RADIOLOGIS
1. X-RAY
2. FLUOROSKOPI
3. USG
4. CT-Scan
5. MRI
6. ECHOCARDIOGRAPHY
7. ANGIOGRAPHY
8. RADIOAKTIF
BAB I
PENDAHULUAN
b. Tujuan
Untuk mendapatkan gembaran dan mengetahui kelainan anatomis
Digunaka dalam rencana pemberian perawatan
Membantu menegakkan diagnose . (Patel (2007)
c. Indikasi
Pada system musculoskeletal
o Pasien dengan riwayat trauma dan didapatkan tanda fraktur
o Ditemukan adanya deformitas (kelainan kongenital, tumor, infeksi,
penyakit degenerative, penyakit metabolic, penyakit autoimun)
o Setelah dilakukan reposisi tulang dan post terapi tertentu.
Pada system jantung dan pernapasan
o Melihat bentuk dan pembesaran jantung
o Melihat tanda-tanda kongesti paru pada gagal antung kongestif
o Ada dugaan penyakit pulmoner
o Memonitor status gangguan pernafasan dan abnormalitas yang
terjadi,
o Melihat posisi endotracheal tube atau tracheostmi tube, trauma dada.
(hopper & william, 2007)
Pada system urologi dan GIT :
o Obstruksi usus
o Perforasi saluran cerna
o Pankreatitis
o Batu ginjal atau batu empedu.
Pada Sistem Neurologi :
o Fraktur tulang tengkorak
o Fraktur facial
o Diastasis sutura. (Rasad, 2010)
Sedangkan Menurut Patel (2007) indikasi sinar X adalah untuk :
Melihat gambaran dada
Melihat gambaran abdomen
Melihat gambaran pada system tulang : tulang belakang, sendi, penyakit
degeneratif, metabolic, dan metastae.
d. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi yang mutlak
Mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan
wanita hamil untuk mencegah paparan radiasi. (Rasad, 2010)
Gambar 2.Proyeksi X Ray (1. Proyeksi AP, 2. Proyeksi PA, 3. Proyeksi Lateral
(Radiology for Stundents and professional, 2010)
Gambar 3. Foto manus AP dan Humerus lateral
(Radiology for Stundents and professional, 2010)
e. Komplikasi
Pemusnahan sel-sel dalam tubuh
Perubahan struktur genetic suatu sel
Kanker
Keguguran pada wanita hamil
Kerusakan kulit. (Kayan, et al, 2010)
f. Peran Perawat
Sebelum Pemeriksaan
o Melakukan inform concent
o Menjelaskan kepada pasien tentang indikasi akan dilakukan
pemeriksaan X Ray
o Menjelaskan resiko bila terkena x-ray, untuk itu harus sesuai
indikasi
o Pasien diantar ke ruang radiologi, sesuai keadaan pasien ,
( berjalan, kursi roda,branchart)
Saat Pemeriksaan
o Perawat membantu petugas radiologi untuk memposisikan
pasien.
o Tidak memperberat keadaan pasien
o Bila harus memegang pasien, perawat harus menggunakan
pelindung ( apron)
o Anjurkan pasien untuk menarik nafas dan menahan nafas
pada waktu pengambilan foto X Ray
o Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan foto AP lateral dapat
juga dilakukan, baju harus diturunkan sampai ke pinggang,
baju kertas atau baju kain dapat digunakan. Perhiasan harus
dilepas
o Pada jantung foto PA dan lateral, kiri dapat diindikasikan
untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung, perhiasan
pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan hingga ke
pinggang
o Pada abdomen pelaksanaan foto harus dilakukan sebelum
pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan dan digunakan baju
khusus untuk pemeriksaan. Pasien tidur telentang dengan
tangan menjauh dari tubuh
o Pada tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambut
harus dilepaskan, kaca mata, gigi palsu dilepas.
o Pada rangka bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan puasa,
dan imobilisasi pada daerah fraktur.
Sesudah Pemeriksaan
o Antar pasien ke ruangan
o Memberi saran untuk makan /minum yang bergizi, ( banyak
minum, konsumsi anti oksidan)
2.1.2 Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh dokter untuk
mengambil gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat video pergerakan
berbagai bagian tubuh di layar fluoresen secara langsung. Tindakan ini menggunakan
teknologi sinar-X dan bahan pewarna kontras, yang membuat bagian tubuh menjadi
tidak tembus pandang dan terlihat dengan lebih jelas. Fluoroskopi umumnya
digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan juga sebagai tindakan intervensi dalam
bidang ortopedi, respirasi, gastroenterologi, dan kardiovaskuler. (Eisenbeisz, 2016)
a. Prinsip Fluoroskopi
System fluoroscopic modern menggunakan image intensifier dihubungkan ke
system closed circuit television (CCTV)
Pengaturan dan pembatasan waktu penyinaran
o Sakelar memberikan peringatan yang berbunyi sebelum akhir selang
waktu dan secara otomatik mematikan alat sesudah beberapa menit
o Sakelar penyinaran harus terletak sedemikian rupa sehingga dapat
diatur oleh dokter ahli yang melakukan fluoroskopi, terlindung
terhadap kemungkinan tertekan/terputar tanpa sengaja
o Kedua tangan dan lengan bagian depan berada dalam daerah yang
terlindung terhadap radiasi hambur
o Waktu kumulatif tidak boleh dari 10 menit
c. Indikasi
Ssitem GIT
o Gangguan pencernaan seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri
perut
o Polip
o Tumor
o Memastikan keberadaan sindrom kelainan metabolisme
System musculoskeletal
o Untuk melihat proses penyembuhan dari tulang yang rusak intinya
untuk memastikan bahwa tulang tersebut telah kembali ke posisi dan
susunan yang benar selama penyembuhan (kembali ke posisi
sebelumnya/ repair fracture)
o Proses pemasangan implant
o Penggantian sendi
Sistem Kardiovaskular
o Penyumbatan pembuluh darah. (Eisenbeisz, 2016)
d. Kontraindikasi
o Wanita hamil (Eisenbeisz, 2016)
e. Komplikasi
Cedera pada kulit dan jaringan seperti luka bakar
Katarak akibat radiasi
Kanker (Eisenbeisz, 2016)
f. Peran Perawat dalam tindakan Fluoroskopi :
Sebelum Pemeriksaan
o Inform concent
o Jelaskan kepada klien tujuan pemeriksaan Fluoroskopi
o Jelaskan pada klien indikasi dilakukannya pemeriksaan Fluoroskopi
o Jelaskan komplikasi yang terjadi pada klien
o Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Saat pemeriksaan
o Tempatkan klien dalam ruangan yang tenang dan bercahaya redup
o Klien harus melepaskan semua perhiasan dan pakaian dalamnya dan
mengenakan baju yang sudah disediakan
o Jelaskan bahwa prosedur membutuhkan waktu 30-45 menit.
Sesudah pemeriksaan
o Antar pasien ke ruangan
o Memberi saran untuk makan /minum yang bergizi, ( banyak minum,
konsumsi anti oksidan) . (Niluh dan Effendy (2004)
1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang
akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada
pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk
menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang
diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga
fungsi kristal disini adalah untuk m engubah gelombang tersebut menjadi
gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat
diterjemahkan dalam bentuk gambar.
