan klien, maupun penyakit menular lainnya.

Genogram :

Klien dengan
space
occupying
lession (SOL)
16 tahun

Ket :

: Meninggal

: Perempuan

: Laki-Laki

: Tinggal serumah

: Klien

IV. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran: Composmentis

GCS : E4 M6 V5 = 15

Tanda Vital

Suhu : 36,3oc Pernapasan : 20x/m

Nadi : 80x/m TD : 110/70 mmHg


Head to Toe

1. Kepala

- Rambut

Konsistensi rambut tebal dan keriting, keadaan rambut kasar, rambut

kotor/kusam ada ketombe dan berkutu, tidak ada lesi.

- Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik,

diameter pupil isokor 2/2mm, fungsi penglihatan baik, tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Reflek pupil terhadap cahaya

normal pupil mengecil saat di lakukan reflek cahaya.

- Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada seckret, tidak ada

peradangan pada hidung, tidak ada cuping hidung, penciuman baik.

- Mulut dan Gigi

Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan, tidak memakai gigi palsu,

tidak ada perdarahan, gigi lengkap, tidak ada caries.

- Telinga

Pendengaran klien kurang baik, Komunikasi terhambat jadi perlu

melibatkan keluarga. Pada pemeriksaan garpu tala di kiri terdengar lebih

keras, teliga lengkap.

2. Leher

Simetris kiri dan kanan, tidak tampak pembembesaran vena jugularis dan

kelenjar tyroid, reflek menelan baik.


3. Thorak

- Paru-paru

I : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama, tidak

memakai alat bantu pernapasan frekwensi pernafasan 20x/i

P : tidak ada nyeri tekan, vocal vremitus dalam intensitas getaran

yang sama antara paru kanan dan paru kiri

P : Sonor kedua lapang dada

A :Suara nafas vesikuler

- Jantung

I : Simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak tampak

P :Ictus cordis teraba pada intercostal V, linea medioclavicularis kiri

P : Bunyi perkusi redup

A :BJ1 BJ2 Normal, tidak ada suara jantung tambahan

4. Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, bentuk perut datar, warna kulit sawo matang,

tidak ada bekas luka, tidak asites

A : Bising usus 8x/m, irama reguler

P : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba massa.

P : Tympani

5. Punggung

Simetris, tidak ada pembengkakan pada punggung dan tidak ada bekas

luka pada punggung.

6. Ekstremitas

Atas

Tangan kanan klien terpasang infus RL 20 tts/m


Bawah

Tidak terdapat luka dan tidak ada kelemahan

Kekuatan Otot

5555 5555

5555 5555

7. Genitalia

Klien tidak terpasang kateter, dan tidak ada kelainan pada genetalia

8. Integumen

Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kapila refil 2 detik, tidak

terdapat adanya lesi.

9. Reflek

Bisep : +/-

Trisep : +/-

Patela : +/-

10. Nervus

a. N I (Nerfus olfaktorius)

Tidak ada terdapat kelainan pada penciuman klien, klien masih

bisa membedakan antara bau kopi dan teh, ataupun lainnya.

b. N II (Nerfus Opticus)

Klien bisa melihat dengan jelas, Reflek pupil terhadap cahaya normal

pupil mengecil saat di lakukan reflek cahaya.

c. N III, IV,VI (Nerfus Okulomotorius, toklear, Abdusen)

Klien tidak ada oedema kelopak mata , pergerakan bola mata

aktif (mampu melihat keatas, miring kiri dan kanan atas dan

bawah , serta reaksi pupil terhadap cahaya ada.


d. N.V(Trigeminus)

Klien ada respon saat ada nya sentuhan , contoh: dapat merasakan

gigitan nyamuk d bagian wajah, pada pemeriksaan babinskyie

terdapat respon.

e. N.VII (Fasialis)

Untuk motorik klien dapat dilihat dengan menaikkan kedua alis

secara bersamaan, serta simetris kiri dan kanan.

f. N.VIII ( Vestibulotoklear/Auditorius)

Pendengaran klien kurang baik pada bagian sebelah kanan.

g. N.IX.X(Glasofaringeus dan fagus)

Klien bicara dengan jelas dan bisa di mengerti, klien dapat menelan

dengan baik.

h. N.XI(Acsesorius)

Klien bisa menoleh kekanan dan kekiri.

i. N.XII(Hipoglosus)

Klien mampu menggerakkan lidah dan kekuatan otot baik.

