Anda di halaman 1dari 51

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PENCITRAAN DADA, JANTUNG, ABDOMEN,

GINJAL( X-Ray, CT-scan), Bronkoskopi, respirometri

Oleh :

KELOMPOK 1

1. Ary Naning Viva DP NIM : 2214314201189


2. Fariska Rakhmad Nur Ikhsan NIM : 2214314201179
3. Fitria istiariningsih NIM : 2214314201218
4. Henny lailayut T NIM : 2214314201220
5. Mas’ula arjumuntik NIM : 2214314201221
6. Rovi agustiono NIM : 2214314201219
7. Sri masriah NIM : 2214314201191

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul “Prosedur

Pemeriksaan Radiologi” dapat disusun oleh kelompok 4 dengan baik dan tepat

waktu. Makalah ini disusun oleh kelompok 4 untuk memenuhi tugas mata kuliah

keperawatan dewasa sistem pernafasan, kardiovaskuler dan hematologi. Penulis

berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca. Tidak lupa pula penulis

mengucapkan terima kasih karena telah diberikan kesempatan untuk menyusun

makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

bantuan dari beberapa pihak :

1. Bpk. Ns.Regista Trigantara, M.Kep selaku dosen penanggung jawab mata

kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat waktu.

2. Teman-teman kelompok 1 yang telah membantu dalam penyusunan makalah

ini dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini ada beberapa hal yang perlu

diperbaiki dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Malang, November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang

menghasilkan gambar bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan

diagnostik yang dinamakan pencitraan diagnostik. Menurut Patel (2005:2),

radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat

bagian tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau radiasi

gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Modalitas

pencitraan (modality) merupakan istilah dari alat-alat yang digunakan

dalam bidang radiologi untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit.

Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap

awal sehingga akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang

dilakukan. Jenis pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan

peralatan pencitraan diagnostik yang perkembangannya sangat

dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan biologi serta teknologi

elektronika, dan komputer. Dalam pembangunan suatu fasilitas kesehatan,

peralatan pencitraan diagnostik merupakan investasi terbesar dari seluruh

anggaran yang diperlukan (Kartawiguna & Georgiana, 2011:1).

Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan

laporan temuan pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-

sama dengan teknik dan temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar

tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi merupakan komponen


utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk

keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi

intervensi seperti biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi

pembuluh darah termasuk recanalization (menghilangkan penyumbatan)

atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut secara bertahap

(gradually) (Kartawiguna & Georgiana, 2011:3).

Rontgen merupakan tindakan medis yang menggunakan radiasi

gelombang elektromagnetik untuk mengambil gambar bagian dalam dari

tubuh seseorang. Biasanya rontgen digunakan untuk mendiagnosa masalah

kesehatan dan pemantauan kondisi kesehatan pada diri seseorang. Cara

kerja foto rontgen menggunakan X-ray dengan memindahkan radiasi

frekuensi tinggi ke seluruh tubuh. Sinar ini kemudian ditangkap pada

gambar, dengan bagian-bagian tubuh yang berbeda menjadi terlihat karena

perbedaan warna pada gambar

Perbedaan warna ini didasarkan pada kepadatan bagian tubuh

seseorang, yaitu, X-ray menunjukkan tulang sebagai gambar putih dan

menunjukkan paru-paru sebagai gambar yang lebih gelap. Dalam beberapa

jenis foto Rontgen, digunakan tambahan zat pewarna (kontras) yang

diminum atau disuntikkan, misalnya iodine atau barium, untuk

menghasilkan gambaran yang lebih detail. Metode yang satu ini dianggap

paling umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya retak atau

patah tulang karena kecelakaan atau terbentur benda keras.


BAB II

KONSEP TEORI

1. X-RAY DADA

Rontgen dada adalah suatu pemeriksaan pencitraan struktur dengan

mengambil gambar dari jantung, paru, pembuluh darah, saluran pernafasan,

dan kelenjar getah bening menggunakan X-ray. Pemindaian X-ray dada

digunakan untuk mendiagnosis masalah kesehatan yang menimbulkan gejala di

daerah dada seperti masalah paru dan pernafasan serta gangguan jantung.

1. Tujuan dari rontgen dada diantaranya:

 Mengevaluasi kondisi paru-paru, jantung, dan dinding dada.

 Menentukan penyebab sesak napas, batuk lama, demam, nyeri dada,

atau cedera.

 Mendiagnosis dan memantau efektivitas pengobatan dari beberapa

penyakit, seperti emfisema paru dan kanker.

 Karena rontgen dada (thoraks) tergolong cepat dan mudah dilakukan,

prosedur ini seringkali diperlukan dalam diagnosis dan penanganan

kegawat daruratan medis.

Untuk meminimalisir kesalahan, ada berbagai macam cara untuk

memudahkan interpretasi rontgen toraks secara mudah. Salah satu caranya

dengan sistem bantuan ABCDEFGHI.

Untuk menilai apakah sebuah foto layak dibaca, ada sebuah mnemonic

PIER untuk memudahkan :


 Position: melihat posisi dalam pengambilan gambar, apakah foto diambil

dalam posisi supine, posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) atau

lateral.

 Inspiration: foto yang baik dilakukan jika pasien mengambil inspirasi

yang cukup dalam. Inspirasi yang baik akan memperlihatkan iga posterior

nomor 10 dan 11 dari pasien.

 Exposure: foto yang baik akan mempunyai densitas yang baik sehingga

dapat melihat struktur vaskular paru dengan baik (bahkan hingga ke

bagian perifer), dapat melihat batas jantung, aorta, diafragma, juga

garis spinal column.

 Rotation : untuk menilai apakah pasien berdiri tegak lurus, dapat dilihat

apakah jarak dari mid klavikula kanan dan kiri ke vertebra sama dan

sejajar.
2. Prosedur X- Ray dada

1) Beberapa persiapan yang biasanya dilakukan sebelum rontgen dada :

 Informasikan pada dokter bila Anda sedang hamil atau

merencanakan kehamilan.  Rontgen dada biasanya tidak boleh

dilakukan selama enam bulan pertama kehamilan. Pasalnya,

paparan radiasi pada ibu hamil dapat mengganggu perkembangan

janin yang dikandung.

 Beri tahukan pada dokter jika memiliki tindikan atau tato di daerah

dada.

 Mengenakan pakaian yang mudah dilepas, misalnya berkancing di

bagian depan.

 Menandatangani formulir persetujuan prosedur.

 Melepaskan aksesori dan perhiasan.

 Pasien umumnya tidak perlu berpuasa sebelum pemeriksaan

dilakukan. Obat anestesi (bius) juga tidak diperlukan selama

prosedur

2) Proses Rontgen dada

Secara umum, rontgen thoraks hanya berlangsung sekitar 10-15 menit

dengan proses pemeriksaan sebagai berikut:

 Pasien akan diminta melepaskan pakaian, perhiasan, atau aksesori

lainnya karena dapat mengganggu jalannya pemeriksaan.

 Pasien akan diminta mengenakan pakaian khusus dari rumah sakit.


 Pasien akan diminta berbaring, duduk, atau berdiri, tergantung

pada gambar rontgen dada yang dibutuhkan.

 Pada gambar yang diambil dalam posisi berdiri atau duduk, pasien

akan diminta mendorong bahu ke depan pelat sinar x yang ada di

dalam ruangan. Pasien kemudian akan diminta menarik napas

panjang dan menahannya hingga pengambilan gambar dilakukan. 

 Bila pasien tidak bisa menahan napas, teknisi medis (radiolog)

akan mengambil gambar sambil memperhatikan gerakan napas

pasien.

 Pasien tidak boleh bergerak selama pemeriksaan. Gerakan dapat

mempengaruhi kualitas gambar rontgen.

 Bila gambar rontgen harus diambil dari samping, pasien akan

diminta menghadap kanan atau kiri dan mengangkat lengan di atas

kepala.

 Radiolog akan berdiri di belakang jendela khusus selama gambar

rontgen diambil.

3) Hasil foto thorax normal

Hasil rontgen dada yang normal akan menunjukkan kondisi berikut:

 Saluran udara dan paru-paru bersih dari cairan dan infeksi

 Tidak ada massa atau benda abnormal

 Jantung tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan atau

pembesaran

 Kerongkongan dan aorta toraks normal

 Tidak ada tanda-tanda patah tulang rusuk atau kerusakan lainnya.


 Jika rontgen dilakukan untuk memeriksa pemasangan alat medis,

foto rontgen akan menunjukkan alat medis tersebut berada pada

posisi yang tepat di dalam dada.