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU.
GAmbar 13. Prinsip Dasar USG
c. Tujuan
Dengan perkembangan jaman yang makin pesat, perawat sebagai salah satu
dari tim medis diharapkan dapat memahami penggunaan dari USG. Sehingga
perawat dapat menentukan diagnosa yang tepat, serta mendeteksi adanya suatu
kelainan pada diri pasien. Penentuan diagnosa yang salah pada pasien dapat
mengakibatkan penanganan pada pasien akan kurang tepat. Pemeriksaan USG
sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan terhadap kelainan kongenital.
Dengan demikian, kematian perinatal akibat kelainan kongenital dapat dikurangi
(Wiknjosastro, 2009).
National Institute of Health (NIH) USA menentukan indikasi untuk
dilakukannya pemeriksaan USG sebagai berikut :
Belum ada keseragaman:
Pengukuran Biometrik:
2. Lingkar kepala
3. Femur
4. Lingkaran perut > paling tidak akurat
5. Lain-lain:
- Jarak biorbita
- Panjang humerus
- Panjang fibia-fibula
- Panjang radius-ulna
- Lebra serebelum
- Ukuran jantung
- Ukuran ginjal
Parameter yang paling sering digunakan adalah : Ukuran DBP dan Femur
Dapat dijumpai lebih dari 1 kantong gestasi. Dapat diketahui dengan jelas mulai
kehamilan 6 minggu.
4. Molahidalidosa
d. Kehamilan Ektropik
i. Presentasi janin tidak jelas. Pemeriksaan USG pada kehamilan Trimester II dan III :
pemeriksaan Leopold yang sukar karena pasien gemuk, kehamilan protein,
hidramion
l. Tersangka oligohidramion/polihidramion
n. Evaluasi letak dan keadan plasenta Pemeriksaan USG pada kehamilan Trimester II
dan III: Pemeriksaan Leopold yang sukar karena pasien gemuk, kehamilan protein,
hidramin, dsb.
2. Hidramnion (polihidramnion)
3. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
5. Terdapat perbedaan mencolok dalam ukuran biometri satu dnegan lainnya pada
usia kehamilan
d. Indikasi
Anasenfalus
Ensefalokel
Spina
Abdomen
Disertai kelainan jantung, sel kemih atau kelainan pada sindroma down.
Obstruksi sel cerna bagian proximal ileum à hidramnio. Hidrops fetalis diserta
asites serta pembesarn hepar dan limfa
b. Gastrokisis, omfalokel
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia diafragma
Traktus Urogenitalis
Esktremitas
Alat Kelamin
e. Alat bantu dalam tindakan obstetri, seperti versi luar, versi ekstraksi,
plasenta manual, dsb
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang
disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu
benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan
janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat
diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang
dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu. (Barbara, 1995). Peran perawat yang dimaksud adalah cara
untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan
kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah
demi untuk kejelasan. Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Dari beberapa uraian diatas, dapat dijabarkan tujuan seorang perawat melaksanakan
tugasnya dalam pemberi layanan kesehatan dan asuhan keperawatan diharapkan lebih
berperan juga terhadap pemanfaatan medis. Pemanfaatan medis dalam hal ini adalah Uji
ultrasonografi (USG). USG memang bukan wewenang dan kewajiban seorang perawat
dalam proses pengoperasian, penggunaan, intepretasi, dan sebagainya. Dalam hal ini
diharapkan perawat dituntut untuk lebih bisa mengerti dan memiliki kemampuan
pemanfaatan alat medis tersebut untuk menunjang proses asuhan keperawatan.
Bila ditelaah melalui peran perawat sendiri, ada beberapa peran perawat menurut
Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 yang mengacu pada proses layanan kesehatan
khususnya asuhan keperawatan. Berikut ini peran perawat dalam pemanfaatan USG untuk
meningkatkan layanan asuhan keperawatan:
Pemanfaatn USG dalam keadaan ini dapat perawat gunakan sebagai advokasi
dalam penentuan waktu pemeriksaan USG. Uji USG dapat dilakukan kapan saja selama
masa kehamilan dan hasilnya dapat langsung dilihat pada layar selama uji ini dilakukan.
Pemindaian transvaginal dapat digunakan di awal kehamilan untuk mendiagnose
kemungkinan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Peran advokasi antara perawat
dan pasien dapat membantu pasien dalam menjadwalkan uji USG setiap tujuh minggu,
atau melakukan uji ini di awal kehamilan antara 6 sampai 10 minggu dan dilakukan lagi
pada usia 20 minggu. Uji USG tambahan akan dilakukan secara terpisah jika dicurigai ada
permasalahan yang berhubungan dengan kehamilan.
1. Pendidik / Edukator
Perawat dapat membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
Peran pendidik dalam pemanfaatan USG ini dapat dilakukan perawat dengan cara
menjelaskan pasien mengenai USG, seperti nama alat, manfaat, cara kerja alat, apa yang
harus diperhatikan pasien selama pengoperasian alat, dan juga menjelaskan secara umum
gambaran diagnosa medis pasien dari hasil pemeriksaan alat USG tersebut.
2. Koordinator
Perawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
3. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, bidan, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya
Perawat sebagai kolaborator tentunya harus siap dan mengerti perannya sebagai
pemeriksa juga. Pemeriksa dalam hal ini diharapkan agar selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-
literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-
seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan
pemanfaatan dan penggunakan USG oleh perawat sangat ditentukan oleh pengetahuan,
pengalaman dan latihan yang dilakukannya. Contohnya saja dalm menentukan teknik
Pemeriksaan. Perawat harus mengerti beberapa teknik pemeriksaan yang dilakukan di
USG, contoh: pemeriksaan USG transabdominal, transvaginal, transperineal/translabial,
transrektal, dan Invasif
4. Konsultan
Tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan
Sebagai konsultas perawat wajib mengerti dan bisa menjelaskan kepada pasien
yang bersangkutan setelah proses uji USG. Contohnya saja:
a. Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut
janin, dan sebagainya.
b. Trimester II:
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
c. Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
5. Peneliti
Perawat bisa mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Pemanfaatan alat medis USG ini mampu menjadi bahan penelitian oleh perawat. Sepeti
misalnya, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak tidak selamanya 100%, melainkan
80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak
terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Perawat sebagai peneliti sangat
boleh meneliti beberapa faktor yang mungkin muncul yang berhubungan dengan alat
tersebut. Contohnya antara lain:
Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG.
Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
a. Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya
tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada
keterbatasan.
b. Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan
bayi secara detail.
2.2 CT Scan
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi
terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan
antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan
pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih
(overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada
bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga
citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
Prinsip Kerja
Gambar 14. Bagan Prinsip Kerja CT Scanner
o Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari
perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan
detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus
listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses
berikut :
Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film.
Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning menggunakan CT
Scanner :
a. Kontraindikasi Absolut:
- Wanita hamil trimester pertama.
- Pada pemeriksaan dengan zat kontras, pasien mempunyai riwayat reaksi
alergi terhadap zat kontras sebelumnya.
b. Kontraindikasi Relatif:
- Kontraindikasi relative ini harus ditinjau dan dipandang dengan bijaksana
dari sudut pandang “Benefits versus Risks”. Jika ada keragu-raguan, Anda
dapat berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum melakukan pemeriksaan
CT Scan.
e. Peran Keperawatan
a. Asuhan Keperawatan
Tidak ada kontraindikasi medis terhadap pelaksanaan CT Scan pada klien.
