Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SITEM CEREBROSPINAL PADA KASUS TUMOR CEREBRAL/OTAK

Oleh :

SALWA APRILIA
STYJ 21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi
intracranial lokal yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak
primer berasal dari sel dan struktur di dalam otak. Tumor otak sekunder, atau
metastatic, terbentuk dari struktur-struktur di luar otak (paru, payudara,
saluran gastrointestinal bawah, pancreas, ginjal dan kulit).Tumor otak adalah
tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/ berkas organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang da disekitarnya,
sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan) jinak maupun ganas,
yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak (Ariani A, 2012).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik
ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses
neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik
seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor
yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan
selapu otak (Satyanegara, 2010).
B. Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe
tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi factor herediter, congenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa
tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat
terjadi.
Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma.
Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara
(Jitowiyono S, 2012).
Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih sering mengenai pria dari
pada wanita, dengan perbandingan 55:45, sedangkan meningioma lebih
sering timbul pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2 : 1 .
Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak
meliputi :
1. Radiasi
Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma
dilaporkan terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun
dalam dosis rendah. Radiasi yang dapat meninmbulkan mutasi dan
perubahan genetik adalah sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray,
densely ionizing berupa neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa
gelombang elektromagnetik.
2. Kimia
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan
glial. Karsinogen kimia yang paling potensial adalah senyawa nitrogen,
senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan (daging yang
diawetkan atau diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu
senyawa nitrat tersebut juga dapat ditemukan pada kosmetik dan
beberapa produk industri.
3. Virus
Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada
pasien dengan penurunan imunitas (imunosupresan), misalnya pada
pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi
kongenital. Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus
Epstein Barr (EBV).
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi
perubahan genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase
selular, sel yang berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan
terkena kerusakan oleh radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah
mengalami mutasi genetik. Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh
dari lapisan germinal.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala,
muntah, dan papiledema. Namun gejala sangat bervariasi tergantung pada
tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya.
1. Nyeri kepala
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering
di jumpai pada penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat
dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini
paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang
biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk,
atau mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang
jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak disebabkan oleh
traksi dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur
peka nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak.
Lokasi nyeri kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri
kepala ini terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya
terjadi di dekat atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan
gejala pertama pada tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi
supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri
kepala yang terjadi menyeluruh, maka nilai lokasinya kecil dan pada
umumnya menunjukan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial yang
meningkatkan tekanan intrakranial.
2. Nausea dan Muntah
Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah
pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak
dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan batang
otak. Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat proyektil.
3. Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intrakranial.
Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor
otak karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema
meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema dapat
terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).
D. Patofisiologi
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus.
Meningioma terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis
rendah seperti x-ray dan gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang
berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang diawetkan dan
diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya.
Adanya virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang
dapat terjadi pada pasien dengan penurunan immunosupresan misalnya pada
pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital
(Wismaji S dkk, 2011).
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi
dapat mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat
mendesak jaringan otak sehat disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis
sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor tersebut
(Wismaji S dkk, 2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan
oleh lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi
penekanan jaringan disekitar otak yang dapat mengakibatkan edema serebri
akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adanya edema serebri
menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan medullablastoma
(Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan
hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal,
hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior dan lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat
menyebabkan herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi
mengalami penurunan dan terjadinya penurunan oksigen sehingga
mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob dan terjadinya hipoksia serebral
yang dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan otak serta
kompensasi takipnea sehingga munculnya masalah gangguan pola nafas.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor; bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat
dalam ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrosipnal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus (Ariani A. 2012).
Peningkatan tekanan intrakranial akan mebahayakan jiwa bila terjadi
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Tanda
dan gejala terjadinya peningkatan tekanan intrakranial adalah tekanan darah
meningkat, nyeri kepala progresif yang dapat mengakibatkan nyeri akut,
mual-muntah proyektil yang dapat menimbulkan masalah gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, serta terjadinya penurunan kesadaran yang
dapat mengakibatkan menekan saraf otak sehingga dapat menimbulkan
hemiparise yang dapat terjadi masalah risiko cidera dan defisit perawatan diri.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan- bulan
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim. (Ariani A.
2012).
Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa
dilihat bedasarkan lokasi tumor tersebut. Tumor serebellum atau otak kecil
dapat mengakibatkan gangguan kesimbangan, sikap badan serta aktivitas otot
yang dapat menimbulkan masalah risiko cidera. Tumor enchepalon atau otak
tengah dibagi menjadi bagian thalamus yang dapat mengakibatkan gangguan
sensasi somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera, serta bagian
epitalamus yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman dan dapat
menimbulkan masalah perubahan peresepsi sensori, dan bagian hipotalamus
yang berperan dalam pengaturan suhu yang dapat menimbulkan masalah
hipertermi. Tumor meningen dapat mengakibatkan gangguan gaya berjalan,
serta gangguan kepribadian. Tumor sereblum dibagi menjadi bagian lobus
parietal yang dapat mengakibatkan gangguan sensori nyeri, bagian lobus
temporal dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi
verbal dan menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori, bagian lobus
frontal dapat mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta gangguan
kepribadian,bagian lobus ocipital dapat mengakibatkan gangguan visual yang
dapat menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori dan mengakibatkan
nyeri kepala yang dapat menimbulkan masalah nyeri akut.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik
ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang
tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan tumor otak meliputi :
1. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation),
sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan reseksi bedah.
Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor yang pertumbuhannya lambat
(Tarwoto, 2013).
2. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status
neurologi, tipe tumor. Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan
radioterapi (Tarwoto, 2013).
3. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor.
Kombinasi terapi sering dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan
atau kemoterapi. Pembedahan intrakranial pada umumnya dilakukan
untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga dilakukan
melalui pembukaan tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan
yang sering diberikan meliputi : kortikosteroid, antikonvulsi, antasid dan
laxatives, terapi cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator.
Selain itu juga klien dilakukan monitor tekanan intrakranial dan
rehabilitasi neurologi (Widagdo W, dkk 2008).
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang
menderita tumor otak ialah :
1. Gangguan fisik neurologist
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual.
H. Pathway
Tumor primer dari dalam otak Tumor – tumor meningeal,vaskuler,hipotisa Granuloma dan kista parasit