11. Pemeriksaan motorik

1. Ukuran otot

Lengan kiri 23cm

Lengan kanan 23cm

2. Tonus otot

Spasticity tidak ada kekakuan


3. Kekuatan otot

5555 5555

5555 5555

12. Pemeriksaan postur dan gait

klien berdiri dengan postur tubuh normal, tegap dan lurus, berjalan

dengan normal tidak tremor, klien berjalan dengan menapak kan kedua

telapak kaki dan tidak berjinjit.

13. Pemeriksaan sensorik

Skor fungsi sensorik : 2

Pasien merespon terhadap rangsahan sentuhan, suara, suhu dan rasa sakit.
V. DATA BIOLOGIS

No AKTIVITAS SEHAT SAKIT

1 Makanan dan Minuman/Nutrisi


Makan
- Jenis Makanan biasa Makanan lunak
- Menu Nasi putih Nasi putih
- Frekwensi 3x1 3x1
- Porsi 1 Porsi 1 Porsi
- Makanan Kesukaan Nasi Nasi
- Pantangan Tidak ada Diluar diit RS
Minum
- Jumlah 4-6gelas/hari 7-8gelas/hari
- Minuman Kesukaan Air putih Air putih
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
Eleminasi
BAB
- Frekuensi 1x/hari 1x/hari
- Warna Kuning kecoklatan Kuningagakkehijauan
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Padat Padat
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAK
- Frekuensi 3-5x/hari 4-5x/hari
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Cair
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Istirahat dan Tidur
- Waktu tidur Jam 22.00 – 04.00 Jam 10.00-13.00
Jam 14.00-16.00
Jam 22.00-03.00
- Lama tidur 6 jam 9 jam
- Hal yang mempermudah tidur Tidak ada Tidak ada
- Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
Personal Hygiene
- Mandi 2x/hari Di lap keluarga
- Cuci rambut 2x/hari Belum ada
- Gosok gigi 2x/hari Belum ada
- Potong kuku 1x/minggu Belum ada

VI. Riwayat Alergi

Keluarga klien mengatakan klien tidak ada memiliki alergi terhadap obat-

obatan maupun makanan


VII. Data Psykologis

Keluarga mengatakan selama klien di rawat klien sama sekali tidak

mengeluh tentang penyakitnya dan klien tampak tenang.

VIII. Data Sosial Ekonomi

Keluarga mengatakan klien tinggal bersama anaknya dan keluarga

berpenghasilan menengah, hubungan klien dengan keluarga baik, klien di

rawat di RS di tanggung oleh BPJS.

IX. Data Spiritual

Selama sakit klien beribadah hanya berdo’a dikarenakan fisik lemah

dan keluarga klien yakin ALLAH SWT akan menyembuhkan

penyakitnya.

X. Data Penunjang

Hasil Laboratorium

18/06-2016

Nilai Normal

Gula darah puasa : 56 mg/dl 100mg/dl

Kalium : 4,0 g {Meq/dl} 3,5 - 5,5 g {Meq/dl}

Hgb : 11,5 {g/dl} pria : 13,0 - 16,0

wanita : 12,0 - 14,0

Rbc : 4,60 {10^6/uL} Pria : 4,5 - 5,5

Wanita : 4,0 - 5,0

Hct : 33,4 {%} Pria : 40,0 - 48,0

Wanita : 37,0 - 43,0

Wbc : 10,47 {10^3/uL} 5,0 – 10,0 {10^3/uL}

EO% : 0,1 % 1–3%


MUT% : 83,2% 50 – 70 %

LYMPH% : 12,7% 20 – 40 %

Pemeriksaan Labor Patologi

Tgl 11-5-2016

Hasil : dalam sediaan apus FNAB nodul regio coli dextra ukuran 2x1 cm,

kenyal-padat, mobile, aspirat sedikit darah.

Mikrospik tampak sebaran dan kelompokan sel-sel limfosit, sel plasma,

epithelioid, histiosit.

Tampak juga adanya sel-sel limfoid dengan latar belakang eritrosit.

XI. Data Pengobatan

Oral

- Asam folat 1x1tab (06.00-12.00)

Kegunaan asam folat adalah tablet suplemen yang mengandung kadar

Vitamin tertentu yang secara medis mempunyai khasiat, fungsi dan

kegunaan untuk membantu meningkatkan peluang untuk hamil.

Efek samping : Sejauh ini, asam folat adalah vitamin yang larut dalam

air, jumlah berlebih sering flush dengan urin dan tinja. Namun,

konsumsi senyawa vitamin ini bisa berbahaya jika diambil untuk

waktu yang lama. Beberapa efek samping yang umum dari asam folat

adalah yang berikut : Kekurangan zinc, Masalah pencernaan seperti

mual, Kelelahan, Sulit tidur atau insomnia, Ruam pada kulit, Mati rasa

di lidah atau mulut, Sifat lekas marah


- Phenitoin Cap 2x1tab (00.00-06.00)

Kegunaan Phenytoin untuk mencegah dan mengontrol kejang (juga

disebut antikonvulsan atau obat antiepilepsi). Ia bekerja dengan

mengurangi penyebaran aktivitas kejang di otak.

Efek samping : mual, muntah, berkeringat, gatal-gatal, gatal, kesulitan

bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, atau

merasa seperti Anda akan pingsan

Infus

- RL 20 tts/menit

Indikasi : mengembalikan keseimbangan nurisi

Efek samping : reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya

atau cara pemberiannya termasuk timbulnya panas, infeksi pada

tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari

tempat penyuntikan.

- Infus PCT (Kapan perlu)

Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia.

Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-

benar tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas.

Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas, bila suhu

tubuh lebih besar dari 38.5 °C (101,3 °F).

Efek samping : pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah.

Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi, paracetamol diketahui

meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.


- Infus Levo 1x1 (12.00-18.00)

Indikasi : levofloksasina (levofloxacin) digunakan untuk infeksi

maksilaris sinusitis akut, eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronik,

pneumonia komunitas, kulit dan struktur kulit yang kompleks, infeksi

saluran kemih, pieloneritis dan infeksi lain yang disebabkan kuman

peka terhadap levofloksasina (levofloxacin).

efek samping : yang paling umum seperti gangguan gastrointestinal :

mual, muntah, dan sembelit.

- Infus Metilprednisolan 2x62,5 (00.00-06.00) – (12.00-18.00)

Indikasi : Sebagai obat anti peradangan, methylprednisolone bekerja

dengan mencegah jaringan merespon proses inflamasi dan

menghambat bertumbuhnya jumlah sel yang terinflamasi.

Efek samping : menimbulkan rasa mual dan bisa muntah, nyeri pada

ulu hati, gangguan pencernaan, merasa lemah dan capek,

mengeluarkan keringat yang lebih banyak meskipun tidak melakukan

aktivitas berat, mood buruk atau uring-uringan, mudah cemas dan sulit

tidur, menyebabkan haid tidak teratur dan menaikkan berat badan.


XII. Data Fokus

a. Data Subjektif

- Keluarga klien mengatakan kepala klien tersa sakit

- Klien hanya istirahat di tempat tidur

- Keluarga klien mengatakan pendengaran klien kurang baik

- Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah

sakit yang

sama hari yg lalu karna teliga berair

- Keluarga klien mengatakan cemas dan takut dg keadaan anak nya

- Keluarga klien mengatakan tidak tau dg kondisi anak nya

- Keluarga klien mengatakan selama 7 hari di RS belum ada

Keramas

- Keluarga klien mengatakan kepala klien banyak kutu

- Keluarga klien mengatakan badan klien terasa sakit

- Keluarga klien mengatakan klien selama 7 hari di RS aktifitas klien

hanya di tempat tidur.

b. Data Objektif

- Klien tampak mengeluh sakit kepala

- Mukosa bibir klien kering

- Klien tampak lemah dan lesu

- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ± 5 menit

- Kekuata otot

5555 5555

5555 5555
- Klien tampak lemah dan lesu

- Klien tampak susah tidur

- Klien banyak bertanya tentang penyakit anak nya

- Kesadaran Composmetis

- Suhu : 36,3oc

- Pernapasan : 20x/m

- Nadi : 80x/m

- TD : 110/70 mmHg

- Rambut klien kotor dan berbau

- Klien tampak mengaruk kepalanya

- Kepala klien tampak banyak kutu

- Aktifitas klien tampak di bantu keluarga

- Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur

- Klien hanya berjalan bila hanya ke kamar kecil

- Kalium : 4,0 g {Meq/dl}

- Hgb : 11,5 {g/dl}

- Rbc : 4,60 {10^6/uL}

- Hct : 33,4 {%}

- Wbc : 10,47 {10^3/uL}

- Infus RL 20 tts/i

- Infus PCT (Kapan perlu)

- Infus Levo 1x1

- Infus Metilprednisolan 2x62,5

- Asam folat 1x1 tab

- Phenitoin Cap 2x1 tab


ANALISA DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Nyeri Injury neurologis


- Keluarga klien mengatakan
kepala klien tersa sakit
- Klien hanya istirahat di tempat
tidur
- Keluarga klien mengatakan
pendengaran klien kurang baik

DO :
- Klien tampak mengeluh sakit
kepala
- Mukosa bibir klien kering
- Klien tampak lemah dan lesu
- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ±
5 menit
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,3oc
- Pernapasan : 20x/m
- Nadi : 80x/m
- TD : 110/70 mmHg
- Infus PCT
2. DS : Cemas Kurangnya
- Keluarga klien mengatakan pengetahuan
cemas dan takut dg keadaan
anak nya
- Keluarga klien mengatakan
tidak tau dg kondisi anak nya

DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak susah tidur
- Klien banyak bertanya tentang
penyakit anak nya

3. DS : Defisit perawatan Kurang nya


- Keluarga klien mengatakan diri motivasi
selama 7 hari di RS belum ada
Keramas
- Keluarga klien mengatakan
kepala klien banyak kutu
DO :
- Rambut klien tampak kotor
- Klien tampak mengaruk
kepalanya

- Kepala Klien tampak banyak


kutu

DS: Intoleransi aktifitas Kelemahan


- Keluarga klien mengatakan
badan klien terasa sakit
- Keluarga klien mengatakan
klien selama 7 hari di RS
aktifitas hanya di tempat tidur.

DO:
- Aktifitas klien tampak di bantu
keluarga
- Klien tampak hanya berbaring di
tempat tidur
- Klien hanya berjalan bila hanya
ke kamar kecil

3.1.2. Diagnosa Keperawatan

Daftar diagnosa keperawatan yang muncul

1. Nyeri berhubungan dengan injury neurologis

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

Prioritas masalah keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan injury neurologis

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


3.1.3 Intervensi Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Rabu / Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam - Monitor kepuasan pasien
22 Juni 2016 injury neurologis nyeri teratasi dengan kriteria hasil: terhadap manajemen nyeri
- Tidak ada gangguan konsentrasi - Tingkatkan istirahat dan
- Tidak ada gangguan hubungan tidur yang adekuat
interpersonal - Kelola anti analgetik
- Tidak ada ekspresi menahan nyeri - Jelaskan pada pasien
dan ungkapan secara verbal penyebab nyeri
- Lakukan tehnik
nonfarmakologis
(relaksasi, masase
punggung)

2. Rabu / Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam Anxiety Reduction (penurunan
22 Juni 2016 kurangnya pengetahuan kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: kecemasan)
- Klien mampu mengidentifikasi dan - Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala cemas dan apa yang dirasakan
- Mengidentifikasi, mengungkapkan selama prosedur
dan menunjukkan tehnik untuk - Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan
- Vital sign dalam batas normal dan mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah, - Berikan informasi faktual
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas mengenai diagnosis,
menunjukkan berkurangnya tindakan prognosis
kecemasan - Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
- Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
3. Rabu / Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Self Care assistane : ADLs
22 Juni 2016 berhubungan dengan selama 3x24 jam Defisit perawatan diri - Monitor kemempuan
kurangnya motivasi teratasi dengan kriteria hasil: klien untuk perawatan diri
- Klien terbebas dari bau badan yang mandiri.
- Menyatakan kenyamanan terhadap - Monitor kebutuhan klien
kemampuan untuk melakukan untuk alat-alat bantu
ADLs untuk kebersihan diri,
- Dapat melakukan ADLS dengan berpakaian, berhias,
bantuan toileting dan makan.
- Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
- Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
- Ajarkan keluarga untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
4 Rabu / Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi adanya
22 Juni 2016 berhubungan dengan selama 3x24 jam intoleransi pasien teratasi pembatasan klien dalam
kelemahan dengan kriteria hasil: melakukan aktivitas
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Monitor nutrisi dan
tanpa disertai peningkatan tekanan sumber energi yang
darah, nadi dan RR adekuat
- Mampu melakukan aktivitas sehari - Monitor pola tidur dan
hari (ADLs) secaramandiri lamanya tidur/istirahat
- Keseimbangan aktivitas dan pasien
istirahat - Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
3.1.4 Catatan Perkembangan