Namun, sebagai radioaktif terlebih lagi adanya penggunaan zat kontras maka
perawat harus memperhatikan beberapa hal. Berikut ini adalah asuhan keperawatan
yang dapat dilakukan pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan diagnostik CT
Scan .
b. Pengkajian
Pengkajian terutama ditujukan kepada penggunaan zat kontrast. Zat yang
umum digunakan adalah iodium atau barium. Perawat mengkaji apakah ada reaksi
terhadap zat kontras seperti hematoma pada tempat injeksi dan nadi pada area
sekitarnya dan mengkaji apakah klien memiliki alergi tertentu, misalnya terhadap
iodium. Penggunaan kontras dapat berbahaya karena dapat mengiritasi pembuluh
darah sedangkan, klien yang memiliki kecenderungan alergi dapat mengalami
shock anafilaktik.
c. Diagnosa
Pelaksanaan CT Scan sendiri tidak memiliki bahaya yang fatal kecuali pada
dosis radiasi yang tinggi atau telah terakumulasi sedangkan bahaya sesungguhnya
dapat terjadi pada penggunaan kontrast. Diagnosa yang dapat muncul adalah resiko
trauma b.d iritasi dan alergi akibat pemberian benda kontras. Sebagai sebuah alat
yang asing maka, CT Scan juga dapat memunculkan rasa cemas pada klien.
d. Intervensi
- Mengkaji adanya alergi terhadap zat kontras
- Memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang CT Scan termasuk
prosedur pemeriksaannya
- Menjelaskan tentang adanya pemberian kontras
- Memindahkan alat bantu yang mengganggu sebelum pemeriksaan
- Mengajarkan klien gejala pada reaksi alergi (takipnea, distress pernafasan,
urtikaria, mual dan muntah).
Gambar 18. Alat CT Scan
2.1.4 MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang
pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan
penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan
antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen.
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama kemampuannya membuat
potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien
sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak.
Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan
tergantung pada banyak parameter.Bila pemilihan parameter tersebut tepat, kualitas
gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang
kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat
diag-nostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik
penggambaran MRI, antara lain :
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat (Notosiswoyo, 2004)
Gambar 19.Alat scan MRI tertutup.
(Surya, 2008)
Perkembangan MRI
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom
bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan precessing. Dari hasil
penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR
Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan
pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran
potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR.2 Selanjutnya
karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya
NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIOLOGI (1984),
NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging ( MRI) dan diletakkan di bagian
Radiologi. (Notosiswoyo, 2004)
Macam-macam MRI
MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang
telinga dalam , rongga mata , sinus
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah
seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor,
infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculoskeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan
tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan,
tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran
empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli
6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.
Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat
tersebut dapat digunakan untuk tehnik Fast Scan yaitu suatu tehnik yang memungkinkan 1
gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat
banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan
banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik.
(Notosiswoyo, 2004)
Gambar 20. Pemeriksaan pasien dengan MRI terbuka.
(Surya, 2008)
b. Tujuan MRI
MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia dalam sel, juga
memberikan informasi kepada perawat dalam memantau respon tumor terhadap
pengobatan. MRI scan membuat gambaran grafik dari struktur tulang , cairan, dan
jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail
anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor yang kecil atau
sindrom infark awal. (Muttaqin, 2008)
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi,
ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut
dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang
tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan
kemungkinan patologinya. (Notosiswoyo, 2004)
Gambar 21. Ilustrasi MRI pada klien dengan infark pada pons
(Muttaqin, 2008)
Gambar 22 .Hasil foto scan dengan MRI.
(Surya, 2008)
c. Instrumen MRI
Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari:
a. Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet. Agar dapat
mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe magnet,
efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil dari pesawat MRI
tersebut
b. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah
kumparan koil, yaitu
- Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
- Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal.
- Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial .
Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk
potongan oblik
c. Sistem frequensi radio berfungsi mem-bangkitkan dan memberikan radio
frequensi serta mendeteksi sinyal
d. Sistem komputer berfung-si untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengon-trol
semua komponen alat MRI dan menyim-pan memori beberapa citra
e. Sistem pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar pada film rongent
atau untuk menyimpan citra. (Notosiswoyo, 2004)
Gambar 23. Keterangan MRI
(https://rofiudin23.wordpress.com/2013/02/26/pencitraan-resonansi-magnetik-mri-magnetic-
resonance-imaging/)
d. Indikasi MRI
Menurut Patel (2007) Indikasi MRI adalah sebagai berikut :
SSP : teknik pilihan untuk pencitraan otak dan tulang belakang
Muskuloskeletal : pencitraan yang akurat pada kelainan persendian, tendon,
ligamen, dan otot
Jantung : pencitraan dengan teknik gatting yang berhubungan dengan siklus
jantung memungkinkan diagnosis berbagai kondisi jantung
Toraks : penilaian struktur vaskuler pada mediastinum
Abdomen : organ abdomen dapat divisualisasikan dengan baik, yang dikelilingi
oleh sinyal-sinyal yang tinggi dari lemak di sekelilingnya
Pelvis : staging neoplasma prostat , kandung kemih, dan pelvis
f. Penatalaksanaan Pasien
- Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal, perlu penentuan center magnet
(land marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus
sedekat mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat
magnet pada hidung.
- Untuk menentukan bagian tubuh dibuat Scan Scout (panduan pengamatan),
dengan parameter, ketebalan irisan dan jarak antar irisan serta format gambaran
tertentu. Ini merupakan gambaran 3 dimensi dari sejumlah sinar yang telah
diserap. Setelah tergambar scan scout pada TV monitor, maka dibuat
pengamatan- peng-amatan berikutnya sesuai dengan kebutuhan.
- Pemeriksaan MRI yang menggunakan kontras media, hanya pada kasus-kasus
tertentu saja . Salah satu kontras media untuk pemeriksaan MRI adalah
Gadolinium DTPA yang disuntikan intra vena dengan dosis 0,0 ml / kg berat
badan. (Notosiswoyo, 2004)
g. Prosedur Pemeriksaan
1. Baringkan klien dengan posisi datar di tempat yang disediakan yang
digerakkan masuk ke tabung yang mengandung magnet
2. Proses pemindaian ini tidak nyeri tetapi klien mendengar bunyi dentuman pada
gulungan magnet sebagai getaran magnet
3. Karena proses MRI sca menggunakan tabung yang sempit, klien dapat
mengalami klaustrofobia
4. Obat penenang dapat diberikan saat proses ini
5. Klien disiapkan dengan memberikan penyuluhan teknik relaksasi. (Muttaqin,
2008)
2.1.5 Echocardiography
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik yang
menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi untuk memvisualisasikan
gambaran struktur dan fungsi jantung dilayar monitor.