TUMOR OTAK

Berproliferasi / tumbuh

Timbul perbedaan tekanan osmotik

Perubahan masa dalam tengkorak Edema sekitar tumor Perubahan sirkulasi serebral

Gangguan fokal otak Kerusakan saluran darah otak Obstuksi CSF

Penekanan jaringan otak Infiltrasi / invasi ke parenkim otak bstruksi vena & edema CSF keluar dari lateral ke sub arachnoid

Perubahan suplai darah Kerusakan jaringan neuron Peningkatan TIK Hidrosefalus

Nekrosis jaringan darah Iritasi korteks serebral Timbul mual, muntah

Risiko perfusi Kejang Umum Penurunan asupan makanan


serebral tidak efektif
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, no.rekam medis, ruang dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan
alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya
akan terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang
sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit
kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat
kesadaran menurun (GCS<15),akral dingin, dan ekspresi rasa takut
(Muttaqin A, 2010).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual,
muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungan
dengan perubahan didalam intrakranial . keluhan perubahan prilaku
juga umum terjadi, dapat terjadinya latergi, tidak responsif dan
koma (Muttaqin A, 2008).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit kesehatan
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
untuk memberikan tindakan selanjutnya (Muttaqin A, 2008).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu.
Pengkajian juga dilakukan ada atau tidaknya riwayat penyakit
keturunan seperti hipertensi, asma dan penyakit yang dapat
memperburuk klien seperti penyakit jantung, jika klien menderita
penyakit tersebut.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Menurun
c. TTV : Biasanya meningkat
d. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Biasanya pada kepala ada benjolan, adanya nyeri kepala.
2) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan,
adanya kesulitan menelan
3) Mata
Biasa pada pasien dengan tumor otak mengalami anemis.
4) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila
pasien sadar, tidak adalesi atau nyeri tekan.
5) Hidung
Biasanya tidak ada deformitas, tak ada pernapasan cuping
hidung.
6) Mulut dan faring
Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut pucat.
7) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
8) Paru
a) Inspeksi
Pernapasan meningkat.
b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahanlainnya.
d) Auskultas
Nafas tidak normal, biasanya ada suara tambahan
lainya seperti stridor dan ronchi.
9) Jantung
a) Inspeksi
Tidak tampak iktus cordis.
b) Palpasi
Iktus tidak teraba.
c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
10) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris.
b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
c) Perkusi
Suara thympani.
d) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit
11) Ekstremitas
Biasa adanya udem pada ekstermitas jika pasien tidak sadar.
e. Pemeriksaan B6
1) B1 (Breathing)
Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya
kompresi padamedulla oblongata didapatkan adanya kegagalan
pernafasan.Pengkajian inspeksi pernafasan pada klien tanpa
kompresi medullaoblongata didapatkan tidak ada kelainan.
Palpasi thoraks didapatkan taktilpremitus seimbang kanan dan
kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafastambahan.
2) B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi
pada medullaoblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi .
pengkajian pada klientanpa kompresi medulla oblongata
didapatkan tidak ada kelainan. TD biasanormal, tidak ada
peningkatan heart rate.
3) B3 (Brain)
Tumor otak sering menyebabkan berbagai deficit
neurology tergantung darigangguan fokal dan adanya
peningkatan TIK. Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus
dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian padasystem
lainnya. Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri kepala,
muntahdan papiledema.
4) B4 (Bladder)
Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis yangluas
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makan menurun, mualdan muntah pada fase akut. Mual dan
muntah terjadi sebagai akibatrangsangan pusat muntah pada
medulla oblongata. Muntah paling seringterjadi pada anak-anak
dan berhubungan dengan peningkatan tekananintracranial
disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi
tanpadidahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
6) B6 (Bone)
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan ,
kehilangan sensorik ,mudah lelah menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan istirahat.
4. Analisa data
No Symtom Etiologi Problem
1 DS : Perubahan masa Risiko perfusi
1. Sakit kepala dalam tengkorak serebral tidak
efektif
DO : Gangguan fokal
1. Tingkat kesadaran otak
menurun
2. TIK meningkat Penekanan jaringan
3. TD memburuk otak
4. Refleksi saraf
memburuk Perubahan suplai
darah

Nekrosis jaringan
darah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan perubahan
masa dalam tengkorak
C. Intervensi Keperawatan
Hari/ No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Tanggal DX (SLKI Edisi 1 Cetakan II, 2019) (SIKI Edisi 1 Cetakan II 2018)
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan diharapkan peningkatan TIK
peningkatan TIK menurun, 2. Monitor tanda gejala TIK
dengan kriteria hasil : 3. Berikan posisi semi fowler
1. Sakit kepala menurun 4. Pertahankan suhu tubuh
2. Kesadaran membaik normal
3. TIK menurun 5. Kolaborasi pemberian
4. TD membaik diuretic osmosis
5. Refleksi saraf membaik

D. Implentasi Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami
tingkat perkembngan pasien (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan
independent (mandiri), dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) evaluasi disusun dengan menggunakan
SOAP yang operasional dengan pengertian:
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamat yang objektif setelah implemnatsi keperawatan.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
masalah keluarga yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap
ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman,Diace C dan Joann C. Hackley.2000. Buku Saku Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006. Patofisologi Konsep Klins Proses


Proses Penyakit Vol 2. Jakarta : EGC

Judha,Mohamad.2011. Sistem Persarafan dalam asuhan keperawatan.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai