Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH UNDANG-UNDANG NO 1 TH 1970

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah
Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar
global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah).
Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping
perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Seperti yang
disebutkan pada UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dan atas dasar pasal tersebut dikeluarkanlah
UU No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja, yaitu pasal 9 : “Setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama”.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor
keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya
pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja
dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam materi kelompok
peraturan perundang undangan keselamatan dan kesehatan kerja pada semester 1 tahun pelajaran
2014/2015 tentang UU no. 1 tahun 1970
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman akan
pentingnya undang undang yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja yang dilatar belakangi oleh
kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang ada saat ini di Indonesia.

C. Ruang Lingkup Materi


Undang-undang Keselamatan Kerja memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum
tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Hal tersebut
didasari oleh dua azaz yang digunakan dalam UU No. 1 tahun 1970, yaitu sebagai berikut :
1. Azaz nationaliteit, azaz ini memberlakukan UU keselamatan kerja kepada setiap warga negara yang
berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk wilayah kedutaan Indonesia di luar negeri dan terhadap
kapal-kapal yang berbendera Indonesia)
2. Azaz teritorial yang memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana hukum pidana lainnya
kepada setiap orang yang berada di wilayah atau teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang
tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan diplomatik).

D. Manfaat
Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat
dan sehat.
Bagi mahasiswa, agar dapat menambah wawasan tentang pentingnya penerapan aturan kesehatan dan
keselamatan kerja untuk diterapkan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Tempat kerja dalam UU No. 1 Tahun 1970 merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap pekerja. Yang termasuk tempat kerja
adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Safety menurut kamus adalah mutu suatu keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan
kecelakaan. Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan
kerja yang aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa
manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan
pekerjaan disuatu tempat kerja. Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.
B. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
Mencegah/ mengurangi kematian.
Mencegah/mengurangi cacat tetap.
Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin,
instalasi dan lain sebagainya.
Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.
Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi lainnya.
Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan
semangat kerja.
Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta pembangunan
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
Manusia (pekerja dan masyarakat)
Benda (alat, mesin, bangunan dll)
Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan)

C. Dasar Hukum Undang – Undang Keselamatan Kerja


1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27
2. Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Selain itu ada beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3, antara lain:
1. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 No. 1, yang memuat
aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat
kerja.
2. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur keselamatan kerja secara
umum dan bersifat nasional.
3. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau
menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin dari
pemerintah.
4. UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk
kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah.
5. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel guna keperluan
perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan.
6. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam
Perniagaan dan Kantor-kantor.
7. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:
a. Jaminan kecelakaan kerja
b. Jaminan kematian
c. Jaminan hari tua
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan

D. Syarat Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )


Persyaratan Kesehatan Keselamatan Kerja ditetapkan dalam pasal-pasal di bawah ini:
1. Pasal 3 ayat 1 berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai.
2. Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul , sehingga rincian yang ada dalam pasal 3 ayat 1 dapat
diubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan
di kemudian hari.
3. Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang
memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas
dan praktis.

E. Pembinaan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )


Pembinaan K3, dapat dilakukan antara lain dengan :
1. Penyuluhan, dapat berupa :
- ceramah-ceramah K3
- pemasangan poster-poster K3
- pemutaran film/slide K3
2. Safety Talk (Toolbox Meeting)
Dilakukan setiap awal gilir kerja/shif
3. Safety Training
- Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan Kerja
- Pelatihan pemadam kebakaran
- Pelatihan pengendalian keadaan darurat
- Pelatihan P3K
4. Safety Inspection
- Inspeksi rutin
- Inspeksi berkala
- Inspeksi K3 bersama, dll
5. Safety Investigasi
Investigasi terhadap kejadian berbahaya/hampir kecelakaan
6. Safety Meeting
Suatu pertemuan yang membahas hal-hal yg berkaitan dgn permasalahan K3
7. Safety audit
8. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja
9. Penyedian Alat-Alat Perlengkapan K3
- Alat Pelindung Diri
- Alat Perlengkapan K3
Organisasi K3
Program K3 Tahunan
Berguna sbg evaluasi pelaksanaan K3 yang telah diterapkan (dpt sbg monitoring).
Unsur-unsur program K3 :
- Kebijakan/Policy K3
- Tanggung Jawab K3
- Rasa Keterlibatan
- Motivasi

F. Pengawasan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )


Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 ayat 8 pengawasan K3 meliputi :
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga
kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.

Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,

secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur. Norma-norma
mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.

G. Ketentuan Pelanggaran dan Ketentuan Pelaksanaan


Ketentuan Pelanggaran
Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan Kerja adalah hukuman kurungan
selama-lamanya 3 bulan atau denda setingginya Rp. 100.000,-. Proses projustisia dilaksanakan sesuai
dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
Ketentuan Pelaksanaan
Dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement (VR) 1910 berupa peraturan
khusus yang masih diberlakukan berdasarkan pasal 17 UU Keselamatan Kerja.
b. Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan UU Keselamatan Kerja sendiri sebagai
peraturan organiknya.
c. Tujuan undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 adalah :
d. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
e. Agar sumber produksi dapat dipakai secara aman dan digunakan secara efisien.
f. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan apapun.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Masalah
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan
ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,
termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia adalah dengan melaksanakan aturan kesehatan dan keselamatan kerja
B. Pembahasan
Berdasarkan masalah diatas maka kami mecoba memberikan beberapa pembahasan yang
mengarah kepada tujuan pembuatan makalah ini.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja.
Dikarenakan begitu pentingnya peranan pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja sehingga pemerintah
serta dinas terkait membuat peraturan- pertauran ataupun kebijakan yang dapat dibuat sebagai landasan
perusahaan atau instansi yang menyelenggarakan kegiatan kerja

Contoh Pasal dalam Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
yang dapat kami jelaskan saat ini adalah pasal 87 yang berisikan
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

dan dalam pasal ini dapat kami coba menjelaskan bahwa keselamatan kerja adalah penting yang harus
diperhatikan suatu perusahaan atau instansi dengan melibatakan sistem manajemen perusahaan atau
instansi itu sendiri terkait dengan keselamatan kesehatan kerja ini seperti perencanaan,
pelaksanaan,tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yag dibutuhkan bagi pengembangan dan
pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang erkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman.
Contoh Pasal 9 dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang
berisikan:
Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;
Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;
Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga
kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
Dari isi pasal ini dapat terlihat bahwa undang undang pun mengaur secara rinci tentang pentingnya
penatalaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang perlu diperhatikan oleh perusahaan atau instansi
yang mengadakan kegiatan kerja dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat standar
nya. Kewajiban yang harus dilakukan oleh penyelenggara kegiatan kerja ini dan ada beberapa sanksi yang
dapat diberikan bila tidak melakukannya yang diatur dalam undang undang di pasal lainnya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tempat kerja dalam UU No. 1 Tahun 1970 merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap pekerja. Yang termasuk tempat kerja adalah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut.
Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun
rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya
dan manusia pada khususnya. Demi menjadikan keselamatan kerja tersebut, pemerintah membuat
beberapa ketetapan melalui Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27, Undang Undang RI No.13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Dikarenakan hal tersebut maka dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan keselamatan
kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian utama semua pihak. Kerberhasilan kita
dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang
dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil
apabila keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu
atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan keuntungan bagi perusahaan,
memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan dan pemberi kerja).

B. Saran
Besar harapan kami bahwa dari penulisan makalah ini dapat memberikan pemahaman serta kesadaran
semua pihak yang berkaitan agar melaksanakan aturan – aturan K3 dalam peningkatan kesehatan dan
keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

http://prokum.esdm.go.id/uu/1970/uu-01-1970.pdf
http://k3danlingkungan.blogspot.com/2012/09/uu-no-1-tahun-1970-tentang-keselamatan.html
https://www.academia.edu/5385328/K3_makalah_tugas
http://www.slideshare.net/mobile/rerulyanee/uu-no-1tahun-1970
11
Bab 3 Pembahasan masalah
Pada undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, tujuan K3cukup jelas,
sedangkan pembinaan pelaksanaan terbatas pada direktur,pengawas dan ahli keselamatan
kerja.Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pada saat inisudah tidak relevan lagi,
sebab pada undang-undang ini tidak menjelaskan:a. Syarat-syarat keselamatan kerja yang harus
diperhatikan olehpengusaha.b. Jenis-jenis sumberdaya manusia k3 hanya terbatas pada posisi
direktur,pengawas dan keselamatan kerja, padahal pada pelaksanaanyaterdapat dokter ahli kesehatan
kerja, perawat kesehatan kerja, sanisatiindustri dan ahli k3.c. Tingkat pendidikan pendidikan,
kompetensi dan persyaratan menjadidirektur, pengawas dan ahli k3, dokter ahli kesehatan kerja,
perawat,sanitasi industry.d. Persyaratan pemeriksan kesehatan kerja tidak secara rinci, inidiperlukan
untuk dijadikan pedoman para dokter dan perawat kerjadalam melakukan program kesehatan kerja.e.
Ketentuan serikat kerja sebagai wakil pekerja di perusahaan tidak diwajibkan terlibat dalam sistem
manajemen K3 hanya kepada karyawanwajib melaksanakan program K3 di tempat kerja.f. Kompensasi
dan jaminan sosial tenaga kerja, sebagai upayaperlindungan masa depan pekerja tidak di wajibkan
dalam ini.g. Sistem manajemen K3 di perusahaan.h. Pelanggaran terhadap pelaksanaan undang-undang
ini hanya berupakurungan 3 bulan dan denda Rp 100 ribu rupiah.

12
Bab 4Saran dan kesimpulan
Revisi Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pada saatini sudah tidak relevan lagi,
wajib di revisi dan memasukan point-point sebagaiberikut:a. Syarat-syarat keselamatan kerja yang harus
diperhatikan olehpengusaha.b. Tugas dan tanggung jawab direktur, pengawas dan keselamatan
kerja,dokter ahli kesehatan kerja, perawat kesehatan kerja, sanisati industridan ahli k3.c. Pendidikan
minimal pendidikan, kompetensi dan persyaratan menjadidirektur, pengawas dan ahli k3, dokter ahli
kesehatan kerja, perawat,sanitasi industri.d. Persyaratan pemeriksan kesehatan kerja.e. Serikat kerja
sebagai wakil pekerja di perusahaan tidak di wajibkanterlibat dalam sistem manajemen K3f. Kepada
karyawan wajib melaksanakan program K3 di tempat kerja.g. Kompensasi dan jaminan sosial tenaga
kerja, sebagai upayaperlindungan masa depan pekerja.h. Sistem manajemen K3 di perusahaan.i.
Hukuman terhada pelanggaran terhadap pelaksanaan undang-undangharus ditambahkan, kalo bisa
lebih berat.

13
Daftar pustaka
Arimbi Ramadhiani.Kompas.com. Nopember 2016. Kecelakaan Kerja di IndonesiaTercatat 105.182
Kasus.https://properti.kompas.com/read/2016/11/09/154736121/kecelakaan.kerja.di.indonesia.tercata
t.105.182.kasusAllie, BO. Fundamental Health and Safety. Copyright © International LabourOrganization
2008
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@dgreports/@dcomm/@publ/documents/publication/wcm
s _093550.pdf
E Macdonald, K Ritchie, K Murray, and W Gilmour. 2000. Requirements foroccupational medicine
training in Europe: a Delphi study.Occup Environ Med. 2000 Feb; 57(2): 98

105.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1739906/ Hanz JS. Liputan6 Oktober 2015.
Kronologi Kebakaran Dahsyat PT Mandom diBekasi 2015.
https://www.liputan6.com/news/read/2340305/kronologi-kebakaran-dahsyat-pt-mandom-di-bekasi
Iman Rosidi, Jurnalis . Oktober 2012. Kerugian Kecelakaan Kerja Capai
Rp280Triliun/Tahunhttps://economy.okezone.com/read/2012/10/16/320/704821/kerugian-kecelakaan-
kerja-capai-rp280-triliun-tahunRamli, S. 2013. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
OHSAS 18001.Jakarta: Dian Rakyat.Reza G and Agung S L, Oktober 2017. Pabrik Petasan Kosambi yang
Meledak MilikPT Panca Buana Cahaya.
https://www.suara.com/news/2017/10/26/143946/pabrik-petasan-kosambi-yang-meledak-baru-
beroperasi-2-bulan
Silalahi, B dan Silalahi, R. 2005. Seri Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo.Sayuti, AJ. 2005, Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan
KesehatanKerja. PortalK3.com.
Strank, J., 2007. “Human factor and behavior safety”, Elsevier publisher, USA.
Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar MajuUndang-undang
Republik Indonesia Nomor 1. 1970. Keselamatan Kerja. Jakarta.
Occupational Health in Developing Countries. https://www.futurelearn.com/courses/occupational-
health-developing-countries. Occupational medicine.
Wikipedia.https://en.wikipedia.org/wiki/Occupational_medicine.
KATA PENGANTAR puji syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas
tentang etika radiografer makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Etika Medik dan
Radiologi Klinik.Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.

DAFTAR ISIBAB II.1 Latar Belakang.................................................................................................I.2


Rumusan masalah.............................................................................................I.3 Tujuan
Masalah.................................................................................................BAB IIII.1 Pengertian
Radiografer...................................................................................II.2 Tugas RadigraferII.3 Kewajiban
RadiograferII.4 Ruang lingkup pengetahuan etika profesi untuk radiograferBAB IIIIII.1 Kesimpulan III.2
Saran
BAB IPENDAHULUANI.
1 Latar Belakang
Salah satu profesi di bidang kesehatan yang sangat diminati saat ini adalah radiografer.
Radiofgrafer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi dan imaging di unit Pelayanan Kesehatan.
Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang memberi kontribusi bidang radiografi dan imaging dalam
upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
di bidang radioogi yang semakin meningkat, mengharuskan setiap radigrafer untuk bekerja secara
profesional. Selain itu, dalam menjalankan tugas dan fungsinya radiografer diwajibkan juga memenuhi
hukum dan etika profesi yang berlaku. Oleh karena itu sangat penting bagi mahasiswa fisika medik untuk
mengetahui kode etik radiograferdalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dibidang radiologi.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari radiografer ?
2. Apa saja tugas dari radiografer ?
3. Bagaimana etika radiografer terhadap pasien, keluarga pasien, petugas radiografer
yang lain dan untuk diri sendiri ?

I.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian dari radiografer.
2. Mengetahui tugas dan kewajiban dari radiografer
.3. Mengetahui etika radiografer terhadap pasien, keluarga pasien, petugas radiografer yang lain
dan untuk diri sendiri.
BAB IIISIII.
1 Definisi Radiografer
a.Kode Etik Radiografer
Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi pekerjaan
untuk kepercayaan.
b. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan & Kepala BKN
No.049/Menkes/SKB/l/2003.
Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenag, dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi pada unit peayanan
kesehatan.
c. Kep.Men.Kes.No.1267/Menkes/SK/XII/1995
Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan APRO/D-III Radiologi/ATRO dan Pendidikan
Asisten Rontgen.
d. Keputusan Rakernas PARI Tahun 2006
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imaging, kedokteran
nuklir dan radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
II.2 Tugas Radiografer
Didalam bidang pelayanan radiologi tugas Radiografer dapat diuraikan menjadi
beberapa seperti:
a. Bidang radiodiagnosis
Melakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ-organ tubuh sesuai
dengan permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk menegakkan
diagnosa oleh dokter spesialis radiologi.
b. Di Bidang Radioterapi
Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana mestinya sesuai
dengan rekam medik rencana penyinaran yang telah ditetapkan melalui proses
treatment planning oleh fisikawan medik dan telah ditetapkan oleh dokter spesialis
radiologi, baik jenis dan tenaga radiasi, posisi penyinaran lamanya selang waktu
penyinaran, dosis radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapangan penyinaran. Dengan
demikian radiogrfer harus mampu secara professional membaca dan
menerjemahkan/menginterpretasi status/ rekam medik terapi radiasi sehingga tidak
terjadi kesalahan teknis
c. Di Bidang Kedokteran Nuklir
Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka melalui
treasure/perunutan paparan radiasi yang keluar dari tubuh pasien dengan
menggunakan pesawat yang berfungsi sebagai detektor radiasi, baik detektor pencacah
yang mengukur tingkat intensitas radiasi maupun detector yang mampu mendeteksi
tingkat intensitas maupun kualitas radiasi.
d. Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Radiasi
Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya,
karena sebagian besar radiografer adalah petugas proteksi radiasi ( PPR ) maka bertugas
untuk melakukan upaya--upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan.
e. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi
Mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak saja ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia penyelenggara pelayanan, tetapi juga sangat ditentukan oleh
kualitas sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan, oleh sebab itu kemampuan
radiografer dalam mengelola khususnya memelihara sarana, prasarana dan peralatan
radiologi dalam batas kewenangannya sangat menentukan kualitas hasil layanan yang
diberikan.
f. Pelayanan Belajar Mengajar
Radiografer bertugas memberikan inforrnasi keilmuan dan keterampilannya
kepada semua pihak yang membutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dibidang
IPTEK radiologi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Memberikan
bimbingan kepada mahasiswa program D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi baik
sebagai instruktur PKL maupun sebagai evaluator dalam upaya mengidentifikasi
pencapaian tahapan kompetensi yang telah dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik yang
berada dibawah binaannya.
g. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Radiografi dan Imaging
Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik maupun ilmiah
populer dalam kerangka tugasnya sebagai sumbangan keilmuannya kepada masyarakat.
Penelitian yang dilakukan dapat mencakup tentang teknik Radiografi, keselamatan dan
kesehatan kerja dengan radiasi, aplikasi manajemen radiologi, reject analisis film dan
lain sebagainya yang menyangkut bidang radiologi diagnostik, Terapi dan Kedokteran
Nuklir dan hasil penelitian tersebut dapat disosialiasikan/didesiminasikan guna
peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi radiologi.
h. Pengembangan Diri
Melakukan pengembangan profesionalisme secara terus-menerus melalui
pendidikan formal dan atau non formal, pendidikan dan pelatihan ilmiah secara berkala
dan berkelanjutan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan atau disiplin ilmu lainnya
yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan radiologi, seminar,
workshop dan lain sebagainya baik di dalam maupun diluar negeri.
i. Pengabdian Kepada Masyarakat
Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang
manfaat dan bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi, membuat
standar-standar pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan radiologi yang membutuhkan, mengukur tingkat paparan radiasi,
mengadakan pemeriksaan kesehatan melalui Mass Chest Survey, donor darah dan lain
sebagainya.
j. Konsultasi Teknik Pelayanan Radiologi
Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan radiologi,
Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Proteksi Ruang Radiasi, pengolahan limbah hasil
proses pelayanan radiografi dan Quality Assurance radiology.

II.3 Kewajiban Radiografer Secara umum tugas dan tanggung jawab Radiografer, adalah :
1. Melakukan pemeriksaan pasien secara radiografi meliputi pemeriksaan untuk radiodiagnostik dan
imejing termasuk kedokteran nuklir dan ultra sonografi (USG)
2. Melakukan teknik penyinaran radiasi pada radioterapi.
3. Menjamin terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kesehatan bidang radiologi / radiografi sebatas
kewenangan dan tanggung jawabnya.
4. Menjamin akurasi dan keamanan tindakan proteksi radiasi dalam mengoperasikan peralatan radiologi
dan atau sumber radiasi.
5. Melakukan tindakan Jaminan Mutu peralatan radiografi

.II.4 Ruang lingkup pengetahuan etika profesi untuk radiografer Etika radiografer terhadap pasien di
pelayanan radiologi
1. Tidak membeda-bedakan pasien dari sukunya, agamanya, status sosialnya dan jenis kelaminnya.
2. Mengerjakan pekerjaan dengan tulus ikhlas terhadap pasien.
3. Memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien.
4. Menjaga rahasia tentang keadaan pasien.
5. Menjaga kepercayaan pasien.
6. Memanggil nama pasien dengan jelas, sopan dan benar.
7. Selalu bersikap ramah dan sopan terhadap pasien.
8. Merhargai keinginan pasien bila tidak ingin diperiksa olehnya.
9. Menghormati setiap pasien yang melakukan pemeriksaan radiologi.
10. Melayani pasien sesuai dengan prosedur dan kode etik radiografer.
11. Menjaga wibawa seorang radiografer didepan pasien.
12. Melakukan pemeriksaan radiologi terhadap pasien sesuai dengan ilmu yang didapat selama
pembelajaran di ATRO DEPKES.
13. Bersikap sabar terhadap pasien yang kurang baik padanya.
14. Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang ditangani.
15. Menciptakan suasana yang nyaman dan bersahabat terhadap pasien Etika radiografer terhadap
keluarga pasien di pelayanan radiologi
1. Bersikap ramah pada keluarga pasien yang ada diradiologi.
2. Menciptakan suasana yang hangat pada keluarga pasien.
3. Memberikan informasi yang jelas dan benar terhadap keluarga pasien.
4. Menghormati keluarga pasien yang mengantar pasien.
5. Membantu apabila keluarga pasien memerlukan bantuan.
6. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang tata tertib berada diruang Radiologi.
7. Mengamankan keluarga pasien dari bahaya radiasi.
8. Melayani keluarga pasien dengan senang hati.
9. Menghargai keluarga pasien yang mengantar pasien.
10. Memberitahukan prosedur pemeriksaan kepada keluarga pasien.
11. Memberitahukan kepada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan dilingkungan Radiologi.
12. Meminta persetujuan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada keluarga pasien.
13. Meminta kepada keluarga pasien untuk menjaga ketertiban selama jalannya pemeriksaan.
14. Tidak membeda-bedakan keluarga pasien yang mengantar pasien dari sukunya, agamanya, status
sosialnya dan jenis kelaminnya.
15. Bersikap sabar terhadap keluarga pasien yang kurang baik padanya.

Etika radiografer terhadap petugas lain diradiologi


1. Saling menghormati dengan sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi.
2. Saling menghargai dengan sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi.
3. Bekerja sama dengan baik dengan sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi.
4. Bersama-sama menciptakan suasana yang nyaman dilingkungan radiologi.
5. Saling bertukar ilmu yang bermanfaat antar sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiogi6.
Saling membantu antar sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
7. Bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing8. Tidak memilih bergaul dengan siapapun
9. Tidak sungkan untuk bertanya apabila tidak mengerti
10. Bersikap santun dan bersahabat antar sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
11. Mematuhi peraturan yang dibuat bersama-sama diradiologi
12. Bersama-sama melakukan pelayanan yang terbaik terhadap pasien
13. Tidak sungkan untuk menegur apabila petugas lain salah dalam melaksanakan tugasnya
14. Bersikap ramah tamah, dan menyapa sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
15. Bersama-sama menjaga lingkungan radiologi yang bersih dan sehat Etika radiografer terhadap
teman sejawat diradiologi
1. Saling bertukar ilmu dan pengalaman tentang radiografi
2. Saling menghormati antar sesama radiografer
3. Saling menghargai antar sesama radiografer.
4. Bersama-sama melakukan pelayanan yang terbaik terhadap pasien.
5. Saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan diradiologi.
6. Bersama-sama melakukan pekerjaan sesuai dengan kode etik radiografer.
7. Bersama-sama mengikuti perhimpunan dalam bidang keprofesian yaitu PARI.
8. Tidak saling menyalahkan dalam melakukan pemeriksaan radiologi.
9. Bersama-sama meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam pemeriksaan radiografi.
10. Tidak sungkan untuk bertanya apabila tidak mengerti.
11. Tidak sungkan untuk menegur apabila petugas lain salah dalam melaksanakan tugasnya.
12. Bersama-sama meningkatkan ilmu dalam radiografi.
13. Saling bersikap adil dalam membagi-bagi tugas diradiologi.
14. Bersama-sama melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standard profesi.
15. Bersama-sama menciptakan suasana yang nyaman dilingkungan radiologi. Etika radiografer untuk
diri sendiri
1. Menjaga kebersihan dan kerapihan diri sendiri.
2. Menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri dari bahaya radiasi.
3. Bersikap ramah, sopan dan baik hati terhadap semua orang.
4. Percaya akan kemampuan diri sendiri.
5. Mematuhi tata tertib yang berlaku.
6. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan ketulusan hati.
7. Bertanggung jawab atas tugasnya.
8. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik dan profesinya.
9. Melakukan pelayanan yang terbaik terhadap pasien.
10. Dalam melayani pasien tidak membeda-bedakan pasien dari sukunya, agamanya, status sosialnya
dan jenis kelaminnya.
11. Dalam melaksanakan tugasnya selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik
radiografer.
12. Bersikap sabar terhadap pasien yang kurang baik padanya.
13. Melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar tanpa dipengaruhi oleh keuntungan pribadi.
14. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standard profesi.
15. Selalu meningkatkan kemampuan profesinya, sesuai perkembangan IPTEK.
BAB IIIPENUTUPIII.
1 Kesimpulan Radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi dan imaging di unit Pelayanan
Kesehatan. Ruang lingkup pengetahuan etika profesi untuk radiografer terbagi menjadi beberapa seperti
etika radiografer terhadap pasien, keluarga pasien, petugas ain diradigi, terhadap teman radiografer

Anda mungkin juga menyukai