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga secara teknis relatif lebih
mudah dilakukan terhadap bayi, anak2 dan orang dewasa. Pemeriksaan ini dapat
mendekteksi gerakan otot-otot jantung baik yang normal maupun yang abnormal
seperti pada keadaan akibat serangan jantung. Pada anak2 dengan penyakit jantung
bawaan. Echocardiography akan dapat mengindentifikasi berbagai kelain struktrur
jantung termasuk kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di sekat sekat
jantung. Keluar masuk pembuluh darah baik yang normal maupun abnormal dapat
tervisualisasi dengan baik. Walaupun demikian pada kelain bawaan yang kompleks
sekali dan sulit, tidak jarang masih diperlukan pemeriksaan katerisasi jantung sebelum
dilakukan tindakan.
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan Echocardiography jika ditemukan
gejala dan penyakit jantung. Pada orang dewasa umumnya bila ada gejala sakit
dada(chest pain), sesak nafas dan tanda-tanda gagal jantung. Bayi dan anak2 yang
dicurigai menderita penyakit jantung bawaan seperti PDA, VSD, ASD, TOF dan lain-
lain atau penyakit jantung didapat seperti reumatik dan penyakit Kawasaki serta
kardiomiopati mutlak memerlukan pemeriksaan Echocardiography. anak-anak yang
mendapat pengobatan suntikan anti kanker (sitostatika) sebaiknya diperiksa
Echocardiography terlebih dahulu sebelum dimulai dosis awal untuk mengevaluasi
seandainya nanti terjadi efek samping obat-obat sitostatika yang dapat merusak otot-
otot jantung. (Edler, 2004)
a. Tujuan
Echocardiography dapat memberikan informasi tentang hal-hal sebagai
berikut:
Pembesaran jantung(kardiomegali) yang dapat terjadi akibat tekanan darah
tinggi, kebocoran katup jantung atau gagal jantung.
Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat memompa
darah dengan sempurna. Kelemahan otot jantung dapat terjadi akibat tidak
memperoleh aliran darah dengan baik karena penyakit jantung koroner.
Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit jantung bawaan
seperti pada kebocoran sekat-sekat jantung.(VSD,ASD) kelainan katup dan
pembuluh darah besar serta berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin
dalam kandungan.
Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi jantung atau
selama prosedur intevensi.
Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat menyebabkan
stroke.
Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun orang dewasa.
Pada demam rematik dan penjakit jantung rematik.
Membantu dokter dalam menilai kemampuan gerak otot -otot dinding jantung
akibat penyempitan pembuluh koroner, pembengkakan otot jantung (dilated
cardiomypathy), dan penebalan otot jantung (hiperthrophy cardiomypathy)
yang disebabkan hipertensi dan kelainan otot jantung bawaan. (Edler, 2004)
Sedangkan menurut Muttaqin (2009), tujuan dari ekokardiografi adalah :
- Menegakkan diagnosis kelainan structural pada jantung dan pembuluh darah
- Menetapkan derajat kelainan
- Mengevalusasi fungis kardiovaskuler
- Mengevaluasi hasil pembedahan jantung
- Mengevaluasi hasil terapi medis
- Menilai keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit lain
b. Parameter
Salah satu parameter untuk menilai fungsi jantung adalah fraksi ejeksi (EF)
nilai normal EF lebih besar) 60%. Jika EF (lebih kecil) 40% ini berarti fungsi
jantungnya sudah menurun. Diduga kuat mempunyai penyakit jantung koroner
yang berat dan dengan pronosis yang buruk. (Edler, 2004)
c. Indikasi
1. Penyakit katup jantung atau bagi pasien yang pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya bising jantung (mur-mur),
2. Kondisi dimana ada dugaan adanya penyakit jantung bawaan.
3. Valuasi kondisi Aorta.
4. Dugaan adanya hipertensi pulmonal, emboli paru, pembesaran jantung pada
pemeriksaan toraks foto atau pada pemeriksaan fisik, dugaan adanya efusi
perikard.
5. Gagal jantung ,
6. Adanya aritmia, untuk menilai adanya faktor pencetus intrakardiak,
7. Evaluasi fungsi jantung pada pemakaian obat,
8. Sebagai guidance/pemandu dalam tindakan fungsi perikard, pemasangan alat
pacu jantung dan lain sebagainya.
Echocardiografy tidak diindikasikan seperti halnya pemeriksaan EKG yang
merupakan pemeriksaan rutin untuk penyakit jantung koroner , melainkan sebagai
alat penunjang dan membantu dalam evaluasi fungsi jantung. Banyak hal yang
dengan pemeriksaan fisik, EKG, toraks foto, maupun treadmill tidak dapat dinilai
atau diketahui adanya kelainan. Tapi, dengan pemeriksaan ekokardiografi hal
tersebut dapat dinilai, seperti adanya gumpalan darah (trombus) dalam ruang
jantung, adanya aneurisma dinding jantung, adanya gerakan abnormal (diskinetik)
dinding jantung dan lain sebaginya. (Edler, 2004)
Menurut Kabo (2008), indikasi utama ekokardiografi adalah mendiagnosis
penyakit katup dan penyakit jantung bawaan. Ekokardiografi tidak
direkomendasikan untuk menentukan ada tidaknya PJK, akan tetapi ekokardiografi
dapat menentukan tingkat keparahan dan lokasi penyakit, juga bernilai dalam
menentukan viabilitas (kemungkinan untuk hidup) miokard bila pasien ada rencana
dilakukakn balonisasi atau operasi bypass (indikasi prognostik). Pemeriksaan
ekokardiografi untuk penderita PJK hanya sebagai pemeriksaan penunjang, jadi
tidak dilakukan secara rutin seperti EKG, kecuali ada perubahan status klinis atau
ada perubahan dalam terapi.
d. Jenis Echocardiography
Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering dilakukan yakni :
d. Fetal Echocardiography
f. Kelebihan Echocardiography
1. Pemeriksaan dengan ekokardiografi tidak menyebabkan nyeri karena bersifat
non-invasif.
2. Selain itu, ekokardiografi juga dapat diulang sesering yang dibutuhkan
sehingga ideal bagi pemeriksaan serial pada pasien dengan berbagai kelainan
jantung.
3. Ekokardiografi dapat memberikan informasi spesifik dan cepat mengenai
keterlibatan katup ketika semua alat penunjang diagnostik lain telah gagal
memberikan diagnostik, termasuk katerisasi jantung dan angiografi. Sebagai
contoh ruptur otot papilaris akibat infark miokard akut, tumor jantung,
vegetasi, aneurisma aorta, kerusakan daun katup, dsbnya.
4. Pemeriksaan katerisasi jantung seperti ventrikulografi kiri dapat menetapkan
keparahan regurgitasi katup namun jarang dapat menentukan dengan spesifik
faktor penyebabnya (etiologi), tetapi justru dapat dideteksi dengan jelas dengan
ekokardiografi.
5. Pemeriksaan dengan ekokardiografi pada kasus penyakit jantung koroner,
pemeriksaan dengan ekokardiografi dapat mengenali jumlah miokardium yang
beresiko selama iskemia atau infark akut dengan cepat dan tepat.
6. Pemeriksaan dengan ekokardiografi memiliki implikasi prognostik yang
penting pada berbagai akibat dari penyakit jantung koroner seperti dalam
menetukan tindakan dan pengobatan terhadap pasien infark jantung,
pemeriksaan dan keputusan ekokardiografi menjadi sangat bermanfaat karena
sanggup membedakan mana yang perlu dilakukan pendekatan bedah atau
intervensi non-bedah misalnya angioplasi koroner (PTCA).
