LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN KASUS SOL (SPACE OCCUPYING LESION)
Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
DISUSUN
OLEH:
KOORDINATOR STASE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma,
infark, abses otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor
susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah
semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang
berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel
penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca, 2008: 84).
Tumor intrakranial atau yang juga dikenal dengan tumor otak, ialah massa
abnormal dari jaringan di dalam kranium, dimana sel-sel tumbuh dan membelah dengan
tidak dapat dikendalikan oleh mekanisme yang mengontrol sel-sel normal. Tumor otak
primer mencakup tumor yang berasal dari sel-sel otak, selaput otak (meninges), saraf,
atau kelenjar (Dorland 2015)
Terdapat lebih dari 150 jenis tumor intrakranial yang telah ditemukan, namun
menurut asalnya, tumor intrakranial atau tumor otak dikelompokan menjadi tumor primer
dan tumor sekunder. Tumor otak sekunder merupakan tumor yang berasal dari tumor
ganas jaringan tubuh lain. (University of Pittsburgh 2014)
Berdasarkan lokasi tumor, terdapat dua jenis utama tumor intrakranial, yaitu
tumor supratentorial dan infratentorial (Harsono, 2015). Tumor intrakranial termasuk
dalam lesi desak ruang (space occupied lession). Space occupied lession (SOL) ialah lesi
fisik substansial, seperti neoplasma, perdarahan, atau granuloma, yang menempati ruang
(Price 2012)
B. Etiologi
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan
ketujuh. faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu
(Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa
dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam timbulnya tumor, penyakit sklerosis TB
dan penyakit neurofibomatosis. Penyebab lain seperti: Riwayat trauma kepala, Faktor
genetik, Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi
imunologi, Congenital.
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidak normalan sensori
dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian
berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
a. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah
laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak
teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
b. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongan
dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata
berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
c. Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang
terletak pada satu sisi.
d. Tumor lobus frontal
Gejala pertama :
a. Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yanga mengarah
terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII / vestibulochorlearis / oktavus)
b. Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cranial ke
V/trigemirus)
c. Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis)
d. Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi
motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)
C. Patofisiologi/ Pathway
1. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
2. Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal
3. Hidrosefalus
4. Gangguan fungsi hipofisis
Pathway
Tumor otak
E. Komplikasi
Setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan imobilitas.
Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial.
Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan
dan prosedur yang diberikan, misalnya:
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion
F. Pemeriksaan penunjang
Penyelidikan diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai
dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang
mempergunakan teknik invasif dan yang lebih berbahaya.
1. Elektroensefalogram (EEG)
Elektroensefalogram (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak, dengan
meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan menempatkan
mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan pengkajian
fisiologis aktivasi serebral. Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai
perubahan kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intaserebral dapat dilihat pada
ekoensefalogram. Pencitraan radio memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lesion (SOL) maupun
oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif Muttaqin, 2011)
Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
2. Ekoensefalogram
Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
3. Foto rontgen polos
Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan untuk
mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya, terutama
dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi
diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada
hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL (space
occupying lesion). (Arif Muttaqin, 2011)
G. Penatalaksanaan
Modalitas pengobatan pada kanker secara umum terbagi dua, yaitu terapi lokal berupa
pembedahan dan radiasi, dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah
kemoterapi dengan sitotoksik, terapi hormonal, terapi biologi.
1. Pembedahan
a. Craniotomi
Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk membuka
tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak. Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI,
Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan
menurut Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk
menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Craniotomi adalah
Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang ada di otak.
Tujuan Craniotomi adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang paling umum
dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga dilakukan untuk
menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk mengendalikan perdarahan dari
pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma serebral), untuk memperbaiki
Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual,
muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi,
sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi)
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen kimia yang
biasanya digunakan untuk terapi kanker. Dasar pengobatan yaitu perbedaan antara sel
kanker dan sel normal terhadap reaksi pengobatan sitostatika yang diberikan sendiri-
sendiri atau secara kombinasi. Perbedaan tersebut adalah perbedaan sifat biologis,
biokimia, reaksi farmakokinetik dan sifat proliferatif. Sebelum membahas mengenai
cara kerja masing-masing golongan obat antineoplasma, perlu diketahui dulu
hubungan kerja obat antineoplasma dengan siklus sel kanker. Sel tumor dapat berada
dalam 3 keadaan yaitu :
a. Yang sedang membelah (siklus proliferatif).
b. Yang dalam keadaan istirahat (tidak membelah, G0).
c. Yang secara permanen tidak membelah
Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan
saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dalam fase
pramitosis (G2) dengan ciri-ciri :
Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang secara
tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu sel dapat memasuki
interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi atau memasuki fase
istirahat (G0). Sel dalam fase G0 yang masih potensial untuk berproliferasi disebut sel
klonogenik atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah jumlah sel kanker adalah
sel dalam siklus proliferasi dan dalam fase G0 1.
Ditinjau dari siklus sel, obat dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
a. Yang memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase – fase tertentu dari siklus
sel (cell cycle specific), misalnya vinkristin, vinblastin, merkaptopurin,
metotreksat, asparaginase. Zat ini terbukti efektif terhadap kanker yang
berproliferasi tinggi misalnya kanker sel darah.
b. Zat cell cycle nonspecific, misalnya zat alkilator, antibiotik antikanker, sisplatin.
Perbedaan kerja tersebut lebih bersifat relatif daripada absolut karena banyak zat
yang tergolong cell cycle nonspecific lebih efektif terhadap sel yang berproliferasi
dan terhadap sel-sel yang sedang dalam fase tertentu siklusnya. Misalnya bila
DNA sel klonogenik yang telah teralkilasi diperbaiki sebelum sel memasuki fase
S, maka sel tersebut tidak dipengaruhi oleh zat alkilator.
1. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland Edisi ke-29. (2012). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
2. University of Pittsburgh. (2014). Types of Brain Tumors. Pittsburg: University of
Pittsburg.
3. Harsono.(2014). Buku ajar neurologi klinis. Djogjakarta: Perimpunan dokter spesialis
saraf Indonesia dengan Gadjah mada university press.
4. Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
5. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
6. Brunner & Suddarth (2003). Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
7. Batticaca, Fransisca. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
8. Muttaqin, Arif.(2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
9. Aru W.Sudoyo, B.S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol.III). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
10. Joswig, H., Brateli, D., Brunner, T., Jacomet A., Hildebrandt G., dan Surbeck, W..
(2016). Awake Craniotomy: First year experiences and patient perception. World
Neurosurgery. Elsevier Ltd.
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Umur: 54Tahun
3. Suku/ Bangsa : Aceh/ Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Ulee Kareng, Banda Aceh
8. Sumber Biaya : JKA
KELUHAN UTAMA
Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. A dibawa oleh keluarga kerumah sakit dengan kondisi kedua tangan dan kaki sulit
digerakkan. Ny.A Sudah terbaring dirumah dalam keadaan sakit sejak beberapa bulan yang lalu. Saat ini kondisi
nyonya A semakin memburuk.
Keluarga pasien mengatakan pasien berkerja di perkebunan dan selalu terpapar sinar matahari. Apabila berisirahat nyeri
kepala timbul. Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengalami penurunan kesadaran yang
terjadi secara perlahan-lahan diawali tidak nafsu makan, sulit berbicara hingga akhirnya sulit dibangunkan. Sakit kepala
sejak ± 5 bulan yang lalu dengan intensitas sedang (skala nyer 4), nyeri hilang dengan obat penghilang nyeri. Sakit
kepala memberat sejak ± 4 bulan yang lalu, penderita tidak dapat beraktivitas dan ketergantungan dengan obat
penghilang nyeri.
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis……………………
5. Lain-lain:
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
- Jenis :………………….....................................................................................................................................
- Genogram :
Merokok ya tidak
keterangan…………………….........................................................
Obat ya tidak
keterangan…..........................................................…………………
j. Penggunaan WSD:
- Jenis : .................................................................................................................................................................
- Jumlah cairan : ..................................................................................................................................................
- Undulasi :...................................................................................................................................................
- Tekanan : ..................................................................................................................................................
k. Tracheostomy: ya tidak
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
l. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................................
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan:
Jenis : Kateter
Ukuran :
Hari ke :3
g. Produksi urine : 3950 ml/ 24jam
Warna : Kuning jernih
Bau : khas urin
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : /hari parenteral : 3720 cc/hari
k. Balance cairan: IWL= 210ml/ 24 jam
l. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................................
.
6. Sistem pencernaan (B5)
a. TB :155 cm BB : 47kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 19,58 Interpretasi : Berat Badan Normal
Tidak ada masalah
c. Mulut: bersih kotor berbau keperawatan
d. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen: tegang kembung ascites
g. Nyeri tekan: ya tidak
h. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
OD OS
Tidak ada masalah
Visus
keperawatan
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
OD OS Masalah Keperawatan :
b. Tes Audiometri
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan Total Nilai 10
bahwa Pasien beresiko mengalami dekubisus (pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less =
high risk)
b. Warna
c. Pitting edema: +/- grade: 4 Masalah Keperawatan :
d. Ekskoriasis: ya tidak
e. Psoriasis: ya tidak 1. Kerusakan integritas kulit
f. Pruritus: ya tidak
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi Pasien terhadap penyakitnya:
Tidak ada masalah
...............................................................................................................................
keperawatan
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah
keperawatan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
b. Bantuan yang diperlukan Pasien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
...............................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
TERAPI
Meropenem 3x1gr IV
(ViaUltima Fhonna)
Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. A dibawa oleh keluarga kerumah sakit dengan kondisi kedua
tangan dan kaki sulit digerakkan. Ny.A Sudah terbaring dirumah dalam keadaan sakit sejak
beberapa bulan yang lalu. Saat ini kondisi nyonya A semakin memburuk. Keluarga Pasien
mengatakan Pasien berkerja di perkebunan dan selalu terpapar sinar matahari. Apabila berisirahat
nyeri kepala timbul. Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengalami
penurunan kesadaran yang terjadi secara perlahan-lahan diawali tidak nafsu makan, berbicara
hingga akhirnya sulit dibangunkan. Sakit kepala sejak ± 5 bulan yang lalu dengan intensitas sedang
(skala nyer 4), nyeri hilang dengan obat penghilang nyeri. Sakit kepala memberat sejak ± 4 bulan
yang lalu, penderita tidak dapat beraktivitas dan ketergantungan dengan obat penghilang nyeri. Saat
Ini Ny. A dirawat dirumah sakit Umum Banda Aceh dengan keluhan yang di sampaikan Keluarga
bahwasannya Ny. A sulit menggerakkan kedua tangan dan kaki, keluarga juga mengatakan Ny.A
setiap hari merasakan nyeri kepala, sehingga Ny. A ketergantungan dengan obat pereda nyeri.
Judgment Resume
Dari kasus diatas maka didapatkan 4 diagnosa berdasarkan prioritas penyelesaian masalah,
dengan diagnosa pertama yaitu pola nafas tidak efektif, hal ini ditandai dengan RR pada pasien
yaitu 36x/i , pasien juga terpasang trakeostomi yang dihubungkan dengan nasal canul. Tindakan ini
dilakukan untuk menangani kondisi darurat medis atau penyakit tertentu yang menyebabkan pasien
mengalami hambatan jalan nafas, atau gagal nafas. Prosedur ini dilakukan dengan operasi dan perlu
dipantau dengan ketat. Trakeostomi umumnya dibutuhkan oleh pasien yang mengalami sumbatan
jalan nafas baik itu karena penyempitan, benda asing, atau pun lendir yang berlebihan. Pada kasus
diatas ditemukan pasien dengan adanya sedikit sputum bewarna kuning pucat. Kondisi pasie pada
kasus ini terjadi karena adanya hubungan dengan penurunan perfusi serebral yang menyebabkan
terganggunya beberapa nervus diantara nya adalah adanya kelumpuhan otot menelan dan otot
pernafasan. Dari hasil pengkajian juga di dapatkan data bunyi paru ronkhi, adanya retraksi dinding
dada dengan SpO2 92%.
Pada diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik, ini berhubungan dengan sistem
muskuluskeletal, pasien dalam kondisi sakit dan bed rest total akan dapat menurunkan tonus otot
karena kurang terjadinya rentang gerak pada anggota tubuh pasien. Dari pengkajian didapatkan
hasil tonus oto pada bagian eksermitas atas kiri dan kanan mengalami penurunan tonus otot yaitu 2
dari nilai ROM (rentang 1-5), tidak hanya itu bahkan pada bagian eksermitas bawah pasien yaitu
kiri dan kanan juga mengalami penurunan tonus otot yaitu 1 dari nilai ROM (rentang 1-5).
Penurunan tonus otot juga disebabkan karena faktor usia salah satunya. Dari hasil analisa data,
anggota keluarga juga mengatakan bahwa pasien telah sakit selama beberapa bulan dan aktivitas
nya hampir keseluruhan dibantu oleh anggota keluarga.
Pada diagnosa ke 4 yaitu kerusakan integritas kulit, ini berhubungan dengan kasus tersebut
karena klien memiliki luka dekubitus grade 4 pada panggul, hal ini akan meningkatkan resiko
terjadi nya kerusakan integritas kulit, karena pasien dalam kondisi tidur (bedrest total). Pasien juga
tidak dapat mengubah posisi tubuh disebabkan oleh kelemahan otot-otot tubuh. Posisi tidur
terlentang ini dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh adanya gesekan
Program Profesi PSIK – FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
secara continue antara kulit dengan pakaian atau linen. Luka dekubitus apabila tidak dirawat dengan
baik akan menyebabkan meluasnya area luka sehingga kerusakan integritas kulit yang terjadi akan
meningkat.
ANALISA DATA
Hari/
DATA MASALAH
Tgl/ Jam
Selasa, Data Subjektif: Bersihan Jalan Nafas
22-09-2020 Tidak dapat dikaji Tidak Efektif
Jam 09.30
WIB
Data Objektif:
1. Tampak retraksi dinding dada
2. Menggunakan otot bantu pernafasan
3. Terpasang O2 nasal canule 4 lpm di pipa
trakeostomi
4. Ada sedikit sputum berwarna kuning
5. Auskultasi paru ronkhi (+)
6. GCS 15 (E4M5Vx)
7. TD : 125/76 mmHg
8. HR : 112x/menit
9. RR : 24 x/menit
10. Suhu : 37,5oC
11. SpO2 : 92%
Selasa, Data Subjektif: Perfusi Serebral Tidak
22-09-2020 Tidak Dapat Dikaji Efektif
Jam 09.30
WIB
Data Objektif:
1. Keadaan umum lemah dengan tingkat
Data Objektif:
1. Tampak luka decubitus grade 4 di
punggung belakang pasien
4. Selasa, Kerusakan Integritas Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor proses penyembuhan luka
22-09-2020 Kulit keperawatan diharapkan kerusakan integritas 2. Periksa daerah sayatan (luka) terhadap
Jam 09.30 WIB
kulit dapat teratasi kemerahan, bengkak
dengan kriteria hasil : 3. Bersihkan daerah sekitar sayatan
a. Keadaan luka baik (kering) dengan pembersihan yang tepat
b. Tidak terjadi perdarahan (perawatan luka)
c. Tidak terdapat pus 4. Gunakan kapas steril untuk pembersihan
d. Luka tertutup dengan kasa steril luka jahitan
5. Jelaskan prosedur pada keluarga Pasien
mengenai kondisi kulit/luka post op.
TERMINASI :
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan klien dan membereskan alat-alat.
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam buku catatan perawatan.