4) Hasil foto thorax abnormal

Hasil rontgen dada abnormal akan menunjukkan kondisi berikut:

 Terdapat cairan atau infeksi pada saluran udara dan paru-paru 

 Terdapat massa atau benda abnormal

 Jantung menunjukkan tanda-tanda kerusakan atau pembesaran

 Kerongkongan dan aorta toraks terlihat tidak normal

 Terdapat tanda-tanda patah tulang rusuk atau kerusakan lainnya.

5) Yang perlu di perhatikan selama dan setelah rontgen

Alat medis yang dipasang tidak berada pada posisi yang tepat di dalam

Rontgen dada tidak menimbulkan nyeri. Namun pasien mungkin akan

merasa tidak nyaman karena suhu ruangan dan pelat sinar-X yang

dingin. Pasien dengan arthritis (radang sendi) atau cedera pada dinding

dada, bahu, atau lengan mungkin akan merasa tidak nyaman saat

diminta untuk tidak bergerak selama pemeriksaan. Setelah rontgen

dada, tidak ada perawatan khusus yang diperlukan

2. X- Ray Abdomen

Foto polos abdomen merupakan modalitas pencitraan radiologi non-

invasif pada abdomen dengan menggunakan x-ray. Foto polos abdomen

digunakan dalam penilaian organ abdomen, seperti saluran pencernaan, ginjal,

dinding abdomen, dan tulang.


a) Indikasi X- Ray Abdomen

Diindikasikan pada penyakit terkait organ abdomen, baik emergensi

maupun non-emergensi. Penyakit emergensi yang membutuhkan

pemeriksaan foto polos abdomen, seperti kecurigaan obstruksi

dan perforasi, eksaserbasi akut inflammatory bowel disease, pankreatitis

akut, benda asing abdomen, dan trauma abdomen.

Keadaan non-emergensi yang mungkin membutuhkan pemeriksaan

foto polos abdomen, antara lain massa abdomen, batu saluran kemih, batu

ginjal, evaluasi udara bebas intraperitoneal/retroperitoneal dan gas usus

setelah tindakan, serta pemantauan aliran kontras melalui usus.

Pemeriksaan foto polos abdomen perlu dibedakan dengan

teknik Blass Nier Oversich (BNO) atau kidney, ureter, and

bladder (KUB), di mana teknik pemeriksaan BNO atau KUB dilakukan

untuk menilai saluran kemih dan membutuhkan persiapan khusus pada

pasien.

Foto polos abdomen umumnya dilakukan dengan proyeksi

anteroposterior (AP) pada pasien yang berada dalam posisi supinasi. Pada
beberapa kondisi, pasien akan diposisikan berdiri atau berbaring pada satu

sisi (decubitus) untuk menilai keadaan udara pada abdomen. Interpretasi

foto polos abdomen secara umum terdiri atas pemeriksaan pola udara usus

dan udara bebas pada rongga abdomen, pemeriksaan masing-masing organ

abdomen untuk melihat adanya kelainan, pencarian adanya kalsifikasi,

penilaian tulang, dan penilaian bagian bawah paru. Kehamilan merupakan

kontraindikasi relatif pemeriksaan foto polos abdomen. Foto polos

abdomen pada ibu hamil hanya dilakukan bila manfaat melebihi risiko

yang dapat terjadi pada janin, seperti induksi kanker, malformasi, dan

retardasi mental

b) Komplikasi

Komplikasi foto polos abdomen dapat berupa kanker dan gangguan

pada perkembangan janin, serta terkait besarnya radiasi yang digunakan

dalam prosedur pemeriksaan. Komplikasi foto polos abdomen terjadi dalam

proses kronik. Komplikasi foto polos abdomen terkait dengan besarnya

radiasi yang dibutuhkan. Efek radiasi x-ray disebabkan oleh energi kinetik

elektron yang dihasilkan X-ray tube. Elektron tersebut dapat merusak DNA

secara langsung atau menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak

materi genetik. Foto polos abdomen membutuhkan dosis radiasi 7 kali lebih

tinggi (56 mrem) dibandingkan rontgen thorax (8 mrem). Radiasi yang

didapatkan dari satu kali foto polos abdomen setara dengan 68 hari

radiasi natural background. Risiko munculnya kanker pada pasien yang

menjalani foto polos abdomen sebesar 22 per satu juta orang, lebih tinggi 7

kali lipat dibandingkan pasien yang menjalani rontgen thorax.


c) Kontra Indikasi

Pemeriksaan foto polos abdomen tidak memiliki kontraindikasi.

Namun, karena dosis radiasi ionizing yang tinggi pada foto polos abdomen

(56 nrem), modalitas pencitraan radiologi lain, baik modalitas non-

ionizing (seperti ultrasound dan magnetic resonance imaging (MRI)),

maupun modalitas dengan radiasi ionizing tinggi dengan akurasi lebih baik

(seperti computed tomography (CT)) lebih diutamakan dalam penegakan

diagnosis terkait abdomen.

d) Prosedur tindakan

1. Persiapan Pasien

Secara umum, tidak ada persiapan khusus bagi pasien yang

mendapat pemeriksaan foto polos abdomen. Sebelum memulai, dokter

perlu memberikan penjelasan terkait tindakan dan menerima

persetujuan dari keluarga pasien atau pasien terlebih dahulu

melalui informed consent. Pencatatan tanggal pengambilan film, serta

nama, usia, dan jenis kelamin pasien perlu dilakukan sebelum

pemeriksaan.

Riwayat foto polos abdomen sebelumnya bila ada juga diperlukan

sebagai perbandingan dengan foto polos abdomen saat ini. Pada

wanita usia subur, anamnesis mengenai adanya kehamilan diperlukan

sebelum pemeriksaan dilakukan. Sebelum pemeriksaan dilakukan,

pasien diminta untuk melepas pakaian dan aksesoris yang

bersifat radiopaque, seperti perhiasan, kancing, resleting, dan bra

(pada wanita).
2. Peralatan

Peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaan foto polos abdomen

sama dengan pemeriksaan dengan rontgen lain, yaitu mesin X-ray.

Mesin X-ray dapat berupa mesin fixed maupun portable. Mesin X-ray

terdiri dari X-ray generator dan X-ray detector. X-ray

generator merupakan bagian dari mesin X-ray yang terdiri atas

transformer voltase tinggi, transformer filamen, dan

sirkuit rectifier untuk mengalirkan arus listrik ke X-ray tube. X-ray

tube  terdiri atas katode dan anode yang mengkonversi energi listrik

tegangan tinggi menjadi energi X-ray. X-ray detector merupakan bagian

dari mesin X-ray yang menerima dan mengukur energi X-ray

dari generator. X-ray detector terdiri dari dua, yaitu detektor pencitraan

dan pengukur dosis. Detektor pencitraan terdiri dari X-ray

cassette dan X-ray film atau photostimulable phosphor. X-ray

cassette terbuat dari bahan dengan nomor atom rendah, seperti plastik

atau karbon, di bagian depan dan bahan dengan nomor atom tinggi,

seperti timah, di bagian belakang untuk mengurangi hantaran balik

radiasi. X-ray cassette dapat berisi X-ray film  pada conventional

radiography atau photostimulable phospor pada computed radiography.

3. Posisi Pasien

Posisi pasien pada pemeriksaan foto polos abdomen bergantung

pada proyeksi yang diinginkan sesuai indikasi. Berbagai proyeksi foto

polos abdomen adalah anteriorposteior, posterioranterior (PA), lateral

decubitus, lateral PA, dan dorsal decubitus.


Anteroposterior (AP) Supine. Proyeksi supinasi anteroposterior

merupakan posisi yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan foto

polos abdomen, terutama pada kondisi akut abdomen. Pasien

diposisikan berbaring secara supinasi. Proyeksi AP supine biasanya

dilakukan bersama dengan proyeksi lain, yaitu

posteroanterior erect dan lateral decubitus, disebut juga dengan foto

polos abdomen tiga posisi.

Posteroanterior (PA) Erect

Proyeksi ini dilakukan bersama posisi foto polos abdomen lain untuk

menilai air-fluid level dan udara bebas pada rongga abdomen. Pasien

diposisikan secara duduk, setengah duduk, atau berdiri.

Lateral Decubitus

Proyeksi ini merupakan alternatif dalam penilaian air-fluid level dan

udara bebas pada rongga abdomen. Pasien diposisikan berbaring pada

satu sisi.

Lateral

Proyeksi ini digunakan sebagai tambahan untuk identifikasi benda asing

pada abdomen. Pasien diposisikan secara berdiri atau duduk.

PA Prone

Proyeksi ini digunakan bila pasien tidak dapat berbaring secara supinasi.

Pasien diposisikan secara pronasi.

