125070218113064
135070207131010
145070200111015
145070201111023
145070200131007
Novia Ecci
145070201131016
145070200111014
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Basic Nursing Science 2
dengan topik Patologi Anatomi dalam Keperawatan.
Pada kesempatan ini, kami berusaha semaksimal mungkin mendapatkan hasil yang
baik. Seiring itu pula, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Titin Andri Wihastuti, M.Kes selaku dosen pembimbing,
2. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian tugas ini.
Makalah ini merupakan hasil pengumpulan informasi dan data dari hasil eksplorasi
kami untuk merangkum teori-teori dasar biologi keperawatan mengenai Radiologi.
Harapan kami semoga tugas ini dapat berguna bagi pembaca maupun khalayak umum
untuk lebih memahami teori yang kemudian akan mempermudah dalam asuhan
keperawatnnya.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kami untuk pembelajaran makalah
kami selanjutnya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga tugas ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi
penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mengdiagnosis dan mengobati
penyakit disebut radiologi (James et al, 2010).
Pencitraan dapat menggunakan sinar X, USG, CT Scan, tomografi emisi
Positron (PET) dan MRI. Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi
dalam sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan
energi radiasi. Radiologi kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis.
Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi
pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata
rontgen. Seorang radiolog (dokter atau spesialis radiologi) kemudian membaca atau
menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa
serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Inilah
sebabnya mengapa pasien harus menunggu untuk mendapatkan hasil resmi sinar-X
atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang
spesialis radiologi juga hatus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan
dokter utama untuk menegakkan diagnosis yang akurat (Narno & Indrastuti, 2011).
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan sendiri meruakan
bagian dari tindakan
itu, perawat dapat merekam temuan dokter dan mendiskusikan kasus dengan baik
ahli radiologi atau profesional kesehatan lainnya (James et al, 2010).
1.2 TUJUAN PENULISAN
Mengingat pentingnya radiologi dalam keperawatan, maka penulis menyusun
makalah dengan tujuan:
1.2.1 Mengetahui prinsip radiasi
1.2.2 Mengetahui alat-alat dan pemeriksaan beserta jenis-jenisnya, indikasi,
kontraindikasi dalam radiologi
1.2.3 Mengetahui komplikasi dalam penggunaan radiologi
1.2.4 Mengetahui peran perawat dalam radiologi.
BAB II
2 .1 Macam-macam Radiologi
2.1.1 X Ray
Sinar X adalah sebuah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, cahaya tampak, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang
kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar X dapat menembus
bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat.
Sinar X adalah salah satu dari pemeriksaan diagnostic yang paling banyak
digunakan. Meskipun terdapat kemajuan teknologi terbaru dalam radiologi, X Ray
telah berhasil mempertahankan posisinya dalam mendiagnosis penyakit yang berbedabeda. X Ray merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik yang menghasilkan
radiasi. Semakin tinggi generator, semakin tinggi pula radiasinya. (Kayan, et al, 2010)
a. Prinsip X Ray
sinar X ditembuskan kebagian tubuh pasien yang akan diperiksa dengan
Gambar 2.Proyeksi X Ray (1. Proyeksi AP, 2. Proyeksi PA, 3. Proyeksi Lateral
(Radiology for Stundents and professional, 2010)
Sebelum Pemeriksaan
o Melakukan inform concent
o Menjelaskan kepada pasien tentang indikasi akan dilakukan
pemeriksaan X Ray
o Menjelaskan resiko bila terkena x-ray, untuk itu harus sesuai
indikasi
o Pasien diantar ke ruang radiologi, sesuai keadaan pasien ,
2.1.2
Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh dokter untuk
mengambil gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat video pergerakan
berbagai bagian tubuh di layar fluoresen secara langsung. Tindakan ini menggunakan
teknologi sinar-X dan bahan pewarna kontras, yang membuat bagian tubuh menjadi
tidak tembus pandang dan terlihat dengan lebih jelas. Fluoroskopi umumnya
digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan juga sebagai tindakan intervensi dalam
bidang ortopedi, respirasi, gastroenterologi, dan kardiovaskuler. (Eisenbeisz, 2016)
a. Prinsip Fluoroskopi
System fluoroscopic modern menggunakan image intensifier dihubungkan ke
o Kedua tangan dan lengan bagian depan berada dalam daerah yang
terlindung terhadap radiasi hambur
o Waktu kumulatif tidak boleh dari 10 menit
mempunyai
jarak
folus-kulit
yang
panjang
(minimum40 cm).
o Kesetaraan aluminiumuntuk filter total (filter inheren + filter
tambahan yang secara permanen terdapat dalam berkas Sinar Guna
harus mempunyai nilai minimumseperti tertera dalam (BPTN, 2013)
Gambar 7. Fluroskopi
Gambar 8. Prinsip Kerja Fluroskopi (Eisenbeisz, 2016)
b. Tujuan
Untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ atau system tubuh seperti
dinamika alat peredaran darah misalnya jantung dan pembuluh darah vena serta
pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. (Eisenbeisz,
2016)
c. Indikasi
Ssitem GIT
o Gangguan pencernaan seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri
perut
o Polip
o Tumor
o Memastikan keberadaan sindrom kelainan metabolisme
System musculoskeletal
o Untuk melihat proses penyembuhan dari tulang yang rusak intinya
untuk memastikan bahwa tulang tersebut telah kembali ke posisi dan
susunan yang benar selama penyembuhan (kembali ke posisi
2.1.3
USG ( Ultrasonography)
gelombang
ultrasonik
dengan
frekuensi
yang
tinggi
dalam
ukuran mereka, struktur, luka patologi serta hubungannya dengan jaringan lain
disekitarnya Sifat dasar ultrasound :
Sangat lambat bila melalui media yang bersifat gas, dan sangat cepat bila melalui
media padat. Semakin padat suatu media maka semakin cepat kecepatan
suaranya.Apabila melalui suatu media maka akan terjadi atenuasi.
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU.
