Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DOSEN PEMBIMBING : SRI UTAMI DWININGSIH MNS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 - KELAS 2/A2


1. FIFI RAHMAWATI DEWI P1337420117045
2. SONIA CHAVITA P1337420117049
3. M SAIFUL ANWAR P1337420117051
4. INFANTRIAGO ABRIAN M H P1337420117058
5. RETNO PALUPI P1337420117059
6. AYU CAHYANINGTYAS P1337420117065
7. DINA NUR HALIMAH P1337420117069
8. JULIA HANDAYANI P1337420117073
9. ONY DIAH KUSUMAWATI P1337420117078
10. DHINNA AYU HARISZKY P1337420117083
11. M FAIQ DHIYAUR R P1337420117088

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan Tugas Kelompok dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai
rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah ini.

Semarang, 18 Agustus 2018

Penyusun
SOP Pemerisaan CT SCAN

1. Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak

2. Indikasi
1) Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop
2) Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboliparu, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan
pembuluh darah lainnya.
3) Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker,
dan jenis kanker.
` 4) Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma
lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila timbul penurunan
kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
5) Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
6) Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang
menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat
lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
7) Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi
lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda
melakukan pemeriksaan selain CT scan.

3. Kontraindikasi
1. Pasien dengan berat badan kurang dari 145 kg.
2. Pasien tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan
selama 20-25 menit.
3. Pasien dengan alergi iodine
4. Persiapan alat
Persiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan kepala
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Peralatan sterill meliputi:
1. Alat-alat suntik
2. Spuit.
3. Kassa dan kapas
4. Alkohol
b) Peralatan non-steril meliputi:
1. Pesawat CT-Scan
2. Media kontras
3. Tabung oksigen

Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan kepala


pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan reaksi
terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika
diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti
pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas.
Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya
kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra
Vena ( Seeram, 2001 ).
1. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
2. Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
3. Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec.

5. Persiapan pasien
a. CT scan otak :
1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
2) Inform concent
3) Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko
yang timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian
bahan kontras.
4) Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan
tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5) Injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui
kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )

b. CT scan thorax :
1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
2) Inform concent
3) Jelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga
4) Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan
tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5) injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui
kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).

c. CT Scan abdomen
1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
2) inform consent
3) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien
4) Pasien meminum kontras :
 Pasien minum kontras 300 cc 2 jam sebelum pemeriksaan.
 Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum 200 cc yang kedua.
 Ketika akan dilakukan pemeriksaan pasien minum bahan kontras ke
tiga sebanyak 200 cc, dimasukkan bahan kontras per anal sebanyak
500 cc.

6. Prosedur
 Preinteraksi
1. Lihat catatan keperawatan dan catatan medis
2. Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien

 Interaksi
1. Cuci tangan
2. Memakai handscone
3. Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
4. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
5. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari
beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
6. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45
menit.
7. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan
komputer.
8. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.
9. Cuci tangan

 Terminasi
1. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.
2. Evaluasi
3. Dokumentasi

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan


 Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
 Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur
berlangsung.
 Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala
gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat
dan dokter

8. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur
pemeriksaan ditandai dengan klien tampak pucat,tekanan darah meningkat dan
klien sering menanyakan dampak dari prosedur pemeriksaan.
 Kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan berhubungan dengan
kurangnya mendapat penyuluhan tentang prosedur pemeriksaan ditandai
dengan klien terlihat bingung dan sering bertanya-tanya tentang pemeriksaan.
SOP Pemeriksaan MRI

1. Pengertian
 Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang
menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses
magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat
menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh

 Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah suatu alat diagnostik muthakhir untuk
memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar
dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan
radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ
manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1
tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen (Satya Negara,
dkk,2010).

 Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang


tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen (Eko Bastiansyah
2008)

2. Tujuan
1) MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang
membedakan tumor otak dan abses otak
2) Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah
3) Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran (edema) secara
tiba-tiba.

3. Indikasi
1) Neoplasma
2) Infection
3) Infarction
4) Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran
cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah
otak, dsb.
5) Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang
belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.
6) Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic
Resonance Angiografi) carotis, dsb.

4. Kontraindikasi
1. Relatif :
a. Anemia hemolitika
b. Riwayat alergi dengan bahan yodida
2. Mutlak :
a. Kehamilan dan menyusui
b. Gagal ginjal
3. Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),
4. Pasien dengan alat bantu dengar
5. Pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam, yang di pasang pada bagian
tubuhnya, antara lain dapat berupa klippadaoperasi aniurisma, facemarker pada
jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan sebagainya
6. Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di mohon
untuk melaporkan pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat di batalkan
dengan alas an trakut melukaipasien.

5. Persiapan alat
1. Meja MRI
2. Bel

6. Persiapan klien
1) Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam
secara berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi.
2) Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai.
3) Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum
prosedur untuk menghindari ketakutan terhadap ruang sempit(klustrofobia
4) Memberikan inform cocent
5) Berikan medikasi sebelum tes
6) Kaji kemungkinan reaksi iodin
7) Prosedur
 Preinteraksi
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujua dilakukan pemeriksaan pada klien

 Interaksi
1. Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan
2. Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat
3. Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara
ketukan selama jalannya pemeriksan
4. Selama pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan
petugas,dan dapat langsung berkomunikasi dengan petugas MRI
5. Pasien akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas
MRI,atau mengalami kondisi yang kurang nyaman
6. Pada umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit
7. Setelah pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal
seperti biasa
8. Cuci tangan

 Terminasi
1.Evaluasi
2.Dokumentasi

8) Hal-hal yang perlu diperhatikan


 Pada pemeriksaan MRI ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil
muda (trisemester 1)
 Pasien memberikan informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan

9) Diagnosa yang mungkin muncul


 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur
pemeriksaan ditandai dengan klien nampak bingung dan tekanan darah klien
meningkat.
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah
ditandai dengan klien tidak memahami prosedur pemeriksaan.
TEKNIK PEMERIKSAAN ANGIOGRAFI SEREBRAL

Pengertian Angiografi
Angiografi (dr asal katanya berarti pencitraan pembuluh darah) merupakan
sebuah prosedur yg menghasilkan citra sistem sirkulasi darah yg melalui arteri, vena
ataupun pembuluh darah miniskus.
Pertama kali diperkenalkan o/ neurofisiologis Portugis bernama Egas Moniz u/
menghasilkan x-ray contrast image pd tumor karsinogenik, penyumbatan pd cerebral
serta vena
Angiografi membantu treatment neurological disorder & heart disease
Karena extra ordinary invention ini menyelamatkan jutaan nyawa, Egas Moniz
dianugrahi Nobel Prize pd tahun 1949.

Fase I: Persiapan pasien

 Informasi & Inform consent

 Set-up tray : hemostat, prep sponge dan larutan antiseptic, syringe n needle local
anastesi, basin n medicine cup, steril drape n handuk, band, sterile image intensifier
cover

 Set-up injector & peralatan filming

 Monitoring pasien

 Menentukan &Menyiapkan puncture side

Seldinger technique

Fase II : Peletakan Kateter


 Radiografer membantu radiolog menempatkan kateter diikuti dengan FL

 FL dpt diulangi pada fase III

Fase III : Filming

 Radiografer mengoperasikan injector & peralatan filming u/ menghasilkan radiograf


yg diperlukan

 Image diproses

 Menyiapkan image u/ diperlihatkan pd radiolog

Fase IV : Penanganan Pasien

 Membalut luka punture

 Pastikan bhw pasien atau perawat mengerti ttg perawatan post prosedure Angiografi
Serebral

Indikasi Patologi
 Arterio scheleorosis : penebalan dingding arteri shg elastisitasnya menurun,
diakibatkan:
 Endapan kalsium
 Emboli/penimbunan lemak
 Trombosis: melekatnya trombosit pd p.darah shg menonjol
 Hyperkolesterol
 Tumor
 Trauma
 Nekrosis
 Aneurisma: pelebaran pembuluh darah

Persiapan Pasien
 Informasi & penjelasan prosedur pmx
 IC
 Puasa minimal 6 jam
 Rambut pd daerah pungsi dicukur
 VU dikosongkan
 KU baik
 Tanyakan riwayat alergi

Alat dan Bahan


Steril Non Steril
 Ruangan  Kontras Media  Obat Antihistamin
 Spuit 20cc  Plester  Kaset
 Duk lobang  Alkohol  Marker
 Duk biasa  NaCl  Pesawat khusus
 Baju steril  Iodium
 Bengkok  Xylocain
 Mangkok  Gunting
 Konektor+ kunci  Korentang
 Infus set  Standard Infus
 Spuit 5 cc:  O2
 Abocath No 16  Stetoskop
 Kain kassa  Tensimeter
 Heparin
 Injektor

Teknik Pemeriksaan Fungsi Langsung

 Pasien terlentang, punggung diganjal & kepala diturunkan, hingga denyut ACC
teraba.

 Lakukan anestesi lokal

 Pungsi leher pada perabaan denyut nadi arteri karotis kommunis ( dibawah bifurkatio
jarum abbocath no. 20 / 18).

 Pungsi menembus dinding anterior & posterior P.darah , tarik perkahan-lahan sampai
darah memancur lancar.
 Sheat didorong ke lumen arteri & mandrin tarik keluar.

 Sambung sheath dengan luerlock.

 Kontras +/- 8-10 cc , injeksi cepat.

 Sinar X arah glabella sudut 27-30 derajat dengan vertikal, kranio-kaudal.

Fase - Fase Pemeriksaan


Fase arteri : 1-3 detik, setelah suntikan.
Fase kapiler : 3-4 detik
Fase vena : 4-12 detik.

Teknik Pemeriksaan Tidak Langsung

 Pungsi pada A. Femoralis ( inguinal) dengan jarum abbocath 16/18 setelah anestesi
lokal dan insisi.

 Masukkan guide wire ke lumen arteri Femoralis ke arah proksimal, lalu tarik abbocath
ditarik keluar.

 Masukkan kateter melalui “guide wire”, lalu tarik “ guide wire “ keluar, sambung
pangkal kateter dengan luer lock.

 Dorong kateter mencapai ACC / ACI / ACE.

 Suntik kontras +/- 8 – 10 cc dengan injeksi cepat

Proyeksi Yang Digunakan


Proyeksi Axial AP/Towne
PP: tidur terlentang
PO: kepala true AP, pertengahan film 2 cm di bawah MAE
CR: 30 derajat caudal
CP: 8cm diatas glabella menuju pertengahan film
Proyeksi Lateral
PP: tidur terlentang
PO: kepala true AP, MSP// kaset dan IOML tgk lurus kaset
CP: 2 cm di dpn MAE dan 2 cm superior ourika
CR: horizontal
Proyeksi AP supraorbital
PP: tidur terlentang
PO: kepala true AP, pertghan film 2 cm diatas MAE
CR: 10 - 20 derajat caudal
CP: diatas supraorbita marjin menuju petrous rigde

Proyeksi Supraorbital Oblique


PP: tidur terlentang
PO: dr posisi AP kpl dimiringkan sebesar 30 – 40 derajat menjauhi sisi yg
disuntik
Pertengahan film 2 cm diatas MAE
CR : 10 derajat caudal
CP: diatas supra margin menuju petrous ridge
Proyeksi Transorbital AP
PP: tidur terlentang
PO: true AP, pertghan film 4 cm diatas MAE
CR: 20 derajat cephalad
CP: pd perteghan mata, mll titih 2 cm diatas MAE

Gambar Normal Angiografi karotis

 ACC cabang dua pada bifurkatio setinggi C3-4.

 ACC bercabang menjadi ACI & ACE.

 Frontal : bayangan proksimal ACE terletak medial dari ACI.

Arteri karotis interna

 Dileher tak tampak percabangan.


 Pars kavernosa berjalan sepanjang tepi dinding tulang sfenoid, bentuk “S” dengan
nama “ carotid Siphon”.

 Segemen supraklinoid tdd 3 cabang :

 A. oftalmika.

 A. kommunikans posterior.

 A. koroidalis anterior

Serebri Anterior

 ASA kanan –kiri dihubungkan dengan A. kommunikans anterior.

 Cabang ASA :

 A.frontopolaris.

 A.Callosamarginalis.

 A.Pericallosa lanjutan ASA.

Serebri Media

 Segmen horisontal :

 Keluar beberapa A. lentikulostriata ( arteri jalan supero-post , perdarahi ganglia


basalis dan kapsula interna.

Posisi AP : gambaran “ S”

 Pertemuan ACI, ASA dan ASM : “T Formation”.


 Cabang post medial dan sup : Sylvian point.

Posisi Lateral

 Cabang serebri media bentuk “ loops” sampai puncak sulkus sirkularis.

 Garis yg hubungkan aspek sup loops ini : atap dari “ sylvian triangle”.

 Sylviant point :

 30 - 45 mm medial tabula interna orang dewasa.

 Pertengahan garis yang hub puncak orbita atau piramid petrosa.


 Pertengahan antara tabula interna dan mid-line kranium.

 Cabang-cabang ASM :

 A.Parietalis post.

 A.gyriangularis.

 A.Temporalis posterior.

Fase Kapiler

 4 detik sesudah injeksi kontras.

 Gambaran difus hemisfer / serebrogram.

Fase Vena

 Fase lanjut.

 Pengisisan vena profunda

 V. Profunda terletak lebih posterior dibandingkan V. superfisisal.

Arteri Serebri Posterior

 Asal : a. basilaris

 Cabang :

 A. talamoperforata

 A. koroidalis posterior medialis

 A. koroidalis posterior lateralis

 Cabang distal :

 Cabang2 temporalis posterior

 Cabang2 kalkarina
 Cabang2 parietooksipital

Fase Vena

 Vena2 superior serebelum à sinus lateralis à vena magna Galeni.

 Vena2 anterior serebelum & Batang otak à vena petrosus

 Posisi lateral : Vena presentalis serebeli à vena magna Galeni.


 Embriologi : a. vertebra & a. basilaris terpisah dari karotis. Bisa tetap terbentuk
Primitive vascular channel à hubungkan sirkulasi karotis & vertebrobasilaris ( hilang
setelah bayi lahir )

Ada 3 pembuluh darah arterial primitif :


1. A. trigerminus primitive resistant :
Asal : a. karotis interna
Bergabung dgn a. basilaris
2. A. Hypoglossus primitive resistant :
AsaL : A. Carotis interna
Bergabung dgn a. vertebralis
3. A. acousticus primitive resistant :
Asal : a. karotis interna & a. basilaris.

Oklusi Pembuluh Darah

 Aterosklerosis

 Trombosis..

 Tanpa trombosis.

 Emboli.

 Terutama dari pembuluh darah di leher.

 Stenosis (50%) akan terlihat pada angiogram.

Aneurisma

 Etio : perdarahan subarakhnoid.

 a/ ruptur aneurisma intrakranial.

 Lokasi :
1) Pangkal A. kommunikans posterior.
2) Pertemuan A.komunikans anterior dengan A. Serebri anterior.
3) A.serebri media.
4) Kongenital : diproksimal sirkulus arteriosus Willisi
5) <<<: pangkal a.oftalmika,a.Serebri anterior & media, a.Serebeli anterior
inferior-posterior.

AVM

 Kelainan dimana arteri & vena berhubungan secara langsung tanpa kapiler

 Sifat kongenital.

 Usia : 20-30 tahun

 Lokasi :

 Hemisfer serebri.

 Serebelum.

Tumor Intra Kranial

 Tumor di frontal anterior:

 Cukup besar desak a.serebri anterior lewati mid-line.

 Tumor puncak kepala depan:

 Herniasi subfalksial akibat falks kaku tergeser.

 Tumor deep:

 Distal shift.

 Tumor ganas : glioblastoma

 Vaskularisasi abnormal fase arteri : “ ealy filling vein”

 Tumor meningens : meningioma

 Gambaran difus , batas tegas tumor pada fase late artery & jelas pada fase vena.

 Vaskular necrotic center : metastasis avaskular.

Herniasi

 Herniasi subfalksial.

 Herniasi unkus.

 Herniasi tonsiler.
 Herniasi tentorium.
Trauma
Hematom subdural

 Pendesakan A/V bentuk konveks.

 Lokasi perdarahan : pendesakan A. serebri ant-med, & deep vein.

 Angiogram kontralateral.

 Hematom temporo-basal ( higroma.hematoma) : gambaran “bridging vein”

Hematom epidural

 A. Meningea media terdesak ke medial.

 Entry to sinus venosus : SV terpisah dari tabula interna.

Hidrosefalus

 Pelebaran ventrikel lateralis .

 Angiorafi : lengkung V. Talamosttriata (frontal).

 Hidorsefalus sedang : bentuk “S-Shaped” menjadi “flat”.

 Hidrosefalus berat : konveks.

 Fase arteriogram : “Sylvian Triangle terangkat & teregang.

 Kompresi A.K.K pada kontralateral u/ lihat hidrosefalus internus simetris.


SOP / Cara Tindakan Lumbal Fungsi (Pungsi)

1. Pengertian Prosedure Lumbal Fungsi


Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah
lumbal

2. Tujuan Tindakan Lumbal Fungsi


Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik maupun
kepentingan therapi

3. Indikasi dari Tindakan Lumbal Pungsi


Untuk diagnostik
- Kecurigaan meningitis
- Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
- Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
- Evaluasi hasil pengobatan

Untuk Therapi
- Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
- Pemberian anesthesi spinal
- Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

4. Persiapan Tindakan Lumbal Pungsi


Persiapan pasien

 Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi
tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-
hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal
tersebut

 Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan


dilakukan tindakan lumbal pungsi.

 Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

Persiapan Alat
 Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan lidi kapas,
botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk bolong.

 Tabung reaksi tiga buah

 Bengkok

 Pengalas

 Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya

 Plester dan gunting

 Manometer

 Lidokain/Xilocain

 Masker. Gaun, tutup kepala

5. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Lumbal Pungsi

 Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur.
Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya
menepel pada dada (posisi knee chest)

 Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat digunakan
pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca berada
dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah interspinosus yang telah
ditentukan.

 Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril.

 Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan duk
penutup.

 Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam hingga
ligamen longitudinal dan periosteum

 Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan subkutis. Jarum
harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra.

 Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai terasa


lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk
memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar
jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar.
Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval
sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar
cairan.

 Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan manometer


pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral
recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus diluruskan.
Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.

 Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.

 Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas dapat
melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena jugularis selama
I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut tidak naik
tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit
vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.

 Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung
steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini
digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan
gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin
mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya
adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet,
kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah
terbentuk endapan putih.
Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
( -) Cincin putih tidak dijumpai
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok
tetap putih

( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement
(berkabut)

( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh

Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol
dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen
pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi
apakah ada kekeruhan.

 Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien dengan
hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.

 Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet jarum
lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

6. Setelah Prosedur

 Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam


 Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF

 Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan tekhnik relaksasi,
bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.

7. Komplikasi

 Herniasi Tonsiler

 Meningitis dan empiema epidural atau sub dural

 Sakit pinggang

 Infeksi

 Kista epidermoid intraspinal

 Kerusakan diskus intervertebralis

Anda mungkin juga menyukai