Anda di halaman 1dari 45

Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN KASUS SOL (SPACE OCCUPYING LESION)

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN
OLEH:

VIA ULTIMA FHONNA


19175044

KEPERAWATAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2020

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KASUS DENGAN SOL (SPACE OCCUPYING LESION) DI KELAS
DARING PROGRAM PROFESI NERS – FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA TAHUN 2020

PEMBIMBING KLINIK (CI) PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Syarifah Nurfida, S.Kep Ns. Iskandar, M.Kep


NIP. 05220076165 NIDN.1313038801

KOORDINATOR STASE

Ns. Riyan Mulfianda, M.Kep


NIDN. 1310109001

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SOL (SPACE OCCUPYING LESION)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma,
infark, abses otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor
susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah
semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang
berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel
penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca, 2008: 84).
Tumor intrakranial atau yang juga dikenal dengan tumor otak, ialah massa
abnormal dari jaringan di dalam kranium, dimana sel-sel tumbuh dan membelah dengan
tidak dapat dikendalikan oleh mekanisme yang mengontrol sel-sel normal. Tumor otak
primer mencakup tumor yang berasal dari sel-sel otak, selaput otak (meninges), saraf,
atau kelenjar (Dorland 2015)
Terdapat lebih dari 150 jenis tumor intrakranial yang telah ditemukan, namun
menurut asalnya, tumor intrakranial atau tumor otak dikelompokan menjadi tumor primer
dan tumor sekunder. Tumor otak sekunder merupakan tumor yang berasal dari tumor
ganas jaringan tubuh lain. (University of Pittsburgh 2014)
Berdasarkan lokasi tumor, terdapat dua jenis utama tumor intrakranial, yaitu
tumor supratentorial dan infratentorial (Harsono, 2015). Tumor intrakranial termasuk
dalam lesi desak ruang (space occupied lession). Space occupied lession (SOL) ialah lesi
fisik substansial, seperti neoplasma, perdarahan, atau granuloma, yang menempati ruang
(Price 2012)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-
lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena
mengalami kompresi, dangan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal
mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan
peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan
volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.

B. Etiologi
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan
ketujuh. faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu
(Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa
dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam timbulnya tumor, penyakit sklerosis TB
dan penyakit neurofibomatosis. Penyebab lain seperti: Riwayat trauma kepala, Faktor
genetik, Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi
imunologi, Congenital.
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidak normalan sensori
dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian
berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
a. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah
laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak
teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
b. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongan
dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata
berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
c. Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang
terletak pada satu sisi.
d. Tumor lobus frontal

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah
laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak
teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan
gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering
adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastase
serebral dari bagian luar.
f. Tumor sudut cerebelopointin
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul
dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak. ( Suddart, Brunner. 2003).

Gejala pertama :

a. Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yanga mengarah
terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII / vestibulochorlearis / oktavus)
b. Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cranial ke
V/trigemirus)
c. Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis)
d. Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi
motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)

C. Patofisiologi/ Pathway
1. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
2. Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal
3. Hidrosefalus
4. Gangguan fungsi hipofisis

Tumor intrakranial jinak memiliki efek yang membahayakan karena berkembang


didalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti
pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis,
nekrosis, dan proliferasi vaskular. Namun, metastasis kedaerah ekstrakranial jarang
terjadi.Gangguan neurologi pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor: gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal
terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja disfungsi terbesar
terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (yaitu glioblastoma multiforma).

Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan


nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi
sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebro vaskularprimer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh
beberapa faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan


mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami,
tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan
tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edeme
akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis keruangan
subaraknoid menimbulkan hidreosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah interkranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan
mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
terjadinya herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus tempuralis tergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Pada
herniasi serebelum, tonsil serebelum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi selain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah
beradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gagal nafas.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi
leukosit / melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu
dari fase awal terjadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupture
maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan
Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan Pasien. Gejala neurologic
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya
masa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor
akan mengambilkan ruang yang relative dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum
sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak
semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebro spinal dari vantrikel laseral keruang sub arachnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu
tidak bergun apabila tekanan intracranial timbulcepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial,
volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-selparenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum.herniasi
timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial
oleh massa dalam hemisterotak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


kesadaran da nmenekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser
kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior,( Suddart, Brunner. 2003).

Pathway

Tumor otak

Penekanan jaringan otak Bertambah nya massa

Invasi jaringan otak Nekrosis jar. otak Penyerapan cairan otak

Kerusakan jar. Neuron Gang.Suplai Hipoksia Obstruksi vena di otak


( Nyeri ) darah jaringan

Kejang Gang.Neurolog Gang.Fungsi Gang.Perfusi Oedema


isfokal otak jaringan

Defisit Disorientasi Peningkatan Hidrosefalus


neurologis TIK

 Aspirasi Resti.Cidera Perubanah


sekresi proses pikir
 Obs. Jln nafas
 Dispnea Bradikardi progresif, Bicara terganggu, Hernialis
 Hentinafas hipertensi sitemik, afasia ulkus
 Perubahan gang.pernafasan
polanafas

Ancaman Gang. Komunikasi Menisefalon


kematian verbal tekanan
Gang.Pertuka
ran gas
Cemas Mual, muntah, papil Gang.
eodema, pandangan kesadaran
kabur, penurunan
(Suddart, Brunner. 2003) Gang. Rasa
fungsi pendengaran,
nyaman
nyeri kepala

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a. Sakit kepala
b. Muntah
c. Papiledema
d. Gejala terlokalisasi (spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena)
2. Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi
tubuh (kejang jacksonian)
3. Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang Penglihatan
pada setengah lapang pandang , pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan
halusinasi penglihatan
4. Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
(gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
5. Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah
laku, disintegrasi perilaku mental., pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur
dan kurang merawat diri
6. Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan
atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
7. Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.( Sudarth & Burnner, 2003).

E. Komplikasi
Setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan imobilitas.
Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial.
Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan
dan prosedur yang diberikan, misalnya:
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor
pembedahan intrakranial, memfestasi klinik :
1. Perubahan visual dan verbal
2. Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala
3. Perubahan pupil
4. Kelemahan otot / paralysis
5. Perubahan pernafasan

F. Pemeriksaan penunjang
Penyelidikan diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai
dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang
mempergunakan teknik invasif dan yang lebih berbahaya.
1. Elektroensefalogram (EEG)
Elektroensefalogram (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak, dengan
meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan menempatkan
mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan pengkajian
fisiologis aktivasi serebral. Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai
perubahan kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intaserebral dapat dilihat pada
ekoensefalogram. Pencitraan radio memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lesion (SOL) maupun
oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif Muttaqin, 2011)
Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
2. Ekoensefalogram
Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
3. Foto rontgen polos
Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan untuk
mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama
dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi
diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada
hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL (space
occupying lesion). (Arif Muttaqin, 2011)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetik untuk
mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto magnetik (nucleus
hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet kecil di dalam medan magnet.
Setelah pemberian getaran radiofrekuensi, foto memancarkan sinyal-sinyal, yang
diubah menjadi bayangan. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan
abnormal serebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostik lainnya. MRI
dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia dalam sel, juga memberikan
informasi kepada dokter dalam memantau respons lesi terhadap pengobatan.
Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan
jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail anatomi
dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor kecil, ganas, atau sindrom infrak
dini. (Arif Muttaqin, 2011)
5. Computerized Tomografi (CT Scan)
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga
menderita Space Occupying Lesion (SOL). Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi
lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL), umumnya tampak sebagai lesi
abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya
kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya
karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata bila
pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras. Penilaian
CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL):
Tanda proses desak ruang:
a. Pendorongan struktur garis tengah otak
b. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
6. Angiografi serebral
Angiografi serebral adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x terhadap
sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikkan ke dalam arteri yang dipilih.
Angiografi serebral merupakan pilihan terakhir jika dengan pemeriksaan CT scan dan
MRI, diagnosis masih belum bisa ditegakkan. Angiografi memberi gambaran
pembuluh darah serebral dan letak tumor. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan
dengan memasukkan kateter melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


menuju pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan
langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke
dalam arteri brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2011)
7. Radiogram
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi selatursika.
8. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Space
Occupying Lesion (SOL) mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
9. Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi)
Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. (Suzanne
C.Smeltzer, 2013)

G. Penatalaksanaan
Modalitas pengobatan pada kanker secara umum terbagi dua, yaitu terapi lokal berupa
pembedahan dan radiasi, dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah
kemoterapi dengan sitotoksik, terapi hormonal, terapi biologi.
1. Pembedahan
a. Craniotomi
Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk membuka
tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak. Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI,
Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan
menurut Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk
menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Craniotomi adalah
Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang ada di otak.
Tujuan Craniotomi adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang paling umum
dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga dilakukan untuk
menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk mengendalikan perdarahan dari
pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma serebral), untuk memperbaiki

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


malformasi arteri venosa (koneksi abnormal dari pembuluh darah), untuk
menguras abses otak, untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak, untuk
melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak.
2. Radiotherapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar
diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke
seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya dilakukan sesudah
operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat
melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal
pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi
radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
Beberapa bentuk terapi radiasi:
a. Fraksinasi, Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama beberapa
minggu.
b. Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan
sehat di daerah tumor.
c. Hyperfractionation, Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali sehari,
bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari.

Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual,
muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi,
sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi)

3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen kimia yang
biasanya digunakan untuk terapi kanker. Dasar pengobatan yaitu perbedaan antara sel
kanker dan sel normal terhadap reaksi pengobatan sitostatika yang diberikan sendiri-
sendiri atau secara kombinasi. Perbedaan tersebut adalah perbedaan sifat biologis,
biokimia, reaksi farmakokinetik dan sifat proliferatif. Sebelum membahas mengenai
cara kerja masing-masing golongan obat antineoplasma, perlu diketahui dulu
hubungan kerja obat antineoplasma dengan siklus sel kanker. Sel tumor dapat berada
dalam 3 keadaan yaitu :
a. Yang sedang membelah (siklus proliferatif).
b. Yang dalam keadaan istirahat (tidak membelah, G0).
c. Yang secara permanen tidak membelah

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Sel tumor yang sedang membelah terdapat dalam beberapa fase yaitu :
a. fase mitosis (M)
b. fase pramitosis (G1)
c. fase sintesis DNA (S)
d. fase pascamitosis (G2) 1

Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan
saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dalam fase
pramitosis (G2) dengan ciri-ciri :

a. sel berbentuk tetraploid


b. mengandung DNA lebih banyak daripada sel fase lain
c. masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein

Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang secara
tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu sel dapat memasuki
interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi atau memasuki fase
istirahat (G0). Sel dalam fase G0 yang masih potensial untuk berproliferasi disebut sel
klonogenik atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah jumlah sel kanker adalah
sel dalam siklus proliferasi dan dalam fase G0 1.

Ditinjau dari siklus sel, obat dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
a. Yang memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase – fase tertentu dari siklus
sel (cell cycle specific), misalnya vinkristin, vinblastin, merkaptopurin,
metotreksat, asparaginase. Zat ini terbukti efektif terhadap kanker yang
berproliferasi tinggi misalnya kanker sel darah.
b. Zat cell cycle nonspecific, misalnya zat alkilator, antibiotik antikanker, sisplatin.
Perbedaan kerja tersebut lebih bersifat relatif daripada absolut karena banyak zat
yang tergolong cell cycle nonspecific lebih efektif terhadap sel yang berproliferasi
dan terhadap sel-sel yang sedang dalam fase tertentu siklusnya. Misalnya bila
DNA sel klonogenik yang telah teralkilasi diperbaiki sebelum sel memasuki fase
S, maka sel tersebut tidak dipengaruhi oleh zat alkilator.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Obat-obat untuk terapi kanker terdiri dari beberapa kelas obat, yaitu golongan
antibiotika, hormon, antimetabolit, alkaloid nabati / alkaloid vinka dan agen alkilasi 4.
Mekanisme kerja masing – masing golongan adalah sebagai berikut :

1) Alkilator (Agen Alkilasi) alkilasi DNA.


Cara kerja: melalui pembentukan ion karbonium yang sangat reaktif, yang
termasuk golongan alkilator adalah :
a) Mekloretamin
b) Siklofosfamid
c) Klorambusil
d) Busulfan
2) Antimetabolit
Cara kerja : menggantikan purin / pirimidin dalam pembentukan menghambat
sintesis DNA. Yang termasuk golongan nukleosida antimetabolit adalah :
a) Sitarabin
b) Metotreksat (MTX)
c) Merkaptopurin
3) Alkaloid Nabati (Alkaloid Vinka)
Cara kerja : berikatan dengan tubulin (komponen protein mikrotubulus), mitosis
terhenti yang merupakan bagian penting dari micotic spindle dalam metafase.
Yang termasuk golongan alkaloid nabati adalah :
a) Vinkristin
b) Vinblastin
4) Antibiotika
a) Daunorubisin dan Doksorubisin (Adriamisin)
Cara kerja :
1. Interkalasi dengan DNA -rantai DNA putus
2. Bereaksi dengan sitokrom p450 reduktase - reaksi dengan O2 –
menghasilkan radikal bebas -sel hancur
b) Aktinomisin-D (Daktinomisin)
Cara kerja :
1. Interkalasi antara guanin dan sitosin pada 2 rantai DNA (double stranded
DNA)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


2. Menghambat sintesis RNA yang dependen terhadap DNA (terutama
ribosomal DNA)
c) Bleomisin
Cara kerja : Membentuk kompleks dengan Fe - berikatan dengan DNA –
terbentuk radikal bebas - rantai DNA putus (single and double stranded) dan
sintesis DNA terhambat. Efek samping dari kemoterapi, antara lain: mual dan
muntah, sariawan, kehilangan nafsu makan, rambut rontok, dan banyak
lainnya. Untuk menangani efek samping dari kemoterapi, diskusikan hal ini
dengan dokter Anda. (Aru w. Sudoyo, 2006)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland Edisi ke-29. (2012). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
2. University of Pittsburgh. (2014). Types of Brain Tumors. Pittsburg: University of
Pittsburg.
3. Harsono.(2014). Buku ajar neurologi klinis. Djogjakarta: Perimpunan dokter spesialis
saraf Indonesia dengan Gadjah mada university press.
4. Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
5. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
6. Brunner & Suddarth (2003). Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
7. Batticaca, Fransisca. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
8. Muttaqin, Arif.(2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
9. Aru W.Sudoyo, B.S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol.III). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
10. Joswig, H., Brateli, D., Brunner, T., Jacomet A., Hildebrandt G., dan Surbeck, W..
(2016). Awake Craniotomy: First year experiences and patient perception. World
Neurosurgery. Elsevier Ltd.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ALAMAT : Jl. Blang Bintang Lama Km. 8,5 Telp 21569 Lampoh Keudee Aceh Besar – 23372

Nama Mahasiswa : Via Ultima Fhonna


NIM : 19175044

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 21 September 2020 Jam Masuk : 14.30 WIB


Tanggal Pengkajian : 26 September 2020 No. RM : 19187711
Jam Pengkajian : 09.30 WIB Diagnosa Masuk : SOL (Space Occupying Lesion)
Hari rawat ke :6

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Umur: 54Tahun
3. Suku/ Bangsa : Aceh/ Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Ulee Kareng, Banda Aceh
8. Sumber Biaya : JKA

KELUHAN UTAMA

Keluarga mengatakan Ny. A sulit menggerakkan kedua tangan dan kaki.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. A dibawa oleh keluarga kerumah sakit dengan kondisi kedua tangan dan kaki sulit
digerakkan. Ny.A Sudah terbaring dirumah dalam keadaan sakit sejak beberapa bulan yang lalu. Saat ini kondisi
nyonya A semakin memburuk.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Keluarga pasien mengatakan pasien berkerja di perkebunan dan selalu terpapar sinar matahari. Apabila berisirahat nyeri
kepala timbul. Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengalami penurunan kesadaran yang
terjadi secara perlahan-lahan diawali tidak nafsu makan, sulit berbicara hingga akhirnya sulit dibangunkan. Sakit kepala
sejak ± 5 bulan yang lalu dengan intensitas sedang (skala nyer 4), nyeri hilang dengan obat penghilang nyeri. Sakit
kepala memberat sejak ± 4 bulan yang lalu, penderita tidak dapat beraktivitas dan ketergantungan dengan obat
penghilang nyeri.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan : 2 Juli 2020 diagnosa : SOL
2. Riwayat penyakit kronik dan menular x ya xtidak jenis……………………
Riwayat kontrol : Tidak ada

Riwayat penggunaan obat :Obat anti nyeri

3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis……………………

Makanan ya tidak jenis……………………

Lain-lain ya tidak jenis……………………

4. Riwayat operasi: ya tidak

- Kapan : 3 Juli 2020


- Jenis operasi : Craniotomy

5. Lain-lain:
...........................................................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ya tidak

- Jenis :………………….....................................................................................................................................
- Genogram :

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:

Alkohol ya tidak keterangan……….....................

Merokok ya tidak

keterangan…………………….........................................................

Obat ya tidak

Keterangan: Pasien ketergantungan terhadap obat anti nyeri

Olah raga ya tidak

keterangan…..........................................................…………………

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 37,5 oC N : 112x/i T : 125/76mmHg RR : 24x/i

Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma


Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. RR: 24x/i
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif

Sekret: sedikit Konsistensi : tidak kental


Masalah Keperawatan :
Warna: kuning pucat Bau :
1. Bersihan Jalan Nafas
c. Penggunaan otot bantu nafas: Ada, tampak adanya retraksi dinding dada Tidak Efektif
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Pleural Friction rub:.....................................................................................................................
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Cracles Ronki Wheezing
i. Alat bantu napas ya tidak

Jenis: O2 Nasal kanul Flow 4 lpm di pipa trakeostomi

j. Penggunaan WSD:
- Jenis : .................................................................................................................................................................
- Jumlah cairan : ..................................................................................................................................................
- Undulasi :...................................................................................................................................................
- Tekanan : ..................................................................................................................................................

k. Tracheostomy: ya tidak
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
l. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................................

3. Sistem Kardio vaskuler (B2)


a. TD : 125/76 mmHg
b. N : 112x/i Masalah Keperawatan :
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak
P : tidak dapat terkaji Tidak ada masalah
Q : tidak dapat terkaji keperawatan
R : tidak dapat terkaji
S : tidak dapat terkaji
T : tidak dapat terkaji
d. Irama jantung: reguler ireguler
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....

f. Ictus Cordis: (-)


g. CRT : 3 detik
h. Akral: hangat kering merah basah pucat
panas dingin
i. Sikulasi perifer: normal menurun
j. JVP : Normal
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
k. CVP :.Normal
l. CTR : Normal
m. ECG & Interpretasinya:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
n. Lain-lain :
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..........................................................................

4. Sistem Persyarafan (B3)


a. GCS : E4V5Mx
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps Masalah Keperawatan :
c. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
Lain-lain 1. Perfusi serebral
tidak efektif
d. Keluhan pusing ya tidak
P:
Q:
R:
S:
T:

e. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Ket.: Pasien mampu mengindntifikasi bau dengan baik
N2 : normal tidak Ket.: Pasien kesulitan melihat dengan jelas
N3 : normal tidak Ket.: Pasien kesulitan melihat dengan jelas
N4 : normal tidak Ket.: Pasien kesulitan melihat dengan jelas
N5 : normal tidak Ket.: mampu untuk membedakan panas/dingin, tajam/tumpul
pada ekstremitas bawah.
N6 : normal tidak Ket.: Pasien mampu mengerakan bola mata dengan baik.
N7 : normal tidak Ket.: sudah mampumenggerakkan otot wajah
N8 : normal tidak Ket.: Masih bisa mendengar dengan baik
N9 : normal tidak Ket.: Pasien kesulitan menelan karna terpasang trakeostomi
N10 : normal tidak Ket.:. Pasien kesulitan menelan karna terpasang trakeostomi
N11 : normal tidak Ket.: mampu mengerakan bagian tangannya dan menahan tekanan
pada bahunya
N12 : normal tidak Ket.: mampu sepenuhnya menggerakkan bagian lidah dijulurkan
kedepan.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
A. Pola

f. Pupil anisokor isokor Diameter: 3mm/ 3mm


g. Sclera anikterus ikterus
h. Konjunctiva ananemis anemis
i. Isitrahat/Tidur :7-8 Jam/Hari Gangguan tidur : ..............................................................
j. Lain-lain:

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

5. Sistem perkemihan (B4)


Masalah Keperawatan
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak
Tidak ada masalah
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor keperawatan
e. Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan:
Jenis : Kateter
Ukuran :
Hari ke :3
g. Produksi urine : 3950 ml/ 24jam
Warna : Kuning jernih
Bau : khas urin
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : /hari parenteral : 3720 cc/hari
k. Balance cairan: IWL= 210ml/ 24 jam
l. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................................
.
6. Sistem pencernaan (B5)
a. TB :155 cm BB : 47kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 19,58 Interpretasi : Berat Badan Normal
Tidak ada masalah
c. Mulut: bersih kotor berbau keperawatan
d. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen: tegang kembung ascites
g. Nyeri tekan: ya tidak
h. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
i. Peristaltik:.............. x/menit
j. BAB: 1 x/hari Terakhir tanggal : 26 September 2020
k. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
l. Diet: padat lunak cair
m. Diet Khusus: 500 kkal/jam
n. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi
o. Porsi makan: habis tidak Keterangan: Makan menggunakan NGT
p. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior

Masalah Keperawatan :
OD OS
Tidak ada masalah
Visus
keperawatan
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO

b. Keluhan nyeri ya tidak


P :...................................................................

Q :...................................................................

R :...................................................................

S :...................................................................

T :...................................................................

c. Luka operasi: ada tidak


Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
d. Pemeriksaan penunjang lain : .........................

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


e. Lain-lain :
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior

OD OS Masalah Keperawatan :

Aurcicula Tidak ada masalah


keperawatan
MAE
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach

b. Tes Audiometri
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

c. Keluhan nyeri ya tidak


P :...................................................................

Q :...................................................................

R :...................................................................

S :...................................................................

T :...................................................................

d. Luka operasi: ada tidak


Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
e. Alat bantu dengar: .........................
f. Lain-lain :

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
8. Sistem muskuloskeletal (B6)
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot: 2 2 Masalah Keperawatan :

1 1 Hambatan Mobilitas fisik


c. Kelainan ekstremitas: ya tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
Frankel: ................................................................................
e. Fraktur: ya tidak
- Jenis :...................
f. Traksi: ya tidak
- Jenis :...................
- Beban :...................
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri: ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
i. Sirkulasi perifer: ..............................................
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM : 2 (rentang 1-5)

o. Cardinal Sign : ................................................


p. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

10. Sistem Integumen


a. Penilaian resiko decubitus
Aspek Yang Kriteria Penilaian Nilai
Dinilai
1 2 3 4

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada 2
Sensori Sepenuhnya Terbatas Ringan Gangguan

Kelembaban Terus Sangat Kadang2 Basah Jarang 3


Menerus Lembab Basah
Basah

Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Jalan Lebih Sering 1


jalan

Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada 1


Sepenuhnya Terbatas Ringan Keterbatasan

Nutrisi Sangat Kemungkinan Adekuat Sangat Baik 2


Buruk Tidak
Adekuat

Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 1


Pergeseran Bermasalah Menimbulkan
Masalah

NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan Total Nilai 10
bahwa Pasien beresiko mengalami dekubisus (pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less =
high risk)

b. Warna
c. Pitting edema: +/- grade: 4 Masalah Keperawatan :
d. Ekskoriasis: ya tidak
e. Psoriasis: ya tidak 1. Kerusakan integritas kulit
f. Pruritus: ya tidak
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................

11. Sistem Endokrin


a. Pembesaran tyroid: ya tidak Masalah Keperawatan :
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak
c. Hipoglikemia: ya tidak Tidak ada masalah
d. Hiperglikemia: ya tidak keperawatan
e. Kondisi kaki DM
- Luka gangren ya tidak
Jenis ................................................................................................................
- Lama luka ...............................................................................................
- Warna ...............................................................................................
- Luas luka ...............................................................................................
- Kedalaman ...............................................................................................
- Kulit kaki ...............................................................................................
- Kuku kaki ...............................................................................................
- Telapak kaki ...............................................................................................
- Jari kaki ...............................................................................................
- Infeksi ya tidak
- Riwayat luka sebelumya ya tidak
Jika ya:
- Tahun :
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
- Jenis Luka :
- Lokasi :
- Riwayat amputasi sebelumya ya tidak
Jika ya:
- Tahun :
- Lokasi :
f. ABI : ....................................................
g. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................

Masalah Keperawatan :
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi Pasien terhadap penyakitnya:
Tidak ada masalah
...............................................................................................................................
keperawatan
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

b. Ekspresi Pasien terhadap penyakitnya


Murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga


d. Gangguan konsep diri:
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
e. Lain-lain:
...........................................................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................................................

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN


Masalah Keperawatan :

Jelaskan : Tidak ada masalah


keperawatan
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah
keperawatan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
b. Bantuan yang diperlukan Pasien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
...............................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................................

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Pemeriksaan

22 -09-2020 HEMATOLOGI 9.8* 12.0-14.4 g/dL


Hemoglobin (Hb) 3.37* Nilai kritis <7->20 106/mm3
Eritrosit (RBC) 20.1* 4.75-4.85 106/mm3
Leukosit (WBC) 30* 4.5-13.5 %
Hematokrit 477* nilai kritis <2.0- 103/uL
Trombosit (PLT) 0 >30.0 %
HITUNG JENIS 2 35-45 %
LEUKOSIT 83* nilai kritis <21- >65 %
Basofil 9* 217-497 nilai kritis %
Eosinofil 6 <40.0- > 1000 %
Netrofil 7.499 0-1 mmHg
Limfosit 49.6* 1-6 mmol/L
Monosit 34.7* 50-70
KIMIA KLINIK 20-40
Analisa Gas Darah : 2-8
 pH 7.35-7.45
 pCO2 Nilai kritis: <7.2 -
 HCO3 >7.6
35-45
Nilai kritis: <20 -
>75
21-28
Nilai kritis: <10 -
>40

Pemeriksaan diagnostik lain :


Hasil RO thorax 2 Juli 2016
1. Tampak terpasang CVP dengan ujung distal para vertebra kanan setinggi thorakal 7-8
2. Tampak terpasang ETT dengan ujung distal setinggi thorakal 3-4, kedudukan baik.
3. Bentuk dan letak jantung normal
4. Trakea di tengah
5. Kedua hilus tidak menebal
6. Corakan bronkovaskular meningkat
7. Tampak infiltrat pada parahiler kanan kiri, parakardial kanan kiri
8. Diafragma licin. Sudut costophrenicus kanan tumpul, kiri baik
9. Tulang-tulang dan jaringan lunak dinding dada baik
Kesan:
Cor tidak membesar
Gambaran edema paru
Efusi pleura kanan minimal

TERAPI

Nama Obat Dosis Cara Pemberian

Neurobion 1x1 P.O

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Amlodipin 1x10 mg P.O

Paracetamol 3x1 P.O

Candesartan 1x8mg P.O

Meropenem 3x1gr IV

Laxadin sirup 3x1 P.O

DATA TAMBAHAN LAIN

Banda Aceh, 25 September 2020

(ViaUltima Fhonna)

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


RESUME KASUS

Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. A dibawa oleh keluarga kerumah sakit dengan kondisi kedua
tangan dan kaki sulit digerakkan. Ny.A Sudah terbaring dirumah dalam keadaan sakit sejak
beberapa bulan yang lalu. Saat ini kondisi nyonya A semakin memburuk. Keluarga Pasien
mengatakan Pasien berkerja di perkebunan dan selalu terpapar sinar matahari. Apabila berisirahat
nyeri kepala timbul. Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengalami
penurunan kesadaran yang terjadi secara perlahan-lahan diawali tidak nafsu makan, berbicara
hingga akhirnya sulit dibangunkan. Sakit kepala sejak ± 5 bulan yang lalu dengan intensitas sedang
(skala nyer 4), nyeri hilang dengan obat penghilang nyeri. Sakit kepala memberat sejak ± 4 bulan
yang lalu, penderita tidak dapat beraktivitas dan ketergantungan dengan obat penghilang nyeri. Saat
Ini Ny. A dirawat dirumah sakit Umum Banda Aceh dengan keluhan yang di sampaikan Keluarga
bahwasannya Ny. A sulit menggerakkan kedua tangan dan kaki, keluarga juga mengatakan Ny.A
setiap hari merasakan nyeri kepala, sehingga Ny. A ketergantungan dengan obat pereda nyeri.

Judgment Resume

Dari kasus diatas maka didapatkan 4 diagnosa berdasarkan prioritas penyelesaian masalah,
dengan diagnosa pertama yaitu pola nafas tidak efektif, hal ini ditandai dengan RR pada pasien
yaitu 36x/i , pasien juga terpasang trakeostomi yang dihubungkan dengan nasal canul. Tindakan ini
dilakukan untuk menangani kondisi darurat medis atau penyakit tertentu yang menyebabkan pasien
mengalami hambatan jalan nafas, atau gagal nafas. Prosedur ini dilakukan dengan operasi dan perlu
dipantau dengan ketat. Trakeostomi umumnya dibutuhkan oleh pasien yang mengalami sumbatan
jalan nafas baik itu karena penyempitan, benda asing, atau pun lendir yang berlebihan. Pada kasus
diatas ditemukan pasien dengan adanya sedikit sputum bewarna kuning pucat. Kondisi pasie pada
kasus ini terjadi karena adanya hubungan dengan penurunan perfusi serebral yang menyebabkan
terganggunya beberapa nervus diantara nya adalah adanya kelumpuhan otot menelan dan otot
pernafasan. Dari hasil pengkajian juga di dapatkan data bunyi paru ronkhi, adanya retraksi dinding
dada dengan SpO2 92%.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Pada diagnosa kedua yaitu perfusi serebral tidak efektif, gangguan perfusi jaringan cerebral
ini terjadi karna adanya penurunan kadar oksigen sebagai akibat dari kegagalan dalam memelihara
jaringan di tingkat kapiler hal ini berhubungan dengan diagnosa pada kasus yaitu SOL (Space
Occupying Lesion). SOL adalah adanya lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak
yang disebabkan oleh tumor, pendarahan, granuloma dan neoplasma. Pada kasus ini pasien
mengalami peningkatan intrakranial diakibatkan karena adanya tumor pada otak, ditandai dengan
adanya gangguan pada beberapa nervus, diantara nya gangguan penglihatan, dari hasil pengkajian
didapatkan pasien mengalami penglihatan kabur, pasien kesulitan menelan,dan kesulitan berbicara.
Tidak hanya itu gangguan lainnya yang terjadi adalah kelemahan otot, yang ditandai dengan adanya
penurunan tonus otot. Riwayat penyakit sebelumnya pasien juga pernah mengalami pembedahan
craniotomy. Klien dengan post op craniotomy beresiko mengalami perfusi serebral tidak efektif
karena cedera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan sel otak, sehingga terjadinya gangguan
autoregulasi yang menyebabkan aliran darah ke otak menurun, darah dalam hal ini berfungsi
sebagai pembawa oksigen ke otak, jika aliran darah ke otak menurun, akan terjadi penurunan O2,
metabolisme akan terganggu sehingga terjadinya penigkatan asam laktat. Dari kasus diatas, hasil
dari pengkajian ditemukan data bahwasannya klien mebutuhkan alat bantu bernafas yaitu
terpasangnya nasal kanul 4 lpm yang tersambung pada pipa trakeostomy. Dari hasil analisa data
keluarga juga mengatakan bahwa pasien selama ini mengeluh nyeri kepala, sehingga
ketergantungan terhadap obat antinyeri. Nyeri ini terjadi karena otak tidak menerima kadar O2 yang
cukup.

Pada diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik, ini berhubungan dengan sistem
muskuluskeletal, pasien dalam kondisi sakit dan bed rest total akan dapat menurunkan tonus otot
karena kurang terjadinya rentang gerak pada anggota tubuh pasien. Dari pengkajian didapatkan
hasil tonus oto pada bagian eksermitas atas kiri dan kanan mengalami penurunan tonus otot yaitu 2
dari nilai ROM (rentang 1-5), tidak hanya itu bahkan pada bagian eksermitas bawah pasien yaitu
kiri dan kanan juga mengalami penurunan tonus otot yaitu 1 dari nilai ROM (rentang 1-5).
Penurunan tonus otot juga disebabkan karena faktor usia salah satunya. Dari hasil analisa data,
anggota keluarga juga mengatakan bahwa pasien telah sakit selama beberapa bulan dan aktivitas
nya hampir keseluruhan dibantu oleh anggota keluarga.

Pada diagnosa ke 4 yaitu kerusakan integritas kulit, ini berhubungan dengan kasus tersebut
karena klien memiliki luka dekubitus grade 4 pada panggul, hal ini akan meningkatkan resiko
terjadi nya kerusakan integritas kulit, karena pasien dalam kondisi tidur (bedrest total). Pasien juga
tidak dapat mengubah posisi tubuh disebabkan oleh kelemahan otot-otot tubuh. Posisi tidur
terlentang ini dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh adanya gesekan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
secara continue antara kulit dengan pakaian atau linen. Luka dekubitus apabila tidak dirawat dengan
baik akan menyebabkan meluasnya area luka sehingga kerusakan integritas kulit yang terjadi akan
meningkat.

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

ANALISA DATA

Hari/
DATA MASALAH
Tgl/ Jam
Selasa, Data Subjektif: Bersihan Jalan Nafas
22-09-2020 Tidak dapat dikaji Tidak Efektif
Jam 09.30
WIB
Data Objektif:
1. Tampak retraksi dinding dada
2. Menggunakan otot bantu pernafasan
3. Terpasang O2 nasal canule 4 lpm di pipa
trakeostomi
4. Ada sedikit sputum berwarna kuning
5. Auskultasi paru ronkhi (+)
6. GCS 15 (E4M5Vx)
7. TD : 125/76 mmHg
8. HR : 112x/menit
9. RR : 24 x/menit
10. Suhu : 37,5oC
11. SpO2 : 92%
Selasa, Data Subjektif: Perfusi Serebral Tidak
22-09-2020 Tidak Dapat Dikaji Efektif
Jam 09.30
WIB
Data Objektif:
1. Keadaan umum lemah dengan tingkat

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


ketergantungan total care
2. Pasien sulit diajak komunikasi
3. Pasien tampak sulit melihat dengan jelas
4. Pasien sulit menelan dengan baik karna
adanya trakeostomi
5. GCS 15 (E4M5Vx)
6. TD : 125/76 mmHg
7. HR : 112x/menit
8. RR : 24 X/menit
9. Suhu : 37,5◦C
10. SpO2 : 92%
Selasa, Data Subjektif: Hambatan Mobilitas
22-09-2020 1. Keluarga mengatakan pasien sulit untuk Fisik
Jam 09.30
menggerakan bagian tangan dan kaki
WIB
Data Objektif:
1. Tingkat ketergantungan total care
2. Pasien terlihat berusaha yang kuat untuk
perubahan gerak
3. Pasien tampak sulit dalam berbalik kiri-
kanan
4. Ekspresi meringis
5. Kekuatan otot lemah
2 2
1 1
6. Pergerakan tangan lemah dan tak bisa
dikontrol
7. Kaki tidak bisa digerakkan
8. ROM 2 (Rentang 1-5)
Selasa, Data Subjektif: Kerusakan Integritas
22-09-2020 1. Keluarga mengatakan terdapat luka di Kulit
Jam 09.30
panggul belakang
WIB

Data Objektif:
1. Tampak luka decubitus grade 4 di
punggung belakang pasien

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


2. kulit tampak kering dengan turgor tidak
elastic.
3. CRT 3
4. akral teraba hangat
5. Pasien bed-rest total
6. Pasien berbaring ditmpat tidur tanpa
mengubah posisi
7. Adanya gesekan kulit dengan linen

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 27 September 2020

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


2. Perfusi Serebral Tidak Efektif
3. Hambatan Mobilitas Fisik
4. Kerusakan Integritas Kulit

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
RENCANA INTERVENSI

DIAGNOSIS NOC NIC


No Hari/ Tgl/ Jam
KEPERAWATAN (Nursing Outcome Classification) (Nursing Intervention Classification)

1. Selasa, Bersihan Jalan Nafas NOC : Manajemen Jalan Nafas


22-09-2020 Tidak Efektif 1. Respiratory Status : Ventilation NIC :
Jam 09.30 WIB
2.  Respiratory Status : Airway Patency Airway suction
3.  Aspiration Control 1. Monitor status oksigen pasien
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
1. Mendemonstrasikan Batuk Efektif Dan 3. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal
Suara Nafas Yang Bersih, Tidak Ada suctioning
Sianosis Dan Dyspneu (Mampu 4. Gunakan alat yang steril sitiap
Mengeluarkan Sputum, Mampu Bernafas melakukan tindakan
Dengan Mudah, Tidak Ada Pursed Lips) 5. Minta klien nafas dalam sebelum
2. Menunjukkan Jalan Nafas Yang Paten suction dilakukan.
(Klien Tidak Merasa Tercekik, Irama 6. Informasikan pada klien dan keluarga
Nafas, Frekuensi Pernafasan Dalam tentang suctioning
Rentang Normal, Tidak Ada Suara Nafas 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
Abnormal) napas dalam setelah kateter dikeluarkan
3. Mampu Mengidentifikasikan Dan dari nasotrakeal
Mencegah Factor Yang Dapat 8. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
Menghambat Jalan Nafas untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


9. Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
1. Monitor respirasi dan status O2
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
3. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
5. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
6. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
7. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
8. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
2. Selasa, Perfusi Serebral Tidak 1. Joint Movement : Active NIC :
22-09-2020 Efektif 2. Mobility Level Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Jam 09.30 WIB 3. Self care : ADLs (Monitor tekanan intrakranial)
4. Transfer performance 1. Monitor tekanan perfusi serebral
Kriteria Hasil : 2. Monitor tekanan intrakranial pasien dan
1. Pasien meningkat dalam aktivitas fisik respon neurology terhadap aktivitas
2. Mengerti tujuan dari peningkatan 3. Monitor jumlah drainage cairan
mobilitas serebrospinal
3. Memverbalisasikan perasaan dalam 4. Monitor intake dan output cairan
meningkatkan kekuatan dan 5. Monitor suhu dan angka WBC
kemampuan berpindah 6. Catat respon pasien terhadap stimuli
4. Memperagakan penggunaan alat 7. Posisikan pasien pada posisi semifowler/
Bantu untuk mobilisasi (walker) head up 30o
8. Minimalkan stimulus dari lingkungan
9. Restrain pasien jika perlu
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor kemampuan BAB
3. Monitor adanya tromboplebitis
4. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau laserasi
5. Diskusikan mengenai penyebab perubahan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
sensasi
6. Anjurkan Gunakan sarung tangan saat
tindakan untuk proteksi
7. Anjurkan membatasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
8. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Selasa, Hambatan Mobilitas Joint movement: Active 1. Monitor vital sign sebelum/ sesudah latihan
22-09-2020 Fisik 1. Mobilitas level dan lihat respon pasien saat latihan
Jam 09.30 WIB
2. Self care (ADLs) 2. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan
3. Transfer perpormance menggunakan skala ketergantungan ( 1-5)
Kriteria Hasil : 3. Bantu pasien dan keluarga untuk lakukan
a. mendemonstrasikan status sirkulasi ROM pasif
1. Tekanan systole dan diastole dalam 4. Kaji kembali kemampuan pasien dalam
rentang yang diharapkan melakukan ROM pasif
2. Tidak ada ortostatikhipertensi 5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
3. tidak ada tanda tanda peningkatan ADL
tekanan intrakranial (tidak lebih dari 6. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
15 mmHg) dan bantu penuhi kebutuhan ADL
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif 7. Berikan alat bantu jika pasien memerlukan
yang ditandai dengan: 8. Ajarkan pasien bagaiman merubah posisi
1. berkomunikasi dengan jelas dan dan berikan bantuan jika diperlukan
sesuai dengan kemampuan 9. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
2. menunjukkan perhatian, konsentrasi rencana pemberian ROM pasif sesuai

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


dan orientasi dengan kebutuhan
3. memproses informasi
4. membuat keputusan dengan benar
c. menunjukkan fungsi sensori motori cranial
yang utuh :
1. tingkat kesadaran mambaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter

4. Selasa, Kerusakan Integritas Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor proses penyembuhan luka
22-09-2020 Kulit keperawatan diharapkan kerusakan integritas 2. Periksa daerah sayatan (luka) terhadap
Jam 09.30 WIB
kulit dapat teratasi kemerahan, bengkak
dengan kriteria hasil : 3. Bersihkan daerah sekitar sayatan
a. Keadaan luka baik (kering) dengan pembersihan yang tepat
b. Tidak terjadi perdarahan (perawatan luka)
c. Tidak terdapat pus 4. Gunakan kapas steril untuk pembersihan
d. Luka tertutup dengan kasa steril luka jahitan
5. Jelaskan prosedur pada keluarga Pasien
mengenai kondisi kulit/luka post op.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


Lampiran Ujian Klinis

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RANGE OF MOTION (ROM) PASIF

PENGERTIAN Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang


gerak yang normal (klien pasif), Kekuatan otot 50 %.
TUJUAN 1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Menstimulasi sirkulasi
4. Mempercepat rehabilitas
5. Mencegah terjadinya kecacatan
INDIKASI 1. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan.
2. Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya
keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total. (Hidayat, AA,
2006)
KONTRAINDIKAS 1. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
I mengganggu proses penyembuhan cedera.
a. Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-
batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal
penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap
penyembuhan dan pemulihan.
b. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat
gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri
dan peradangan.
2. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau
kondisinya membahayakan (life threatening)
3. ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus
4. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri
koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih
dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat. (Hidayat, AA,

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


2006)
PERSIAPAN ALAT 1. Handscoon Bersih
PROSEDUR A. Prosedur umum
1. Cuci tangan untuk mencegah organisme
2. Memakai sarung tangan
3. Jaga Privasi klien dengan menutup pintu atau memasang
sampiran
4. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan
anda kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja sama.
5. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar
memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar dari
masalah penjajar tubuh dan pergunakan selalu prinsip-
prinsip mekanik tubuh.
6. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan
perawat dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan.
7. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada
masing-masing sisi tubuh.
8. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing
gerakan. Ulangi masing-masing gerakan 3kali.
9. Selama latihan pergerakan, kaji :
- Kemampuan untuk menoleransi gerakan
- Rentang gerak (ROM ) persendian yang
bersangkutan.
10. Setelah latihan pergerakkan, kaji denyut nadi dan
ketahanan tubuh terhadap latihan.
B. Prosedur Khusus
1. Pergerakan bahu
- Pegang pergerakan tangan dan siku penderita, lalu
angkat selebar bahu, putar ke luar dank e dalam.
- Angkat tangan gerakkan ke atas dengan dibengkokan
lalu kembali ke posisi awal.
- Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan kea rah
badan hingga menjangkau tangan yang lain.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


2. Pergerakan siku
- Buat sudut 900 pada siku lalu gerakan lengan ke atas
dan KE bawah dengan membuat gerakan setengah
lingkaran.

3. Pergerakan sikukan setengah lingkaran


- Gerakan lengan dengan menekuk siku sampai ke
dekat dagu.
4. Pergerakan tangan
- Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu putar
pergelangan tangan.
- Gerakan tangan sambil menekuk tangan ke bawah
- Gerakan tangan sambil menekuk tangan keatas.

5. Pergerakan jari tangan


- Putar jari tangan satu persatu

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA


- Pada ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan
mendekat dari jari telunjuk, lalu dekatkan pada jari-
jari yang lain.
6. Pergerakan kaki
- Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut kaki lalu
angkat sampai 300 lalu putar.
- Gerakan lutut dengan menekuknya sampai 900
- Angkat kaki lalu dekatkan ke kaki yang satu
kemudian gerakkan menjauh
- Putar kaki ke dalam dan luar
- Lakukan penekanan pada telapak kaki keluar dan
kedalam
- Jari-jari di tekuk-tekuk lalu diputar

TERMINASI :
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan klien dan membereskan alat-alat.
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan.

Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA

Anda mungkin juga menyukai