Pengukuran Biometrik:
1. Diameter gipanietal (DBP) > baik pada trimester II
2. Lingkar kepala
3. Femur
4. Lingkaran perut > paling tidak akurat
5. Lain-lain:
-
Jarak biorbita
Panjang humerus
Panjang fibia-fibula
Panjang radius-ulna
Lebra serebelum
Ukuran jantung
Ukuran ginjal
Parameter yang paling sering digunakan adalah : Ukuran DBP dan Femur
-
Dapat dijumpai lebih dari 1 kantong gestasi. Dapat diketahui dengan jelas mulai
kehamilan 6 minggu.
c. Perdarahan dalam kehamilan
Komplikasi pada Kehamilan Trimester I:
1. Perdarahan nidasi > tanda Hartman
2. Abortus > USG untuk menilai keadaan mudiqah/janin serta luasnya daerah
perdarahan intra uterin
3. Kehamilan Anembrionik (blighted ovum)
4. Molahidalidosa
d. Kehamilan Ektropik
e. Tersangka kematian mudiqah (janin)
f. Tersangka kehamilan ektopik
g. Tersangka kehamilan mola
h. Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri dan lamanya amenorea
i. Presentasi janin tidak jelas. Pemeriksaan USG pada kehamilan Trimester II dan III :
pemeriksaan Leopold yang sukar karena pasien gemuk, kehamilan protein,
hidramion
j. Tersangka pertumbuhan janin terhambat
k. Tersangka janin besar
l. Tersangka oligohidramion/polihidramion
m. Penentuan profil tersangka biofisik janin
n. Evaluasi letak dan keadan plasenta Pemeriksaan USG pada kehamilan Trimester II
dan III: Pemeriksaan Leopold yang sukar karena pasien gemuk, kehamilan protein,
hidramin, dsb.
o. Adanya resiko/tersangka cacat bawaan Kelainan kongenital akan semakin besar,
bila ditemukan:
1. Oligohidramnion, terutama sebelum kehamilan 20 minggu
2. Hidramnion (polihidramnion)
3. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
4. Kelainan bentuk tubuh (Contoh : kepala tidak oval)/struktur intrafetal (asites,
tumor)
5. Terdapat perbedaan mencolok dalam ukuran biometri satu dnegan lainnya pada
usia kehamilan
6. Plasenta yang membesar pada usia kehamilan
7. Tidak terlihat salah satu akumulikalis
8. Aktivitas biofisik janin abnormal (berkarang/bo +)
d. Indikasi
Anasenfalus
Ditandai : tidak terbentuknya tulang-tulang frontal, parietal dan oksipetal.
Mikrosefalus
Disertai gangguan pertumbuhan otak. Biasanya mengalami kemunduran
intelektual dan gangguan pertumbuhan.
Ensefalokel
Spina
Pada penampang longitudinal, spina terlihat sebagai 2 garis paralel yang
ekhogenik menyerupai gambaran rel kereta api.
Spina Bifida
Merupakan kelainan sel neural akibat kegagalan dalam proses penutupan
arkus vertebrata. Dapat terjadi di daerah lumbo sakral (90%), toraks (6%),
serukal (3%). Pada 70% kasus dijumpai adanya hidrosefalus. Toraks dengan
melihat struktur jangtung di dalamnya. Bentuk = gell shape dengan bagian
apeks menunjuk ke arah kranial dan bagian basal dibatasi diafragma. USG:
yang dipakai penampang longitudinal melalui keempat rongga jantung (fourchamber view)
Abdomen
Disertai kelainan jantung, sel kemih atau kelainan pada sindroma down.
Obstruksi sel cerna bagian proximal ileum hidramnio. Hidrops fetalis diserta
asites serta pembesarn hepar dan limfa
Kelainan abdomen dapat dideteksi dengan USG :
a. Obstruksi traktus gastrointestinal
b. Gastrokisis, omfalokel
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia diafragma
Traktus Urogenitalis
Banyaknya cairan amnion, terutama kehamilan trimester III, sangat
ditentukan oleh banyaknya urin yang diproduksi janin.
a. Sindrom potter (agenesis renal bilateral, oligohiodramnion, kelainan
bentuk wajah, hipoplasia paru)
b. Ginjal polikistik bilateral (resesif autosomal) terlihat massa tumor
ekhogenik intra abdomen
c. Ginjal multikistik unilateral 20% (paling sering) 1-2 cm 6 cm
d. Obstruksi sel kencing distal (uretral) kandung kencing melebar +
hidronefrosis dan dilatasi ureter
Esktremitas
Untuk
mendeteksi
adanya
diplasia
seperti
dwafisme,
fekomelia,
Alat Kelamin
Mudah diidentifikasi dengan USG setelah kehamilan 20 mg Penyulit pada :
Oligohidramin, Kehamilan multiple, Janin sungsang Petunjuk yang dapat
ditujukan untuk memberitahukan jenis kelamin pada pasien:
a. Pemeriksa telah cukup mahir dan berpengalaman dalam mengidentifikasi
jenis kelamin
b. Jangan menerka jenis kelamin apabila pemeriksa tidak yakin
c. Jangan memberitahukan jenis kelamin janin, apabila pasien tidak
memintanya secara spontan
d. Meskipun
pasien
memintanya,
lebih
bijaksana
untuk
tidak
janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat
diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang
dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
-
g. Peran Perawat
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
individu sesuai dengan status sosialnya (Asmadi, 2006). Peran menggambarkan
otoritas seseorang yang diatur dalam aturan yang jelas. Peran perawat adalah
seperangkat tingkah laku yang dilakukan perawat sesuai dengan profesinya. Peran
perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial maupun dari luar profesi keperawatan
yang bersifat tetap (constant) (Kusnanto, 2004). Berdasarkan beberapa pengertian
diatas maka disimpulkan bahwa peran perawat adalah semua tingkah laku yang
dilakukan perawat sesuai profesinya yang bersifat tetap dan dipengaruhi oleh
keadaan sosial maupun dari luar profesinya.
Ultrasonografi (USG) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan
otot, ukuran, struktur, serta patologinya, sehingga teknik ini berguna untuk
memeriksa organ. Ultrasonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
situasi sosial tertentu. (Barbara, 1995). Peran perawat yang dimaksud adalah cara
untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan
kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah
demi untuk kejelasan. Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, bidan, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya
Perawat sebagai kolaborator tentunya harus siap dan mengerti perannya sebagai
pemeriksa juga. Pemeriksa dalam hal ini diharapkan agar selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literaturliteratur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminarseminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan
pemanfaatan dan penggunakan USG oleh perawat sangat ditentukan oleh pengetahuan,
pengalaman dan latihan yang dilakukannya. Contohnya saja dalm menentukan teknik
Pemeriksaan. Perawat harus mengerti beberapa teknik pemeriksaan yang dilakukan di
USG, contoh: pemeriksaan USG transabdominal, transvaginal, transperineal/translabial,
transrektal, dan Invasif
4. Konsultan
Tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan
Sebagai konsultas perawat wajib mengerti dan bisa menjelaskan kepada pasien
yang bersangkutan setelah proses uji USG. Contohnya saja:
a. Trimester I
-
Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
b. Trimester II:
-
c. Trimester III:
-
5. Peneliti
Perawat bisa mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Pemanfaatan alat medis USG ini mampu menjadi bahan penelitian oleh perawat. Sepeti
misalnya, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak tidak selamanya 100%, melainkan
80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak
terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Perawat sebagai peneliti sangat
boleh meneliti beberapa faktor yang mungkin muncul yang berhubungan dengan alat
tersebut. Contohnya antara lain:
Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG.
Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
a. Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya
tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada
keterbatasan.
b. Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan
bayi secara detail.
-
Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah
20 minggu agak sulit dideteksi.
2.2 CT Scan
suatu meja khusus yang secara perlahan lahan dipindahkan ke dalam cincin CT
Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen.
Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari
45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu
ini termasuk waktu check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum dilakukan
scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan
tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada
jenis prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk
meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan
proses scanning khususnya untuk daerah perut.
Prinsip Kerja
secara
eksponensial
terhadap
tebal
bahan
yang
dilaluinya.
Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasiradiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya
ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT
scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber
dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini
dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data
masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan
citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
o Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari
perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan
detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus
listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses
berikut :
patologi
otak
dan
medulla
spinalis
dengan
teknik
Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi
lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda
melakukan pemeriksaan selain CT scan.
c. Indikasi
2.3 Menurut New Orland :
Sakit kepala.
Muntah.
Amnesia retrograde.
Kejang.
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemeriksaan terdiri dari kontraindikasi absolut (=sama sekali
tidak boleh) dan kontraindikasi relatif (=sebaiknya jangan)
a. Kontraindikasi Absolut:
-
b. Kontraindikasi Relatif:
-
Alergi terhadap makanan yang mengandung yodium (udang, kerang, cumi) dan
obat-obatan
Mengidap penyakit diabetes yang diberikan terapi metformin
Asthma, penyakit ginjal, penyakit kelenjar thyroid, multiple myeloma.
Wanita sedang menyusui.
Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Objek metal / logam dalam tubuh yang mungkin dapat mengaburkan gambar
yang diperoleh.
Baru dilakukan pemeriksaan X-Ray dengan zat kontras barium yang mungkin
e. Peran Keperawatan
1. Peran Keperawatan Terhadap Peralatan Medis Untuk Menunjang Penegakan
Diagnosis
Seiring dengan perkembangan jaman yang diiringi dengan kemajuan
teknologi di berbagai bidang, bidang kesehatan mendapatkan dampak akibat
kemajuan teknologi tersebut. Banyak alat-alat kesehatan yang semakin canggih
yang kini banyak bermunculan. Salah satu alat kesehatan yang muncul akibat
kemajuan teknologi adalah CT-Scan. Sebagai seorang perawat, perlu penguasaan
teknologi tersebut untuk menunjang dan mengoptimalkan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang akan diberikan. Ketepatan suatu diagnosa keperawatan akan
sangat membantu dalam penanganan terapi suatu penyakit. Oleh karena itu,
dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjang prosedur tersebut.
CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosis yang mempunyai aplikasi
yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf
pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut. Dengan melakukan CT-Scan
diagnosa suatu penyakit akan lebih cepat ditegakkan sehingga tindakan terapi
yang optimal dapat segera dilakukan. Perawat sebagai bagian integral dalam
pelayanan kesehatan, harus dapat memahami penggunaan CT-Scan agar dapat
memberikan diagnosa keperawatan yang tepat untuk merencanakan intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam menangani masalah yang dialami
pasiennya. Selama proses pemeriksaan dengan CT-Scan dilakukan, perawat
bertugas berperan sebagai advokat pasien sehuingga pasien tidak merasa takut
dan cemas serta pasien dapat merasakan kenyamanan selama prosedur
dilakukan.
Dalam menegakkan diagnose keperawatan dapat berkolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya dengan menggunakan alat tersebut. Sehingga hasil
diagnosa yang didapatkan akan lebih cepat dan tepat dengan adanya penggunaan
CT-Scan.
MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang
MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras,
sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat
diag-nostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik
penggambaran MRI, antara lain :
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat (Notosiswoyo, 2004)
Perkembangan MRI
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom
bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan precessing. Dari hasil
penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR
Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan
pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran
potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR.2 Selanjutnya
karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya
NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIOLOGI (1984),
NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging ( MRI) dan diletakkan di bagian
Radiologi. (Notosiswoyo, 2004)
Macam-macam MRI
MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 1,5 T
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 T
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang
telinga dalam , rongga mata , sinus
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah
seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor,
infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculoskeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan
tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan,
tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran
empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli
6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru paru, jantung.
Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat
tersebut dapat digunakan untuk tehnik Fast Scan yaitu suatu tehnik yang memungkinkan 1
gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat
banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan
banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik.
(Notosiswoyo, 2004)
jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail
anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor yang kecil atau
sindrom infark awal. (Muttaqin, 2008)
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi,
ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut
dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang
tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan
kemungkinan patologinya. (Notosiswoyo, 2004)
Gambar 21. Ilustrasi MRI pada klien dengan infark pada pons
(Muttaqin, 2008)
d. Indikasi MRI
Menurut Patel (2007) Indikasi MRI adalah sebagai berikut :
SSP : teknik pilihan untuk pencitraan otak dan tulang belakang
Muskuloskeletal : pencitraan yang akurat pada kelainan persendian, tendon,
4. Kontraindikasi lainnya pada klien dengan pemakaian benda logam dalam tubuh
seperti alat pacu jantung, katup jantung buatan, fragmen bullet, pin ortopedik,
alat intrauterine
5. Klien dan setiap pemberi asuhan keperawatan di ruang tersebut harus
menyingkirkan semua benda-benda dengan karakteristik magnetic (misalnya
gunting, stetoskop)
6. Sebelum klien dimasukkan ke dalam ruang MRI, semua benda-benda logam
(anting, cicin kawin, jam tangan, jepitan rambut, dan lainnya) dilepaskan,
demikian pula kartu kredit (medan magnet dapat menghapus data dalam kartu
kredit)
7. Benda-benda ini harus dibuka. Benda tersebut bila dibiarkan terpasang dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau menjadi panas karena mengabsorpsi
energi. (Muttaqin, 2008)
8. Transfer pasien menuju ruangan MRI, khususnya pasien yang tidak dapat
berjalan (non ambulatory) lebih kompleks dibandingkan pemeriksaan imaging
lainnya. Hal ini karena medan magnet pesawat MRI selalu dalam keadaan on
sehingga setiap saat dapat terjadi resiko kecelakaan, dimana benda-benda
feromagnetik dapat tertarik dan kemungkinan mengenai pasien atau personil
lainnya. Upaya untuk mengatasi hal tersebut :
- meja pemeriksaan MRI dibuat mobile, dengan tujuan : pasien dapat
dipindahkan ke meja MRI di luar ruang pemeriksaan dan dapat segera
-
selesai.
9. Upaya untuk kenyamanan pasien diberikan, antara lain dengan penggunaan
Earplugs bagi pasien untuk mengurangi kebisingan, penggunaan penyangga
lutut / tungkai , pemberian selimut bagi pasien, pemberian tutup kepala .
10. Untuk persiapan pelaksanaan pemeriksaan perlu dilakukan beberapa hal
berikut :
- Persiapan console yaitu memprogram identitas pasien seperti nama, usia
-
dan lain-lain
Mengatur posisi tidur pasien sesuai dengan obyek yang akan diperiksa.
Memilih jenis koil yang akan digunakan untuk pemeriksaan, misalnya
untuk pemeriksaan kepala digunakan Head coil, untuk pemeriksaan
g. Prosedur Pemeriksaan
1. Baringkan klien dengan posisi datar di tempat yang disediakan yang
digerakkan masuk ke tabung yang mengandung magnet
2. Proses pemindaian ini tidak nyeri tetapi klien mendengar bunyi dentuman pada
gulungan magnet sebagai getaran magnet
3. Karena proses MRI sca menggunakan tabung yang sempit, klien dapat
mengalami klaustrofobia
4. Obat penenang dapat diberikan saat proses ini
5. Klien disiapkan dengan memberikan penyuluhan teknik relaksasi. (Muttaqin,
2008)
h. Artefak pada MRI dan Cara Mengatasi
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya
dapat terdiri dari : kesalahan geometrik, kesalahan algoritma, kesalahan pengukuran
attenuasi. Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung
gerakan pernafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang
b.
c.
d.
e.
terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain
Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet.
Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya
Artefak yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap
Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk
Quenching
menyebabkan
terjadinya
penguapan
helium,
sehingga
ruang
Echocardiography
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik yang
Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa
darah dengan sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak
memperoleh aliran darah dengan baik karena penyakit jantung koroner.
Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan
seperti pada kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD,ASD) kelainan katup dan
pembuluh darah besar serta berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin
dalam kandungan.
Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan
stroke.
Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun orang dewasa.
Membantu dokter dalam menilai kemampuan gerak otot -otot dinding jantung
akibat penyempitan pembuluh koroner, pembengkakan otot jantung (dilated
cardiomypathy), dan penebalan otot jantung (hiperthrophy cardiomypathy)
yang disebabkan hipertensi dan kelainan otot jantung bawaan. (Edler, 2004)
b. Parameter
Salah satu parameter untuk menilai fungsi jantung adalah fraksi ejeksi (EF)
nilai normal EF lebih besar) 60%. Jika EF (lebih kecil) 40% ini berarti fungsi
jantungnya sudah menurun. Diduga kuat mempunyai penyakit jantung koroner
yang berat dan dengan pronosis yang buruk. (Edler, 2004)
c. Indikasi
1. Penyakit katup jantung atau bagi pasien yang pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya bising jantung (mur-mur),
2. Kondisi dimana ada dugaan adanya penyakit jantung bawaan.
3. Valuasi kondisi Aorta.
4. Dugaan adanya hipertensi pulmonal, emboli paru, pembesaran jantung pada
pemeriksaan toraks foto atau pada pemeriksaan fisik, dugaan adanya efusi
perikard.
5. Gagal jantung ,
6. Adanya aritmia, untuk menilai adanya faktor pencetus intrakardiak,
7. Evaluasi fungsi jantung pada pemakaian obat,
katup
dan
penyakit
jantung
bawaan.
Ekokardiografi
tidak
Gambar 27. Tabung fleksibel yang digunakan saat pemeriksaan Trans Esophageal
Echocardiography (TEE)
(Andini, 2010)
menstimulasi gerakan otot-otot jantung. Stress echo ini dilakukan sebagai bagian
dari tes stress. Selama tes stress, pasien disuruh berolahraga atau minum obat
(yang diberikan oleh dokter) untuk membuat jantung pasien bekerja keras dan
beat jantung menjadi lebih cepat. Seorang teknisi akan mengambil gambar
jantung pasien dengan menggunakan echocardiography sebelum pasien berolah
raga dan segera setelah pasien selesai berolahraga. Beberapa masalah jantung,
seperti penyakit jantung koroner, lebih mudah didiagnosis ketika jantung bekerja
keras dan beatnya lebih cepat.
akumulasi cairan yang terbentuk di antara otot jantung dan perikardium) dan
volume darah yang telah dipompa dari jantung setiap denyutnya.
1. Gelombang suara ultra M mode : adalah yang paling sederhana. Terdiri dari
gelombang ultra tunggal yang diarahkan pada daerah jantung dinding dada
depan.
Teknik kerja :
Gelombang ultrasonografi akan dipantulkan dari pertemuan jaringan
manapun dan sinyal pantulan ini dapat digunakan untuk membentuk
mode individual.
Informasi didapatkan cukup cepat sehingga memungkinkan konstruksi 25
frane per detik sehingga menghasilkan citra real time. Citra ini
memungkinkan penilaian struktur jantung dalam format dinamis dan
berguna untuk menilai fungsi miokard global dan regional, dimensi ruang
jantung, dan kelainan katup jantung.
3. Gelombang suara ultra Doppler : teknik ini dapat mendeteksi pergerakan dan
turbulensi aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah besar, tidak hanya
memberikan informasi srtuktural seperti yang didapatkan dari ekokardiografi
melainkan informasi hemodinamik katup dan fungsi ruang-ruang jantung,
misalnya fungsi sistolik dan diastolik ventrikel. Dengan teknik ini, gambar dapat
ditampilkan dengan warna, dikenal dengan ekokardiografi dopler berwarna
(color doppler echo).
Teknik kerja:
Efek Doppler sebetulnya sangat familiar dengan kita semua meskipun
mungkin kita tidak mengetahuinya. Ketika sebuah kereta atau mobil
mendekati seseorang, nada suara akan meninggi akan ketika menjauh dari
f. Kelebihan Echocardiography
1. Pemeriksaan dengan ekokardiografi tidak menyebabkan nyeri karena bersifat
non-invasif.
2. Selain itu, ekokardiografi juga dapat diulang sesering yang dibutuhkan
sehingga ideal bagi pemeriksaan serial pada pasien dengan berbagai kelainan
jantung.
3. Ekokardiografi dapat memberikan informasi spesifik dan cepat mengenai
keterlibatan katup ketika semua alat penunjang diagnostik lain telah gagal
memberikan diagnostik, termasuk katerisasi jantung dan angiografi. Sebagai
contoh ruptur otot papilaris akibat infark miokard akut, tumor jantung,
vegetasi, aneurisma aorta, kerusakan daun katup, dsbnya.
4. Pemeriksaan katerisasi jantung seperti ventrikulografi kiri dapat menetapkan
keparahan regurgitasi katup namun jarang dapat menentukan dengan spesifik
faktor penyebabnya (etiologi), tetapi justru dapat dideteksi dengan jelas dengan
ekokardiografi.
di
tusuk
jarum
langsung
atau
dalam
arteri
kaliber
kecil.
Studi angiografik secara rutin dilakukan dengan anestesi lokal. Setelah infiltrasi kulit dan
jaringan sekitar arteri atau vena yang akan ditusuk, sayatan kulit kecil dibuat, dan arteri
yangditusukdenganjarumangiografik.
Angiografi sangat bermanfaat untuk memperlihatkan tumpukan plak pada
pembuluh darah jantung, mendeteksi plak pada arteri carotis di leher yang menggangu
aliran darah ke otak yang menyebabkan stroke, mengetahui kelainan pada pembuluh darah
di otak, serta mengidentifikasi aneurisma intracranial atau bahkan adanya aneurisma
pembuluh darah aorta.(Prima, 2014).
a. Tujuan
1. Untuk mendeteksi problem pada pembuluh darah yang ada di dalam atau
yang menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah,
trombosis, penyempitan atau penyumbatan)
2. Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal (karena
tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak meningkat,
atau hydrocephalus)
3. Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat
pembedahan dan untuk mencek kondisi pembuluh tersebut.(Prima, 2014).
b. Jenis-jenis angiografi
1. Angiografi Cerebral
Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan
untuk mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral, hematoma,
tumor dari peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme dan untuk
mengevaluasi aliran darah serebral.
Gambar 35.
serebral menunjukkan
Angiogram
adanta
aneurisma
(Ginsberg, 2008)
2. Angiografi Pulmonal
Yaitu kateter dimasukan ke arteri pulmonalis dan kontras disuntikan untuk
melihat
pembuluh
darah pulmonal.
Bertujuan
untuk
mendeteksi
emboli
3. Angiografi Ginjal
Yaitu pemeriksaan ini memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh dan
parenkim ginjal dan untuk mendeteksi kelainan pembuluh di aorta serta untuk
memperlihatkan hubungan ginjal ke aorta.Angiografi Ginjal dilakukan dengan
tujuan untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal, trombus atau emboli ginjal dan untuk
menentukan faktor penyebab hipertensi atau gagal ginjal, serta untuk mengevaluasi
sirkulasi ginjal.
Gambar 40. Angiogram yang menunjukkan adanya aneurisma aorta abdominalis bawah
(Patel, 2007)
c. Indikasi Angiografi
1. Penyakit coroner
- Serangan angina baru
- Angina tidak stabil
- Iscemia tidak tampak
- (Treadmill Test positif) - TMT
- Nyeri dada
2. Infark miocard
- Angina tidak stabil post infark
- Gagal thrombosis
- Shock
- Komplikasi mekanik
3. Evaluasi :
- Post operasi CABG (Coronary Bypass Graff)
- Post PTCA
- Penelitian(Prima, 2014).
d. Kontraindikasi Angiografi
1. Relatif
- Cronic heart failure tidak terkontrol, hipertensi, aritmia
- Cerebrovasculer accident / cerebrovasculer desease
- Infeksi / demam
- Elektrolit inbalance
- Perdarahan gastro intestinal akut
- Kehamilan
- Anti koagulasi
- Pasien tidak kooperatif
- Keracunan obat
- Gagal ginjal
2. Mutlak
- Tidak cukup perlengkapan / fasilitas(Prima, 2014).
e. Prosedur
- Persiapan
a. Alat
1) Satu set angio pack yang terdiri dari
- Abdominal sheet 1
- Towel segi empat 3
- Lithotomy sheet 1
- I/I cover 1
- Hand towel 2
- Goun 2
- Sigle Layer 1
2) Satu set angio instrument yang terdiri:
- Sponge Holder 1
- Towel Clip 4
- Arteri klem besar 1
- Arteri klem kecil 1
- Galipot 2
- Kidney disk 2
- Round bowl 1
- Tray 1
3) Gauze swab 2 pack
4) Gauze depper 1 pack
5) Syringe 10 cc 2
6) Blade scapel No: 11 1
7) Nedle percutan 1
8) Introduser sheath 1 set
9) J wire 0.038 inc 3 mm 150 cm 1
10) Kateter Judkin Left 4 6 F 1
11) Kateter Judkin Right 4 6 F 1
12) Kateter pigtail 6 F bila diperlukan
13) Pressure monitor Line152 cm 1
14) Glove steril 1 pc
15) Three Way rotating 1
16) Dome steril 1
17) Cairan :
- Nacl 0.9 % + heparin 2500 iu 2 flb
- Betadin Solution secukupnya
- Alkohol 70% secukupnya
18) Obat-obatan
- Lidokain 2%/xylocain 5 amp/20 cc
- Kontras secukupnya
-
PASIEN
f. Administrasi
Informed concent
Status/file pasien
Surat jaminan
g. Prosedur
o Pasien masuk ruang tindakan
o Dilakukan perekaman EKG (Elektrokardiografi) 12 lead
o Preparasi daerah yang akan dilakukan pungsi bila FEAR(Femoral arteri
right) bersihkan daerah inguinalis kanan dan kiri dengan betadin
-
maintenance
Awasi tanda-tanda alergi kontras. Jika ada berikan dexamethason 1
Amp/iv
Awasi adanya tanda-tanda hematoma di inguinal/ femur dextra. Jika ada,
kanan kiri.
Setelah 24 jam, pasien boleh duduk dan berjalan
Diet rendah lemak dan kolesterol.
Antibiotik diberikan dari bangsal selama 3 hari (Jenis antibiotik sesuai
Berpakaian
Mandi
Pasien dapat mandi dengan sabun dan air 24 jam setelah prosedur.
Pasien tidak bolehberenang, atau berendam di hot tub atau Jacuzzi
sampai kontrol berikutnya
Latihan
Aktivitas seksual
Pekerjaan rumah
tangga
(hidangan/Binatu)
Mengangkat
Mengemudi
Pekerjaan
Obat
Diet
Rokok
Memberitahu dokter
jika:
i. Komplikasi
- Komplikasi minor meliputi:
Perdarahan dan memar pada daerah insisi
Infeksi pada daerah insisi
Reaksi alergi terhadap kontras
- Komplikasi mayor meliputi:
Kerusakan ginjal
Serangan jantung
Stroke
Kerusakan pembuluh darah yang memerlukan tindakan bedah lanjutan.
Reaksi anafilaksis(Chieko, 2016)
2.2 RADIOAKTIF
2.2.1
Prinsip
Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar
2.2.3. Tujuan
Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik
pendek, seperti sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk
menunjang diagnosis penyakit. Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi
dimanfaatkan dengan memakai isotop radioaktif yang disuntikkan ke dalam
tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di luar tubuh sehingga
diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh. Sebagai
contoh untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan
radioisotop natrium. Kemudian jejak radioaktif tersebut dirunut dengan
menggunakan pencacah Geiger. Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan
dengan terhentinya aliran natrium. Selain digunakan untuk mendiagnosis
penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi radiasi. Terapi radiasi adalah
cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini biasanya digunakan
dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan, mengurangi
gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium
kanker (Endang, 2010).
2.2.4. Manfaat radioisotop dalam bidang kedokteran dan kesehatan
Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan kedokteran
dan masing-masing radioisotop tersebut memiliki manfaat yang berbeda, antara
lain:
-
2.2.5. Indikasi
Hipertiroid
Kanker
Pasien post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai adjuvant
therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif (Arma, 2011).
2.2.6. Kontraindikasi
-
Kehamilan
2.2.7. Komplikasi
-
Hipotiroid
Akibat penghancuran kelenjar tiroid, yang biasanya terjadi 2-3 bulan setelah
pemberian terapi iodium radioaktif. Pemantauan klinis pada penderita dan
pemeriksaan rutin kadar hormon tiroid perlu dilakukan setiap bulan atau bila
ada keluhan yang bermakna. Pada saat penderita menjadi hipotiroid, maka
penderita tersebut memerlukan suplemen hormon tiroid seumur hidup untuk
memenuhi kekurangan hormon tiroid yang terjadi.
Krisis tiroid
Dapat ditemukan pada penderita usia lanjut atau dengan kondisi yang kurang
baik. Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian OAT.
Tiroiditis
3. Perisai
Perisai ini dibuat dari timbale atau beton ,ada 2 jenis perisai, yaitu:
2.2.9.
a.
iodium radioaktif
Sebelum pengobatan
Wanita hamil atau menyusui tidak boleh
lain-lain)
atau
obat
lain
yang
dihentikan
minggu
sedangkan
iodium radioaktif.
Puasa paling kurang 4 (empat) jam sebelum
iodium radioaktif.
Hindari kontak dengan anak-anak di bawah umur 12
gelas)
selama
(tiga)
hari
sesudah
pengobatan.
Setelah menggunakan jamban dan kamar mandi,
= 100 rem
= 1 rem
Sumber radiasi kosmik yang berasal dari benda langit di dalam dan luar tata
surya kita.
- Sumber radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi.
- Sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh manusia sendiri.
a. Sumber Radiasi Kosmik
Radiasi kosmik berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari
ruang antar bintang dan matahari.
b. Sumber Radiasi Terestrial
Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida
didalam kerak bumi, dan radiasi ini dipancarkan oleh radionulida yang
disebut primordial dengan waktu paro berorde milyar (109 ) tahun.
c. Sumber Radiasi di dalam
Tubuh Sumber radiasi alam lain adalah radionuklida yang ada di
dalam tubuh manusia. Sumber radiasi ini berada di dalam tubuh manusia
sejak dilahirkan atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan,
minuman, pernafasan, atau luka.
2.2.2.2 Sumber Radiasi Buatan
Sumber radiasi buatan mulai diproduksi pada abad ke 20, yaitu sejak
diketemukannya sinar-X oleh W. Roentgent. Saat ini sudah banyak sekali jenis
dari sumber radiasi buatan baik yang berupa zat radioaktif, pesawat sinar-X,
reaktor nuklir maupun akselerator.
a. Zat Radioaktif
Dewasa ini telah banyak sekali unsur radioaktif berhasil dibuat oleh
manusia berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan
neutron (reaksi fisi di dalam reaktor atom), aktivasi neutron, atau
berdasarkan penembakan nuklida yang tidak radioaktif dengan partikel atau
ion cepat (didalam alat-alat pemercepat partikel, misalnya akselerator,
siklotron).
- Pemancar Alfa
- Pemancar Beta
- Pemancar Gamma
Sebenarnya jarang
sekali
sumber
radioaktif
yang
hanya
boleh melebihi 10 mSv (1000 mrem) dimana umumnya kondisi ini biasanya
bekerja pada kategori B
Penyinaran yang bersifat lokal yaitu pada bagian tubuh tertentu ditetapkan
sebagai berikut: 2
-
Batas dosis efektif yang dievaluasi adalah 50 mSv (5.000 mrem) dalam
setahun dengan dosis rata-rata pada setiap organ tidak melebihi 500 mSv
setahun
Batas dosis untuk kulit dalah 500 mSv (50.000 mrem) dalam setahun.
Apabila penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas ini
berlaku untuk dosis yang rara-rata pada setiap permukaan 100 cm2
Batas dosis untuk tangan, kaki dan tungkai adalah 500 mSv (50.000 mrem)
dalam setahun
2.2.4
Proteksi
Dalam hal melakukan proteksi, ICRP (International Commission on
Nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya
(dengan pengecualian pada wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah :
(Edward dkk, 1990)
1. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh
ditetapkan 50 mSv (5000mrem) per tahun.
2. Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam
masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem) dalam jangka
waktu 13 minggu dan tidak melebihi.
4. NBD pekerja radiasi.
3. Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja
dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat
kelahiran diusahakan serendah-rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi
10 mSv (1000 mrem).
Nilai batas dosis yang diterapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat
Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai
penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan
anggota masyarakat selama jangka waktu 1 tahun, tidak bergantung pada laju dosis
tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam.
Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut: (Prayitno, 2009)
1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun
2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 50 mSv
per tahun.
3. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata
dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv.
Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil, yaitu: (Sjahriar, 2004)
a. Film badge
Berfungsi untuk mencatat dosis radiasi yang diterima oleh personil
(petugas) yang terkena berbagai jenis radiasi. Oleh sebab itu film badge
yang dipakai harus cukup mampu untuk mencatat dosis radiasi yang
berasal dari sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.
b. Dosimeter saku
Pengukur dosis yang mempunyai respon (reaksi) terhadap radiasi
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama
perjalanannya melalui elemen pendeteksian. Pada dasarnya dosimeter
saku lebih teliti dari pada film badge. Alat Pelindung Diri (APD) adalah
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Tentang Alat Pelindung Diri (2010) alat proteksi radiasi yang tersedia dan dapat
digunakan yaitu: apron, kaca mata, perisai gonad, perisai tiroid, dan sarung tangan.
Penggunaannya tergantung pada pemeriksaan radiografi yang digunakan.
kVp.Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan
pergelangan tangan.
Gambar 44. Penahan Radiasi Gonad dan Sarung Tangan Pelindung Radiasi.
(Marpaung, 2006)
- Proteksi pasien terhadap radiasi
Untuk proteksi ini perlu diperhatikan:
a. Pemeriksaan sinar X hanya atas permintaan seorang dokter.
b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.
c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya lebih
kuat.
d. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan
mempergunakan konus (untuk radografi) atau diafragma (untuk sinar
tembus).
e. Alat kelamin dilindungi sebisanya.
f. Pasien hamil, terutama trimester pertama, tidak boleh diperiksa
radiologik.
-
Tingkat acuan ini akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam
upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga tingkat acuan, yaitu: (Akhmadi,
2000)
a. Tingkat Pencatatan Tingkat
Pencatatan yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari
1/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada
di bawah nilai tingkat pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
b. Tingkat Penyelidikan Tingkat
Penyelidikan yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab
atau implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan
harus kurang dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
c. Tingkat Intervensi Tingkat
Intervensi yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa
tindakan penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan
sehingga tindakan penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasional
normal.
Untuk memproteksi diri dari sumber radiasi, maka diterapkan tiga strategi
dasar yang dikenal sebagai prinsip proteksi radiasi, yaitu: (BAPETEN, 2011)
d. Waktu
Kurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi. Sedapat mungkin
diupayakan
untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi saat proses
radiografi
untuk
mengurangi
dosis
radiasi
yang
diterima
secara
BAB III
KESIMPULAN
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi.
Cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi penerapan berbagai
teknologi pencitraan untuk mengdiagnosis dan mengobati penyakit disebut radiologi
(James et al, 2010). Pencitraan dapat menggunakan sinar X, USG, CT Scan, tomografi
emisi Positron (PET) dan MRI. Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi
dalam sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi
radiasi. Radiologi kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. (Narno &
Indrastuti, 2011).
Sinar X adalah sebuah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, cahaya tampak, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek yaitu hanya
(USG)
adalah
pemeriksaan
dalam
bidang
penunjang
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat.
Generator pulsa (oscilator) berfungsi sebagai penghasil gelombang listrik,
kemudian oleh transduser diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan ke medium.
Apabila gelombang suara mengenai jaringan yang memiliki nilai akustik impedansi, maka
gelombang suara akan dipantulkan kembali sebagai echo. Di dalam media (jaringan) akan
terjadi atenuasi, gema (echo) yang lebih jauh maka intensitasnya lebih lemah dibandingkan
dari echo yg lebih superfisial. Pantulan gema akan ditangkap oleh transduser dan
diteruskan ke amplifier untuk diperkuat. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung
sinar katoda melalui receiver, seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
Dengan perkembangan jaman yang makin pesat, perawat sebagai salah satu dari
tim medis diharapkan dapat memahami penggunaan dari USG. Sehingga perawat dapat
menentukan diagnosa yang tepat, serta mendeteksi adanya suatu kelainan pada diri pasien.
Penentuan diagnosa yang salah pada pasien dapat mengakibatkan penanganan pada pasien
akan kurang tepat. Pemeriksaan USG sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan
terhadap kelainan kongenital. Dengan demikian, kematian perinatal akibat kelainan
kongenital dapat dikurangi (Wiknjosastro, 2009).
Dengan perkembangan jaman yang makin pesat, perawat sebagai salah satu dari
tim medis diharapkan dapat memahami penggunaan dari USG. Sehingga perawat dapat
menentukan diagnosa yang tepat, serta mendeteksi adanya suatu kelainan pada diri pasien.
Penentuan diagnosa yang salah pada pasien dapat mengakibatkan penanganan pada pasien
akan kurang tepat. Pemeriksaan USG sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan
terhadap kelainan kongenital. Dengan demikian, kematian perinatal akibat kelainan
kongenital dapat dikurangi (Wiknjosastro, 2009).
Uji ultrasonografi (USG) adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi untuk memindai perut dan rongga rahim, menghasilkan suatu citra
(sonogram) dari bayi dan plasenta. Meskipun istilah ultrasonografi dan sonogram secara
teknis berbeda, istilah ini digunakan bergantian dan merujuk ke hal yang sama (Rustam,
2008).
Perawat sebagai kolaborator tentunya harus siap dan mengerti perannya sebagai
pemeriksa juga. Pemeriksa dalam hal ini diharapkan agar selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-
literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminarseminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan
pemanfaatan dan penggunakan USG oleh perawat sangat ditentukan oleh pengetahuan,
pengalaman dan latihan yang dilakukannya. Contohnya saja dalm menentukan teknik
Pemeriksaan. Perawat harus mengerti beberapa teknik pemeriksaan yang dilakukan di
USG, contoh: pemeriksaan USG transabdominal, transvaginal, transperineal/translabial,
transrektal, dan Invasif.
Tomography (CT) adalah sinar-X dengan menggunakan teknik tomografi dimana
berkas sinar-X menembus bagian tubuh pasien dari berbagai arah. (Marthis Prokap and
Michael Galanski, 2003 Chapter 1, P : 2). Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat
radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama
memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk
citra/gambar. Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan
setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar.
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum dilakukan scanning
pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam
sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula
prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan
kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah
perut.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas
secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang
terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan
serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang
dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang
dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data
masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan
suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
Tujuan dari CT-Scan untuk menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan
teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir dapat
digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah
digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang
penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan
bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman.
CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosis yang mempunyai aplikasi yang
universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan
tulang, tenggorokan, rongga perut. Dengan melakukan CT-Scan diagnosa suatu penyakit
akan lebih cepat ditegakkan sehingga tindakan terapi yang optimal dapat segera
dilakukan. Perawat sebagai bagian integral dalam pelayanan kesehatan, harus dapat
memahami penggunaan CT-Scan agar dapat memberikan diagnosa keperawatan yang
tepat untuk merencanakan intervensi keperawatan yang akan dilakukan dalam menangani
masalah yang dialami pasiennya. Selama proses pemeriksaan dengan CT-Scan dilakukan,
perawat bertugas berperan sebagai advokat pasien sehuingga pasien tidak merasa takut
dan cemas serta pasien dapat merasakan kenyamanan selama prosedur dilakukan.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang
pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan
penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan
antara 0,064 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen. Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan
tergantung pada banyak parameter. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan
kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada perawat dalam memantau respon
tumor terhadap pengobatan. MRI scan membuat gambaran grafik dari struktur tulang ,
cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail
anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor yang kecil atau sindrom
infark awal. (Muttaqin, 2008)
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom
bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuatspinning dan precessing. Dari hasil
penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR
Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan
pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran
potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Struktur atom
hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan
tidak membentuk keseimbangan. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan
kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada perawat dalam memantau respon
tumor terhadap pengobatan.
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik yang
menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi untuk memvisualisasikan
gambaran struktur dan fungsi jantung dilayar monitor.
Pada orang dewasa umumnya bila ada gejala sakit dada(chest pain), sesak
nafas dan tanda-tanda gagal jantung. Bayi dan anak2 yang dicurigai menderita penyakit
jantung bawaan seperti PDA, VSD, ASD, TOF dan lain-lain atau penyakit jantung didapat
seperti reumatik dan penyakit Kawasaki serta kardiomiopati mutlak memerlukan
pemeriksaan Echocardiography. anak-anak yang mendapat pengobatan suntikan anti
kanker (sitostatika) sebaiknya diperiksa Echocardiography terlebih dahulu sebelum dimulai
dosis awal untuk mengevaluasi seandainyananti terjadi efek samping obat-obat sitostatika
yang dapat merusak otot-otot jantung. (Edler, 2004).
Menurut Kabo (2008), indikasi utama ekokardiografi adalah mendiagnosis
penyakit katup dan penyakit jantung bawaan. Ekokardiografi tidak direkomendasikan
untuk menentukan ada tidaknya PJK, akan tetapi ekokardiografi dapat menentukan tingkat
keparahan dan lokasi penyakit, juga bernilai dalam menentukan viabilitas (kemungkinan
untuk hidup) miokard bila pasien ada rencana dilakukakn balonisasi atau operasi bypass
(indikasi prognostik). Pemeriksaan ekokardiografi untuk penderita PJK hanya sebagai
pemeriksaan penunjang, jadi tidak dilakukan secara rutin seperti EKG, kecuali ada
perubahan status klinis atau ada perubahan dalam terapi.
Angiography adalah pencitraan pembuluh darah menggunakan air-larut ionik
atau nonionik media kontras sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri (arteriografi)
atau vena (Venography).Untuk pembuluh getah bening, media kontras digunakan
berminyak.
Angiografi/Cath Lab adalah prosedur pemeriksaan invasif dengan sinar X (X-Ray) yang
bertujuan menggambarkan pembuluh darah di berbagai bagian tubuh.Ingin kenal lebih
jauhberikutpenjelasannya.
Angiografi sangat bermanfaat untuk memperlihatkan tumpukan plak pada
pembuluh darah jantung, mendeteksi plak pada arteri carotis di leher yang menggangu
aliran darah ke otak yang menyebabkan stroke, mengetahui kelainan pada pembuluh darah
DAFTAR PUSTAKA
A, Adler. 2010. Radiologic Sciences and Patient Care. Saunders: United States of
America.
Akhadi. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Akhadi. 2010. Pemanfaatan Radioisotop Dalam Teknik Nuklir Kedokteran. Badan
Tenaga Nuklir Nasional: Jakarta
Andini, Ary, dkk. 2010. Echocardiography. Surabaya: Universitas Airlangga.
Arma, A. J. A. 2011. Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera
Utara: Medan
BAPETEN. 2011. Peraturan Kepala PABETEN No.8 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar X Radiologi
Diagnostik dan Intervensional. Jakarta: BAPETEN
Brown, Mohn. et al. 2007. Medical Surgical Nursing Care second edition. New
Jersey: Pearson Prentice Hall
Budianto, Narno dan Normahayu, Indrastuti. 2011. Dasar-dasar Radiologi.
Malang: Bagian Radiologi RSU Dr. syaiful Anwar.
Chieco,
Dinar.
2016.
Post
Tindakan
Angiografi.
https://www.scribd.com/doc/93479738/ANGIOGRAFI-acc
D.P, Hopper dan S.L, William. 2007.Understanding Medical Surgical Nursing third
edition.Philadelphia: F.A Davis Company
Dewi, Nugrahawati. 2011. Rontgen.Majalah: Universitas Sebelas Maret
Effendy, Niluh. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
Eisenbeisz Jason. 2016. ALARA in Fluoroscopy. Las Vegas: XRC LLC
Freudenruch,
Craig.
2011.
How
Stuff
Works.
Available
on
www.howstuffworks.com
Ginsberg, Lionel. 2008. Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Gray, Dawkins, dkk. 2002. Lecture Notes Kardiologi edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Hopper D.P & William S.L. (2007).Understanding Medical Surgical Nursing third
edition.Philadelphia
F.A
Davis
Company
https://www.scribd.com/doc/93479738/ANGIOGRAFI-acc
James, Joice., dkk. 2010. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Jason, Eisenbeisz. 2016. ALARA in Fluoroscopy. Las Vegas : XRC LLC
Kabo, Peter. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koronoer:
Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kayan, et al. 2010. Effects of Vitamins C and E Combination on Element Levels in
Blood of Smoker and Nonsmoker. Radiology X-Ray Technicians. Biol
Trace Elem Res.
Mohn Brown L.E. et al. 2007. Medical Surgical Nursing Care second edition. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Niluh, Effendy. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
Notosiswoyo, Mulyono & Suswati, Susy. 2004. Pemanfataan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) sebagai Sarana Diagnosa Pasien.
Nugrahawati Dewi. 2011. Rontgen. Majalah : Universitas Sebelas Maret
Nurlaila, Z. 2010. Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan
Sterilisasi Serta Resikonya bagi Kesehatan. Buletin BATAN Th. XXII
No. 1: Jakarta
Patel, Pradip R. 2007. Lecture Note Radiologi edisi kedua .Jakarta : Erlangga
Prayitno B, Suliyanto. 2009. Analisis Dosis Pembatas untuk Pekerja Radiasi di
Instalasi Radiometalurgi.Yogyakarta: Seminar Nasional V.
Prima,
Edo.
2012.
Angiografi
acc.
https://www.scribd.com/doc/93479738/ANGIOGRAFI-acc
Radiology for Stundents and professional. 2010. Available on www.RTstudents.com
Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah (Sabistons essentials surgary)/ oleh
David C. Sabiston; alih bahasa, Petrus Adrianto, Timan I.S. Jakarta: EG
Sastrodiningrat, A.G., 2007. Pemahaman Indikator-Indikator Dini dalam
Menentukan Prognosa Cedera Kepala Berat. Universitas Sumatera
Utara. Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/753
[ Accessed 30 Juli 2016 ]
Setiawan, Duyeh, 2010, Radiokomia Teori Dasar dan Aplikasi Teknik Nuklir,
Bandung: Widya Padjadjaran.
Silvia, Sari. 2012. Pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar X
Di Unit Kerja Radiologi Rumah Sakit XYZ Tahun 2011.Skripsi:
Universitas Indonesia
Sjahriar, Rasad. 2004. Radiologi Diagnostik. 2rd eds. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers,
Sjahriar, Rasad. 2010. Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta: FKUI
Sunarya. 2013. Cara Kerja Pesawat Fluoroscopy. Jakarta: Staf Direktorat Inspeksi
Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Surya, Yohanes. 2008. IPA Fisika Gasing SMP Jilid 3 Kelas IX.Tangerang:
Kandel.
Marpaung.
2006.
Proteksi
Radiasi
dalam
Radiologi
Intervensional.