Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiology merupakan cabang ilmu kesehatan yang berhubungan dengan
bahan radioaktif. Pada bidang kedokteran gigi bahan radioaktif yang digunakan
adalah sinar X untuk menghasilkan gambaran radiografi keadaan rongga mulut pasien
yang tidak kasat mata. Gambaran radiografi gigi dapat digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis, merncanakan terapi
yang akan diberikan kepada pasien dan untuk mengevaluasi hasil perawatan gigi.

1.2 Tujuan
Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan mengetahui dan dapat
menjelaskan :
-

Jenis-jenis rontgen intraoral


Jenis-jenis rontgen ekstraoral
Alat dan bahan dental radiology
Efek radiasi
Prosedur keselamatan dental radiology

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui peran radiology dalam bidang kedokteran gigi
serta mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang didapat sebagai bekal untuk
mempelajari ilmu yang nanti akan dipelajari di blok-blok selanjutnya.
.

BAB 2
1

ISI DAN PEMBAHASAN


2.1 SKENARIO
MAKANYA BELAJAR...
Pada hari pertama kepaniteraan di bagian radiologi, Nina mahasiswa
kedokteran gigi mendapat tugas untuk menangani pasien-pasien rujukan dari bagian
lain. Nina sedikit khawatir karena pengetahuannnya tentang teknik-teknik rontgen
foto masih sangat minim. Nina juga merasa cemas berada di ruang rontgen karena
takut adanya efek buruk radiasi terhadap organ-organ vitalnya. Pasien pertama yang
ditanganinya adalah seorang ibu muda yang cukup kritis bertanya. Pasien tersebut
menanyakan pada nina tentang bahaya radiasi karena dia sudah berulang-ulang di
rontgen intra oral pada saat perawatan gigi di bagian konservasi gigi. Menurut pasien
ada beberapa hasil hasil rontgen yang tidak tepat jadi terpaksa diulang. Nina sangat
bersyukur karena bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien tersebut. Dia tidak
bisa membayangkan jika pasien tersebut bertanya tentang rontgen ekstra oral yang
sama sekali belum dimengertinya, pasti nina akan sangat malu karena tidak bisa
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut.

2.2 STEP 1
Identifikasi kata/kalimat yang asing dan sulit :
Radiology
Radiologi merupakan cabang ilmu kesehatan yang berhubungan

dengan

substansi radioaktif dan energy pancarannya dengan diagnosis serta


pengobatan penyakit dengan radiasi pengion atau sinar X maupun bukan
pengion.
Kepaniteraan

Tahap pembelajaran transisional yang berupa serangkaian kegiatan prasyarat


non kurikuler untuk menempuh jenjang pendidikan profesi tahap satu (rotasi
bagian klinik).
Radiasi
Merupakan proses dikeluarkan energy radiasi dalam bentuk gelombang atau
proses kombinasi dari pengeluaran dan pancaran energy radiasi terjadi secara
alami maupun buatan.
Rontgen
Merupakan satuan pengukaran radiasi ion di udara atau alat potret yang
menggunakan sinar-X yang dapat menembus bagian-bagian dalam tubuh.
Rontgen ekstra oral
Merupakan rontgen yang dilakukan diluar rongga mulut digunakan untuk
melihat area luar pada rahang dan tengkorak. Contohnya adalah cefalometri
dan panoramic.
Rontgen intra oral
Merupakan rontgen yang dilakukan di dalam rongga mulut contohnya adalah
periapikal.
Konservasi gigi
Merupakan cabang ilmu kedokteran gigi untuk perawatan gigi agar tetap
tahan lama.

2.3 STEP 2
Identifikasi Masalah
1. Apa saja fungsi dan tujuan dari radiologi?
2. Sebutkan sifat-sifat sinar-X!
3. Sebutkan efek dari radiasi!
3

4. Sebutkan prosedur kerja dalam radiografi serta hal-hal yang perlu dperhatikan
dalam pemakaian sinar radiasi!
5. Apa saja tekhnik pemeriksaan ekstra oral dan intra oral?
6. Sebutkan alat-alat yang digunakan dalam rontgen (kedokteran gigi)!
7. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan dalam foto rontgen?
8. Sebutkan tahap-tahap dalam pengelolaan film!
9. Apa yang menyebabkan foto rontgen tidak jelas?
10. Sebutkan cirri-ciri foto rontgen yang bagus dan tidak!
11. Pada keadaan gigi yang bagaimana sehingga dilakukan rontgen?

2.4 STEP 3
Analisis Masalah
1. Pada pemeriksaan radiologi berfungsi untuk mendeteksi adanya kelainan di
rongga mulut misalnya karies, membantu para medis melihat rongga mulut
yang tidak kasat mata, menunjang diagnosis penyakit di rongga mulut,
membantu melihat ahsil dari perawatan gigi, merencanakan perawatan, dan
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi.
2. Sinar-X memiliki sifat yaitu:
a. Daya tembus
Makin besar tegangan tabung maka makin besar daya tembusnya, dan bila
b.
c.
d.
e.
f.
g.

makin kecil kepadatan suatu benda maka makin besar daya tembusnya.
Tidak dapat dilihat
Mempuyai frekuensi gelombang yang tinggi
Memutasi sel-sel gonad
Menimbulkan kelaina pada sel drah contonhya leukemia
Dapat diserap oleh timah hitam
Apabila dapat menembus objek akan menimbulkan warna gelap yang
disebut radio lucent sedangkan bila tidak dapa menembus akan berwarna

putih dan disebut radio paque.


h. Bergerak lurus, kecepatan sama dengan kecepatan cahaya
i. Dapat merusak jaringan tubuh
3. Efek radiasi terbagi menjadi dua, yatu :
a. Akut :
Terjadi setelahh terpapar radiasi dan tergantung dari dosisnya
4

b. Kronik :
Kronik terjadi setelah bertahun-tahun dapat menimbulkan kanker,
tumor dan lainnya

Efek radiasi terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Radiasi secara
langsung berupa interaksi dengan DNA yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur DNA dan perubahan baik jumlah maupun struktur kromosom
yang dapat menyebabkan mutasi, sedangkan radiasi secara tidak langsung yaitu
penyerapan energi radiasi dengan molekul air dalam proses hidrolisis air yang
akan menghasilkan radikal bebas yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik
terhadap molekul organik vital tubuh.

Efek radiasi pada Tulang yang menyebabkan kerusakan pada osteoblas dan
osteoklas sehingga menyebabkan derajat mineralisasi tulang berkurang dan
memicu terjadinya kerapuhan.

Efek radiasi terhadap gigi yang dapat terjadi secara langsung yaitu pada benih
giginya, dan berupa gangguan kalsifikasi pada gigi, dan terjadi secara tidak
langsung yang terjadi setelah pembentukan gigi.

Efek radiasi pada kelenjar air liur yang menyebabkan gangguan sekresi
(Radiasinya 3000 R), dan terjadi pada lidah yang dapat menyebabkan lidah kaku,
keras dan sakit bila terkena makanan.

Efek radiasi akut yang disebabkan oleh dosis radiasi yang besar

Dosis (Sv)
0,25
0,25-1,0
1-2

Efek pada tubuh


Menaikan sel darah putih.
Muntah dalam 3 jam, kelelahan, kehilangan nafsu
makan, perubahan materi darah ( pemulihan

2-6

beberapa mingu).
Muntah dalm 2 jam, perubahan darah yang parah,
5

kerontokan rambut dalam 2 minggu, pemulihan


6-10

dalam 1 bulan-1 tahun.


Muntah dalam 1 jam, kerusakan organ pencernaan,
perubahan darah yang parah, kematian dalam 2

>10

minggu.
Kerusakan otak, koma, kematian.

4. Prosedur keamanan kerja

Tidak boleh mengenai orang lain selain orang yang ingin di foto
Film harus dipasang pada posisinya
Petugas berdiri sejauh mungkin minimal 3 meter
Pasien harus dilindungi menggunakan apron
Ukuran sinarnya harus dibatasi
Harus ada indikasi klinis yang jelas

Tahap-tahapnya berupa :
Menerangkan cara kerja kepada pasien
Memakaikan apron pada pasien
Pasien melepaskan benda-benda penghalang radiograf
Perhatikan kepala pasien dan letakkan kepala pasien pada posisi yang tepat
Memposisikan sesuai dengan yang mau diperiksa
Meletakkan film pada area yang mau diperiksa
Operator harus berdiri sejauh 3 meter dibelakang dinding dengan memakai

apron khusus
Mengarahkan sinar X
Dilakukan pemotretan
Radiografnya digantung dan dikeringkan

5. Teknik rontgen intraoral dan ekstraoral


Teknik rontgen intraoral

a. Teknik Rontgen Periapikal pada gigi anterior film diletakkan secara vertikal
sedangkan pada gigi posterior diletakkan secara horizontal. Filmnya diletakkan
didalam mulut dengan ukuran 31 x 41 mm. Rontgen Periapikal dapat dilakukan
dengan 2 teknik berupa teknik kesejajaran (pararel) yang diletakkan sejajar
dengan gigi menggunakan film holder dan teknik bidang bagi (bisetion) yang
mengharuskan pasien memegang filmnya sendiri.

Teknik rontgen kesejajaran dimana posisi film harus sejajar terhadap


sumbu panjang gigi dan arah sinarnya tegak lurus, keuntungan teknik
ini yaitu menghassilakan gambar yang baik, mendekati kebenaran
ukuran daripada teknik bidang bagi serta apabila rontgen pada gigi
molar RA tidak terjadi superimpose dengan tulang Zyigomatikus.
Sedangkan kerugian teknik kesejajaran ini adalah cukup sulit

dilakukan dan susah meletakkan alat karena besar ukurannya.


Teknik bidang bagi yaitu posisinya diletakkan sedekat mungkin
dengan gigi dan menggunakan teknik geometrik.

b. Teknik Rontgen Bitewing yang mengharuskan pasien menggigit sayap dari film
yang berukuran 22 x 36 mm, berfungsi untuk mendeteksi karies, dan kondisi
periodontal gigi.
c. Teknik Rontgen Oklusal berupa sinar diletakkan tegak lurus diarahkan 90o, film
berukuran 57 x 76 mm, rontgen oklusal berfungsi untuk melihat area gigi dan
tulang didaerah periapikal, melihat kelainan pda gigi, membantu pemeriksaan
timus, menentukan fraktur maksila dan mandibula serta mendeteksi adanya
penyakit pada dasar mulut.
Teknik rontgen ekstraoral
Teknik Panoramik yang memperlihatkan struktur facial mandibula dan
maksila beserta sturuktur pendukungnya, foto rontgen ini digunakan untuk
7

mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi


geligi dan mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.
Teknik Cephalometri yang digunakan untuk melihat tulang wajah akibat
trauma penyakit dan kelaian pertumbahan dan perkembangan dan juga dapat
memperlihatkan jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan rongga
nasal.

6. Alat-alat yang digunakan dalam rontgen kedokteran gigi


Pesawat Radiologi yang terdiri dari tiga komponen berupa :
- Kepala tabung sinar x ( tube head) yang terdiri dari : Tabung hampa udara
(glass X-ray tube) yang berisi filamen dan target, Step-up dan step-down
transformer yang diperlukan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan
utama, Pelindung lead untuk meminimalisir kebocoran, minyak untuk
mengantisipasi

panas

yang

timbul,

Aluminium

Filtration

untuk

menghilangan bahaya penggunaan sinar x, Collimator untuk menentukan


besarnya berkas sinar yang yang keluar, Cone untuk menentukan arah
-

sinar x dan membatasi luas berkas sinar x dan mencegah radiasi.


Kontrol panel yang terdapat tombol on/off, timer, dan warning light yang

menyala ketika sinar x.


- Lengan pesawat sinar x
Film sinar x yang dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :
- Pembungkus luar dari plastik lunak untuk melindungi cairan saliva yang
-

dapat mengkontaminasi film


Kertas hitam untuk melindungi film dari cahaya yang dapat merusak film
Lead foil yang terletak dibelakang film yang berfungsi untuk mencegah

adanya sisa radiasi yang dapat melewati film menunju kejaringan pasien.
Grid digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi radiasi sinar hambur
yang dapat menyebabkan kabut pada hasil radiografis.
Duty Cycle untuk mengatur frekuensi penyinaran

Extention Arm untuk mengatur posisi dan jarak dari tube head dengan control
panel.
7. Untuk meminimalisir kesalahan dalam rontgen bisa dengan menggunakan alat
tambahan seperti film holder yang dapat mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh
gerakan pasien dan mempertahankan film pada posisi yang telah di atur.
8. Tahap pengelolaan/prosessing film
Pembangkitan/developing dengan larutan developer yang bertujuan untuk
mengurangi paparan dan mengubah energi kristal perak halida menjadi perak
hitam metalik dan melembutkan emulsi film selama proses developing.
Pembilasan/rinsing bertujuan untuk menghilangkan developer dri film dan
menghentikan proses pengembangan. Pembilasan harus dilakukan selama 5
detik.
Penetapan/fixing untuk menghindari kabut pada film.
Pencucian/washing setelah film menjalani proses penetapan maka akan
terbentuk

perak

kompleks

dan

garam,

pencucian

bertujuan

untuk

menghilangkan bahan-bahan tersebut dan dilakukan denga air yang mengalir.


Pengeringan/drying bertujuan untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi.
Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas
dari partikel debu, dan noda. ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya
yaitu kelembaban udara, suhu udara dan aliran udara yang melewati emulsi.
9. Yang dapat menyebabkan hasil rontgen tidak jelas adalah :

objek, film dan sumber sinarnya tidak tegak lurus

Jarak film dan objek yang terlalu jauh

Intensitas sinar-x yang digunakan dan Sensitivitas film yang kurang.

10. Ciri-ciri dari hasil rontgen yang baik adalah memiliki kontras yang baik, memiliki
kontras yang sama dan pas serta struktur anatomisnya harus terlihat jelas.
9

11. Pada keadaan gigi yang membutuhkan informasi tambahan yang berupa keadaan
di dalam rongga mulut yang tidak kasat mata seperti keadaan periapikal gigi dan
keadaan jaringan tulang disekitar gigi sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis
maka, dibutuhkan foto rontgen.
2.5 STEP 4
Kerangka Konsep

RADIASI

RADIOLOGI GIGI

INTRA ORAL

EKSTRA ORAL

TEKNIK RONTGEN

2.6STEP 5
Identifikasi sasaran belajar
1.

Teknik rontgen intraoral dan ekstraoral

2.

Alat dan bahan dental radiology

3.

Efek-efek rontgen intraoral dan ekstraoral

4.

Prosedur keamanan

2.7 STEP 6
10

Belajar Mandiri
2.8 STEP 7
Sintesis
GAMBARAN RADIOGRAFI
Gambar radiografi di produksi oleh sinar-X yang menembus suatu objek dan
kemudian berinteraksi dengan emulsi pada film. Interaksi ini menghasilkan warna
hitam (radiolucent) pada film. Jumlah sinar-X yang mencapai film menentukan
seberapa luas permukaan film yang berubah warna menjadi hitam, kepadatan suatu
objek akan mempengaruhi banyaknya sinar-X yang dapat mencapai film.
Hasil akhir dari gambar radiogarfi merupakan gambar 2 dimensi yang dibentuk
oleh oleh bayangan yang berwarna hitam, putih dan abu-abu yang disebut dengan
shadowgraph.
Banyaknya sinar-X yang dihalangi oleh suatu objek akan menentukan bayangan
yang terbentuk pada film :

Radiopaque merupakan bayangan berwarna putih yang terbentuk karena


kepadatan dari objek yang menghalangi sinar-X dengan sempurna.

Radiolucent merupakan bayangan berwarna hitam atau gelap yang terbentuk


karena sinar-X berhasil menembus objek dan mencapai film

Bayangan berwarna abu-abu terbentuk karena sebagian sinar-X berhasil melalui


objek dengan derajat tertentu.

Densitas dari bayangan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

Material yang membentuk objek yang dilalui sinar-X.


11

Ketipisan dan kepadatan suatu objek yang dilalui sinar-X.

Bentuk dari objek yang dilalui sinar-X.

Intensitas dari sinar-X yang digunakan.

Posisi sumber sinar-X, objek dan film.

Tingkat sensitivitas film.

Gambar yang terbentuk pada film radiograph meupakan gambar dua dimensi yang
memiliki keterbatasan atau kekurangan dibandingkan dengan gambar tiga dimensi :

Tidak dapat melihat bentuk objek secara keseluruhan

Terkadang untuk menentukan bentuk dan letak suatu objek pada gambar dua dimensi
tidak cukup hanya menggunakan satu sudut pandang saja, tetapi dibutuhkan lebih dari
satu sudut pandang untuk mendapatkan informasi yang cukup agar bisa menentukan
bentuk dan letak suatu objek.

Superimposisi dan tidak dapat menentukan bentuk dan letak dari struktur yang
ada didalam objek.

Bayangan yang dihasilkan oleh suatu objek radiasi atau pasien akan mengalami
superimposisi satu sama lain pada radiograph. Gambar yang mengalami
superimposisi memiliki informasi yang kurang bahkan terkadang dapat menimbulkan
kesalahpahaman terhadap bentuk dan letak dari struktur yang mengalami
superimposisi.
Untuk menilai kualitas baik atau buruknya suatu gambar radiograph ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan :

Contrast -- perbedaan warna yang jelas antara warna hitam (radiolucent), putih
12

(radiopaque) dan abu-abu.

Geometry gambar -- posisi film, objek dan tube sinar-X.

Kharakteristik dari sinar-X yang digunakan.

Ketajaman dan resolusi gambar yang baik.


(Whaites, 2003)

ALAT DAN BAHAN DENTAL RADIOLOGY

Unit Sinar X
Film
Unit Processing
Larutan processing
Unit Pengering Film
Radiography Protection Film
Viewer
(Lukman, 1995)

PROSEDUR KEAMANAN RADIASI


1. Menggunakan Apron Pb (Menyerap Radiasi)
Apron yang digunakan terbagi menjadi 3 macam sesuai dengan letak bagian tubuh
yang akan di lindungi dari efek radiasi :
Apron untuk seluruh Tubuh
Menutupi bahu sampai Tungkai bawah.Apron ini digunakan baik untuk operator
mau pun penderita.
Apron untuk Kelenjar Tiroid
Berguna untuk mengurangi daya tembus sinar radiasi ke arah radiasi.
Apron untuk Kelenjar gonad
Untuk melindungi kelenjar gonad ini disebut gonadopron, berbentuk seperti
cawat tukang masak yang hanya melindungi perut bagian bawah.
13

2. Memakai sarung tangan Pb untuk operator


3. Dinding Pb sebagai Pelindung
4. Harus ada lampu peringatan di depan pintu yang menandakan adanya proses
pengambilan foto rontgen.
5. Operator berdiri sejauh 3M
6. Berkas sinar harus tepat mengenai angota tubuh yang akan di foto
7. Film harus dipasang dengan benar
8. Jika beban kerjanya 1800 ms/minggu operator memakai apron
Jika >30 m/menit memakai pelindungi
9. Ukuran Sinar X harus diatur dengan kerucut silindris dengan lubang sekecil
mungkin
10. Harus ada indikasi klinis
(Lukman, 1995)
EFEK RADIASI PADA RONGGA MULUT
Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikutsertakan
sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek
samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada
saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali
diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.
Efek Radiasi pada Glandula Salivarius
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukiti
dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai drajat
kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan
berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar
14

saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran.. Mulut akan menjadi kering
(Xerostomia) dan sakit, serta pembengkakan dan nyeri karena berkurangnya saliva
sehingga menyebabkan hilangnya fungsi lubrikasi.
Efek Radiasi pada Gigi
Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah rongga
mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun setelah radiasi.
Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang disebut karies radiasi dan
dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa demineralisasi yang lebih daripada karies
pada umumnya, dengan pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi
pada daerah servikal.
Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan
karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila dibandingkan
dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa untuk melihat radiografi
dalam situasi pengamatan yang tepat dengan pandangan yang jelas agar dapat
membedakan antara restorasi dan anatomi gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua
efek radiasi yaitu efek radiasi secara langsung dan tidak langsung.

Efek Radiasi Langsung


Efek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan kalsifikasi
benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan erupsi gigi.

Efek Radiasi tidak Langsung


Efek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi
normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionosasi, maka
akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya adanya karies radiasi. Biasanya
karies radiasi pada beberapa gigi bahkan seluruh region yang terkena pancaran
sinar radiasi, keadaan ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan
bentuk rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang

15

mendapatkan radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies


dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.
Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya
perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun
dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan.
Karies sekunder yang disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada
cement enamel junction (CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi
yang biasanya tahan terhadap karies.
Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak karena
terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva
menjadi asam dan kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion
negative berubah, permukaan lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur,
menyebabkan erosi, membuat dentin menjadi terbuka.
Efek Radiasi pada Tulang
Perawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada
mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam
keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas.
Jaringan sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.
Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum
menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna
pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya
nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan,
aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang
akan mangalami kematian, kondisi seperti ini disebut osteoradionecrosis.
Efek Radiasi pada Pulpa

16

Apoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang
terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis
digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan
oleh tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat
menguntungkan bagi tubuh.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme
homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai
mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada
proses penuaan.
Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang
diterima selama terapi radiasi adalah 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas
pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati
akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di
pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa
membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground
substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi
proses awal terjadinya karies radiasi.
Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan
interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi
akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila
penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai
arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih
dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian
akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia
terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak
langsung.
(OBrien, 1982)
RONTGEN INTRA ORAL
17

Periapikal radiografi
Radiografi periapikal memperlihatkan gambaran gigi secara spesifik 2 sampai 4 gigi
dan memberikan informasi yang lebih detail mulai dari mahkota gigi hingga ke
daerah periapikal gigi
Ada 2 teknik dalam pengambilan foto rontgen peri apikal :

1. Teknik bidang bagi atau bisection.


- Teknik ini menggunakan teori geometrik.
- Posisi film tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film.
- Konus yang digunakan pendek.
- Pada peletakan film anterior posisinya vertikal sedangkan pada posterior
posisinya horizontal.
- Arah konusnya terbagi atas :
Rahang Atas
Konusnya tegak lurus dengan bidang bagi.
Pada bagian anterior : - I1 konusnya berada diujung hidung.
- I2 konusnya berada dilubang hidung.
- kaninus konus berada dicuping hidung.
Pada bagian posterior : - konusnya diarahkan pada garis yang
menghubungkan ala nasi.

Rahang Bawah
Konusnya tegak lurus dengan bidang bagi.
Pada bagian anterior : kunus diarahkan ke protuberantia.
Pada bagian posterior : konusnya diarahkan pada inci diatas tepi
mandibula.

Pada teknik bidang bagi menggunakan sudut sesuai dengan gigi yang akan di foto :
Gigi
Insisivus
Caninus
Premolar

Maksila
45o
50o
40o

Mandibula
25o
20o
15o
18

Molar

30o

5o

2. Teknik kesejajaran atau teknik konus panjang atau disebut juga teknik paralel.
Ada 3 macam konus yaitu : - untuk gigi depan /anterior
- Untuk gigi belakang anterior kanan bawah dan
untuk gigi belakang kiri atas.
- Untuk gigi belakang kiri bawah dan gigi
belakang kanan atas.

Bitewing Radiografi
19

Pada bitewing radiografi pasien diminta untuk menggigit pada sayap kecil yang
dipasang pada film intraoral. Pada bitewing radiografi terlihat gambaran mahkota
gigi premolar dan molar dari kedua rahang dalam satu sisi (dextra/sinistra).
Bitewing radiografi dapat digunakan untuk mendeteksi karies pada proksimal dan
puncak alveolar.

Oklusal Radiografi
Pada oklusal radiografi film yang digunakan berukuran 5,7 x 7,6 cm dan
diletakkan pada oklusal plane. Secara garis besar oklusal radiografi di bagi
menjadi 2, yaitu maxila projections untuk rahang atas dan mandibula projection
untuk rahang bawah.
Maxila Projection

Standard oklusal atas


Pada proyeksi ini terlihat bagian anterior dari maxila dan gigi anterior rahang

atas.
Oblique oklusal atas
Pada proyeksi ini bagian posterior dari maxila dan gigi posterior rahang atas.
Vertex oklusal
Pada proyeksi ini di dapatkan gambaran seluruh bagian maksila yang menjadi
tempat melekatnya gigi dari atas. Teknik ini jarang digunakan karena

memiliki banyak kerugian.


Mandibula Projection

90o oklusal (True oklusal)


Proyeksi ini memperlihatkan keseluruhan dari mandibula yang menjadi
tempat melekatnya gigi dan juga dasar mulut.
20

45o oklusal (Standard oklusal bawah)


proyeksi ini memperlihatkan bagian anterior dari mandibula dan gigi anterior
rahang bawah
Oblique oklusal bawah
Proyeksi ini dapat memperlihatkan gambaran dari kelanjar saliva
submandibula
(Margono, 1998)

RONTGEN EKSTRAORAL
Radiografi Oblique Lateral
Radiografi oblique lateral biasa digunakan untuk membuat gambaran radiografi dari
mandibula. Radiografi oblique lateral terbagi menjadi 3 teknik yaitu :
1. True lateral
Film dan bidang sagital dari kepala pasien sejajar dan sinar X tegak lurus pada
keduanya.
2. Oblique lateral
Film dan bidang sagital dari kepala pasien tidak sejajar dan sinar X tegak lurus film
dan miring dari bidang sagital kepala pasien.
3. Bimolar
Cara ini digunakan untuk melihat oblique lateral dari sisi kanan dan kiri rahang dalam
satu radiograf yang di bagi menjadi dua, setengah kanan dan setengah kiri
Radiografi Sefalometri
Radiografi sefalometri biasanya digunakan oleh bidang orthodonti untuk melihat
hubungan gigi rahang atas dan rahang bawah, hubungan gigi dan rahangnya, juga
hubungan rahang dan tulang facial disekitarnya. Pada radiografi sefalometri terlihat
seluruha bagian kepala dari satu sisi kanan/kiri dengan pandangan lateral.

21

Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik merupakan radiografi yang sering digunakan karena memiliki
banyak kelebihan. Pada radiografi panoramik terlihat seluruh bagian rahang bawah
dan rahang atas, juga terlihat sinus maksilaris dengan pandangan frontal.

22

Radiografi tulang kepala dan maksilofacial


Radiografi dari seluruh tulang tengkorak kepala juga di butuhkan untuk mendapatkan
informasi yang cukup tentang penyakit yang diderita seorang pasien, krena
kompleksitas dari dari struktur tulang maksilofacial, basis cranii dan temporo
mandibular joint, maka radiografi tulang kepala dibagi lagi menjadi :

Ocipitomental standar / proyeksi water

Proyeksi ini memperlihatkan tulang facial, maksila dan beberapa sinus, proyeksi ini
menghindari adanya superimposisi dari basis cranii.

23

Ocipitomental 30o

proyeksi ini juga memperlihatkan tulang facial, tetapi dengan sudut yang berbeda
untuk mengetahui adanya disposisi pada tulang.

Posteroanterior

Yang di maksud dengan proyeksi posteroanterior adalah sumber sinar X diletakkan


pada posterior (belakang kepala) dan film diletakkan di anterior (depan muka).
Proyeksi ini memperlihatkan tulang cranium, frontalis dan tulang rahang.

Anteroposterior

Proyeksi ini memperlihatkan sisi posterior dari mandibula. Proyeksi ini tidak cocok
untuk melihat keadaan tulang facial karena superimposisi dari basiscranii dan tulang
nasal

24

Reverse towne

Proyeksi ini memperlihatkan condyl dari kepala dan leher

Posteroanterior diputar

Proyeksi ini memperlihatkan jaringan dari slah satu sisi wajah, digunakan untuk
melihat kelenjar parotis dan ramus mandibula

True lateral tulang kepala

Proyeksi ini memperlihatkan tulang cranium dan facial dari sisi lateral, tetapi tidak
diambil dari cephalostat, tidak seperti sefalometri. True lateral tulang kepala
digunakan untuk melihat satu sisi kepala dari lateral tapi tidak mendapatkan informasi
tentang perkembangan ortodonti

Sub mento vertex

Proyeksi ini memperlihatkan basis cranii, sinus sphenoidal dan tulang facial dari
bawah.

(Whaites, 2003)
25

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa :
1.

Radiologi dalam kedokteran gigi dibagi menjadi dua, yaitu rontgen intraoral
dan rontgen ekstraoral. Rontgen intraoral terbagi menjadi radiografi
periapikal, bitewing dan oklusal, sedangkan rontgen ekstra oral terbagi
menjadi raadiografi oblique lateral, sefalometri, panoramik, tulang kepala
dan maksilo facial

2.

Alat dan bahan yang digunakan dalam radiologi kedokteran gigi adalah unit
sinar X, film, unit prosessing, larutan prossesing, unit pengering, radiografi
protection film dan viewer.

3.

Sebelum melakukan rontgen suatu instansi harus memenuhi syarat-syarat


prosedur keamanan agar mendapatkan izin untuk melakukan proses
pengambilan foto rontgen

4.

Foto rontgen memiliki manfaat yang cukup besar, tetapi juga memiliki resiko
yang besar pula, karena apabila seseorang terkena radiasi terlalu lama dan
terlalu sering, maka akan berbahaya bagi kesehatan tubuh orang tersebut.

1.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.
26

Daftar Pustaka

Clark, K.C., (1974), Positioning Radiography. Volume 2. London : Churchill


Livingstone.
Fong, E., et al., (1980), Body Structures and Functions. 6th ed. Boston : Delmar
Publishing Inc.
Hoxter, E.A., (1978), Teknik Pemotretan Rontgen. Hlm 129. Jakarta : EGC
Lukman, D., ( 1995). Dasar-Dasar Radiologi Dalam Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta :
Widya Medika.
Lukman, D., ( 1995). Radiografi Ekstraoral. Jakarta : Widya Medika.
Margono, G., (1998). Radiografi Intraoral. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
OBrien, R.C., (1982). Dental Radiography: An Introduction for Dental Hygienists
and Assistants. Philadelphia: W. B. Saunders Company
Whaites, E., (2003), Essentials of Debtal Radiography and Radiology 3rd edition.
London : Churchill Living Stone
Whites, S.C. & Pharoah, M.J., (2000), Oral Radiology Principles and Interpretation
5th edition. St.Louis : Mosby Elsevier

27

Anda mungkin juga menyukai