7. Pemeriksaan dengan ekokardiografi dan doppler jantung dalam menenetukan
hemodinamik jantung sangat penting dalam menentukan diagnosa kelainan
jantung secara tepat. Sebagai contoh: pada gagal jantung nonvalvular termasuk
hipertensi, miopati, iskemik, penyakit perikard, ekokardiografi sanggup
membedakan antara kegagalan fungsi sistolik dan diastolik. Pembedaan ini
perlu karena pendekatan pengobatan menjadi berbeda, walaupun keduanya
adalah gagal jantung. (Gray, 2002)
g. Keterbatasan Echocardiography
Meskipun ekokardiografi telah merevolusi evaluasi anatomi dan fungsi
jantung, ekokardiografi tetap memiliki sejumlah keterbatasan , yaitu:
1. Ultrasonografi tidak dapat menembus kavitas berisi udara seperti jaringan paru,
dan hal ini membatasi lapang pandang ekokardiografi pada prekordium untuk
pencitraan ekokardiografi.
2. Selain itu, juga diperlukan latihan-latihan khusus dalam mendapatkan citra
ekokardiografi berkualitas tinggi, serta subjektivitas dalam interpretasi.
3. Kecepatan aliran yang melalui katup stenotik atau regurgitas dapat terukur
lebih rendah dengan ultrasonografi Doppler jika arah gelombang ultrasonografi
berada pada sudut yang besar terhadap aliran darah atau jika jet yang sempit
tidak pada posisi yang tepat dengan sinyal Doppler.
4. Perkiraan tinggi (over estimation)kecepatan aliran lebih jarang terjadi, namun
gradien katup instantaneus yang didapatkan dangan ultrasonografi Doppler
gelombang kontinyu dapat lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan
gradien yang didapatkan dengan membandingkan tekanan puncak setelah
menarik kateter melalui katup (gradien puncak ke-puncak) pada katerisasi
jantung.
5. Pengukuran yang dilakukan pada berbagai waktu dan/atau dalam keadaan
fisiologis yang berbeda akan menghasilkan nilai yang bervariasi bermakna.
(Gray, 2002)
2.1.6. Angiography
b. Jenis-jenis angiografi
1. Angiografi Cerebral
Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan
untuk mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral, hematoma,
tumor dari peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme dan untuk
mengevaluasi aliran darah serebral.
2. Angiografi Pulmonal
Yaitu kateter dimasukan ke arteri pulmonalis dan kontras disuntikan untuk
melihat pembuluh
darah pulmonal. Bertujuan
untuk mendeteksi
emboli
paru,tumor,perubahan vaskuler yang berhubungan dengan emfisema dan untuk
mengevaluasi sirkulasi pulmonal.
3. Angiografi Ginjal
Yaitu pemeriksaan ini memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh dan
parenkim ginjal dan untuk mendeteksi kelainan pembuluh di aorta serta untuk
memperlihatkan hubungan ginjal ke aorta.Angiografi Ginjal dilakukan dengan
tujuan untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal, trombus atau emboli ginjal dan untuk
menentukan faktor penyebab hipertensi atau gagal ginjal, serta untuk mengevaluasi
sirkulasi ginjal.
Gambar 37. Angiogram ginjal
( http://medicastore.com/penyakit/3383/Angiografi_Ginjal.html)
4. Angiografi Coroner
Yaitu pemeriksaan yang memungkinkan melihat kondisi pembuluh darah di
daerah jantung. (Prima, 2014).
c. Indikasi Angiografi
1. Penyakit coroner
- Serangan angina baru
- Angina tidak stabil
- Iscemia tidak tampak
- (Treadmill Test positif) - TMT
- Nyeri dada
2. Infark miocard
- Angina tidak stabil post infark
- Gagal thrombosis
- Shock
- Komplikasi mekanik
3. Evaluasi :
- Post operasi CABG (Coronary Bypass Graff)
- Post PTCA
- Penelitian(Prima, 2014).
d. Kontraindikasi Angiografi
1. Relatif
- Cronic heart failure tidak terkontrol, hipertensi, aritmia
- Cerebrovasculer accident / cerebrovasculer desease
- Infeksi / demam
- Elektrolit inbalance
- Perdarahan gastro intestinal akut
- Kehamilan
- Anti koagulasi
- Pasien tidak kooperatif
- Keracunan obat
- Gagal ginjal
2. Mutlak
- Tidak cukup perlengkapan / fasilitas(Prima, 2014).
e. Prosedur
- Persiapan
a. Alat
1) Satu set angio pack yang terdiri dari
- Abdominal sheet 1
- Towel segi empat 3
- Lithotomy sheet 1
- I/I cover 1
- Hand towel 2
- Goun 2
- Sigle Layer 1
2) Satu set angio instrument yang terdiri:
- Sponge Holder 1
- Towel Clip 4
- Arteri klem besar 1
- Arteri klem kecil 1
- Galipot 2
- Kidney disk 2
- Round bowl 1
- Tray 1
3) Gauze swab 2 pack
4) Gauze depper 1 pack
5) Syringe 10 cc 2
6) Blade scapel No: 11 1
7) Nedle percutan 1
8) Introduser sheath 1 set
9) J wire 0.038 inc 3 mm 150 cm 1
10) Kateter Judkin Left 4 6 F 1
11) Kateter Judkin Right 4 6 F 1
12) Kateter pigtail 6 F bila diperlukan
13) Pressure monitor Line152 cm 1
14) Glove steril 1 pc
15) Three Way rotating 1
16) Dome steril 1
17) Cairan :
- Nacl 0.9 % + heparin 2500 iu 2 flb
- Betadin Solution secukupnya
- Alkohol 70% secukupnya
18) Obat-obatan
- Lidokain 2%/xylocain 5 amp/20 cc
- Kontras secukupnya
- PASIEN
- Pasien biasanya di puasakan 4 – 6 jam sebelum tindakan dan dilakukan
pemeriksaan lab ( Hb, Ht, ureum, creatinin)
- Berikan penjelasan tentang tindakan / prosedur yang akan dilakukan,
tehnik batuk, nafas dalam dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan
selama tindakan berlangsung
f. Administrasi
Informed concent
Status/file pasien
Surat jaminan
g. Prosedur
o Pasien masuk ruang tindakan
o Dilakukan perekaman EKG (Elektrokardiografi) 12 lead
o Preparasi daerah yang akan dilakukan pungsi bila FEAR(Femoral arteri
right) bersihkan daerah inguinalis kanan dan kiri dengan betadin
10%secara aseptik dan anti septik
- Bila di radialis / brakialis bersihkan dengan betadin 10% daerah
sekitarnya .dengan teknik aseptic dan antiseptik.
o Tutup daerah ,tusukan dengan duk.lubang,daerah dada dan perut dengan
laken dan daerah extremitas bawah dengan laken besar,semua dalam
keadaan steril.
o Dilakukan anestesi lokal dahulu ,dengan lidocain 2 % kemudian dibuat
sayatan /luka kecil.
o Dilakukan pungsi FEAR , masukan J wire / pendek.
o Setelah J wire pendek masukan sheath jarum dicabut wire dipertahankan
pada pembuluh darah, kemudian sheath masuk bersama introduser J wire
pendek, dicabut
o Spoel sheath dengan NaCL + heparin 2500 iu,
sebelumnya .aspirasi ,spoul sampai bersih.
o Masukan kateter JUDKIN RIGHT 4. 6 F .yang didalam nya sudah ada J
wire panjang. masukan sampai + 1/3 bawah lutut dan tahan wire.
o Bila kateter sudah sampai di sinus valsava, dorong wire panjang pada
saat sistolik supaya masuk ke LV(Left Ventrikel),setelah masuk LV tarik
wire panjang .saambung dengan three way aspirasi sedikit kemudian di
lakukan pengukuran dan pullback kateter untuk mengukur gradien .
o Bila kateter sudah masuk ke muara RCA(Right Coronary Arteri)
o Dilakukan kororanografi dengan posisi RAO(Right Anterior Obliqe) 300
dan LAO(Left Anterior Obliqe) 400, CRANIAL 150 – 200.
o Cabut cartheter dan ganti dengan JUDKIN LEFT 4 6 F.
o Lakukan pengambilan gambar pada posisi :
• LAO – CRANIAL ( 400 – 250
• RAO – CAUDAL ( 20 – 20 )
• CRANIAL ( 300 )
• CAUDAL ( 30 )
• ( LAO 45 – CAU 20 )
o Cabut kateter dan ganti dengan pigtail untuk LV grafi bila diperlukan.
o Masukkan pigtail sampai LV dan sambung kateter dengan alat injektor
dengan ketentuan volume 30 kecepatan 12 ml / sec dengan posisi RAO
30 tekanan 450 Psi
o Prosedur selesai pasien diberi penjelasan bersihkan daerah tusukan, alat –
alat di bersihkan dan di rendam
o Pasien di pindahkan ke RR(Recovery Room).(Prima, 2014).
h. Implikasi Keperawatan
- Instruksi post Arteriografi
Bed rest total 24 jam dengan kaki kanan tidak boleh ditekuk di inguinal
Awasi vital sign (TD, N, RR) tiap ½ jam pada 3 jam pertama, selanjutnya
maintenance
Awasi tanda-tanda alergi kontras. Jika ada berikan dexamethason 1
Amp/iv
Awasi adanya tanda-tanda hematoma di inguinal/ femur dextra. Jika ada,
drag bantal pasir dikuatkan
Drag bantal pasir dilepas setelah 8 jam. Selanjutnya pasien boleh miring
kanan kiri.
Setelah 24 jam, pasien boleh duduk dan berjalan
Diet rendah lemak dan kolesterol.
Antibiotik diberikan dari bangsal selama 3 hari (Jenis antibiotik sesuai
preferensi dokter bangsal)
Jika kesakitan, beri analgesik
Inj Ondansentron 8 mg tiap pagi selama 2 hari.
Melaporkan ke dokter bila ditemukan gejala yang lain. (Chieko, 2016)
- Perawatan pasca angiografi
Berpakaian Jika perban tidak diambil di rumah sakit, pasien dapat melepasnya
setelah sampai di rumah, kecuali diperintahkansebaliknya.
Mandi Pasien dapat mandi dengan sabun dan air 24 jam setelah prosedur.
Pasien tidak bolehberenang, atau berendam di hot tub atau Jacuzzi
sampai kontrol berikutnya
Mengangkat Jangan mengangkat beban lebih dari 5kg untuk 3 hari pertama di
rumah.
Memberitahu dokter Suhu lebih dari 101,5. Pendarahan di tempat suntikan, kaki putih,
jika: mati rasa, dingin, sangat menyakitkan, atau jika benjolan yang
muncul di situs sayatan.
Tindak lanjut janji Jadwal dan menjaga janji selama 7-10 hari prosedur posting.
Dokter jantung akan memeriksa situs tusukan di penunjukan ini.
i. Komplikasi
- Komplikasi minor meliputi:
Perdarahan dan memar pada daerah insisi
Infeksi pada daerah insisi
Reaksi alergi terhadap kontras
- Komplikasi mayor meliputi:
Kerusakan ginjal
Serangan jantung
Stroke
Kerusakan pembuluh darah yang memerlukan tindakan bedah lanjutan.
Reaksi anafilaksis(Chieko, 2016)
2.2 RADIOAKTIF
2.2.1 Prinsip
Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar
radioaktif. Radioaktif mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan
manusia di berbagai bidang. Salah satunya di bidang kedokteran dan kesehatan.
Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan untuk keperluan radiodiagnostik dan
radioterapi dalam kedokteran nuklir. Teknik nuklir dengan menggunakan
radioisotop di bidang kedokteran nuklir dimulai pada tahun 1930-an sebagai wujud
dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada tahun
1967 tidak lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung (Dureh, 2010).
Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang
memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk
tujuan diagnostik melalui pemantauan proses fisiologi dan biokimia.
Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnostik
maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti
ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya
telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir (Dureh, 2010).
2.2.2. Jenis
- Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat
kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda,
tergantung dari lokasi kanker. Banyaknya dosis radiasi yang digunakan dihitung
dengan ukuran grays (Gy). Dosis yang diberikan tergantung jenis dan luas
tumor. Beberapa kasus yang bersifat kuratif, dosis yang diberikan sebesar 50
sampai 70 Gy, sedangkan limfoma diobati dengan dosis 20 to 40 Gy. Untuk
terapi adjuvan sekitar 50 – 60Gy.
- Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT))
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat
radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk
mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk
mengobati kanker tiroid (Akhadi, 2010).
2.2.3. Tujuan
Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik
pendek, seperti sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk
menunjang diagnosis penyakit. Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi
dimanfaatkan dengan memakai isotop radioaktif yang disuntikkan ke dalam
tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di luar tubuh sehingga
diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh. Sebagai
contoh untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan
radioisotop natrium. Kemudian jejak radioaktif tersebut dirunut dengan
menggunakan pencacah Geiger. Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan
dengan terhentinya aliran natrium. Selain digunakan untuk mendiagnosis
penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi radiasi. Terapi radiasi adalah
cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini biasanya digunakan
dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan, mengurangi
gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium
kanker (Endang, 2010).
2.2.5. Indikasi
- Hipertiroid
- Kanker
- Pasien post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant
therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif (Arma, 2011).
2.2.6. Kontraindikasi
- Kehamilan
- Pada penderita pria yang sebelumnya telah memiliki masalah pada
kesuburan, terapi ini dapat memperburuk infertilitasnya (Arma, 2011).
2.2.7. Komplikasi
- Hipotiroid
Akibat penghancuran kelenjar tiroid, yang biasanya terjadi 2-3 bulan setelah
pemberian terapi iodium radioaktif. Pemantauan klinis pada penderita dan
pemeriksaan rutin kadar hormon tiroid perlu dilakukan setiap bulan atau bila
ada keluhan yang bermakna. Pada saat penderita menjadi hipotiroid, maka
penderita tersebut memerlukan suplemen hormon tiroid seumur hidup untuk
memenuhi kekurangan hormon tiroid yang terjadi.
- Krisis tiroid
Dapat ditemukan pada penderita usia lanjut atau dengan kondisi yang kurang
baik. Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian OAT.
- Tiroiditis
- Oftalmopati (Nurlaila, 2010).
Adapun nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja
radiasinya (dengan pengecualian wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah:
Penyinaran yang bersifat lokal yaitu pada bagian tubuh tertentu ditetapkan
sebagai berikut: 2
- Batas dosis efektif yang dievaluasi adalah 50 mSv (5.000 mrem) dalam
setahun dengan dosis rata-rata pada setiap organ tidak melebihi 500 mSv
(50.000 mrem) dalam setahun
- Batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv (15.000 mrem) dalam
setahun
- Batas dosis untuk kulit dalah 500 mSv (50.000 mrem) dalam setahun.
Apabila penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas ini
berlaku untuk dosis yang rara-rata pada setiap permukaan 100 cm2
- Batas dosis untuk tangan, kaki dan tungkai adalah 500 mSv (50.000 mrem)
dalam setahun
2.2.4 Proteksi
Dalam hal melakukan proteksi, ICRP (International Commission on
Radiological Protection) telah menerbitkan bahwa dalam melakukan suatu radiografi
harus memenuhi 3 prinsip umum, sebagai berikut : (Boel, 2010)
Nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya
(dengan pengecualian pada wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah :
(Edward dkk, 1990)
1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun
2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 50 mSv
per tahun.
3. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata
dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv.
Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil, yaitu: (Sjahriar, 2004)
a. Film badge
Berfungsi untuk mencatat dosis radiasi yang diterima oleh personil
(petugas) yang terkena berbagai jenis radiasi. Oleh sebab itu film badge
yang dipakai harus cukup mampu untuk mencatat dosis radiasi yang
berasal dari sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.
b. Dosimeter saku
Pengukur dosis yang mempunyai respon (reaksi) terhadap radiasi
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama
perjalanannya melalui elemen pendeteksian. Pada dasarnya dosimeter
saku lebih teliti dari pada film badge. Alat Pelindung Diri (APD) adalah
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
Gambar 44. Penahan Radiasi Gonad dan Sarung Tangan Pelindung Radiasi.
(Marpaung, 2006)
Tingkat acuan ini akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam
upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga tingkat acuan, yaitu: (Akhmadi,
2000)
Untuk memproteksi diri dari sumber radiasi, maka diterapkan tiga strategi
dasar yang dikenal sebagai prinsip proteksi radiasi, yaitu: (BAPETEN, 2011)
d. Waktu
Kurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi. Sedapat mungkin
diupayakan
untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi saat proses
radiografi untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima secara
proporsional. Semakin minimal waktu bekerja maka akan semakin minimal
dosis yang diterima.
e. Jarak
Posisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi. Besarnya
paparan radiasi
akan menurun sebanding dengan kebalikan kuadrat jarak terhadap sumber.
Menjauhkan sumber radiasi dengan faktor dua maka akan menurunkan
intensitasnya menjadi seperempatnya dan menjauhkan jarak sumber radiasi
dengan faktor tiga maka akan menurunkan intensitas radiasi menjadi
sepersembilannya.
f. Perisai (Shielding)
Pilih dan gunakan perisai yang sesuai selama melakukan pekerjaan
dengan sumber radiasi. Perisai yang tepat dapat menurunkan secara
eksponensial paparan radiasi gamma dan menghalangi hampir semua sinar
radiasi beta. Pilih dan gunakan perisai yang sesuai selama melakukan
penelitian atau pekerjaan dengan sumber radiasi. Gunakan perisai yang
sesuai selama melakukan penelitian atau pekerjaan dengan sumber radiasi.
Gunakan pelindung berupa apron, sarung tangan dan kaca mata berlapis
timbal (Pb) yang merupakan sarana proteksi radiasi individu. Proteksi
lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang
radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses
radiografi.
Tujuan utama program proteksi dan keselamatan radiasi adalah menunjukkan
tanggung jawab Pemegang Izin melalui penerapan struktur manajemen, kebijakan dan
prosedur yang sesuai dengan sifat dan tingkat risiko. Ketika inspeksi dilakukan di suatu
fasilitas, dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi menjadi salah satu topik
diskusi antara tim inspeksi dengan Pemegang Izin, Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan
praktisi medic.
BAB III
KESIMPULAN
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi.
Cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi penerapan berbagai
teknologi pencitraan untuk mengdiagnosis dan mengobati penyakit disebut radiologi
(James et al, 2010). Pencitraan dapat menggunakan sinar X, USG, CT Scan, tomografi
emisi Positron (PET) dan MRI. Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi
dalam sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi
radiasi. Radiologi kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. (Narno &
Indrastuti, 2011).
Sinar X adalah sebuah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, cahaya tampak, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang
kelihatan.Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar X dapat menembus
bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat. Sinar X adalah salah satu dari pemeriksaan
diagnostic yang paling banyak digunakan. X-Ray memiliki tujuan untuk mendapatkan
gembaran dan mengetahui kelainan anatomis, digunakan pula dalam rencana pemberian
perawatan, serta membantu menegakkan diagnose. (Patel (2007)
Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh dokter untuk
mengambil gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat video pergerakan berbagai
bagian tubuh di layar fluoresen secara langsung. System fluoroscopic modern
menggunakan image intensifier dihubungkan ke system closed circuit television (CCTV).
Fluoroskopi bertujuan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu organ atau system
tubuh seperti dinamika alat peredaran darah misalnya jantung dan pembuluh darah vena
serta pernafasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. (Eisenbeisz, 2016).
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi
dalam menghasilkan imaging, tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa
sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping (non invasif). Ultrasonografi
dalam bidang kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan organ-organ tubuh yang
dapat diketahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, organ internal, otot, ukuran
mereka, struktur, luka patologi serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya.
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat.
Generator pulsa (oscilator) berfungsi sebagai penghasil gelombang listrik,
kemudian oleh transduser diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan ke medium.
Apabila gelombang suara mengenai jaringan yang memiliki nilai akustik impedansi, maka
gelombang suara akan dipantulkan kembali sebagai echo. Di dalam media (jaringan) akan
terjadi atenuasi, gema (echo) yang lebih jauh maka intensitasnya lebih lemah dibandingkan
dari echo yg lebih superfisial. Pantulan gema akan ditangkap oleh transduser dan
diteruskan ke amplifier untuk diperkuat. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung
sinar katoda melalui receiver, seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
Dengan perkembangan jaman yang makin pesat, perawat sebagai salah satu dari
tim medis diharapkan dapat memahami penggunaan dari USG. Sehingga perawat dapat
menentukan diagnosa yang tepat, serta mendeteksi adanya suatu kelainan pada diri pasien.
Penentuan diagnosa yang salah pada pasien dapat mengakibatkan penanganan pada pasien
akan kurang tepat. Pemeriksaan USG sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan
terhadap kelainan kongenital. Dengan demikian, kematian perinatal akibat kelainan
kongenital dapat dikurangi (Wiknjosastro, 2009).
Dengan perkembangan jaman yang makin pesat, perawat sebagai salah satu dari
tim medis diharapkan dapat memahami penggunaan dari USG. Sehingga perawat dapat
menentukan diagnosa yang tepat, serta mendeteksi adanya suatu kelainan pada diri pasien.
Penentuan diagnosa yang salah pada pasien dapat mengakibatkan penanganan pada pasien
akan kurang tepat. Pemeriksaan USG sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan
terhadap kelainan kongenital. Dengan demikian, kematian perinatal akibat kelainan
kongenital dapat dikurangi (Wiknjosastro, 2009).
Uji ultrasonografi (USG) adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi untuk memindai perut dan rongga rahim, menghasilkan suatu citra
(sonogram) dari bayi dan plasenta. Meskipun istilah ultrasonografi dan sonogram secara
teknis berbeda, istilah ini digunakan bergantian dan merujuk ke hal yang sama (Rustam,
2008).
Perawat sebagai kolaborator tentunya harus siap dan mengerti perannya sebagai
pemeriksa juga. Pemeriksa dalam hal ini diharapkan agar selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-
literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-
seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan
pemanfaatan dan penggunakan USG oleh perawat sangat ditentukan oleh pengetahuan,
pengalaman dan latihan yang dilakukannya. Contohnya saja dalm menentukan teknik
Pemeriksaan. Perawat harus mengerti beberapa teknik pemeriksaan yang dilakukan di
USG, contoh: pemeriksaan USG transabdominal, transvaginal, transperineal/translabial,
transrektal, dan Invasif.
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum dilakukan scanning
pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam
sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula
prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan
kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah
perut.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas
secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang
terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan
serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang
dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang
dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data
masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan
suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
Tujuan dari CT-Scan untuk menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan
teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir dapat
digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah
digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang
penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan
bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman.
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom
bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuatspinning dan precessing. Dari hasil
penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR
Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan
pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran
potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Struktur atom
hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan
tidak membentuk keseimbangan. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan
kimia dalam sel, juga memberikan informasi kepada perawat dalam memantau respon
tumor terhadap pengobatan.
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik yang
menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi untuk memvisualisasikan
gambaran struktur dan fungsi jantung dilayar monitor.
Pada orang dewasa umumnya bila ada gejala sakit dada(chest pain), sesak
nafas dan tanda-tanda gagal jantung. Bayi dan anak2 yang dicurigai menderita penyakit
jantung bawaan seperti PDA, VSD, ASD, TOF dan lain-lain atau penyakit jantung didapat
seperti reumatik dan penyakit Kawasaki serta kardiomiopati mutlak memerlukan
pemeriksaan Echocardiography. anak-anak yang mendapat pengobatan suntikan anti
kanker (sitostatika) sebaiknya diperiksa Echocardiography terlebih dahulu sebelum dimulai
dosis awal untuk mengevaluasi seandainyananti terjadi efek samping obat-obat sitostatika
yang dapat merusak otot-otot jantung. (Edler, 2004).
Menurut Kabo (2008), indikasi utama ekokardiografi adalah mendiagnosis
penyakit katup dan penyakit jantung bawaan. Ekokardiografi tidak direkomendasikan
untuk menentukan ada tidaknya PJK, akan tetapi ekokardiografi dapat menentukan tingkat
keparahan dan lokasi penyakit, juga bernilai dalam menentukan viabilitas (kemungkinan
untuk hidup) miokard bila pasien ada rencana dilakukakn balonisasi atau operasi bypass
(indikasi prognostik). Pemeriksaan ekokardiografi untuk penderita PJK hanya sebagai
pemeriksaan penunjang, jadi tidak dilakukan secara rutin seperti EKG, kecuali ada
perubahan status klinis atau ada perubahan dalam terapi.
Angiography adalah pencitraan pembuluh darah menggunakan air-larut ionik
atau nonionik media kontras sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri (arteriografi)
atau vena (Venography).Untuk pembuluh getah bening, media kontras digunakan
berminyak.
Angiografi/Cath Lab adalah prosedur pemeriksaan invasif dengan sinar X (X-Ray) yang
bertujuan menggambarkan pembuluh darah di berbagai bagian tubuh.Ingin kenal lebih
jauhberikutpenjelasannya.
Angiografi sangat bermanfaat untuk memperlihatkan tumpukan plak pada
pembuluh darah jantung, mendeteksi plak pada arteri carotis di leher yang menggangu
aliran darah ke otak yang menyebabkan stroke, mengetahui kelainan pada pembuluh darah
di otak, serta mengidentifikasi aneurisma intracranial atau bahkan adanya aneurisma
pembuluh darah aorta. (Prima, 2014).
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
individu sesuai dengan status sosialnya (Asmadi, 2006). Peran menggambarkan otoritas
seseorang yang diatur dalam aturan yang jelas. Peran perawat adalah seperangkat tingkah
laku yang dilakukan perawat sesuai dengan profesinya. Peran perawat dipengaruhi oleh
keadaan sosial maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat tetap (constant)
(Kusnanto, 2004). Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka disimpulkan bahwa peran
perawat adalah semua tingkah laku yang dilakukan perawat sesuai profesinya yang bersifat
tetap dan dipengaruhi oleh keadaan sosial maupun dari luar profesinya.
Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif.
Radioaktif mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan manusia di berbagai
bidang. Salah satunya di bidang kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di
bidang kesehatan untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran
nuklir. Teknik nuklir dengan menggunakan radioisotop di bidang kedokteran nuklir
dimulai pada tahun 1930-an sebagai wujud dari perkembangan ilmu dan teknologi.
Sedangkan di Indonesia dimulai pada tahun 1967 tidak lama setelah peresmian reaktor
nuklir di Bandung (Dureh, 2010).
Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang
memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk tujuan
diagnostik melalui pemantauan proses fisiologi dan biokimia.
DAFTAR PUSTAKA
A, Adler. 2010. Radiologic Sciences and Patient Care. Saunders: United States of
America.
Arma, A. J. A. 2011. Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera
Utara: Medan
Brown, Mohn. et al. 2007. Medical Surgical Nursing Care second edition. New
Jersey: Pearson Prentice Hall
Gray, Dawkins, dkk. 2002. Lecture Notes Kardiologi edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Hopper D.P & William S.L. (2007).Understanding Medical Surgical Nursing third
edition.Philadelphia : F.A Davis Company
https://www.scribd.com/doc/93479738/ANGIOGRAFI-acc
James, Joice., dkk. 2010. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Jason, Eisenbeisz. 2016. ALARA in Fluoroscopy. Las Vegas : XRC LLC
Mohn Brown L.E. et al. 2007. Medical Surgical Nursing Care second edition. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nurlaila, Z. 2010. Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan
Sterilisasi Serta Resikonya bagi Kesehatan. Buletin BATAN Th. XXII
No. 1: Jakarta
Patel, Pradip R. 2007. Lecture Note Radiologi edisi kedua .Jakarta : Erlangga
Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah (Sabiston’s essentials surgary)/ oleh
David C. Sabiston; alih bahasa, Petrus Adrianto, Timan I.S. Jakarta: EG
Setiawan, Duyeh, 2010, Radiokomia Teori Dasar dan Aplikasi Teknik Nuklir,
Bandung: Widya Padjadjaran.
Sjahriar, Rasad. 2004. Radiologi Diagnostik. 2rd eds. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers,
Surya, Yohanes. 2008. IPA Fisika Gasing SMP Jilid 3 – Kelas IX.Tangerang:
Kandel.