Dorsal Decubitus

Proyeksi ini digunakan bila proyeksi PA erect atau lateral

decubitus tidak aman untuk dilakukan dalam penilaian air-fluid


level  dan udara bebas pada rongga abdomen karena posisi ini tidak

membutuhkan gerakan pada pasien. Pasien diposisikan secara supinasi.

4. Prosedural

Foto polos abdomen dapat dilakukan di bagian radiologi atau di lokasi

pasien dengan mesin X-ray portable. Foto polos abdomen harus

mencakup seluruh abdomen mulai dari diafragma hingga ramus pubis

inferior. Cakupan keseluruhan abdomen penting untuk dilakukan agar

diagnosis dapat ditentukan dengan baik. Kadar kilovoltage peak (kVp)

dapat diatur untuk visualisasi bagian tertentu abdomen, seperti kadar

kVp yang lebih rendah untuk visualisasi jaringan lunak dan gas, namun

dengan penetrasi X-ray yang lebih rendah, atau kadar kVp lebih tinggi

untuk visualisasi objek radiopaque.

5. Follow up

Tidak ada follow up khusus pada pasien yang telah menjalani

pemeriksaan foto polos abdomen. Hal yang perlu diperiksa pada film

foto polos abdomen, antara lain:

 Data pasien dan tanggal film

 Pola gas usus dan udara bebas pada rongga abdomen

 Masing-masing organ intra-abdomen untuk melihat

pembesaran, outline tidak normal, kalsifikasi, atau udara

intraparenkimal

 Teliti untuk melihat keberadaan kalsifikasi tidak normal

 Tulang yang terlihat

 Dasar paru-paru yang terlihat


Follow up foto polos abdomen dilakukan sesuai dengan temuan yang

didapatkan pada pemeriksaan. Pemeriksaan foto polos abdomen

merupakan pemeriksaan awal dan beberapa penyakit, seperti kecurigaan

terhadap adanya obstruksi dan perforasi usus, massa abdomen, dan batu

saluran kemih, seringkali membutuhkan pemeriksaan dengan modalitas

lain, seperti CT, MRI, dan ultrasound. Bila pada foto polos abdomen

tidak didapatkan kelainan pada pasien trauma, pemeriksaan dengan

modalitas lain perlu dipertimbangkan. Bila didapatkan kecurigaan batu

pada saluran kemih, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan BNO-

IVP. Beberapa jenis batu saluran kemih tidak radiopaque sehingga

tidak dapat terdeteksi dan membutuhkan modalitas pencitraan lain.

Pada beberapa kasus, seperti post laparotomi, foto polos abdomen

dapat diulang sebagai follow up adanya udara bebas di rongga abdomen

dan keberhasilan terapi.

6. Edukasi

Edukasi pasien pada pemeriksaan foto polos abdomen dapat

berupa informed consent, persiapan yang perlu dilakukan pasien, posisi

pasien, serta follow up setelah pemeriksaan dilakukan.

Edukasi pasien pada pemeriksaan foto polos abdomen dapat

diberikan sebelum, saat, dan sesudah pemeriksaan. Sebelum

pemeriksaan, pasien perlu mendapat edukasi mengenai pemeriksaan apa

yang akan dijalani, risiko akibat radiasi yang dapat terjadi, dan informed

consent. Pasien perlu mengetahui bahwa pasien akan mengenakan gaun


pasien dan melepaskan barang-barang radiopaque yang dapat

menghalangi pengambilan foto polos abdomen.

Edukasi saat pemeriksaan dapat berupa posisi pasien sesuai

proyeksi tertentu. Edukasi pasien setelah pemeriksaan berupa hasil

pemeriksaan dan follow up yang akan dilakukan. Pasien perlu

mengetahui diagnosis yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan foto

polos abdomen dan kemungkinan pemeriksaan dengan modalitas

pencitraan lain.

3. X- Ray Ginjal

a) Pengertian

Foto rontgen KUB (Kidney, Ureter, and Bladder) merupakan pemeriksaan

foto sinar-X pada daerah perut untuk melihat sistem urinaria (ginjal, ureter,

dan kandung kemih) dan pencernaan. Pemeriksaan ini bisa merupakan

tindakan diagnostik pertama yang dilakukan untuk melihat sistem urinaria.

Pemeriksaan foto sinar-X menggunakan pancaran energi elektromagnetik

yang tidak terlihat untuk menghasilkan gambaran jaringan tubuh bagian

dalam pada film khusus.

1. Tujuan X-Ray Ginjal

Foto sinar-X untuk ginjal, ureter, dan kandung kemih bisa dilakukan

karena beberapa alasan berikut ini :

1) Untuk membantu mendiagnosa penyebab nyeri perut, misalnya

adanya massa, robekan (perforasi), atau sumbatan


2) Untuk mengevaluasi traktus urinarius sebelum dilakukan

pemeriksaan diagnostik lainnya

3) Untuk melihat ukuran, bentuk, dan posisi ginjal, ureter, dan

kandung kemih

4) Untuk melihat adanya kalsifikasi (batu) pada ginjal atau ureter

5) Untuk skrining kelainan pada ginjal, ureter dan kandung kemih

2. Hal-hal yang perlu diketahui dan diperhatikan sebelum dilakukan

pemeriksaan :

1) Informasikan ke dokter atau tenaga medis jika terdapat riwayat

paparan radiasi sebelumnya, misalnya pernah rontgen atau CT

scan. Risiko pemeriksaan berhubungan dengan akumulasi paparan

radiasi yang didapat dari berbagai pemeriksaan atau pengobatan

selama waktu tertentu.

2) Katakan pada dokter atau tenaga medis jika sedang hamil atau

kemungkinan hamil. Paparan radiasi saat kehamilan bisa

menyebabkan terjadinya cacat bawaan.

3) Pemeriksaan foto sinar-X sinus tidak membutuhkan puasa atau

pemberian obat tertentu, dan bisa dilakukan tanpa perlu dirawat

inap, kecuali merupakan bagian dari pemeriksaan pasien saat rawat

inap.

3. Hal-hal yang terjadi pada saat pemeriksaan foto rontgen KUB :

1) Dokter atau tenaga medis yang melakukan pemeriksaan akan

menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.


Utarakan pertanyaan, jika ada, mengenai prosedur yang akan

dilakukan.

2) Semua perhiasan atau benda yang mungkin bisa mengganggu

pemeriksaan harus dilepas

3) Akan diberikan pakaian khusus untuk digunakan selama

pemeriksaan.

4) Anda akan diminta untuk berdiri tegak atau berbaring terlentang

pada meja pemeriksaan.

5) Bagian tubuh yang tidak difoto bisa ditutupi dengan pelindung

(apron) untuk menghindari paparan sinar-X

6) Petugas yang memeriksa (radiologist) akan meminta Anda untuk

tidak bergerak dengan posisi tertentu selama beberapa saat, yaitu

ketika paparan sinar-X diberikan. Hal ini penting untuk

dilakukan, karena gerakan bisa mengaburkan gambar yang

didapat, sehingga pemeriksaan mungkin perlu diulang untuk

mendapatkan gambar yang jelas.

7) Pancaran sinar-X akan difokuskan pada area yang akan difoto

8) Petugas yang memeriksa akan berada di belakang jendela

pelindung saat gambar diambil

Prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit. Pengaturan posisi saat

difoto mungkin bisa menimbulkan sedikit rasa tidak enak atau nyeri,

terutama pada kasus dimana terdapat cedera atau prosedur invasif

sebelumnya, misalnya pembedahan.


Setelah pemeriksaan selesai, biasanya tidak ada penanganan

khusus yang diberikan. Tetapi mungkin ada instruksi tambahan yang

diberikan oleh dokter, tergantung dari kondisi masing-masing.

4. Kemungkinan Hasil

Apa yang dimaksud dengan hasil yang normal?

Ukuran kedua ginjal kurang lebih sama. Ureter akan terlihat apabila

terjadi kelainan. Kandung kemih mungkin bisa dilihat dan mungkin

juga tidak dapat terlihat.

Apa yang dimaksud dengan hasil abnormal?

Pembesaran kedua ginjal yang tampak pada pemeriksaan mungkin

disebabkan oleh penyakit polikistik, multiple myeloma, limfoma

amyloidosis atau hidronefrosis. Pembesaran salah satu ginjal mungkin

disebabkan oleh tumor, kista atau hidronefrosis. Ginjal yang mengecil

bisa merupakan suatu hipoplasia kongenital, pyelonefritis atau iskemia.

Identifikasi adanya batu pada saluran kemih bisa memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut.

4. CT-scan Abdomen

a) Pengertian

Pemeriksaan CT scan abdomen adalah suatu pemeriksaan untuk

melihat anatomi dan patologi dari organ daerah abdomen dimana

gambaran hasil scanning berupa gambaran penampang crossectional

(Nesseth, 2000)
Computerised Tomography (CT) scan merupakan prosedur

pemeriksaan medis menggunakan sinar X untuk membuat gambar rinci

dari bagian tubuh dan struktur dalam tubuh dari berbagai sudut.  Melalui 

gambar dari hasil pemeriksaan CT scan, dokter bisa mengetahui gambaran

jelas tentang kondisi tubuh. Dengan demikian, dokter bisa memberikan

tindakan medis yang tepat.

b) Kegunaan CT scan abdoment

Prosedur CT scan bisa memiliki berbagai kegunaan, tetapi sangat

cocok untuk menetapkan diagnosis dan evaluasi terhadap cedera.

Beberapa kegunaan dari pencitraan medis ini, antara lain:

 Diagnosis infeksi, kelainan otot, dan patah tulang.

 Menentukan lokasi dan masa tumor, termasuk kanker.

 Mempelajari pembuluh darah dan struktur internal lainnya.

 Menilai tingkat keparahan cedera dan pendarahan internal.

 Memandu prosedur medis, seperti biopsi dan operasi.

 Memantau efektivitas pengobatan tertentu, seperti kanker

3. Indikasi CT scan abdoment

Pemeriksaan CT scan dianjurkan untuk orang-orang dengan kondisi:

 Mengalami gejala akut, seperti nyeri perut, sakit dada, sesak napas.

 Mengalami cedera, seperti kecelakaan.

 Membutuhkan pemeriksaan khusus untuk mendeteksi, diagnosis,

dan menangani penyakit pembuluh darah.

 Berpotensi memiliki tumor atau kanker. 


4. Prosedur CT scan abdomen

Persiapan Sebelum Menjalani CT Scan abdomen

Pasien perlu mempersiapkan hal-hal berikut:

 Mengkomunikasikan ke petugas radiolog mengenai riwayat

kesehatan medis.

 Mengkomunikasikan ke petugas radiolog catatan tentang keluhan

atau riwayat alergi.

 Mengkomunikasikan ke petugas radiolog catatan obat dan suplemen

yang dikonsumsi.

 Persiapan pasien diawali dengan makan makanan rendah serat dan

memakan bubur kecap selama 2 hari sebelum pemeriksaan, hal ini

bertujuan untuk menghindari artefak yang dapat menutupi organ.

 Selanjutnya pasien harus melakukan pemeriksaan laboratorium

guna mengetahui kadar ureum dan kreatinin.

 Malam hari sebelum pemeriksaan, pasien minum obat pencahar

(urus-urus) untuk membersihkan usus.

 Pada pemeriksaan CT Scan Abdomen pasien diawali dengan

melakukan puasa memakan makanan tinggi serat dan memakan

makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.

 Pada malam hari sebelum pemeriksaan pasien meminum air

sebanyak 1300 ml yang telah dicampur media kontras 30 ml dan

diminum dari pukul 22.00-05.00 kemudian disisakan 200 ml yang

diminum .satu jam sebelum pemeriksaan. Tujuan peminuman media

kontras yang telah dicampur air pada malam hari yaitu untuk
mengevaluasi colon, media kontras yang telah diminum akan

diserap oleh colon terutama lesi sehingga memudahkan dalam

mengevaluasinya.

 Melepaska benda-benda logam, seperti perhiasan, kacamata, gigi

palsu, jepit rambut, jam tangan, sabuk, dan bra yang dilengkapi

kawat.

 Mengenakan pakaian yang nyaman dan longgar.

 Melakukan puasa selama beberapa jam sebelum prosedur.

 Terutama bila menggunakan kontras. Tujuan penggunakan media

kontras pada umumnya untuk melihat apakah ada jaringan yang

menyerap banyak kontras atau tidak sama sekali dibandingkan

dengan jaringan normal disekitarnya.

 Pemberian media kontras pada pemeriksaan CT scan abdomen

dilakukan dengan menggunakan per oral, intravena dan per anal.

 Pemberian media kontras per oral untuk abdomen bagian atas

diberikan sebanyak 400 ml dilakukan 15 menit sebelum

pemeriksaan serta 300 ml diberikan saat akan dilakukan

pemeriksaan. Untuk memperlihatkan abdomen bagian bawah,

pasien diminta meminum 1200 ml media kontras 30-40 menit

sebelum pemeriksaan dimulai dan 300 ml lainnya diberikan pada

saat akan dimulai pemeriksaan.

 Pemberian media kontras intra vena digunakan untuk melihat

enhancement struktur vaskuler seperti vena porta, aorta abdominal,

vena cava inferior serta arteri iliaka.


5. Persiapan Pasien Saat Pemeriksaan CT Scan abdomen

 Ketika melakukan CT scan, biasanya pasien diminta untuk

berbaring pada bidang datar yang masuk ke alat pemindai.  Alat

pemindai terdiri dari cincin yang akan berputar ketika tubuh pasien

melewatinya. Alat ini tidak akan mengelilingi tubuh sekaligus

sehingga rasa sesak tidak akan terjadi. Radiolog akan

mengoperasikan alat dari ruangan lain.Ketika proses pemindaian,

pasien akan bisa mendengar dan berbicara dengan operator lewat

intercom. 

 Selama tindakan pemeriksaan ini berlangsung, pasien diharuskan

untuk berbaring, tidak bergerak, dan bernapas normal agar gambar

yang dihasilkan tidak kabur.  Selain itu, pasien juga mungkin akan

diminta untuk menarik, membuang, atau menahan napas selama

pemeriksaan berlangsung.  Proses pemeriksaan CT scan pada

umumnya berlangsung selama 10 sampai 20 menit. 

6. Setelah Menjalani Prosedur CT Scan abdomen

 Pada umumnya pasien bisa langsung melakukan aktivitas seperti

biasa, terutama pasien rawat jalan. Namun, pasien juga bisa diminta

untuk menunggu beberapa saat di rumah sakit untuk memastikan

kondisi tetap baik-baik saja.

 Jika pasien menjalani prosedur CT scan menggunakan cairan

kontras, maka sebaiknya mimum banyak air putih. Langkah ini


dilakukan untuk membantu ginjal dalam mengeluarkan cairan

tersebut. Cairan kontras bisa masuk ke dalam air susu ibu (ASI).

Oleh sebab itu, jika pasien sedang menyusui dan mendapatkan

cairan kontras sebaiknya tunggu 24 jam sebelum kembali menyusui.

7. Risiko CT Scan abdomen

Secara umum, tindakan medis ini merupakan prosedur yang

termasuk aman dan jarang menimbulkan masalah. Namun, ada

beberapa risiko yang mungkin terjadi, seperti:

1) Paparan Radiasi Selama pemeriksaan CT scan

Anda akan terpapar radiasi pengion. Jumlah radiasi ini lebih besar

daripada prosedur rontgen. Radiasi dosis rendah yang dipakai dalam

CT scan tidak memperlihatkan bahaya dalam jangka panjang, tetapi

pada dosis yang tinggi akan menyebabkan adanya sedikit kenaikan

risiko kanker. Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir karena alat

dan teknik terbaru saat ini hanya membutuhkan radiasi yang lebih

kecil dan informasi medis yang dibutuhkan tetap terpenuhi.

2) Bahaya pada Janin Jika Anda sedang hamil, maka perlu

memberitahu dokter sebelum menjalani prosedur ini.  Meskipun

radiasi dari CT scan tidak beresiko membahayakan janin, tetapi

dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lain, seperti

USG atau MRI untuk menghindari janin terpapar radiasi.

3) Reaksi dengan Bahan Pewarna Kontras

Pada beberapa kasus, dokter mungkin akan merekomendasikan

penggunaan kontras. Meskipun jarang, pewarna kontras ini bisa


menyebabkan masalah kesehatan atau reaksi alergi. Pada umumnya,

reaksi yang terjadi cenderung ringan seperti ruam atau rasa nyeri.

Sementara pada kasus yang jarang, reaksi alergi bisa serius bahkan

mengancam nyawa. Anda perlu memberitahu dokter jika memiliki

riwayat alergi terhadap materi kontras. 

5. CT-Scan jantung

a) Pengertian

CT (Computed Tomography) scan jantung adalah penangkapan gambar

jantung dan pembuluh darah secara detail menggunakan x-ray. Terdapat

dua jenis CT scan pada pembuluh darah tergantung pada fokus

pengambilan gambarnya, yaitu :

 Angiography CT Scan Jantung: Scan yang dilakukan untuk

mengetahui penyumbatan yang mempengaruhi aliran darah dalam

arteri menuju jantung atau untuk mengetahui timbunan plak kalsium

di arteri.

 Kombinasi Scan Aorta dan Arteri Pulmonalis: Scan yang

difokuskan pada aorta dan arteri pulmonalis untum melihat kelainan

pada dua jaringan tersebut.

b) Tujuan dan Fungsi

CT scan jantung dilakukan untuk mengetahui kondisi khusus seperti

berikut:

1. Kelainan Jantung bawaan

2. Penimbunan plak padat dalam arteri


3. Kelainan pada keempat katup jantung

4. Pembekuan darah dalam bilik jantung

5. Tumor jantung

6. Kebocoran katup jantung

c) Persiapan

Ada setidaknya empat langkah yang dilakukan sebelum menjalani CT scan

jantung, diantaranya :

 Pertimbangan berat badan, karena mesin scanner memiliki keterbatasan

pada berat tertentu, contoh berat badan di atas 135 kg akan

menyebabkan kerusakan pada mesin.

 Memberikan informasi kepada dokter mengenai obat-obatan yang Anda

asup, karena ada beberapa obat, seperti pengobatan diabetes, metformin

(Glucophage) yang harus dihentikan sementara.

 Jika Anda pernah menjalani CT scan sebelumnya, dan mengalami reaksi

terhadap suntikan pewarna kontras, maka beri tahu dokter agar Anda

mendapatkan obat tertentu untuk meringankan reaksinya.

 Puasa makan dan minum setidaknya empat jam sebelum prosedur.

Namun ada sebagian dokter yang mempersilahkan pasien untuk minum

kecuali minuman berkafein karena akan mempengaruhi detak jantung.

d) Prosedur

Ketika Anda dan tim dari rumah sakit telah siap dengan prosedurnya,

maka langkah yang selanjutnya adalah:

1. Lepaskan pakaian dan aksesoris, seperti perhiasan dan tindikan, lalu

kenakan gaun rumah sakit selama prosedur.


2. Scan ini mengharuskan Anda untuk disuntik dengan cairan pewarna

khusus pada pembuluh vena di tangan agar gambar yang ditampilkan

lebih jelas. Sensasi yang mungkin Anda rasakan yaitu sedikit rasa

terbakar, rasa logam di lidah, dan sensasi hangat yang menjalar.

3. Anda juga akan diberikan beta-bloker untuk menurunkan detak jantung

agar mesin scanner dapat mengambil gambar lebih jelas.

4. Berbaring di atas meja scanner yang masih berada di luar mesin

scanner.

5. Stiker elektroda akan ditempelkan di dada Anda. Jika diperlukan, bulu

di area dada dicukur agar stiker elektroda dapat menempel dengan

baik. Tujuan stiker ini ialah untuk memonitor aktifitas elektrik jantung

dan terhubung dengan elektrokardiograf (ECG).

6. Meja scanner perlahan bergerak menuju lubang di tengah mesin dan

sinar mesin x-ray berputar mengelilingin tubuh Anda.

7. Selama proses scanning berlangsung, Anda disarankan tidak bergerak

dan menahan nafas sebentar.

8. Gambar yang dihasilkan dikirim ke komputer dalam bentuk potongan,

lalu model 3D diciptakan dari potongan gambar yang digabungkan.

e) Resiko dan Efek Samping

Dokter tidak akan sering menyarankan prosedur CT scan jantung karena

prosedur ini memiliki resikonya sendiri, diantaranya adalah:

 Terekspose Radiasi

CT scan memancarkan lebih banyak radiasi daripada x-ray biasa. Efek

samping dari radiasi berlebih adalah kanker, walau resiko yang didapat
sangat kecil dokter akan tetap mempertimbangkan banyak hal sebelum

mengambil prosedur ini.

 Reaksi Alergi pada Pewarna Kontras

Salah satu zat dalam pewarna ini adalah yodium. Ciri umum alergi

pada yodium ialah mual dan muntah, bersin, gatal, atau bintik-bintik

merah. Untuk mengatasinya, tenaga medis akan memberikan

antihistamin seperti benadril atau steroid.

Ginjal berperan untuk menyingkirkan yodium dari tubuh, maka bagi

penderita penyakit ginjal atau diabetes, tenaga medis akan

menyarankan untuk meminum banyak air putih setelah prosedur usai.

Sangat jarang, tapi penderita alergi ada yang mendapatkan reaksi alergi

yang mengancam jiwa, disebut anafilaksis, dalam bentuk kesulitan

nafas. Pasien dapat memberi tahu tenaga medis melalui interkom yang

tersedia di dalam scanner.

f) Hasil Scan Normal

Hasil scan yang normal mengindikasikan jantung dan arteri yang berfungsi

dengan baik. Sedangkan hasil penggumpalan kalsium yang normal adalah:

 Negatif = penggumpalan kalsium 0. Artinya resiko serangan jantung

dalam 2 atau 5 tahun sangatlah rendah.

 Rendah = Penggumpalan kalsium rendah. Artinya tidak ada penyakit

jantung koroner.

g) Hasil Scan Abnormal


Hasil tes yang menunjukkan keabnormalan berarti dikarenakan oleh:

1. Aneurism

2. Penyakit jantung bawaan

3. Penyakit jantung coroner

4. Kelainan pada katup jantung

5. Peradangan pada perikardintis

6. Penyempitan pada satu atau dua Arteri

7. Tumor atau massa lain di dalam atau di sekitar jantung

8. Atheroclerosis

9. Penumpukan kalsium berlebih

6. CT- Scan Ginjal

a) Pengertian

Pemeriksaan CT scan merupakan suatu pemeriksaan pencitraan

yang bersifat non-invasif, yang menggabungkan sinar-X dan teknologi

komputer untuk menghasilkan gambaran tubuh dalam berbagai aksis

(horizontal atau aksial). Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan

gambaran detail dari bagian tubuh yang diperiksa, yaitu berupa tulang,

otot, lemak, dan organ tubuh. Hasil pemeriksaan CT scan lebih detail

dibandingkan foto rontgen sinar-X biasa. Pada foto sinar-X biasa, sinar-X

dipancarkan ke bagian tubuh yang hendak diperiksa dari satu arah.

Pancaran energi yang menembus tubuh kemudian ditangkap oleh

lempengan berisi kertas film khusus yang dipasang di belakang bagian

tubuh yang diperiksa.


Pada CT scan, sinar-X dipancarkan melingkari bagian tubuh yang

diperiksa, sehingga menghasilkan gambaran dari berbagai sisi dari organ

atau struktur yang sama. Informasi gambaran yang dihasilkan kemudian

dikirim ke komputer untuk menginterpretasi data yang didapat dan

ditampilkan ke monitor.

CT scan ginjal merupakan pemeriksaan CT scan yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi tentang ginjal secara lebih mendetail

dibandingkan foto rontgen biasa (KUB x-ray). Zat kontras bisa disuntikkan

ke dalam tubuh untuk memperjelas citra yang dihasilkan.

b) Tujuan CT scan ginjal:

 Mendeteksi kelainan pada ginjal, seperti tumor, batu, abses, kelainan

kongenital, terutama yang tidak dapat diidentifikasi dengan

pemeriksaan lainnya (misalnya foto sinar-X)

 Memeriksa kondisi ginjal cangkokan (transplantasi ginjal)


 Memandu penempatan jarum untuk biopsi

CT Scan Ginjal

Sumber gambar: www.urologynews.uk.com

c) Hal-hal yang harus diketahui sebelum pemeriksaan CT scan ginjal,

termasuk risiko yang bisa terjadi :

 Informasikan ke dokter atau tenaga medis jika terdapat riwayat

paparan radiasi sebelumnya, misalnya pernah rontgen atau CT scan.

Risiko pemeriksaan berhubungan dengan akumulasi paparan radiasi

yang didapat, terutama dari berbagai pemeriksaan atau pengobatan

selama waktu tertentu, misalnya kanker.

 Katakan pada dokter atau tenaga medis jika sedang hamil atau

kemungkinan hamil. Paparan radiasi saat kehamilan bisa

menyebabkan terjadinya cacat bawaan.


 Pemeriksaan CT scan bisa dilakukan dengan atau tanpa rawat inap,

tergantung kondisi masing-masing pasien

 Pemeriksaan CT scan bisa dilakukan dengan atau tanpa kontras.

 Jika dibutuhkan pemberian kontras, maka pasien harus puasa untuk

waktu tertentu sebelum pemeriksaan dilakukan.

 Pemberian kontras berisiko untuk terjadinya rekasi alergi pada

sebagian orang. Jika seseorang pernah mengalami reaksi terhadap

pemberian zat kontras, dan atau memiliki gangguan ginjal, maka ia

harus mengatakannya terlebih dahulu pada dokter ataupun petugas

medis yang memeriksa.

 Orang-orang dengan gagal ginjal atau masalah ginjal lainnya harus

memberitahukannya terlebih dahulu pada dokter atau petugas medis

yang memeriksa, karena mereka lebih rentan untuk mengalami

kerusakan ginjal setelah mendapatkan paparan zat kontras. Pada

beberapa kasus, zat kontras bisa menyebabkan gagal ginjal, terutama

jika pasien telah memiliki gangguan ginjal sebelumnya atau

mengalami dehidrasi.

 Orang-orang yang mengkonsumsi metformin (obat diabetes), atau

derivatnya, berisiko untuk mengalami asidosis metabolik (perubahan

pH dalam darah) jika menjalani pemeriksaan CT scan dengan

kontras. Jika mengkonsumsi metformin, maka Anda akan diminta

untuk menghentikan metformin sejak 24 jam sebelum pemeriksaan

hingga 48 jam setelah pemeriksaan CT scan dengan kontras.


 Alat scan dilengkapi dengan intercom dan speaker, sehingga operator

dapat mendengar perkataan orang yang sedang diperiksa.

 Untuk CT scan tanpa kontras, tidak perlu puasa sebelumnya.

d) Hal-hal yang terjadi pada saat pemeriksaan CT scan ginjal:

 Jika tindakan membutuhkan pemakaian zat kontras, maka pasien

akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan dilakukannya

tindakan. Bacalah dengan seksama dan tanyakan jika ada sesuatu

yang belum jelas.

 Beritahukan pada dokter dan petugas yang memeriksa jika

sebelumnya Anda pernah mengalami reaksi terhadap zat kontras atau

memiliki alergi terhadap yodium.

 Dokter atau tenaga medis yang melakukan pemeriksaan akan

menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Utarakan

pertanyaan, jika ada, mengenai prosedur yang akan dilakukan.

 Pakaian, perhiasan atau benda yang mungkin bisa mengganggu

pemeriksaan harus dilepas.

 Akan diberikan pakaian khusus untuk digunakan selama

pemeriksaan.

 Jika akan melakukan CT scan ginjal dengan kontras, maka akan

dipasang jalur intravena di tangan untuk menyuntikkan zat kontras,

atau untuk zat kontras yang diminum, cairan akan diberikan sebelum

CT scan ginjal dimulai untuk diminum terlebih dulu.

 Saat CT scan ginjal akan dilakukan, Anda akan diposisikan berbaring

pada meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakkan di atas


kepala. Meja pemeriksaan dapat bergerak menuju ke bagian tengah

mesin CT scan. 

 Petugas medis yang memeriksa akan berada di ruangan lain, di mana

alat pengendali mesin CT scan berada. Namun, Anda akan tetap

dapat terus dilihat oleh petugas melalui sebuah jendela. Terdapat

speaker di dalam alat scanner yang membuat petugas dapat

berkomunikasi dan mendengar perkataan Anda.

 Alat scanner kemudian akan mulai berputar mengelilingi bagian

tubuh yang diperiksa. Sinar-X akan dipancarkan menembus tubuh

untuk waktu tertentu. Selama dilakukan pemeriksaan akan terdengar

suara bising dari mesin yang berputar, yang adalah normal

 Sinar-X yang menembus jaringan tubuh akan dideteksi oleh alat

scanner dan ditransmisikan ke komputer, sehingga membentuk

gambaran dari bagian tubuh yang diperiksa.

 Sangat penting untuk tetap tenang, bernapas seperti biasa, tetapi tidak

bergerak selama pemeriksaan dilakukan. 

 Saat pemeriksaan, Anda mungkin akan diminta untuk menahan napas

beberapa kali. Untuk itu, ikuti petunjuk yang dikatakan oleh petugas.

 Jika pemeriksaan menggunakan zat kontras, maka pemeriksaan CT

scan ginjal bisa dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah

scan polos tanpa kontras, kemudian Anda akan dikeluarkan dari

mesin CT scan untuk diberikan zat kontras, kemudian dilakukan scan

kedua.
 Jika pemeriksaan menggunakan zat kontras, maka saat zat kontras

disuntikkan mungkin akan timbul rasa hangat (flushing) di tubuh,

rasa besi atau asin di mulut, sedikit sakit kepala, mual dan atau

muntah. Efek ini biasanya hanya berlangsung selama beberapa saat.

 Anda harus mengatakan pada dokter atau petugas medis yang ada

jika timbul rasa sesak, sulit bernapas, baal, berkeringat, atau jantung

berdebar-debar.

 Setelah pemeriksaan CT scan selesai, maka Anda akan dikeluarkan

dari alat pemeriksaan. Jika terdapat jalur intravena yang dipasang

untuk menyuntikkan zat kontras, maka alat tersebut akan dilepaskan.

 Setelah pemeriksaan selesai, Anda akan diminta untuk menunggu

selama beberapa waktu, saat petugas memastikan gambar CT scan

ginjal yang diambil jelas.

Pemeriksaan CT scan ginjal itu sendiri tidaklah menimbulkan rasa sakit,

meskipun saat mempertahankan posisi agar tidak bergerak selama

pemeriksaan berlangsung mungkin bisa menimbulkan rasa tidak nyaman

atau nyeri, terutama pada kasus di mana terdapat cedera. Petugas akan

sedapat mungkin membantu membuat nyaman dan menyelesaikan

pemeriksaan secepat mungkin yang bisa dilakukan untuk meminimalkan

rasa tidak nyaman atau nyeri yang ada.

Jika pemeriksaan CT scan ginjal menggunakan zat kontras, maka

setelah pemeriksaan selesai, Anda akan dipantau untuk waktu tertentu,

untuk melihat apakah terdapat efek samping atau reaksi terhadap zat
kontas yang diberikan, misalnya gatal-gatal, bengkak, ruam kulit, atau

sesak napas.

Jika setelah di rumah Anda merasakan adanya rasa nyeri, timbul

kemerahan di kulit, dan atau bengkak pada daerah tempat zat kontras

disuntikkan, maka Anda harus memberitahukannya pada dokter.

Minumlah cukup air selama 24 jam pertama setelah pemeriksaan,

untuk membantu mengeluarkan zat kontras yang digunakan. Selain itu,

tidak ada perawatan khusus yang diperlukan setelah pemeriksaan CT

scan. Anda dapat kembali melakukan aktivitas dan makan seperti biasa,

kecuali dokter mengatakan yang sebaliknya, tergantung dari kondisi

medis masing-masing.

7. Bronkoskopi

a) Pengertian

Bronkoskopi adalah prosedur untuk melihat secara langsung saluran udara

di paru-paru menggunakan tabung tipis bercahaya yang disebut

bronkoskop. Alat tersebut dimasukkan melalui hidung atau mulut, lalu

melewati tenggorokan dan masuk ke saluran udara.

b) Tujuan bronkoskopi adalah untuk:

 Mendiagnosis masalah paru-paru.

 Mengidentifikasi infeksi paru-paru, seperti tuberkulosis (TB),

pneumonia, dan infeksi jamur atau parasit pada paru-paru.

 Biopsi jaringan dari paru-paru.


 Mengeluarkan lendir, benda asing, atau halangan lain di saluran udara

atau paru-paru, seperti tumor.

 Menempatkan selang kecil untuk menahan jalan napas tetap terbuka

(stent).

 Mengobati masalah paru-paru (bronkoskopi intervensi), seperti

perdarahan, penyempitan saluran napas yang tidak normal, atau paru-

paru yang kolaps (pneumotoraks)

c) Indikasi

1) Indikasi Diagnostik

Malignasi/keganasan, infeksi, kolaps paru yang tidak diketahui

penyebabnya, interstisial lung disease, hemoptysis, batuk kronis yang

tidak diketahui penyebabnya, wheezing local, stridor, aspirasi benda

asing, trauma dinding dada, efusi pleura yang tidak diketahui

penyebabnya, evaluasi pasien post transplantasi paru, intubasi

endotrakeal, striktur dan stenosis trakeobronkial,suara parau dan

paralise plika vokalis, sindroma vena kava superior,fistula,

pneumothoraks persisten, evaluasi post operative pada trakea,

bronkografi.

2) Indikasi Terapeutik

Pulmonary toilet, removal benda asing, removal jaringan andobronkial

obstruktif, pemasangan airway stent, bilaan bronkoalveolar, aspirasi

kista, drainage abses, injeksi intralesi, trauma dinding dada, penutupan

fistula bronkogenik, airway maintenance, bronkial termoplasti.


c) Kontra Indikasi

1. Kontraindikasi absolut :

 Tidak ada inform consent dari pasien

 Tidak ada operator terlatih

 Kurangnya peralatan dan fasilitas

2. Kontraindikasi relative:

 Recent Myocard infark

 Unstable angina

 Uncontrolled arrhythmia

 Hipoksemia refrakter

 Hiperkarbia berat

d) Komplikasi

Bronkoskopi merupakan tindakan yang cukup aman, tapi tetap berpotensi

terjadinya komplikasi yang cukup serius walaupun jarang. Beberapa factor

yang mempengaruhi terjadinya komplikasi seperti karakteristik pasien,

pemberian sedasi, dan prosedur pengambilan sample. Komplikasi akibat

pemberian sedasi dan anestesi local diantaranya adalah reaksi

alergi,hiperventilasi, dan hipoksemia karena sedasi yang berlebihan hingga

depresi napas.Gejala awal dari toksisitas lidokain meliputi gemetar,

menggigil, dan delirium. Lidokain dapat menyebabkan sinus arrest dan AV

block jika diberikan dalam jumlah berlebihan, terutama pada pasien dengan

riwayat dasar penyakit jantung.


e) Pedoman Klinis

Tindakan bronkoskopi merupakan upaya tim interprofesional yang

melibatkan berbagai spesialisasi, termasuk ahli paru, ahli anestesi, ahli

patologi klinik, ahli patologi anatomi, ahli bedah toraks dan kardiovaskuler,

perawat yang terlatih untuk tindakan bronkoskopi, dan perawat anestesi.

Bronkoskopi merupakan tindakan esensial dalam diagnosis dan terapi

penyakit paru.

f) Prosedur

Prosedur bronkoskopi dilakukan dengan memasukkan alat berbentuk

tabung kecil semacam selang yang fleksibel disebut bronkoskop, ke dalam

paru-paru. Alat dimasukkan melalui lubang hidung atau mulut. Di ujung

tabung bronkoskop terdapat lampu dan kamera. Pasien harus berpuasa

selama 6 sampai 8 jam sebelum tindakan dilakukan. Pemantauan

hemodinamik, oksimetri, denyut nadi, dan akses intravena harus diperiksa

ulang sebelum memulai tindakan.

g) Edukasi

Edukasi pasien yang akan menjalani tindakan bronkoskopi perlu

mencakup tujuan, cara, dan risiko tindakan. Mayoritas tindakan

bronkoskopi memerlukan anestesi umum. Bronkoskop dimasukkan melalui

mulut, hidung, atau alat bantu napas (misalnya pipa endotrakeal). Sebelum

tindakan, tanyakan riwayat konsumsi pengencer darah dan penggunaan gigi

palsu. Setelah tindakan, sampaikan bahwa pasien akan dipantau hingga

efek anestesi hilang.


8. Respirometri

a) Pengertian

Respirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur udara

yang dapat diinspirasi dan diekspirasi dengan tujuan melakukan penilaian

fungsi paru misalnya pada penyakit paru obstruktif kronis dan

asthma. Terdapat 3 pengukuran dasar yang dilakukan, yaitu volume, waktu,

dan kecepatan aliran udara. Respirometri dapat berfungsi sebagai alat

diagnostik dan screening penyakit paru, menilai kualitas gangguan paru

yang dialami, melakukan monitor efek dari paparan pekerjaan atau

lingkungan terhadap sistem respirasi, dan menilai respon terhadap terapi

yang diberikan. pirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk

mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Dalam

pemeriksaan ini, dokter akan meminta Anda untuk bernapas menggunakan

alat yang disebut spirometer.

Tes spirometri umumnya dilakukan di rumah sakit atau tempat praktek

dokter dan hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Tes ini akan

menunjukkan kondisi paru-paru, termasuk seberapa banyak udara yang

dapat dihirup dan dikeluarkan. Respirometri biasanya dilakukan pada

pasien dengan keluhan yang melibatkan saluran pernapasan serta pasien

yang diketahui atau dicurigai mengalami penyakit yang menyerang sistem

respirasi seperti asthma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),

dan tuberkulosis paru. Sayangnya tidak semua fasilitas kesehatan di

Indonesia memiliki alat respirometri.


b) Indikasi

Indikasi respirometri adalah untuk menilai fungsi paru. Spirometri

dapat berguna bagi pasien dengan keluhan batuk lama, pasien yang sering

mengeluarkan dahak di pagi hari, pasien dengan hemoptisis, mereka yang

tidak dapat berjalan atau beraktivitas fisik sesuai dengan usianya, dan

perokok. Pemeriksaan spirometri dapat bermanfaat untuk berbagai

manajemen penyakit paru seperti asthma, penyakit paru obstruktif kronis,

dan tuberkulosis paru. Lebih lanjut, indikasi spirometri dapat dibagi menjadi

4, yaitu diagnosis, monitoring, evaluasi disabilitas, dan indikasi lain

c) Kontra Indikasi

Kontraindikasi pemeriksaan respirometri diterapkan berdasarkan, efek

samping yang ditimbulkan dari manuver yang diperlukan pada prosedur

pemeriksaan. Pada saat melakukan manuver Forced Expiratory, terjadi

peningkatan tekanan intrathorakal, intraabdominal, dan intrakranial. Hal ini

dapat berefek pada organ-organ intrakranial, intraabdominal dan

intrathorakal, curah balik vena dan tekanan darah sistemik, serta dinding

dada. Kontraindikasi pada pemeriksaan spirometri dapat dibagi menjadi

kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut adalah

kontraindikasi yang dapat menyebabkan trauma, cedera, sampai dengan

kematian pada pasien apabila respirometri tetap dilakukan. Kontraindikasi

relatif adalah kontraindikasi yang menyebabkan seorang operator

memerlukan pendapat klinisi lain untuk menentukan apakah pasien dengan

kontraindikasi tersebut dapat melakukan pemeriksaan respirometri.


d) Komplikasi

Komplikasi spirometri berkaitan dengan prosedur yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, intratorakal, dan

intraabdomen. Namun, hal ini dapat diminimalkan dengan

melakukan screening kontraindikasi pada pasien yang akan menjalankan

prosedur spirometri.

Pemeriksaan spirometri tidak menimbulkan nyeri, namun pada beberapa

orang akan mengalami pusing setelah melakukan tes ini. Komplikasi lain

yang dapat terjadi pada pemeriksaan spirometri adalah:

 Cataract detachment pada pasien post operasi katarak

 Ruptur aneurisma aorta, terutama aneurisma yang berukuran besar (> 6

cm)

 Ruptur membran timpani atau nyeri telinga pada pasien post operasi

telinga dan infeksi telinga

 Pada ibu yang sedang hamil, pemeriksaan spirometri dapat meningkatkan

risiko preeklampsia, persalinan prematur, dan penyakit saluran napas

bagi ibu dan fetus. Pemeriksaan spirometri pada ibu hamil yang normal

sebenarnya tidak terlalu dianjurkan, karena pada kehamilan normal

seharusnya fungsi paru tidak mengalami gangguan

 Nyeri pleuritik dan sesak pada pasien post drainase efusi pleura

 Pada pasien hemoptisis, manuver spirometri dapat menyebabkan

perdarahan bertambah parah dan berisiko aspirasi pada lobus yang tidak

mengalami perdarahan
 Pemeriksaan spirometri yang terlalu cepat pada pasien dengan

riwayat infark miokard dapat menyebabkan infark bertambah parah atau

kematian

 Pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol, pemeriksaan spirometri

dapat berisiko menyebabkan kerusakan pembuluh darah, memicu angina,

dan memicu transient ischaemic attack, stroke, kejang, ataupun

ensefalopati. Pasien yang baru memulai terapi antihipertensi dapat

mengalami pusing atau sinkop pada saat melakukan manuver spirometri

 Pada pasien pneumothorax, pemeriksaan spirometri meningkatkan risiko

terjadinya kolaps paru dan nyeri dada.

e) Pedoman klinis

Pedoman klinis spirometri adalah sebagai bagian dari pemeriksaan fungsi

paru. Pemeriksaan spirometri membutuhkan kerja sama pasien serta

kemampuan operator untuk menjelaskan, mendorong, dan memberi contoh

prosedur spirometri. Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk membantu

menilai efek penyakit pada fungsi paru, responsivitas jalan napas, memantau

perjalanan penyakit atau hasil intervensi yang telah diberikan, menilai risiko

preoperatif, dan menentukan prognosis untuk berbagai kondisi paru,

seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pemeriksaan

spirometri membutuhkan manuver khusus yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intrathorakal, intrakranial, dan intraabdominal,

sehingga berbagai kontraindikasi pada pemeriksaan ini harus diperhatikan.

Pasien dengan kontraindikasi relatif perlu dirujuk dan kelanjutan tindakan


perlu didiskusikan dengan dokter spesialis yang sesuai. Keputusan terkait

perlunya pemeriksaan harus didasarkan rasio manfaat dan risiko.

f) Prosedur

Sekitar 24 jam sebelum melakukan spirometri, Anda disarankan untuk

berhenti merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Anda juga

dianjurkan untuk tidak melakukan olahraga berat atau makan dalam porsi

besar beberapa jam sebelum pemeriksaan spirometri. Saat hendak

melakukan tes spirometri, sebaiknya hindari mengenakan pakaian yang

ketat. Dokter juga akan meminta Anda untuk menghentikan penggunaan

obat tertentu untuk sementara waktu.

Berikut ini adalah urutan tes spirometri:

 Anda akan diminta duduk di tempat yang telah disediakan oleh dokter.

Setelah itu, dokter akan menempatkan semacam klip di hidung yang

berfungsi untuk menutup kedua hidung Anda.

 Dokter akan memberikan alat seperti pipa, kemudian meminta Anda

untuk menarik napas dalam-dalam, menahan napas selama beberapa

detik, lalu mengembuskan napas sekuat mungkin ke dalam pipa.

 Dokter biasanya akan meminta Anda untuk mengulang hal tersebut

sebanyak 3 kali untuk memastikan hasilnya.

Setelah pemeriksaan selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, dokter akan

menilai fungsi paru Anda. Setelah tes spirometri selesai, ada kemungkinan

dokter akan memberi Anda obat bronkodilator hirup untuk melebarkan

jalan napas. Sekitar 15 menit kemudian, dokter akan meminta Anda untuk

melakukan tes spirometri ulang. Dokter akan membandingkan hasil kedua


tes tersebut untuk menilai efektivitas bronkodilator dalam memperbaiki

jalan napas Anda. Prosedur ini juga dapat memberikan efek samping,

seperti pusing dan terkadang sesak napas setelah melakukan tes. Namun,

Anda tidak perlu khawatir, karena selama prosedur berlangsung dan

setelahnya, petugas medis akan selalu memantau kondisi Anda

g) Edukasi

Edukasi pasien pada pemeriksaan spirometri dilakukan dari awal

melakukan tes. Pada pemeriksaan ini, pasien harus diedukasi dengan baik

mengenai prosedur pemeriksaan, karena apabila pasien tidak diedukasi dan

diberikan dorongan dengan baik, maka hasil tes spirometri tidak akan

optimal. Setelah melakukan pemeriksaan, pasien perlu diinformasikan

mengenai hasil tes. Pasien juga harus dijelaskan mengenai kemungkinan

terapi, prognosis, serta kemungkinan rujuk ke dokter spesialis apabila

diperlukan.

8. Peran perawat pada pemeriksaan CT Scan

Pra tindakan

 Observasi TTV. Laporkan kepada dokter bila ada perubahan TTV,

hal ini memungkinkan prosedur pemeriksaan dilanjut atau bahkan

ditunda.

 Memperhatikan kesesuaian lembar pengantar pemeriksaan dari

dokter dengan diagnosa penyakit pasien sebelum mengirim pasien

ke ruang pemeriksaan. Begitu juga memastikan bahwa identitas


pasien yang dikirim sesuai dengan lembar permintaan pemeriksaan

yang telah dibuat dokter dengan menanyakan identitas ke pasien

dan juga melihat ke gelang pasien.

 Menjelaskan prosedur yang akan dijalani kepada pasien dan

menyarankan untuk tenang agar pemeriksaan bisa berjalan dengan

baik. Untuk hal-hal yang lebih detail sarankan menanyakan lebih

lanjut ke petugas radiologi.

 Mengkaji riwayat tindakan / prosedur yang melibat radiasi

sebelumnya (misal: rontgen, ct-scan, MRI, dll). Risiko pemeriksaan

berhubungan dengan akumulasi paparan radiasi yang didapat,

terutama dari berbagai pemeriksaan atau pengobatan selama waktu

tertentu

 Mengkomunikasikan ke petugas radiologi kondisi pasien terutama

bila pasien sedang dalam kondisi hamil

 Perlakuan khusus bila prosedur menggunakan kontras

 Persiapankan pasien untuk puasa selama setidaknya 8 jam sebelum

pemeriksaan

 Mengkaji riwayat alergi, jika pernah riwayat alergi zat kontras

sebaiknya dilaporkan ke dokter atau petugas yang memeriksa

 Mengkaji kemampuan fungsi ginjal. Segera dilaporkan ke dokter

atau petugas yang memeriksa apabila ditemukan gangguan pada

fungsi ginjal karena lebih rentan untuk mengalami kerusakan ginjal

setelah mendapatkan paparan zat kontras.


 Mengkaji Riwayat sakit gula darah/ diabetes. Tanyakan apakah

sedang mengkonsumsi metformin atau derivatnya. Hal ini beresiko

untuk mengalami asidosis metabolic ( perubahan pH dalam darah)

jika menjalani pemeriksaan CT scan dengan kontras. Jika

mengkonsumsi metformin, sarankan untuk menghentikan

metformin sejak 24 jam sebelum pemeriksaan hingga 48 jam

setelah pemeriksaan CT scan dengan kontras dan konsultasikan

kepada dokter mengenai obat-obat yang dikonsumsi pasien

Intra Tindakan :

 Pada saat di ruang radiologi, peran perawat yang bekerja di ruang

radiologi menyarankan pasien untuk menandatangani surat

persetujuan Tindakan dengan sebelumnya menjelaskan prosedur

pemeriksaan. Membuka kesempatan pasien untuk bertanya jika ada

sesuatu yang belum jelas.

 Mempersiakan pasien untuk berganti pakaian yang sesuai dengan

tindakan yang akan dilakukan, dan menyarankan untuk melepas /

menyimpan perhiasan atau benda yang mungkin bisa mengganggu

pemeriksaan Melepaskan benda-benda logam, seperti perhiasan,

kacamata, gigi palsu, jepit rambut, jam tangan, sabuk, dan bra yang

dilengkapi kawat.

 Bila CT scan menggunakan kontras perawat memasang jalur

intravena untuk menyuntikkan zat kontras, atau memberikan untuk


zat kontras yang diminum, cairan akan diberikan sebelum CT scan

ginjal dimulai untuk diminum terlebih dulu.

 Memberitahukan ke pasien bahwa saat zat kontras disuntikkan

mungkin akan timbul rasa hangat (flushing) di tubuh, rasa besi atau

asin di mulut, sedikit sakit kepala, mual dan atau muntah. Efek ini

biasanya hanya berlangsung selama beberapa saat.

 Menyarankan ke pasien untuk memberitahukan ke petugas bila

merasakan rasa sesak, sulit bernapas, baal, berkeringat, atau jantung

berdebar-debar . perawat harus segera melaporakan kejadian ke

dokter.

 Bila prosedur pemeriksaan telah selesai, menanyakan kembali

kondisi pasien apakah ada keluhan yang dirasakan. Kemudian

melepaskan jalur intravena yang terpasang untuk menyutikkan zat

kontras.

Post Tindakan :

 Memantau TTV dan menyarakan ke pasien untuk segera

memberitahukan ke petugas bila timbul efek samping dari zat

kontras misalnya timbul gatal-gatal, bengkak, ruam kulit atau sesak

nafas.

 Menyarankan untuk cukup minum air selama 24 jam pertama

setelah pemeriksaan, untuk membantu mengeluarkan zat kontras

yang digunakan.

 Segera Melaporkan ke dokter penanggung jawab bila hasil

pemeriksaan telah selesai.


Daftar Pustaka

https://www.cmirad.net/imaging/ct-scan/ (Gambar cover)

Johns Hopkins Medicine. Computed Tomography (CT or CAT) Scan of


the Kidney.

University of Rochester Medical Center. Computed Tomography Scan of


the Kidney.

Johns Hopkins Medicine. Kidney, Ureter, and Bladder X-Ray.


www.hopkinsmedicine.org

Anonim. CT Scan.
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/ct-scan/about/pac-
20393675. (Diakses pada 14 November 2022). 

Anonim. CT Scan. https://www.nhs.uk/conditions/ct-scan/. (Diakses pada


14 November 2022).

Anonim. What Is a CT Scan?. https://www.webmd.com/cancer/what-is-a-


ct-scan. (Diakses pada 14 November 2022). 

Zimlich, Rachael. 2022. CT (Computed Tomography) Scan.


https://www.healthline.com/health/ct-scan. (Diakses pada 14
November 2022).

Sandy Zikri Rahmadani. (2017).Prosedur Pemeriksaan Computed


Tomography (CT) Scan Abdomen Tiga Fase Dengan Kasus Ca Sigmoid
Di Instalasi Radiologi Rsud Dr. Soedono Madiun(2017).Semarang:Prodi
DIV T. Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai