Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung penyebab paling sering berujung kematian mendadak.
Karena tidak semua orang biasa memeriksakan diri, paling kurang untuk check up,
pelahan tapi pasti, tanpa disadari proses penyakit jantung yang mungkin lama
diidap terus saja berkembang. Tidak semua kasus penyakit jantung sudah
memperlihatkan gejala atau menimbulkan keluhan pada awalnya. Oleh karena itu
diperlukan pemeriksaan diagnostic jantung.
Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan yang
cukup banyak, terutama tenaga perawat. Namun, para perawat ini belum
memasuki daerah daerah terpencil dan walaupun ada, para tenaga ini juga
sangat kesulitan dalam memaksimalkan asuhan keperawatan, karena
keterbatasan alat, terutama alat untuk pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa
pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat - alat dalam
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang sangat berguna dalam
menentukan jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses
penyembuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa trend dan issue terkini dari pemeriksaan penunjang terbaru pada sistem
kardiovaskuler?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang di
berikan oleh dosen mata kuliah Sistem Kardiovaskuler dan untuk menambah
wawasan tentang trend dan issue pemeriksaan penunjang terkini pada sistem
kardiovaskuler.

D. METODE

1
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan
media kepustakaan lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Non Invasive
1. Thorax X-ray (Rontgen)

Foto Thorax PA
a. Chest radiography
Dilakukan untuk menentukan ukuran, silhouette dan posisi jantung, juga menilai
kongesti paru, klasifikasi katup jantung, penempatan Central Venous Pressure
Chateter atau endotracheal tube dan alat monitoring hemodinamik.
b. Cardio Thoraxic Ratio (CTR)

2
Adalah cara menghitungkan pembesaran jantung. Nilai CTR 50% adalah normal,
jika > 50% menandakan kardiomegali.
2. Echocardiography
Echocardiography menggunakan ulrasonik guna mengkaji struktur dan gerakan
katup jantung. Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu pengkajian dan
diagnosis kardiomiopati, kerusakan katup, pericardial effusion, fungsi ventrikel kiri,
aneurisma ventrikel dan tumor jantung.
Pemeriksaan dengan Echocardiography merupakan suatu pemeriksaan yang
multak harus dilakukan pada penderita penyakit jantung (pasien diduga terkena
penyakit jantung), baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Rasanya
tidak lengkap bila seorang penderita penyakit jantung belum dilakukan
pemeriksaan Echocardiography.
Saat ini Echocardiography sudah merupakan pemeriksaan yang hampir rutin
dikerjakan pada setiap pasien penderita penjakit jantung. Pemeriksaan ini
merupakan salah satu cara untuk menilai kesehatan jantung, diantaranya:
a. Mengetahui adanya penyakit jantung bawaan,
b. Menilai fungsi jantung,
c. Menilai kekuatan kontraksi otot-otot jantung,
d. Menilai adanya kelainan katup,
e. Menilai keadaan pembuluh darah koroner,
f. Melihat terdapatnya trombus,
g. Mengetahui adanya infeksi jantung,
h. Menilai adanya peradangan pada jantung,
i. Mencari komplikasi pada jantung dari penyakit-penyakit lainnya (misalnya: infeksi virus dapat
berakibat miokarditis, penyakit kawasaki yang sangat mirip dengan campak atau rubela dapat
menyebabkan kerusakan pada arteri koroner, dsb)
3. Ekokardium Transesophageal ( TEE)
Suatu pemeriksaan dengan memasukkan transduser endoskopi melewati mulut
sampai ke esophagus untuk mengetahui struktur anatomi dan fungsi jantung secara
lebih jelas.Terutama pada penderita yang diduga ada kebocoran sekat kelainan
katup jantung dan bila diduga ada gumpalan darah. Pemeriksaan ini sangat
bermanfaat untuk menentukan diagnostik pada pasien-pasien dengan gambaran
3
Echocardiography yang tidak jelas pada pemeriksaan echo transtorakal. Hampir
semua penyakit katup dengan segala penyebab dapat dideteksi dengan TEE dengan
sensitifitas yang tinggi tanpa dilalui kateterisasi jantung. Pemeriksaan TEE digunakan
juga pada ruang operasi sebagai penuntun ahli bedah dalam melakukan perbaikan
katup maupun mengganti katup jantung dengan katup buatan agar mendapat hasil
yang optimal. Hal yang sama dapat dilakukan oleh ahli bedah anak dalam operasi.
TEE juga digunakan di ruang kateterisasi pada prosedur ASO/ADO (Ampliatzer Sptal
Occluder/ Ampleatzern Ductal Occluder).
4. Dobutamin Stress Echocardiography (DSE)
Adalah suatu pemeriksaan stress echo dengan menggunakan infus obat Dobutamin
yang bertujuan mendeteksi penyakit jantung koroner secara dini pada pasien dapat
diperiksa dengan alat treadmill dan juga deteksi Viabilitas otot jantung terutama pada
pasien dengan penurunan pompa jantung.
5.Treadmill Stress Echocardiography (TSE)
Pemeriksaan Stress Echo menggunakan alat treadmill bertujuan mendeteksi jantung
koroner secara dini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya penyempitan pembuluh
darah koroner dan mengetahui viabilitas otot jantung dengan memantau gangguan
gerakan otot jantung saat dipacu oleh latihan / treadmill, sehingga pemeriksaan ini
mempunyai dampak pada terapi revaskularisasi (bedah pintas koroner atau balon
angio plasti).
6.Tissue Doppler Imaging / TDI
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan sebagai Konfirmasi fungsi diastolik dan
peregangan Ventrikel kiri. Pada pasien yang biasanya bertambah sesak napas akan
tetapi fungsi pompanya normal pada pemeriksaan Eko biasa, pada pemeriksaan ini
dapat terlihat ketidaknormalannya.
7.Nuclear Medicine
Bahan radioaktif disuntikan ke tubuh pasien sehingga timbul radiasi dari tubuh pasien
yang nantinya ditangkap oleh sebuah alat. Bahan radioaktif dibuat agar cenderung
berkumpul di jaringan target. Nuclear imaging ini menunjukkan kelangsungan, fungsi,
ketebalan miokardial; dilatasi atrium/ventrikel; penyakit katup jantung.
Modalitas nuclear cardiology imaging:
a. Planar imaging
4
b. SPECT
c. Nuclear blood-pool imaging of the heart
d. PET
Planar nuclear imaging menggunakan kamera besar berkristal yang berkilau
dengan tabung photomultiplier yang menangkap radiasi nuclear yang terdapat pada
organ target yang mengalami kelainan
a. Aktivitas tinggi( tingkat kontraksinya tinggi) area terang
b. Aktivitas rendaharea gelap
SPECT Imaging
Menggunakan kamera dengan cristal berkilau yang dihubungkan dengan tabung
photo-multiplie multiple yang mendeteksi adanya radiasi dari dalam tubuh pasien.
Posisi kepala kamera di berbagai sudut tubuh pasien dengan rentang 180O , dapat
menggunakan kamera yang single maupun multiple(kamera yang multiple akusisi
kecepatannya tinggi). Hasilnya dapat diintegrasikan ke dalam software yang
menghasilkan proyeksi gambar dari berbagai macam sisi. Sumbu pendek potongan
SPECT imaging menunjukkan otot ventrikel kiri seperti kue donat sementara sumbu
panjang venrtikal dan horizontal dari sumbu potong menunjukkan gambaran huruf
U.
PET Imaging
Menunjukkan aliran darah myocardial dan gambaran metaboliknya. Indikasinya
adalah gambaran perfusi myocardial, ventrikulografi, (menilai ukuran dan fungsi
jantung), dan PET scan evaluasi perfusi dan metabolism jantung.
8. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
MRI mampu memeriksa jantung pada tiap bidang dan sangat bermanfaat pada
berbagai situasi klinik termasuk efusi pericardium, hipertropik kardiomiopati, penyakit
jantung congenital dan valvular. Magnetic Resonance Angiography (MRA) memiliki
kemampuan untuk menyediakan metode pencitraan non-invasif pada berbagai
kelainan vascular seperti aneurisma, diseksi, stenosis, oklusi, dan kelainan
congenital.

5
9. Cardiac Fluoroscopy
Suatu pemeriksaan sederhana dengan sinar-X yang menampilkan aktivitas
jantung. Pemeriksaan ini dilakukan melalui observasi visual terus-menerus
terhadap gerakan jantung, paru, dan pembuluh darah dengan suatu layar
luminescent x-ray dalam ruangan gelap. Fluoroscopy digunakan dalam
penempatan dan pengaturan posisi kateter intrakardiak dan IV pacemaker wire.
Pemeriksaan ini juga membantu mengidentifikasi struktur abnormal, kalsifikasi,
dan tumor jantung.
10. ELEKTROKARDIOGRAFI (ECG)
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan perubahan
potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung.Elekrokardiogram
adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu. Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan rutin yang paling
umum dilakukan pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. EKG dapat
menilai irama jantung, denyut jantung, axis bidang frontal dan horizontal,
gangguan konduksi, kerusakan miokard dan gangguan elektrolit.
EKG atau ECG biasanya dilakukan, jika:
Pasien mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada, dan kelelahan secara
keseluruhan.
Pasien memiliki detak jantung yang tidak umum.

Untuk mengawasi perkembangan penyakit jantung yang telah terdiagnosa.


Dokter mungkin meminta EKG atau ECG dilakukan secara rutin jika pasien
memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung.

Pasien hendak melakukan pembedahan. EKG atau ECG biasanya


dilakukan untuk memastikan tidak ada bagian dari prosedur yang
membahayakan organ.

Untuk menentukan apakah pengobatan atau alat (seperti alat pacu jantung)
yang digunakan untuk mengatasi masalah jantung, bekerja dengan benar
atau hanya memperparah masalah yang ada.

6
Tes ini merekam aktivitas kelistrikan melalui gelombang, yang muncul pada kertas
pelacak. Hasilnya akan diinterpretasikan, baik oleh teknisi terlatih atau dokter ahli
jantung. Detak jantung normal adalah 60 100 per menit. Selanjutnya,
gelombang (tinggi dan rendah) harusnya sama rata atau konsisten.
Penyimpangan apapun dapat menjadi indikasi potensi masalah jantung. Ada
masanya, di mana hasil yang ditampakkan salah positif atau salah negatif,
tergantung pada kondisi jantung yang muncul. Sehingga, ECG seringkali
dilakukan bersamaan dengan tes-tes kardiovaskular lainnya.

Tujuan EKG bagi Klien dalam Asuhan Keperawatan


a. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan dari irama jantung (aritmia)
Irama mengacu kepada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama
normal dan urutan eksitasi jantung disebut aritmia. Artitmia dapat terjadi
akibat adanya fokus ektopik, perubahan aktivitas pemacu nodus SA atau
gangguan hantaran.
b. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan myocardium seperti infarct,
hipertropi atrial atau ventrikel.
c. Untuk mengetahui pengaruh atau efek obat-obat jantung terutama digitalis
dan quinidine
d. Untuk mengetahui adanya gangguan-gangguan elektrolit
e. Untuk mengetahui adanya perikarditis

11.TREADMILL TEST/UJI LATIH JANTUNG BEBAN (ULJB)


Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara memberikan stress
fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas kardiovaskuler yang tidak
ditemukan pada saat istirahat.
Prinsip melakukan TM :
a. Perekam EKG bersama dengan aktifitas (exercise EKG)
b. Merupakan pemeriksaan non invasive tetapi termasuk pemeriksaan pro
vocative.
c. Termasuk seleksi kedua untuk deteksi penderita coroner sesudah EKG istirahat
(resting EKG)

7
a. Respons denyut jantung.
Peningkatan denyut jantung merupakan respon dari sistem kardiovaskuler terhadap
latihan yang dapat diukur untuk pertama kalinya dan merupakan mekanisme utama
dari peningkatan curah jantung (CO) dimana : CO = HR X SV Denyut jantung
meningkat secara linier sesuai dengan beban peningkatan beban kerja (work loads)
dan peningkatan ambilan oksigen (oksigen uptake).

b. Respons tekanan darah.


Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya kerja dinamik yang
mengakibatkan peningkatan curah jantung (CO). Tekanan sistolik meningkat
segera dalam beberapa menit pertama dan kemudian terjadi tingkat penyesuaian
yang disebut stedy state (saat penyesuaian). Sedang tekanan diastolik tidak
mengalami perubahan yang nyata, bila terjadi peningkatan tekanan diastolik (DBP)
menandakan adanya hipertensi yang labil .

12. HOLTER DAN BLOOD PRESSURE MONITORING


Pemantauan terhadap aktivitas listrik jantung selama 24 jam terus menerus
dengan menggunakan peralatan Holter, sehingga gangguan irama yang timbul
sewaktu-waktu dapat terekam didalam alat ini. Selain memantau aktivitas listrik
jantung, sarana Holter juga dilengkapi dengan pencatatan tekanan darah. Setelah
pemasangan, pasien dipersilakan untuk pulang dan mencatat semua kegiatan
maupun keluhannya sepanjang hari. Pasien diharuskan kembali ke rumah sakit
keesokan harinya pada waktu yang telah ditentukan untuk mengevaluasi hasil
pemantauan.

Monitor Holter dianjurkan jika pasien:

Menunjukan gejala aritmia Selain dari denyut jantung tak teratur, gejala
lainnya adalah pusing, pingsan mendadak, dan kelelahan yang tidak biasa
serta kesulitan bernapas bahkan ketika tidak melakukan aktivitas berat.
8
Mengkonsumsi obat namun gejalanya tidak hilang Monitor Holter dapat
digunakan untuk memastikan keefektivitasan obat-obatan yang diresepkan
oleh dokter.

Baru saja melakukan bedah jantung Perangkat dapat menentukan apakah


alat pacu jantung bekerja dengan baik. Perangkat juga dapat menunjukan
apakah ada luka pada jantung

Penting juga jika EKG tidak memberikan informasi yang memadai karena EKG
hanya digunakan unutk memantau aktivitas jantung selama sekitar satu jam.
Penggunaan monitor Holter bersifat aman, rendah risiko, dan efektif. Monitor
Holter biasanya dipakai dalam waktu 24 hingga 48 jam tergantung pada jumlah
informasi yang diperlukan dokter ahli jantung. Waktu ini juga tergantung pada
parahnya kondisi. Hasil biasanya diperoleh setelah beberapa minggu kecuali jika
hasilnya menunjukan adanya kondisi yang mengancam jiwa.

B. Pemeriksaan Invasive
1. KATETERISASI JANTUNG
Prosedur diagnostik invasif yang dilakukan dengan menginsersikan kateter khusus
(misalnya: Swan Ganz Catheter) ke dalam ruang jantung kiri dan/atau kanan, serta
arteri koroner. Kateterisasi jantung untuk mengukur tekanan dalam berbagai kamar
jantung dan untuk menentukan saturasi oksigen dalam darah. Kateter jantung
paling sering digunakan untuk mengkaji patensi arteri koronaria pasien dan untuk
menentukan terapi yang diperlukan

Katerisasi jantung dilakukan ketika:

Pencitraan biasa dan pengujian standar tidak memberikan hasil yang


memuaskan atau kekurangan data - Dokter merekomendasikan ini tindakan
dengan akurat yang tidak dimungkinkan hanya melalui pengujian fisik atau
penyinaran X.
9
Pasien telah melakukan IKP - IKP (intervensi koroner perkutan) adalah jenis
tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyempitan, atau penghalangan
arteri, katup, dan pembuluh vena. Biasanya kateter dimasukkan terlebih
dahulu sebelum ujung balon dikirimkan menuju jantung. Setelah alat
tersebut berada pada posisinya, balon akan mengembang dan mengempis
beberapa kali, mendorong endapan plak ke dinding dan memperlebar jalan
darah. Untuk meyakinkan bahwa jalan tersebut tetap terbuka, selongsog
juga ditanam di sana .

Pasien harus melakukan angiografi koroner - Dalam angiografi koroner,


pewarna kontras dihantarkan melalui kateter yang telah terpasang. Ketika
pasien melakukan pemindaian, pewarna tersebut membuat isi dari
pembuluh arteri lebih terlihat.

Seseorang dengan sejarah gagal jantung - Tindakan ini membantu dokter


untuk memantau tekanan dan aktivitas elektrik dari rongga jantung dan
jumlah oksigen yang terdapat di dalamnya.

Cara Kerja Kateterisasi Jantung

Sebelum tindakan dilakukan, dokter akan mencatat obat-obatan, hasil dari


pengujian sebelumnya, serta kesehatan pasien secara menyeluruh. Tindakan
kemudian dilakukan di rumah sakit dengan pembiusan lokal; kondisi ini berarti
pasien tetap bangun namun tidak akan mengingat sebagian besar tindakan.
Kateter dapat dipasang pada pembuluh darah besar mana saja yang biasa
ditemukan di leher, pangkal paha, atau pergelangan tangan. Lokasi yang terpilih
kemudian dikebalkan dengan obat bius untuk mengurangi rasa sakit. Penorehan
yang sangat kecil kemudian dilakukan pada lokasi tersebut, setelah selongsong
dipasang sebelum kawat halus panjang dimasukkan. Kawat ini akan menuju
jantung, berperan sebagai pemandu bagi kateter.

10
Sistem pencitraan atau sonde tipis yang lentur juga dapat dimasukkan untuk
memungkinkan dokter melihat penempatan yang tepat bagi selongsong dan kawat
pemandu. Jika keduanya telah berada di lokasi yang tepat, dokter kemudian
memasukkan kateter ke dalam torehan kecil tersebut. Kateter akan masuk ke
dalam selongsong mengikuti jalan dari kawat penuntun, tetapi tetap berada di atas
kawat. Dokter akan membimbing kateter hingga mencapai jantung dengan hati-
hati. Dokter kemudian dapat melakukan tindakan lain yang dibutuhkan, seperti
angioplasty, pemasangan ring, pengumpulan contoh oksigen, atau angiografi
koroner. Setelah semua tindakan yang dibutuhkan selesai, kateter, kawat
pemandu, dan selongsong dilepaskan. Luka yang terjadi kemudian ditutup dan
dibebat. Sedikit tekanan mungkin harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
pendarahan. Butuh waktu setidaknya 30 menit untuk menyelesaikan seluruh
tindakan.

2. COROANGIOGRAFI
Tehnik pemeriksaan : sama dengan kateterisasi jantung
Ada dua jenis kateter :
- Untuk A Coronary Kanan
- Untuk A Coronary Kiri
Kateter untuk Artery Coronary KananKateter didorong sampai pangkal Aorta.
Kateter untuk A Coronary Kanan sudah dirancang sedemikian rupa, bila didorong
ke Pangkal Aorta maka ujung kateter, persis dimulut (ostium) Artery Coronary
Kanan. Bahan contras disemprotkan
masuk ke artery coronary kanan dan cabang-cabangnya.
Tujuan : Untuk melihat tingkat, derajat dan besarnya penyumbatan stenosis
coroner.
Kateter untuk Artery Coronary KiriKateter untuk arteri kiri didorong sampai pangkal
aorta hingga diprogram tepat di pangkal aorta kiri. Contras disemprotkan masuk ke
artery coronary kiri dan cabang-cabangnya.
3. BMV (Balon Mitral Valvuloplasty).
Jenis pemeriksaan ini yaitu pemasangan balon jantung ini merupakan tindakan
intervensi non bedah pada penyempitan katub mitral (stenosis mitral) dengan

11
menggunakan balon khusus, dengan tindakan yang menyerupai kateterisasi
jantung. Kelainan stenosis mitral umumnya terjadi akibat demam rematik yang
terjadi pada usia anak-anak / remaja. Pasien biasanya mengeluh lekas capek,
sesak nafas dan berat badan sulit bertambah (cenderung kurus).
Percutaneus Coronary Intervention (PCI). Jenis pemeriksaan termasuk dalam
tindakan intervensi yang dilakukan setelah diketahui adanya penyempitan
pembuluh darah koroner dari pemeriksaan angiografi koroner (kateterisasi
jantung). Tindakan PCI ini juga sudah merupakan tindakan intervensi non bedah
dengan kateter khusus melalui sayatan 2 mm di kulit (seperti kateterisasi jantung)
untuk memasukkan ballon (bisa juga dengan stent : semacam cincin kecil yang
mirip "per" ballpen), pada pembuluh darah koroner yang menyempit agar dapat
dilebarkan / dibuka untuk melancarkan kembali aliran darah.
4. Pemeriksaan Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan terhadap pembuluh darah, sedangkan pada
pemeriksaan pembuluh darah arteri didebut dengan arteiografi. Cara pemeriksaan
Angiografi adalah dengan memasukan kateter ke dalam arteri femoralis atau
brakhialis dan zat kontras disuntikan untuk memudahkan penglihatan terhadap
pembuluh darah.Pemeriksaan Angiografi berguna untuk mengevaluasi pembuluh
darah dan untuk mengidentifikasi vaskularisasi yang tidak normal karena adanya
tumor atau penyakit lainya.Pemeriksaan Angiografi dilakukan bila Tomografi
Komputer atau Skrining Radionukleid memberi kesan adanya kelainan pada
pembuluh darah.
Jenis Pemeriksaan Angiografi
1. Angiografi Cerebral
Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan untuk
mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral, hematoma, tumor dari
peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme dan untuk mengevaluasi
aliran darah serebral.
2. Angiografi Pulmonal
Yaitu kateter dimasukan ke arteri pulmonalis dan kontras disuntikan untuk melihat
pembuluh darah pulmonal. Bertujuan untuk mendeteksi emboli

12
paru,tumor,perubahan vaskuler yang berhubungan dengan emfisema dan untuk
mengevaluasi sirkulasi pulmonal.
3. Angiografi Ginjal
Yaitu pemeriksaan ini memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh dan
parenkim ginjal dan untuk mendeteksi kelainan pembuluh di aorta serta untuk
memperlihatkan hubungan ginjal ke aorta. Angiografi Ginjal dilakukan dengan
tujuan untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal, trombus atau emboli ginjal dan
untuk menentukan faktor penyebab hipertensi atau gagal ginjal, serta untuk
mengevaluasi sirkulasi ginjal.
5. Elektrofisiologi Jantung
Pemeriksaan penunjang jantung untuk menilai normal tidaknya aktivitas dan
jalur listrik jantung. Elektrofisiologi jantung merupakan prosedur yang bersifat
invasif. Invasif artinya ada alat yang dimasukkan ke dalam tubuh saat prosedur
pemeriksaan. Elektrofisiologi jantung merupakan pemeriksaan penunjang lanjutan
bagi pasien dengan aritmia (gangguan irama jantung) yang bertujuan untuk
mengetahui penyebab aritmia dan menentukan penanganan lebih lanjut. Karena
ini adalah pemeriksaan yang bersifat invasif tentu pasien telah dilakukan
pemeriksaan penunjang yang lebih sederhana dan aman sebelumnya, yaitu EKG
dan Holter EKG. Sebelum prosedur, dokter akan meminta Anda untuk
menghentikan obat tertentu yang Anda gunakan untuk mengontrol gangguan irama
jantung Anda (obat antiaritmia) selama beberapa hari. Prinsip pemeriksaan
elektrofisiologi adalah mencari lokasi sumber gangguan irama dengan cara
menstimulasi jantung untuk mencetuskan gangguan irama jantung (secara buatan
dan aman tentunya). Jika Anda masih meminum obat antiaritmia, akan sulit untuk
mencetuskan gangguan irama tersebut. Anda biasanya juga harus berpuasa
beberapa jam sebelum prosedur. Anda akan dibawa masuk ke dalam ruang
khusus yaitu ruang kateterisasi jantung (cathlab). Anda akan dipasang infus dan
diberi obat (semacam penenang, bukan obat bius) untuk membuat Anda rileks dan
mengantuk. Prosedur pemeriksaan dilakukan melalui pembuluh balik di lipat paha
(vena femoralis), tentu setelah diberikan bius lokal di area tersebut. Dokter akan
memasukkan kateter (semacam slang kecil) melalui pembuluh nadi lipat paha
sampai ke jantung. Ujung kateter diperlengkapi dengan sensor yang dapat menilai
13
sistem konduksi (aliran) listrik jantung Anda. Ujung kateter tertentu juga dapat
menstimulasi jantung untuk mencari sumber dan mencetuskan irama jantung yang
tidak normal. Keseluruhan prosedur memakan waktu 2-4 jam, tergantung dari jenis
kelainan irama jantung Anda. Saat prosedur, dokter dengan sengaja akan
merangsang jantung sehingga aritmia yang selama ini dicurigai mengganggu Anda
dapat direproduksi. Saat aritmia buatan ini tercetus Anda mungkin akan merasa
kurang nyaman atau berdebar-debar. Dokter kemudian akan memberikan obat
tertentu untuk menilai obat apa yang paling cocok untuk gangguan irama tersebut.
Dokter mungkin juga akan memberikan sedikit kejut listrik untuk menghentikan
gangguan irama tersebut. Pemeriksaan elektrofisiologi jantung akan memberikan
petunjuk apa sebetulnya yang menjadi penyebab gangguan irama, lokasi
gangguan atau jalur sistem konduksi yang terlibat, dan penanganan terbaik yang
dapat dilakukan. Selain obat, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk
melanjutkan dengan tindakan ablasi, pemasangan pacu jantung atau alat kejut
listrik internal (ICD=Implantable Cardioversion Defibrillator) untuk penanganan
lebih lanjut.

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Sistem hematologic: hemoglobin, hematokrit, LED, leukosit, eritrosit, trombosit dan
lain lain.
2. Serum isoenzim kardiak: CK-MB, CPK, SGOT, LDH, dan troponin.
3. Serum lipid: kolesterol total, Low Density Lipoprotein, High Density Lipoprotein,
trigliserida.
4. Faal hemostasis (tes koagulasi): waktu protrombin dan waktu parsial tromboplastin
(pre dan pasca terapi fibrinolistik atau antikoagulan).
5. Arterial Vlood Gasses (ABG): pH, PaCO 2, PaO2, HCO3-, saturasi oksigen, Base
Excess.
6. Tes fungsi hati: SGOT, SGPT, bilirubin, urobilin.
7. Tes fungsi ginjal: Blood Urea Nitrogen/Ureum, kreatinin (creatinine), asam urat
(uric acid).
8. Kimia darah: kadar gula darah (acak, puasa, dan 2 jam post pandrial).
9. Elektrolit: kalium (K+), natrium (Na+), kalsium (Ca2+), klorida (Cl-), fosfor.
14
10. Urine analisis: reduksi, sedimentasi.
11. Serum katekolamin.
12. Kultur darah.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan penunjang terkini pada jantung meliputi:
1. Pemeriksaan Non Invasif yang meliputi : Thorax X-ray (Rontgen) ,
Echocardiography, Ekokardium Transesophageal ( TEE), Dobutamin
Stress Echocardiography (DSE), Treadmill Stress Echocardiography (TSE),
Tissue Doppler Imaging / TDI, Nuclear Medicine, Magnetic Resonance
Imaging (MRI) , Elektrocardiografi (ECG) Treadmill Test/Uji Latih Jantung
Beban (ULJB) Holter Dan Blood Pressure Monitoring.
2. Pemeriksaan Invasif yang meliputi : Katerisasi Jantung, Coroangiograf,
BMV (Balon Mitral Valvuloplasty) , Pemeriksaan Angiografi , Elektrofisiologi
Jantung
3. Pemeriksaan Laboratorium meliputi : Serum isoenzim kardiak , Serum lipid ,
Sistem hematologic dll.

15
B. SARAN
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan
guna memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba


Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Ed 4 Vol 1. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Ed 4 Vol 2. Jakarta: EGC

Pemeriksaan Penunjang. http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/radiologi-foto-


thorax (Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 14:13 WITA.

Elektrokardiogram. http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram (Available).


Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 14: 18 WITA.

Treadmill. www.technology-indonesia.com/.../150-deteksi-jantung-melalui-treadmil
(Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 14:23 WITA.

16
Echocardiography. http://pieter168.wordpress.com/2008/08/09/info-mengenal-
pemeriksaan-echocardiography/(Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober
2013 pukul 14:26 WITA.
Kateterisasi jantung. http://kardioipdrscm.com/portfolio/kateterisasi-
jantung/#sthash.dVl1qdLK.dpuf (Available). Diakses pada tanggal 26 Oktober
2013 pukul 15:05 WITA.
Kee, Joyce LeFever(1997) " Handbook of laboratory and diagnostic tests with
nursing implications."

JJ. 2014. Pemeriksaan Elektrofisiologi Jantung dikutib dari


http://seputarjantung.com/category/artikel/

17

Anda mungkin juga menyukai