Disusun Oleh :
2023
A. PENGERTIAN
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanyalesi pada
ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat m
enimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma,infark, abses otak dan tumor pa
da intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh
di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusa
t, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplasti
k yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yangmempunyai sebagian atau
seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasaldari sel-selsaraf di meaningen ota
k, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh dara
h dan selaput otak. (Fransisca, 2008:84).
Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesiini akan
meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kalidengan cara mengelu
arkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya venamengalami kompresi, dangan
gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinalmulai timbul dan tekanan intracranial
mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cair
an serebrospinal dan meningkatkanvolume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
B. ETIOLOGI
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.Menyebu
tkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensoridan motorik. P
erubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. L
okasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya denganmengidentifikasi fungsi yang dipengaru
hi oleh adanya tumor.
Gejala pertama :
C. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
Hidrosefalus
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit/ m
elunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu darifase awal ter
jadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupturemaka infeksi akan m
eluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan n
ekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai ke
hilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukandengan gangguan cerebrovaskuler
primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan denga
n kompersi invasi dan perubahan suplaidarah ke jaringan otak.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibatsalah satu p
enyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasimemrlukan waktu berha
ri-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karenaitu tidak bergun apabila tekanan
intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volumecairan cer
borspinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-selparenkim.Kenaikan tekanan yan
g tidak diobati mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum.herniasitimbul bila girus medalis lob
us temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorialoleh massa dalam hemisterotak. He
rniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangankesadaran da nmenekan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum tonsil sebelum bergeserkebawah melalui foramen magnum oleh suatu mas
sa
PATHWAY
Idiopatik Tumor otak Penekanan jaringa notakInvasi jaringan otak Bertambah nyaman Nekro
sis jar. Otak Kejang Gang. Neurologisfokal Gang. Fungsi otak Obstruksi vena di otak Hipoks
ia jar ingan Gang.Suplai darah Kerusakan jar. Neuron( Nyeri )Penyerapancairanotak
Perubahanpolanafas
OedemaDisorientasi
PeningkatanTIK
Resti.Cidera
Hidrosefalus
Gang.Pertukaran gasGang.kesadaran
b) Muntah
c) Papiledema
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satusisi tubuh (
kejang jacksonian )
d) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dantingkah laku, d
isintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi ekstrim yangtidak teratur dan kurang mera
wat diri
e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan sarafkedelapan),
kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima),kelemahan atau paralisis (saraf
kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan
gangguan gaya berjalan terutam pada lansia. ( Brunner & Sudarth, 2003; 2170 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan dae
rah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untukmemberi
dasar pengobatan seta informasi prognosi.
F. PENATALAKSAAN MEDIS
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkata
n TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengankemungkinan tum
or otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bilamemungkinkan sebelum kerusakan ne
urologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalahmengangkat dan memusnahkan semua tumor at
au banyak kemungkinan tanpameningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau
tercapainya gejala-gejaladengan mengangkat sebagian (dekompresi).
G. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik d
animobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahani
ntracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada ar
ea pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya :
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan ya
ng sulitdan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, s
onor, stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.
3. CirculationTD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanju
t, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membra
n mukosa pucat, dingin, dansianosis pada tahap lanjut.
4. DisabilityMenilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhada
p nyeri atau atausama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Ad
apun cara yang cukup jelas dan cepat adalah dengan metode AVFUAwake : A,
Respon bicara :V, Responnyeri : P, Tidak ada respon U.
5. EksposureLepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua ci
dera yang mungkinada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi inline harusdikerjakan
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes
2. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekananint
rakranial serta gejala nerologik fokal.
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis me
dia,mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), j
antung(endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
6. Pemeriksaan Fisika)
A. Sirkulasi Gejala :
Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis Tanda : TD : meningkat
Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada v
asomotor).
B. Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
C. Nutrisi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)Tanda : Anore
ksia,
muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
D. Hygiene
Gejala : -) , dan Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawata
n diri(pada periode akut).
E. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan. Tanda
:Penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam kep
utusan,afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang u
mum lokal.
F. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pung
ung kaku.Tanda : Tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
G. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paruTanda : Peningkatan kerja per
napasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampaikoma) dan gelisah
H. KeamananGejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, t
elinga tengah, sinusabses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumb
al, pembedahan, fraktur padatengkorak / cedera kepala.
1.Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
Kriteria Hasil : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran, perbaiakan kognitif, fungsimoto
rik/sensorik, TTV stabil, tidak ada tanda peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Intervensi :
Kolaborasi :
Intervensi :
Kolaborasi:
4 .Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL,peningkatan TIK ,
ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh karena perubahan posisi,nyeri, pucat sekitar wajah,
perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, p
enyempitan fokus pad dirisendiri, wajahmenahan nyeri, perubahna pola tidur, menarik diri se
cara fisik
Kriteria Hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukan perilaku untukmengurangi k
ekambuhan atau nyeri .
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi nyeri yang dirasakan klien
b. Observasi keadaan nyeri nonverbal (Misal : ekspresi wajah, gelisah,menangis,menari
k diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah.
c.
d. Anjurkan untuk istirahat dan ciptakan lingkungan yang tenangd. Berikan kompres pan
as lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhane. Lakukan pemijatan pada daer
ah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransiterhadap sentuhanf. Sarankana pas
ien untuk menggunakan per
e. syaratan positif “saya sembuh“ atau “ sayasuka hidup ini “
f. Kolaborasi :
g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasih.
h. Berikan antiemetiksesuai indikasi
4.Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atauintegrasi (trau
ma atau defisit neurologis),
Kriteria Hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya,meng
akui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu,mendemonstrasikan perub
ahan gaya hidup.
Intervensi :
a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses
pikir
b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atautump
ul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihata
n
c. Observasi repon perilaku
d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran,hindar
i isolasi secara fisik dan psikologisKolaborasi :
f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi
Krieteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan berat badan stabil, mengungkapkan pemas
ukan adekuat, berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
Intervensi :
Kolaborasi :