C DENGAN
SPACE OCCUPYING LESION(SOL)
DI RUANG ICU
OLEH:
PURNASALI
2019.Ns.A.07.021
1.1 Definisi
Sol dapat didefinisikan sebagai tumor yang jinak atau ganas baik bersifat
primer atau sekunder, dan juga sebagai massa inflamatorik maupun parasitic yang
berletak pada rongga cranium. Sol juga berupa hematoma, berbagai jenis kista dan
malformasi vaskuler ( Ejaz dkk, 2015).
Space occupying lesion merupakan desakan ruang yang diakibatkan
peningkatan volume di dalam ruang intrakranial. Desakan ruang di intrakranial dapat
mengakibatkan jaringan otak mengalami nekrosis sehingga dapat menyebabkan
gangguan neurologik progresif. SOL ( Space Occupying Lesion ) juga merupakan
generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang
mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti
kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial ( Long , 2012).
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma
sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi
neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhannya lambat akan
memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada
posisi yang vital akan memberikan gejala yang muncul dengan cepat (Harsono,
2010).
Tumor atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi tumor primer
dan tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak,
meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu metastasis
yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-paru,
mamma, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula masuk ke
ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina basis kranii,
seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring (Stephen, 2012).
1.2 Etiologi
1. Riwayat trauma kepala
2. Faktorgenetik
3. Paparanzatkimia yang bersifatkarsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensiimunologi
6. Congenital
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
1. Jinak
2. Acoustic neuroma
3. Meningioma
4. Pituitary adenoma
5. Astrocytoma ( grade I )
6. Malignant
7. Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
8. Oligodendroglioma
9. Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
1. Tumor intradural
2. Ekstramedular
3. Cleurofibroma
4. Meningioma intramedural
5. Apendimoma
6. Astrocytoma
7. Oligodendroglioma
8. Hemangioblastoma
9. Tumor ekstradural
1.4 Patofisiologi
1. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
2. Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal
3. Hidrosefalus
4. Gangguan fungsi hipofisis
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia,
infiltrasileukosit / melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari
atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi
pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul
meningitis.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis.Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan
tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak
dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan
suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor :
bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relative dari
ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum
sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak
semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrosephalus.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanis
mekompensasi memerlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial,
volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim.Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasiulkus/
serebulum. Herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser ke interior
melalui insisuratentorial oleh massa dalam hemis terotak. Herniasi menekan
ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).
WOC Pertumbuhan sel otak
abnormal
Mengganggu fungsi
spesifik bagian otak Masa dalam otak bertambah
tempat tumor
Obstruksi sirkulasi
Penekanan jaringan otak cairan celebrospinal
Timbul manifestasi/klinik gejala terhadap sirkulasi darah dan dari ventrikel lateral ke
local sesuai fokal tumor o2 subaeacnoid
1.6 Komplikasi
1. Gangguan fungsi neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual
3.1 Pengkajian
Anamnesis
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, (sering terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama suku bangsa, tanggal dan jam
masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medik.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
dan adanya gangguan vokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah,
kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit saat ini
Kaji bagaimana terjadinya nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dan riwayat penyakit saat ini dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
P : tanyakan kepada klien keadaan apa yang membuat sakit kepala hebat
dan apa saja factor yang membuatnya lebih baik atau lebih buruk.
Q : tanyakan bagaimana gambaran sakit kepala yang dirasakan, apakah
seperti tertusuk jarum (menusuk-nusuk) atau tegang seperti di remas
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama.
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
h. Pernapasan
Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi.
i. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
j. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi,
kelemahan
k. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar
matahari berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
l. Seksualitas
Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat
kepuasan)
m. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat
perkawinan (kepuasan rumah tangga, dudkungan), fungsi peran.
( Doenges, 2000 )
7. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi, ada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian
inspeksi pernapasan pada klien tanpa kompresi medulla oblongata
didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
2) B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla
oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien
tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan.
Tekanan darah biasanya normal, tidak ada peningkatan heart rate.
3) B3 (Brain)
Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak
adalah nyeri kepala, muntah, dan pailadema.
a. Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar
dan paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat
kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator
paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan
dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial
biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.
Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat
penting menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
pemantuan pemberian asuhan keperawatan.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-
ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(4) : with draws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
(1) : tidak ada respon
b. Fungsi serebri
- status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai
gaya bicara, dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas klien,
aktivitas motorik pada klien tumor intracranial tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
- Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain
damage, yaitu kesukaran mengenal persamaan dan perbedaan yang
tidak begitu nyata.
- Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis : didapatkan bila
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau
fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi lebih tinggi mungkin
rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi.
c. Sistem motoric
Lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan
dan koordinasi). Gangguan ini bervariasi tergantung pada ukuran dan
lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering
dijumpai kurang menyolok tapi memiliki karakteristik yang sama
dengan tumor serebelum yaitu hipotonia (tidak adanya resistensi
normal terhadap regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap
aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi
berpakaian merupakan cirri khas pada klien dengan tumor pada lobus
temporalis.
4) B4 (bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas
5) B5 (bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering
terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa
didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
6) B6 (Bone)
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensorik, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
3. Diagnose Keperawatan
a. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
b. Resiko tinggi gagal nafas berhubungan dengan penekanan batang otak
dan pons varoli
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual
muntah
e. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan
oksipital
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai
oleh ketidakmampuan klien merawat diri dan melakukan aktivitas
4. Intervensi
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan perfusi jaringan kembali normal KH :
a. TTV normal
b. Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit
c. Gelisah hilang
d. Ingatanya kembali seperti sebelum sakit
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau status neurologis dengan 1. Pengkajian kecenderungan adanya
teratur dan bandingkan dengan perubahan tingkat kesadaran dan
keadaan normalnya seperti GCS potensi TIK adalah sangat berguna
dalam menentukan lokasi,
penyebaran, luas,dan
perkembangan dari kerusakan
2. Pantau frekuensi dan irama 2. Perubahan pada frekuensi dan
jantung disritmia dapat terjadi yang
mencerminkan trauma atau tekanan
batang otak tentang ada tidaknya
penyakit
3. Pantau suhu juga atur suhu 3. Demam biasanya berhubungan
lingkungan sesuai kebutuhan. dengan proses inflamasi tetapi
Batasi penggunaan selimut dan mungkin merupakan komplikasi
lakukan kompres hangat jika dari kerusakan pada hipotalamus
terjadi demam
4. Pantau masukan dan pengeluaran, 4. Hipertermi meningkatkan
catat karakteristik urin, tugor kulit kehilangan air dan meningkatkan
dan keadaan membrane mukosa resiko dehidrasi, terutama jika
tingkat kesadaran menurun
5. Gunakan selimut hipotermia 5. Membantu dalam mengontrol
peningkatan suhu
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai 6. Dapat menurunkan permebilitas
indikasi seperti steroid, kapiler untuk membatasi
klorpomasin, asetaminofen pembentukan edema, mengatasi
menggigil yang dapat
meningkatkan TIK, menurunkan
metabolisme seluler/ menurunkan
konsumsioksigen
2. Pola nafas tidak efektif tidak efektif berhubungan dengan penekanan batang otak
dan spons varoli
Tujuan :
a. Pergerakan udara kedalam dan keluar dari paru-paru
b. Ventilasi tidak terganggu ditandai dengan ekspansi dada simetris, tidak
ada pengguanaan otot bantu, tidak ada nafas pendek.
Kriteria hasil :
Klien akan memiliki tingkat kesadaran stabil atau terdapat perbaikan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau frekuensi, irama, 1. Perubahan dapat menandakan
kdalaman pernafasan. Catat awitan komplikasi pulmonal atau
ketidakteraturan pernafasan. menandakan lokasi/luasnya
keterlibatan otak. Pernafasan
lambat, periode apneu dapat
menandakan perlunya ventilasi
mekanis.
2. Pantau penggunaan dari obat- 2. Dapat meningkatkan
obat depresan pernafasan, gangguan/komplikasi pernafasan
seperti sedativ.
3. Pantau atau gambarkan analisa 3. Menentukan kecukupan
gas darah, tekanan oksimetri pernafasan, keseimbangan asam
basa dan kebutuhan akan terapi
4. Berikan oksigen 4. Memaksimalkan oksigen pada
darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia, jika pusat
pernafasan tertekan, mungkin di
perlukan ventilasi mekanik.
5. Jelaskan pada klien tentang 5. Pengetahuan apa yang di
etiologi/faktor pencetus adanya harapkan dapat mengembangkan
sesak. kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
5. Implementasi
Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di buat di
dalam intervensi keperawatan pasien.
6. Evaluasi
Evaluasi sumatif disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun
di dalam intervensi untuk mengetahui masalah pasien telah teratasi ataupun tidak,
sehingga dapat ditentukan rencana selanjutnya.