Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOL (SPACEOCCUPYING LE
SION)

Disusun Oleh :

Galih Nugraha C2014201032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
A. PENGERTIAN

SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanyalesi pada
ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat m
enimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma,infark, abses otak dan tumor pa
da intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh
di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusa
t, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplasti
k yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yangmempunyai sebagian atau
seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasaldari sel-selsaraf di meaningen ota
k, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh dara
h dan selaput otak. (Fransisca, 2008:84).

Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesiini akan
meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kalidengan cara mengelu
arkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya venamengalami kompresi, dangan
gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinalmulai timbul dan tekanan intracranial
mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cair
an serebrospinal dan meningkatkanvolume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.

B. ETIOLOGI

Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.Menyebu
tkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensoridan motorik. P
erubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. L
okasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya denganmengidentifikasi fungsi yang dipengaru
hi oleh adanya tumor.

1. Tumor lobus frontal


Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkahl
aku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur
dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongand
engan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata beri
rama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
3. Tumor korteks motoric
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejangt
erletak pada satu sisi.
4. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dantingkah l
aku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidakteratur
dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dangang
guan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling seringadalah
meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastaseserebral dar
i bagian luar.
6. Tumor sudut cerebelopointin
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yangtimbul
dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.

Gejala pertama :

 Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yangamen


garah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII /vestibulochorleari
s / oktavus)
 Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cr
anial ke V/trigemirus)
 Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis)
 Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungs
imotorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)

C. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY

Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral


Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal

Hidrosefalus

Gangguan fungsi hipofisis

Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit/ m
elunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu darifase awal ter
jadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupturemaka infeksi akan m
eluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan Halini m


enekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologic padatumor ota
k biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.Gangguan vocal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasilangsung pada parenkim otak den
gan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan n
ekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai ke
hilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukandengan gangguan cerebrovaskuler
primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan denga
n kompersi invasi dan perubahan suplaidarah ke jaringan otak.

Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnyamasa dalam


tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasiserebrospinal. Pertumb
uhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karenatumor akan mengambilkan ruang
yang relative dari ruang tengkorak yang kaku.

Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belumsepenuhnya


dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruk
si vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otaksemuanya menimbulkan kenaika
n volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairanserebro spinal dari vantrikel laseral keruang
sub arachnoid menimbulkan hidrosephalus.

Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibatsalah satu p
enyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasimemrlukan waktu berha
ri-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karenaitu tidak bergun apabila tekanan
intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volumecairan cer
borspinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-selparenkim.Kenaikan tekanan yan
g tidak diobati mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum.herniasitimbul bila girus medalis lob
us temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorialoleh massa dalam hemisterotak. He
rniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangankesadaran da nmenekan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum tonsil sebelum bergeserkebawah melalui foramen magnum oleh suatu mas
sa

PATHWAY

Idiopatik Tumor otak Penekanan jaringa notakInvasi jaringan otak Bertambah nyaman Nekro
sis jar. Otak Kejang Gang. Neurologisfokal Gang. Fungsi otak Obstruksi vena di otak Hipoks
ia jar ingan Gang.Suplai darah Kerusakan jar. Neuron( Nyeri )Penyerapancairanotak

Gang.Perf usijaringan Defisitneurologis Aspirasisekresi Obs.Jlnnafas Dispnea Hentinafas

Perubahanpolanafas

OedemaDisorientasi

PeningkatanTIK

Resti.Cidera

Hidrosefalus

Cemas Perubanahproses pikir

AncamanKematia Hernialisulk usBradikardiprogresif,hipertensisitemik,gang.pernafasanBicar


aterganggu,afasia

Gang.Pertukaran gasGang.kesadaran

Mual, muntah, papileodema, pandangankabur, penurunanfungsipendengaran, nyerikepalaMe


nisefalontek ananGang.Komunikasi verbalGang. Rasanyaman

D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)

1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :


a) Sakit kepala

b) Muntah

c) Papiledema

2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :

a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satusisi tubuh (
kejang jacksonian )

b) Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan pada se


tengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) danhalusinasi penglihatan.

c) Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengankecenderungan jatu


h kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus( gerakan mata berirama dan tid
ak disengaja )

d) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dantingkah laku, d
isintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi ekstrim yangtidak teratur dan kurang mera
wat diri

e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan sarafkedelapan),
kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima),kelemahan atau paralisis (saraf
kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.

f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan
gangguan gaya berjalan terutam pada lansia. ( Brunner & Sudarth, 2003; 2170 )

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejastumor, da


n meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentangsistem vaskuler.

2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan dae
rah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan

3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untukmemberi
dasar pengobatan seta informasi prognosi.

4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor


5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yangdite
mpati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal padawaktu kejang
(Doenges, 2000).

F. PENATALAKSAAN MEDIS

Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkata
n TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengankemungkinan tum
or otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bilamemungkinkan sebelum kerusakan ne
urologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalahmengangkat dan memusnahkan semua tumor at
au banyak kemungkinan tanpameningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau
tercapainya gejala-gejaladengan mengangkat sebagian (dekompresi).

1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)


Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik padaserebelum, ki
sta koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa granulo
ma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh da
n pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakanyang mencakup pengur
angan TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor ya
ng secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggalatau menjadi resisten terhadap
radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapyTerapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tu
mor otak, jugamenurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi
sumsumtulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan meneri
makemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong p
asien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisadigunakan
pada klien :
a) Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi
b) Setelah tumor recurance
c) Setelah lengkap tindakan radiasi
3. Pendekatan stereotaktikStereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan h
ingga titik tertentu didalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau
untukmenghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple skleros
is &epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT,sedang
kan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengar
uh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III)dengan car
a ditempelkan langsung ke dalam tumor.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik d
animobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahani
ntracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada ar
ea pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya :
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion

Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi


mayor pembedahan intrakranial, dengan manifestasi klinik :

1. Perubahan visual dan verbal


2. Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala
3. Perubahan pupil
4. Kelemahan otot / paralysis
5. Perubahan pernafasanDisamping terjadi komplikasi diatas, ada beberapa juga temu
an gangguan yang terjadiyaitu :

1. Gangguan fungsi neurologis.


Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelumm
aka akan menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berja
lan yang sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidakter
koordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanyamenu
njukkan gerakan horizontal.
2. Gangguan kognitif.Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami ga
ngguan sehinggadampaknya kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk
proses mengingat,menilai, orientasi, persepsi dan memerhatikan juga akan menuru
n.
3. Gangguan tidur & mood
Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone
melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi,
dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.
4. Disfungsi seksuala)
a.Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktiny
ang berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atauali
ran spontan susu )
b) Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impotensi danhipogonadi
sme.c) Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan
tingkat kepuasan.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Adanya sumbatan/o
bstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek b
atuk. Jikaada obstruksi maka lakukan :

a) Chin lift / jaw trust


b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.

2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan ya
ng sulitdan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, s
onor, stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.
3. CirculationTD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanju
t, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membra
n mukosa pucat, dingin, dansianosis pada tahap lanjut.
4. DisabilityMenilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhada
p nyeri atau atausama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Ad
apun cara yang cukup jelas dan cepat adalah dengan metode AVFUAwake : A,
Respon bicara :V, Responnyeri : P, Tidak ada respon U.
5. EksposureLepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua ci
dera yang mungkinada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi inline harusdikerjakan

PENGKAJIAN SEKUNDER

1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes
2. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekananint
rakranial serta gejala nerologik fokal.
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis me
dia,mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), j
antung(endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5. Aktivitas / istirahat

Gejala : malaise

Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter

6. Pemeriksaan Fisika)
A. Sirkulasi Gejala :
Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis Tanda : TD : meningkat
Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada v
asomotor).
B. Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
C. Nutrisi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)Tanda : Anore
ksia,
muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
D. Hygiene
Gejala : -) , dan Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawata
n diri(pada periode akut).
E. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan. Tanda
:Penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam kep
utusan,afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang u
mum lokal.
F. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pung
ung kaku.Tanda : Tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
G. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paruTanda : Peningkatan kerja per
napasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampaikoma) dan gelisah
H. KeamananGejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, t
elinga tengah, sinusabses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumb
al, pembedahan, fraktur padatengkorak / cedera kepala.

I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL

dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan responmotori


k / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital

Kriteria Hasil : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran, perbaiakan kognitif, fungsimoto
rik/sensorik, TTV stabil, tidak ada tanda peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)

Intervensi :

a. Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan


b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar ( GCS )
c. Pantau TTV
d. Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil
e. Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )
f. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairang.
g. Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan suara tambahan yanga
bnormal

Kolaborasi :

h. Pantau analisa gas darah


i. Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid, antikonvulsan
j. Berikan oksigenasi

3. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakanneurovaskuler, kerus


akan kognitif.
Kriteria Hasil : pasien dapat, dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan
GDA dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan


b. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miringsesuai indikasi
c. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar
d. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat
karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekrete.
e. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif

Kolaborasi:

f. Berikan O2 sesuai indikasig.


g. Lakaukan fisioterapi dada jika ada indikasi

4 .Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL,peningkatan TIK ,
ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh karena perubahan posisi,nyeri, pucat sekitar wajah,
perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, p
enyempitan fokus pad dirisendiri, wajahmenahan nyeri, perubahna pola tidur, menarik diri se
cara fisik
Kriteria Hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukan perilaku untukmengurangi k
ekambuhan atau nyeri .

Intervensi :

a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi nyeri yang dirasakan klien
b. Observasi keadaan nyeri nonverbal (Misal : ekspresi wajah, gelisah,menangis,menari
k diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah.

c.
d. Anjurkan untuk istirahat dan ciptakan lingkungan yang tenangd. Berikan kompres pan
as lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhane. Lakukan pemijatan pada daer
ah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransiterhadap sentuhanf. Sarankana pas
ien untuk menggunakan per
e. syaratan positif “saya sembuh“ atau “ sayasuka hidup ini “
f. Kolaborasi :
g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasih.
h. Berikan antiemetiksesuai indikasi

4.Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atauintegrasi (trau
ma atau defisit neurologis),

ditandai denagg disorientasi, perubaanrespon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perub


ahan pola komunikasi, distorsiauditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan
proses pikir, responemosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku

Kriteria Hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya,meng
akui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu,mendemonstrasikan perub
ahan gaya hidup.

Intervensi :

a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses
pikir
b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atautump
ul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihata
n
c. Observasi repon perilaku
d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran,hindar
i isolasi secara fisik dan psikologisKolaborasi :
f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi

5.Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatanTIK, konseku


ensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia, iritasi,penyimpangan rasa mual)

dibuktikan oleh : keluhan masukan makanan tidak adekuat,kehilangan sensasi pengecapan, an


oreksia, ketidakmampuan untuk mencerna makanan,BBI < 10 %, penurunan penumpukan le
mak/masa otot, sariawan, rongga mulutterinflamasi, diare,konstipasi, kram abdomen.

Krieteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan berat badan stabil, mengungkapkan pemas
ukan adekuat, berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan

Intervensi :

a. Pantau masukan makanan setiap hari


b. Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
c. Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien sesui program
d. Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari makanan terlalu manis, berlemakdan
pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
e. Identifikasi pasien yang mengalami mual / muntah

Kolaborasi :

f. Pemberian anti emetik dengan jadwal reguilerg.


g. Vitamin A, D, E dan B6
h. Rujuk kepada ahli diiti.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan SistemPersar


afan. Jakarta: Salemba Medika.Brunner & Suddarth (2003). Keperawatan Medical-Be
dah Vol 2. Penerbit : BukuKedokteran EGC. Jakarta.Doenges M.E, Moorhouse M.F &
Geissler A.C (2009). Rencana Asuhan KeperawatanPedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasin Perawatan Pasien. Edisi3. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakart
a.McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012). Patofisiologi penyakit pengantar menujuked
okteran klinis. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). BukuAjar Kepera
watan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Alih bahasa H. Y. Kuncara,
Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Penerbit :Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses _ ProsesPen
yakit, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Wilkinson, J.M. & Ahern R.N (2012).
Buku Saku Diagnosa Keperawtan (Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasi
l NOC). Edisi Ke-9 Penerbit : BukuKedokteran EGC. Jakarta.Pasang / pertahankan sla
ng NGT untuk pemberian makanan enteral

Anda mungkin juga menyukai