Hari /
No Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Rabu / 1 10.00 - Memonitor kepuasan pasien terhadap 10.00 S :
22/6/2016 manajemen nyeri - Keluarga klien mengatakan
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang kepala klien masih terasa sakit
adekuat - Klien hanya istirahat di tempat
- Mengelola anti analgetik : Asam folat tidur selama 3 jam
1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab - Keluarga klien mengatakan
- Menjelaskan pada pasien penyebab pendengaran klien masih kurang
11.00 nyeri baik
- Melakukan tehnik nonfarmakologis
(relaksasi, masase punggung) O:
- Klien tampak mengeluh sakit
kepala
- Mukosa bibir klien kering
- Klien tampak lemah dan lesu
- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ± 5
menit
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,3oc
- Pernapasan : 20x/m
- Nadi : 80x/m
- TD : 110/70 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
2. Rabu / 2 11.00 - Menjelaskan semua prosedur dan apa 11.00 S :
22/6/2016 yang dirasakan selama prosedur - Keluarga klien mengatakan
- Menemani pasien untuk memberikan masih cemas dan takut dg
keamanan dan mengurangi takut keadaan anak nya
- Memberikan informasi faktual - Keluarga klien mengatakan
mengenai diagnosis, tindakan masih tidak tau dg kondisi anak
prognosis nya
- Melibatkan keluarga untuk
mendampingi klien O:
- Menginstruksikan pada pasien untuk - Klien tampak lesu
12.00 menggunakan tehnik relaksasi - Klien tampak susah tidur
- Mendorong pasien untuk - Klien banyak bertanya tentang
mengungkapkan perasaan, ketakutan, penyakit anak nya
persepsi A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan

3. Rabu / 3 12.00 - Memonitor kemempuan klien untuk 12.00 S :


22/6/2016 perawatan diri yang mandiri seperti - Keluarga klien mengatakan
gosok gigi rambut anak nya masih sedikit
- Memonitor kebutuhan klien untuk alat- kotor dan berbau
alat bantu untuk kebersihan diri, - Keluarga klien mengatakan
berpakaian, berhias, toileting dan kepala klien masih berkutu
makan. O:
- Mendorong klien untuk melakukan - Rambut klien tampak masih
aktivitas sehari-hari yang normal kotor dan berbau
sesuai kemampuan yang dimiliki - Klien tampak mengaruk
seperti berjalan kepalanya
- Mendorong untuk melakukan secara - Kepala klien tampak banyak
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien kutu
tidak mampu melakukannya. A : Masalah belum teratasi
- Mengajarkan keluarga untuk P : Intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
13.00 mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
- Memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.

4 Rabu / 4 13.00 - Mengobservasi adanya pembatasan 13.00 S:


22/6/2016 klien dalam melakukan aktivitas - Keluarga klien mengatakan
- Memonitor nutrisi dan sumber energi badan masih terasa sakit
yang adekuat - Keluarga klien mengatakan
- Memonitor pola tidur dan lamanya klien masih belum ada
tidur/istirahat pasien beraktifitas aktifitas hanya di
- Membantu klien untuk tempat tidur.
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan seperti duduk dan O:
makan sendiri - Aktifitas klien tampak di bantu
14.00 - Membantu pasien/keluarga untuk keluarga
mengidentifikasi kekurangan dalam - Klien tampak hanya berbaring
beraktivitas di tempat tidur
- Klien hanya berjalan bila hanya
ke kamar kecil
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
Hari /
No Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Kamis / 1 09.00 - Memonitor kepuasan pasien terhadap 09.00 S :
23/6/2016 manajemen nyeri - Keluarga klien mengatakan
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang kepala klien masih terasa sakit
adekuat - Kel mengatakan klien hanya
- Mengelola anti analgetik : Asam folat istirahat di tempat tidur
1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab - Keluarga klien mengatakan
09.30 - Menjelaskan pada pasien penyebab pendengaran klien masih kurang
nyeri baik
- Melakukan tehnik nonfarmakologis O:
(relaksasi, masase punggung) - Klien tampak mengeluh sakit
kepala
- Mukosa bibir klien tampak
kering
- Klien tampak lemah dan lesu
- Skala nyeri 3 frekwensi 1 kali ± 3
menit
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,6oc
- Pernapasan : 22x/m
- Nadi : 78x/m
- TD : 120/80 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5 dilanjutkan

2. Kamis / 2 10.00 - Menjelaskan semua prosedur dan apa 10.00 S :


23/6/2016 yang dirasakan selama prosedur - Keluarga klien mengatakan
- Menemani pasien untuk memberikan masih cemas dg keadaan anak
keamanan dan mengurangi takut nya
- Melibatkan keluarga untuk - Keluarga klien mengatakan sudah
mendampingi klien tau dg kondisi anak nya
10.30 - Menginstruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi O:
- Klien masih tampak lesu
- Klien tampak sudah tidak susah
tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3 dilanjutkan

3. Kamis / 3 11.00 - Memonitor kemempuan klien untuk 11.00 S :


23/6/2016 perawatan diri yang mandiri. - Keluarga klien mengatakan
- Mengajarkan keluarga untuk sekarang rambut klien sudah
mendorong kemandirian, untuk tidak kotor lagi
memberikan bantuan hanya jika pasien - Keluarga klien mengatakan
tidak mampu untuk melakukannya. kepala klien masih sedikit
11.30 - Memberikan aktivitas rutin sehari- hari berkutu
sesuai kemampuan. O:
- Klien klien tampak sudah bersih
- Rambut klien tidak kotor dan
tidak berbau
- Klien masih banyak kutu
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3 dilanjutkan

4 Kamis / 4 12.00 - Observasi adanya pembatasan klien 12.00 S:


23/6/2016 dalam melakukan aktivitas - Keluarga klien mengatakan
- Monitor nutrisi dan sumber energi badan masih sedikit sakit
yang adekuat - Keluarga klien mengatakan
- Monitor pola tidur dan lamanya klien sudah sedikit-sedikit
tidur/istirahat pasien beraktifitas
- Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam O:
12.30 merencanakan progran terapi yang - Aktifitas klien tampak di bantu
tepat. keluarga bila di perlukan
- Bantu klien untuk mengidentifikasi - Klien sudah bisa duduk dan
aktivitas yang mampu dilakukan berdiri tanpa di bantu
- Bantu pasien/keluarga untuk A : Masalah belum teratasi
mengidentifikasi kekurangan dalam P : Intervensi 1,3,4 dilanjutkan
beraktivitas

Hari /
No Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Jum’at / 1 08.00 - Memonitor kepuasan pasien terhadap 08.00 S :
24/6/2016 manajemen nyeri - Keluarga klien mengatakan
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang kepala klien sudah tidak terasa
adekuat sakit
- Mengelola anti analgetik : Asam folat - Kel mengatakan klien hanya
1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab istirahat di tempat tidur
08.30 - Menjelaskan pada pasien penyebab - Keluarga klien mengatakan
nyeri pendengaran klien masih kurang
- Melakukan tehnik nonfarmakologis baik
(relaksasi, masase punggung) O:
- Klien tampak istirahat
- Mukosa bibir klien tampak
lembab
- Skala nyeri 0
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,0oc
- Pernapasan : 18x/m
- Nadi : 83x/m
- TD : 120/70 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4 dilanjutkan

2. Jum’at / 2 10.00 - Menjelaskan semua prosedur dan apa 10.00 S :


24/6/2016 yang dirasakan selama prosedur - Keluarga klien mengatakan sudah
- Menemani pasien untuk memberikan tidak cemas dg keadaan anak nya
keamanan dan mengurangi takut O:
10.30 - Melibatkan keluarga untuk - Klien masih tampak istirahat
mendampingi klien - Klien tampak sudah ceria
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3. Jum’at / 3 11.00 - Memonitor kemempuan klien untuk 11.00 S :


24/6/2016 perawatan diri yang mandiri. - Keluarga klien mengatakan
- Mengajarkan keluarga untuk sekarang rambut klien sudah
mendorong kemandirian, untuk tidak kotor lagi
memberikan bantuan hanya jika pasien - Keluarga klien mengatakan
tidak mampu untuk melakukannya. kutu klien sudah berkurang
11.30 - Memberikan aktivitas rutin sehari- hari O:
sesuai kemampuan. - Klien klien tampak sudah bersih
- Rambut klien tidak kotor dan
berbau
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

4 Jum’at / 4 12.00 - Observasi adanya pembatasan klien 12.00 S:


24/6/2016 dalam melakukan aktivitas - Keluarga klien mengatakan
- Monitor nutrisi dan sumber energi badan klien sudah tidak sakit
yang adekuat lagi
- Monitor pola tidur dan lamanya - Keluarga klien mengatakan
tidur/istirahat pasien klien sudah beraktifitas sendiri
- Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam O:
12.30 merencanakan progran terapi yang - Aktifitas klien mandiri
tepat. - Klien sudah bisa duduk dan
- Bantu klien untuk mengidentifikasi berdiri tanpa di bantu
aktivitas yang mampu dilakukan A : Masalah belum teratasi
- Bantu pasien/keluarga untuk P : Intervensi dihentikan
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
1. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak.

Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi benigna dan maligna Tumor otak dapat

terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompk umur. Tumor otak

dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.

2. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian ringan, kelemahan

otot wajah, kelemahan ekstrimitas bawah, kejang, gangguan penglihatan, dan nyeri

kepala.

3. Komplikasi yang terjadi pada SOL adalah edema serebral, tekanan intrakranial

meningkat, herniasi otak, hidrosefalus, kejang dan metastase ketempat lain.

4. Penatalaksanaannya yaitu terapi radiasi, kemoterapi, prosedur pembedahan otak,

laser karbondioksida, transplantasi tulang sumsum dan implantasi radioisotop.

5. Pengalaman nyata yang penulis dapatkan dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada klien dengan SOL adalah adanya kesamaan antara tinjauan teori dan tinjauan

kasus.

6. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, penulis menemui beberapa

hambatan – hambatan seperti dalam melakukan implementasi dan intervensi pada

klien ternyata sesuai dengan teori yang ada, yang dapat menyembuhkan penyakit

tersebut di dalam evaluasi yang telah di lakukan sehingga masalah dapat di atasi

melalui pendekatan proses keperawatan.

5.2. SARAN

5.2.1. Instansi atau Rumah sakit


Untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghindari bakteri nasokomial pada klien,

sebaiknya pihak rumah sakit lebih memperhatikan kebersihan dan mencuci tangan

sebelum dan setelah melakukan tindakan keperawatan.

5.2.2. Ilmu atau Profesi Keperawatan

a. Belajar dalam memahami secara teoritis dan praktek dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan spece occupying lession

b. Bagi perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL agar dapat memberikan

asuhan keperawatan yang profesional dan benar sehingga meningkatkan kemungkinan

kesembuhan pasien

5.2.3. Bagi keluarga

Di harapkan keluarga dapat memberikan dorongan kepada pasien agar dapat cepat

sembuh dan Diharapkan keluarga mampu memelihara dan merawat anggota keluarga

yang sakit dan memberikan perhatian terhadap anggota tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar(2010).SOL Intracranial BABIIhttp://www.academia.edu/9672540/

SOL_intrakranial_BAB-II

Doenges, (2004). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC

Ejaz butt (2005). Keperawatan neurologi. Diakses tanggal 15 Oktober 2005. Online
Ginsberg lionel(2003).classification. USA: Willey Blackwell

Guyton(2007). Neurologi Klinik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Mardjono(2008). Keperawatan neurologi Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta : Salemba Medika.

Ngatisyah(2006). Faktor resiko SOL. Jakarta : EGC.

Price (2005). Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit. (Ed. 4). Jakarta: EGC

satyanegara(2010). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan . Jakarta : EGC.

Sudarth, brunner(2003). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta : Salemba Medika.

Sudarth, brunner(2001). patofisiologi 2nd. USA : Mosby

Widjoesno(2009). Penuntun Neurologi. Tangerang : Bina Rupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai