Anda di halaman 1dari 26

SOP / CARA RUJUKAN PASIEN

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

1. Pasien Dirujuk adalah pasien yang atas pertimbangan dokter /


perawat / bidan memerlukan pelayanan di RS baik untuk diagnostik
penunjang atau terapi.
Sebagai acuan penatalaksanaan pengantaran rujukan sampai rumah
sakit tujuan dengan cepat dan aman

1. Petugas UGD / Rawat Inap menyatakan pasien perlu rujukan


2. Petugas UGD / Rawat Inap menjelaskan dan meminta persetujuan
kepada keluarga pasien untuk dirujuk.
3. Keluarga pasien setuju.
4. Petugas UGD / Rawat Inap membuat surat rujukan
5. Petugas UGD / Rawat Inap membuat rincian biaya pasien pulang dan
biaya penggunaan ambulan (untuk pasien rawat inap atau pasien
UGD yang sudah diberikab terapi, bagi pasien UGD yang tidak
mendapat terapi cukup membayar biaya ambulan saja)
6. Keluarga pasien membayar dan menerima kwitansi dan surat rujukan
7. Petugas UGD / Rawat Inap menerima pembayaran
8. Petugas UGD / Rawat Inap mempersiapkan kesiapan pasien dan
Petugas UGD/rawat inap yang lain segera menghubungi sopir
Ambulan.
9.
Sopir menyiapkan ambulan (jika sudah siap sopir segera
menghubungi petugas UGD bahwa ambulan sudah siap)
10. Petugas UGD / Rawat Inap mendampingi dan mengantarkan pasien
ke tempat tujuan dengan ambulan.
11. Setelah selasai mengantarakan dan kembali ke Rumah Sakit Petugas
UGD / Rawat Inap menulis laporan kegiatan pada buku kegiatan
UGD / Rawat Inap
Unit terkait
Rawat Inap, Petugas Ambulan/ sopir ambulan

ECHOCARDIOGRAPHY
Ary Andini (080810304), Guruh Hariyanto (080810318), Ima Kurniastuti (080810337), Ardika
Yeni R.(080810342), Donna Ayu Silviana (080810358), Rio Yuliwardhana (080810361)
Program s1 teknobiomedik universitas airlangga

Abstract :
Penderita penyakit jantung di Indonesia kini diperkirakan mencapai 20 juta orang hingga
menempatkan penyakit jantung sebagai peringkat pertama penyebab kematian. Oleh karena itu,
terdapat alat yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada jantung disebut
echocardiography, suatu alat yang mengambil gambar dari hati atau jantung dengan menggunakan
gelombang suara. Terdapat tiga jenis pemeriksaan jantung menggunakan echocardiography yaitu
Trans Thoracal Echocardiography (TTE), Trans Esophageal Echocardiography (TEE), dan Stress
Echocardiography. Salah satu fungsi penting dari echocardiography adalah memberikan
gambaran struktural anatomi jantung dan pembuluh besar. Echocardiography yang terbaru saat ini
adalah echocardiography 3-D yang mampu memberikan visualisasi dan analisa bersamaan.
Arsitektur echocardiography (iE33 xSTREAM) terdiri dari 4 bagan utama yakni Live 3D Echo,
Live xPlane imaging, SonoCT, dan XRES image processing.
Keyword : echocardiography, jantung, anatomi.
1. Pendahuluan
Penderita penyakit jantung di Indonesia kini diperkirakan mencapai 20 juta orang. Hasil
analisa survei kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa penyakit
cardiovasculer ini kini menduduki jenjang tertinggi penyebab kematian. Kondisi tersebut tidak
jauh berbeda dengan di negara-negara maju. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
rasio penderita gagal jantung di dunia satu sampai lima orang setiap 1.000 penduduk.
Penyakit jantung disebabkan oleh tiga faktor meliputi kelainan jantung bawaan, gangguan
pada fungsi kerja katup jantung dan terganggunya pembuluh koroner yang berfungsi mengalirkan
darah ke seluruh tubuh. Kebiasaan merokok, stress, kurang olahraga, diabetes, obesitas, hipertensi
merupakan faktor risiko yang dapat memicu penyakit jantung. Gejala spesifik dari penyakit
jantung ini yaitu nyeri di daerah dada dan sekitarnya, sesak nafas (gejala yang biasa ditemukan
pada gagal jantung), denyut jantung cepat dan berdebar-debar, kaki atau tangan sering nyeri atau
dingin, terkadang pusing sampai pingsan. Pencegahan terbaik yang dapat dilakukan adalah
mematuhi pola hidup sehat dengan rajin berolahraga dan makan makanan yang bergizi secara
teratur.
Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada jantung dapat dideteksi melalui
pemeriksaan dokter. Saat ini sudah berkembang berbagai macam alat penunjang untuk membantu

dokter dalam hal pemeriksaan jantung pasien. Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat, salah satu pemeriksaan yang sering digunakan adalah menggunakan teknik pencitraan atau
radiologi karena dapat menyajikan gambaran yang baik dan membantu dalam menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan radiologi jantung sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
alat seperti Chest X-Ray, Echocardiography, Nuclear medicine, Computed Tomography (CT),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Cardiac arteriography.

2. Echocardiography
2.1 Pengertian
Salah satu pemeriksaan radiologi untuk

mendeteksi gangguan jantung adalah alat

echocardiography. Echocardiography merupakan pemeriksaan jantung dengan menggunakan


ultrasound (gelombang suara) frekuensi 2-6 MHz. Nama lain echocardiography adalah
USG Jantung dan test gema. Echocardiography adalah suatu alat yang mengambil gambar dari
hati atau jantung dengan menggunakan gelombang suara. Echocardiography ( ultrasound
pengujian untuk hati atau jantung) mengijinkan suatu ahli jantung untuk menguji struktur , fungsi,
dan aliran darah dari hati atau jantung tanpa penggunaan dari sinar-x. Echocardiography
dilakukan dengan penggunaan suatu tongkat plastik yang lembut (suatu echo-transducer) untuk
memancarkan gelombang suara ke dada atau abdomen. Gelombang suara lewat dengan aman
sampai badan dan gema yang dihasilkan akan ditafsirkan oleh suatu sistem yang terkomputerisasi.
Indikasi penggunaan echocardiography adalah untuk melihat fungsi ventrikel, kelainan
jantung kongenital, penyakit jantung katup, kardiomiopati, efusi perikardial, adanya massa
(tumor) dan penyakit aorta proksimal. Karena echocardiography dapat menghasilkan gambar atau
frame dengan inherensi (jumlah potongan) yang tinggi, maka echocardiography dapat digunakan
untuk melihat pergerakan struktur pada jantung. Echocardiography dengan kombinasi Doppler
digunakan untuk melihat fungsi ruang-ruang jantung, katup jantung dan adanya pintas-pintas
(shunt, seperti ASD atau VSD) dalam jantung.

Gambar 1a.

Gambar 1b.

Gambar 1c.
Gambar 1a.echocardiography secara fisik
Gambar 1b. pemeriksaan echocardiography
Gambar 1c. hasil pemeriksaan echocardiography

2.2 Fungsi echocardiography

Echocardiography memiliki fungsi diantaranya adalah :


a. Memberikan gambaran struktural anatomi jantung dan pembuluh besar.
b. Berperan dalam diagnosa kelainan jantung bawaan (congenital).
c. Mendeteksi kelainan struktur anatomi katup jantung misalnya adanya kekakuan, gangguan
pembukaan-penutupan katup, tebal dan geraknya, serta apakah ada perlekatan.
d. Membantu dokter dalam menilai kemampuan gerak otot -otot dinding jantung akibat
penyempitan

pembuluh

cardiomypathy),

koroner,

dan

pembengkakan

penebalan

otot

otot

jantung

jantung

(dilated

(hiperthrophy

cardiomypathy) yang disebabkan hipertensi dan kelainan otot jantung


bawaan.
e. Melihat massa tumor seperti thrombus, vegetasi atau cairan perikad.

2.3 Pemeriksaan echocardiography


Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dideteksi dengan echocardiography yaitu :
a. Trans Thoracal Echocardiography (TTE)
Adalah standar echocardiography, tidak nyeri, tanpa efek radiasi dan non-invasif.
Non-invasif memiliki arti tidak ada operasi yang dilakukan dan tidak ada alat yang
dimasukkan ke dalam tubuh pasien melainkan alat hanya diletakkan pada bagian luar
tubuh pasien yaitu tranduser diletakkan pada dada dengan menggunakan pelumas atau gel.
Proses pemeriksaan jantung pada jenis echocardiography ini tergolong cukup mudah.
Bagian dari echocardiography yaitu tranduser diletakkan di dada pasien. Tranduser
tersebut mengirim gelombang suara, ultrasound melalui dinding dada dan jantung pasien.
Telinga manusia tidak dapat mendengar gelombang ultrasound sehingga kita tidak
meraasakan apapun. Gelombang ultrasound tersebut memantul dari struktur jantung dan
kemudian ditangkap oleh penangkap gelombang pada mesin echocardiography.
Gelombang tersebut kemudian dikonversi oleh mesin echocardiography menjadi gambar
pada layar. Hasil analisa kemudian dapat dilihat pada kertas yang disebut dengan
echocardiogram.

Gambar 2. Pemeriksaan jantung secara Trans Thoracal Echocardiography (TTE)


b. Trans Esophageal Echocardiography (TEE)
Adalah pemeriksaan jantung, menggunakan alat transduser masuk melalui
tenggorokan menuju esophagus (saluran cema atas yang terletak dekat dengan jantung),
sehingga penampilan bagian-bagian tertentu jantung akan lebih jelas. Jenis pemeriksaan ini
dilakukan untuk melihar aorta dan bagian lain dari jantung pasien secara langsung. Dalam
pengujian ini, transduser dipasang pada ujung tabung fleksibel. Tabung kemudian
dimasukkan ke dalam tenggorokan pasien dan masuk ke kerongkongan (bagian terkemuka
dari mulut ke perut anda). Hal ini memungkinkan dokter untuk mendapatkan gambar yang
lebih rinci dari jantung pasien.

Gambar 3. Tabung fleksibel yang digunakan saat pemeriksaan Trans Esophageal


Echocardiography (TEE)

Gambar 4. Proses pemeriksaan secara Trans Esophageal Echocardiography (TEE)


c. Stress Echocardiography
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gerakan otot-otot jantung lebih akurat
dengan menggunakan alat treadmill atau memasukkan obat untuk menstimulasi gerakan
otot-otot jantung. Stress echo ini dilakukan sebagai bagian dari tes stress. Selama tes stress,
pasien disuruh berolahraga atau minum obat (yang diberikan oleh dokter) untuk membuat
jantung pasien bekerja keras dan beat jantung menjadi lebih cepat. Seorang teknisi akan
mengambil gambar jantung pasien dengan

menggunakan echocardiography sebelum

pasien berolah raga dan segera setelah pasien selesai berolahraga. Beberapa masalah
jantung, seperti penyakit jantung koroner, lebih mudah didiagnosis ketika jantung bekerja
keras dan beatnya lebih cepat.

Gambar 5. Proses pemeriksaan secara stress echocardiography


d. Fetal Echocardiography

Fetal Echocardiography juga sering disebut dengan echocardiography janin


karena jenis pemeriksaan ini digunakan untuk melihat jantung bayi yang belum lahir.
Seorang dokter dapat merekomendasiakn pemeriksaan ini untuk memeriksa bayi untuk
masalah jantung. Pemeriksaan ini dapat dilakukan selama kehamilan sekitar 18 - 22
minggu. Untuk pemeriksaan ini, tranduser diletakkan diatas perut ibu hamil yang mana
hasilnya akan muncul di layar.

Gambar 6. Proses pemeriksaan secara fetal echocardiography

Gambar 7. Hasil pemeriksaan secara Fetal Echocardiography

Selama pemeriksaan jantung dengan menggunakan echocardiography, terdapat beberapa


prosedur yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Selama pengujian, Anda akan diberikan memakai gaun rumah sakit. Anda akan diminta
untuk melepaskan pakaian Anda dari pinggang ke atas. Teknisi akan menempatkan tiga elektroda
(kecil, datar, patch lengket) di dada Anda. Elektroda yang tersebut akan mengirimkan gelombang
ultrasound ke monitor. Kemudian teknisi akan meminta Anda untuk berbaring pada sisi kiri di
meja uji. Dia akan menempatkan tongkat (yang disebut transduser suara-gelombang) pada

beberapa daerah dada Anda. tongkat akan memiliki sedikit gel di ujung, yang tidak akan
membahayakan kulit Anda. Gel ini digunakan untuk membantu menghasilkan gambar yang lebih
jelas.
Suara merupakan bagian dari sinyal Doppler. Anda mungkin atau mungkin tidak
mendengar suara selama pengujian. Anda mungkin diminta untuk mengubah posisi beberapa kali
selama pemeriksaan agar teknisi dapat mengambil gambar jantung pada berbagai daerah. Anda
juga

mungkin

diminta

untuk

menahan

nafas

Anda

pada

waktu

selama

ujian.

Anda mungkin merasa kesejukan dari gel pada transduser dan tekanan sedikit dari transduser di
dada Anda. Tes akan berlangsung sekitar 40 menit. Sesudah pemeriksaan, Anda dapat berpakaian
dan menjalani kegiatan sehari-hari Anda. Dokter Anda akan mendiskusikan hasil tes dengan Anda.
Namun jika anda akan melakukan pemeriksaan secara stress echocardiography, terdapat
beberapa prosedur yang berbeda. Berikut adalah prosedur khusus untuk stress echocardiography :
Pada hari pemeriksaan, jangan makan atau minum apapun kecuali air selama empat jam
sebelum tes. Jangan minum atau makan produk kafein (cola, coklat, kopi, teh) selama 24 jam
sebelum tes. Kafein akan mengganggu dengan hasil pemeriksaan. Karena obat over-the-counter
banyak mengandung kafein, jangan minum obat over-the-counter yang mengandung kafein selama
24 jam sebelum tes. Jangan meminum obat jantung setelah selama 24 jam sebelum pengujian
Anda kecuali dokter Anda memberitahu Anda sebaliknya, atau kecuali obat yang dibutuhkan
untuk mengobati ketidaknyamanan dada. Misalnya :
a. Beta blockers (misalnya, Tenormin, Lopressor, Toprol, atau Inderal).
b. Mononitrate dinitrate (misalnya, Isordil, Sorbitrate)
c. Mononitrate isosorbide (misalnya, Ismo, Imdur, Monoket)
d. Nitroglycerin (misalnya, Deponit, Nitrostat, Nitropatches)
Dokter Anda juga dapat meminta Anda untuk berhenti minum obat jantung lainnya pada
hari pemeriksaan. Jika Anda memiliki pertanyaan tentang obat-obatan Anda, tanyakan kepada
dokter Anda. Jangan menghentikan obat apa pun tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter
Anda. Jika Anda menggunakan inhaler untuk bernafas Anda, dapat dibawa pada saat pemeriksaan.
Sebelum pemeriksaan dimulai, Anda akan diminta untuk melepaskan gigi palsu. Jalur intravena
(IV) akan dimasukkan ke dalam suatu vena di lengan atau tangan sehingga obat dapat
disampaikan selama pemeriksaan. Seorang teknisi akan menggosok tiga wilayah kecil di dada
Anda dan elektroda tempat (kecil, datar, patch lengket) di daerah ini. Elektroda akan tersambung
ke monitor.
Sebuah alat pengukur tekanan darah akan ditempatkan pada lengan Anda untuk memonitor
tekanan darah Anda selama pemeriksaan. Sebuah klip kecil, menempel pada oksimeter pulsa, akan
ditempatkan di jari Anda untuk memantau tingkat oksigen darah Anda selama pemeriksaan.
Sebuah obat penenang ringan (obat untuk membantu Anda rileks) akan diberikan kepada anda.
Karena obat penenang, Anda mungkin tidak sepenuhnya terjaga selama pemeriksaan. Tip hisap
gigi akan ditempatkan ke dalam mulut Anda untuk menghapus setiap sekresi. Sebuah endoskopi,

tipis dilumasi (alat viewing) akan dimasukkan ke dalam mulut Anda, ke tenggorokan anda dan
masuk ke kerongkongan Anda. Ini tidak akan mempengaruhi bernapas. Anda mungkin diminta
untuk menelan pada waktu tertentu untuk membantu melewati endoskopi. Ini bagian dari tes
berlangsung beberapa detik dan mungkin tidak nyaman. Setelah endoskopi diposisikan, gambar
jantung diperoleh di berbagai sudut. Anda tidak akan merasa ini bagian dari tes. Ketika selesai,
tabung ditarik. Anda akan dipantau selama 20-30 menit setelah ujian, yang memakan waktu
sekitar

90

menit

untuk

melakukan.

Seseorang akan perlu untuk mengantar anda pulang setelah tes. Anda tidak harus makan
atau minum sampai habis semprot bius atau sampai mati rasa di tenggorokan Anda hilang sekitar
satu jam setelah ujian. Dokter Anda akan mendiskusikan hasil tes dengan Anda.
2.4 Perkembangan echocardiography
Konsep "melihat" struktur menggunakan "suara" tanggal kembali ke
tahun 1920-an, ketika USG yang dihasilkan oleh kristal piezoelektrik
digunakan untuk mendeteksi cacat pada logam. Pada awal tahun 1950, Hertz
dan Edler menggambarkan penggunaan USG untuk menilai penyakit mitralkatup. Selanjutnya, Harvey Feigenbaum di the1960s standar penggunaan
klinis dari echocardiography M-mode untuk penilaian kuantitatif dimensi
ventricular kiri. Munculnya ekokardiografi 2-dimensi (1970), Pulsed Doppler
(1970), dan warna Doppler (1980) memperkenalkan metode baru untuk
penilaian rutin anatomi jantung dan hemodinamik di samping tempat tidur.
lingkup Fleksibel dan transduser unggul lebih lanjut membuka jalan untuk
penerapan

transesophageal

echocardiography.

Tissue

Doppler

dan

ekokardiografi kontras baru-baru ini telah muncul sebagai alat penting untuk
evaluasi

fungsi

miokard

regional

dan

aliran

darah.

Miniaturisasi

dan

kemampuan untuk pak ribuan kristal dalam array elektronik telah mengubah
penerapan echocardiography 3-dimensi menjadi alat tomografi di samping
tempat tidur. Pada saat laju pembangunan, ekokardiografi akan dapat
memberikan penilaian lengkap hati dalam hal anatomi, aliran koroner, dan
fisiologi. Pelatihan orang dan membuatnya tersedia di setiap sisi tempat tidur
mungkin satu-satunya tantangan yang tersisa.
Echocardiography
3-D
merupakan
memeperlihatkan
kemajuan

visualisasi

teknologi

tranduser,

dimensi
(matrix

dari

teknologi
struktur

array

baru

jantung.

tranducer),

yang
Dengan

online

3-D

acquisition, visualisasi dan analisis telah dapat dilakukan. Proses ini dapat
membuat 3-D acquisition pada semua katup mitral, dimana dapat dipotong
sepanjang tampilan yang diinginkan sehingga dapat memperbaiki kelemahan
dari echocardiography 2-D. penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa echocardiography 3-D memberikan realibilitas yang lebih baik dari

echocardiography

2-D

diantara

operator-operator

yang

kurang

berpengalaman dilihat dari akurasinya yang baik. Hal ini dapat dilihat sebagai
indicator potensial dari echocardiography 3-D. berikut adalah perbedaan hasil
echocardiography 2-D (gambar 8a)dan echocardiography 3-D (gambar 8b).

Gambar 8a.
Gambar 8b.
Gambar 8a. hasil echocardiography 2-D
Gambar 8b. hasil echocardiography 3-D

Gambar 9. Hasil analisis pada echocardiography 3-D


2.5 Arsitektur Echocardiography
Arsitektur Echocardiography (iE33 xSTREAM) terdiri dari 4 bagan utama yakni :
1.

Live 3D Echo

2.

Live xPlane imaging

3.

SonoCT

4.

XRES image processing


Ie33 xSTREAM adalah suatu sistem yang memproses berbagai data secara bersamaan dan
terus menerus, yang tergabung dalam sebuah multiprocessor yang memiliki kemampuan sampai
250 milyar operasi per detik yang dilakukan secara fleksibel dan terstruktur, arsitektur
echocardiography jenis xSTREAM dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang berhubungan
dengan aplikasi dalam bidang klinis, alat ini pula terdiri dari suatu layar (Philiphs) Echo 3D dan
xPlane images bersama dengan SonoCT dan xRes images yang memiliki kemampuan untuk
memproses suatu data berupa image (gambar).
1. Layar (Philips) Echo 3D

Merupakan generasi keempat layar (Philips) yang secara keseluruhan disample dengan
menggunakan matriks, alat ini menyediakan tampilan 3D realtime. Arsitektur Xstream yang kuat
memungkinkan didapatkan manipulasi dan hitungan dari data volume.
2. SonoCT real-time image
SonoCT memperoleh dan memproses sampai sembilan garis dan bentuk untuk menampilkan
gambaran vaskuler yang bebas dari pecahan dan artifact.
3. XRES image processing
XRES image processing adalah suatu algoritma yang mampu melaksanakan analisa yang
realtime serta memperbaiki image (gambar) sepanjang area dada secara keseluruhan.
2.6 Transducers
Untuk

penggunaan

Echo-Transducer_nya

terdiri

dari

bermacam-macam

transducer

diantaranya yaitu :
1.

Teknologi PureWave Kristal

2.

Transducer S5-1

3.

Teknologi transducer xMATRIX

4.

Transducer X3-1 Omniplane TEE, yang terintegrasi dengan transducer s7-2 omni
transesophageal
Transducers High-performance yang secara khusus dirancang untuk menghasilkan
efisiensi suara (akustik) yang maksimum, dengan suatu desain lensa low-loss yang memberikan
tingkat resolusi yang tinggi dan proses penetrasi sinyal ultra yang lebih besar dengan tingkat
gangguan yang kecil. Dengan desain yang ekonomis dengan kabel yang ringan sehingga dapat
mengurangi kelelahan dan ketegangan dari para pengguna transducer ini (operator). Adapun
macam-macam transducer yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknologi PureWave kristal
Struktur Piezocrystal memepunyai kelebihan dalam hal proses penerimaan sinyal
akustik (suara) dibanding dengan PZT keramik yang bersifat tradisional.
2. S5-1 transducer
S5-1 transducer dalam penggunaannya menggunakan luas bidang dari dua highperformance yang digunakan oleh transducers konvensional. Kelebihannya dibanding
dengan teknologi PureWave kristal adalah transducer ini membentuk image (gambar) 2D
dengan tingkat kepekaan warna yang lebih tinggi.
3. xMATRIX transducer
Transducer

xMATRIX

menggunakan

rangkaian

didalamnya terintegrasi sampai 3,000 jenis rangkaian filter aktif.


4. X3-1 transducer

micro-beamforming

yang

X3-1 transducer merupakan teknologi xMATRIX yang menggunakan sistem array


yang cocok untuk menghasilkan gambar 3D serta xPlane imaging. Dengan lubang bidik
kamera yang berukuran kecil sangat sesuai untuk menghasilkan dan meningkatkan tampilan
image (gambar) cardiac dari pasien.
5. OMNIPLANE TEE teknologi
Transducer S7-2 omni transesophageal mempunyai cakupan frekuensi sebesar 7
MHZ yang mampu menghasilkan luas bidang yang lebih besar.
2.7 Elektronika echocardiography
Echocardiography digunakan secara luas untuk menampilkan bagian dalam dari tubuh
manusia berupa cardiac serta beberapa penyakitnya seperti hati ataupun jantung, dengan
menggunakan alat ini memungkinkan untuk mendeteksi struktur bagian dalam dari hati atau
jantung. Pergerakan dari struktur tersebut juga dapat direkam dengan resolusi yang bagus
disbanding dengan teknik diagnosa menggunakan x-ray ataupun angiographic, dalam alat ini
menghadirkan perbandingan antara waktu dengan informasi umum berupa gerakan ataupun image
tentang struktur dari hati maupun jantung dalam kecepatan normal rendah dengan menggunakan
perekam elektrokardiogram.
Untuk alat Echocardiography digunakan transducer yang berfungsi untuk mengubah suatu
besaran dalam bentuk lain menjadi besaran lainnya, dalam hal ini berupa pancaran sinyal ultra
high frequency menjadi besaran suara dalam bentuk pergerakan yang kemudian ditampilkan
dalam bentuk gambar. Adapun gambar blok diagram secara umum dari Echocardiography adalah
ditunjukkan oleh gambar 10 dibawah ini :

Gambar 10. Blok diagram rangkaian echocardiography

Gambar diatas menunjukkan blok diagram dari echocardiography, beberapa blok


rangkaian umum pada instrument pengukuran gema, kecuali untuk penambahan rangkaian sweep
lambat dan pengaturan modulasi pencahayaan CRT. Untuk echocardiography, transducer
ditempatkan diantara ribs ketiga dan keempat pada dinding dada luar dimana tidak ada paru-paru
antara kulit dengan jantung. Dari probe ini cahaya ultra sonic intensitas rendah diarahkan pada
area jantung dan sinyal gema diperoleh. Posisi probe dimanipulasi untuk memperoleh gema dari
area yang diinginkan pada jantung.
Echocardiograph Pulsed Doppler tergantung pada penemuan velocitas aliran darah yang
kontras dengan echocardiograph M-mode yang berdasarkan properti anatomi dari jantung, teknik
ini digunakan sebagai adjunct ke echocardiograph M-mode konvensional dan informasi banyak
diperoleh dari komplemen pemeriksaan pulsed Doppler atau dengan melaksanakan prosedur Mmode. Dalam banyak kasus penemuan pulsed Doppler memberikan informasi diagnosa yang
berguna dimana penemuan M-mode adalah normal atau sugestif, sistem beroperasi pada prinsip
ultrasound yang memantul dan menemukan velocitas aliran darah dalam volume, yang disebut
dengan volume sample.
Volume sample secara spesifik dapat dipilih dalam jantung dan pembuluh darah dengan
setting kendali kedalaman dan adalah subjek dari berbagai komponen velocitas aliran darah,
komponen gerak, turbulensi, dan laminar seperti gerakan dinding, gerakan valve. Komponen ini
diisolasi dengan filter yang cocok dalam rangkaian dan masing-masing memiliki kualitas
audiotonal dan pola spektral yang berhubungan.
Jumlah yang meningkat dari pemeriksaan yang rutin dan kemungkinan meng-extract data
kuantitatif dari echocardiograph telah menimbulkan keperluan pengembangan sistem komputer
untuk analisa semi otomatis dari echocardiograph M-mode, program rutin secara umum tertuju
pada pengukuran yang dapat dibagi 3 kelompok :
1. dimensi ventricular
2. dimensi aorta dan atrium kiri
3. pengukuran valve mitral.
Tiap kelompok pengukuran dimulai dengan kalibrasi, sehingga kemungkinan untuk
menggunakan rekaman yang berbeda untuk pengukuran struktur dari tiap kelompok sistem
perhitungan untuk memproses echocardiogram M-mode dijelaskan oleh awieten et.al (1997),
sejumlah program tersedia untuk evaluasi M-mode menggunakan komputer.
Selain alat echocardiography itu sendiri proses untuk menampilkan gambar kedalam suatu
layar digunakan juga rangkain real-teme komputer yang berbasis scanner, gambar ranngkaiannya
dapat dilihat pada gambar 11 sebagai berikut :

Gambar 11. Bagan prinsip dari real-time komputer based scanner

Pada gambar diatas, setiap bagian dari 8 channel dipilih dan dikuatkan oleh penguatnya
sendiri dan kemudian diubah kedalam bentuk digital oleh ADC yang menggunakan range konversi
dari 10 ns, setelah itu dari kedelapan channel ditunda dan dijumlahkan dalam sebuah komputer
berkecepatan tinggi yang menampilkan perhitungan data secara real-time dikarenakan oleh
frekuensi maksimum 7 MHZ dari transducer dan operasi dari kedelapan channel, frekuensi clock
sampai 56 MHZ, seperti operasi cepat yang ditampilkan oleh ECL lebih baik daripada alat TTL.
Refleksi ultrasonic dari gerakan-gerakan jantung dapat dipotong-potong berdasarkan
waktu sehingga membentuk time-motion, atau T-M, potongan. Sistem ini mendeteksi gerakan dari
katup mitral jantung dan biasanya digunakan untuk mendiagnosis stenosis. Gambar 12
menunjukkan T-M scan secara skematik dan gambar 4 menunjukkan echocardiogram (bentuk
rekaman dari echocardiography).

Gambar 12. T-M scan secara skematik

Gambar 13. echocardiogram


Mesin echo merupakan sebuah alat elektronik yang digunakan untuk keperluan medis
yang ditunjukkan pada gambar 14a. Echo instrumentasi biasanya dilengkapi dengan sebuah
metode yang mengkompensasi untuk membedakan sinyal yang lemah pada kedalaman berbeda
dari jaringan. Instrumentasi ini menyediakan kompensasi pilihana antara 0 -40 Db saat kenaikan
2 cm dari 0 24 cm dibawah permukaan.

Kedalaman dan kenaikan informasi ditampilkan melalui penyalinan informasi T-M dalam
bentuk seperti yang ditunjukkan pada gambar 14b. Tampilan ini disebut dengan time compensated
gain (TCG).

Gambar 14a. model electronics for medicine

Gambar 14b. kurva kenaikan T-M


Dalam tampilan T-M seperti yang ditunjukkan pada gambar 3 terdapat dua waktu dasar
yang digunakan. recorder merupakan sebuah optical oscillograph yang dalam lembar
photosensitive ditarik menyebrangi sebuah layar tabung sinar katode (lihat gambar 21) sekitar 0,5
s/cm. balok CRO bergerak dari kiri ke kanan dengan 20 s/cm. Refleksi intensitas akan
memodulasi CRO dan kemudian muncul sebagai titik-titik terang pada layar CRO. Selama objek
yang discan bergerak, lokasi titik-titik terang pada CRO akan berubah, Lihat perubahan-perubahan
yang tampak pada gambar 13.

2.8 Kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan echocardiography


Kelebihan dari pemeriksaan jantung dengan menggunakan echocardiography :
a. Pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat tanpa persiapan khusus dan pasien hanya berbaring.
b. Tidak menimbulkan rasa sakit maupun efek samping.
c. Biaya yang terjangkau.
d. Memberikan informasi yang banyak.
e. Tidak invasive.
f. Pasien tidak terpapar radiasi.
g. Dapat diaplikasikan pada pasien dengan kondisi kritis (bedside usage).
h. Hasilnya dapat langsung diketahui.
i. Lama pemeriksaan hanya sekitar 20 sampai 40 menit.
Kekurangan dari pemeriksaan jantung dengan menggunakan echocardiography adalah
pada saat pemeriksaan, harus berada dalam pengawasan dokter dan dilakukan oleh dokter-dokter
ahli jantung yang handal dibidangya serta perawat yang terampil.
3.

Kesimpulan
Dengan semakin meningkatnya penderita penyakit jantung, diperlukan suatu alat yang

mampu mendiagnosis penyakit jantung secara dini sehingga mengurangi kematian yang
diakibatkan oleh penyakit jantung. Penyakit jantung yang umum diderita adalah kelainan jantung
yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh koroner, pembengkakan otot jantung
(dilated

cardiomypathy),

dan

penebalan

otot

jantung

(hiperthrophy

cardiomypathy). Alat yang mampu memperlihatkan bentuk structural anatomi


jantung

dinamakan

echocardiography

yang

menggunakan

gelombang

ultrasonic dengan frekuensi 2-6 MHz. Echocardiography paling banyak


digunakan oleh para dokter dalam menangani pasien penyakit jantung
disebabkan adanya beberapa kelebihan yaitu diantaranya Pemeriksaan dapat
dilakukan setiap saat tanpa persiapan khusus dan pasien hanya berbaring, tidak menimbulkan rasa
sakit maupun efek samping, biaya yang terjangkau, dan hasilnya dapat langsung diketahui. Akan
tetapi pemeriksaan dengan menggunakan echocardiography juga memiliki kekurangan
yaitu pemeriksaan tidak boleh dilakukan oleh sembarangan orang melainkan
harus dilakukan oleh dokter yang terlatih.
Daftar Pustaka
Carr, Joseph J. 1981. Introduction to Biomedical Equipment Technology. Prentice Hall,
States of America.

United

Edler I. 2004. The History of Echocardiography. Departemen Kardiologi, Universitas


Hospital, Lund, Sweden. http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada tanggal 5 januari
2010.
Harapan,

Moehammad

echocardiography.

Samoedera.

2005.

Gagal

jantung

http://www.detikhealth.com diakses pada tanggal 3

januari 2010.
Hsenchii. 2008. Echocardiography. http://www.hsenchii-int.com diakses pada
tanggal
2 januari 2010.
Jogja international hospital. 2009. Echocardiography untuk kesehatan jantung
anda.

http://www.rs-jih.com diakses pada tanggal 3 januari 2010.

Jurnal dokter online. 2008. Doppler Echocardiography. http://www.jdokter.com


diakses pada

tanggal 3 januari 2010.

Krishnamoorthy. 2007. History of Echocardiography and its future applications


in medicine.

Critical Care Medicine. Volume 35. Issue 8.

Nafiah, Ali. 2008. Evaluasi Pada Mitral Stenosis Peranan Echocardiography


Score.

Departemen

Kardiologi

Kedokteran, Universitas
Rumah

Sakit

Kedokteran

Vaskuler,

Fakultas

Sumatra Utara, Medan.

Metropolitan

http://www.rsmmc.co.id

dan
Medical

Center.

Echocardiography.

diakses pada tanggal 2 januari 2010.

Saleh. 2009. Elektronika Kedokteran. http://www.unhas.ac.id diakses pada


tanggal 2 januari 2010.
Tobing,

Rodry

Mikhael

Lumban.

2010.

http://www.sectiocavaderis.wordpress.com
januari 2010.

Radiologi
diakses

pada

jantung.
tanggal

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 2 No 1 Januari 2015 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) ijmsbm.org 74

Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pasien Gawat Darurat


yang Dirujuk di Rsu Jati Husada Karanganyar
(Review Of Standard Operating Procedure Emergency Patients Referred
In Rsu Jati Husada Karanganyar)
Bayu Langlang Kartika1, Antik Pujihastuti2
APIKES Mitra Husada Karanganyar
att2a2000@yahoo.com
Abstract: Based on a preliminary survey known that emergency patients to be referred to hospital
discharge in the RSU Jati Husada Karanganyar, refers to the process before there must be consent from
the patient and the patient's family as well as the preparations made by the officer Emergency Room (ER)
including data recording during a hospital out-patient referral. This study aim is to describe how Standart
Operasional Prosedur Pasien Gawat Darurat Yang Dirujuk di RSU Jati Husada Karanganyar was done.
This type of research is descriptive with cross-sectional. Subjects were officers Emergency Room with the
object standard operating procedures referred emergency patients. Instrument of data collection using
interviews and observation guidelines while the way is interview and observation. Data processing
techniques include: Colecting, Editing and descriptive data analysis. The results showed that officers in
carrying out standard operating procedures referred emergency patients not fully in accordance with SOP
that is about all the things that happen in the course of referring patients recorded and communicated to
the referral hospital. This is due to the rare occurrence of the necessary medical treatment while traveling
to refer patients, the recording is done in a way to refer the patient was not done by the ER officials who
make referrals to hospital purposes. It should be evaluated periodically to SOP emergency patients
referred, ER officer in reference to the SOP must endeavor to refer the patient out of the hospital, SOP
should in point (f) remains well executed recording when the patient needs to act or not to be used for
reporting to the destination hospital
Keywords: Standard Operating Procedure (SOP), The Emergency Room Patients Referred, Emergency
Room (ER).
Abstrak: Berdasarkan survei pendahuluan diketahui bahwa pasien gawat darurat yang akan dirujuk keluar
rumah sakit di RSU Jati Husada Karanganyar, pada proses sebelum merujuk harus terdapat persetujuan
dari pasien dan keluarga pasien serta adanya persiapan yang dilakukan oleh petugas Unit Gawat Darurat
(UGD) termasuk pencatatan data saat melakukan rujukan pasien keluar rumah sakit. Tujuan penelitian ini
adalah umtuk mengetahui pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pasien Gawat Darurat Yang Dirujuk
di RSU Jati Husada Karanganyar. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Subyek penelitian adalah petugas Unit Gawat Darurat dengan obyek standar operasional prosedur pasien
gawat darurat dirujuk. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan pedoman wawancara dan
pedoman observasi sedangkan caranya adalah wawancara dan observasi. Teknik pengolahan datanya
antara lain: Colecting, Editing dan analisis data secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas dalam melaksanakan standar operasional prosedur pasien
gawat darurat dirujuk belum sepenuhnya sesuai dengan SOP yang ada yaitu tentang semua hal yang
terjadi dalam perjalanan merujuk pasien dicatat dan disampaikan ke rumah sakit rujukan. Hal ini
dikarenakan jarang terjadinya tindakan medis yang diperlukan ketika dalam perjalanan merujuk pasien,
maka pencatatan yang dilakukan dalam perjalanan merujuk pasien pun tidak dilakukan oleh petugas UGD
yang melakukan rujukan ke rumah sakit tujuan. Sebaiknya dilakukan evaluasi secara periodik terhadap
SOP pasien gawat darurat yang dirujuk, petugas UGD dalam merujuk wajib berpedoman pada SOP dalam
merujuk pasien keluar rumah sakit, sebaiknya SOP pada poin (f) tetap dilaksanakan baik pencatatan ketika
pasien perlu tindakan atau tidak agar dapat dijadikan pelaporan kepada rumah sakit tujuan
Kata Kunci : Standar Operasional Prosedur (SOP), Pasien Gawat Darurat Yang Dirujuk, Unit Gawat
Darurat (UGD)
I. PENDAHULUAN
Pentingnya pencatatan dokumen rekam medis sebagai salah satu upaya pelayanan terhadap pasien maka
rumah sakit harus mampu meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD)
sehingga diperlukan alur prosedur pencatatan IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 2 No 1 Januari
2015 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org

75

dokumen rekam medis pasien gawat darurat yang


jelas dan benar. Khususnya pencatatan dokumen
rekam medis pasien UGD dirujuk ke rumah sakit
lain, yang membutuhkan pencatatan dokumen
rekam medis bagi pasien gawat darurat yang
dirujuk ke rumah sakit lain seperti formulir yang
akan dibawa ketika pasien UGD dirujuk ke rumah
sakit lain, dan apa saja yang perlu dicatat ketika
pasien UGD dirujuk ke rumah sakit lain.
Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa
pasien gawat darurat yang akan dirujuk keluar
rumah sakit di RSU Jati Husada Karanganyar, pada
proses sebelum merujuk harus terdapat
persetujuan dari pasien dan keluarga pasien serta
adanya persiapan yang dilakukan oleh petugas
Unit Gawat Darurat (UGD) termasuk pencatatan
data saat melakukan rujukan pasien keluar rumah
sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
maka penulis mengambil judul penelitian Tinjauan
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pasien
Gawat Darurat Yang Dirujuk di RSU Jati Husada
Karanganyar .
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif yaitu
menggambarkan dan menganalisa keadaan yang
diperoleh dari. Dalam penelitian ini subyek yang
digunakan adalah petugas UGD yang merujuk
pasien, sedangkan obyek penelitian adalah standar
operasional prosedur merujuk pasien keluar rumah
sakit di RSU Jati Husada Karanganyar.
1. Instrumen pengumpulan Data
a. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah daftar pedoman pengamatan
yang dibutuhkan untuk mengamati pelaksanaan
standar operasional pasien gawat darurat yang
dirujuk dengan standar operasional prosedur yang
berlaku di UGD.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan
yang sudah tersusun dan terencana dengan baik
untuk memperoleh data tentang alur prosedur
pasien gawat darurat dirujuk di RSU Jati Husada
Karanganyar.
2. Cara Pengumpulan Data.
a. Observasi
Urutan observasi guna mendapatkan data:
1) Standar operasional prosedur pasien gawat
darurat yang dirujuk di RSU Jati Husada
Karanganyar.
2) Kesesuaian pelaksanaan standar operasional
prosedur pasien gawat darurat yang dirujuk di RSU
Jati Husada Karanganyar.
b. Wawancara
Suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan secara lisan dari seseorang sebagai
sasaran (responden) atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face) yaitu petugas UGD.
3. Tehnik Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini di laksanakan
dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Collecting, yaitu pengumpulan data mengenai


pelaksanaan prosedur pasien gawat darurat
(dirujuk) di RSU Jati Husada Karanganyar.
b. Editing, yaitu mengoreksi dan meneliti data-data
yang di peroleh dari hasil pengamatan mengenai
pelaksanaan prosedur pasien gawat darurat
(dirujuk) di RSU Jati Husada Karanganyar.
c. Penyajian data yaitu data yang di sajikan dalam
bentuk narasi yang menggambarkan hasil
penelitian tentang pelaksanaan prosedur pasien
gawat darurat (dirujuk) di RSU Jati Husada
Karanganyar.
4. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah secara deskriptif yaitu dengan cara
mendiskripsikan data yang telah di kumpulkan dan
di olah menjadi hasil-hasil analisis untuk melihat
tinjauan tentang pelaksanaan standar operasional
prosedur pendaftaran pasien gawat darurat
(dirujuk) di RSU Jati Husada Karanganyar.
III. HASIL
1. Prosedur tentang pasien gawat darurat yang
dirujuk
RSU Jati Husada sudah memiliki prosedur tetap
tentang pasien gawat darurat dirujuk yaitu prosedur
tetap pelayanan merujuk pasien yang ditetapkan
pada tanggal 10 April 2010 dengan nomor
dokumen UGD.05.02.01 IJMS Indonesian Journal On
Medical Science Volume 2 No 1 Januari 2015 ISSN 24431249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 76

dengan jumlah 1 halaman, adapun isi prosedurnya


sebagai berikut :
a. Dokter UGD memeriksa pasien dan menegakkan
diagnosis.
b. Dokter menentukan apakah ada fasilitas atau
tenaga dokter ahli untuk kasus tersebut, jika tidak
ada dilakukan rujukan ke rumah sakit lain.
c. Rujukan ke rumah sakit lain, dilakukan jika
keadaan pasien sudah stabil.
d. Dokter menulis pada kartu rekam medik pasien
bahwa pasien dirujuk ke rumah sakit lain (nama
Rumah Sakit rujukan) disertai dengan alasan
rujukan.
e. Dokter membuat surat rujukan
f. Lengkapi persiapan pasien untuk dipindahkan
dengan peralatan penunjang hidup dan peralatan
lainnya, obat dan bahan yang diperlukan sesuai
dengan kondisi dan status pasien.
g. Menghubungi rumah sakit yang dituju.
h. Pasien gawat harus didampingi oleh 1 orang
perawat senior yang telah menguasai teknik
BLS( Basic Live Support / Bantuan Hidup Dasar).
i. Semua hal yang tejadi dalam perjalanan dicatat
dan disampaikan kepada petugas rumah sakit yang
dituju.
j. Petugas yang mengantar melakukan serah terima
pasien kepada rumah sakit tujuan.
2. Kesesuaian pelaksanaan SOP pasien gawat
darurat yang dirujuk di RSU Jati Husada
Karanganyar
Petugas yang terdapat di UGD ada 13 orang yang
terdiri dari 5 dokter dan 8 perawat yang terbagi
dalam 3 sift yaitu pagi, siang, dan malam dan pada
setiap sift nya diisi oleh 3 orang petugas yaitu 1
dokter dan 2 perawat yang pada setiap sift nya
bertanggung jawab dalam merujuk pasien UGD.
Dalam kegiatan merujuk pasien UGD keluar rumah
sakit yang mempunyai wewenang untuk melakukan
rujukan pasien adalah dokter yang bertugas pada
saat itu. Kategori pasien UGD yang dirujuk ialah
gawat, darurat, dan gawat darurat perlakuan dalam
merujuk ketiga kategori itu sama yaitu dokter UGD
sebelumnya memeriksa dan menegakkan diagnosa
untuk menentukan apakah ada fasilitas atau tenaga
ahli pada kasus pasien tersebut, kemudian apabila
tidak ada fasilitas atau tenaga ahli untuk kasus
tersebut akan dilakukan rujukan keluar rumah sakit.
Persiapan sebelum dilakukan rujukan, dokter UGD
akan menulis pada kartu rekam medis pasien yang
berisi nomor rekam medis, nama, umur/tanggal
lahir, jenis kelamin dan alamat. Kemudian dokter
memberi informasi kepada keluarga pasien bahwa
pasien perlu dirujuk dikarenakan keterbatasan
fasilitas, Setelah keluarga pasien setuju untuk
dirujuk maka dokter akan membuat surat rujukan.
Setelah itu Petugas UGD melengkapi persiapan
pasien seperti alat penunjang hidup dan peralatan
lainnya, obat dan bahan yang diperlukan sesuai
dengan kondisi pasien. Peralatan dalam mobil
ambulan milik RSU Jati Husada Karanganyar
sudah tersedia alat penunjang hidup yaitu tabung
oksigen dan ampoul bag. jika semua telah
dilengkapi, petugas UGD akan menghubungi
rumah sakit tujuan rujukan. Untuk pasien UGD
yang dirujuk dalam keadaan gawat maka harus ada
1 orang perawat yang mendampingi yang
menguasai teknik BLS (Basic Live Support/Bantuan

Hidup Dasar), hal ini juga berlaku pada kategori


pasien UGD yang lain.
Formulir yang diperlukan ketika melakukan rujukan
pasien adalah surat rujukan yang dibuat oleh
dokter UGD dan hasil pemeriksaan laboratorium
jika ada maka turut disertakan. Formulir rujukan
dan hasil pemeriksaan laboratorium diberikan
kepada perawat UGD yang mengantar pasien ke
rumah sakit rujukan. Proses pencatatan untuk
tindakan yang terjadi dalam perjalanan yang
berhak mengisi adalah perawat UGD yang
mengantar pasien ke rumah sakit tujuan.
Pencatatan tindakan medis yang terjadi selama
perjalanan ke rumah sakit rujukan, diisikan pada
item data pertolongan darurat/pertama yang telah
diberikan dari formulir surat rujukan. Namun karena
pasien yang dirujuk tidak memerlukan tindakan
maka pencatatan pada formulir tersebut juga tidak
dilakukan oleh perawat yang mengantar ke rumah
sakit tujuan.
Setelah pasien sampai di rumah sakit yang dituju
perawat yang mengantar memberikan informasi
tentang tindakan apa saja yang sudah dilakukan
dan jam pelaksanaan tindakan untuk
diinformasikan kepada dokter rumah sakit rujukan
tersebut. Setelah itu IJMS Indonesian Journal On
Medical Science Volume 2 No 1 Januari 2015 ISSN 24431249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 77

perawat yang mendampingi melakukan serah


terima pasien rujukan kepada pihak UGD rumah
sakit tujuan dengan memberikan surat rujukan dan
hasil pemeriksaan laboratorium kepada petugas
UGD rumah sakit tujuan. Kemudian perawat yang
mengantar mempersilahkan keluarga pasien untuk
mendaftar.
Sesudah kembali ke UGD RSU Jati Husada
Karanganyar perawat hanya menyampaikan
kepada dokter bahwa pasien sudah diterima di
rumah sakit rujukan tersebut.
IV. PEMBAHASAN
1. Standar operasional prosedur pasien gawat
darurat yang dirujuk
Standar operasional prosedur tentang pasien
gawat darurat yang dirujuk yang ditetapkan pada
tanggal 10 April 2010 dengan nomor dokumen
UGD.05.02.01, dengan jumlah 1 halaman telah
mengatur secara penuh tentang proses pelayanan
pasien gawat darurat yang dirujuk. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya standar operasional
prosedur pasien gawat darurat yang dirujuk poin
ketiga pada sub poin f, bahwa semua hal yang
terjadi dalam perjalanan dicatat dan disampaikan
kepada petugas rumah sakit yang dituju tidak
dilaksanakan. Hal ini dapat mengakibatkan tidak
tercatatnya tindakan atau terapi yang diberikan
ketika pasien dalam perjalanan ke rumah sakit
yang dituju. Akan tetapi petugas UGD RSU Jati
Husada Karanganyar tidak melakukan pencatatan
keadaan maupun tindakan yang diberikan ketika
dalam perjalanan merujuk pasien, dikarenakan hal
ini jarang sekali terjadi pada waktu mengirim pasien
keluar rumah sakit.
2. Kesesuaian pelaksanaan standar operasional
prosedur pasien gawat darurat yang dirujuk
Berdasarkan standar operasional prosedur pasien
gawat darurat yang dirujuk poin pertama bahwa
dokter UGD memeriksa dan menegakkan diagnosa
pasien. Hal ini sudah sesuai dengan
pelaksanaannya di standar operasional prosedur
(SOP) bahwa dokter telah memeriksa pasien dan
menegakkan diagnosa pasien UGD sebelum
dilakukan rujukan. Pemeriksaan serta penegakan
diagnosa bertujuan untuk mengetahui penyakit dan
terapi yang diperlukan. Hal ini sudah sesuai
dengan Sudra (2013) pada informasi yang
dihasilkan di UGD tentang diagnosis, tindakan yang
dilakukan di gawat darurat.
Berdasarkan standar operasional prosedur pasien
UGD yang dirujuk point kedua bahwa dokter
menentukan apakah ada fasilitas atau tenaga
dokter ahli untuk kasus tersebut, jika tidak ada
dilakukan rujukan ke rumah sakit lain. Dalam
pelaksanaannya dokter sudah menentukan ada
atau tidaknya fasilitas dan tenaga ahli untuk pasien
yang akan dirujuk. Penentuan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kasus pasien tersebut ada
fasilitas dan tenaga ahli atau tidak, kemudian
apabila dokter UGD sudah menentukan ada atau
tidaknya fasilitas ataupun tenaga ahli dan apabila
tidak ada pasien akan segera dirujuk ke rumah
sakit lain. Hal ini sudah sesuai dengan Permenkes
No.001 pasal 9 tentang perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,

peralatan dan/atau ketenagaan, maka dilakukan


rujukan.
Berdasarkan standar operasional prosedur pasien
UGD yang dirujuk point 3, bahwa rujukan ke rumah
sakit lain, dilakukan jika keadaan pasien sudah
distabilkan, hal tersebut sudah dilaksanakan di
UGD apabila ada pasien yang akan dirujuk maka
petugas medis UGD akan menstabilkan kondisi
terlebih dahulu. Hal ini sudah sesuai dengan
Permenkes No.001 pasal 13 tentang melakukan
pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi
kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai
dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan
pasien selama pelaksanaan rujukan. Poin ketiga
mempunyai sub-sub poin tentang tugas yang harus
dilaksanakan petugas UGD sebelum dan ketika
merujuk, beberapa sub poin tersebut yaitu:
a. Dokter menulis pada kartu rekam medik pasien
bahwa pasien dirujuk ke rumah sakit lain (nama
rumah sakit rujukan) disertai dengan alasan
rujukan.
b. Dokter membuat surat rujukan
c. Lengkapi persiapan pasien untuk dipindahkan
dengan peralatan penunjang hidup dan peralatan
lainnya, obat dan bahan yang
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 2 No
1 Januari 2015 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) ijmsbm.org 78

diperlukan sesuai dengan kondisi dan status


pasien.
d. Menghubungi rumah sakit yang dituju.
e. Pasien gawat harus didampingi oleh 1 orang
perawat senior yang telah menguasai teknik BLS
(Basic Live Support/Bantuan Hidup Dasar).
f. Semua hal yang terjadi dalam perjalanan dicatat
dan disampaikan kepada petugas rumah sakit yang
dituju.
g. Petugas yang mengantar melakukan serah
terima pasien kepada petugas rumah sakit rujukan
Dari sub-sub poin yang ada pada poin ketiga, sub
poin (a) pelaksanaannya sudah sesuai dengan
yang terdapat dalam standar operasional prosedur
pasien UGD yang dirujuk bahwa dokter menulis
pada kartu rekam medik pasien bahwa pasien
dirujuk ke rumah sakit lain disertai dengan alasan
merujuk sudah dilaksanakan. Hal ini sudah sesuai
dengan KARS (2012) dalam tujuan SOP yaitu agar
berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan
efisien, efektif, konsisten/seragam dan aman dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku
Pada sub poin (b) yang menyebutkan bahwa
Dokter membuat surat rujukan pelaksanaanya pun
sudah seperti yang terdapat pada SOP pasien
UGD yang dirujuk yaitu dokter membuatkan surat
rujukan sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit
yang akan dituju. Hal ini sesuai dengan Sudra
(2013) pada deskripsi kegiatan pokok pelayanan
rekam medis di UGD tentang membuat surat
rujukan.
Pada sub poin (c) yang menyebutkan bahwa
lengkapi persiapan pasien untuk dipindahkan
dengan peralatan penunjang hidup dan peralatan
lainnya, obat dan bahan yang diperlukan sesuai
kondisi dan status pasien. Hal ini dilaksanakan oleh
petugas UGD dimana petugas UGD sebelum
mengantarkan pasien ke rumah sakit rujukan telah
mempersiapkan peralatan-peralatan penunjang
hidup beserta obat-obatan yang diperlukan oleh
pasien sesuai dengan kondisi pasien yang dirujuk.
Hal ini sudah sesuai dengan tujuan dari standar
operasional prosedur (SOP) pada KARS 2012 yaitu
agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan

efisien, efektif, konsisten/seragam dan aman dalam


rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku.
Pada sub poin (d) yang menyebutkan
menghubungi Rumah Sakit yang dituju sudah
dilaksanakan berdasarkan SOP yang ada. Bahwa
pihak UGD sebelum melakukan rujukan ke rumah
sakit lain sebelumnya telah menghubungi rumah
sakit yang akan dituju, untuk mengetahui apakah
rumah sakit tujuan bersedia menerima rujukan. Hal
ini telah sesuai dengan Permenkes No.001 pasal
13 tentang melakukan komunikasi dengan
penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam
hal keadaan pasien gawat darurat.
Pada sub poin (e) yang menyebutkan bahwa
pasien gawat harus didampingi oleh 1 orang
perawat senior yang telah menguasai teknik BLS
(Basic Live Support). Hal ini sudah dilaksanakan
ketika perawat mengantar pasien, tidak pada
kondisi gawat saja namun pada semua kondisi, ini
dikarenakan semua perawat harus mempunyai
kemampuan teknik BLS tersebut. Hal ini sudah
sesuai dengan Permenkes No.001 pasal 16
tentang pasien yang memerlukan asuhan medis
terus menerus harus dirujuk dengan ambulans dan
didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Pada sub poin (f) yang menyebutkan bahwa semua
hal yang terjadi dalam perjalanan dicatat dan
disampaikan kepada petugas rumah yang sakit
yang dituju belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal
ini dikarenakan hal tersebut tidak terjadi ketika
petugas UGD mengantarkan pasien ke rumah sakit
rujukan. Seharusnya pencatatan tetap dilakukan
baik pasien diberi tindakan medis atau tidak serta
saat kondisi stabil ataupun tidak stabil. Hal ini tidak
sesuai dengan Depkes RI (2006) tentang Aspek
dokumentasi yang isinya menyangkut sumber
ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan
rumah sakit. Apabila hal ini tidak dilakukan maka
pendokumentasian dalam perjalanan pasien tidak
ada, sehingga tidak dapat dipakai sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
Pada sub poin (g) yang menyebutkan bahwa
petugas yang IJMS Indonesian Journal On Medical
Science Volume 2 No 1 Januari 2015 ISSN 2443-1249
(Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 79

mengantar melakukan serah terima pasien kepada petugas rumah sakit rujukan. Hal ini sudah
dilaksanakan pada saat petugas UGD mengantar pasien rujukan dan telah sampai di rumah sakit yang
dituju petugas UGD telah melakukan serah terima pasien kepada rumah sakit yang dituju, serta
memberikan informasi tentang tindakan yang diberikan dan waktu pelaksanaannya. Hal ini sudah sesuai
dengan Permenkes No.001 pasal 17 tentang rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima
oleh penerima rujukan. Dengan demikian sangatlah diperlukan untuk melakukan pencatatan keadaan
pasien ketika pasien dalam perjalanan dirujuk, untuk mengetahui keadaan terbaru pasien rujukan,
sehingga perlu adanya pencatatan hal-hal yang terjadi dalam perjalanan pasien ketika dirujuk yang
dilakukan oleh petugas UGD yang mengantar pasien untuk dapat didokumentasikan yang dipakai
sebagai bahan pertanggung jawaban dan pelaporan rumah sakit, untuk dapat memenuhi tujuan standar
operasional prosedur pada komisi akreditasi rumah sakit (KARS) tahun 2012 yaitu agar berbagai proses
kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. V. SIMPULAN
1. RSU Jati Husada Karanganyar telah memiliki standar operasional prosedur yang berisi tentang
pelayanan merujuk pasien yang diterbitkan pada tanggal 10 April 2010 dengan nomor dokumen
UGD.05.02.01 dengan jumlah 1 halaman yang mengatur tentang pelayanan merujuk pasien gawat
darurat.
2. Kesesuaian Pelaksanaan Pasien Gawat Darurat Yang Dirujuk Dengan Standar Operasional Prosedur
RSU Jati Husada Karanganyar
a. Standar operasional prosedur pasien gawat darurat yang dirujuk poin 1, 2, 3 dan pada sub-sub poin a,
b, c, d, e, g telah dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ada di RSU Jati
Husada Karanganyar
b. Pada poin ketiga sub poin (f) tentang semua hal yang terjadi dalam perjalanan dicatat dan disampaikan
kepada rumah sakit yang dituju. Poin ini belum sepenuhnya dilaksanakan karena hal tersebut jarang
terjadi ketika petugas UGD melakukan rujukan pasien keluar rumah sakit.
REFERENSI
Arikunto
S.2010
Surakarta:Rineka

.Prosedur
Cipta

Penelitian

DepKes

RI.

Suatu

2006.

Pendekatan

Pedoman

Praktik.CSGF.

Penyelenggaraan

dan

Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.Jakarta. Komisi Akreditasi


Rumah

Sakit.2012.Panduan

Metodologi
Kesehatan

Penelitian

Penyusunan

Akreditasi

Kesehatan.Jakarta:Rineka

RI.2008.Permenkes

Notoatmodjo

Cipta.

S.

Peraturan

No.269/Menkes/PER/III/2008.

Tentang

2010.
Menteri
Rekam

Medis.Jakarta. .2011.Permenkes No.1171/MENKES/PER/VI/2011.Petunjuk Teknis


Sistem Informasi Rumah Sakit.Jakarta. No. 001.2012.Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan

Perseorangan.Jakarta.

Sudra.2013.Materi

Medis.Tangerang Selatan:Universitas Terbuka.

Pokok

Rekam

pelayanan merujuk pasien

Anda mungkin juga menyukai