-rullh*
nilnMlfESIS&
PEMERIKSRRil TISIS
KOMPREIIE]ISIF
Editor:
Siti Setiati
Nafrialdi
Idrus Alwi
Ari Fahrial Syam
Marcellus Simadibrata
{>
dr. Rorq_
"-ffiAilsr$rffi
:@,$osrsn$rs
nilnMilESIS&
PEMERIKSRRil FISIS
KOMPREIIEilSIF
Siti Setiati
Nafrialdi
Idrus Alwi
Ari Fahrial Syam
Marcellus Simadibrata
qllPult sl$ttNls utilr lllrGt0$ls ]lsls
tirnnru$s D[lr pt]ttnlttsmil IEts ttoitPnmmstl
Dewan editor
Ketua : Siti Setiati
. Anggota : ldrus Alwi, Nafrialdi, Ari Fahrial Syam,
Marcellus Simadibrata
Editor Pelaksana : Esthika Dewiasty, Purwita W. Laksmi,
Ryan RanitYa
Sekretariat : Nia Kurniasih, Edy Supriadi, Hari Sugianto, Zikri Anwar,
Sudiariandini Sudarto, Sandi Saputra
14 cm x 22 cm
xxi + 404 halaman
rsBN : 1?8-E0e-45U7-38-5
dn Bambang Setyohadi,Sp.pD,KR
Divisi Reumatologi, Departemen llmu penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia
ill
Prof. dr. Djoko Widodo, Sp.PD,KPTI
Divisi Tropik lnfeksi, Departemen llmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia
iv
dr. Ryan Raniera, Sp.pD
Departemen llmu penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia
vlt
Buku ini layak dan penting untuk dimiliki dan dibaca oleh mahasiswa,
residen, dan praktisi kedokteran.
il
i/
{{/
prof. oi dr. siti Setiati SppD. KGer. MEpid
Ketua Tim Editor
vilt
l(AmsAilBur[lt
Pendidikan kedokteran era globalisaii t"trf' mengalami banyak
perubahan di berbagai negara. Perkembangan alat kedokteran canggih
dan pemeriksaan penunjang lain memberikan manfaat dalam membantu
penegakan diagnosis. Namun, perkembangan tersebut ditengarai
mengurangi pentingnya program pendidikan dasar kedokteran yang
sejatinya diajarkan dan dikuasai dengan baik oleh setiap dokter dan
pendidik, yakni kemampuan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis merupakan langkah awal penting yang
mencerminkan cara berpikir analitik seorang dokter. penguasaan anamnesis
dan pemeriksaan fisis akan meningkatkan ketepatan diagnosis kerja dan/
atau diagnosis banding hingga 90o/o.Hal itu akan menentukan pemeriksaan
penunjang serta tatalaksana selanjutnya yang amat mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan bagi pasien. Besarnya peranan anamnesis dan
pemeriksaan fisis mengakibatkan setiap calon dokter dan dokter spesialis
harus melatih keterampilan membina hubungan dokter-pasien sepanjang
masa pendidikan untuk kemudian diterapkan secarabaik di masyarakat.
Saya menyambut baik terbitnya buku 'Anamnesis dan pemeriksaan Fisis
Komprehensif, Panduan Sistematis untuk Diagnosis Fisik". Saya menghargai
upaya dan kerja keras segenap staf pengajar FKUI yang tidakberhenti untuk
menghasilkan karya ilmiah bermutu. Besar harapan saya bahwa para staf
pengajar FKUI dan seluruh fakultas kedokteran di lndonesia, dokter spesialis,
dokteri dan calon dokter mendalami dan menerapkan materi keilmuan yang
terkandung dalam buku ini. Saya yakin bekal tersebut akan bermanfaat bagi
pencapaian kompetensi anamnesis dan pemeriksaan fisis rekan Sejawat;
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan keselamatan pasien dan
kualitas pelayanan kesehatan dokter lndonesia.
Dekan FKUI
lx
IIATTIR ISI
Kata Pengantar vii
Kata sambutan ix
Daftar isi xi
BAB 1 Anamnesis l
Samsuridjal Djauzi, Djoko Widodo, H.M.S. Markum
BAB 10 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis pada pasien Usia Lanjut 27g
Siti Setiatl, Aulia Rizka, tin Anugrahini
xl
BAB 12 Pemeriksaan Fisis SistemTraktus Urinarius 365
Parlindungan Siregar, Ni Made Hustrini
xll
DAFIAN TABT1
xl!l
Tabel 6.2. Daftar Keluhan Gastrointestinal
Tabel 6.3. Tanda alarm
Tabel 6.4. Tehnik Pemeriksaan Abdomen
Tabel 7.1 Diagnosis Banding Nyeri Pinggang Mekanikal
Tabel 7.2. RedFlag pada Nyeri Pinggang
Tabel 8.1. Perbandingan 5el-sel Prekursor Hemapoetik
Tabel 8.2. Temuan yang Mendorong Konsultasi Hematologi
Tabel 8.3. Gejala Umum
Tabel 8.4. Status Performans (Kinerja) Berdasarkan lndeks Skala
Kinerja Karnofski
Tabel 8.5. Gejala Khusus Kelainan Hematologi
Tabel 9.1. Keluhan dan Gejala Penyakit Endokrin
Tabel 9.2. Pertanyaan pada Gangguan Sistem Endokrin
Tabel 9.3. Gambaran Klinis Adanya Massa di Sella
Tabel 9.4. Anamnesis untuk Kelainan pada Hipofisis
, Tabel 9.5. Gejala dan Tanda pada Kekurangan dan Kelebihan
Hormon HiPofisis
Tabel 9.6. Anamnesis untuk Gangguan KelenjarTiroid
Tabel 9.7. Gejala dan Tanda Tirotoksikosis
xtv
Tabe! 1 0.2. Pemeriksaan Kekuatan Genggam Tangan dalam
Keadaan Berdiri
Tabel 10.3. Pemeriksaan kekuatan genggam tangan dengan
protokol Southampton
Tebel 10.4. Sistem Neurologis '
Tabel 10.5. Perlakuan Salah pada Usia Lanjut (elderty mistreatment)
' Tabel 1 1.1. Hasil penilaian dari pemeriksaan garpu tala
Tabel 1 1.2.Skala kekuatan otot berdasarkanThe Medicol Reseorch
Council Scole of Muscle Strength
Tabel 1 1.3. Penilaian respons refleks
Tabel 1 1.4. Penilaian respons refleks
Tabel I 1.5. Karakteristik gangguan sistem sensori
Tabel 1 1.6. Contoh penilaian MMSE beserta skor yang diharapkan
Tabel 12.1. Diagnosis Banding Urin Merah/Kedoklatan
Tabel 12.2. Langkah pemeriksaan sistem traktus urinarius
Tabel 12.3. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Sesuai Laju Filtrasi
' Glomerulus
IIAtrAR GA]IIBIR
Gambar 1.1. Penetapan Diagnosis Melalui Anamnesis,
Pemeriksaan Jasmani, dan Pemeriksaan Penunjang
Gambar 1.2. Skema ldentitas dan Data Pasien
Gambar 1.3. Keluhan Utama dan Keluhan Lain
Gambar 1.4. Skema Riwayat Penyakit Sekarang
Gambar 1.5. Skema Deskripsi Keluhan
Gambar 1.6. Skema Riwayat Penyakit Dahulu
Gambar 1.7. Skema Lingkaran Anamnesis
Gambar 2.1. Visual Anolog Scole
Gambar 3.1 . Asimetri Bentuk Wajah pada Paresis N.Vll
Gambar 3.2. Wajah membengkak pada miksedema
Gambar 3.3. lnfiltrasi jaringan 5ub-kutan pada facies leonina
Gambar 3.4. Moonface pada Pengguna Steroid
Gambar 3.6. Pemeriksaan Sinus Frontalis (a)
dan Sinus Maksilaris
Gambar 3.5. Butterfly Rosh pada Lupus
Gambar 3.7. Tipe Alopecia Areata
Gambar 3.8. lnspeksi pada Mata
Gambar 3.9. (a) Eksoftalmus pada Penderita Hipertiroid
(b) Mata strabismus
xvl
Gambar 3.16. (a) Lensa Normal (b) Lensa Keruh pada Katarak
Gambar 3.1 7. Snellius Chart
Gambar 3.18. Tes lshihara
Gambar. 3.19. Daun Telinga
Gambar 3.20. Cara Melakukan Pemeriksaan dengan Otoskop
Gambar.3.21. Tes Rinne
Gambar 3.22. Fase Konduksi dan Sensorineural
Gambar 3. 23. Tes Weber
Gambar 3.24. (a) Hidung (b) Pemeriksaan Rongga Hidung
Gambar 3.26. Rongga Mulut
Gambar 3.25. Inspeksi Mukosa Pipi
Gambar 3.27. (a) Stomatitis (b) Leukoplakia
Gambar 3.28. Tenggorokan
Gambar 3.29. Otot pada Leher
Gambar 3.30. Kelenjar Getah Bening Leher
Gambar 3.31. Kelenjar Parotis
Gambar 3.32. (a) Pemeriksaan Sensorik, (b) Motorik
Gambar 3.33. (a-d) Pemeriksaan n.Vll
Gambar 3.35. Nervus Kranialis
Gambar 3.34. (a-b) pemeriksaan n. Xl
Gambar 4.1. Lokasi-lokasi yang biasa dikeluhkan pada angina
Gambar 4.2. Gambar Skematis Anatomi Jantung
Gambar 4.2. Posisi Manset dalam Pengukuran Tekanan Darah
Gambar 4.4. Arkus Palatinum yang Tinggi pada Sindrom Marfan
Gambar 4.5. Pengukuran Tekanan Vena Jugularis (JVp).
(a) skematis. (b) cara pengukuran.
(c) JVP yang meningkat
xvlr
Gambar 4.12 . Splitting Mde Persisten
Gambar 4.13. Splitting Wide Fixed
Gambar 4.14. Diagram Bunyi Jantung 53
Gambar 4.15. Diagram Bunyi Jantung 54
Gambar4.16. Murmur
Gambar4.17. Clubbing
Gambar 4.18. Pemeriksaan Arteri Tibialis Posterior
dan Dorsalis Pedis
Gambar 5.1. Berbagai Macam Warna Sputum. (A) Putih'
(B) Kuning. (C) Hijau.(D) Warna Karat (Merah
Kecoklatan).
Gambar 5.2. Anatomi Dinding Dada dan Paru
Gambar 5.3. Dinding Dada Bagian Anterior (A) dan Posterior (B).
Gambar 5.4. Garis-garisVertikal Disepanjang Dinding Dada
Bagian Anterior (A) dan Lateral (B)
xvlll
Gambar 5.18. Segitiga Garland dan Grocco (A) Serta Garis Ellis
Damoiseau (B).
Gambar 5.19. Gambaran Skematis Suara Napas Vesikular (A) dan
Bronkial (B).
Gambar 5.20. Karakteristik Suara Napas
Gambar 5.21. Suara Napas Pokok Dalam Keadaan Normal dan
Abnormal
Gambar 5.22. A. Paru yang normal. B. paru yang mengalami
pneumonia di mana seluruh udara dalam alveoli
pada paru bagian atas menghilang akibat terisi
oleh infiltrat sehingga bisa didapatkan adanya.
bronkofoni, egofoni dan whispered pectoriloquy.
Gambar 6.1. Sistem Hepatobilier
Gambar6.2. Traktus Gastrointestinal
Gambar 6.3. Pembagian Daerah Abdomen (4 regio)
Gambar 6.4. Pembagian Daerah Abdomen (9 regio)
Gambar6.5. Proyeksi Nyeri Organ pada Dinding Depan
Abdomen
Gambar 5.6. Penentuan Titik Mc Burney (a)
Penentuan Garis Schuffner (b)
Gambar 6.7. Pemeriksaan Arah Aliran Vena
Gambar 6.8. Palpasi Superfisial
Gambar 5.9. Perkusi Abdomen
Gambar 6.10. Pemeriksaan Gelombang Cairan pada Asites
Gambar 6.1 1. Palpasi Hati
Gambar 6.12. Palpasi Limpa
Gambar 6.1 3. Pemeriksaan Ballotement Gin)al
Gambar 6.14. Pemeriksaan Perineum
Gambar 5.15. Pemeriksaan Colok Dubur
Gambar 6.16. Pemerlksaan Colok Dubur
Gambar 8.1. Sistem Hematopoeisis dan Regulasinya
Gambar 8.2. Stromal sebagai Produsen Faktor-Faktor
Pertumbuhan Sistem Hematopoeisis
Gambar 8.3. Lokasi Hematopoesis Selama perkembangan Fetus
Gambar9.l. Orkidometer
xtx
Gambar 9.2. Pemeriksaan fisis (palpasi) kelenjar tiroid
Gambar 9.3. Oftalmopati (A), dermopati (B) dan akropaki (C)
Gambar9.9. TandaTrousseau
Gambar 9.10. Tanda Chvostek
Gambar 10.1. Cabang Nervus Trigeminus
Gambar 10.4. Pemeriksaan Refleks Biseps
Gambar 10.6. Pemeriksaan refleks brachiradialis
Gambar 10.7. Pemeriksaan Refleks Patella
Gambar 10.8. Pemeriksaan Refleks Achilles
Gambar 10.9. Refleks Babinski
Gambar 1 0.1 O.Refl eks Chaddok
Gambar 10.1 l.TUG Iest
Gambar 1 1.1. Pengaturan informasi pada sistem saraf
Gambar 11.2. Organisasi sistem saraf
Gambar 11.3. Area distribusi medulla spinalis
xxt
BAB 1
AltAt[lttsts
Samsuridjal Djauzi, Djoko Widodo, H. M.S..Marku m
minggu lagi. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan
seorang dokter senior. Dia tak ingin memberitahu orang tuanya sehingga
uang tabungannya yang hanya lima ratus ribu rupiah terpaksa diambilnya.
Ketika dia masuk kamar praktek dokter teryadilah dialog sebagai berikut
2
Anamnesis
4
Anamnesis
<-
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
6
Anamnesis
Skenario I
Pada operasi sectio coesario terjadi kecelakaan kecil, kulit kepala bayi tersayat
benda tajam sehingga terjadi luka sayatan kecil. Luka tersebut dengan
mudah dapat diatasi hanya memerlukan beberapa jahitan. lbu dan anak
semua dalam keadaan baik. Setelah operasi selesai dokter yang mengoperasi
tidak merasa perlu bertemu dengan keluarga mengenai kecelakaan kecil ini
dan langsung pergi ke rumah sakit lain. Ketika bayi diperlihatkan kepada
keluarga, terlihat ada verban di kepala bayi. Keluarga menanyakan kepada
perawat dan perawat menceritakan apa yang terjadi. Keluarga ingin
mengetahui lebih lanjut tentang luka tersebut namun dokter telah pergi.
Perawat berusaha menjelaskan bahwa lukanya tidak dalam hanya sebatas
kulit namun keluarga tak merasa puas dan berusaha menelepon dokter.
Dokter tidak membalas telepon keluarga. Akhirnya keluarga mengirim sms
minta bertemu dan dokter menjawab bersedia menemui di kamar praktik
sore harinya. Pada pertemuan di kamar praktik, pertemuan menjadi panas
karena dokter berpendailat luka tersebut tidak apa-apa, namun keluarga
menganggap ini suatu yang serius dan merupakan kesalahan dokter. Mereka
tidak puas dan ingin menuntut dokter.
Skenario Il
Dokter yang mengoperasi setelah selesai operasi menemui keluarga
yang sedang harap-harap cemas menunggu di luar. Ternyata yang
menunggu pasien adalah suami pasien dan kedua orangtua pasien. Dokter
mengabarkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan selamat. lbu dalam
8
Anamnesis
Respons Empatik
Kejadian yang sama diatasi dengan cara komunikasi yang berbeda
ternyata
berakhir dengan hasil yang berbeda. Kasus ini menyadarkan kita sebagai
dokter; pentingnya komunikasi. Komunikasi yang baik akan menempatkan
dokter di sisi pasien dan keluarga, dan bukan di hadapan pasien. Dokter
menjadi sahabat dan pendamping pasien dan keruarga, bukan berada
di
seberang sana yang menyebabkan keluarga dan dokter akan berhadapan
dalam menyelesaikan masarah. Dokter bersama pasien dan keruarga,
berusaha untuk mendapatkan hasir terapi terbaik dan mengurangi
risiko
yang mungkin terjadi. Dokter perru melakukan respons empatik.
Dokter
harus selalu ingat bahwa yang ditata raksana bukan sekadar penyakit
melainkan manusia yang sedang sakit. perhatian terhadap pasien
sebagai
manusia harus ditunjukkan dengan baik.
HARAPAN MASYARAKAT
Seringkali dokter ketika berhadapan dengan pasien segera menanyakan
keluhan pasien tanpa terrebih dahuru membangun komunikasi seperti
memperkenalkan diri, bersalaman, dan membicarakan. hal yang dirasa
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
.1. Mampu mengobati pasien dengan cara mutakhir; teliti' dan terampil
10
Anamnesis
KETERAMPILAN ANAMNESIS
sebagaimana keterampilan lain, dokter akan semakin mahir melakukan
keterampilan anamnesis jika dia semakin banyak melakukan anamnesis.
Pada dasarnya dalam melakukan anamnesis perlu diperhatikan:
Salam Pembuka
Sebagaimana jika kita bertemu dengan orang lain, maka dokter
perlu memberi salam dan mengenalkan diri pada pasien. Dokter juga
memerhatikan nama pasien dan memanggilnya sesuai dengan adat
istiadat yang berlaku, misalnya dengan panggilan bapak, ibu, saudara, dan
sebagainya. Dokter perlu mengingat nama pasien dengan baik, karena
pasien akan merasa diperhatikan jika dokter mampu mengingat namanya
dengan benar. Komunikasi dokter-pasien yang dibangun hendaknya tidak
dihalangi oleh gangguan seperti dering telepon, acara televisi, atau posisi
duduk dokter dan pasien.
11
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
puasa, lebaran, ulang tahun, dan sebagainya. Pasien juga mungkin memakai
istilah tertentu yang sering digunakan di masyarakat seperti misalnya sakit
moog. Dokler dapat meminta pasien merinci keluhan yang dihubungkan
pasien dengan sakit moognya itu.
12
Anamnesis
13
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
1. Mempersiapkan Diri
Dokter perlu mempersiapkan diri, baik persiapan emosional maupun
persiapan pemahaman mengenai kabar yang akan disampaikan'Dokter
diharapkan dapat memberikan dukungan kepada pasien sehingga
hendaknya jangan larut dalam kesedihan ketika menyampaikan kabar buruk
tersebut. sudah tentu dokter sebagai manusia akan terpengaruh pada berita
yang disampaikan, namun dia harus berusaha untuk menjadi pendukung
pasien. Pemahaman yang baik mengenai berita yang disampaikan diperlukan
agar pasien tidak bingung karena beritanya belum jelas. Pasien tentu akan
perlu
banyak bertanya mengenai berita buruk yang diterimanya dan dokter
menyiapkan diri dengan informasi yang mencukupi'
2. Menyiapkan Suasana
Penyampaian kabar buruk perlu mempertimbangkan suasana' baik
lingkungan, kerahasiaan maupun media penyampaian' Sedapat mungkin
penyampaiankabarburukdilakukanmelaluitatapmuka,dalamlingkungan
yang menjamin privasi. Dengan demikian, pasien dapat mengungkapkan
perasaannyatanpatakutdidengarataudilihatoranglain.Hindari
penyampaian kabar buruk melalui telepon dan surat elektronik karena pada
keadaan ini sulit bagi dokter untuk menilai respons pasien serta memberi
dukunganpadapasien.Namundilainpihak,dokterjugaharusmenghindari
memberi harapan palsu kepada pasien.
14
Anamnesis
15
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
terima atau berapa jumlah tamunya dalam semalam jika tak ada kaitannya
dengan risiko penularan penyakit.
4. Anamnesis sistem
6. Riwayatpribadi,sosial-ekonomi-budaya
ldentitas Pasien
ldentitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan alamat rumah. Data identitas pasien
ini sangat penting, karena data tersebut sering berkaitan baik dengan
masalah klinik maupun gangguan sistem atau organ tertentu. Misalnya
penyakit tertentu, berkaitan dengan umur; jenis pekerjaan, jenis kelamin,
dan suku bangsa yang tertentu pula.
Data-data Penting
Pengelolaan
16
Anamnesis
17
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta
pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya
ditulis secara singkat beserta lamanya, seperti menulis judul berita utama
suatu surat kabar. Misalnya badan panas sejak 3 hari yang lalu. Contoh
pernyataan, agar mendapat keluhan utama:
Keluhan TerPenting
Keluhan Utama ( ---z
---\
I
| - Lamanya
Y
<- Keluhan
Penting
Lainnya
l
I
I
Minta Pertolongan
Masa Dokter/Petugas
Sehat Kesehatan
Gambar 1.3. Keluhan Utama dan Keluhan Laan
18
Anamnesis
Deskripsi Keluhan
Dalam riwayat penyakit sekarang dituriskan deskripsi atau
anarisis terhadap
setiap gejala atau keluhan, yaitu terhadap keruhan utama dan
keruhan
penting lainnya.
Untuk keluhan utama dan keluhan penting lainnya, lengkapilah
secara
terperinci data keluhan tersebut sebagai berikut:
1. Lamanya
19
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
:::Tl1Tilil:x?1ry?
20
Anamnesis
(disentri, hepatitis, tifus abdominalis), kulit (cacar ai; morbili), dan infeksi
(malaria, demam berdarah).
Keterangan terperinci tentang semua penyakit dengan komplikasi yang
pernah dialami pasien dicatat menurut urutan waktu. Jangan mencatat
penyakit-penyakit yang tidak pernah diderita, kecuali memiliki arti khusus
untuk penyakit sekarang (contohnya pada pasien penyakitjantung reumatik
dituliskan apakah pernah menderita tonsillitis/artritis).
Pada pasien dengan riwayat kecelakaan atau operasi, dicatat keterangan
tentang tanggal, lama operasi, obat anestesi, jenis operasi, lama perawatan
di rumah sakit, lamanya penyembuhan, sembuh sempurna atau tidak, dan
berapa lama tidak bekerja.
Pada pasien wanita dengan riwayat kehamilan atau keguguran,
ditanyakan dan dicatat secara kronologis tentang jumlah kehamilan serta
sebab keguguran.
Semua keluhan dan kelainan patologis yang bukan merupakan bagian
dari penyakit sekarang, dimasukkan ke dalam riwayat penyakit terdahulu.
Data penting
Gejala sisa?
Kaitan dengan penyakit sekarang
Pengaruh terhadap pengelolaan
ANAMNESIS SISTEM
Jika tidak ada keluhan tulislah negatif tanpa tambahan lain. Bila ada keluhan,
catatlah deskripsi lengkap.
. Kepala: trauma, sakit kepala, nyeri pada sinus
. Mata: nyeri, sekret, kelainan penglihatan, penglihatan kurang jelas,
kacamata
21
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
22
Anamnesis
23
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
KEADAAN KHUSUS
Pada proses anamnesis dokter dapat berkomunikasi dengan mudah,
.namun ada beberapa keadaan khusus komunikasi perlu disesuaikan.
Keadaan khusus tersebut misalnya pasien yang sering diam, pasien banyak
bicara, pasien marah, cemas, menangis, pasien penyandang cacat seperti
buta, tuli, dan sebagainya. Pada keadaan khusus tersebut, dokter perlu
menjaga agar komunikasi dapat tetap berjalan baik tanpa menghakimi atau
menyalahkan pasien. Dokter juga harus pandai menilai perasaan pasien,
jika pasien merasa berkeberatan untuk menjawab pertanyaan dokter,
maka dokter perlu menghormati sikap pasien tersebut. Pada pasien yang
diam, dokter dapat memfasilitasi agar secara bertahap pasien mampu
melanjutkan pembicaraannya. Sebaliknya pasien yang banyak bicara, cara
menghentikannya harus dengan cara yang sopan dan halus,jangan sampai
pasien tersinggung. Patut kita ingat bahwa kontak pertama pada anamnesis
akan memengaruhi komunikasi selanjutnya' Pasien yang menyandang
cacat dapat dibantu dengan alat bantu atau ditemani oleh keluarga. Pasien
yang dalam keadaan marah atau menangis tentu memengaruhi proses
anamnesis. Selain itu, dokter perlu mengingat kembali bahwa dokter tidak
hanya memerhatikan gejala penyakit, namun juga orang yang sedang sakit'
Oleh karena itu, pasien tersebut diberi kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya termasuk melalui sikap marah atau menangis. Dokter perlu
memperlihatkan sikap bahwa dia dapat mengerti kemarahan atau kesedihan
pasien dan sedapat mungkin mampu menanggapinya dengan baik.
Kehadiran orang lain selain pasien di dalam ruang anamnesis di satu
sisi memang dapat membantu, namun di sisi lain kehadiran tersebut juga
dapat mengganggu kerahasiaan pasien. Oleh karena itu, dokter harus bijak
dalam mengajukan pertanyaan ketika ada orang lain meski orang lain
tersebut adalah keluarga pasien. Bila mungkin, wawancara dibagi dalam
dua bagian, yaitu pertama dengan pasien sendiri dan kemudian dengan
pasien dan orang lain. Jika diperlukan informasi khusus, dapatjuga dilakukan
wawancara terhadap orang lain tersebut tanpa dihadiri oleh pasien. Orang
lain tersebut dapat menceritakan keadaan pasien, misalnya ternyata pasien
sukar tiduri banyak termenung dan sebagainya.
24
Anamnesis
ANALISIS DATA
Setelah proses anamnesis, maka dokter dapat membuat rangkuman
dan
melakukan analisis. Analisis tersebut diharapkan dapat menduga
sistem
atau organ yang terganggu, bahkan diharapkan sampai pada masalah
klinis.
Meski dugaan tersebut nanti masih akan disesuaikan dengan data yang
diperoleh dari pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (Gambar
1.7).
Anamnesis
Data
+
Pemeriksaan Jasmani
Data
+
Laboratorium/
Data
Pemeriksaan Penunjang
TAPORAN ANAMNESIS
Proses anamnesis yang sifatnya komunikasi risan perru diraporkan
secara
tertulis sehingga data yang diperoreh dapat dibaca kembari pada waktu
berbeda oleh dokter rain. oreh karena itu, daram membuat raporan
anamnesis tulisan harus dapat dibaca dengan baik. Laporan terturis
tersebut hendaknya dibuat berurutan membentuk arur cerita yang mudah
dimengerti. Sedapatnya gunakan bahasa pasien namun jika perlu tulisjuga
istilah medisnya
25
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
CONTOH ANAMNESIS
Berikut ini adalah contoh laporan anamnesis seorang pasien yang dirawat
di Rumah Sakit CiPto Mangunkusumo
LATIHAN
26
Anamnesis
DAFTAR PUSTAKA
1. Bellet PS, Maloney MJ. The importance of empathy as an interviewing skill
in
medicine. JAMA. 1991; 266:181-2.
2. Suchman AL Markakis K, Beckman H, et al: A model of emphatic communication
in the medical interview. JAMA. 1997; 277:67g-g2.
3. Roter DL, Hall JA, Kern DE, et al. rmproving physiciant interviewing skills
and
reducing patient! emotionar distress. Arc rntern Med. 1995; 1ss:1i77-g4.
4. spiro H' what
is empathy and can it be taught? Ann Intern Med. 1992; 16: g43-6.
27
BAB 2
KESADARAN
Tingkat kesadaran pasien biasanya dapat dibagi menjadi:
a. Kompos mentis
pasien sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang dirinya
dan lingkungannya.
b. Apatis
Pasien bersikap tidak peduli, acuh tak acuh dan segan berhubungan
dengan orang dan lingkungannya.
29
c. Somnolen
Pasien mengantuk dan cenderung untuk tertidur, masih dapat
dibangunkan dengan rangsangan dan mampu memberikan jawaban
secara verbal namun mudah tertidur kembali.
d. Delirium
Pasien gelisah, kebingungan, dapat diikuti dengan disorientasi,
. gangguan memori dan agitasi'
e. Sopor/stuPor
Kesadaran pasien hilang, hanya berbaring dengan mata tertutup, tidak
menunjukkan reaksi bila dibangunkan kecuali dengan rangsang nyeri'
f. Koma
Kesadaran pasien hilang, tidak memberikan reaksi walaupun dengan
semua rangsangan dari luartermasuk rangsang nyeri. Pada koma yang
dalam, semua refleks tidak didapatkan.
KEADAAN UMUM
Penilaian ini melihat seberapa berat kondisi sakit pasien, apakah pasien secara
umum terlihat baik, sakit'ringan, sakit sedang atau sakit berat'
TAKSIRAN USIA
Taksiran usia kronologi pasien terkadang tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebagai contoh adalah pasien dengan kelainan pada raut wajah dan warna
rambut, atau pasien dworfism.
30
Pemeriksaan Jasmani Umum
31
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
BENTUK TUBUH
Pada pemeriksaan bentuk tubuh dapat ditemukan kelainan seperti
perawakan tubuh yang pendek atau tinggi. Perawakan tubuh agak sulit
ditentukan pada saat pasien dalam posisi berbaring. Perhatikan adanya
deformitas atau amputasi pada ekstremitas.
Bentuk tubuh yang abnormal dapat dijumpai misalnya pada kondisi
kelainan tulang belakang seperti kifosis, lordosis dan skoliosis, kelainan
akromegali, dan sindrom Marfan.
32
Pemeriksaan Jasmani Umum
HABITUS
a. Astenikus
Pasien memiliki bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada rata atau cekung.
b. Atletikus
Pasien memiliki bentuk tubuh seperti olahragawan, dada penuh, perut
rata, lengkung tulang belakang dalam batas normal.
c. Piknikus
Pasien memiliki bentuk tubuh yang cenderung bulat, tubuh penuh
dengan penimbunan jaringan lemak subkutan.
KEADAAN GIZI
Keadaan gizi pasien seperti kurang gizi, normal dan obesitas dapat dinilai
langsung pada saat inspeksi umum.
33
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Secara obyektif hal ini dinilai dengan mengukur indeks massa tubuh
(lMT) berdasarkan berat badan (BB)dan tinggi badan (TB), yaitu dengan
rumus IMT = BB (kg)/TB'z(m'z) .
Terdapat perbedaan ras dalam klasifikasi IMT pasien terkait dengan
risiko medis.
Berdasarkan lMT, menurut kriteria Asia Pasifik, pasien diklasifikasikan
menjadi:
'. BB kurang < 18,5
. BB normal 18,5 - 22,9
. BB lebih > 23,0
dengan risiko 23,0 - 24,9
obesitasl 25,0-29,9
obesitas ll > 30
TANDA VITAL
Setelah anamnesis selesai dilakukan, pemeriksaan tanda vital segera
dilakukan.
34
Pemeriksaan Jasmani Umum
Pemeriksaan Napas
Pemeriksaan napas meliputi frekuensi, sifat, dan irama pernapasan.
Perhatikan pula adakah bantuan otot-otot pernapasan
1. Frekuensi pernapasan
Frekuensi pernapasan dewasa normal adalah 14 sampai 20 kali per
menit.
Bradipnea adalah frekuensi pernapasan kurang dari 14 kali per menit.
Takipnea adalah frekuensi pernapasan lebih dari 20 kali per menit.
2. Sifat pernapasan
Sifat pernapasan dibagi menjadi:
- Torakal, misalnya pada pasien dengan tumor dalam perut
- Abdominal, misalnya pada pasien ppOK
- Kombinasi(terbanyak)
Bila sifat pernapasan yang lebih dominan adalah torakal, maka
disebut torako-abdominal. Sebaliknya, bila sifat pernapasan yang
lebih dominan adalah abdominal, maka disebut abdominotorakat.
Pernapasan torako-abdominal umumnya lebih dominan pada
perempuan sehat sedangkan pernapasan abdomino-torakal umumnya
lebih dominan pada laki-laki sehat.
3. lrama pernapasan
lrama pernapasan yang normal tampak regular dengan fase inspirasi
dan ekspirasi yang bergantian teratur.
35
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Nadi
Pulsasi arteri radialis biasanya dapat dirasakan maksimal di medial radius di
dekat pergelangan tangan menggunakan 2 atau 3 jari tengah pemeriksa'
Pemeriksaan nadi arteri radialis dengan palpasi dilakukan pada arteri radialis
kanan dan kiri.
pemeriksaan arteri juga dilakukan pada arteri perifer lain, yaitu arteri
femoralis di fosa inguinalis, arteri poplitea di fosa poplitea, arteri tibialis
posterior di posterior maleolus medialis, dan arteri dorsalis pedis.
35
Pemeriksaan Jasmani Umum
4. Kualitas nadi
Kualitas nadi tergantung pada tekanan nadi. Tekanan nadi adarah
selisih antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. pulsus celer
(obrupt pulse) timbul bira tekanan nadi cukup besar di mana pengisian
37
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
38
Pemeriksaan Jasmani Umum
Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan saat pasien berbaring atau duduk.
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dirakukan pada posisi yang berbeda
untuk mendeteksi adanya hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik
(hipotensi postural) adalah penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg
atau
lebih atau penurunan tekanan darah diastoJik 10 mmHg atau lebih pada
perubahan posisi dari berbaring ke duduk atau dari duduk ke posisi berdiri.
' Pada pemeriksaan tekanan darah, selain teknik pengukuran yang benal
hal penting lain yang harus diketahui adalah lebar manset yang tepat.
Pemilihan lebar manset dapat memengaruhi tekanan darah. Lebar
manset saat mengembang selebar 40o/o lingkar lengan atas (sekitar 12-14
cm pada orang dewasa). Panjang manset saat mengembang sepanjang g0%
lingkar lengan atas (harus cukup panjang untuk dapat melingkari lengan).
Pemakaian cuff yangterlalu kecil akan mendapatkan tekanan darah yang
lebih besar dari seharusnya, sebariknya pemakaian cuff yang terralu rebar
akan mendapatkan tekanan darah lebih rendah dari seharusnya. Bila lengan
terlalu tinggi maka nilai rD akan lebih rendah 5 mmHg dari seharusnya,
sedangkan bila posisi lengan terlalu rendah maka pembacaan TD akan lebih
tinggi 5 mmHg dari seharusnya. Tekanan darah pada tungkai biasanya bisa
mencapai > 20 mmHg lebih tinggi dari pada lengan. pencatatan tekanan
darah tidak menggunakan koma (,), namun nilaiyang didapatkan dibulatkan
ke atas mendekati kelipatan 2 mmHg terdekat.
Teknik mengukur tekanan darah secara lebih rinci dapat dilihat pada
bab 4, halaman 93.
Pasien sebaiknya menghindari merokok atau minum minuman yang
mengandung kafein sekitar 30 menit sebelum pengukuran. pasien juga
diminta untuk istirahat minimal 5 menit sebelum pemeriksaan. pasien dapat
berbaring atau duduk dengan santai.
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua lengan, setidaknya
sekali. Perbedaan yang masih dianggap normal adalah tidak lebih dari
10 mmHg. Perbedaan yang masih dianggap normal adalah tidak lebih dari
10 mmHg. Jika ditemukan hipertensi, harus diukur juga tekanan darah pada
semua ekstremitas.
Tekanan darah pada tungkai bawah diukur dengan manset di bagian
distal tungkai atas dengan stetoskop di arteri poplitea. perabaan arteri
femoralis atau arteri dorsalis pedis biasanya dilakukan terlebih dahulu untuk
39
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Suhu
Suhu tubuh normal yang diukur melalui muluVoral berkisar antara 36,6 -
37,20C. Suhu rektal lebih tinggi dibandingkan suhu oral, sedangkan suhu
aksila dan suhu membran timpani lebih rendah dibandingkan dengan
suhu oral. Pemeriksaan suhu membran timpani menggunakan termometer
khusus yang diletakkan dalam kanalis auditori eksterna. Termometer ini
akan mengukur panas inframerah yang dikeluarkan pembuluh darah di
membran timpani.
Nyeri
Nyeri ditanyakan kepada pasien dengan kesadaran kompos mentis.
Pemeriksaan ini bersifat subyektif karena melibatkan persepsi pasien
mengenai sensasi tak nyaman. Rasa nyeri yang diderita pasien harus
ditanyakan intensitasnya, lokasi, penjalaran, spontan atau dibangkitkan
oleh tekanan (nyeri tekah), berhubungan dengan posisi tubuh tertentu,
saat terjadinya nyeri (pada saat/waktu tertentu ataukah sepanjang hari),
lamanya nyeri berlangsung, dan apakah hilang dengan tindakan tertentu.
lntensitas nyeri dapat dikuantifikasi dengan visuol onolog sco/e (VAS)
berskala dari satu sampai dengan sepuluh. Skala nol berarti tidak ada nyeri,
skala satu berarti nyeri ringan sekali sampai dengan skala sepuluh yang
berarti nyeri dengan intensitas tertinggi (Gambar 2.1)
40
Pemeriksaan Jasmani Umum
I
s
Nyeri kronis Lokasi
Aktifitas ......... /10
EI Nyeri akut Lokasi:.............. lntensitas, istirahat......./10
Aktifitas ......... /10
El Tidak ada nyeri
Nyerihilang bila:
E Minum obat E lstirahat D Mendengar musik E Berubah posisi tidur
E Lain-lain, sebutkan
Kulit
Pemeriksaan pada kulit dilakukan di bawah pencahayaan yangbaik dan
terang. Kelainan pada kulit dapat merupakan gejara dan tanda penyakit
sistemik. Perhatikan adanya kulit yang pucat, kekuningan atau ikterus,
adanya peningkatan atau kehilangan pigmentasi, kemerahan, atau sianosis
selain itu perhatikan adakah lesi pada kulit, kondisi kelembaban dan turgor
kulit, bagaimana pertumbuhan rambut, serta adakah edema.
41
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Warna
. Pucat/anemik
Warna kulit yang kepucatan diakibatkan kurang kadar hemoglobin
dalam sel darah merah. Warna yang pucat ini dapat pula terlihat
pada membran mukosa mulut, konjungtiva, bibir dan kuku. Warna
pucat tersebut lebih bermakna untuk menyatakan keadaan anemia,
dibandingkan warna pucat pada kulit. Pada pasien yang memiliki kulit
gelap, warna pucat ini juga didapatkan pada telapak tangan dan kaki'
. lkterus/jaundice
warna kulit yang kuning disebabkan peningkatan kadar serum bilirubin
di atas kadar normal. Pada kondisi ini bilirubin akan terdeposisi dalam
jaringan tubuh, terutama pada jaringan yang mengandung elastin'
lkterus lebih mudah ditemukan pada sklera atau pada selaput mukosa
bibir yang ditekan dengan gelas. Warna kulit yang kuning juga dapat
disebabkan oleh kadar karoten yang tinggi (karotenemia). Pada
karotenemia, warna kulit yang kuning mudah ditemukan pada telapak
tangan dan kaki, namun tidak ditemukan pada sklera.
. Sianosis
Warna kulit yang kebiruan akibat peningkatan deoksihemoglobin. Hal
initerkait dengan berkurangnya kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen.
Sianosis sentral perlu dibedakan dari sianosis perifer. Sianosis
sentral menandakan adanya jumlah deoksihemoglobin yang abnormal
dalam arteri. Pada sianosis sentral warna kulit yang biru ditemukan
pada bagian tubuh dengan sirkulasi darah yang baik seperti pada lidah'
Sianosis sentral terkait dengan penyakitjantung dan paru.
Sianosis perifer timbul ketika aliran darah menuju bagian
tubuh tertentu berkurang sehingga jaringan tersebut akan berusaha
mengambil lebih banyak oksigen dari darah yang bersirkulasi. Sebagai
contoh adalah pada suhu dingin didapatkan bibir kebiruan, sedangkan
warna lidah sendiri tidak biru.
Sianosis pada kuku, jari, dan tangan dapat merupakan sionasis
sentral atau perifer.
42
Pemeriksaan Jasmani Umum
. Hiperpigmentasi
Hiperplgmentasi adalah warna kulit yang kehitaman atau kecoklatan,
karena bertambahnya pigmen kulit (melonin). Hiperpigmentasi dapat
ditemukan pada kulit yang terpajan sinar matahari atau pada kehamilan
(melasma)
. Hipopigmentasi
Hipopigmentasi adalah warna kulit yang berbercak keputihan
dikelilingi daerah dengan warna kulit normal atau hiperpigmentasi.
Hipopigmentasi dapat ditemukan pada kasus vitiligo, albinisme, atau
tinea versikolor.
Kelembaban
Kulit yang lembab dapat ditemukan pada pasien hipertiroidisme, sedangkan
pada pasien hipotiroidisme, diabetes melitus, dan pada usia lanjut dapat
ditemukan kulit kering.
Turgor
Pemeriksaan tugor dilakukan dengan mencubit sedikit kulit, kemudian
diperhatikan kecepatannya kembali seperti semula. Pemeriksaan dapat
dilakukan pada dinding dada, dinding perut, lengan, dan punggung tangan.
Penurunan turgor kulit dapat ditemukan pada kondisi dehidrasi.
Lesi kulit
Adanya lesi pada kulit harus diperhatikan lokasi dan distribusinya pada
tubuh, bentuk dan tipe lesi, warna, ukuran, serta kemudian palpasi lesi
tersebut untuk mengetahui konsistensi, adakah nyeri, kedalaman, dan
mobilitasnya.
Makula: lesi kulit berupa perubahan warna dengan batas jelas tanpa adanya
penonjolan atau lekukan, diameter < 2 cm. Misalnya hemangioma, nevi.
Papula: lesi kulit berupa penonjolan kecil dengan batas tegas, diameter <
Bula: seperti vesikula namun lebih besar dengan diameter > 0,5 cm'
Nodul: tonjolan padat dengan batas tegas, seperti papula namun lebih besar
dengan diameter 0,5 - 5 cm, dapat diraba di bawah kulit atau menonjol ke
permukaan kulit.
Tumor: tonjolan padat seperti nodul namun lebih besar dengan diameter
>5cm.
Lesi Sekunder
Krusta: eksudat kulit yang mengering. Bisa berupa serum, pus, atau darah
yang mengering, dapat bercampur jaringan epitel atau debris.
Ulkus: luka yang ditandai dengan kehilangan epidermis dan dermis, dapat
disertai perdarahanatau nekrosis.
44
Pemeriksaan Jasmani Umum
striae: terlihat sebagai garis putih kemerahan pada daerah yang atrofi,
dikelilingi oleh kulit yang normal. strioe diakibatkan rupturnya jaringan
elastik kulit sehingga menimbulkan garis putih kemerahan. sfrioe dapat
diiumpai pada kondisi kegemukan, wanita hamil, atau pada sindrom Cushing.
45
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Kuku
Perhatikan adakah perubahan warna, bentuk, dan lesi pada kuku' Pada
sianosis dan anemia, kuku dapat berwarna biru dan pucat. Pada clubbing
finger ditemukan falang distaljari berbentuk membulat dan lempeng kuku
lebih konveks. Ctubbing finger disebabkan hipoksia kronik seperti pada
penyakitjantung atau kanker paru.
onikolisis: pemisahan lempeng kuku dari dasar kuku yang tidakterasa nyeri.
Terry's nail kuku berwarna putih dengan distal kuku berwarna coklat
kemerahan. Dapat ditemukan pada penuaan dan beberapa penyakit kronik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Talley NJ, O'Connor S. Clinical examination. A systematic guide to physical
diagnosis. 6'h edition. Elsevier.201 0.
2. Bickley LS, szilagyi PG,Bates B. Guide to physical examination and history taking.
1Oth edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2008.
46
BAB 3
Kepala 47 Tenggorokan 67
Rambut 50 Leher 68
Mata 50 KelenjarGetahBening 70
Telinga 59 KelenjarTiroid 72
Hidung 63 Tekanan Vena Jugularis 73
Mulut 64
KEPALA
Pemeriksaan kepala dimulai dengan melakukan inspeksi dan palpasi pada
seluruh area kepala (Tabel 3.1). saat inspeksi dilakukan penilaian terhadap
bentuk wajah, kesimetrisannya, dan warna. pada pasien miksedema,
wajah biasanya membengkak (tidak melekuk ke dalam pada tekanan
jari pemeriksa), bibir dan lidah tampak menebal dengan kesadaran yang
somnolen (Gambar 3.1).1
Pada pasien lepra, terdapat infiltrasi jaringan subkutan pada dahi,
dagu, dan pipi dengan hidung yang melebartapi pesek. Keadaaan ini mirip
muka seekor singa, karena itu disebut pula sebagai facies leonine (Gambar
3.2). Selain itu pada pasien dengan paresis N.vll biasa ditemukan asimetri
bentuk wajah.r,z
47
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
4a
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Gambar 3.4. Moonface pada Pengquna Gambar 3.5. Butterfly Rosh pada
Steroid (http://www.passarella.com/ Lupus (http://3.bp.blogspot.com/
matt/matt-moonface jpg) butterfly rash..1pg)
49
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
RAMBUT
terhadap
Pada pemeriksaan rambut, dilakukan penilaian berupa inspeksi
warnarambut,kelebatan,dandistribusinya.Setelahitudinilaiapakahrambut
mudahdicabutatautidak.Adanyarambutrontokdiseluruhkulitkepala
dengan
ataupun setempat (alopesia areata ) dapat dijumpai pada pasien
(diabetes melitus,
infeksi berat (demam tifoid) atau penyakit endokrin
miksedema), seperti diperlihatkan pada gambar 3'7'12
MATA
juga dengan
Pemeriksaan mata biasanya dengan inspeksi, palpasi' dan
bantuan alat-alat seperti pen-li9ht, funduskopi dan peta Snellius chart
(Gambar 3.8).1
Pertama-tama dilakukan inspeksi pada alis mata dan dinilai
drjumpai
kelebatannya. Hilangnya sepertiga lateral alis mata kadang-kadang
pada miksedema. Setelah itu lakukan penilaian apakah terdapat eksoftalmus
mata menonjol
atau enoftalmus. Eksoftalmus adalah keadaan di mana bola
terlihatnya
keluar akibat fisura palpebra yang melebar ditandai dengan
korneayangtampakseluruh-nyadandikelilingisklera.Halinidapatdijumpai
padapasientirotoksikosis,thrombosissinuskavernosus(Gambar3.9(al).
Sebaliknyaenoftalmusadalahkeadaandimanabolamatatertarikkedalam,
misalnya pada keadaan dehidrasi, sindrom Horner'1
50
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Keadaan lain yang juga dapat dinilai seperti adanya strabismus (juling)
di mana kedudukan bola mata abnormar cenderung ke mediar atau ke
lateral, dan deviasi conjugee. Deviasi conjugee adalah keadaan bola mata
yang keduanya selalu melihat ke satu jurusan dan tidak dapat dilirikkan ke
arah yang lain, secara pasif ataupun dengan kemauan sendiri. Nistagmus
adalah gerakan bola mata yang berjalan secara ritmis, mula-mula dengan
lambat bergerak ke satu arah, kemudian dengan cepat kembali ke arah
posisi semula, dihubungkan dengan gangguan vestibular.l
Kelopak mata
Skera yang
melapisi
konjungtiva
Cantus lateral
Cantus Medial
Kelopak Mata
Grave's Disease
Penyebab tersering
ffij'fu
hipertirojdisme,
produksi berlebih
hormon tiroid,
pembesaran tiroid
Tiroid Nomal
Gambar 3.9. (a) Eksoftalmus pada penderita Hipertiroid (b) Mata strabismus
(http://2.bp. blogspot.com/_a_DSBqTKI4g/SVSIyo2Bm_t)
51
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gambar 3.10. (a) Tonometer Schiotz (b) Cara Mengukur Tekanan Bola Mata
http://www.lea -test.filen/eyes/images/pict1 3 b.g if
Penampang bola mata dan arah pemeriksaan otot penggerak bola mata
dapat diliat pada gambar 3.11.
Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat membantu penilaian
terhadap penyakit pasien. Tekanan bola mata yang meningkat dapat
ditemukan pada pasien glaukoma sedangkan tekanan yang menurun
dapat ditemukan pada keadaan dehidrasi . Pemeriksaan tekanan bola mata
menggunakan alat tonometer Schiotz (Gambar 3.10). Pemeriksaan gerakan
bola mata perlu dilakukan untuk menilai apakah terdapat gangguan pada
otot-otot penggerak bola mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara pasien
duduk tegap, pemeriksa memegang pulpen sebagai objek fiksasi sejajar
mata dengan jarak 25 cm, kemudian menggerakkan pulpen ke beberapa
arah. Mata pasien mengikuti gerakan objek tanpa menggerakkan kepala.2
Pemeriksaan terhadap bagian-bagian mata seperti:
a. Palpebra
Pada pemeriksaan terhadap palpebra, dinilai apakah terdapat ptosis atau
lagoftalmus (Gambar 3.12 (at dan (u)). Ptosis merupakan keadaan di
mana kelopak mata tampakjatuh dan fissure polpebroe menyempit. Hal
52
Pemeriksaan Kepala dan Leher
I
r
Gambar 3.1 1. (a) Penampang Bola Mata (b) Arah pemeriksaan Otot penggerak
Bola Mata (http://l.bp.blogspot.com/_ChFkrUFrbOs/Glaucoma_2jpg)
53
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
ft 1
ffi
Gambar 3.12. (a) Mata Ptosis (b) Mata Lagoftalmus (c) Edema Palpebra
(d) Xantelasma di sekitar mata (http://img513.imagesha ck.us/img513/1962/
xantelasma jpg)
Konjungtiva
Untuk pemeriksaan konjungtiva terutama perlu dinilai apakah tampak
pucat. Hal ini dapat ditemukan pada pasien yang mengalami anemia.
Adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva hiperemis produksi air
mata yang meningkat, atau adanya sekret mukopurulen. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara meletakkan ibu jari di palpebra inferior kemudian
melakukan gerakan menarik ke arah inferior. Temuan lain yang dapat
dinilai seperti adanya pterigium pinguekula, flikten , dan bercak Bitot.
Pinguekula dalah bercak putih kekuningan, terdiri atas jaringan ikat,
berjalan pada kedua sisi kornea, akibat hiperlipidemia. Bercak bitot
adalah bercak segitiga pada kedua sisi kornea warna pucat keabu-abuan,
berisi epitel yang kasar dan kering. Didapatkan pada avitaminosis A.
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular di konjungtiva,
flikten adalah tonjolan kecil yang diakibatkan oleh reaksi alergi (Gambar
3.13)
54
Pemeriksaan Kepala dan Leher
m$
Gambar. 3.13. (a) Flikten (b) Bercak Bitot (c) pterigium (d) pinguekula. (http://
ara li2008.files.word press.com/2009/03/slide 141 j pg)
Sklera
Pada pemeriksaan sklera, dilakukan dengan membuka mata pasien
dengan tangan lalu dinilai apakah terdapat tanda-tanda ikterik atau
tidak. Tanda-tanda ikterik bila sklera pasien terlihat kekuningan, tampak
pada penyakit hati seperti hepatitis. Hal ini dapat ditemukan terutama
pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme bilirubin (Gambar
3.14). 1
ffi*# (a)
Gambar 3. 14. (a) Cara Pemeriksaan Sklera (b) Sklera Ikterk
(b)
http://fatchu rr. blogdeti k.com/f iles/201 0 / 1 O / mata - ku ning -300 x21 4 jpg
55
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
d. Kornea
Untuk pemeriksaan kornea dinilai apakah terdapat abnormalitas seperti
tanda-tanda peradangan, ulkus, atau kekeruhan' Pada ulkus kornea,
terdapat perselubungan seperti awan disertai tanda-tanda radang.
Pasien biasanya mengeluh silau (fotofobia) bila melihat cahaya terang.
Pada pasien dengan avitaminosis A dapqt ditemukan xeroftalmia di
mana kornea menjadi kering sehingga terkesan lunak. Sedangkan pada
pasien berusia tua dapat ditemukan arkus senilis yaitu garis lengkung
putih keabu-abuan yang melingkari kornea.r
Gambar. 3.15. (a) Ulkus Kornea (b) Xeroftalmia (c) Arkus Senilis
(http://bascompa mer.orglsite/i
I ma ges/Cornea I U lcerj pg)
Pupil
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk menilai bentuk dan ukurannya.
Apabila kedua pupil memiliki bentuk dan ukuran sama besan maka
disebut isokor. Pupil yang mengecil (miosis) atau terkadang amat kecil
(pinpoint) dapat dijumpai misalnya pada keadaan intoksikasi morfin'
Sebaliknya pupil yang mengalami dilatasi (midriasis) misalnya ditemukan
pada kerusakan N.lll. Pupil anisokor ditemukan pada Horner's syndrome
Refleks pupil terhadap cahaya diperiksa dengan meminta pasien
melihat obyek yang jauh, kemudian diberi rangsangan cahaya.
Pemeriksaan refleks cahaya langsung dengan cara memberi rangsangan
cahaya pada mata dan menilai refleks pupil pada mata yang diperiksa.
Pemeriksaan cahayatidak langsung dengan cara memberi rangsangan
cahaya pada mata dan menilai refleks pupil pada mata yang tidak
diperiksa (mata sebelahnya). Pada pemeriksaan ini perlu dinilai refleks
cahaya langsung pada mata yang diperiksa dan refleks cahaya tidak
langsung pada mata sebelahnya. Hal ini dapat membantu untuk
menentukan apakah terdapat paresis pada N.ll dan N.lll'
1
f. Lensa
Pada pemeriksaan lensa dilihat bagian tengah lensa dan dinilai apakah
terdapat tanda-tanda kekeruhan atau tidak. Hal ini dapat dijumpai pada
pasien usia lanjut akibat katarak, diabetes melitus.l '
56
Pemeriksaan Kepala dan Leher
(a)
Gambar 3.16. (a) Lensa Normal (b) Lensa Keruh pada Katarak
(http://med ia.tanyadoktera nda .com limages / /2008/10/kata rak jpg)
a. Funduskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai fundus dan melihat apakah
terdapat edema papil atau hemoragi. Selain itu mungkin pula dapat
ditemukan adanya retinopati seperti pada pasien diabetes, hipertensi.3
b. Pemeriksaan visus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai ketajaman penglihatan pasien.
Alat bantu yang digunakan adalah snelliuschart. Melalui pemeriksaan ini
20/200
FP 2 ?0/ 100
roz
LPED I
3 20t70
20/t0
PECTD
EDrczD tc 20t10
zolto
rtLolzD 7 2012,
ta trotEG c
m zOl20
-
attaatat
tatitaaa
rflt
Gambar 3.17. Snellius Chart
57
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
c. Tes lshihara
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan pasien dalam
melihat warna sehingga dapat menentukan apakah pasien tersebut
buta warna atau tidak (Gambar 3.18).3
lnspeksi Umum
. Perhatikan alis mata, nilai kelebatan dan distribusinya
. Adakah eksoftalmus, enoftalmus?
. Adakah deviasi coniugee, nistagmus?
Palpebra
. Adakah ptosis, lagoftalmus?
. Adakah edema palpebra, tanda radang, xantelasma?
Konjungtiva
. Apakah tampak Pucat, hiPeremis?
. Apakah terlihat berair, tampak kering, atau terdapat sekret
mukopurulen?
. Apakah terdapat pterigium, pinguekula, flikten, bercak bitot?
Sklera
. Apakah tampak ikterik?
Kornea
. Apakah terdapat peradangan, ulkus, kekeruhan, xeroftalmia?
. Apakah terdapat arkus senilis?
58
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pupil
. Bagaimana bentuk dan ukuran pupil?
. Bagaimana refleks pupil terhadap cahaya?
Lensa
. Apakah terdapat kekeruhan lensa?
Palpasi Periksalah tekanan bola mata secara manual (bila tidak
terdapat tonometer)
Pemeriksaan . Pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan
menggunakan Tonometer Schiotz
alat bantu Pemeriksaan gerakan bola mata menggunakan alat bantu
seperti pulpen
Pemeriksaan refleks langsung dan tidak langsung pupil
terhadap cahaya menggunakan senter
Pemeriksaan dengan funduskopi:
. Adakah papil edema, perdarahan?
. Adakah retinopati, ablasio retina?
Pemeriksaan visus menggun akan Snellius chart
Pemeriksaan buta warna menggunakan lshihara
Pemeriksaan lapang pandang menggunakan kampimetri
TELINGA
Pemeriksaan telinga dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi dan
menggunakan bantuan alat (Tabel 3.3). Pada inspeksi, pertama-tama dinilai
bentuk dan ukuran daun telinga. Setelah itu ditentukan apakah terdapat
tanda-tanda radang, atau tofi. Tofi merupakan benjolan keras, soliter ataupun
multipel yang berasal dari timbunan Na-biurat pada rawan telinga. Hal ini
dapat dijumpai pada pasien Gout. Pada palpasi, dinilai apakah terdapat
nyeri tekan pada prosesus mastoideus yang merupakan tanda terjadinya
mastoiditis.l,2Anatomi telinga luar dapat dilihat pada gambar 3.19.
59
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
50
Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Tes Rinne
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya keturian akibat gangguan
saraf atau gangguan hantaran suara tulang dengan membandingkan
hantaran suara melalui tulang (Gambar 3.21).
51
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
",,
,r
'l
i
l1
rLI I
---./-+-:- -- --
rt
'I Fase konduksi
I Konduksuudara
,l +
Kmduksihtlils -.r)
Fmseco.neurat +
62
Pemeriksaan Kepala dan Leher
HIDUNG
Pemeriksaan hidung dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi dan
menggunakan bantuan alat. Pertama-tama perlu dinilai bentuk hidung
apakah normal atau tidak. Pada pasien kusta dapat terjadisaddle nose akibat
kerusakan tulang hidung. setelah itu dilakukan palpasi untuk menilai adanya
nyeri tekan atau krepitasi pada tulang hidung.l
Untuk pemeriksaan rongga hidung dilakukan dengan menggunakan
bantuan alat (Tabel 3.4.) berupa spekulum hidung untuk menilai pakah
terdapat sekret, perdarahan, penyumbatan, ataupun deviasi septum
(Gambar 3.241.t,:
53
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
MULUT
Pemeriksaan rongga mulut dimulai dengan menilai higienitas oral serta bau
napas pasien. Gambar 3.26 menjelaskan anatomi rongga mulut.
Terdapat beberapa macam bau pernapasan yang mengindikasikan
adanya penyakit tertentu seperti bau napas aseton pada pasien diabetes
melitus ketoasidosis atau kelaparan, bau napas amoniak pada pasien koma
uremikum, bau napas gangren pada pasien abses paru, serta foetor hepatik
pada pasien koma hepatik.l'a
Gusr (gingrva)
f
Palatum
durum
Uvula
Grgr seri
64
Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Bibir
Pada inspeksi dinilai mulai dari kesimetrisan bentuk bibir, ada atau
tidaknya labioskisis maupun fisura, serta tanda-tanda pucat dan sianosis.
Pada pasien herpes dapat ditemukan lesi di sekitar mulut berupa
vesikula sebesarjarum pentul, yang akan kering dalam beberapajam
dan meninggalkan krusta. Palpasi dengan jari-jari apakah terdapat
massa submukosa yang tidak terlihat.l.2
b. Mukosa pipi
Menggunakan 2 spatula lidah atau sarung tangan dan 1 spatula
lidah, dilihat mukosa pipi pada satu sisi, kemudian sisi lainnya.
65
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
p
Gambar 3.25. Inspeksi Mukosa PiPi
http://www.g horayeb.co m/files/bu cca lM u cosa2 j pg
d. Gigi geligi. Dinilai apakah terdapat karies atau abses alveoli serta
dihitung jumlahnya. Jika gigi mudah terjadi perdarahan saat dipalpasi,
perlu dicurigai kemungkinan infeksi kronik. Ketuk gigi secara perlahan
untuk melihat apakah ada nyeri atau infeksi. 1
66
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Dasar Mulut
Minta pasien untuk mengangkat ridah, lihat area dibawah mulut. periksa
frenulum di midline, duktus submandibular pada kedua sisi. Tekan
daerah submandibula, akan terlihat aliran dari duktus tersebut.l
TENGGOROKAN
Pada pemeriksaan tenggorokan dirakukan inspeksi dengan menggunakan
bantuan alat spatula lidah untuk menilai keadaan faring apakah hiperemis
atau tidak, posisi uvula ditengah atau tidak, letak tonsil, serta apakah
terdapat detritus atau tidak (Gambar 3.29).1i
Palalum
Pilar
durum
posteriot
Pilar
anteflor
Palatum mole
Tonsil
kanan Uvula
Faring
Lidah
67
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
LEHER
Otot
Olot
Sternomastoid
rapezius
Segitiga
Posterior Segiliga
anterior
Otot
omohyoid
68
Pemeriksaan Kepala dan Leher
' Tortikolis. Pada keadaan,ini reher miring pada arah yang sakit dan
sukar digerakkan karena rasa nyeri. Terlihat misalnya pada infeksi
m.sternokleidomastoideus/m.trapezius, tubercu losis vertebra servikalis.l
Selain itu pada palpasi juga dapat dinilai posisi trakea apakah
terdorong atau tertarik ke sarah satu sisi. pemeriksaan dirakukan dengan
cara meletakkan jari telunjuk diantara trakeadan sternomastoid,
kemudian
membandingkan jarak antara sisi kanan dan sisi kiri.l pemeriksaan posisi
trakea yang lebih rinci dapat dilihat pada halaman l5g pemeriksaan
leher
secara keseluruhan diringkas pada tabel 3.7.
Pemeriksaan Inspeksi
Umum . Lihat bentuk dan warna leher (simetris/asimetris, tampak
kemerahan)
. Apakah terdapat penonjolan vena-venajuglaris?
. Apakah terlihat adanya tumor (soliterfmultipel, unilateral/
bilateral, konfluens/ diseminata)
. Adakah tortikolis?
Palpasi
. Bagaimana pulsasi arteri karotis? (Normal/ abnormal)
. Adakah kaku kuduk?
. Adakah pembesaran tiroid?
. Bagaimana posisi trakea? (di tengah, terdorong kesatu sisi)
Auskultasi
. Adakah bruit pada arteri karotis atau tiroid?
Pemeriksaan Inspeksi:
kelenjar getah . Adakah pembesaran kelenjar getah bening leher? (Jika ya:
bening unilateral/bilateral, jumlah KG"B yang membesar, tentukan
lokasi)
Palpasi (menggunakan jari telunjuk dan jari tengah):
. Tentukan ukuran KGB yang membesar
. Nilai konsistensi, mobilitas, permukaan
. Adakah nyeri tekan?
.
' iff i:x
Lakukan palpasi pada daerah:
69
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
70
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Prururikular
Parotid
RctroL?hgcal
(lon3ilrr)
Subm.ndlhrl.r
(3ubmd(sal.ris) r***
Submantal
ScrYlkel antcrio, -
Lodus supravanfilular
(t .rb.iakr.drpGnyrkitl
.{,
. ,s:
.. .
.:y
{d
KETENJAR TIROID
Pada pemeriksaan kelenjar tiroid dinirai besar dan bentuknya (normar,
difusa, nodular), ukuran, konsistensi (kenyal, keras, kista), permukaan (ratal
berbenjol-benjol), ikut bergerak saat menelan /tidak, nyeri/tidak, dan ada
71
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
72
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kelenjar Liur
Kelenjar submandibula. Mudah teraba pada area submandibura, namun
pada pasien usia lanjut kelenjar tersebut cenderung bergeser kebawah
dan
sering dikira tumor. Cara pemeriksaan yang baik adalah dengan palpasi
bimanual menggunakan satu jari pada murut dan jari rain di reher. rnspeksi
intraoral dan palpasi duktus submandibula penting dilakukan untuk menilai
konsistensi.a
Kelenjar Parotis. Mudah diparpasi pada area periauricurar; tapi robus daram
terletak di parafaring dan tumor dapat tumbuh tanpa terdeteksi hingga
menjadi besar. Jangan lupa untuk memeriksa duktus parotid pada mukosa
pipi disekitar gigi molar atas 2 (Gambar 3.31).a
,dr
:il)
Otot Masseter
\[f
Mukosa
Ouktus sublinguat
DuItus submandibular
Kclenrar liur sublingual
Otot myohyoid
Xeleniar liur subrnandibula
73
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
74
Pemeriksaan Kepala dan Leher
75
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
76
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Nervus I Letakkan sesuatu yang memiliki bau tajam dan khas di depan
(Olfaktori) hidung pasien, misal: kopi
Nervus ll Ketajaman penglihatan: Menggunakan Snellen Chart
(Optikus) pandang: Menggunakan jari pemeriksa
lapang. yang
digerakkan di keempat quadran
Reflex pupil: dengan bantuan senter
Pemeriksaan Fundus: menggunakan funduskopi
Nervus lll Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien.
(Okulomotor) Pemeriksa menggerakan jarinya dan membentuk huruf H,
minta agar mata pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa.
Lihat gerakan bola mata ke arah medial, medial atas, lateral
bawah, lateral atas
Nervus lV Sama seperti pemeriksaan Nervus lll
(Troklearis) Lihat gerakan bola mata ke arah medial bawah
Nervus V Pemeriksaan sensori:
(Trigeminus) . Menyentuh kornea dengan lembut menggunakan ujung
kapas
. Lihat refleks kornea pasien: pasien akan berespon dengan
menutup mata
Pemeriksaan Motorik:
. Minta pasien untuk mengatupkan gigi
. Letakkan tangan pemeriksa di kedua pipi dan rasakan
kontraksi pada otot masseter
Nervus Vl Sama seperti pemeriksaan Nervus lll
(Abdusen) Lihat gerakan bola mata pasien ke arah lateral
Nervus Vll Minta pasien mengangkat alis: Nilai kesimetrisan lipatan dahi
(Fasialis) Minta pasien menutup mata: Nilai kekuatan melawan
resistensi yang diberikan pemeriksa
Minta pasien menggembungkan pipi: Nilai kesimetrisan pipi
kanan dan kiri
Minta pasien menyeringai: Nilai kesimetrisan sisi kanan dan
kiri
Nervus Vlll Menggunakan tes Rinne dan tes Weber
(Vestibulokoklearis)
Nervus lX Rangsang refleks muntah pasien dengan menggunakan
(Glossofaringeal) spatula lidah yang disentuhkan secara lembut pada daerah
1/3 posterior lidah
Nervus X Minta pasien untuk membuka mulut, dan perhatikan apakah
(Vagus) uvula terletak di tengah
77
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
NervusXlLetakkankeduatanganpemeriksadiataskeduabahupasien
dan berikan tekanan, minta pasien untuk mengangkat bahu
(Asesorlus) dan melawan tekanan itu
Letakkan tangan pemeriksa di samping wajah pasien dan
berikan tekanin, minta pasien untuk menoleh ke sisi tangan
itu
Pemeriksa dan melawan tekanan
NervusXllLihatlidahpasiendalamkeadaandiamdanterjulur
iivp"gG*l Nilai posisi iidah pasien (di tengah atau miring ke salah 1 sisi)
DAFTAR PUSTAKA
l.MarkumHMS.PenuntunAnamnesisdanPemeriksaanFisis.Jakarta:Pusat
Penerbit llmu Penyakit Dalam FKUI;2005'
2.GonzalesTS.PhysicalExaminationofTheHeadandNeck.Hawaii:TriplerArmy
Medical Center.
lnforma
3. Burton NL, Birdi K. clinical Skills for oscEs 2nd Ed. United Kingdom:
Healthcare; 2006.
P. Core Clinical Skills for oSCEs in Medicine. 2md
Ed. USA:
4, Dorman T, o,Neill
Churchill Livingstone. Elsevier; 2005.
78
BAB 4
79
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
80
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
NYERI DADA
Kardiak
Angina Rasa berat/nyeri dada Nyeridipicu olehaktivitasfisik,
retrosternal yang menjalarke udara dingin, stres/emosi
leher, rahang, epigastrium,
bahu atau lengan kiri
81
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gastrointestinal
Refluks gastro Rasa panas/terbakar Dipicu oleh makanan dan
esofageal substernal dan di nyeri berkurang setelah
(GERD) epigastrium selama 10-60 minumantasida
menit
Trauma atau kram Nyeri yang konstan Dapat dipicu dengan palpasi
otot atau Pergerakan dinding dada
atau lengan
lnfeksi
Herpes Rasa nyeri seperti terbakar Adanya ruam, distribusi sesuai
zoster pada daerah distribusi dermatom.
dermatom Parestesia lokal sebelum
timbul ruam.
Tidak ada Perubahan EKG.
Nyeri dada kardiak tipikal timbul akibat iskemia atau infark miokard akut
yang disebabkan ruptur plak aterosklerosis pada pembuluh darah koroner
dan menyebabkan sumbatan baik total maupun subtotal. Manifestasi klinis
nyeri dada yang tipikal ;
82
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
. Kualitas -
Nyeri seperti diremas, menahan beban berat, mencekik
atau adanya rasa tidak nyaman di dada. Angina biasanya tidak bersifat
tajam seperti ditusuk dan tidak berubah kualitasnya bila ada perubahan
posisi atau respirasi.
. Durasi - Episode angina biasanya hilang timbul, berlangsung selama
beberapa menit. Nyeri yang konstan da-n berlangsung terus-menerus
selama beberapa jam biasanya bukan angina
. Lokasi - biasanya substernal, namun sering disertai penjalaran ke
leheri rahang, epigastrium, atau lengan. Nyeri yang berlokasi di atas
mandibula, bawah epigastrium atau pada daerah lateral dinding dada
biasanya bukan angina (Gambar 4.1)
Ierlokasir (tepat Kombinast umum: Iengah dada dan bagian alas abdomef,.
dibawah lulang dada) tengah dada, leher dan lsgan bagran dalam. dmana seflngkali salah
atau rahano Lengan kii dan bahu duga *bagar gangguan
daerah yang l6bih ,uas lebjh sering lerkena pen@maan
pada bagran tflgah danpada sisr kanan
dada. alau pada rclunlh
dada bagian alas
Daorah yang lebih luas Bagian bawah tengah Bagian dalam lengan Diantara dua ujung
pada dada, leh€t rahang leh€r hingga kedua sisi kanan. mulai dari ketiak tulang belikal
dan longan bagaan dalam leher bagian atas; dan hingga ke bawah s,kui
rahang, nlular dari bagian dalam lengan kifl
telinga yang satu ke hrngga pinggang. Sisr
telingan yang larnnya. kiri lengan dan bahu
lebih serng terkena
dariDada sisi kanan
83
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Angina tipikal
. Angina yang. khas yaitu nyeri dada retrosternal, kualitas dan durasinya
. Timbulnya angina dipicu oleh aktivitas fisik dan atau emosi
Angina berkurang bila istirahat atau dengan pemberian Nitrat
Angina atipikal
. Bila angina hanya memenuhi 2 karakteristik di atas
Angina nonkardiak
. Bila hanya memenuhi 1 atau tidak ada satu pun
84
Anamnesisdan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
lain. Nitrat juga dapat mengurangi gejala sesak akibat gagaljantung karena
dapat mengurangi aliran darah balik vena, dan juga dapat mengurangi nyeri
spasme otot polos terutama pada esofagus dan kolik batu empedu.
SESAK NAPAS
Sesak napas dapat disebabkan oleh penyakitjintung atau penyakit lainnya.
Gejala sesak napas yang berkaitan dengan penyakitjantung bisasanya dipicu
oleh aktivitas fisik karena kegagalan pompa jantung untuk mengkompensasi
kebutuhan yang meningkat dan dikenal dengan istilah dyspneu d?ffort.
Gejala sesak napas yang timbul jika pasien tidur telentang disebut
ortopnu, hal ini karena edema paru interstisial yang tersebar ke paru bagian
atas dan bawah pada posisi terlentang sehingga oksigenasi darah terganggu.
Pada anamnesis pasien menyatakan .1ika tidur perlu dua atau tiga bantal
untuk mengurangi sesak napas.
Selain itu, ortopnu juga sering ditemukan pada keadaan penyakit
apikal paru. Ventilasi apikal paru yang berkurang pada beberapa penyakit
menyebabkan pasien mengalami deoksigenasi saat berbaring, ketika aliran
darah ke apikal paru meningkat. Saat pasien beralih ke posisi duduk, aliran
darah paru terutama berada pada bagian basal paru, sehingga rasio ventilasi/
perfusi membaik.Penyebab ortopnu lainnya: asites masif, kehamilan, paralisis
otot diafragma, pneumonia berat, dan efusi pleura bilateral.
Gejala poroxysmoL nocturnol dyspneo (pND) adalah sesak napas berat
yang membangunkan pasien dari tidurnya di malam hari. Hal ini terjadiakibat
kegagalan mendadak ventrikeljantung untuk memompa darah karena ada
kenaikan tekanan baji pulmonal mendadak yang menyebabkan transudasi
cairan ke daerah interstisial paru sehingga menyebabkan sesak.
Gejala sesak akibat gagal jantung seringkali sulit dibedakan dengan
sesak akibat penyakit paru. oleh karena itu riwayat penyakit sebelumnya
sangat penting untuk diketahui. Misalnya pada pasien dengan riwayat
infark miokard dan hipertensi gejala sesak lebih mungkin disebabkan oleh
gagaljantung. Berikut adalah tanda dan gejala menyertai sesak yang lebih
mengarah pada kelainan jantung yaitu;
. Adanya riwayat kelainan atau sakit jantung seperti infark miokard
. Adanya gejala ortopnu ataupun PND
. Tidak ada mengi
. Denyut apeksjantung yang abnormal
85
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
86
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
EDEMA
Edema tungkai bilateral bisa disebabkan oleh gagaljantung kongestif atau
gagal jantung kanan sekunder akibat penyakit lain seperti penyakit paru
kronis. Bila gagal jantung makin berat, maka edema akan semakin berat
dan menyebar ke paha, genitalia, dan perut. Pada anamnesis perlu diketahui
jenis obat yang dikonsumsi sebelumnya terutama golongan vasodilator
seperti antagonis kalsium yang mempunyai efek samping edema perifer.
Edema yang tersebar ke seluruh tubuh termasuk diwajah biasanya berkaitan
dengan kelainan sindrom nefrotik.
Berikut adalah petunjuk gejala dan tanda penyerta edema:
PATPITASI
Palpitasi atau perasaan berdebar merupakan gejala yang umum. penting
ditanyakan pada pasien tentang deskripsi palpitasi apakah cepat atau lambat,
87
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
SINKOP
Sinkop adalah penurunan kesadaran sementara akibat anoksia serebral,
biasanya karena aliran darah ke otak yang tidak cukup. Sinkop bisa
merupakan suatu gejala neurologi atau kardiak. Harus dijelaskan kapan
sinkop muncul apakah setelah berdiri lama, timbul mendadak dari posisi
duduk ke berdiri (posturol syncope), saat buang air kecil (micturition syncope),
saat batuk (tussive syncope), atau saat emosi mendadak (vosovagal syncope).
Timbulnya bradikardia yang mendadak sampai terjadinya blok biasanya
berulang disebut Stokes-Adom's attock. Perlu anamnesis mengenai obat-
obatan yang dapat menyebabkan bradikardia seperti digoksin, penyekat
beta atau antagonis kalsium. Beberapa hal yang dapat membantu
menentukan penyebab sinkop yang terjadi:
a. Sinkop vasovagal
- Onset pada usia remaja atau sekitar usla 20 tahun
- Timbul sebagai reaksi stres emosional
- Berhubungan dengan gejala muntah
- Kehilangan kesadaran yang sangat singkat
- Tidak ada gejala sisa neurologis ketika tersadar dari sinkop
b. Sinkop ortostatik
- Timbul saat mendadak berdiri dari posisi duduk atau berbaring
- Durasi sinkop sangat singkat
- Biasa timbul pada pasien yang sedang puasa atau dehidrasi
- Tekanan darah rendah
- Riwayat minum obat anti hipertensi
c. Sinkop situasional
- Timbul pada kondisi tertentu sepertu berkemih atau batuk-batuk
88
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
d. sinkop yang berkaitan dengan ejeksi ventrikel kiri yang rendah misalnya
pada stenosis aorta atau kardiomiopati obstruktif
- Timbul pada saat aktivitas yang memberat
89
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
periferyang lanjut dapat ditemukan gejala ekstremitas dingin, kebas, dan nyeri
bahkan pada saat tidak bergerak atau keadaan diam. Gejala penyakit vaskular
periferyang perlu dievaluasi adalah nyeri, pucat, denyutyang berkurang atau
tidak ada, parastesia, dingin, dan lemah' Beberapa hal yang penting untuk
dianamnesis pada pasien dengan kecurigaan penyakit vaskular perifer:
. Apakah ada rasa nyeri pada tungkai yanglimbul saat berjalan
. Lokasi nyeri
. Berapa jauh dapat berjalan sebelum timbul nyeri
. Apakah nyeri berkurang bila berhenti berjalan
. Apakah nyeri pernah timbul dalam keadaan diam
. Apakah ada perubahan warna kulit pada tungkai
. Apakah pernah timbul luka atau ulkus pada tungkaiyang sukar sembuh
. Apakah ada riwayat strok atau penyakitjantung koroner
. Kebiasaan merokok
a. Hipertensi
- Kapan pertama kali didiagnosis hipertensi
- Obat-obatan anti hipertensi apa saja yang dikonsumsi
- Keteraturan minum obat
b. Hiperlipidemia
- Kadar kolesterol bila telah diperiksa atau diketahui sebelumnya
- Adanya obesitas
- Kebiasaan minum alkohol
- Obat-obatantihiperlipidemia yang dikonsumsi
c. Diabetes
- Diabetes sudah dikenal sebagai faktor risiko ekuivalen dengan PJK
90
Anamnesisdan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
e. Kebiasaan merokok
- Berapa lama riwayat merokok
- Berapa lama sudah berhenti merokok
f. Riwayat keluarga
- Adakah keluarga yang meninggal mendadak
- Adakah keluarga yang mengalami serangan jantung dan di usia berapa
g. Gigimulut
- Kebersihan gigi dan mulut berpengaruh pada kelainan jantung
terutama dengan kelainan katup yaitu penyakit jantung reumatik
- Apakah ada masalah dengan kebersihan gigi dan mulut
- Adakah riwayat infeksi gigi atau gusi
FATIQUE
Fotique atau kelelahan adalah gejala yang sangat umum. Fotique dapat
disebabkan berkurangnya curah jantung seperti pada gagal jantung dan
berkurangnya suplai aliran darah ke otot skeletal yang menyebabkan gejala
lemah.
91
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
. Atrium kiri
Katup pulmonal
Katup Aorta
Katup mitral
Ventrikel kiri
Venkikel kanan
Struktur penunjang
Posisi Pasien
Pada saat melakukan pemeriksaan fisis kardiovaskular, posisi pasien yang
benar sangat penting. Pasien berbaring di tempat tidur dengan sudut 45
derajat dari garis sejajar dengan lantai. Posisi ini terutama untuk pengukuran
JVP.
Keadaan Umum
. Setelah pasien berbaring dengan posisi 45 derajat, mulai dilakukan
observasi dengan menilai keadaan umum misalnya apakah tampak
sesak, lemah atau pucat. Setelah melihat secara keseluruhan, lanjutkan
dengan pemeriksaan tanda vital. Beberapa penampilan umum yang
berhubungan dengan kelainan kardiovaskular meliputi:
92
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah adarah bagian penting pemeriksaan fisis
kardiovaskular. Pemeriksaan tidak rangsung yang biasa digunakan adarah
dengan sphygmomonometer. Tekanan darah sistorik adarah tekanan puncak
tertinggi yang timbul pada pemburuh darah arteri segera seterah ventriker
berkontraksi atau mengalami fase sistolik. Tekanan darah diastolik adalah
tekanan darah terendah saat tekanan menurun selama fase diastolik
ventrikel. Tekanan darah normal menurut Joint Nationol Comittee (JNC)
Vll:
sistolik < 140 dan diastolik < 90 mmHg.
Tekanan darah diukur dengan manset alau cuffyanq dilingkarkan pada
lengan atas dengan pusatnya pada arteri brakialis (Gambar 4.3). pada
pengukuran tekanan darah cuff dikembangkan sampai penuh dan
denyut
arteri menghilang lalu dikempiskan perlahan-lahan 3-4 mmHg per detik
sampai denyut arteri kembali.
93
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Lima bunyi yang berbeda akan terdengar pada saat cuff dikempiskan
pada tiap
yang disebut bunyi Korotkoff. Berikut adalah bunyi Korotkoff
fasenya:
(Korotkoff l)'
Tekanan sistolik adalah bunyi pertama yang terdengar
Penurunantekanansecaraperlahanterusdilanjutkan.Tekanandiastolik
adalah saat bunyi hilang (Korotkoff V)'
Di samping identifikasi setiap fase tersebut' ada yang dinamakan
"ouscultotory gop"/celah suara. Celah suara ini terdapat di bawah tekanan
Pada fibrilasi
sistolik, kemudian suara akan timbul kembali saat akan diastolik.
atrial,untukpengukurantekanandarah,tekanansistolikadalahpadawaktu
sebagianbesarsikluskontraksijantungataufasesistolikberada.Sedangkan
menghilang'
untuk diastolik yaitu pada waktu sebagian besar bunyijantung
Bilapemompaankurangtinggi,tekanandarahsistolikakandinilai
pustaka' tekanan
terlalu rendah akibat adanya celah suara ini' Pada beberapa
94
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
diastolik dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah saat awal fase 4, dan
kedua adalah saat awal fase 5, hal ini biasanya pada anak - anak, atau apabila
suara terdengar sampai mendekati 0 mmHg.
Americon Heort Associotion (AHA) mengeluarkan petunjuk melakukan
pemeriksaan tekanan darah yang baik. Naskah lengkap dapat dilihat dari
rujukan referensi, secara singkat tercantum pada tabet 4.G.
Pasien harus dalam keadaan tenang, sudah istirahat 5 menit. pastikan lengan
yang digunakan untuk pengukuran bebas dari pakaian sempit, tidak ada fisiula
arteriovenosa untuk dialisis atau tanda limfedema (terlihat setelah diseksi
kelenjar getah bening aksila atau radiasi aksila)
Pasien duduk di kursi dengan sandaran, kaki menapak lantai, lengan beristirahat
di meja atau topangan lain, posisikan lengan sehingga arteri brakialis sejajar
dengan jantung dan sedikit fleksi pada siku.
3 Palpasi arteri brakialis untuk mengkonfirmasi adanya pulsasi.
4 Balon di dalam manset harus melingkupi paling tidak 80 % lingkar lengan pada
orang dewasa, bila manset terlalu kecil harus dicatat.
Bagian tengah balon diposisikan pada arteri brakialis, ikatan manset jangan
terlalu kencang, dan batas bawah manset berada 2 cm di atas fossa-cubtti,
untuk memberi ruangan peletakan stetoskop.
Manometer diletakkan sedemikian, sehingga kolom pem-bacaan berada
sejajar garis pandangan mata, dan selang manset ke manometer tidak terlipat.
Manset dikembangkan secepatnya sampai 70 mmHg, lalu naik pelan - pelan
10 mmHg sampai denyut nadi radialis hilang, untuk menghindari kesalahan
menganggap celah suara sebagai sistolik.
Stetosko! menggunakan frekuensi rendah (bel1), kanula kuping diposisikan
agak miring sedikit ke anterior sedemikian sehingga pas di tempatnya.
Kepala stetoskop diletakkan di atas fossa cubiti, daerah medial, di atas arteri
brakialis, di bawah batas bawah manset, kepala stetoskop sebaiknya tidak
diselipkan di manset karena dapat mengacaukan bunyr, terutama pada
penggunaan be11.
95
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pada saat inspirasi, tekanan darah sistolik dan diastolik akan menurun
karena tekanan intratorasik yang rendah dan darah berkumpul di pembuluh
paru dan akan mengurangi pengisian ventrikel kirijantung. Pulsus porodoxus
'10 mmHg saat inspirasi
adalah penurunan tekanan darah yang berlebihan >
(bukan sebaliknya). Hal ini dapat ditemukan pada perikarditis konstriktif,
efusi perikardial dan asma berat. Pulsus paradoksus dapat dideteksi dengan
menurunkan tekanan perlahan -
lahan, awalnya hanya akan terdengar
pulsasi pada saat ekspirasi, kemudian setelah diturunkan lebih lanjut akan
sampai tekanan ketika pulsasi terdengar pada saat inspirasi dan ekspirasi
Variasi tekanan darah dapat berbeda tiap waktu pada seseorang. Deviasi
standard untuk perubahan tekanan darah antara visit adalah 12 mmHg
untuk sistolik dan 8 mmHg untuk diastolik.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah > 140/90 mmHg.
Pemeriksaan tekanan darah seharusnya dilakukan pada saat pasien berdiri
dan berbaring. Bila TD berbaring lebih tinggi > 15 mmHg untuk sistolik dan
>10 mmHg untuk diastolik dibandingkan saat berdiri maka hal ini disebut
hipotensi postural. Penyebab hipotensi postural antara lain hipovolemia,
hipopituitarisme, penyakit Addison, neuropati autonomik, obat-obatan
antihipertensi, idiopatik.
96
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
97
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
98
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
a. Bradikardia
- lrama regular
- Fisiologis: misalnya pada atlit atau sedang tidur
- Obat misalnya obat penyekat beta, digitalis, amiodaron
- Hipotiroidisme: akibat menurunnya aktivitas saraf simpatis
- Hipotermia
- Peningkatantekananintrakranial
- lnfark miokard
- Bradikardia paroksismal. Sinkop vasovagal
- lkterus: pada kasus yang berat di mana terdapat deposisi
bilirubin pada sistim konduksi jantung
- lrama iregular
- Sinus aritmia
- Fibrilasi atrial
- Block AV derajat 2
- PuLse deficit pada fibrilasi atrial, bigemini ventrikel
b. Takikardia
- lrama regular
- Sirkulasi hiperdinamik: misalnya pada syok, demam, olahraga,
tirotoksikosis, ansietas, anemia, kehamilan, fistula arterivenosa,
beri-beri
99
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
- Gagal jantung
- Perikarditiskonstriktif
- Obat-obatan: misalnya salbutamol (obat asma), atropine
- Varian normal
- Takikardia atrial multifokal
- Takikardia ventrikel
- TakikardiasuPraventrikel
- lnfark miokard
- Miokarditis
- Fluter atrial
. lrama iregular
- Fibrilasi atrial dapat disebabkan: infark miokard, tirotoksikosis,
emboli paru, miokarditis, ketidakseimbangan elektrolit
misalnya hipokalemia
- Takikardia atrial dengan variasi blok
- Takikardia atrial multifokal
Pemeriksaan Kepala
Pada kepala/wajah dapat ditemukan petunjuk kemungkinan kelainan
jantung. Pada pasien gagaljantung, adanya tanda ikterus dapat timbul akibat
gagaljantung berat yang menyebabkan kongesti dan gangguan fungsi hati
Pemakaian katup jantung protesa dapat menyebabkan hemolisis darah dan
juga menyebabkan hiperbilirubinemia.
Xanthelasma adalah deposit lemak berewarna kuning pada sekeliling
mata dan berhubungan dengan hiperlipidemia tipe lll. Arcus senilis adalah
garis lengkung kelabu yang berada di sekitar mata dan berkaitan dengan
risiko kard iovaskular. 81ue sc lero pada osteogenesis imperfecta berhubunga n
dengan regurgitasi aorla. Ptechie pada konjungtiva dapat ditemukan pada
endokarditis. Konjungtivitis dapat merupakan bagian dari penyakit Reiter,
sedangkan penyakit Reiter dapat menyebabkan perikarditis, regurgitasi
aorta, dan pemanjangan interval P-R.
Pada cuping telinga, dapat ditemukan lipatan diagonal ("diogonal
creose")yang merupakan tanda risiko PJK, demikian pula keberadaan rambut
telinga sering dihubungkan dengan risiko PJK meskipun tidak terlalu kuat.
Beberapa facies dikenal memiliki korelasi kuat dengan kelainan
kardiovaskular; seperti tercantum pada tabel 4.8.
100
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisrs Kardiovaskular
Pemeriksaan Mulut
sianosis dapat dilihat pada bibir dan lidah (yang dikenal sebagai sianosis
sentral). Perhatikan bila ada lengkungan arkus palatinum yang tinggi yang
merupakan tanda dari sidrom Marfan yaitu kondisi yang berkaitan dengan
adanya dilatasi dan regurgitasi aorta serta regurgitasi mitral. lnfeksi gigidan
gusi bisa menjadi sumber infeksi pada endokarditis. ptechiae pada mukosa
mulut juga dapat merupakan tanda endokarditis.
101
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gambar 4.5. Pengukuran Tekanan Vena Jugularis (JVP). (a) skematis (b) cara
pengukuran. (c) JVP yang meningkat
LO2
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
103
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Refluks Abdominojugular
Tes refluks abdominojugular merupakan tes untuk mendeteksi adanya
gagaljantung ventrikel kanan subklinis, regurgitasi trikuspid, atau gagal
jantung kiri simtomatik. Penekanan dilakukan pada perut bagian tengah
selama 15 detik ke arah dalam, sebesar tekanan 8 kilogram. Penekanan
dapat dibantu dengan meletakkan manset sphygmomanometer yang
dikembangkan sebagian antara tangan pemeriksa dan abdomen pasien.
Penekanan yang memberikan tekanan sebesar 35 mmHg setara dengan
beban 8 kilogram tersebut. Hundari penekanan pada hati, karena dapat
memberikan rasa tidak nyaman pada kondisi hepatomegali' Penekanan
pada bagian lain dari perut juga dapat menimbulkan refluk ini, karena
alasan inilah istilah hepatojugular refluks mulai ditinggalkan dan
digunakan istilah abdominojugular refluks. Ketika manuver pemeriksaan
hepatojugular refluks maka disebut"auscultatory equivalent" dengan JVP
yang>3cm>15detik.
refluks abdominojugular yang positif mengarahkan kepada kondisi
Tes
gagal kedua ventrikel, dan berhubungan dengan tekanan baji kapiler paru
(PCWP/Pulmonary copillary wedge pressure) > 15 mmHg, tekanan atrium
kanan > 9 mmHg, dan tekanan akhir diastolik ventrikel kanan > 12 mmHg.
Pada prinsipnya tes yang positif menunjukkan kurangnya kemampuan
ventrikel kanan untuk beradaptasi untuk peningkatan venous return.Tesini
juga dapat membantu meningkatkan murmur yang disebabkan regurgitasi
trikuspid, deteksi regurgitasi trikuspid dengan cara ini memiliki sensitivitas
o/o
66 dan spesifisitas 100 %.
Penyebab peningkatan JVP dan refluks abdominojugular positif dapat
dilihat pada tabel 4.9.
104
Anamnesisdan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
Karakteristik denyut atau pulsasi vena jugularis cukup sulit bahkan bagi
yang sudah berpengalaman sekalipun. Terdapat 2 gelombang positif pada
JVP normal. Gelombang pertama disebut gelombang a yang bersamaan
dengan kontraktilitas atrium. Gelombang a juga bersamaan dengan
bunyi jantung 1 dan mendahului denyut arteri karotis. Denyut yang kedua
disebut gelombang v yang menunjukkan pengisian atrium. Gelombang c
menunjukkan kontraksi ventrikel dan penonjolan katup trikuspid ke atrium
kanan selama kontraksi ventrikel isovolumik. Antara a dan v adalah relaksasi
atrium yaitu turunan x dan setelah gelombang v ada turunan y yang
merupakan pengisian ventrikel. Berikut adalah gambaran karakter normal
pulsasi denyut vena jugularis (JVp) (Gambar 4.6):
Bila terdapat pola lain berarti ada kelainan anatomi atau fungsi
kardiovaskular seperti hilangnya gelombang a pada pasien dengan fibrilasi
atrial, atau justru gelombang a yang besar pada pasien hipertensi pulmonal
atau stenosis trikuspid.
105
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Prekordial
lnspeksi. Inspeksi untuk kelainan kulit atau tanda bekas operasi jantung.
Bentuk tulang punggung yang tidak normal seperti kifoskoliosis dapat
mengubah posisi jantung seperti yang terdapat pada sindrom Marfan.
Deformitas tulang yang berat dapat mengganggu fungsi paru dan
menyebabkan hipertensi pulmonal. Tanda lain yang harus diperhatikan
adalah benjolan alat pacu jantung yang biasanya terletak di bawah muskulus
pectoris kanan atau kiri. Cari iktus kordis dengan memerhatikan lokasi apeks
jantung. Posisi apeks normal adalah sekitar 1 cm medial garis midklavikula
pada garis interkostal V kiri.
105
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
107
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
BUNYI JANTUNG
llll
Sistol Diastol
ll
51 52 51 32 51 52
Gambar 4.9. Bunyi Jantung dan Siklus Jantung
Keterangan: 51= bunyijantung 1; 52= bunyijantung 2
108
Anamnesisdan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
lebih tinggi dari bunyi jantung satu, paling baik didengar menggunakan
diafragma stetoskop. Bunyijantung 2 adalah bunyi penutupan katup aorta
dan pulmonal yang menandakan akhir fase sistolik. Katup aorta menutup
mendahului katup pulmonar karena pada akhir sistolik, karena tekanan
sirkulasi pulmonal rendah sehingga terjadi keterlambatan tutupnya katup
pulmonal dibanding-kan dengan aorta. Bias"anya pemisahan bunyi jantung
2 alau splittinq ini cukup jelas dapat didengar terutama pada saat inspirasi
karena pada saat itu aliran darah balik vena ke jantung kanan meningkat.
Bunyi jantung 2 merupakan awal dari fase diastolik yang biasanya lebih
lama dari fase sistolik.
Splitting 52 ada 4 macam, dan spritting 52 merupakan pemeriksaan
auskultasi terpenting, karena dari jenis splitting ini, dapat membantu
diagnosis banding kelainan auskultasijantung. Jenis jenis sptitting SZ ada
-
empat macam:
1. SpLittingFisiologis
Splitting jenis ini ditemukan pada saat inspirasi dan menghilang saat
ekspirasi. splitting ini disebabkan karena pada saat inspirasi, venous
return ke ventrikel kanan bertambah sehingga penutupan katup
pulmonal melambat. pada saat inspirasi juga menyebabkan venous
return ke jantung kiri menurun, sehingga penutupan katup aorta
bertambah cepat.
S,1
II
A2 P2 S1
II
A2 P2
[-h..pi'"d I
Gambar 4.10. Splitting Fisiologis
109
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
llll
51
l--Ek"pi'*i_l
P2 A2 51
fGG.i
I
P2 A2
I
Gambar 4 -1 1. Splitting Po ro d oxico L
llllll
S1
I
A2 P2
Ekspirasi I
51
f h.,"
A2
110
Anamnesisdan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
llffil
51
[Ek.ffi--]
A2 P2 S1
[
II
A2 P2
111
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
llffil
51
I-Ek.,*-
A2 P2 51
[
II
A2 P2
111
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Perubahan lntensitas
Bunyi jantung S1 mengeras terjadi bila katup mitral dan trikuspid tetap
terbuka sampai akhir diastol dan menutup denqan kuat pada awal fase
sistolik. Kelainan ini terjadi pada stenosis mitral di mana lubang katup
yang mengecil akan membatasi pengisian ventrikel sehingga aliran yang
tersendat ini akan terus berlangsung sampai akhir diastolik' Penyebab lain
dari bunyijantung S1 yang mengeras adalah segala hal yang menyebabkan
pemendekan waktu peng-isian ventrikel. Sebaliknya, bunyijantung S1 yang
melemah dapat disebabkan oleh fase diastolik yang memanjang seperti
pada blok AV derajat 1.
112
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
51
lffi
52 53
tffi
32 53
_l S1
[-bt"{il-l l--pi";t"rk
Gambar 4.14. Diagram Bunyi Jantung 53
Bunyi Jantung 54
Bunyi jantung 54 adalah bunyi jantung pada fase akhir diastolik akibat
kontraksi atrium menyebabkan pengisian cepat, dan menyebabkan tegangan
ventrikel atau jaringan atrio-ventrikular yang cepat, paling baik didengar
menggunakan bell stetoskop karena bernada rendah. Bunyi 54 kiri terjadi
akibat kurangnya complionce ventrikel kiri pada stenosis aorta, regurgitasi
mitral akut, hipertensi, penyakit jantung iskemik dan usia lanjut.
Bunyi 54 yang terdengar atau bahkan terpalpasi biasanya selalu
menunjukkan kelainan peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel, namun
juga menunjukkan bahwa kontraksi atrial masih baik, curah jantung masih
normal, dan diameter ventrikel masih normal.
Bunyijantung 54 kanan terjadi pada kurangnya complionce ventrikel
kanan seperti pada hipertensi pulmonal atau stenosis pulmonal. Bunyi gallop
53 dan 54 dapat menyatu menjadi galop sumasi dan bunyi galop terdengar
hanya satu bunyijantung pada pasien dengan denyutjantung yang cepat
atau takikardia. Pada fibrilasi atrial 54 tidak terdengar karena tidak adanya
kontraksi atrial yang adekuat.
113
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
S4 51 52 54
I 51 S2
t-bt"rk_l
Gambar 4.15. Diagram Bunyi Jantung 54
114
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
Tumor plop adalah bunyijantung pada fase awal diastolik akibat tangkai
tumor atau massa di atrium jantung yang mobile dan terdorong ke arah
katup mitral atau trikuspid pada saat kontraksi atrium. Bunyi ini sangatjarang
dan ditemukan kurang lebih hanya 10% pada pasen dengan myxoma atrium.
Diastolik pericardial knock adalah bunyi yang terjadi akibat
terhentinya pengisian ventrikel secara mendadak pada perikarditis konstriktif.
Kotup jantung proteso kadang - kadang menimbulkan bunyi yang
khas. Pemasangan pacu jantung pada ventrikel kanan kadang-kadang
menimbulkan bunyi klick yang bernada tinggi pada akhir diastolik akibat
kontraksi dinding dada dan disebutpocemoker sound.
MURMUR JANTUNG
Pada saat menemukan murmur jantung pada pemeriksaan fisis,
beberapa hal harus dicermati dan diketahui untuk menentukan
karakteristik murmur yaitu timing atau fase waktu terjadinya murmuI daerah
katup mana yang paling jelas terdengar, seberapa kerasnya dan rendah-
tingginya bunyi jantung, efek manipulasi valsava atau pernapasan pada
murmuI dan temuan pemeriksaan fisis lainnya yang menunjang. Karakteristik
murmur tertentu cukup khas untuk kelainan katup tertentu seperti murmur
diastolik dan opening snap pada stenosis mitral.
1. Perhatikan waktu/fase timbulnya murmur
a. Murmur sistolik
Murmur sistolik terjadi pada fase sistolik atau kontraksi ventrikel
jantung. Murmur sistolik dapat terjadi pada seluruh fase sistolik
yaitu murmur pansistolik, saat ejeksi sistolik atau akhir fase
sistolik. Murmur pansistolik terjadi akibat ada perbedaan atau
gradien tekanan antara ruang jantung dan pembuluh darah yang
berhubungan. Pada regurgitasi mitral, saat darah mengalir dari
ventrikel ke aorta, terjadi kebocoran aliran darah ke ruang jantung
yang bertekanan lebih rendah yaitu atrium dan terjadi turbulensi
aliran. Murmur sistolik juga dapat ditemukan regurgitasi trikuspid
dan VSD.
Murmur ejeksi sistolik atau mid ejection systolic tidak terjadi
pada fase awal sistolik tetapi intensitas akan meningkat dan paling
tinggi terdengar pada pertengahan fase sistolik dan menurun
115
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Murmur Diastolik
Murmur diastolik terjadi pada fase diastolik atau pengisian ventrikel
jantung. Murmur diastolik biasanya lebih sulit didengar dibandingkan
dengan murmur sistolik karena bernada rendah dan suaranya lebih
lembut daripada murmur sistolik.
Eorly diostolic murmur adalah murmur yang terjadi pada fase
awal diastolik yaitu bunyijantung 52 dan kualitas decrescendo,yaitu
116
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
W@
I lrT_lu,_,F@
Gambar 4.16. Murmur
Keterangan:
A. Murmur Presistolik (seperti pada Stenosis Mitral)
B. Murmur Holosistolik (seperti pada Regurgitasi Trikuspid / Mitral berat,
VSD tanpa hipertensi paru)
C. Bunyi Ejeksi dan Murmur Sistolik Crescendo - Decrescendo (seperti pada
Stenosis Aorta Bikuspid)
D. Bunyi Ejeksi dan Murmur Sistolik Crescendo - Decrescendo mencapai p2
(seperti pada Stenosis Pulmonal Bikuspid)
E. Murmur Diastolik awal Decrescendo (seperti pada Regurgitasi Aorta
atau Pulmonal)
F. Opening Snap dan Rumble Mid - Diastolik (seperti pada Stenosis Mitral)
G. 53 dengan Murmur Mid-Diastolik (seperti pada Regurgitasi Trikuspid/
Mitral berat, atau Defek Septum Atrial)
H. Murmur kontinu (seperti pada Duktus Arteriosus paten)
117
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Grade (derajat) 1/6 Sangat lemah dan sulit untuk didengar pertama
kali
Grade (derajat) 2/6 lemah, tapi dapat diidentifikasi oleh dokter yang
berpengalaman
Grade (derajat) 3/6 Moderat, tapi tidak ada thrill
Grade (derajat) 4/6 Keras
Grade (derajat) 5/6 Sangat keras, thrill dapat dipalpasi dengan
mudah
Grade (derajat) 6/6 Dapat didengar walaupun tanpa stetoskop
Secara klinis dalam praktek sehari-hari sistim gradasi murmur ini
berguna untuk evaluasi perubahan intensitas murmur misalnya pada
infark miokard akut. Untuk membedakan nada murmur tinggi atau
rendah memerlukan latihan. Secara umum bunyi bernada rendah
merupakan aliran turbulensi dengan tekanan rendah, sedangkan bunyi
bernada tinggi menandakan aliran dengan tekanan tinggi.
3. Perhatikan area dengan intensitas paling tinggi
Beberapa katup memiliki ciri khas daerah dengan intensitas tertinggi
dan area penjalarannya.
118
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
AUSKUTTASI TEHER
Auskultasi pada leher untuk mengetahui adanya bising/bruit. Murmur akibat
stenosis aorta hampir selalu dapat terdengar di leher. Stetoskop diletakkan
pada bagian anterior dari otot sternomastoid. Bruit arteri karotis dapat
dengan mudah didengarkan dan dapat menunjukkan adanya stenosis arteri
119
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
PUNGGUNG BELAKANG
Pemeriksaan auskultasi pada paru bawah bagian belakang juga merupakan
bagian penting pemeriksaan kardiovaskular. Adanya ronki basah halus
(crackles) pada basal paru bawah belakang menunjukkan tanda gagal
jantung. Murmur yang lebih keras terdengar pada punggung atas mungkin
merupakan tanda koarctatio aorta. Pada saat pasien dalam posisi duduk,
periksa pitting edema pada sakrum yang bisa timbul pada gagal jantung
berat yang lama berbaring.
ABDOMEN
Pemeriksaan abdomen penting dilakukan pada kelainan kardiovaskular. Hal
yang perlu dicari adalah adanya asites dan pembesaran hati yang bisa terjadi
akibat kongesti pada gagal jantung. Tes refluks hepato-jugular yang positif
juga merupakan tanda gagal jantung. Splenomegali kadang-kadang juga
dapat ditemukan pada pasien dengan endokarditis infektif. Pulsasi arteri
abdominal pada sebelah kiri garis tengah abdomen yang terlalu kuat dapat
juga merupakan tanda aneurisma aorta abdominal.
120
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
a. Penyakitkardiovaskular
- Endokarditisinfektif
- Kelainankongenitaljantungsianotik
b. Penyakit paru
- Kanker paru
- lnfeksi kronik paru seperti bronkiektasis, empyema, abses paru
- Fibrosis pada ldiopathic pulmonory Fibrosis
121
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
EKSTREMITAS BAWAH
Palpasi arteri perifer pada femoralis, tibialis, dorsalis pedis dan auskultasi
untuk mencari adanya bruit. Palpasi seluruh ateri perifer pada tungkai.
Periksa adanya edema perifer dan clubbing jarl-jari kaki. Edema diperiksa
dengan melakukan penekanan ke daerah pretibial, kemudian ketika jari
dilepas akan terlihat atau teraba lekukan bekas penekanan jari di daerah
tersebut bila edema pitting. Setelah menemukan ge)ala pitting, sebaiknya
juga dibedakan antara pitting cepat dan lambat, karena masing-masing
tanda tersebut memiliki penyebabnya sendiri.
pitting lambat (>40 detlk) berhubungan dengan kadar albumin
Edema
yang normal, sebaliknya edema pitting cepal berhubungan dengan kadar
albumin yang rendah. Penyebab hipoalbuminemia dapat ditemukan pada
bab lain, sedangkan penyebab edema dengan kadar albumin yang normal
adalah karena adanya hipertensi sistem vena. Hipertensi sistem vena dapat
disebabkan karena kelainan sistemik (gagal jantung kongestif, penyakit
perikardial, regurgitasi trikuspid), atau hipertensi sistem vena regional
(sindrom vena kava inferior; trombosis vena, insufisiensi vena tungkai bawah).
Untuk membedakannya, adanya kelainan pada pemeriksaan JVP refluks
abdominojugular, dan gallop 53 lebih menunjang ke arah kelainan sistemik.
122
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
123
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
DAFTAR PUSTAKA
1. Fang JC, O'Gara PT. The history and physical examination: an evidence -based
approach. ln: Braunwald E, Zipes Dl Libby P', eds; Textbook of Cardiovascular
Medicine, 8th edition. Philladelphia, WB Saunders, 2007
2. Epstein Q Perkin GD Cookson J. The heart & Cardiovascular system. ln: Epstein
O ed. Pocket Guide to Clinical Examination. 3'd ed. London. Mosby Elsevier. 2004
124
Anamnesisdan Pemeriksaan Fisis Kardiovaskular
5. swap cJ, et al: Value of specific components of the chest pain history for the
diagnosis of acute myocardial infarction (AMl), JAMA. 2005t;294:2623-9,
6. Ashley EA, Niebauer J. Cardiology Explained. London. Remedica. 2004.
7. constant J. Essentials of Bedside cardiology 2nd ed. New Jersey. Humana press.
2003.
8.. 'Rosendorff C. Essential Cardiology: principles and practice 2nd ed. New Jersey.
Humana Press. 2005.
125
BAB 5
PENDAHULUAN
Walaupun teknologi kedokteran sudah sangat maju, namun anamnesis
yang baik dan pemeriksaan fisis yang sistematis masih sangat diperlukan
dalam mendiagnosis kelainan sistem respirasi. Banyak gangguan sistem
pernapasan yang dapat ditegakkan diagnosisnya berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis yang baik serta pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan
fungsi ventilasi yang sederhana.
Keluhan yang sering didapatkan pada penyakit paru dan saluran napas:1,2
. Batuk
. Banyak dahak
. Batuk darah
. Nyeri dada.
. Sesak napas.
. Napas berbunyi.
. Keluhan umum lainnya seperti demam, keringat malam, berat badan
menurun.
127
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
didapatkan juga sesak napas dan berat badan yang menurun. Beberapa
penyakit saluran napas (misalnya pneumonia, asma, PPOK dan bronkiehasis)
dapat menimbulkan gejala yang hampir sama yaitu batuk, berdahak
dan sesak napas, namun masing-masing keluhan tersebut menunjukkan
karakteriksitik yang berbeda. Karena itu tidaklah cukup bila hanya
menanyakan adaltidaknya keluhan. Setiap keluhan tersebut perlu diuraikan
secara rinci mengenai awal mula keluhan, lamanya, progresivitas, faktor
yang memperberat/memperingan serta hubungannya dengan keluhan-
keluhan lain.
Batuk
Batuk bisa merupakan suatu keadaan yang normal atau abnormal.
Contoh keadaan normal misalnya batuk-batuk saat makan karena yang
bersangkutan tetap bicara sewaktu mengunyah/menelan makanan. Dalam
keadaan abnormal penyebab tersering adalah infeksi virus yang umumnya
bersifat akut dan self-limiting. Batuk merupakan usaha pembersihan saluran
trakeobronkial, bila usaha pembersihan (cleorance) mukosilier tidak berhasil
dengan cara mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan
saluran napas. Reseptor iritasi untuk batuk terletak di laring, trakea, dan
bronkus besar. Keadaan batuk dilihat juga dengan adanya sputum yang
produktif (batuk berdahak) atau tidak produktif (batuk kering). Batuk
biasanya merupakan suatu refleks sehingga bersifat involunter, namun
dapat juga bersifat volunter. Batuk yang involunter merupakan gerakan
refleks yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik
mulai dari faring hingga alveoli.
Bunyi suara batuk dan keadaan-keadaan yang menyertainya dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis. Batuk ringan yang bersifat non-
explosive disertai dengan suara parau dapat terjadi pada pasien dengan
kelemahan otot-otot pernapasan, kanker paru dan aneurisma aorta torakalis
yang mengenai nervus rekuren laringeus kiri sehingga terjadi paralisis pita
suara. Pasien dengan obstruksi saluran napas yang berat (asma dan PPOK)
sering mengalami batuk yang berkepanjangan disertai dengan napas
berbunyi, dan kadang-kadang bisa sampai sinkop akibat adanya peningkatan
tekanan intratorakal yang menetap sehingga menyebabkan gangguan aliran
balik vena dan penurunan curah jantung. Batuk akibat adanya inflamasi,
infeksi dan tumor pada laring umumnya bersifat keras, membentak dan
nyeri serta dapat disertai dengan suara parau dan stridor. Batuk yang
128
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
disetai dengan dahak yang banyak namun sulit untuk dikeluarkan umumnya
didapatkan pada bronkiektasis. Batuk dengan dahak yang persisten tiap
pagi hari pada seorang perokok merupakan keluhan khas bronkitis kronik.
Batuk kering (non-produktif) disertai nyeri dada daerah sternum dapat
terjadi akibat trakeitis. Batuk pada malam hari yang menyebabkan gangguan
tidur dapat terjadi akibat asma. Batuk dapat disebabkan oleh adanya occult
gostro-oesophogeoL reflux dan sinusitis kronik yang disertai dengan posf-
nosoldrip dan umumnya timbul pada siang hari. penggunaan ACE inhibitor
untuk pengobatan hipertensi dan gagaljantung dapat menyebabkan batuk
kering khususnya pada wanita. Keadaan ini disebabkan karena adanya
bradikinin dan subtansi-P yang normalnya didegradasi oleh angiotensin-
converting enzyme. Batuk yang timbul pada saat dan setelah menelan cairan
menunjukan adanya gangguan neuromuskular orofaring. paparan dengan
debu dan asap di lingkungan kerja dapat menyebabkan batuk kronik yang
berkurang selama hari libur dan akhir pekan.t,z,:
4. Gagaljantung.
5. Efek samping obat penghambat ACE.
Berdahak
Ada 4 jenis sputum yang mempunyai karakteristik yang berbeda:
1. Serous:
- jernlh dan encer, pada edema paru akut.
- Berbusa, kemerahan, pada alveolar cell cancer.
2. Mukoid:
- jernih keabu-abuan, pada bronkitis kronik.
- Putih kental, pada asma.
129
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
3. Purulen:
- Kuning, pada pneumonia,
- Kehijauan, pada bronkiektasis, abses paru.
4. Rusty (Blood-stoined):
- kuning tua/coklat/merah-kecoklatan seperti warna karat, pada
Pneumococcal pneumonio dan edema paru.
1. Jumlah
Produksi sputum purulen yang banyak dan dipengaruhi posisi tubuh
khas untuk bronkiektasis. Produksi sputum purulen dalam jumlah besar
yang mendadak pada suatu episode menunjukkan adanya ruptur abses
paru atau empiema ke dalam bronkus. Sputum encer dan banyakyang
disertai dengan bercak kemerahan pada pasien dengan sesak napas
mendadak menunjukan adanya edema paru. Sputum yang encer dan
banyak bisa juga didapatkan pada alveolor cell concer.l'3
2. Warna
Warna sputum dapat membantu dalam menentukan kemungkinan
penyebab penyakit (Gambar 5.1). Sputum yang jernih atau mukoid
selain didapatkan pada PPOK (tanpa infeksi) bisa juga ditemukan akibat
adanya inhalasi zat iritan. Sputum kekuningan bisa dldapatkan pada
infeksi saluran napas bawah akut ( karena adanya neutrofil aktif), dan
juga pada asma (karena mengandung eosinofil). Sputum kehijauan
yang mengandung neutrofil yang mati didapatkan pada bronkiektasis
dan dapat membentuk 3 lapisan yang khas yaitu lapisan atas yang
mukoid, lapisan tengah yang encer dan lapisan bawah yang purulen.
Sputum purulen biasanya berwarna kehijauan karena adanya sel-sel
neutrofil yang lisis serta produk hasil katabolismenya akibat adanya
enzim green-pigmented enzyme verdoperoxidose. Pada pneumococcol
pneumonio stadium awal dapat ditemukan sputum yang berwarana
coklat kemerahan akibat adanya inflamasi parenkim paru yang melalui
fase hepatisasi merah. Sputum berwarna coklal (Blood-stoined sputum)
menunjukan adanya hemoglobin/sel eritrosit. Sputum yang berbusa
dengan bercak darah yang difus dapat ter1adi pada edema paru akut
(Gambar 5.11.t'z':'a
130
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
Gambar 5.1. Berbagai Macam Warna Sputum. (A) putih. (B) Kuning. (C) Hijau.
(D) Warna Karat (Merah Kecoklatan).
3. Bau sputum
Sputum yang berbau busuk menunjukan adanya infeksi oleh kuman-
kuman anaerob dan dapat terjadi pada bronkiektasis dengan infeksi
sekunder, abses paru dan empiema.
4. SoLid moterial
Pada asma dan ollergic bronchopulmonory ospergil/osis dapat terjadi
akumulasi sekret yang kental pada saluran napas. Bila sekret ini
dibatukkan keluar akan tampak struktur yang menyerupai cacing yang
merupakan cetakan bronkus.
Batuk Darah
Batuk darah (hemoptisis) terjadi karena adanya darah yang dikeluar kan
pada saat batuk yang berasal dari saluran napas. Batuk darah dapat
bervariasijumlahnya mulai dari bercak da rah (blood-streaked sputum) hingga
batuk darah masif. Hemoptisis dengan sputum purulen dapat terjadi pada
bronkiektasis terinfeksi.. Batuk darah masif yang potensial fatal sering
didapatkan pada bronkiektasis, tuberkulosis dan kanker paru.1,3,4 penyakit
paru yang menyebabkan hemoptisis:
131
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Nyeri Dada
Nyeri dada dapat berasal dari dinding dada, pleura dan organ-organ
mediastinum.l Paru mendapatkan persarafan otonom secara eksklusif
sehingga tidak dapat menjadi sumber nyeri dada. Nyeri dada harus diuraikan
secara rinci yang mencakup lokasi nyeri serta penyebarannya, awal mula
kel uhan, derajat nyeri, faktor yang memperberat/merin gankan misalnya
efek terhadap pernapasan dan pergerakan.
1. Nyeri pleura
Karakteristik nyeri pleura bersifat tajam, menusuk dan semakin berat
bila menarik napas atau batuk. lritasi pleura parietal pada daerah 6 iga
bagian atas dirasakan sebagai nyeri yang terlokalisir, sedangkan iritasi
pada pleura parietal yang meliputi diafragma yang dipersarafi oleh
nervus prenikus dirasakan sebagai nyeri yang menjalar ke leher atau
puncak bahu. Enam nervus interkostalis bagian bawah mempersarafi
pleura parietal bagian bawah dan lapisan luar diafragama sehingga nyeri
pada daerah ini dapat menjalar ke abdomen bagian atas.
2. Nyeridinding dada
Nyeri pada dinding dada dapat terjadi akibat adanya gangguan pada
saluran napas maupun kelainan pada muskuloskeletal. Tidak jarang
pasien dengan batuk atau sesak napas yang kronik (pasien asma dan
PPOK) mengalami rasa nyeri yang difus. Ada beberapa gejala yang
dapat membedakan antara nyeri pleura dan nyeri dada. Nyeri yang
timbul mendadak dan terlokalisir setelah mengalami batuk-batuk yang
hebat atau trauma langsung menunjukan adanya injuri pada otot-otot
interkostal ataupun fraktur iga. Herpes zoster dan kompresi pada radiks
nervus interkostalis dapat menyebabkan nyeri dada pada daerah yang
sesuai dengan distribusi dermatom. Nyeri dada akibat kanker paru,
mesotelioma dan metastase pada tulang umumnya bersifat tumpul,
iritatif, tidak berhubungan dengan pernapasan dan semakin memberat
secara progresif. Nyeri akibal Pancoost tumor pada apeks paru akibat
132
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
erosi pada iga 1 sering kali menjalar ke lengan bagian medial akibat
adanya invasi pada radiks pleksus brakhialis bagian bawah.
3. Nyeri mediastinum
Nyeri mediastinum mempunyai ciri-ciri yaitu bersifat sentral/retrostrenal
serta tidak berkaitan dengan pernapasan ataupun batuk. Namun
demikian nyeri yang berasal dari trakhqa dan bronkus akibat infeksi
maupun iritasi oleh debu-debu iritan dapat dirasakan sebagai rasa panas
pada daerah retrosternal, yang semakin berat bila pasien batuk. Nyeri
tumpul yang bersifat progresif sehingga mengganggu tidur dapat terjadi
akibat adanya keganasan pada kelenjar getah bening mediastinum
atau akibat timoma. Tromboemboli paru masif yang menyebabkan
peningkatan tekanan ventrikel kanan dapat menyebabkan nyeri sentral
yang menyerupai iskemia miokard.
Sesak Napas
Orang yang sehat dalam keadaan normal tidak menyadari akan
pernapasannya. Sesak napas (dispnea) merupakan keluhan subyektif yang
timbul bila ada perasaan tidak nyaman maupun gangguan/kesulitan lainnya
saat bernapas yang tidak sebanding dengan tingkat aktivitas.ala Rasa
sesak napas ini kadang-kadang diutarakan pasien sebagai kesulitan untuk
mendapatkan udara segal rasa terengah-engah atau kelelahan. Variasi
dispnea adalah:
133
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
memberat dalam waktu beberapa minggu, bulan atau tahun (akibat efusi
pleura, PPOK, TB paru ,anemia, gangguan otot-otot pernapasan). Sesak
napas akibat gangguan psikis seringkali timbul mendadak di mana pasien
mengeluh tidak dapat menghirup cukup udara, sehingga harus menarik
napas dalam. Keluhan sesak ini dapat disertai dengan keluhan lainnya seperti
pusing, kesemutan pada jari-jari dan sekitar mulut, dada rasa penuh dan
walaupun jarang dapat disertai sinkop.
Keadaan atau aktivitas apa yang dapat menimbulkan sesak perlu
diketahui, karena dapat memberi petunjuk akan kemungkinan penyebabnya.
Sesak saat berbaring (ortopnu) seringkali didapatkan pada pasien dengan
gagaljantung kiri dan pasign dengan kelelahan otot-otot pernapasan akibat
keterlibatan diafragma. Namun demikian ortopnea ini dapat juga terjadi
pada semua peyakit paru yang berat. Sesak yang menyebabkan pasien
terbangun pada malam hari merupakan gejala khas asma dan gagaljantung
kiri. Pasien asma umumya terbangun di antara jam 03.00-05.00 dan disertai
dengan mengi. Sesak napas yang berkurang pada setiap akhir pekan atau
pada saat hari libur menunjukan kemungkinan adanya asma akibat kerja.
Pada asma perlu ditanyakan adanya paparan dengan alergen atau iritan
yang kemungkinan sebagai pencetus sesak napas. Derajat beratnya sesak
napas harus ditentukan dengan mengkaitkannya dengan aktivitas sehari-
hari. Sesak napas sering ditemukan pada keadaan/penyakit:
c. Anxietas/psikosomatik
134
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
Agar dapat melakukan pemeriksaan fisis paru dengan baik perlu dipelajari
mengenai anatomi dinding dada dan paru (Gambar 5.2)2
Processus Xyphoideus
AnguLus costoe
135
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Iga
Gambar 5.3. Dinding Dada Bagian Anterior (A) dan Posterior (B).
135
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
Garis
midsternalis
Garis aksilaris
posterior
Garis
midklavikula Garis aksilaris
media
Garis skapularis
Garis vertebralis
t37
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan dada dan paru bagian depan dilakukan pada pasien dengan
posisi berbaring terlentang, sedangkan pemeriksaan dada dan paru belakang
pada pasien dengan posisi duduk. Pada saat pasien duduk kedua lengannya
menyilang pada dada sehingga kedua tangan dapat diletakkan pada
masing-masing bahu secara kontralateral. Dengan cara ini kedua skapula
akan bergeser ke arah lateral sehingga dapat memperluas lapangan paru
yang diperiksa. Pakaian pasien diatur sedemikian rupa sehingga seluruh
dada dapat diperiksa. Pada wanita pada saat memeriksa dada dan paru
belakang maka dada bagian depan ditutup. Pada pasien dengan keadaan
umum yang lemah bila perlu dibantu agar bisa didudukkan sehingga dada
bagian posterior dapat diperiksa. Bila hal ini tidak memungkinkan maka
pasien dimiringkan ke salah satu sisi, kemudian ke sisi yang lainnya.2
Sebelum melakukan pemeriksaan fisis paru maka dilakukan pengamatan
awal untuk mengetahui untuk mengetahui adanya kelainan di luar dada yang
mungkin berkaitan dengan penyakit paru. Selain itu juga diamati apakah ada
suara-suara abnormal yang langsung terdengar tanpa bantuan stetoskop.
Kelainan pada ekstremitas yang berhubungan dengan penyakit paru
seperti:
. Jari tabuh/clubbing pada penyakit paru supuratif (contoh: abses paru,
empiema) dan kanker paru (Gambar 5.6)2'7
. Sianosis perifer (pada kuku jari tangan) menunjukkan hipoksemia
. Karat nikotin, pada perokok berat (Karat nikotin juga dapat ditemukan
pada email gigi penderita).
. Otot-otottangan dan lengan yang mengecil karena penekanan nervus
torakalis I oleh tumor di apeks paru (sindrom Poncoost).
138
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
A.INSPEKSI
139
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
"&&
(A) (B)
Gambar 5.7. Lesi pada Dinding Dada Berupa Parut Bekas Operasi (A) dan
Pelebaran Vena-Vena Superfisial (B).
140
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
Gambar 5.8. Kelainan Dinding Dada Berupa Kifosis (A) dan Skoliosis (B)
(A) (B)
t4t
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
3. Frekuensipernapasan:
Frekuensi pernapasan normal 14-20 kali per menit. Pernapasan kurang
dari 14 kali per menit disebut bradipnea, misalnya akibat pemakaian
obat-obat narkotik, kelainan serebral. Pernapasan lebih dari 20 kali per
menit disebut takipnea, misalnya pada pneumonia, ansietas, asidosis.(2)
4. Jenis pernapasan:
- Torakal, misalnya pada pasien sakit tumor abdomen, peritonitis
umum.
- Abdominal mlsalnya pasien PPOK lanjut,
- Kombinasi (jenis pernapasan ini yang terbanyak).
Pada wanita sehat umumnya pernapasan torakal lebih dominan dan
disebut torako-abdominal. Sedangkan pada laki-laki sehat, pernapasan
abdominal lebih dominan dan disebut abdomino torakal. Keadaan
ini disebabkan bentuk anatomi dada dan perut wanita berbeda dari
laki-laki. Perhatikan juga apakah terdapat pemakaian otot-otot bantu
pernapasan misalnya pada pasien tuberkulosis paru lanjut atau PPOK.
Di samping itu adakah terlihat bagian dada yang tertinggal dalam
pernapasan dan bila ada, keadaan ini menunjukkan adanya gangguan
pada daerah tersebut.
- Jenis pernapasan lain yaitu pursed lips breothing (pernapasan seperti
menghembus sesuatu melalui mulut, didapatkan pada pasien PPOK)
dan pernapasan cuping hidung, misalnya pada pasien pneumonia'
5. Pola pernapasan
- Pernapasan normal:
lrama pernapasan yang berlangsung secara teratur ditandai dengan
adanya fase-fase inspirasi dan ekspirasi yang silih berganti. Pada
gambar 5.10 dapat dilihat gambaran irama pernapasan yanq
normal dan abnormal.2's
- takipnea: Napas cepat dan dangkal.
- Hiperpnea/hiperventilasi: Napas cepat dan dalam.
- Bradipnea: Napas yang lambat.
- Pernapasan Cheyne Stokes;
lrama pernapasan yang ditandai dengan adanya periode apnea
(berhentinya gerakan pernapasan) kemudian disusul periode
hiperpnea (pernapasan mula-mula kecil amplitudonya kemudian
cepat membesar dan kemudian mengecil lagi). Siklus ini terjadi
142
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
Asma
-f\.--l-\-./---'\ PPOK
-1 l
::r" __--. I
I
i,.^n*fl,
l
BiovAtaxic (irreguler Depresi napas karena obat i
dengan periode apnea otak,
Kerusakan
t____
I
panjang khususnya medulla
oblongata
_--_l l
t panjang)
In
---_-'.-'r^llr.- Sighing respiration
L__
Gambar 5.10. Gambaran lrama Pernapasan yang Normal dan Abnormal6
B. PALPASI
Palpasi dinding dada dapat dilakukan pada keadaan statis dan dinamis.
143
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
144
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
145
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gambar 5.12. Pemeriksaan Palpasi Paru Saat Ekspirasi (A) dan Inspiras i(B).8
(A) (B)
Gambar 5.13. Lokasi untuk Pemeriksaan Vocal Fremitus pada Dada Anterior
(A) dan Posterior (B)
t46
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
C. PERKUSI
Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding dada
dengan jari-jari sedikit meregang. .lari tengah tangan kiri tersebut ditekan
ke dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi.
Bagian tengah falang medial tangan kiri tersebut kemudian diketuk dengan
menggunakan ujungjari tengah tangan kanan, dengan sendi pergelangan
tangan sebagai penggerak (Gambar 5.14). Jangan menggunakan poros siku,
karena akan memberikan ketokan yang tidak seragam. Sifat-sifat ketokan
selain didengar; juga harus dirasakan oleh jari-jari.1
c. Redup (dull); bila bagian yang padat lebih banyak dari pada udara
misalnya: adanya infiltrat/ konsolidasi akibat pneumonia, efusi pleura
yang sedang.
147
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan lain yang dilakukan pada paru depan adalah perkusi untuk
menentukan batas paru hati dan paru lambung.
Untuk menentikan batas paru hati dilakukan perkusi sepanjang garis
midklavikula kanan sampai didapatkan adanya perubahan bunyi dari
sonor menjadi redup. Perubahan ini menunjukan batas antara paru dan
hati. Tentukan batas tersebut dengan menghitung mulai dari sela iga ke 2
kanan, dan umumnya didapatkan setinggi sela iga ke 6. Setelah batas paru
hati diketahui selanjutnya dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan
ekspirasi. Pertama-tama pasien dijelaskan mengenai apa yang akan dilakuan,
kemudian letakkan 2 jari tangan kiri tepat dibawah batas tersebut. Pasien
diminta untuk menarik napas dalam dan kemudian ditahan, sementara
itu dilakukan perkusi pada ke 2 jari tersebut. Dalam keadaan normal akan
terjadi perubahan bunyi yaitu dari yang tadinya redup kemudian menjadi
sonor kembali. Dalam keadaan normal didapatkan peranjakan sebesar 2
jari.(Gambar 5.16).'?
Untuk menentukan batas paru lambung dilakukan perkusi sepanjang
garis aksilaris anterior kiri sampai didapatkan perubahan bunyi dari sonor
ke timpani. Biasanya didapatkan setinggi sela iga ke-8. Batas ini sangat
dlpengaruhi oleh isi lambung.
148
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
t49
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
v\
a.*,-)
/\-fr\
l**"* \
Gambar 5.18. Segitiga Garland dan Grocco (A) Serta Garis Ellis Damoiseau (B).
D. AUSKULTASI
150
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
lnspiration Expiration
Gambar 5.19. Gambaran Skematis Suara Napas Vesikular (A) dan Bronkial (B).
1s1
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
152
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
Alveoli.&\
,orr"l-m
Lumen $}a{,
- \'M
bronkial -
terbuka --I9f
L
Vesikular
Gambar 5.21. Suara Napas Pokok Dalam Keadaan Normal dan Abnormal
lanjut dibagi menjadi ronki basah halus dan kasar tergantung besarnya
bronkus yang terkena. Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan
pada bronkiolus, sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli
yang sering disebut krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir
inspirasi. Krepitasi terutama dapat didengar pada fibrosis paru. sifat
ronki basah ini dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrat misalnya pada
pneumonia) ataupun tidak nyaring (pada edema paru).
. Ronki kering: Suara napas kontinyu, yang bersifat musikal, dengan
frekwensi yang relatif rendah, terjadi karena udara mengalir melalui
saluran napas yang menyempit, misalnya akibat adanya sekret yang
kental. Mengi adalah ronki kering yang frekuensinya tinggi dan panjang
yang biasanya terdengar pada serangan asma.
. Bunyi gesekan pleura(Pleurolfriction rug:ferjadi karena pleura parietal
dan viseral yang meradang saling bergesekan satu dengan yang lainnya.
Pleura yang meradang akan menebal atau menjadi kasar. Bunyi gesekan
ini terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
. Hippocrotes succussion: suara cairan pada rongga dada yang terdengar
bila pasien digoyang-goyangkan. Biasanya didapatkan pada pasien
dengan hidropneumotoraks.
. Pneumothorax click: Bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan saat
kontraksijantung, terjadi bila didapatkan adanya udara diantara kedua
lapisan pleura yang menyelimuti jantung.
153
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
L54
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
155
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
156
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
157
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
DAFTAR PUSTAKA
158
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
,-57
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
DAFTAR PUSTAKA
158
Pemeriksaan Fisis Dada dan Sistem Respirasi
5. Bahar A, Suwondo A. Pemeriksaan fisis paru. ln: Markum HMS, ed. penuntun
anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen llmu
Penyakit Dalam FK-Ul, 2005; 103-23.
6. Chan C, Granton J. Approach to respiratory patient. Respirology 2002;1-40.
7. Turner R, Hampton C, Blackwood R. Examination of the Chest. ln: Lecture Notes
on Clinical Skills. Massachusetts: Blackwell Science. 4ed, 2003; 7 6-86.
8. Berg Q Worzala K. Lung and Chest Examination. ln: Atlas of Adult physical
Diagnosis. Philadephia: Lippincot William & Wilkins 2006; 106-29.
159
BAB 5
PENDAHUTUAN
161
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Sistem Biliar
Saluran hati kanan Saluran hati kiri
Saluran pankreas
Saluran
empedu utama Usus halus
162
Pemeriksaan Fisis Abdomen
lt
Gambar 6.2. Traktus Gastrointestinal
153
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
PEMBAGIAN REGIONAT
164
Pemeriksaan Fisis Abdomen
165
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
1. Regio epigastrium
2. Regio hipokondrium kanan
3. Regio hipokondrium kiri
4. Regio umbilikus
5. Regio lumbal kanan
6. Regio lumbal kiri
7. Regio hipogastrium atau regio suprapubik
8. Regig iliaka kanan
9. Regio iliaka kiri
166
Pemeriksaan Fisis Abdomen
Nyeri karena
obstruksi
tP.^Ft"-r-l
I kebahu I
I
;--il
a.
PenFlaran
ke belakan
Lokasi nyeri awal
kemudia menjalal
secara difus l(auda
/
(
=.E, =.E,
NYERI ULKUS NYERI PANKREAS
Gambar 6.5. Proyeksi Nyeri Organ pada Dinding Depan Abdomen
167
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
@
Gambar 6.6. Penentuan Titik Mc Burney (a) Penentuan Garis Schuffner (b)
Pemeriksaan ini dikerjakan dalam 4 tahap, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Keempat tahap tersebut sama pentingnya untuk dilakukan dengan
seksama, meskipun informasi paling banyak didapat dengan palpasi dan perkusi.
INSPEKSI
168
Pemeriksaan Fisis Abdomen
Nyeri karena
obstruksi
i-p.r,ataranl
I ke bahu I
1
r'tt
i l.
l(atda
/
,(
E.E,
NYERI ULKUS NYER! PANKREAS --E,
Gambar 6.5. Proyeksi Nyeri Organ pada Dinding Depan Abdomen
%
Gambar 6.6. Penentuan Titik Mc Burney (a) Penentuan Garis Schuffner (b)
Pemeriksaan ini dikerjakan dalam 4 tahap, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Keempat tahap tersebut sama pentingnya untuk dilakukan dengan
sekama, meskipun informasi paling banyakdidapatdengan palpasi dan perkusi.
INSPEKSI
168
Pemeriksaan Fisis Abdomen
Nausea
Vomitus
Disfagia
Odinofagia
Nyeri epigastrium
Kembung
Nyeri perut
Anoreksia
Diare
Konstipasi
lkterus
Hematemesis melena
Hematokesia
Nyeri dada
Heortburn
Regurgitasi
Halitosis nyeri pada dubur.
Simetris
Dalam situasi normal dinding perut terlihat simetris dalam posisi
terlentang.
Adanya tumor, abses, atau pelebaran setempat lumen usus membuat
bentuk
perut tidak simetris. Pergerakan dinding perut akibat peristaltik dalam
keadaan normal atau fisiologis tidak terlihat. Bila terlihat adanya gerakan
peristaltik usus dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi
sebagai
akibat obstruksi lumen usus baik oreh tumor; perrengketan, strangurasi
maupun hiperperistaltik sementara akibat skibala.
169
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Ketainan Kulit
Perlu diperhatikan sikatriks akibat ulserasi pada kulit, atau akibat operasi
atau luka tusuk. Bekas operasi: apendiktomi, kolesistektomi,laparatomi,
sectia sesareo, nefrektomi atau herniotomi. Pada tempat insisi operasi sering
terdapat hernia insisialis. Kadang-kadang hernia insisialis begitu besar dan
menonjol sampai terlihat peristaltik usus.
Adanya garis-garis putih sering disebut striae olbo yang dapat
terjadi setelah kehamilan atau pada pasien yang mulanya gemuk
atau bekas asites, dan terdapat juga pada sindrom Cushing. Pulsasi
arteri pada dinding perut terlihat pada pasien aneurisma aorta atau
kadang-kadang pada pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada
epigastrium pada pasien insufisiensi katup trikuspidalis.
Pelebaran Vena
Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran di sekitar umbilikus
disebut kaput medusae yang terdapat pada sindrom Banfi.
Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai
pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilikus, pada obstruksi vena kava
superior terjadi pelebaran di leher dan lengan kanan. Pada keadaan normal,
aliran vena dinding perut di atas umbilikus ke kranial sedang di bawah
umbilikus alirannya ke distal. Pada umumnya mudah sekali menentukan arah
aliran vena dinding perut di atas umbilikus ke kranial, seperti diperlihatkan
pada gambar 5.7.
PALPASI
170
Pemeriksaan Fisis Abdomen
1. Beritahu pasien bahwa dokter akan meraba dan menekan dinding perut.
4. Bila hal ini terjadi palpasi dilakukan dengan halus dan pelan, serta pasien
memperhatikan/memandang ke langit-langit, hindarkan pasien melihat
perutnya sendiri pada waktu dilakukan palpasi, Bila perlu kaki ditekuk
sedikit sejak awal palpasi,
171
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Palpasi Superfisial
Posisi tangan menempel pada dinding perut. Umumnya penekanan
dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari, bukan dengan ujung
jari. Sistematika palpasi dilakukan seperti terlihat pada gambar dengan
catatan hati-hati pada daerah nyeri yang dikeluhkan oleh pasien.
Palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi awal untuk orientasi
sekaligus memperkenalkan prosedur palpasi pada pasien. Perhatikan data
yang didapat dengan palpasi superfisial tersebut.
tu-
L. & Gambar 6.8. Palpasi Superfisial
172
Pemeriksaan Fisis Abdomen
Palpasi Dalam
Palpasi dalam (deep palpation) dipakai untuk identifikasi kelainan/rasa nyeri
yang tidak didapatkan pada palpasi superfisial dan untuk lebih menegaskan
kelainan yang didapat pada palpasi superfisial dan yang terpenting adalah
untuk palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi hati, limpa, ginjal.
Palpasi dalam juga penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan
otot dinding yang tebal.
PERKUSI
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tak langsung, sama seperti pada
perkusi di rongga toraks tetapi dengan penekanan yang lebih ringan dan
ketokan yang lebih perlahan.
*;16
^e Gambar 6.9. Perkusi Abdomen
173
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
AUSKULTASI
Urutan pemeriksaan fisis yang lazim adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, namun pada pemeriksaan fisis abdomen auskultasi sebaiknya
dilakukan lebih dahulu setelah atau bersamaan dengan inspeksi. Hal ini
untuk mencegah palpasi yang berlebihan sehingga memengaruhi hasil
auskultasi usus.
Suara Peristaltik
Dalam keadaan normal, suara usus akan didengar setiap 10 detik, bahkan
suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar walaupun tanpa
menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar.
Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus akan meningkat (metollic
sound) ,lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan
suara usus ini disebut borborigmi. Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis)
misalnya pada pasien pasca operasi atau pada keadaan peritonitis umum,
suara ini sangat melemah dan jarang bahkan kadang-kadang menghilang.
Keadaan inijuga bisa terjadi pada obstruksi usus tahap lanjut di mana usus
sangat melebar dan atoni. Dalam keadaan ini kadang-kadang terdengar
suara peristaltik dengan nada yang tinggi.
174
Pemeriksaan Fisis Abdomen
pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum) yang
kada ng-kadang d isertai dengan teraba nya getaran (th riil), dapat didengar
di antara umbilikus dan epigastrium. pada keadaan fistula arteriovenosa
intra-abdominal kadang-kadang dapat didengar suara murmur.
lnspeksi
Palpasi superfisial dan dalam (palapasi organ hati, limpa dan ginjal)
Perkusi Shifting dulLness, evaluasi fenomena papan catur
Auskultasi suara peristaltik (bising usus) dan suara pembuluh darah.
175
Pemeriksaan Fisis Abdomen
pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum) yang
kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran (thrill), dapat didengar
di antara umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa
intra-abdominal kadang-kadang dapat didengar suara murmur.
I nspeksi
Palpasi superfisial dan dalam (palapasi organ hati, limpa dan ginjal)
Perkusi Shifting dulLness, evaluasi fenomena papan catur
Auskultasi suara peristaltik (bising usus) dan suara pembuluh darah.
175
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Lu u
Gambar 6.10. Pemeriksaan Gelombang Cairan pada Asites
PEMERIKSAAN HATI
a. Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk
sudut 45-60".
176
Pemeriksaan Fisis Abdomen
dan elegan atau dengan istilah lain dikerjakan secara lege arfis yaitu harus
rapi, tepat, seksama, tanpa menimbulkan ketidaknyamanan.
Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua tungkai kanan dilipat
agar dinding abdomen lebih lentur. Palpasi dikerjakan dengan menggunakan
sisi palmar radialjari tangan kanan (bukan ujung jari) dengan posisi ibu jari
terlipat di bawah palmar manus. Lebih tegas lagi bila arah jari membentuk
sudut 45" dengan garis median, ujung jari ierletak pada bagian lateral
muskulus rektus abdominalis dan kemudian pada garis median untuk
memeriksa hati lobus kiri.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju ke tepi lengkung iga
kanan. Dinding abdomen ditekan ke bawah dengan arah dorsal dan kranial
sehingga akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini dilakukan
berulang dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkung iga. Penekanan
dilakukan pada saat pasien sedang inspirasi.
Bila pada palpasi kita dapat meraba adanya pembesaran hati, maka
harus dilakukan deskripsi sebagai berikut:
. Berapa lebarjari tangan di bawah lengkung iga kanan?
. Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis akut atau
tumpul pada tumor hati?
. Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (konsistensi normal) atau
keras (pada tumor hati)?
. Bagaimana permukaannya? Pada tumor hati permukaannya teraba
berbenjol.
177
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
. Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada antara lain
abses hati dan tumor hati. Selain itu pada abses hati dapat dirasakan
adanya fluktuasi.
Pada keadaan normal hati tidak akan teraba pada palpasi kecuali
pada beberapa pada kasus dengan tubuh yang kurus (sekitar 1 jari).
Terabanya hati 1-2 jari di bawah lengkung iga harus dikonfirmasi apakah
hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau karena adanya
perubahan bentuk diafragma (misalnya emfisema paru). Untuk menilai
adanya pembesaran lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi pada daerah
garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Bentuk tepi hati yang teraba
pada palpasi dapat ditelusuri mulai dari sisi lateral lengkung iga kanan
sampai dengan epigastrium, sehingga bentuk proyeksinya pada dinding
abdomen dapat digambar.
Batas atas hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi batas paru hati
(normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan patologis misalnya
emfisema paru, batas ini akan lebih rendah sehingga besar hati yang normal
dapatteraba tepinya pada waktu palpasi. Perkusi batas atas dan batas bawah
hati (perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai adanya
pengecilan hati (misalnya pada sirosis hati).
Suara bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat tumor hati
yang besar.
LIMPA
Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan
normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari bawah lengkung
iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati,
limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan,
melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga
kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner,yaitu
garis yang dimulai dari titik di lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan
di-teruskan sampai di spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis
tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama.
Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45
derajat ke arah kanan (ke arah pemeriksa).
178
Pemeriksaan Fisis Abdomen
GINJAL
179
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
\-\ -
PERINEUM
180
Pemeriksaan Fisis Abdomen
COLOK DUBUR
Pasien dalam posisi berbaring miring ke kiri (lateral dekubitus kiri) dengan
fleksi pada kedua tungkainya pada daerah lutut. pemeriksaan dilakukan
dengan memakai sarung tangan. Oleskan jari telunjuk tangan kanan yang
telah memakai sarung tangan dengan jeli atau vaselin. Oleskan pula pada
anus pasien. Beritahu pasien bahwa kita akan memasukkan jari ke dalam anus.
Letakkan bagian palmar ujung jari telunjuk kanan pada tepi anus dan
secara perlahan tekan agak memutar sehingga jari tangan masuk ke dalam
lumen anus. Tentukan tonus sfingter ani. Masukkan lebih dalam secara
perlahan-lahan sambil menilai apakah terdapat spasme anus (misalnya pada
tumol rasa nyeri, mukosa yang teraba ireguler, hemoroid,
fisura ani), massa
pembesaran prostat pada laki-laki atau penekanan dinding anterior oleh
vagina/rahim pada wanita.
Kelainan yang ditemukan di daerah rektum ditentukan lokasinya dengan
membandingkan terhadap angka sebuah jam, yaitu titik yang paling ventral
terhadap pasien adalah tepat angka 12,yang paling dorsal adalah angka 6
dan angka 3 dan 9 masing-masing untuk titik yang paling lateral di kiri dan
kanan pasien. Pada perabaan prostat pinggir atas kanan dan kiri, tentukan
konsistensi dan kesan nyeri pada perabaan.
181
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
.-%--a
Gambar 6.16. Pemeriksaan Colok Dubur
182
Pemeriksaan Fisis Abdomen
183
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
DAFTAR PUSTAKA
184
BAB 7
sr$ilil ilusl(ur0sffirtrAl
Bambang Setyohadi, Siti Setiati
ANAMNES!S
Keluhan Utama
1. Sendi perifer
A. Nyeri dan bengkak
Nyeri adalah rasa dan pengalaman emosional yang tidak nyaman
yang berhubungan atau potensial berhubungan dengan kerusakan
jaringan seperti kerusakan jaringan. Nyeri dapat mengakibatkan
impairment dan disabilitas.
Terdapat dua terminologi klinis nyeri sendi, artralgia dan artritis.
Artralgia adalah nyeri sendi tanpa pembengkakan sedangkan
artritis adalah nyeri sendi yang biasanya disertai pembengkakan.
Etiologi nyeri sendi seringkali dapat ditentukan dari distribusi dan
durasi keterlibatan sendi sehingga penting meminta pasien untuk
melokalisir nyeri (aksial [spinal] atau perifer [ekstremitas]), apakah
spesifik di satu titik atau berupa area. Nyeri lutut dapat terletak
pada fosa poplitea, sendi lutut atau bursa supra- dan infrapatela.
Nyeri dapat pula merupakan nyeri rujuk (referred poin) misalnya
nyeri lutut dapat merupakan nyeri rujuk dari pinggul.
Awitan nyeri akut (dalam hitungan jam atau hari) atau kronik
(berlangsung lebih dari 6 minggu) penting untuk ditentukan
demikian pula progresifitas nyeri, apakah membaik atau memburuk.
Jumlah sendi yang terlibat serta urutan pola awitan keterlibatan
sendi-sendi yang terkena dapat menjadi petunjuk untuk
menentukan penyebab.
185
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
yang
Efek istirahat dan latihan terhadap nyeri merupakan hal
penting untuk dicari. Pasien yang menderita reumatoid artritis
biasanya mengalami keluhan sendi yang memburuk setelah
setelah
istirahat sedangkan pada osteoartritis keluhan memburuk
latihan. Catat pula faktor-faktor presipitasi seperti trauma'
PertanYaan kunci:
dan
a. Apakah saudara merasa nyeri atau kaku pada sendi-sendi
tulang belakang ?
C. Deformitas sendi
tulang
Seringkali pasien menyadari terjadinya kelainan sendi atau
penyakit'
dan deformitas inl biasanya terkait dengan perkembangan
D. lnstabilitas
(jatuh)" atau
Pasien pada umumnya mengeluhkan "giving u/oy
"lepasl' pada sendi yang terkena Hal ini dapat terjadi akibat
dislokasi, kelemahan otot atau masalah pada ligamen'
E. Perubahan sensasi
cedera
Perubahan sensasi ini dapat terjadi akibatjepitan saraf atau
dandaniskemia'Keberadaanrasabaaldankesemutanparestesia)
186
Sistem Muskuloskeletal
3. Nyeri Pinggang
Terdapat beberapa kategori nyeri pinggang, yaitu:
1. Nyeri somatik superfisial, berasal dari kulit dan jaringan subkutis.
Sifat nyeri tajam atau seperti terbakar. Contohnya adalah nyeri
akibat selulitis atau herpes zooster.
2. Nyeri somatik dalam, berasal dari otot, fasia, periosteum, ligamen,
sendi atau duramater. Sifat nyeri tumpul, dalam dan menjalar ke
paha, jarang sampai dibawah lutut. Pada trauma jaringan di daerah
lumbal, akan timbul nyeri yang tajam pada waktu trauma terjadi,
diikuti nyeri tumpul yang kronik sampai beberapa minggu yang
berhubungan dengan nyeri tekan, nyeri gerak dan spasme otot.
187
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
188
Sistem Muskuloskeletal
Nyeri:
Lokasi Pinggang Pinggang Pinggafig Pinggang Tungkai
Onset Akut Perlahan Akut Perlahan Perlahan
Berdiri + + ++
Duduk +-
Fleksi + + +-
Ekstensi -++
Laseque : +-+
Foto polos Normal Terlihat Dapat Terlihat Dapat
normal normal
EMG Normal Mungkin Abnormal Normal Abnormal
abnormal
MRI Normal Terlihat Terlihat Terlihat Terlihat
4. Nyeri Ekstremitas
Nyeri ekstremitas dapat berasal dari sistem muskuloskeletal, kulit, sistem
vaskular atau sistem saraf. Nyeri muskuloskeletal dapat disebabkan oleh
trauma atau inflamasi. Nyeri akut atau subakut pada lokasi multipel
menunjukkan proses peradangan. Polimiositis dapat menimbulkan nyeri
pada otot bagian proksimal di sekitar bahu atau panggul dan disertai
189
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
kelemahan. Nyeri, kaku bahu dan panggul pada pasien lebih dari 50
tahun dapat disebabkan oleh polimialgia reumatika. Peradangan tendon
(tenosinovitis) menyebabkan nyeri lokal pada area yang terkena.
Oklusi arterial akut menyebabkan nyeri hebat mendadak yang
disertai pucat dan ekstremitas dingin (klaudikasio intermiten). Penyakit
vaskular perifer kronis menimbulkan nyeri.tungkai pada saat latihan dan
membaik dengan istirahat. Trombosis vena menimbulkan nyeri difus
dan pembengkakan pada tungkai.
Stenosis spinal menyebabkan nyeri pseudo-klaudikasio pada saat
berjalan namun berkurang dengan membungkuk ke depan. Jeratan
saraf dan neuropati menyebabkan nyeri ekstremitas disertai parestesia
dan kelemahan. Penyebab yang paling sering adalah penebalan sinovial
atau subluksasi sendi terutama pada artritis reumatoid.
Vaskulitis terkait artropati inflamatorik menyebabkan neuropati
periferal difus dan mononeuritis multipleks. Artritis reumatoid kronis
menyebabkan erosi pada ligamen transversal di sekitar aspektus
posterior prosesus odontoid (dens) sehingga sering terjadi subluksasi
vertebra servikal pada sendi atlantoaksial. Gejala yang dikeluhkan adalah
parestesia yang mendadak (shooting poroesthesia) yang menjalar ke
lengan dan nyeri kepala di bagian oksipital. Fleksi leher menyebabkan
indentasi dari korda spinal oleh dens dan menyebabkan tetraplegia
atau kematian mendadak. Cedera pada saraf perifer menyebabkan
perubohon vosomotor dan nyeri ekstremitos berot (kausolgia)
yang masih dapat dirasakan setelah anggota gerak tersebut diamputasi
(nyeri fantom).
Penyebab nyeri ekstremitas lain adalah osteomielitis, osteomalasia,
osteoporosis atau tumor.
5. Fenomena Raynaud
Fenomena ini merupakan respons abnormal jari-jari terhadap suhu
dingin. Terjadi perubahan warna jari-jari dari putih (pucat) menjadi biru
kemudian merah setelah terpapar dingin. Pada fase jari pucat timbul
nyeri akibat iskemia, namun nyeri dirasakan paling berat pada saat jari
memerah. Pasien dengan Reynoud's disease mengalami fenomena ini
tanpa penyebab yang jelas (diduga familial dan lebih sering terjadi
pada perempuan). Fenomena ini juga terjadi pada penyakit jaringan
penyambung seperti Skleroderma dan dapat menyebabkan ulkus digiti.
190
Sistem Muskuloskeletal
Riwayat Pengobatan
Riwayat penggunaan obat antiartritis saat ini maupun di masa lalu (misalnya
NSAlDs, aspirin, preparat emas, metotreksat, penisilamin, klorokuin,
steorid, anti THF-cr, dll) harus dicatat. Setiap efek samping yang timbul
akibat pengobatan seperti ulkus gaster atau perdarahan,juga harus dicari.
Tanyakan pula riwayat fisioterapi dan pembedahan sendi atau tendon yang
pernah dijalani.
191
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Riwayat Sosial
Carilah informasi mengenai pekerjaan dan kehidupan sehari-hari pasien.
Hal ini mungkin relevan pada artritis kronis yang melumpuhkan. Riwayat
penyakit menular seksual di masa lalu adalah penting terutama uretritis
non-spesifik dan gonore.
Riwayat Keluarga
Penyakit dengan keluhan artritis kronis mungkin bersifat diturunkan, misalnya
artritis reumatoid, gout dan osteoartritis primer, hemokromatosis,
spondiloartropati seronegatif dan I nflo mmatory Bowel Diseose. Riwayat
kelainan pembekuan darah dalam keluarga dapat mengarahkan kecurigaan
pada hemofilia yang harus dicurigai pada pasien anak laki-laki dengan
pembengkakan sendi akut.
PEMERIKSAAN FISIK
192
Sistem Muskuloskeletal
INSPEKSI UMUM
lnspeksi umum yang teliti sangat penting karena (1) dapat memberikan
petunjuk tentang disabilitas fungsional pasien, yang merupakan hal penting
pada asesmen reumatologi dan (2) beberapa kondisi dapat didiagnosis
dengan inspeksi yang teliti.
Perhatikan postur dan cara jalan pasien ketika memasuki ruang periksa,
apakah pasien tampak kesulitan atau kesakitan? Apakah panjang langkahnya
normal? Bagaimana gaya berjalannya (gait)? Apakah pasien membutuhkan
alat bantu untuk berjalan? Apakah terdapat deformitas yang nyata pada
sendi tertentu?
Berikut ini adalah beberapa istilah untuk gaya berjalan yang abnormal:
a. Gaya berjalan antalgik, yaitu gaya berjalan pada pasien artritis dimana
pasien akan segera mengangkat tungkai yang nyeri atau deformitas,
sementara pada tungkaiyang sehat akan lebih lama diletakkan di lantai;
biasanya akan diikuti oleh gerakan lengan yang asimetri.
193
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
194
Sistem Muskuloskeletal
19s
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
196
Sistem Muskuloskeletal
. Move (gerakkan)
Pergerakan pasif dapat memberikan informasi tentang kondisi sendi,
namun pemeriksaan ini merupakan kontra - indikasi pada kondisi
trauma akut dan kecurigaan fraktur. pasien diminta untuk relaksasi
dan membiarkan pemeriksa menggerakkan sendi. pemeriksaan harus
dilakukan dengan lemah lembut dan akan diperoleh pergerakan
yang terbatas jika ada spasme otot akibat nyeri sendi, efusi yang
banyak, kontraksi kapsuler atau deformitas menetap. Gangguan
pergerakan dapat berupa deformitas fleksi menetop (ketidakmampuan
atau keterbatasan ekstensi) atau deformitas ekstensi menetap
(keterbatasan fleksi). Pemeriksaan gerakan pasif pada tulang belakang
jarang dilakukan, gerakan aktif lebih sering diperiksa pada sendi ini.
Pemeriksaan gerakan aktif lebih membantu dalam menilai
fungsi sendi secara terintegrasi. Fungsi tangan dan pola berjalan
sering digunakan untuk menilai fungsi. Nyeri pada pergerakan
dapat berasal dari sendi atau struktur sekitar (periartikular). stabilitas
sendi tergantung dari ligamen pendukung dan penting untuk dinilai.
Pemeriksaan dilakukan dengan upaya menggerakkan sendi ke arah
yang tidak sesuai arah pergerakannya dalam batas yang wajar. Krepitasi
pada sendi (sensasi maupun bunyi gemerutuk) menandakan iregularitas
permukaan sendi dan hal ini menunjukkan proses kronis.
Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas gerak sendi pada
semua arah. Tenosinovitis atau lesi periartikular hanya menyebabkan
berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis. Bila gerakan pasif
197
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
. Measure (ukur)
Pengukuran Range of Motion (ROM) dilakukan dengan menggunakan
goniometer untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pengukuran
dilakukan dari posisi 0 (nol) atau posisi anatomis yang untuk kebanyakan
sendi berada dalam keadaan ekstensi dan hasilnya dinyatakan dalam
derajad sudut fleksi dari posisi anatomis. Pada beberapa sendi seperti
pergelangan tangan, dapat diukur derajad fleksi dan ekstensi dari posisi
anatomi. Pemakaian goniometer jarang dilakukan, kebanyakan klinisi
melakukan penilaian melalui estimasi. Meteran juga dapat digunakan
untuk menguku; misalnya pengukuran massa otot ataupun pemeriksaan
pergerakan tulang belakang. Hasil pemeriksaan lutut yang berada dalam
keadaan deformitas fleksi menetap (fixed flexion), pada pengukuran
diperoleh hasil 30"-60o. Nilai sudut 30" menunjukkan deformitas fleksi
menetapnya sedangkan 60o merupakan batas fleksi lutut.
Pemeriksaan kekuatan otot merupakan pemeriksaan sistem
muskuloskeletal lain yang penting. Terdapat 5 derajat kekuatan otot,
yaitu:
- Derajat 5: kekuatan normal, dapat melawan tahanan yang diberikan
pemeriksa berulang-ulang,
- Derqjat 4: masih dapat melawan tahanan yang ringan,
- Derajat 3: hanya dapat melawan gaya berat,
- Derajat 2: otot hanya dapat digerakkan bila tidak ada gaya berat,
- Derajat 1: kontraksi minimal, hanya dapat dirasakan dengan palpasi,
tidak menimbulkan gerakan,
- Derajat 0: tidak ada kontraksi sama sekali
. Perasat-perasatkhusus
a. Leg length discreponcy. Mengukur panjang kedua tungkai dari SIAS
ke maleolus medial ipsilateral dan dari umbilikus ke maleolus kiri
dan kanan, adakah perbedaan panjang dari kedua cara pengukuran
tersebut.
b. Forominol compression test Rotasi leher dan laterofleksi ke sisi yang
sakit, kemudian kepala ditekan ke bawah. Bila terdapatjepitan saraf
198
Sistem Muskuloskeletal
. Move (gerakkan)
Pergerakan pasif dapat memberikan informasi tentang kondisi sendi,
namun pemeriksaan ini merupakan kontra - indikasi pada kondisi
trauma akut dan kecurigaan fraktur. Pasien diminta untuk relaksasi
dan membiarkan pemeriksa menggerakkan sendi. pemeriksaan harus
dilakukan dengan lemah lembut dan akan diperoleh pergerakan
yang terbatas jika ada spasme otot akibat nyeri sendi, efusi yang
banyak, kontraksi kapsuler atau deformitas menetap. Gangguan
pergerakan dapat berupa deformitas fleksi menetop (ketidakmampuan
atau keterbatasan ekstensi) atau deformitas ekstensi menetap
(keterba,tasan fleksi). Pemeriksaan gerakan pasif pada tulang belakang
jarang dilakukan, gerakan aktif lebih sering diperiksa pada sendi ini.
Pemeriksaan gerakan aktif lebih membantu dalam menilai
fungsi sendi secara terintegrasi. Fungsi tangan dan pola berjalan
sering digunakan untuk menilai fungsi. Nyeri pada pergerakan
dapat berasal dari sendi atau struktur sekitar (periartikular). Stabilitas
sendi tergantung dari ligamen pendukung dan penting untuk dinilai.
Pemeriksaan dilakukan dengan upaya menggerakkan sendi ke arah
yang tidak sesuai arah pergerakannya dalam batas yang wajar. Krepitasi
pada sendi (sensasi maupun bunyi gemerutuk) menandakan iregularitas
permukaan sendi dan hal ini menunjukkan proses kronis.
Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas gerak sendi pada
semua arah. Tenosinovitis atau lesi periartikular hanya menyebabkan
berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis. Bila gerakan pasif
197
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
. Meosure (ukur)
Pengukuran Ronge of Motion (ROM) dilakukan dengan menggunakan
goniometer untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pengukuran
dilakukan dari posisi 0 (nol) atau posisi anatomis yang untuk kebanyakan
sendi berada dalam keadaan ekstensi dan hasilnya dinyatakan dalam
derajad sudut fleksi dari posisi anatomis. Pada beberapa sendi seperti
pergelangan tangan, dapat diukur derajad fleksi dan ekstensi dari posisi
anatomi. Pemakaian goniometer jarang dilakukan, kebanyakan klinisi
melakukan penilaian melalui estimasi. Meteran juga dapat digunakan
untuk mengukur; misalnya pengukuran massa otot ataupun pemeriksaan
pergerakan tulang belakang. Hasil pemeriksaan lututyang berada dalam
keadaan deformitas fleksi menetap (fixed flexion), pada pengukuran
diperoleh hasil 30"-60". Nilai sudut 30" menunjukkan deformitas fleksi
menetapnya sedangkan 60o merupakan batas fleksi lutut.
Pemeriksaan kekuatan otot merupakan pemeriksaan sistem
muskuloskeletal lain yang penting. Terdapat 5 derajat kekuatan otot,
yaitu:
- Derajat 5: kekuatan normal, dapat melawan tahanan yang diberikan
pemeriksa berulang-ulang,
- Derqjat 4: masih dapat melawan tahanan yang ringan,
- Derajat 3: hanya dapat melawan gaya berat,
- Derajat 2: otot hanya dapat digerakkan bila tidak ada gaya berat,
- Derajat 1: kontraksi minimal, hanya dapat dirasakan dengan palpasi,
tidak menimbulkan gerakan,
- Derajat 0: tidak ada kontraksi sama sekali
. Perasat-perasatkhusus
o. Leg length discreponcy. Mengukur panjang kedua tungkai dari SIAS
ke maleolus medial ipsilateral dan dari umbilikus ke maleolus kiri
dan kanan, adakah perbedaan panjang dari kedua cara pengukuran
tersebut.
b. Forominol compression tesf. Rotasi leher dan laterofleksi ke sisi yang
sakit, kemudian kepala ditekan ke bawah. Bila terdapatjepitan saraf,
198
Sistem Muskuloskeletal
199
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
ASESMEN INDIVIDUAL
200
Sistem M uskuloskeletal
201
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
202
Sistem Muskuloskeletal
203
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
bulat berbatas tegas 0.5-3 cm, keras dan tidak nyeri di atas olecranon).
Nodul ini ditemukan pada artritis reumatoid dengan faktor reumatoid
positif. Nodul dapat ditemukan di tempat lain dan biasanya melekat
pada tendon, area yang mendapat tekanan pada tangan dan kaki, paru,
pleura, miokardium dan pita suara.
Sendi Siku
. Anamnesis
Nyeri pada siku biasanya difus dan menjalar ke lengan bawah dapat
terjadi di atas epikondilus medial dan lateral jika pasien mengalami
tendonitis (tennis or golfer's elbow). Pasien mungkin mengetahui
adanya pembengakan akibat inflamasi. Pembengkakan di bagian
belakang menunjukkan bursitis olecranon. Kekakuan sering dikeluhkan
pasien dengan kesulitan menyisir. Ketika terdapat gangguan pada
spinasi dan pronasi, pasien mengatakannya sebagai kesulitan membawa
barang atau menggenggam. Jka pasien menyadari adanya gerakan
abnormal pada sendi, hal ini menandakan instabilitas sendi yang
mungkin disebabkan oleh artritis reumatoid atau trauma. Cedera nervus
ulnaris pada sikut menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada area
distribusi persarafannya.
. Pemeriksaan Fisis
look. Per:hatikan ketika pasien melepaskan pakaiannya, adakah kesulitan
membebaskan lengan dari pakaian. Lengan atas harus terekspos
dan perhatikan ada tidaknya deformitas valgus pada siku ketika
pasien berdiri dengan telapak tangan menghadap ke depan (posisi
anatomis). Pembengkakan pada sisi olekranon menunjukkan adanya
efusi. Pembengkakan yang diskret di luar olecranon atau di luar batas
subkutan proksimal ulna dapat disebabkan oleh nodul reumatoid, tofus
gout, pembengkakan bursa olekranon, dan lain-lain.
Feel. Rabalah epikondulus lateral dan medial, yang jika timbul nyeri
tekan mennandakan adanya tennis- atau golfer's elbow.Tahanan pada
saat ekstensi siku yang menyebabkan nyeri pada epikondilus lateralis
juga merupakan tanda tennis elbow. Nodul reumatoid biasanya keras,
dapat nyeri tekan dan melekat pada struktur dibawahnya. Tofus gout
akan teraba kenyal dan sering berwarna kekuningan di bawah kulit
yang kadang sulit dibedakan dari nodul reumatoid. Pengumpulan
204
Sistem Musku loskeletal
Move. Gerakkan siku secara pasif. Sendi siku merupakan sendi engsel.
Posisi 0 adalah dalam keadaan ekstensi maksimal.Fleksi normal dapat
mencapai sudut 150". keterbatasan ekstensi merupakan tanda dini
dari sinovitis. Jika mencurigai adanya epikondilitis lateral, minta pasien
melakukan ekstensi pergelangan tangan melawan tahanan.
Pemeriksaan Ronge of Active Movements (ROM) dilakukan dengan
berdiri di depan pasien dan mendemonstrasikan. Jika menemukan
deformitas atau keluhan kebas, lakukan pemeriksaan neurologi tangan
dan lengan untuk mencarijeratan nervus ulnaris.
Sendi Bahu
Sendi bahu tersusun oleh klavikula, scapula dan humerus. Sendi
akromioklavikula dibentuk oleh acromion dan klavikula. pergerakan pada
bahu merupakan pergerakan dari sendi peluru Glenohumeral serta gerakan
antara belikat (scapula) dan toraks. Sendi ini merupakan sendi dengan
gerakan paling bebas. Sendi ini merupakan sendiyang paling sering terkena
gangguan non-artritik yang melibatkan bursa dan tendon sekitaf misalnya
frozen - shou lde,r, tendonitis dan bu rsitis.
. Anamnesis
Keluhan nyeri merupakan yang paling sering. pada umumnya nyeri
terasa di bagian frontal dan lateral sendi dan mungkin menjalar ke
tempat insersi deltoid atau lebih jauh. Nyeri yang melebihi batas
atas bahu sering berasal dari sendi akromioklavikular atau dari leher.
Deformitas baru tampak setelah terjadi kerusakan berat. Kekakuan dapat
membatasi gerakan bahu. lnstabilitas menyebabkan perasaan seolah
bahu melompat keluar dari tempatnya terutama pada abduksi dan rotasi
eksternal. Kehilangan fungsi dapat menyebabkan kesulitan melakukan
20s
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
. Pemeriksaan Fisis
Look. Ketika pasien melepaskan pakaiannya, perhatikan pergerakan
sendi bahu ke depan, ke belakang dan ke atas, apakah ada keterbatasan
gerak atau timbul nyeri. Berdirilah di belakang pasien dan bandingkan
kedua sisi. Lengan dan batas luar sendi akromioklavikula harus berada
pada ketinggian yang sama. Muscle wosting dapat terjadi pada salah
satu otot Deltoid yang terkadang terlewatkan jika tidak dibandingkan
antara kedua sisi. Perhatikan ada tidaknya pembengkakan yang mungkin
terlihat dari depan. Hal ini cukup sulit terlihatjika efusi tidak cukuh besar.
Perhatikan pula ada tidaknya asimetri atau parut akibat trauma atau
operasi. Kemudian mintalah kepada pasien untuk meletakkan tangan
di belakang kepala dengan siku menghadap keluar untuk menilai sendi
glenohumeral, sternoklavikula dan akromioklavikula.
Move. Posisi nol adalah pada lengan bergantung pada kedua sisi dengan
telapak tangan menghadap ke depan (posisi anatomis). Abduksi sendi
glenohumeral dapat mencapai 90" pada kondisi normal. Pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan menumpukan tangan pemeriksa di bahu
sisi berlawanan dan tangan yang lain melakukan gerakan abduksi pada
pasien (pada pemeriksaan bahu kanan, tangan kiri pemeriksa diletakkan
di atas bahu kiri pasien dan tangan kanan pemeriksa mengabduksi siku
kanan). Elevasi dalam keadaan normal dapat mencapai 180" dengan
gerakan aktif. Adduksi normal dapat mencapai 50", lengan diangkat
menyilang ke depan dada. Rotasi eksternal normal dapat mencapai
65". Siku ditekuk sampai 90" kemudian lengan diputar ke arah lateral
sejauh mungkin. Rotasi internal normal mencapai 90o. Pemeriksaan
fungsi rotasi internal dikenal dengan 3 tahapan tes menggaruk dari
Apley. Pemeriksa berdiri di belakang pasien, kemudian pasien diminta
untuk menggaruk punggung pada belikat sisi yang berlawanan. Awalnya
205
Sistem Musku loskeletal
207
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
. Pemeriksaan Fisis
Mulailah pemeriksaan dari posisi berdiri dan pasien hanya mengenakan
pakaian dalam. Pemeriksaan punggung lengkap termasuk melakukan
pemeriksaan neurologis tungkai bawah.
208
Sistem M uskuloskeletal
FeeI. Palpasi pada setiap korpus vertebra untuk mencari nyeri tekan
serta palpasi pada otot untuk mencari spasme.
Meosure.
Fleksi lumbal dinilai dengan uji Schober. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengukurjarakCT -Ih12 dan T1 2 - S1 dalam keadaan berdiri
209
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Sendi Panggul
Sendi panggul merupakan sendi peluru yang terdiri atas mangkuk sendi
(disusun oleh tulang ilium, iskium dan pubis) serta bonggol sendi (kaput
femur). Sangat penting untuk membedakan nyeri dari kelainan panggul dari
kelainan periartikuler maupun saraf.
. Anamnesis.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti karena pasien sering datang
dengan keluhan nyeri panggul, yang dapat mencakup regio bokong,
punggung bawah atau trokanter. Mintalah pasien menunjukkan lokasi
nyerinya. Masalah panggul biasanya akan menyebabkan nyeri anterior
dari paha dan dapat menjalar ke lutut.
Atlet dengan "groin strain" sering mengalamitendinitis atau osteitis
pubis akibat trauma atau overuse. Dalam hal ini, tanyakan aktivitas
atau olahraga yang dilakukan karena kondisi tersebut sering terjadi
210
Sistem Muskuloskeletal
pada aktivitas berlari. Nyeri biasanya muncur pada awal ratihan dan
membaik setelah pemanasan dan kembali pada saat istirahat. Kebiasaan
melompat dapat menyebabkan cedera berulang pada lutut. pada
overuse syndrome yang terkait dengan pekerjaan, keluhan biasanya
memburuk pada akhir minggu.
Keluhan pincang (limp) mungkin
.dikeluhkan oleh pasien. Jika
disertai nyeri, hal ini mungkin merupakan mekanisme kompensasi,
namun jika tanpa nyeri, dapat disebabkan oleh perbedaan panjang
tungkai atau instabilitas sendi. pasien kadang dapat mendengar bunyi
gemeretuk dari panggul (clicking atau snapping) yang dapat terjadi
pada bursitis psoas atau akibat pergeseran tendon gluteus maksimus
sepanjang tepi trokanter mayor.
Gangguan fungsional biasanya mengakibatkan kesulitan berjalan
dan menaiki tangga. Duduk dan berdiri dapat menjadi kurang nyaman
akibat kekakuan dan nyeri.
Riwayat jatuh dan ketidakmampuan untuk berjalan atau menahan
beban pada tungkai menunjukkan kemungkinan fraktur pada kolum
femoris. Riwayat artritis reumatoid dan nyeri yang timbul pada saat
istirahan menunjukkan artritis pada panggul. osteoartritis berkembang
secara bertahap pada orang tua dan biasanya dikaitkan dengan obesitas
dan trauma berulang.
Tanyakan kepada pasien mengenai gejala sistemik seperti demam
atau kehilngan berat badan yang dapat mengarah pada artritis septik.
Nyeri yang terkait dengan parestesia dan menjalar sepanjang distribusi
nervus kutaneus lateralis pada paha mungkin disebabkan oleh jepitan
saraf (meralgia paraestetika).
Pemeriksaan Fisis.
look. Perhatikan gaya berjalan pasien, penggunaan arat bantu berjalan,
gaya berjalan yang lambat dan tampak tidak nyaman atau adanya
pincang.
Mintalah pasien berbaring telentang. pengamatan sendi panggul
semata tidak mungkin karena terlalu banyak otot yang menutupinya,
namun parut dan deformitas merupakan hal yang penting untuk dicari.
Pasien mungking berbaring pada posisi dengan satu kaki diputar
karena nyeri.
211
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Rotasi dinilai dengan lutut dan panggul dalam kondisi fleksi. Satu
tangan menahan lutut, sedangkat yang lain menahan kaki. Kaki
kemudian digerakkan ke arah medial (rotasi eksternal panggul, normal
dapat mencapai 45") lalu ke arah lateral (rotasi panggul internal, dapat
mencapai 45"). Abduksi diniai dengan pemeriksa berdiri pada sisi yang
dinilai, tangan kananmemegang tumit kaki kanan sedangkan tangan
kiri diletakkan di atas SIAS untuk menahan panggul. Kaki kemudian
digerakkan ke arah luar sejauh mungkin, pada kondisi normal abduksi
dapat mencapai 45". Ekstensi dinilai dengan meminta pasien untuk
menekuk lutut ke arah perut meletakkan satu tangan pemeriksa di
sendi sakroiliak sedangkan tangan lain mengangkat setiap tungkai.
Dalam kondisi normal, dapat mencapai 30". Pengukuran panjang kedua
tungkai dilakukan untuk memperoleh nilai true length (dari SIAS sampai
maleolus medial) dan opporent length (dari umbilikus sampai maleolus
medial). Perbedaaan panjang true length menandakan penyakit
panggul pada sisi yang lebih pendek, sedangkan perbedaan panjang
apparent length diakibatkan oleh tekukan pelvis. Pada pasien dengan
osteoartritis, rotasi internal, abduksi dan ekstensi biasanya terbatas.
Pada pemeriksaan foto panggul, terdapat pengurangan ruang sendi,
sklerosis pada batas sendi dan osteofit.
212
Sistem Muskuloskeletal
Lutut
Lutut adalah sendi engsel-kompleks yang dibentuk oleh distalfemur; patela
dan ujung proksimal tibia yang terbungkus dalam kapsul sendi dengan
membran sinovial. Stabilitas lateral dibentuk oleh ligamen kolateral lateral.
Pergerakan antero-posterior dibatasi oleh ligamen krusiatum. Terdapat
tulang rawan artikular yang luas, yang berperan sebagai peredam syok dan
membuat pergerakan yang mulus antar ujung-ujung tulang.
. Anamnesis
Nyeri adalah masalah yang umum terjadi pada lutut. Jika terjadi luka
atau gangguan mekanik, biasanya nyeri tersebut terlokalisir. lnflamasi
sering kali menyebabkan nyeri yang difus. Mintalah pasien untuk
menunjuk lokasi nyeri paling berat. Kekakuan biasanya terjadi secara
bertahap dan kekakuan yang memburuk setelah inaktivitas tipikal
untuk osteoartritis. Lutut mengunci (locking) adalah ketidakmam puan
ekstensi penuh yang terjadi mendadak, sering kali terkunci pada
fleksi sekitar 45o. Lepasnya "penguncian" lutut dapat terjadi dengan
sendirinya atau setelah dilakukan manipulasi oleh pasien. penyebabnya
sering kali adalah mekanikal: struktur terlepas atau robekan meniskus
tergencet di antara permukaan artikular sendi. Bengkak mungkin
terjadi mendadak setelah mengalami trauma, penyebabnya dapat
berasal dari hemartrosis dari fraktur atau robekan ligamen; jika
bengkak terjadi setelah beberapa jam, penyebabnya kemungkinan
besar adalah robekan meniskus. Artritis dan sinovitis menyebabkan
pembengkakan kronis.
Pasien kadang menyadari adanya deformitas yang disebabkan
oleh artritis. Terkadang pasien mengeluhkan lututnya tidak stabil atau
seperti mau lepas akibat instabilitas patela dan ruptur ligamen. Selalu
tanyakan tentang penurunan fungsi seperti penurunan kemampuan
berjalan, menaiki tangga, duduk serta berdiri dari kursi.
213
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Osteoartritis lutut sangat sering terjadi. Usia tua, riwayat trauma dan
serta kaku pagi hari lebih dari setengah jam merupakan hal-hal yang
harus dicari untuk menegakkan diagnosis penyakit ini dan merupakan
penyebab nyeri pada lutut. Dewasa yang aktif secara fisik mungkin
mengalami nyeri dan bengkak di bawah lutut pada daerah perlekatan
tendon patela dengan tuberositas tibia - tibial apophisitis atau penyakit
Osgood Schlotter. lni merupakan bentuk yang paling umum dari traksion
apophisitis.
Tanyakan riwayat operasi lutut atau atroskopi, riwayat pekerjaan
dan olahraga yang dilakukan. Luka dan penggunaan yang berlebihan
biasanya terkait dengan olahraga atau latihan (khususnya pada olahraga
yang kompetitif) dan pekerjaan yang dikaitkan dengan cedera minor
berulang pada lutut.
. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan beragam posisi dan saat
berjalan. Pemeriksaan dilakukan pada lutut yang normal yang terlebih
dahulu. Hal ini akan membantu interpretasi perubahan yang terjadi pada
lutut yang lain dan membangun kepercayaan pasien bahwa pemeriksaan
tidak menimbulkan nyeri.
214
Sistem Muskuloskeletal
215
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
216
Sistem Muskuloskeletal
DAFTAR PUSTAKA
217
BAB 8
HTTIIAII|llIGI
lkhwan Rinaldi, Nadia Mulansari
PENDAHULUAN
Sejak berabad-abad lamanya telah diketahui bahwa darah penting bagi
kehidupan. Sejak 400 sebelum masehi orang mengenal adanya 4 kelompok
cairan ketika darah manusia diendapkan. Terlihat 4 lapisan yang terdiri atas
lapisan merah kehitaman yang merupakan bekuan darah (empedu hitam),
lapisan eritrosit yang teroksigenasi (blood), lapisan serum kekuningan berisi
sel dan trombosit (flegm) dan lapisan serum kekuningan (empedu kuning).
Menurut Hipokrates keseimbangan keempat cairan tersebut memengaruhi
sehat dan sakitnya seseorang.
Penemuan mikroskop oleh Leeuwenhoek (1 632-1 723) memerlihatkan
komposisi selular darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Metode
pemeriksaan darah makin berkembang tahun 1920-an dan diikuti dengan
peningkatan pengetahuan tentang fisiologi darah dan organ-organ
pembentuknya pada tahun 1930-an. Hal tersebut membuat studi-studi
tentang anemia dan kelainan darah lainnya semakin rasional.
Saat ini, ahli hematologi modern berpendapat bahwa perubahan yang
terjadi pada komponen-komponen darah merupakan hasil dari penyakit,
bukan merupakan sebab utamanya. Produksi sel-sel darah oleh sumsum
tulang, penglepasannya ke sirkulasi perifer; dan kesintasannya, dalam
kondisi normal mengalami pengaturan menuju kestabilan. Ketika ada
ketidakseimbangan terjadilah abnormalitas baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
219
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
220
Pemeriksaan Sistem Hematologi
HEMATOPOEISIS
Upaya memertahankan jumlah sel yang adekuat untuk menjalankan
fungsi organ disebut sebagai homeostasis jaringan. Homeostasis jaringan
tergantung pada keseimbangan antara proliferasi, diferensiasi dan
kematian sel (apoptosis). Sistem hematopoeisis menghadapi tantangan
untuk menjamin homeostasis darah yang bersirkulasi karena sebagian
besar sel darah mempunyai masa hidup yang pendek. Sel-sel darah yang
berada di sirkulasi tidak mampu menyediakan penggantinya ketika masa
hidupnya beiakhir. Hematopoeisis adalah proses yang bertanggung jawab
untuk menggantikan sel-sel darah yang bersirkulasi dan dipengaruhi oleh
proliferasi sel prekursoryang masih memiliki kemampuan mitosis. proses ini
berlangsung bertahap, dipengaruhi sitokin (yang memicu dan menghambat
faktor pertumbuhan), dan berlangsung di lingkungan mikro yang unik yang
sesuai untuk mengatur proses ini.
Proliferasi dan apoptosis selamanya berjalan bersama untuk memenuhi
kecukupan sel. Selama itu pula terjadi diferensiasi sel, yang bertanggung
jawab menyediakan populasi sel-sel berbeda untuk memenuhi kebutuhan
khusus organisme. Proses hematopoeisis (perkembangan berbagaijalur sel
darah yang berbeda) memiliki dua karakteristik, yaitu variasi jenis sel yang
diproduksijauh lebih banyak dan masa hidupnya relatif pendek. Sel-sel yang
bersirkulasi adalah sel matang, kecuali limfosit, yang secara umum tidak
mampu bermitosis. Masa hidupnya hanya beberapa hari untuk granulosit
dan trombosit, namun sampai empat bulan untuk eritrosit.
221
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Adanya kematian sel matang terjadi konstan akibat apoptosis. lni berarti
sel baru harus diproduksi untuk menggantikan sel-sel tersebut. Di akhir masa
hidupnya sel-sel matang kehilangan kemampuan fungsi biologinya (untuk
granulosit atau trombosit) atau menua (untuk eritrosit). Penggantian sel-
sel matang ini dilakukan oleh sel-sel prekursor hematopoetik yang masih
kurang berdiferensiasi tetapi masih memiliki kemampuan berproliferasi.
Sel-sel prekursor pada orang dewasa berlokasi terutama di sumsum tulang,
terdiri dari tingkatan sel-sel dengan potensi proliferasi yang tinggi. Sel
prekusor ini mempertahankan produksi sehari untuk eritrosit 2 x 101 1 dan
leukosit dan trombosit 1 x 101 1 sepanjang hidup manusia. Disamping itu,
jika ter.ladi perdarahan atau infeksi dapat terjadi peningkatan produksi yang
cepat, efisien dan spesifik melewati batas sel-sel yang diperlukan. Contoh
pada perdarahan akut terjadi peningkatan produksi eritrosit sedangkan
pada infeksi bakteri terjadi peningkatan produksi sel fagosit (granulosit
dan monosit).
Yang dimaksud sel prekursor adalah sel-sel induk hematopoetik, sel-sel
progenitor; dan sel-sel matang . Karakteristik sel-sel tersebut dapat dilihat
pada tabe! 8.1
total sel-
Q,5o/o 3 persen dari total sel-sel >95o/o sel-
sel prekursor prekursor hematopoetik sel prekursor
hematopoetik Potensi perkembangannya hematopoetik
Populasi stabil dalam terbatas (multipotensial + Populasi transit
ukuran unipotensial) unipotensial
Populasi bertahan Populasi memperbanyak Populasi yang ber-
dengan memper- diri dengan proliferasi amplifikasi melalui
baharui diri sendiri Populasi transit tanpa proliferasi
Secara morfologi tidak memperbaharui diri Sekuens proliferatif
dikenali secara nyata sempurna sebelum
Dapat diukur secara Secara morfologi tidak matang penuh
ossoy (pemeriksaan) dikenal Secara morfologi
klonal fungsional in Dapat diukur dengan apat dikenali
vivo dan in vitro assay (pemeriksaan) Dapat diukur
klonal in vitro dengan analisis
morfologi; hitung
jenis sel
222
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Regulasi Hematopoetik
Regulasi hematopoetik merupakan hal penting karena konsentrasi berbagai
lini disumsum dan darah tepitergantung pada regulasi tersebut. Kesintasan
sel prekursor, pembaharuan diri, proliferasi dan diferensiasi membutuhkan
glikoprotein spesifik yang disebut faktor pertumbuhan hematopoetik atau
sitokin. Faktor pertumbuhan membentuk sistem komunikasi molekular
yang kompleks dengan efektivitas tinggi serta bertugas mengkoordinasikan
peningkatan produksi dan aktivitas fungsional sel hematopoetik yang sesuai.
Faktor pertumbuhan pertam a Colony Stimuloting Foctors (CSF) ditemukan
secarain vifro. Sitokin yang ditemukan diberikan nama sesuai sistem
nomenklaturi interleukin. Saat ini lebih dari 30 interleukin telah diisolasi.
Pertumbuhan sel prekursor memerlukan faktor pertumbuhan terus
menerus. Kalau faktor pertumbuhan kurang, sel mati dalam beberapa jam
melalui apoptosis. Proliferasi tergantung pada stimulasi sitokin yang sesuai.
Faktor pertumbuhan mengendalikan dan mengatur proses diferensiasi,
menghasilkan sel matang dari prekursor multipotensial. Selain itu faktor
pertumbuhan menginduksi proliferasi dan meningkatkan aktivitas fungsional
progeni terminal sel prekursor. Faktor pertumbuhan tersebut diproduksi
oleh sel stromal dan memiliki aktivitas biologi multipel. Berbagai faktor
pertumbuhan punya aktivitas yang sama atau identik.
Beberapa faktor pertumbuhan dibentuk oleh organ non hematopoetik
sebagai contoh eritropoetin (EPO) merupakan hormon yang diproduksi di
hati pada masa embrio, sedangkan pada masa dewasa diproduksiterutama
di sel ginjal dan sedikit di hati. Eritropoetin diproduksi berdasarkan regulasi
kebutuhan oksigen tubuh. Eritropoetin memicu kesintasan, pertumbuhan,
dan diferensiasi sel progenitor eritroid, serta proliferasi dan sintesis RNA
dan protein sel eritrosit matang. walaupun demikian retikulosit dan eritrosit
matang tidak punya reseptor EPO.
trombopoetin (TPO) adalah faktor pertumbuhan dan perkembangan
megakariosit. TPO dihasilkan oleh sel stromal sumsum tulang, hati dan
ginjal. Selain mengatur proliferasi megakariosit juga diproduksi trombosit.
ln vitro, trombosit berespons pada stimulus yg menginduksi agregasi dan
bekerja sinergi dengan faktor pertumbuhan lain (SCF, lL3, FL).
Pertumbuhan dan perkembangan sel limfoid dari sel progenitor limfoid
umumnya terjadidi berbagaitempat, termasuk sumsum tulang, timus, KGB,
dan limpa. Berbagaifaktor pertumbuhan berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan sel limfosit T dan B, yang sebagian besar bekerja sinergistik.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
@:,Qri,rosite
Sel
Dendritik
[.4onosit
@-
HSC Neutrofil
Basofil
Sel Mast
Eosinofll
RBCs
Platelats
BFU-I\.4K CFU-MK
#Makrofag
*it stromar
*-,9,,:
t,o't;
lfr
EN Sel endotelial Matriks
Ekstraselular
224
Pemeriksaan Sistem Hematologi
225
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
pada masa perkembangan fetus dan terus berlanjut selama masa neonatus
dan anak-anak. Sel limfosit T ini berbeda pada dewasa. KGB dan limpa terus
menjadi tempat penting diferensiasi sel B lanjut selama masa hidup.
Lokasi sistem hematopoesis selama perkembangan fetus dapat dilihat
pada gambar 8.3.
.t
6l
0)l
ol
dl
ol
EI
ol
1 2 3 4 5 6 7 8 Lahir
Masa Kehamilan
Gambar 8.3. Lokasi Hematopoesis Selama Perkembangan Fetus
Jaringan Hematopoetik
Sistem hematopoetik dewasa meliputi jaringan-jaringan dan organ-
organ yang terlibat dalam proliferasi, diferensiasi dan maturasi sel serta
penghancuran sel-sel darah merah. Organ dan jaringan ini meliputi
sumsum tulang, timus, limpa dan kelenjar getah bening. Sumsum tulang
merupakan tempat perkembangan myeloid, eritroid, megakariosit, dan sel
limfoid. Timus, limpa, dan kelenjar getah bening merupakan tempat utama
perkembangan sel limfoid. Jaringan tempat terjadinya perkembangan sel
limfoid terdiri atas jaringan limfoid primer dan sekunder. Jaingan limfoid
primer (sumsum tulang dan timus) merupakan tempat berkembangnya
sel T dan sel B dari prekursor non fungsional menjadi sel yang mampu
berespons terhadap antigen asing (sel-sel imunokompeten), sedangkan
jaringan limfoid sekunder merupakan tempat sel-sel imunokompeten sel
T dan sel B berdiferensiasi lebih lanjut sebagai respons terhadap antigen.
226
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Anemia
Polisitemia
Peningkatan serum feritir
Leukopenia atau neutroplnia
Granulosit imatur atau eritrosit berinti dalam darah
Pansitopenia
Granulositosis: neutrofilia, eosinofilia, basofilia, mastositosis
Limfositosis
Limfadenopati
Splenomegali
Hipergamaglobulinemia: go mmopotthy monoclonol atau policlonal
Purpura
Trombositopenia
Trombositemia
Perdarahan: spontan atau trauma
Pemanjangan aPTT atau PT
Nyeri tungkai dan trombosis vena dalam
Anamnesis
Anamnesis pada sistem hematologisama seperti anamnesis pada umumnya,
mencakup keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat keluarga, dan riwayat sosial yang meliputi juga riwayat
227
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
GEJALA UMUM
228
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Status Performa
Anamnesis sistem hematologi dimulai dengan status performa. Hal ini
digunakan untuk mengetahui derajat ketidakmampuan seorang pasien dan
efek terapi pada ketidakmampuan tersebut. Beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk menilai status performa, salah satunya status performa
menurut Karnofski, Kornofskiscore atau skor Karnofski. Uraian skor Karnofski
dapat dilhat pada tabe! 8.4.
Kemampuan
itT Uraian Kinerja
100 Normal; tidak ada keluhan dan tidak terbukti
Mampu untuk melakukan adanya penyakit
aktivitas normal (aktivitas 90 Mampu melakukan aktivitas normal; terdapat
sehari-hari) dan bekerja; gejala atau tanda minor penyakit
tidak memerlukan 80 Dengan usaha tertentu masih mampu
perawatan khusus melakukan aktivitas normal; terdapat beberapa
gejala atau tanda penyakit
Tidak mampu.untuk bekerja, 70 Mampu merawat diri sendiri, namun tidak
namun masih mampu mampu melakukan aktivitas normal atau
untuk tinggal di rumah dan melakukan kegiatan secara aktif
melakukan kebanyakan 60 Kadangkala membutuhkan bantuan untuk
aktivitas terkait perawatan melakukan aktivitas, namun masih mampu
pribadi; tingkat bantuan untuk merawat diri sendiri/keperluan pribadi
untuk melakukan aktivitas
sehari-hari bervariasi sesuai
50 Membutuhkan bantuan untuk melakukan
aktivitas dan sering memerlukan pelayanan
dengan semakin menurunnya
kesehatan
skor
40 Memiliki hendaya (gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari); mem-
Tidak mampu untuk butuhkan perawatan dan bantuan khusus
melakukan perawatan 30 Hendaya yang dialami cukup berat; terdapat
pribadi secara mandiri; indikasi untuk perawatan di RS meskipun tidak
membutuhkan perawatan
ada ancaman kematian
di rumah sakit (RS) atau
institusi yang setara; penyakit
20 Kondisi sakit berat; dibutuhkan perawatan dan
mungkin berkembang secara tatalaksana di RS
cepa 10 Moribund; proses yang fatal berkembang
secara cepat
0 Meninggal
229
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
dan badan yang kurus, sehingga perlu diduga adanya penyakit lain selain
anemia saja sebagai kelainan utamanya.
Demam
Demam seringkali merupakan manifestasi awal limfoma agresif atau leukemia
akut akibat penglepasan pirogen. Pada sitopenia karena kemoterapi atau
defisiensi imun, infeksi selalu menyebabkan demam. Pada pasien dengan
fever of unknown origin harus dicurigai adanya limfoma dan terutama
limfoma hodgkin. Kadang-kadang myelofibrosis dan leukemia myelositik
kronik dapat menyebabkan demam. Pada anemia pernisiosa atau anemia
hemolitik, demam bisa timbul meskipun jarang. Menggigil berhubungan
dengan anemia hemolitik berat dan bakteremia akibat komplikasi
neutropenia atau immuno-kompromais. Keringat malam biasanya karena
demam derajat rendah dan bisa terjadi pada pasien limfoma atau leukemia
Kelemahan
Kelemahan biasanya berhubungan dengan anemia atau keganasan.
Manifestasinya dapat berupa hilangnya kekuatan atau berkurangnya
kapasitas latihan. Kelemahan bisa terlokalisir akibat komplikasi neurologi
pada penyakit hematologik. Pada anemia pernisiosa kelemahan ekstremitas
bawah berhubungan dengan rasa baal, perih, dan langkah yang tidak
stabil. Neuropati perifer terjadi juga pada disproteinemia. Kelemahan
satu atau lebih ekstremitas pada pasien dengan leukemia, myeloma atau
limfoma dapat terjadi akibat invasi atau kompresi sistem saraf sentral atau
230
Pemeriksaan Sistem Hematologi
GEJALA KHUSUS
231
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
232
Pemeriksaan Sistem Hematologi
233
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
234
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Mata
Konjungtiva pletora merupakan gambaran klinis polisitemia. pucat
tampak pada anemia. Kebutaan kadangkala terjadi karena perdarahan
retina pada kondisi anemia berat dan trombositopenia. pandangan kabur
dapat disebabkan oleh hiperviskositas pada makroglobulinemia atau
hiperleukositosis berlebihan pada leukemia. Kehilangan penglihatan
sebagian atau seluruhnya dapat terjadi karena trombosis arteri atau vena
retina. Diplopia dapat terjadi karena tumor orbita atau paralisis saraf kranial
ke tiga, ke empat dan ke enam oleh penekanan tumor terutama limfoma
ekstranodal, myeloma ekstramedular, atau sarkoma granulositik.
235
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Telinga
Vertigo, tinitus, dan suara gemuruh pada telinga dapat terjadi pada
anemia yang bermakna, polisitemia, atau hiperviskositas diinduksi
makroglobulinemia
Leher
Pembengkakan leher tanpa nyeri khas dijumpai pada limfoma, tapi dapat
disebabkan juga oleh sejumlah penyakit lain. Pembesaran kelenjar getah
bening pada limfoma bisa nyeri karena infeksi sekunder atau pertumbuhan
yang cepat. Limfadenopati yang nyeri biasanya berhubungan dengan reaksi
radang pada infeksi mono nukleosis atau adenitis supuratif. Pembengkakan
difus leher dan muka bisa terjadi pada obstruksi vena kava superior sebagai
konsekuensi adanya limfoma.
236
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Sistem Gastrointestinal
Disfagia terjadi pada keadaan seperti telah disebutkan di atas (anemia
defisiensi besi kronik). Anoreksia seringkali terjadi tetapi biasanya tidak
bermakna sebagai diagnosis yang spesifik. Hiperkalsemia dan azotemia
dapat menyebabkan anoreksia, nausea, dan muntah. Berbagai keluhan
gastrointestinal dapat disertai kesulitan makan. Rasa penuh di perut,
cepat kenyang, sendawa dan rasa tidak enak di perut mungkin ter.;adi
karena pembesaran limpa, meskipun spleno-megali sendiri bisa juga tidak
menimbulkan gejala. Nyeri perut dapat terjadi akibat obstruksi intestinal
oleh limfoma, perdarahan retroperitoneal, keracunan timbal, ileus sekunder
karena terapi alkaloid vinka, hemolisis akut, purpura alergi, krisis abdominal
pada anemia sel sabit, atau porfiria akut intermiten. Diare bisa terjadi pada
anemia pernisiosa. Diarejuga bisa terjadi pada berbagai bentuk malabsorpsi
intestinal, meskipun malabsorpsi yang bermakna bisa terjadi tanpa diarea.
Pada malabsorpsi usus halus, bisa timbul steatorea. Malabsorpsi bisa
merupakan manifestasi dari limfoma usus halus. perdarahan gastrointestinal
berhubungan dengan trombositopenia atau gangguan perdarahan lain,
bisa tak kasat mata tetapi seringkali bermanifestasi sebagai hematemesis
melena. Konstipasi dapat terjadi pada pasien dengan hiperkalsemia atau
pada seseorang yang mendapat pengobatan dengan alkaloid vinka.
237
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
238
Pemeriksaan Sistem Hematologi
unilateral, bisa terjadi karena obstruksi vena atau limfatik akibat pembesaran
kelenjar getah bening. Ulkus tungkai sering dikeluhkan pada anemia sel
sabit dan jarang terjadi pada anemia herediter lain.
Kulit
Manifestasi hematologi pada kulit merupalgn hal yang paling penting.
Manifestasi tersebut berupa perubahan tekstur atau warna, gatal, dan
adanya lesi yang spesifik atau nonspesifik. Kulit pada defisiensi besi bisa
menjadi kering. Begitu juga pada rambut menjadi kering dan tipis, sedangkan
kuku menjadi rapuh. Hipotiroidisme mungkin menyebabkan anemia, kulit
menjadi kering, kasar dan bersisik. Warna kuning bisa muncul pada anemia
pernisiosa dan anemia hemolitik didapat atau kongenital. Kulit pasien anemia
pernisiosa kuning lemon karena munculnya kuning dan pucat bersamaan.
Kulit pucat umumnya berkaitan dengan anemia, meskipun ada pasien
dengan anemia berat tidak pucat. Eritromelalgia merupakan komplikasi
yang menyulitkan pada polisitemia vera. Eritroderma yang luas terjadi pada
limfoma sel T kutaneus (terutama sindrom sezary) dan beberapa kasus
leukemia limfositik kronik atau limfoma limfositik. Kulit sering terlibat dan
kadang-kadang terlibat dalam derajat berat, pada penyakit groft versus host
yang berhubungan dengan transplantasi sumsum tulang. pasien dengan
hemokromatosis bisa timbul pigmentasi kecoklatan atau keabu-abuan pada
kulit. sianosis terjadi pada methemoglobinemia, baik herediter atau didapat,
sulfhemoglobinemia, hemoglobin abnormal dengan afinitas oksigen yang
rendah dan polisitemia primer atau sekunder. sianosis pada telinga atau
ujung jari bisa juga terjadi setelah terpajan dingin pada pasien dangan
kryoglobulin atau aglutinin tipe dingin.
Gatal bisa terjadi pada hilangnya lesi kulit yang terlihat pada limfoma
Hodgkin dan mungkin terjadinya ekstrim. Mikosis fungoides atau limfoma
lain dengan keterlibatan kulit juga menimbulkan gatal. Sejumlah pasien
polisitemia vera mengeluh gatal setelah mandi.
Ptekie dan ekimosis paling sering tampak pada ekstremitas pasien
dengan trombositopenia, purpura nontrombositopenik, atau abnormalitas
fungsi trombosit yang didapat atau diturunkan dan penyakit von Wilebrand.
Lesi-lesi ini biasanya tidak nyeri, sedangkan lesi yang terkait trauma serta
purpura psikogenik atau eritema nodosum terasa nyeri. Mudah mema[
sering terjadi pada wanita, jika tidak ada gejala perdarahan lainnya, biasanya
239
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Obat
Obat sering mencetuskan atau memperberat kelainan hematologi. Oleh
karena itu, perlu dicari riwayat penggunaannya dengan teliti, termasuk
obat dengan resep dokter atau dibeli sendiri. Disamping itu perlu diketahui
manfaat dan efek samping obat-obat yang dikonsumsi tersebut.
Obat rutin seringkali terlupa karena sudah merupakan bagian hidup
pasien. Aspirin, laksatif, penenang, suplemen zat besi, vitamin, suplemen
nutrisi, dan obat tidur termasuk dalam kategori ini. Obat-obat yang tidak
dikenal, seperti antibiotik dalam makanan atau kina dalam air tonik.
Pertanyaan persisten, spesifik, mungkin diperlukan sebelum riwayat
penggunaan obat lengkap didapat. Hal ini amat penting untuk mendapat
informasi rinci tentang peng-gunaan alkohol pada setiap pasien.
Pasien perlu ditanya tentang penggunaan obat alternatif dan herbal
karena seringkali informasi ini ditutupi oleh pasien. Pertanyaan tidak
menghakimi dapat mengidentifikasi agen-agen yang termasuk katagori ini.
Pemeriksa harus tertarik pada semua bentuk obat yang dimakan, baik obat
yang diresepkan, dibeli sendiri, alternatif dan lain-lain, untuk memastikan
semua informasi yang dibutuhkan didapat.
Kimia
Pajanan zat kimia di lingkungan secara teratui potensial berbahaya pada
kelainan hematologi. Pajanan kimia pada lingkungan kerja harus menjadi
pertimbangan. Pada pajanan kimia toksin, perlu dilakukan penilaian tentang
aktivitas sehari-hari karena umumnya pajanan yang bermakna terjadi secara
insidental.
240
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Vaksinasi
Vaksinasi dapat mengeksaserbasi trombositopenia imun.
Nutrisi
lnformasi nutrisi berguna dalam mencari kemungkinan penyebab defisiensi
diet pada anemia. Penghindaran terhadap bpberapa kelompok makanan,
misalnya pada vegan, atau makan ikan yang tidak dimasak dapat menjadi
kunci patogenesis anemia megaloblastik.
RIWAYAT KELUARGA
Riwayat keluarga amat penting pada pasien dengan penyakit hematologi.
Pada kelainan hemolisis, pertanyaan yang harus ditanyakan selain kuning
adalah anemia dan batu empedu. Pasien dengan kelainan hemostasis
dan trombosis vena harus diperhatikan adanya manifestasi perdarahan
atau tromboembolisme pada anggota keluarga. Pada kasus kelainan
autosomal resesif, seperti defisiensi piruvat kinase, orang tua biasanya tidak
dipengaruhi, tetapi sindrom klinik yang sama dapat terjadi pada saudara
kandung. Amat penting mengetahui saudara kandung yang meninggal
saat bayi, karena mungkin pasien lupa, terutama pasien yang lebih tua.
Ketika dicurigai penyakit terkait jenis kelamin, perlu diketahui gejala-gejala
pada kakek.ibu, paman ibu, saudara kandung laki-laki dan keponakan.
Sebagai contoh sferositosis hereditet mungkin ditemukan pada orang tua
dan mungkin saudara kandung, dan anak-anak pasien memiliki stigmata
ini. Latar belakang etnik mungkin penting untuk pertimbangan penyakit
tertentu seperti thalasemia, anemia sel sabit, defisiensi G6PD dan penyakit
yang diturunkan lainnya yang prevalensinya di area geografis tersebut.
RIWAYAT SEKSUAT
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang rinci harus dilakukan pada setiap pasien, dengan
perhatian yang cukup untuk semua sistem guna mendapatkan hasil evaluasi
241
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
KULIT
242
Pemeriksaan Sistem Hematologi
Sianosis
Deteksi sianosis, seperti juga deteksi pucat mungkin sulit karena adanya
pigmentasi kulit. sianosis adalah fungsijumlah total hemoglobin tereduksi
seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin. Konsentrasi minimum
hemoglobin tereduksi, methemoglobin dan sulhemoglobin yang dapat
mendeteksi sianosis masing-masing adalah 5 g/dl, l,S- 2 g/dl dan 0,5 g/al.
Kuning
Kuning terlihat pada kulit individu yang tidak terlalu berpigmen, di sklera
atau di membran mukosa. Pasien harus diperiksa dalam kondisi terang
seperti cahaya siang, karena warna kuning akan menutupi warna kuning
pada pasien. Kuning disebabkan oleh pewarnaan kulit oleh pigmen empedu
dan bilirubin glukoronida (bilirubin direk atau terkonjugasi) daripada
bilirubin tidak terkonjugasi. Kuning pada kulit mungkin tidak terlihat jika
kadar bilirubin di bawah 2-3 mg/dl. pewarnaan kuning kulit bisa juga terjadi
karena karotenemia, terutama pada anak kecil.
Eskoriasi
Gatal merupakan kelainan yang tampak pada kelainan hematologik seperti
limfoma Hodgkin, meski tidak ada lesi kulit. Eskoriasi kulit karena digaruk
hanya manifestasi fisik pada gejala yang berat.
243
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Ulkus tungkai
Luka terbuka atau parut ulkus yang menyembuh di daerah maleoli internal
atau eksternal dapat dijumpai pada pasien anemia sel sabit
KUKU
Deteksi pucat atau kemerahan dengan memerii<sa kuku telah didiskusikan di
atas. Ujung jari, pada defisiensi besi kronik, bisa terbentuk garis longitudinal
yang rata atau konkaf. Kuku yang berbentuk konkaftampak pada koilonikia.
MATA
Kuning, pucat, atau pletora dapat dideteksi pada pemeriksaan mata kuning
biasanya lebih segera terdeteksi pada sklera daripada kulit. Pemeriksaan
oftalmoskopi penting pada pasien dengan kelainan hematologik.
Perdarahan retina dan eksudat terjadi pada pasien dengan anemia berat dan
trombositopenia. Perdarahan ini biasanya beru pa perdarahan flo me -shaped.
Kelainan ini bisa menjadi besar dan mengangkat retina sehingga tampak
tumor yang berwarna gelap. Perdarahan bulat dengan pusat yang putih
juga sering terlihat. Dilatasi vena bisa terlihat pada polisitemia. Pada pasien
makroglobulinemia, vena tampak melebar dan bersegmentasi sehingga
membentuk seperti sosis.
MULUT
Kondisi pucat dapat dilihat pada mukosa mulut. Ulkus pada mukosa
mulut umumnya terjadi pada pasien-pasien neutropenia. Pada leukemia
ada infiltrasi ke gusi yang menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan
perdarahan. Perdarahan mukosa teriadi pada penyakit hemo-ragik. Garis
gelap timbal sulfida bisa terdeposisi di gusi pada dasar gigi akibat keracunan
timbal. Lidah menjadi mulus karena anemia pernisiosa dan anemla defisiensi
besi. Pasien dengan prostesis gigi atas bisa juga mengalami atrofi papil lidah
karena faktor mekanik. Lidah bisa menjadi halus dan merah karena defisiensi
nutrisi. Hal ini berhubungan juga dengan fisura pada sudut mulut, meskipun
bisa juga karena tekanan gigi. Pembesaran lidah pada palpasi teraba keras,
mengindikasikan adanya amiloidosis primer.
244
Pemeriksaan Sistem Hematologi
DADA
Nyeri sternum dan iga merupakan tanda fisik penting yang seringkali
diabaikan. Peningkatan nyeri tulang mungkin terjadi secara menyeluruh
karena leukemia atau spotty pada myeloma sel plasma atau tumor metastasis.
TIMPA
Pada orang dewasa muda biasanya limpa tidak teraba pada
pemeriksaan fisik tetapi kadang-kadang ujungnya teraba. Terabanya limpa
bisa tergantung pada habitus, meski ada yang tidak setuju dengan pendapat
ini. Perkusi, palpasi atau kombinasi keduanya dapat mendeteksi pembesaran
limpa. Beberapa limpa yang besar tampak menonjol pada dinding perut.
Limpa normal beratnya 150 g dan terletak di ruang peritoneal
berlawanan arah dengan diagfragma dan posterolateral dinding perut
pada level tiga iga terbawah. Saat membesar limpa tetap dekat dengan
dinding dada sehingga kutub yang lebih bawah bergerak turun, ke depan
dan ke kanan. Limpa yang membesar40o/o,bisa dipalpasi. pembesaran limpa
yang bermakna bisa terjadi tanpa dapat dirasakan dengan palpasi. Meski
245
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
HATI
Pada umumnya untuk mendeteksi pembesaran hati dilakukan dengan cara
melakukan palpasi pinggir hati pada abdomen kuadran kanan atas. Metode
ini sebenarnya kurang akurat. Untuk itu perlu diperkuat dengan menentukan
batas atas dan batas bawah hati dengan melakukan perkusi.
Hati yang berukuran normal bisa teraba sebesar 4-5 cm dibawah tepi
lengkung iga, tetapi tidak teraba dibawah epigastrium. Tingginya bunyi
redup hati terbaik dinilai pada garis khusus yang berjarak kira-kira 8,10
atau 12 cm dari garis tengah ke kanan. Teknik ini belum terstandarisasi
sehingga perlu dilakukan pengukuran yang serial. Dengan teknik inijarak
vertikal hati yang normal sekitar 10 cm pada lak-laki dan 2 cm lebih kecil
pada perempuan. Karena beragam teknik yang diperkenalkan, dokter harus
menentukan ar'ea normal keredupan hati dengan prosedurnya sendiri-
sendiri.
246
Pemeriksaan Sistem Hematologi
SISTEM SARAF
Evaluasi fungsi neurologi perlu pada sebagian besar pasien dengan penyakit
hematologik. Defisiensi vitamin B 12, kerusakan serebral, olfaktori, korda
spinalis, dan fungsi saraf tepi dan defisiensi kronik berat bisa menimbulkan
degenerasi neurologik yang ireversibel. Meningitis leukemia selalu
bermanifestasi sakit kepala, gangguan penglihatan, dan disfungsi saraf
kranial. Pertumbuhan tumor pada otak atau kompresi korda spinalis bisa
disebabkan oleh limfoma atau myeloma sel plasma. Berbagai kelainan
neurologi bisa berkembang dari pasien leukemia, limfoma, dan myeloma
sebagai konsekuensi infiltrasi tumo[ perdarahan, infeksi atau sindrom
paraneoplastik. Polineuropati adalah gambaran pOEMS (polineuropati,
organomegali, endokrinopati, gamopati monoklonal , dan skin chonges/
perubahan kulit).
SENDI-SENDt
Deformitas lutut siku, tumit, bahu, tangan dan panggul mungkin berasal dari
perdarahan berulang pada pasien hemofilia A, hemofilia B, atau defisiensi
faktor Vll berat. Sendi target selalu terpengaruh.
SIMPULAN
Kelainan hematologi merupakan kelainan yang terkait dengan berbagai
kelainan sistem organ lain. oleh karena itu kebanyakan kelainan hematologi
merupakan kelainan sekunder sistem organ lain. Kelainan hematologijuga
dapat menimbulkan kelainan pada sistem organ lain. pendekatan awal
kelainan hematologi, khususnya kelainan hematologi prime6 membutuhkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dan akurat, meliputi semua
sistem organ yang mungkin terlibat pada kelainan hematologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marshal L, Ern'est B, J KT, Uri S, Kaushanaky K, T pJ. lnitial approach to the patient:
history and physical examination: overview. In: Marshal L, Ernest B, J KT, Uri
S, Kaushanaky K, T PJ, editors. William's Hematology 7th Edition. New york:
McGraw-Hill Companies; 2007.
247
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
2. Williams JL, Hematopoeisis. ln: McKenzie SB, Williams JL, Zeibig, editors. Clinical
Laboratory Hematology 2ndedition. Boston 2010.p. 9-30
3. Annete i. Schlueter; M.D. PhD. Structure and function of hematopoetic organs
. ln: McKenzie SB, Williams JL, Zeibig, editors. Clinical Laboratory Hematology
2"d Edition. Boston 2010.p. 31 -49.
4. McKenzie SB, PhD. lntroduction. ln: McKenzie SB, Williams JL, Zeibig,
editors. Clinical Laboratory Hematology 2nd. Boston 2010.p.1-8
5. Lichtman MA, Beutler E, Kipps TJ, Seligsohn U, Kaushansky K, Prchal JT. Structure
of the marrow and the hematopoietic microenvironment: overview ln: Lichtman
MA, Beutler E, Kipps TJ, Seligsohn U, Kaushansky K, Prchal Jl editors. William's
Hematology, 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2007.
6. A. LM, Ernest B, J. KT, Uri S, Kenneth K, T. PJ. The lymphoid tissues: overview
ln: A. L, Ernest B, J. KT, Uri S, Kenneth K, T. PJ, editors. William's Hematology ,
7th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2007.
7. L CM. lntroduction and approach to hematology. ln: Giancarlo P Marcia C, Holly
M, Peles S, Uy G, D FJ, et al., editors. The Washington Manual Subspeciality
Consult Series Hematology and Oncology Subspeciality Consult. Washington:
Lippiincott, Williams, & Wilkins; 2004.
8. T SR. Handbook of cancer chemotherapy. ln: T SR, editor. Handbook of Cancer
Chemotherapy. Philadelphia: Lippincot, Willams, & Wilkins; 2003
248
BAB 9
PENDAHULUAN
sistem endokrin menghantarkan informasi antar sel dan jaringan di
seluruh tubuh dengan cara melepaskan hormon ke dalam sirkulasi untuk
menyampaikan informasi ke sel target yang memiliki reseptor hormon
tersebut.l,2 Gangguan pada sistem endokrin memiliki dampak yang luas
terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan metabolisme tubuh mengingat
hubungan yang kompleks antara sel, sistem saraf, dan sistem imun. Di dalam
tubuh terdapat 5 kelenjar endokrin utama yaitu hipotalamus, hipofisis,
tiroid, adrenal, dan gonad.l, Gejala dan tanda yang timbul akibat gangguan
sistem tersebut ditentukan oleh kelenjar yang terkena, luas, lama, dan
hormon yang terlibat. Sebagai contoh pada adenoma hipofisis, meskipun
yang terbanyakjenis prolaktinoma, namun tidak semua kasus memberikan
gejala dan tanda yang sama. Besarnya tumor dan lamanya penyakit akan
menentukan adakah hormon yang tertekan dan seberapa berat hormon
tersebut tertekan akibat ekspansi sel tumor. pasien datang dengan keluhan
yang beragam mulai dari gangguan lapang pandang akibat ekspansi tumor
ke chiasmo opticum sampai dengan gangguan seksual akibat penekanan
produksi hormon seks oleh sel tumor.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat merupakan modal bagi
seorang dokter dalam melakukan pendekatan diagnosis suatu kelainan
di bidang metabolik endokrinologi. Manifestasi yang disebabkan oleh
gangguan endokrin dapat tumpang tindih dengan keadaan normal dan
patologi akibat kondisi lain, sehingga tidak ada anamnesis dan pemeriksaan
249
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
250
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Gejala utama
Perubahan nafsu makan dan berat badan
Sakit kepala
Gangguan buang air besar
Berkeringat
Distribusi rambut
Letargi
Perubahan kulit
Pigmentasi kulit
Perawakan pendek
Gangguan libido, disfungsi ereksi
Gangguan menstruasi
Poliuria
Benjolan di leher (struma, goiter)
Kelainan endokrin dengan gejala khasnya
Tirotoksikosis:
Tidak tahan panas, berat badan menurun, nafsu makan meningkat (polifagia),
berdebar-debar, keringat berlebihan, cemas, mudah ter-singgung, diire,
amenorea, kelemahan otot, sesak saat beraktivitas
Hipotiroidisme (miksedema):
Tidak tahan dingin, letargi, edema kelopak mata, suara serak, konstipasi, kulit
kasar; hiperkarotenemia
Diabetes melitus:
Poliuria, polidipsia, polifagia, pandangan mata kabuI lemah, infeksi, gatal di
lipat paha, kemerahan (gatal di vulva, balanitis), berat badan turun, mudah lelah,
letargi, gangguan kesadaran
Hipoglikemia:
Sakit kepala pagi hari, kenaikan berat badan, berdebar; keringat berlebih, kejang,
penurunan kesadaran
lnsufisiensi adrenal primer:
Pigmentasi kulit, mudah lelah, berat badan turun, tidak nafsu makan, mual, diare,
nokturia, perubahan mental, kejang (akibat hipotensi, hipoglikemia)
Sindrom Cushing
Obesitas trunkal, strioe, moonfoce, buffolo hump, miopati, bruises
Diabetes insipidus
Poliuria (>50
ml/kg BB), sulit menahan berkemih, gangguan tidur karena banyak
berkemih malam hari, lelah, mengantuk, haus
Akromegali:.
Lelah, lemas, keringat berlebih, tidak tahan panas, berat badan naik, pembesaran
tangan dan kaki, gambaran wajah membesar dan kasari sakit kepala, gangguan
penglihatan, perubahan suara, penurunan libido, disfungsi ereksi
Adenoma hipofisis
Gangguan akibat perubahan keseimbangan hormon (tabel 3) dan gangguan
akibat massa tumor (sakit kepala, gangguan lapang pandang)
251
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Letargi
Letargi dapat disebabkan beberapa keadaan. Hipotiroidisme, penyakit
Addison dan diabetes melitus dapat menimbulkan gejala letargi. Penyakit
lain seperti anemia, penyakit jaringan ikat, infeksi kronik, obat-obatan,
penyakit hati kronik, gagal ginjal, keganasan, dan depresi juga dapat
menyebabkan letargi.:,s,e
2s2
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
pada kulit wajah dan leher dapat disebabkan oleh sindrom karsinoid
(karena penglepasan peptida vasoaktif). Akromegali dapat menyebabkan
pertumbuhan kulit di aksila yang disebut molluscum fibrinosum. Achantosis
nigricons dapat ditemukan pada akromegali, sindrom Cushing, dan sindrom
ovarium polikistik. Pada beberapa keadaan dapat dijumpai papul atau plak
berwarna kekuningan di kulit yang disebut xonthomo. Tuberous xonthomo
sering berkaitan dengan hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia,
sedangkan xanthelasma dijumpai pada penyandang DM.111
Hiperpigmentasi kulit dijumpai pada insufisiensi adrenal rimel
sindrom Cushing dan akromegali, sedangkan hipopigmentasi terjadi
pada hipopituitarisme. Depigmentasi lokal merupakan tanda khas vitiligo
yang berhubungan dengan penyakit endokrin tertentu seperti penyakit
Hashimoto (hipotiroidisme) atau penyakit Addison (insufisiensi adrenal).
Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi penis dalam jangka waktu dan kekuatan tertentu
untuk mencapai kepuasan aktivitas seksual sebanyak lebih dari Z5o/o.Secara
umum dapat disebabkan oleh gangguan organik dan psikogenik. penyebab
tersering adalah gangguan psikologis, namun dapat pula disebabkan oleh
253
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Galaktorea
Galaktorea adalah pengeluaran air susu dari kelenjar payudara pada kondisi
abnormal yaitu enam bulan setelah bayi baru lahir atau pada ibu yang sudah
tidak menyusui. Hiperprolaktinemia merupakan penyebab galaktorea pada
80% perempuan dan 30% pria.11a
Gangguan menstruasi
Amenorea primer adalah kegagalan seorang perempuan memulai
menstruasi saat usia 16 tahun. Amenorea sekunder adalah terhentinya
menstruasi selama 3 siklus atau lebih pada perempuan yang sebelumnya
pernah menstruasi. Amenorea sekunder fisiologis dapat dijumpai pada
kehamilan, menopause, dan penggunaan kontrasepsi hormonal. Meskipun
tidak membahayakan nyawa, namun keluhan amenorea berkaitan dengan
kelainan genetik, hormonal, atau anatomi sistem reproduksi. Struktur
anatomi organ reproduksi yang intak menunjukkan bahwa masalahnya
berada di aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Amenorea primer kebanyakan
254
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Poliuria
Poliuria didefinisikan sebagaijumlah urin lebih dari 3 liter/hari (>50 mL/
kgBB). Poliuria dapat disebabkan oleh diabetes melitus, diabetes insipidus
(Dl), polidipsia prime; hiperkalsemia, dan penyakit tubulointerstisial ginjal
atau penyakit kista ginjal. Untuk menyingkirkan poliuria akibat DM atau
Dl psikogenik maka perlu diketahui ada tidaknya riwayat DM dan riwayat
aspan minuman yang berlebih pada anamnesis.3,l6
Ginekomastia
Ginekomastia sering d'rjumpai pada masa neonatus dan ditemukanpada7Oo/o
laki-laki usia pubertas. Ginekomastia disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara estrogen dan testosteron pada kelenjar payudara. Pada anamnesis
perlu ditanyakan riwayat penggunaan obat-obatan (hormon, antibiotik, obat
dispepsia, obat jantung), penyakit sistemik (sirosis hati, uremia), kelainan
endokrin (hipogonadism primer), dan keganasan (tumor testis, neoplasma
yang menyekresi hCG).17
255
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Kelenjar Hipofisis
Manifestasi klinis kelainan kelenjar hipofisis dipengaruhi oleh hormon yang
terkena dan luasnya kelainan. Defisiensi hormon pertumbuhan (growth
hormone, GH) dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak
dan gangguan komposisi tubuh pada orang dewasa. Defisiensi hormon
gonadotropin pada perempuan dapat menyebabkan gangguan menstruasi
dan infertilitas, sedangkan pada laki- laki menyebabkan gangguan seksual,
infertilitas, dan pertumbuhan seks sekunder. Defisiensi hormon TSH dan
ACTH biasanya terjadi pada gangguan kelenjar hipofisis yang lebih lanjut'
Defisiensi TSH menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak-anak
dan klinis hipotiroidisme pada anak dan dewasa.3'18'22 lnsufisiensi adrenal
sekunder akibat defisiensi ACTH menyebabkan hipokortisol dengan
fungsi mineralokortikoid yang relatif dipertahankan.e Defisiensi prolaktin
menyebabkan kegagalan menyusui. Kelainan yang mengenai hipofisis
posterior akan menurunkan sekresi vasopresin sehingga timbul poliuria
dan polidipsia.ls
Kelenjar Tiroid
Pasien dengan penyakit tiroid biasanya datang dengan keluhan pembesaran
atau timbulnya benjolan di leher; dapat disertai dengan atau tanpa gejala
toksik (Tabel 9.7). Tidak jarang pasien datang dengan komplikasi akibat
tirotoksikosis, seperti gangguan penglihatan (oftalmopati) dan kelainan
jantung. Pasien dengan keganasan tiroid dapat mengeluhkan gejala-gejala
akibat penekanan kelenjar tiroid ke struktur di sekitarnya seperti gangguan
menelan, suara serak, dan sesak napas.3'6
2s6
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
257
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
258
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Anamnesis
Adakah gangguan pertumbuhan?
Adakah gangguan penglihatan (blurred rzision), penglihatan ganda (diplopia),
penyempitan lapang pandang, buta warna?
Adakah gangguan penciuman?
Apakah terdapat perubahan bentuk wajah?
Apakah tangan dan kaki terasa membesar? (perubahan ukuran sepatu, cincin di
jari menjadi sempit, copol tunnel syndrome)
Adakah gangguan nafsu makan, perasaan haus berlebih?
Adakah gangguan tidur; gangguan kepribadian, psikosis?
Adakah gangguan sistem autonom (keringat berlebih, baal)?
Adakah gangguan menstruasi?
Adakah keluhan sakit kepala, riwayat kejang?
Adakah riwayat penggunaan obat-obat tertentu (steroid, hormonal), riwayat
radiasi daerah hipofisis?
2s9
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Anamnesis
. Adakah keluhan mudah lelah, sulit berkonsentrasi?
. Adakah peningkatan/penurunan nafsu makan?
. Adakah peningkatan,/penurunan berat badan?
. Adakah intoleransi/tidak tahan terhadap udara panas/dingin?
. Adakah perubahan pola defekasi (peningkatan frekuensi atau konstipasi)?
. Adakah penurunan/peningkatan produksi kefingat?
. Adakah keluhan berdebar-debai gemetar?
. Adakah keluhan mudah marah/ tersinggung?
. Adakah gangguan menstruasi?
. Adakah benjolan di daerah leher? Jika ya:
. Bagaimana deskripsinya (bertambah besar; terasa nyeri)
. Apakah disertai keluhan sesak, gangguan menelan, suara serak?
. Adakah gangguan penglihatan?
. Adakah riwayat radiasi daerah leher, riwayat penggunaan obat jantung
(amiodaron), penggunaan kontras beryodium atau litium karbonat?
. Bagaimana asupan yodium?
. Adakah keluarga dengan keluhan serupa?
. Adakah riwayat penyakit autoimun lain?
260
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Anamnesis
. Adakah perasaan lemas, mudah lelah?
. Adakah penurunan nafsu makan?
. Adakah penurunan/ peningkatan berat badan?
. Adakah keluhan mual, muntah. postural dizziness?
. Adakah emosi labil, perasaan gembira yang berlebihan, halusinasi?
. Adakah gangguan menstruasi, impotensi, peSurunan libido?
. Adakah riwayat penggunaan steroid, jamu-jamuan dalam jangka panjang?
. Adakah riwayat penghentian steroid secara tiba-tiba?
. Adakah riwayat tuberkulosis atau adakah gejala k€'arah tuberkulosis saat ini
(batuk lama, penurunan berat badan, keringat malam)?
. Adakah riwayat malignansi, penyakit autoimun, penyakit hipofisis?
Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua bagian utama yaitu korteks dan medula.
Pada korteks terdapat 3 lapisan yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata, dan
zona retikularis. Penyakit yang disebabkan gangguan pada korteks adrenal
di antaranya adalah sindrom Cushing dan insufisiensi adrenal, sedangkan
yang disebabkan gangguan pada medula adrenal adalah feokromositoma.3,le
Gejala dan tanda sindrom Cushing dapat dilihat pada tabel 9.10.
Pada anamnesis, selain keluhan yang khas ke arah sindrom Cushing, perlu
diketahui kemungkinan penyebabnya. Riwayat penggunaan obat steroid
atau jamu-jamuan dalam jangka panjang perlu ditanyakan.Sebaliknya, pada
insufisiensi adrenal, riwayat penghentian obat steroid tiba-tiba, riwayat sakit
kronik (tuberkulosis) atau keluhan saat ini yang mengarah ke diagnosis TB
dapat membantu mengarahkan etiologinya. Gejala dan tanda insufisiensi
adrenal dapat dilihat pada tabel 9.1 1.3.1e
261
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Obesitas
Hipertensi
Pletora
Hirsutisme
Jerawat
Strioe
Bruising
Osteopenia
Kelemahan otot
Gangguan neuropsikiatri (emosi labil, eforia, depresi, psikosis)
Gangguan menstruasi
lmpotensi, libido menurun
Gangguan toleransi glukosa
Diabetes
Dislipidemia
Poliuria
Batu ginjal
Kelenjar Gonad
Hipogonadisme disebabkan oleh gangguan pada aksis hipotalamus hipofisis-
gonad maupun oleh kelenjar gonad itu sendiri. Secara klinis hipogonadisme
dapat mengakibatkan gejala pubertas lambat. Pubertas merupakan salah
satu stadium dalam perkembangan manusia yang ditandai dengan selesainya
perkembangan seks dan pertumbuhan sehingga seseorang mampu untuk
bereproduksi. Pubertas ditandai dengan peningkatan pertu mbuhan secara
cepat, matangnya kelenjar gonad, timbulnya tanda-tanda seks sekundel
serta dimulainya menstruasi dan spermatogenesis. Mengingat pubertas
dipengaruhi oleh hormon gonadotropin dan hormon ekstragonad, maka
gejala yang ditimbulkan sesuai dengan tempat kelainan yang ter.1adi.
Tanda awal pubertas pada laki-laki ditandai dengan ukuran testis lebih
dari2,5 cm (di luar epididimis), sedangkan pada perempuan ditandai dengan
tumbuhnya payudara. Pubertas dikatakan lambat bila pada laki-laki usia 13
tahun dan perempuan usia 14 tahun tidak ditemukan tanda perkembangan
seks sekunder atau adanya gangguan pada perjalanan proses pubertas,
misalnya, pada perempuan tidak didapatkan haid setelah lima tahun tumbuh
breast bud.3'23
262
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
1. Preadolescence
2. Pembesaran testis dan skrotum
3. Pemanjangan penis
Berkembangnya glans penis dan daerah skrotum semakin gelap
!5. Dewasa: ditambah rambut pubis meluas hingga paha bagiin dalam
Perempuan
Payudara
'1. Preadolescence
2, Breost bud (menonjolnya payudara dan papilla)
3. Pembesaran payudara dan areola (sejajar)
4 Areola dan papilla berkembang lebih tinggi dari payudara
5. Dewasa: papilla semakin menonjol
Rambut pubis
1. Tidak ada rambut pubis
2. Tumbuh jarang terutama sekitar labia
Rambut semakin gelap dan keriting, menutupi daerah per-sambungan pubis
1
4. Tipe dewasa namun tanpa penyebaran rambut ke paha bagian dalam'
5. Dewasa: Rambut tersebar sampai paha bagian dalam
Kelenjar Paratiroid
Kelainan tersering pada kelenjar paratiroid adalah hipoparatiroidisme
pasca tiroidektomi total, di samping idiopatik. Keluhan yang timbul adalah
263
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
manifestasi hipokalsemia seperti rasa baal di daerah mulut dan jari-jari, kram
otot hingga kejang. Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat
operasi tiroid dan gejala-gejala hi pokalsemia.2a
Penyakit lain yang dapat dijumpai adalah hiperparatiroidisme' Pasien
dengan riwayat batu ginjal berulang dapat dicurigai berkaitan dengan
hiperkalsemia akibat hiperparatiroidisme. Ge]ala lain yang dapat dijumpai
adalah fraktur; nyeri perut, konstipasi, gangguan psikiatri, perasaan bingung
dan gejala neurologi (kebingungan, kelelahan berat, $angguan kesadaran).124
264
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Pemeriksaan umum
- Tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh
- Tanda vital: tekanan darah pada posisi berbaring dan posisi duduk,
frekuensi dan irama nadi, frekuensi nafas, suhu tu6uh
Pemeriksaan khusus
- Perhatikan distribusi rambut pada tubuh: adakah hirsutism, alopesia
- Adakah kelainan pada kulit: jerawat, acanthosis nigricans, hiper/
hipopigmentasi, striae
- Adakah eksoftalmus, gangguan lapang pandang, atrofi optik
- Perhatikan daerah wajah: moon face, frontal bosiing, rahang menonjol,
hidung yang membesar dan lebar
- Adakah pembesaran lidah, gigi-gigi terpisah, maloklusi
- Adakah struma pada leher, buffalo hump pada punggung
- Perhatikan payudara: adakah ginekomastia, payudaritidaIberkembang
pada wanita
- Perhatikan daerah akral: adakah pembesaran tangan dan kaki, akropaki
tiroid (clubbing), onikolisis, tremoI edema
- Perhatikan daerah genitalia: rambut pubis, atrofi testis, kelainan pada
klitoris
[,;>
\_*"
Gambar 9.1. Orkidometer
265
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Kelenjar Gonad
Perabaan testis pada pria rutin dilakukan pada kasus gangguan pubertas
(terutama pubertas lambat) dan kecurigaan hipogonadisme. Pada
kriptorkismus, testis tidak turun sempurna ke kantong skrotum sehingga
salah satu atau keduanya tetap berada di rongga abdomen. Orkidometer
merupakan alat yang digunakan untuk menilai ukuran testis.
Kelenjar Tiroid
Pemeriksaan status lokalis kelenjar tiroid6
Pembesaran kelenjar tiroid disebut struma (goiter). Pembesaran generalisata
disebut sebagai struma difusa, sedangkan bila pembesaran bersifat iregular
atau benjolan disebut struma nodosa. Kelenjartiroid berada di sebelah anterior
trakea, antara lekuk sternal dan kartilago tiroid. Pemeriksaan tiroid meliputi
inspeksi, palpasi dan auskultasi. Langkah-langkah pemeriksaan tiroid:16
a. lnspeksi
Pemeriksa berdiri di depan pasien dengan cahaya yang cukup dari arah
belakang pemeriksa. lnspeksi dilakukan dari arah depan dan samping
pasien untuk melihat ada tidaknya massa, perubahan warna kulit dan
vena yang melebar atau jaringan parut bekas tiroidektomi di daerah
tiroid. Daerah lidah diperiksa untuk melihat kemungkinan tiroid lingual
dan kista duktus tiroglosus (dapat di leher).
Struma yang besar terutama yang terletak retrosternal dapat
menyebabkan obstruksi pada lubang masuk rongga dada yang ditandai
adanya dilatasi vena-vena dinding dada bagian atas, distensi vena
jugularis, dan eritema fasialis. Tes Pemberton untuk menilai obstruksi
rongga masuk toraks oleh struma retrosternal dilakukan dengan
meminta pasien untuk mengangkat kedua lengan setinggi mungkin
selama beberapa saat. Tanda adanya obstruksi rongga masuk toraks
adalah kongesti pada wajah (plethoro), sianosis, sesak napas, dan stridor
inspirasi (pasien diminta menarik napas dalam melalui mulut).
Pasien diminta melakukan gerakan menelan atau diberikan air
minum untuk ditelan. Pembengkakan di leher yang disebabkan oleh
goiter atau kista tiroglosus, akan bergerak ke atas saat proses menelan
sekitar 2 cm bersamaan dengan trakea, kemudian berhenti sejenak
selama setengah detik sebelum turun kembali.
266
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Palpasi
Normalnya kelenjar tiroid sulit atau hanya sedikit teraba, memiliki
permukaan yang halus dengan konsistensi lunak sampai kenyal.
Perabaan tiroid dapat dilakukan dari arah belakang pemeriksa
menggunakan ujung jari kedua tangan, dan menggunakan kedua
ibu jari bila dilakukan dari arah depan pasien. Untuk nodul yang kecil
pemeriksaan dari arah depan dan belakang dapat lebih membantu.
Kondisi leher sedikit fleksi agar otot leher tidak terlalu meregang
Pada pemeriksaan dari depan, kedua ibu jari pemeriksa diletakkan di
tengah trakea (di daerah krikoid) untuk melokalisasi istmus tiroid dan lobus
piramidal yang meluas ke atas dari ismus. Palpasi lobus kiri tiroid dilakukan
dengan ibujari kanan pemeriksa dan sebaliknya satu per satu. Saat palpasi
dilakukan penilaian ukuran, tekstur; konsistensi, nodul/ difus, nyeri tidak
pada penekanan dan mobilisasi dari dasarnya atau jaringan sekitar.
I
Pemeriksaan dari depan Pemeriksaan dari belakang
267
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
d. Auskultasi
Pada penyakit Graves dapat didengar adanya bunyi desis (bruit) pada
auskultasi dan dapat pula teraba getaran (thriLl) pada palpasi kelenjar
tiroid.
OFTALMOPAT!
Klasifikasi yang tercantum pada tabel 9.15 bermanfaat untuk menggambarkan
beratnya keterlibatan mata, namun tidak dapat digunakan untuk memonitor
perjalanan penyakit mengingat satu stadium tidak selalu memburuk ke
stadium berikutnya.
0 No sign or symptoms
1 Only sign, no symptoms (tanda terbatas pada upper Lid retroction, store,
lid lag)
2 Soft tissue involvement (gejala dan tanda)
3 P roptosis (diuku r dengan H e rtel exophtho Lmo m ete r)
4 Ertraocu la r m uscle involve m e nt
5 Corneal involvement
6 Sight loss (keterlibatan sarap optikus)
258
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Kelenjar Hipofisis
Gangguan pada kelenjar hipofisis yang tersering adalah tumor.Pengaruh
tumor hipoflsis dapat berupa gejala mekanik akibat dorongan massa tumor
(sakit kepala, gangguan lapang pandang) atau gejala akibat gangguan
sekresi hormon hipofisis (akromegali, gigantisme, sindrom Cushing,
galaktorea, amenorea seku nder, gang guan. i nfertilitas, hipertiroidisme).
Akromegali teUadi apabila kelebihan growth hormone terjadi setelah
penutupan lempeng epifisis, sedangkan gigantisme.terjadi apabila kelebihan
growth hormone terjadi sebelum penutupan lempeng epifisis.
Pada inspeksi umum dapat ditemukan perawakan pendek, kulit yang
pucat (gangguan aktivitas melanosit), pertumbuhan rambut menipis dan
kulit berkerut halus (akibat defisiensi gonadotropin). Tanda seks sekunder
dapat tidak dijumpai sama sekali bila terjadi kegagalan gonadotropin
sebelum pubertas. Pada akromegali dan gigantisme, terdapat penampakan
tubuh yang khas.
Pada muka dapat dijumpai kerutan halus sekitar mata yang menunjukkan
defisiensi gonadotropin. Luka parut bekas luka di daerah frontal dapat
menunjukkan riwayat operasi kepala. Pada akromegali dijumpai frontal
bossing yang ditandai kerutan yang lebar di daerah supraorbita.
Gambar 9.3. Oftalmopati (A), dermopati (B) dan akropaki (C) pada
penyakit Graves'
269
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gambar 9.4. Gigantisme: Peningkatan Tingi Badan dan prognatism (A); pem-
besaran Tangan (B) dan Pembesaran Kaki (C)]a
270
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
271
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Kelenjar Adrenal
Gangguan pada kelenjar adrenal yang tersering adalah sindrom Cushing dan
insufisiensi adrenal.3 Pada sindrom cushing dapat dijumpai obesitas sentral,
hipertensi, dan gangguan toleransi glukosa. Sebaliknya, pada insufisiensi
adrenal, dapat dijumpai hipotensi postural dan hipoglikemia berulang.1s,12,14
lnsufisiensi adrenal bisa primer akibal odrenat faiture atau sekunder akibat
penekanan hipotalamus hipofisis. Pada insufisiensi adrenal sekunder; gejala
akibat defisiensi mineralokortikoid (hipotensi) jarang muncul. penyebab
a d re n o I fo ilu re terserin g adala h tu berku losis.
Pada sindrom Cushing d'rjumpai moon foce, buffoto hump di pungung,
edema akibat retensi air dan garam, juga gangguan penyembuhan luka dan
bruising.T'10,11 Selain itu, juga dijumpai hiperpigmentasi akibat peningkatan
272
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
273
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
-J .J
-
t!r
lrlilti
rr?.a
Gambar 9.7. Sistem Skoring untuk Hirsutisme (Ferriman Gallwey)
Gambar 9.8. (a) Jerawat, hirsutisme, (b) strioe, (c) moon foce pada sindrom
Cushing
274
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
Kelenjar Paratiroid
Pada hipokalsemia dapat drlumpai tanda rrousseou dan chvostek's. pada
tanda Trousseau, dilakukan pembendungan di lengan atas sampai di atas
tekanan darah sistolik dan dilihat respons yang khas dalam waktu 2 menit
berupa kontraksi tangan. lbu jari mengalami aduksi dengan jari tangan lain
mengalami ekstensi kecuali pada sendi metakarpofalang. Tanda Chvostek
dapat dilihat dengan melakukan ketukan lembut di daerah nervus tujuh di
bawah telinga sehingga menimbulkan gerakan otot wajah pada sisi yang
sama, terutama otot bibir atas.2s
/ "-'- tr ,
I "'.
L" * '-lri'
-lY \/,
.-'.. k_>
r-$ /1
$ ,,/
Gambar 9.10. Tanda Chvostek Gambar 9.9. Tanda Trousseau
275
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
276
Pemeriksaan Fisis Sistem Endokrin
DAFTAR PUSTAKA
l Baxter JQ Ribeiro cJ,webb P lntroduction to Endocrinology. Dalam: Greenspan
FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinical Endocrinology. Edisi ketujuh. Lange
Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-Hill Company USA 2004:l -4.
2. Lameson JL. Principles of endocrinology. Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Hauser
SL, Fauci AS, LongoDL, Lameson JL. Editors. Harrison,s principles of lnternal
Medicine. Edisi ke-16. McGraw-Hill Company USA. 2005:2067.
3. Talley NJ, O'Connor S. The Endocrine System. Dalam:Talley NJ, O,Connor S. Editor.
Cl inical examination.Edisi ke-6. Elsevier Australia 201 0:295-322.
4. wilson JD Foster DW, Kronenberg HM, Larsen pR. principles of endocrinology.
Dalam: wilson JQ Foster DW, Kronenberg HM, Larsen pR. Editor. william Textbolk
of Endocrinology. Edisi kesembiran. wB saunders company. phiradelphia.
1998:1-10.
5. Jameson JL, Weetman Ap Disorders of the Thyroid Gland. Dalam: Kasper DL,
Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, LongoDL, Lameson JL. Editors. Harrison,s
Principles of Internal Medicine. Edisi k-16. McGraw-Hill company USA. 2005:2104-
127.
6. Greenspan FS. The Thyroid Gland. Dalam: Greenspan FS, Gardner DG, editor.
Basic & clinical Endocrinology. Edisi ketujuh. Lange Medical Books/ McGraw
Hill. The McGraw-Hill Company USA.2004: 251-91 .
7. Masharani U, Karam JH, German MS. pancreatic Hormone & Diabetes Melitus.
Dalam: Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & crinical Endocrinology. Edisi
ketujuh. Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-Hill Company USA
2004: 678-731.
B. Salvatori R. Adrenal lnsufficiency. JAMA. 2005;294:2491-8.
9. Dorin Rl, Qualls CR, Crapo LM. Diagnosis of Adrenal lnsufficiency. Ann lntern
Med. 2003;'1 39 :1 94-204.
10. Rosenfield RL. Hirsutisme. N Engl.J Med. 2005;353:2578-8g.
1 1 . Raff H, Findling JW A physiologic approach to diagnosis of the cushing syndrome.
Ann lntern Med. 2003; 138:980-91.
12. Styne D. Growth. Dalam: Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinicar
Endocrinology. Edisi ketujuh. Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-
Hill Company USA. 2004: 194-212.
13. McVaryKT.SexualDysfunction.Dalam:KasperDL,BraunwaldE,HauserSL,Fauci
AS, LongoDL, Lameson JL. Editors. Harrison's principles of rnternal Medicine. Edisi
ke-16. McGraw-Hill Company USA. 2005:271-5.
277
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
14. Melmed S, Lameson JL. Disorders of the Anterior Pituitary & Hypothalamus.
Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, LongoDL, Lameson JL.
Editors. Harrison's Principles of lnternal Medicine. Edisi k-16. McGraw-Hill
Company USA. 2005:2085-6
15. Carr BR, Bradshaw KD. Disorders ofthe Ovary & Female Reproductive Tract.
Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Fauci A5, LongoDL, Lameson JL.
Editors. Harrison's Principles of lnternal Medicine. Edisi k-16. McGraw-Hill
Company USA. 2005:21 98-21 3.
16. Denker BM, Brenner BM. Azotemia and Urinary Abnormalities. Dalam: Kasper
DL, Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, LongoDL, Lame.son JL. Editors. Harrison's
Principles of lnternal Medicine. Edisi k- 16. McGraw-Hill Company USA. 2005:246-
52.
17. Braunstein GD. Gynecomastia. N Engl J Med. 2007;357:1229 31
18. Aron DC, Findling JW, Tyrrell JB. Hypothalamus & Pituitary Gland. Dalam:
Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinical Endocrinology. Edisi ketujuh.
Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-Hill Company USA. 2004:
1 36-63.
19. Aron DC, Findling JW, Tyrrell JB. Glucocorticoids & Adrenal Androgen. Dalam:
Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinical Endocrinology. Edisi ketujuh.
Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-Hill Company USA. 2004:
384-408.
20. Braunstein GD.Testes. Dalam: Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinical
Endocrinology. Edisi ketujuh. Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-
Hill Company USA. 2004:484-508.
21 . Rosen M, Cedars Ml. Female Reproductive Endocrinology and lnfertility. Dalam:
Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinical Endocrinology. Edisi ketujuh.
Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-HillCompany USA2004:522-44.
22. Vance ML. Hypopituitarism.N Engl J Med. 1994;330 1651'62.
23. Styne D. Puberty. Dalam: Greenspan FS, Gardner DG, editor. Basic & Clinical
Endocrinology. Edisi ketujuh. Lange Medical Books/ McGraw Hill. The McGraw-
Hill Company USA. 2004: 608-36.
24. Potts JT. Diseases of the Parathyroid Gland and other Hyper- and Hypocalcemic
Disorders. Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, LongoDL,
Lameson JL. Editors.Harrison's Principles of I nternal Medicine. Edisi k-1 6. McGraw-
Hill Company USA. 2005:2249 -267 .
25 Athappan G, Ariyamuthu VK. Chvostek's Sign and Carpopedal Spasm. N Engl J
Med. 2009;360;e24.
26. Bolognia JL, Braverman lM. Skin Manifestations of lnternal Disease
Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, LongoDL, Lameson JL.
Editors. Harrison's Principles of lnternal Medicine. Edisi k-16. McGraw-Hill
Company USA 2005:307
2t8
BAB 1O
AltAt[lttsts lrAlt
Ptt[tn[(s[A1t ]tsts piltA pA$l[lt
u$rA lllilUT
Siti Setiati, Aulia Rizka, Iin Anugrahini
PENDAHULUAN
Seperti halnya pada pasien usia dewasa muda, penegakan diagnosis pada
pasien usia lanjut sangat tergantung pada kecermatan anamnesis
dan
pemeriksaan jasmani. Secara umum pemeriksaan fisik pasien usia
lanjut
mirip dengan usia dewasa muda namun terdapat berbagai hal khusus
yang harus mendapat perhatian rebih dari dokter pemeriksa agar tidak
ada diagnosis yang terlewat. selain pada proses menua yang normal akan
didapati berbagai temuan khas yang mungkin tidak ditemui pada pasien
usia dewasa, pasien usia lanjut juga memiliki banyak karakteristik khusus
yang membedakannya dengan pasien dewasa muda. pada pasien usia
lanjut
dengan kondisi umum yang lemah, anamnesis dan pemeriksaan fisik bahkan
kadangkala perlu dilakukan pada saat yang berbeda karena pasien merasa
lelah sebelum semua hal selesai dievaluasi.
Keadaan multipatologi, porifarmasi, permasarahan nutrisi dan depresi
sering pula ditemukan sehingga pasien usia lanjut membutuhkan pendekatan
khusus yang dinamakan pendekatan paripurna pada pasien Geriatri (p3G).
Pendekatan ini memungkinkan dirakukannya peniraian menyeruruh terhadap
pasien, disamping anamnesis dan pemeriksaan jasmaniyang rutin dirakukan.
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai tahapan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh pada pasien usia lanjut meliputi anamnesis, pemeriksaan jasmani
dan pengantar P3G.
279
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
ANAMNESIS
Dalam anamnesis pasien usia lanjut, dokter harus menyediakan waktu yang
cukup karena sering terdapat beberapa hal khusus yang dapat mengganggu
proses anamnesis sehingga harus lebih diperhatikan misalnya:
1. Defisit sensoris
Bila pasien biasa menggunakan kaca mata atau alat bantudengar,
pastikan digunakan saat anamnesis untuk mempermudah komunikasi.
Pastikan pula cahaya di tempat anamnesis berlangsung cukup terang'
5. Kesulitan mengingat
Pasien usia lanjut sering lupa riwayat penyakit dahulu, riwayat perawatan,
obat-obatan yang digunakan. Selain harus lebih lama meluangkan
waktu untuk memberi pasien kesempatan untuk mengingat, perlu pula
dilakukan aloanamnesis dengan pelaku rawat atau keluarga pasien
lainnya guna melengkaPi data.
5. Takut dirawat
Pasien sangat mungkin tidak mengungkapkan semua keluhan yang
dirasakan karena takut diminta rawat inap.
280
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
281
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
7. Status fungsional
(bosic
Evaluasi status fungsional melalui penilaian aktivitas hidup dasar
activities of doily tiving, ADL) dengan skala Barthel (lampiran 4) atau
instrumentol ADt (IADL) dengan skala Lawton. Pada saat perawatan,
perlu ditentukan status fungsional pasien saat sehat, awal sakit, pertama
dirawat dan perkembangannya selama perawatan'
8. Riwayat sosial
Harus ditanyakan mengenai dengan siapa dan dimana pasien tinggal'
bagaimana cara mencapai rumahnya (apakah harus naik tangga atau
282
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
PEMERIKSAAN JASMANI
Selain pemeriksaan jasmani secara umum yang biasa dikerjakan pada pasien
usia dewasa, terdapat hal-hal khusus yang perlu diperhatikan pada evaluasi
fisik pasien usia lanjut. Pengamatan terhadap gerakan pasien saat memasuki
ruang pemeriksaan (cara jalan, cara duduk atau bangkit dari duduk) akan
memberi gambaran status fungsional secara umum. Higiene personal (
283
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
284
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
2. Kulit
(normal, pucat, sianotik). Cari apakah
Evaluasi awal meliputi warna kulit
ada lesi premaligna dan maligna, tanda iskemia jaringan dan temukan
secara aktif luka tekan terutama pada pasien dengan imobilisasi.
Beberapa daerah yang harus diperhatikan karena memiliki risiko
luka tekan lebih tinggi adalah daerah belakang telinga, regio scapula
bilateral, sacrum, gluteus dan maleolus lateral bilateral.
3. Kepala leher
- Wajah
Beberapa temuan normal akibat proses menua yang dapat
terjadi adalah alis mata yang lebih rendah dibanding rima orbita
superior, pipi yang menurun letaknya, hilangnya sudut antara garis
submandibula dengan leheri keriput kulit kering dan ujung rambut
yang tebal di telinga, hidung, bibir atas dan pipi. Arteri temporalis
harus dipalpasi untuk menilai konsistensinya dan penebalannya,
yang dapat merupakan tanda giont cell orteritis.
285
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
- Mata
Pada usia lanjut dapat terjadi kehilangan lemak orbita sehingga
pasien tampak enoftalmus. Dapat pula ditemui pseudoptosis,
entropion (inveri batas bawah kelopak mata), ektropion (eversi
batas bawah kelopak mata) dan arcus senilis.
Seiring dengan proses menua, dapat ter1adi presbiopi. Pemeriksaan
visus menggunakan kartu Snellen, evdluasi lapang pandang dengan
teknik konfrontasi dan pemeriksaan tonometri bila perlu dapat
dilakukan. Pemeriksaan dengan oftalmoskop dapat menemukan
katarak, degenerasi nervus optikus atau makular, tanda glaukoma,
hipertensi dan diabetes.
- Hidung
Penurunan progresif letak ujung hidung merupakan hal yang
normal ditemukan pada usia lanjut.
- Telinga
Tofi dapat ditemukan pada telinga yang normal. Pemeriksaan fisik
lain sama dengan pemeriksaan fisik pada usia dewasa.
- Mulut
Periksa adakah gusi bengkak, gigiyang tanggal, tanda infeksijamur
dan lesi premaligna. Gigi yang menghitam dapat terjadi seiring
proses menua. Perhatikan adanya fisura di ujung bibir atau lidah
karena xerostomla, gusi yang memerah dan mudah berdarah dan
bau mulut yang dapat menunjukkan adanya caries, periodontitis
dan gangguan rongga mulut lainnya.
- Senditemporomandibular
Perlu diperiksa adanya tanda degenerasi (osteoartrosis)
- Leher
Periksa kelenjar tiroid, adakah bruit arteri karotis, dan fleksibilitas
gerakan leher, tahanan terhadap fleksi pasif, ekstensi dan rotasi
lateral dapat menunjukkan adanya lesi servikal.
4. Dada dan punggung
- Payudara
Periksalah adakah iregularitas dan nodul pada laki-laki dan
perempuan. Untuk wanita, pemeriksaan mandiri setiap bulan dan
mamografi tahunan perlu dilakukan terutama bila ada riwayat
keluarga dengan kanker payudara.
286
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
- Jantung
Pemeriksaan fisikjantu ng dilaku kan sebagaimana pada pemeriksaan
fisik pasien dewasa muda. Pada pasien usia lanjut bila ditemukan
murmur sistolik harus ditelusuri kemungkinan sklerosis katup aorta,
stenosis aorta, regurgitasi mitral atau hypertrophic obstructive
cordiomyopothy (HOCM). Suara jantung keempat dapat ditemukan
pada pasien usia lanjut tanpa kelainan kardiovaskular.
- Paru
Pemeriksaan paru sebagaimana pemeriksaan fisik pasien dewasa
muda. Cari tanda PPOK dan infeksi paru lain.
- Punggung
Periksa adanya skoliosis dan ketegangan otot punggung. Nyeri
di pinggang, punggung bawah dan tungkai dapat menjadi tanda
fraktur osteoporosis.
5. Sistem saluran cerna
Pemeriksaan fisik dilakukan sebagaimana pada usia dewasa muda
namun perhatikan lebih pada dinding perut, adakah hernia, adakah
pulsasi arteri abdominalis. Pemeriksaan colok dubur atas indikasijuga
penting untuk menilai massa di prostat, striktur atau impaksi fekal.
6. Sistemgenitourinari
Pada pria lakukan colok dubur atas indikasi untuk memeriksa konsistensi
dan nodul prostat. Pada wanita perlu diperiksa pap smear berkala.
Evaluasi kekuatan otot dasar panggul yang penting untuk penilaian
penyebab inkontinensia urin perlu dilakukan dengan cara colok
dubur pada pria atau colok vagina pada wanita. Harus juga
diperhatikan adakah tanda atrofi vagina dan adakah prolaps
pelvis yang nyata berupa sistokel menonjol yang melewati himen
saat batuk pada pemeriksaan dengan spekulum dalam rangka
evaluasi inkontinensia urin. Pemeriksaan refleks bulbocavernosus
untuk menilai integritas lengkung refleks S2-S4 dan refleks anal untuk
menilai lengkung refleks 52-S5 penting dilakukan untuk evaluasi
neurogenic blodder.
7. Sistem muskuloskeletal
Seluruh sendi harus diperiksa untuk mencari adakah nyeri, subluksasi,
krepitasi dan tanda radang lain. Periksa gerakan aktif dan pasif sendi
dan cari adakah kontrakur.
287
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
8. Ekstremitas
Temuan yang sering didapat adalah hallux valgus, menonjolnya sisi
medial head metatarsal pertama dengan deviasi lateral dan rotasi
jempol kaki, dan deviasi lateral head metatarsal kelima. Hommer toe
dan clow toe dapat mengganggu fungsi berjalan dan aktivitas sehari-
hari. Cari adakah deformitas ekstremitas lainnya.
9. Sistem neurologis
Pemeriksaan sistem neurologis dilakukan seperti halnya pada pasien
usia muda. Pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan motorik, sensorik,
refleks, koordinasi, evaluasi gait, postur dan gangguan keseimbangan
harus selalu dilakukan mengingat tingginya kemungkinan kelainan
neurologis pada pasien usia lanjut.
Langkah pemeriksaan jasmani pada pasien usia lanjut secara ringkas
dapat dilihat pada tabel 10.1.
Kepala leher . Daerah alis mata di bawah rima orbita superior, pipi,
Wajah hilangnya sudut antara garis submandibula dengan leher,
keriput kulit kering dan ujung rambut yang tebal di telinga,
hidung, bibir atas dan pipi. Arteri temporalis dipalpasi
Mata . Enoftalmus, pseudoptosis, entropion, ektropion, arcus
senilis, presbiopi, lapang pandang, tonometri dan
oftalmoskop
Hidung
Telinga . Tofi
Mulut . Gusi bengkak, gigi yang tanggal, tanda infeksi jamur
dan lesi premaligna, fisura di ujung bibir atau lidah,
gusi memerah dan mudah berdarah, bau mulut dan
periodontitis
Sendi temporo- . Osteoartrosis
mandibular
288
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
Nervus l. Olfaktorius
Mintalah pasien untuk mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan
dengan memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak merangsang seperti
kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah
289
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
b. PemeriksaanPenglihatanPerifer
Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang
saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks
oksipitalis. Dapat dilakukan dengan:
- Tes Konfrontasi, Jarak antara pemeriksa - pasien: 60- 100 cm,
Objek yang digerakkan harus berada tepat'di tengah-tengahjarak
tersebut. Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di
gerakan mulai dari lapang pandang kanan dan kiri (lateral dan
medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup
dan mata yang diperiksa harus menatap lurus ke depan dan tidak
boleh melirik ke arah objek tersebut. Syarat pemeriksaan lapang
pandang pemeriksa harus normal.
c. Refleks Pupil
- Respons cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga
pasien tidak memfokuskan pandangan pada cahaya dan tidak
berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya
terhadap cahaya. lnspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada
sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
- Respons cahaya konsensual
Jika pada pupilyang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya
mengecil dengan ukuran yang sama.
e. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.
a. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas
kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara
bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris
lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan
290
Pemeriksaan Fisis pada pasien Usia Lanjut
Nervus V. Trigeminus
. Cabang optalmicus: Memeriksa refleks berkedip pasien dengan
menyentuhkan kapas halus saat pasien melihat ke atas
. Cabang maxilaris: Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah
dan gigi
. Cabang Mandibularis: Memeriksa pergerakan rahang dan gigi
291
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Nervus Vl I l, Auditorius/Vestibulokoklearis
Periksa ketajaman pendengaran pasien dengan menggunakan gesekan jari,
detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli
saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.
292
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
Nervus X. Vagus
Memeriksa sensasi faring, laring, dan gerakan pita suara
Pemeriksaan Motorik
a. lnspeksi
- Gaya berjalan dan tingkah laku
- Simetri tubuh dan extermitas
- Kelumpuhan badan dab anggota gerak
c. Palpasi
- Pengukuran besar otot
- Nyeri tekan
- Kontraktur t
- Konsistensi(kekenyalan)
- Konsistensi otot yang meningkat: meningitis, kelumpuhan
293
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Sensorik
Pasien diminta memejamkan mata
Kekuatan otot
Kekuatan otot pada usia lanjut dapat menunjukkan kelemahan. Perhatikan
apakah ada kelemahan yang tidak simetris. Sarkopenia yaitu penurunan
massa otot sering ditemukan pada usia lanjut dan harus diperhatikan
terutama bila mengganggu fungsi gerak.
Kekuatan genggam tangan pada usia lanjut merupakan pengukur
kekuatan otot yang simpel dan baik, dan berkorelasi baik dengan kekuatan
otot ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah. Pengukuran kekuatan
genggam tangan untuk mengidentifikasi gangguan mobilitas lebih
dianjurkan daripada kekuatan ekstensor lutut karena lebih mudah, cepat,
dan murah.
294
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
295
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gambar 1O.2.
Pemeriksaan kekua-
tan genggam tangan
menggunakan alat
dinamometer tangan
tipe Jamar model
J00 1 05
296
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
' Pasien diminta duduk di kursi yang memiliki sandaran lengan. posisi kedua
kaki menginjak lantai. Pasien diminta untuk tidak menggoyangkan tubuh dan
seluruh anggota gerak. Pada pengukuran berulang dianjurkan menggunakan
kursi yang sama.
. Meminta pasien untuk menempatkan lengan pada sandaran kursi, posisikan
pergelangan tangan tepat pada ujung sarfdaran kursi agar tangan yang
mengenggam dinamometer tidak menempel pada kursi.
. Meminta pasien menggenggam gagang dinamoineter dengan posisi ibu
jari menghadap ke atas kemudian membentuk bulatan dengan empat jari
lainnya seperti memegang silinder. Tanyakan apakah pasien merasa nyaman
danjika diperlukan pada kondisi tertentu posisi pegangan dapat diu-bah.
. Pemeriksa menopang dasar dinamometer dengan telapak tangan tanpa
membatasi gerakan (untuk meniadakan efek gravitasi alat saat pasien
menggenggam dengan kuat).
. Selanjutnyapasiendiperintahkanmenggenggamsekuattenagahinggajarum
dinamometer berhenti pada titik tertinggi.
. Pengukuran dilakukan 3 kali denganjeda pada masing-masing tangan dan
diambil nilai yang paling tinggi dalam kilogram.
Refleks
a. Reflek fisiologis
- Reflek biseps:
- Posisi pasien duduk, biarkan lengan beristirahat di pangkuan
pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
- ldentifikasi tendon: minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubiti.
Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
- Cara: ketukkan hammer pada jari pemeriksa yang di-tempatkan
pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk
pada sendi siku.
- Respons: fleksi lengan pada sendi siku
297
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Refleks triseps:
- Posisi pasien duduk. Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh
pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan
bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku
- Cara: ketukkan hammer pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
- Respons: ekstensi lengan bawah pada sendi siku
'-*.tt J
,jII
Refleks brachiradialis
- Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus
beristirahat longgar di pangkuan pasien.
- Cara: ketukkan hammer pada tendon otot brakioradialis
(Tendon melintasi sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari
sekltar 10 cm proksimal pergelangan tangan. Posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
- Respons: - flexi pada lengan bawah
- supinasi pada siku dan tangan
298
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
Refleks patella
- posisi pasien dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlenta ng
- Cara: ketukkkan hammer pada tendon patella
- Respons: plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
fi *.
,fr
?=
-rL,,,-
Gambar 10.7. Pemeriksaan Refleks patella
Refleks achiles
- Posisi: pasien duduk, kaki menggantung di tepi tempat tidur.
Dapat pula berbaring terlentang dengan posisi kaki yang satu
melintasi diatas kaki di yang lain atau mengatur kaki dalam
posisi tipe katak.
- ldentifikasi tendon: mintalah pasien untuk plantar flexi.
- Cara: ketukkan hammer pada tendon achilles
- Respons: plantarfleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemius
299
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
b. Refleks Patologis
- Refleks bablnski:
- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien
agar kaki tetap pada tempatnya.
- Lakukan penggoresan telapak kaii bagian lateral dari posterior
ke anterior
- Respon: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari
kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Refleks chaddok
- Cara: Gores kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai
mekarnya (fonning) jari-jari kaki lainnya.
4
.Y-
300
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
Koordinasi
Periksa kecepatan respon motorik dan koordinasi otot, Kecepatan respons
otot menurun seiring proses menua terutama karena gangguan konduksi
di saraf tepi
if :
"TJl
|;:il,l'J,,",., u nnn u, risi ko jatu h
* Functional reoch test (uji menggapai fungsional)
Tes ini bertujuan untuk menilai kontrol postural dinamis dengan prinsip
301
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Untuk setiap tugas berikut diberikan nilai 0 (tidak mampu) hingga 4 (normal):
- Duduk tanpa bantuan
- Bangkit dari duduk ke berdiri
- Berdiri ke duduk
- Transfer
- Berdiri tanpa bantuan
- Berdiri dengan mata tertutup
- Berdiri dengan kedua kaki rapat
- Berdiri dengan kedua kaki posisi tandem
- Berdiri dengan satu kaki
- Rotasi punggung saat berdiri
- Mengambil obyek tertentu dari lantai
- Berputar 360 "
- Melangkahi kursi tanpa sandaran
- Menggapai ke depan saat berdiri
302
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
lnterpretasi hasil:
- Untuk kisaran skor 56-54 setiap penurunan 1 nilai )peningkatan
rasio odds risiko jatuh sebanyak 3-4%
- Untuk kisaran skor 54-46 setiap penurunan 1 nilai ) peningkatan
rasio odds risiko jatuh sebanyak 6-8%
- Nilai 36 atau kurang a risiko jatuh hampir 100%
- Refleks
Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dilakukan seperti
pemeriksaan jasmani pasien dewasa muda.
- Sensasi
- Evaluasi sensasi meliputi sentuhan, fungsi sensori kortikal,
sensasi suhu, proprioseptif dan getaran. pasien usia lanjut sering
mengeluhkan baal di kaki karena penurunan ukuran serabut saraf
tepi. Pada pasien dengan keluhan seperti ini, periksa adakah
neuropati perifer.
- Status mental dan fungsi kognitif
Periksa orientasi dan identifikasi abnormalitas kesadaran,
judgement, kemampuan berhitung, bicara, bahasa, praksis, fungsi
eksekutif dan memori. Beberapa toolyang dapat digunakan adalah
Pengkajian Status Mental Mini(Lampiran 2)dan Uji Mentalsingkat
(lampiran 3)
303
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
304
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
lanjut dalam bentuk P3G. Dengan menerapkan p3G perawatan menjadi lebih
holistik, luaran klinis yang dicapai lebih baik, akurasi diagnostik meningkat,
status mental dan fungsional membaik, mortalitas menurun, angka
hospitalisasi menurun dan kepuasaan pasien meningkat. Evaluasi holistik
ini lebih baik bila dilakukan oleh tim terpadu geriatri untuk meningkatkan
akurasi dan dapat kemudian ditindaklanjuti secara paripurna pula.
Beberapa komponen P3G adalah keadaan fisik umum, status fungsional,
fungsi kognitif dan status mental, status nutrisi, obat-obatan, status sosial
dan ekonomi. Dalam penerapannya dapat digunakan berbagai tool yang
disajikan pada lampiran untuk mempermudah evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Reuben Q Rossen s. Principles in Geriatric Assesment in: Hazzard Geriatric
Medicine and Gerontology 6th ed. Mc Graw Hill; 2009. p 141-152.
2. Ellis G, Langhorne P Comprehensive Geriatric Assesment for Older hospital
patients. Br Med Bull 2005;71.45-59.
3. Reuben DB, Greendale GA, Harrison GG. Nutrition screeninq in older persons..J
Am Geriatr Soc 1995;42(4).415.
Besdine R. Evaluation of the elderly patient. Diunduh dari http://www.
me rckma nu a ls.co m/professi on al/ geriatrics/ app roac h_to_the_geriatri c_patient/
evaluation_of_the_elderly_patient.html tanggal 2B Oktober 201 1.
Guigoz Y The Mini Nutritional Assesment Review of the literature: what does it
tell us? J Nutr Health Aging 2006;10(6\:466-487.
305
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
3. kosong? Ya
Apakah anda merasa kehidupan anda Tidak
4. bosan?
Apakah anda sering merasa Ya Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik Ya Tidak
setiap saat?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan Ya Tidak
terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagian untuk sebagian besar Ya Tidak
hidup anda?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada Ya Tidak
pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu hal yang
baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah Ya Tidak
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan
orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya Tidak
menyenangkan?
12. Apakah anda merasa tidak berharga Ya Tidak
seperti perasaan anda saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak Ya Tidak
ada harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik Ya Tidak
keadaannya dari anda?
306
Revisi Halaman 307 dan 311
1. Tabel lampiran 5 pada halaman 311 merupakan tabel lampiran 2 halaman 307
2. Tabel lampiran 5 Pengkajian Nutrisi Mini (Mini Nutritionol Assessment)
seperti di bawah ini
Nama : Umur: :
Jenis kelamin TB : BB :
Jawablah pertanyaan (PENAPISAN) berikut ini dengan menulis angka yang tepat pada kotak.
Jumlahkan jawabannya, jika skor 11 atau kurang, teruskan dengan PENGKAJIAN untuk
mendapatkan SKOR INDIKATOR MALNUTRISI.
C. Mobilitas
0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
tr
1 = bisa keluar dari tempat tidur atau kursi roda, tetapi tidak bisa ke luar rumah.
2 = bisa keluar rumah
E.
Q=ya
Masalahneuropsikologis
2=tidak tr
0 = demensia berat atau depresi berat
1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah psikologis
F. lndeks massa tubuh (lMT) (berat badan dalam kg/tinggi badan dalam m2)
0=lMT<19 1=lMT19-<21
2= IMI 21 - < 23 3 = IMT 23 atau lebih
Skor 212 normal, tidak berisiko > tak perlu melengkapi form pengkajian
PENGKAJTAN (ASSESSME Vn
G. Hidup mandiri, tidak tergantung orang lain (bukan di rumah sakit atau panti werdha)
H.
0= tidak 1=ya
Minum obat lebih dari 3 macam dalam t hari
tr
l.
0=ya 1=tidak
Terdapat ulkus dekubitus/luka tekan atau luka di kulit
tr
J.
Q=ya 1=tidak
t
tr
Berapa kali pasien makan lengkap dalam
0=1kali 1=Zkali 2=3kali
hari ?
T
Konsumsi bahan makanan tertentu yg diketahui sebagai bahan makanan sumber protein
(asupan protein)
. Sedikitnya 1 penukar dari produk susu (susu, keju, yogurt)
per hari (yaltidak)
. Dua penukar atau lebih dari kacang-kacangan atau telur
perminggu (yaltidak)
. Daging, ikan, atau unggas tiap hari (ya/tidak)
0,0 = jika 0 atau 1 pertanyaan iawabannya 'ya'
6,5 = jika 2 pertanyaan jawabannya 'ya'
1,9 = jika 3 pertanyaan jawabannya 'ya'
Adakah mengkonsumsi 2 penukar atau lebih buah atau sayuran per hari ?
u
M.
0=tidak 1=ya
Berapa banyak cairan (air, ius,kopi,teh, susu,...) yang diminum setiap hari ?
T
0,0 = kurang dari 3 gelas
0,5=3sampai 5gelas
1,0 = lebih dari 5 gelas
Cara makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan
1 = makan sendiri dengan sedikit kesulitan
2 = dapat makan sendiri tanpa masalah tr
o. Pandangan pasien terhadap status gizinya
0 = merasa dirinya kekurangan makan/kurang gizi
1 = tidak dapat menilai/tidak yakin akan status gizinya
2 = merasa tidak ada masalah dengan status gizinya.
Skor PENAPISAN :
Jawablah pertanyaan (PENAPISAN) berikut ini dengan menulis angka yang tepat pada kotak.
Jumlahkan jawabannya, jika skor 11 atau kurang, leruskan dengan PENGKAJIAN untuk
mendapatkan SKOR INDIKATOR MALNUTRISI.
PENAPTSAN (SCREETVTNGI
A. Apakah ada penurunan asupan makanan dalam langka waktu 3 bulan oleh karena kehilangan
nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan menelan, aiau mengunyah?
0 = nafsu makan yang sangat berkurang
1 = nafsu makan sedikit berkurang (sedang)
2 = nafsu makan biasa saja
C. Mobilitas
0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
1 = bisa keluar dari tempat tidur atau kursi roda. tetapi tidak bisa ke luar rumah
2 = bisa keluar rumah
PENGKAJTAN (ASSESSME V4
G. Hidup mandiri, tidak tergantung orang lain (bukan di rumah sakit atau panti werdha)
H.
0= tidak 1=ya
Minum obat lebih dari 3 macam dalam t hari
n
l.
Q=ya 1=tidak
Terdapat ulkus dekubitus/luka tekan atau luka di kulit
tr
J.
Q=ya 1=tidak
Berapa kali pasien makan lengkap dalam t
tr
0='1 kali 1=2kali 2=3kali
hari ?
tr
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
ORIENTASI
5 Sekarang ini (tahun), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5 Kita berada di mana? (negara), (Propinsi), (kota), (rumah
sakit), (lantai/kamar)
REGISTMSI
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu
detik setiap benda. Kemudian pasien disuruh mengulangi
nama ketiga objek tadi. Berilah nilai 1 untuk tiap nama
objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien
menyebut dengan benar: (bolo, kursi, buku). Hitunglah
jumlah percobaan dan catatlah: ........... kali
ATENSI DAN KAIKUIAS!
Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiapjawaban
yang benar. Hentikan setelah 5jawaban, atau eja secara
terbalik kata " WA H Y U " (Nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan; misal: UYAHW = 2 nilai)
MENGENAT KEMBATI
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas
tadi. Berikan nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar
BAHASA
2 2 Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji
1 1 Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut "JIKA
TIDAK, DAN ATAU TAPI"
Pasien disuruh melakukan perintah: " Ambil kertas itu
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan
di lantai"
Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perinta
kalimat "Pejamkan mata anda"
Pasien disuruh menulis dengan spontan (tulis apa saja)
Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini.
307
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Skor AMT
0-3 :Gqnguan ingatan berat
4-7 :Gangguan ingatan sedang
8-10 :Normal
308
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
309
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Skor BAI:
20 :Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat
12 - 19: Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
9- 11 : Ketergantungan sedang
310
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Usia Lanjut
ORIENTASI
() Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan
musim apa?
() Sekarang kita berada dimana?
Nama rumah sakit atau instansi)
(lnstansi, jalan, nomor rumah, kota, kabupaten,
propinsi)
REGISTMSI
() Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda,
misalnya:
Satu detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah
responden mengulang ke tiga nama benda tersebut.
Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila
masih salah, ulangi penyebutan ke tiga nama benda
tersebut sampai responden dapat mengatakannya
dengan benar:
(bolo, kursi, sepotu)
311
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
312
BAB 11
313
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
314
Pemeriksaan Sistem Saraf
Ganglion
servikalis
superior
Arteri
-vertebralis
.Tiq:I,
l"t.;;f
i
s.,J,'* '
$rt'
,J.* +.
qtr- /t
iL'-f:
ffi#tt' .iL
"iu
*-J'
wikispaces.com)
31s
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
316
Pemeriksaan Sistem Saraf
ANAMNESIS
1. Prinsip umum
Anamnesis neurologi pada dasarnya sama dengan anamnesis pada umumnya,
dimulai dengan gejala yang menyebabkan pasien datang memerlukan
pertolongan. Pasien dibiarkan untuk menjelaskan keluhan dengan istilahnya
sendiri, kemudian diarahkan dengan lebih spesifik oleh dokter pemeriksa.
Namun dalam neurologi, pemeriksa harus bisa mendapatkan 3 hal dari
anamnesis, yaitu durasi dan perjalanan penyakit, Iesi bersifat fokal atau
difus (menyeluruh), serta kemungkinan sistem saraf yang terkena. Hal
ini disebabkan oleh kerja sistem saraf pusat (SSp) yang sangat rapi dan
sistematis. Setiap area di SSP sudah mempunyai fungsi tersendiri, sehingga
kerusakan di area tertentu sudah pasti akan menyebabkan gejala yang
khas sesuai dengan fungsinya, apapun penyebabnya. Dengan mengetahui
durasi waktu serta perkiraan luasnya daerah yang terkena serta keterangan
tambahan lainnya, maka dari anamnesis saja sudah dapat membantu
perkiraan diagnosis dan kemungkinan penyebab dengan lebih seksama.
317
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Lokal/difus
Berdasarkan anamnesis, seorang dokter harus sudah dapat memperkirakan
apakah kelainan yang terjadi bersifat lokal atau difus. Hal ini cukup mudah
dengan mempertimbangkan prinsip kerja SSP yang bersifat simetris, bahwa
kedua sisi otak akan bekerja bersamaan memberi impuls yang sama kuatnya
ke kedua sisi. Sifat simetris ini yang menyebabkan seseorang dapat berdiri
tegak di tengah, pergerakan bola mata yang seiring dan seirama saat
melirik ke arah manapun, ekspresi wajah yang sama kuatnya saat pasien
berbicara atau tersenyum, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap hal yang
tidak simetris harus dicurigai sebagai adanya kelainan di satu sisi. Adanya
bicara cadel, wajah terlihat mencong, berjalan miring ke satu sisi, atau
penglihatan dobel (diplopia) dapat disebut sebagai defisit neurologis fokal.
318
Pemeriksaan Sistem Saraf
Hal ini menunjukkan adanya lesi di satu sisi/bagian otak. Demikian pula
jika seseorang dilaporkan kejang dengan pergerakan pada hanya
satu sisi
tubuh atau wajah tertarik ke satu sisi akan dianggap sebagai suatu lesi fokal.
Gangguan fungsi kognitif harus dicari sebagai bagian dari defisit
neurologis yang membantu menentukan lesi fokal. Adanya afasia, hilangnya
motivasi atau inisiasi gerakan, dan perubahan perilaku yang disertai keluhan
lain seperti sakit kepala, harus dipikirkan sebagai satu kesatuan.
sebaliknya jika bersifat difus, maka kelainan justru akan bersifat simetris.
Misalnya jika seseorang kejang maka akan terlihat pergerakan pada kedua
tangan dan kakinya sekaligus, yang disebut sebagai kejang umum. Kelainan
yang difus biasanya lebih menyebabkan penurunan kesadaran tanpa adanya
defisit fokal. Hal ini biasanya disebabkan oreh gangguan metabolik seperti
syok hipovolemik, hiper/hipogrikemia, hiper/hiponatremia, dan sebagainya
yang mengganggu kerja otak secara keseluruhan.
319
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
kesulitan menelan (disfagia), atau bicara pelo (disartria). Kesemua ini sangat
berbeda dengan gejala di hemisfer serebri yang biasanya didominasi dengan
nyeri kepala (sefalgia), kejang, kelemahan tubuh sesisi, atau gangguan fungsi
kognitif seperti afasia.
320
Pemeriksaan Sistem Saraf
Nyerikepala
Pada prinsipnya, nyeri kepala adalah sensasi
tidak nyaman pada area kepala
termasuk wajah. Namun biasanya lebih spesifik pada area intrakranial atau
bagian penunjang kranium, seperti otot dan fasia. pada pasien dengan
keluhan nyeri kepala, harus dipikirkan 2 hal, apakah ini nyeri kepala primer
atau sekunder. Nyeri kepala primer berarti tidak ada kelainan struktural di
otak, bisa berupa migrain, nyeri kepala tipe tegang (tension-type headoche),
atau nyeri kepala tipe klaster (c/usfer headoche). Hal ini berbeda dengan tipe
sekunderyang disebabkan oleh adanya lesi seperti neoplasma, infeksi, stroke
atau trauma kepala. Pada nyeri kepala primer; gejalanya biasanya khas, yaitu
berpola dan ada pencetusnya. Biasanya pasien sudah pernah mengalami
sakit kepala sebelumnya. Jika kepala terasa berdenyut di satu sisi, disertai
mual atau muntah, dan intensitasnya cukup berat dalam waktu beberapa
jam, bisa dicurigai sebagai migrain. Nyeri kepala tipe tegang biasanya
berupa tegang di daerah belakang kepala dan leher, rasa terikat hingga ke
dahi. Onsetnya bisa hingga beberapa hari hingga mengganggu aktivitas,
namun tidak seberat pada migrain. pada nyeri kepala prime1 gejalanya
biasanya khas, yaitu berpola dan ada pencetusnya seperti kelelahan, stresoI
makanan, dan sebagainya.
Jika nyeri baru pertama kali muncul, dalam waktu yang cukup lama,
dan semakin memberat, maka bisa diarahkan pada nyeri kepala sekunder.
Apalagijika nyeri ini disertai dengan gejala neurologis fokal lain. Bisa juga
pasien mengalami riwayat gangguan sebelumnya, seperti pasca stroke atau
trauma kepala yang bisa menimbulkan gejala sisa berupa lebih mudah terjadi
nyeri kepala. Nyeri kepala sekunder harus dapat ditegakkan karena dapat
bersifat emergency akibat adanya lesi struktural. Hal ini bisa dicurigai pada
nyeri kepala hebat yang belum pernah dialami sebelumnya, muncul pada
usia tua, atau disertai demam. Adanya riwayat keganasan pada organ lain
atau HIV dapat mengarahkan adanya kecurigaan metastasis atau infeksi
di intrakranial.
321
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran merupakan gangguan yang sangat vital dalam
Data ini
anamnesis neurologi karena memerlukan pertolongan segera'
pernyataan 'pingsan' jika pasien
akan didapat dari alloanamnesis berupa
memang terlihat tidak sadar. Namun yang sulit adalah
pada pasien yang
hanya
penurunan kesadaran minimal mulai dari somnolen, biasanya pasien
tertidur atau cenderung mengantuk, umumnya pada usia
terlihat seperti
lanjut. Penting ditanyakan apakah pasien tidur lebih lama dari
biasanya'
minum
di luar waktu biasanya, bahkan pasien tidak meminta makan atau
kesadaran
selama berjam-jam dan buang air kecil mengompol' Penurunan
yang lebih dalam adalah jika dinyatakan pasien sampai tidur dalam
dan
fungsiotak,Sertaonsetnyaakutatauperlahan.Lesistrukturalbiasanya
menyebabkandefisitneurologissepertiyangsudahdijelaskandiatas,
penyakit kronis
sedangkan kelainan metabolik biasanya pada pasien dengan
sistemik seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, sepsis' dan sebagainya'
terutama
Penting pula ditanyakan riwayat obat-obatan yang digunakan'
obat golongan narkotika atau alkohol pada pasien usia muda'
penurunan
Pada pasien dengan riwayat trauma kepala, terminologi
kesadaran ini penting ditanyakan dan dipastikan lamanya' oleh karena
pasien dengan
menentukan derajat beratnya trauma' Demikian pula pada
sangat
demam, adanya nyeri kepala yang diikuti penurunan kesadaran
mungkinmengalamiinfeksiintrakranial'Padapasienlanjutusia(lansia)
perlahan-lahan
akibat kelainan metabolik, penurunan kesadaran bisa sangat
dantidakdisadariolehkeluarga'Harusdiingat,padalansiaadakeadaan
sebelumnya'
khusus yang harus disingkirkan, yaitu riwayat trauma kepala
pasien lansia
Perubahan pada dinding pembuluh darah otak menyebabkan
bisa hingga
dapat mengalami perdarahan subdural kronik yang onsetnya
karena pasien
2 bulan dari trauma yang sebelumnya' Hal ini dimungkinkan
lansiajuga rentan untuk jatuh, sehingga benturan ringan yang mungkin
tidak disadari oleh keluarga.
Penurunan kesadaran sesaat yang disebut sebagai sinkop dapat
perlu diperiksa
dipikirkan akibat gangguan vaskular atau epilepsi' Pasien
322
Pemeriksaan Sistem Saraf
Vertigo
Pasien dinyatakan sebagai vertigo jika sensasi yang dirasakannya adalah
sekeliling terasa berputar. Hal ini perlu dibedakan dengan sensasi bergoyang
atau melayang yang disebut sebagai dbziness. Vertigo dapat disebabkan
akibat kelainan di sentral (serebelum) atau perifer (sistem vestibular). Gejala
pada sentral perlu dipastikan karena bisa disebabkan oleh lesi struktural
seperti stroke atau neoplasma. Gejalanya khas berupa rasa berputar yang
ringan namun berlangsung terus menerus. Pada stroke di area posterio;
gejala ini disertai gejala tambahan berupa adanya baal di sekitar mulut
(perioral numbness) atau pandangan ganda. Vertigo akibat kelainan di perifer
biasanya lebih berat, pasien hingga tidak dapat bangun dan muntah. pada
benign positionol vertigo, pusing berputar akan lebih terasa atau membaik
pada posisi kepala tertentu. Pada usia lanjut dapat disebabkan oleh Meniere,s
diseqse berupa adanya tinnitus dan gangguan pendengaran.ll
323
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
324
Pemeriksaan Sistem Saraf
PEMERIKSAAN F!StS
Secara umum, pemeriksaan neurologis hanya dapat dilakukan lengkap jika
pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan sesudah pemeriksa mempunyai dugaan terhadap area
anatomi tertentu dan mengkorfimasi hasil anamnesis, sehingga menjadi
lebih terarah.
Pemeriksaan standar adalah meliputi hal-hal berikut:
1. Pemeriksaankesadaran
2. Pemeriksaan nervus kranialis
3. Pemeriksaan motorik
4. Pemeriksaansensorik
5. Pemeriksaankeseimbangan
6. Pemeriksaan fungsi kognitif
1. PEMERIKSAAN KESADARAN
Pada dasarnya kesadaran adalah keadaan pemahaman penuh seseorang
terhadap diri dan lingkungannya. Penilaian kesadaran dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Penilaian secara kualitatif paling tinggi ke
rendah adalah compos mentis, somnolen, stupor, dan koma. penilaian secara
kuantitatif menggunakan skala koma Glasgow (SKG) melalui komponen mata
(Eye), respons pergerakan (Movement), dan kemampuan berkomunikasi
secara tepat (Verbal), atau disingkat dengan EMV. Tiap komponen
mempunyai nilai maksimal4, 6, dan 5, serta nilai minimal masing-masing 1.
Oleh karena itu, kesadaran penuh adalah jika SKG bernilai 15, dan penurunan
kesadaran terburukjika SKG =3, yaitu pada keadaan koma.
Nilai E dilihat dari respons membuka mata, yaitu 4 jika membuka
spontan, 3 jika mata terbuka akibat rangsang suara (pasien diminta
membuka mata), 2 jika harus dengan rangsang nyeri (misalnya menekan
pada prosesus sifoideus), dan nilai l jika tidak ada respons. Respons motorik
325
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
(M) dinilai 6 jika pasien dapat mengikuti perintah. Jika pasien tidak dapat
mengikuti perintah, maka dimulai perangsangan nyeri dan dinilai responsnya.
Nilai M adalah 5 jika pasien dapat melokilisir nyeri, 4 jika pasien withdrows
(menghindar/ menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri), 3 jika tangan terlihat fleksi abnormal (tangan satu atau
keduanya posisi kaku di atas dada dan kaki extensi saat diberi rangsang nyeri),
2jika ekstensi abnormal (salah satu atau kedua tangan ekstensi di sisi tubuh,
denganjari mengepal dan kaki ekstensi saat diberi rangsang nyeri), serta 1 jika
tidak ada respons sama sekali.
Menilai respons Verbal atau berbicara (V) adalah dengan menanyakan 3
hal, yaitu nama pasien (orientasi diri), tempat pasien berada (nama tempat,
lantai, kota), serta orientasi waktu (apakah pasien tahu saat itu pagi, siang,
atau malam). Nilaitertinggiadalah 5 jika ketiga orientasi baik,4 jika pasien
terlihat bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang),
serta disorientasi tempat dan waktu, 3 jika respons bicara pasien hanya
berupa kata-kata saja (berbicara tidakjelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya "aduh..., sakit...". Nilai rendah 2 jika pasien
hanya mengerang dan bersuara tanpa arti, serta nilai l jika tidak ada respons.
326
Pemeriksaan Sistem Saraf
O Ox*:*s'-*
i(D
n. optikus
Traktus oplikus
-
Y:8 o\-.
Neuron ke-4
radiasi optik
;k--
genikulate
lateralis
o
df{lW- O o
e
k
',4 Y o e
*"*i 7#o
Hr""+i"t *
"iro.rir.-,|-
ilSulkuskalkarinus'
()
;";;;;'ffi;"- Je
Gambar 1l.4..Jaras penglihatan dan manifestasi kelainan lapang
pandang sesuai letak lesi
327
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
a. Tajam penglihatan
b. Lapang pandang
c. Warna
d. Funduskopi
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan dilakukan secara terpisah untuk tiap mata. Pada saat
pemeriksaan bila pasien menggunakan kacamata sebaiknya pasien
diminta untuk memakai kacamatanya. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan Snellen chart (Gambar 11.5) dengan jarak 6 m atau
20 ft. Tajam penglihatan dinyatakan sesuai dengan baris pada Snellen
chart yang bisa dibaca lebih dari separuhnya. Jika pasien bisa membaca
seluruh huruf pada baris 40 dan 2 huruf pada baris 30 maka visus pasien
dinyatakan dengan 20140 +2.
C I 2 zotloo
D E L- 3 zot.,o
LING42otn
COMEDY, s 2ot4o
www.cJDELLrNG.COM 9
@cIDXr,L[{G
20tl
Pemeriksaan warna
Pemeriksaan warna dapat dirakukan dengan kartu rschihara atau
dengan meminta pasien mengidentifikasi warna-warna di sekitarnya.
Pada kelainan neurologis persepsi terhadap warna merah biasanya
hilang lebih dahulu dibanding warna lainnya. Untuk itu pasien diminta
membandingkan warna merah pada kedua mata juga dibandingkan
antara lapang pandang nasal dan temporal.
Pemeriksaan funduskopi
Untuk memeriksa mata kanan pasien gunakan mata kanan demikian
pula sebaliknya. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dalam ruang gelap
atau jika diperlukan midriatikum dapat digunakan untuk melebarkan
329
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Oblikus Rektus
inferior suPerior
SisiNasal X SisiTemPoral
#5':;"._<€r._[*];
/
Oblikus
superior inferio
330
Pemeriksaan Sistem Saraf
331
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
332
Pemeriksaan Sistem Saraf
Jaras motorik N V
Nukleus N Vl
- Nukleus fasialis
solitanus
Nukleus fasialis
solitanus
Nukleus
Ganglion olikus .-
'Nukleus intermedius
'-.Geniculate ganglion
'---Timpanicplexus
'-t-cabang digastrikus
-' Cabang stilohioid
Div temporoiaslalis
,Pa'
-1-...=I\
.r*.t'
S'ie
.kA,
l.atl
333
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Lesi
Supranuklear
Nekleus
neryus fasialis
(Nervus kranialis)-,_
Lesi di .-/
neNus fasialis
334
Pemeriksaan Sistem Saraf
Nervus Vestibularis
Nervus vestibularis turut mengurus keseimbangan, koordinasi dan
orientasi terhadap tempat. Pemeriksaan untuk nervus ini meliputi
pemeriksaan Romberg, post pointing dan Fukudo stepping test.
Pada tes Romberg pasien berdiri dengan kedua kaki rapat dan
lengan dilipat di dada. Pasien diminta berdiri dalam posisi ini
dengan mata terbuka dan mata tertutup masing-masing 30 detik.
335
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
335
Pemeriksaan Sistem Saraf
3. PEMERIKSAAN MOTORIK
Sistem motorik dimulai dari kortek motorik di girus presentral. Sebelumnya
sebuah gerakan direncanakan dan dipersiapkan di area premotor dan korteks
suplemen motorik untuk selanjutnya dieksekusi menjadi sebuah gerakan
volunter oleh girus presentral. Korteks motorik primer ini juga menerima
input dari sistem ekstrapiramidal dan serebelum. Keduanya berkontribusi
dalam menghaluskan gerakan tersebut. Serabut saraf meninggalkan korteks
337
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
338
Pemeriksaan Sistem Saraf
Dari medula spinalis serabut motorik akan keluar melalui kornu anterior
di bagian ventral medula spinalis sebagai radiks saraf. Radiks-radiks ini akan
bergabung menjadi pleksus dan meneruskan diri sebagai saraf perifer. Sistem
motorik ini akan berakhir di otot sebagai eksekutor sebuah gerakan. Sebelum
mencapai otot sinyal motorik terlebih dahulu melewati taut saraf otot.
Komponen ini (dari kornu anterior hingga otot) dikenal sebagai motor unit.
Pemeriksaan motorik terdiri atas:
e. Pemeriksaan refleks
339
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
ataupun tampak lebih besar. otot-otot wajah, bahu, panggul dan ekstremitas
bagian distal perlu diperhatikan dengan lebih rinci. Untuk ekstremitas
atas perhatikan otot thenar, hypothenar dan interoseus sedangkan pada
ekstremitas bawah perhatikan otot tibialis anterior.
salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memeriksa trofi otot
adalah dengan meminta pasien menjulurkan dan merapatkan kedua
lengannya. Perhatikan seluruh otot darijari-jari hingga bahu dan catatjika
terdapat otot yang asimetri.
Palpasi sangat membantu pada pemeriksaan trofi otot. otot normal atau
eutrofi akan teraba semielastis dan akan kembali ke bentuk semula setelah
dilakukan penekanan. otot yang hipertrofi akan teraba keras sedangkan
otot yang psudohipertrofi akan terlihat besar namun pada palpasi akan
teraba lunak seperti karet. otot yang atrofi akan teraba lunak dan "kosong".
Penurunan massa otot tidak selalu kasat mata. Terkadang pada
pengamatan terkesan masih asimetris jika penurunan yang terjadi tidak
signifikan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran. pengukuran massa otot
yang dicurigai mengalami atrofi dilakukan dengan memakai patokan-
patokan anatomis seperti di bawah atau di atas olekranon, patela, maleolus
dan lain-lain. Pada kasus-kasus tertentu diperlukan juga pengukuran
panjang tungkai atau lengan. Pengukuran inijuga bermanfaat untuk menilai
progresifitas penyakit bila dilakukan berkala.
340
Pemeriksaan Sistem Saraf
resistensi otot tidak terlalu besaL tetapi dengan menggerakkan dengan lebih
cepat resistensi ototjuga akan meningkat.
Beberapa teknik lain untuk memeriksa tonus otot akan dipaparkan seperti
berikut ini.
L. BobinskiTonus Test
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan fleksi pada sendi siku.
Jika terdapatotot-otot hipotonus di daerah lengan maka lengan dapat
difleksikan dengan sudut yang lebih kecil dibandingkan dengan otot
yang eutonus. Sebaliknya jika terdapat otot-otot yang hipertonus
maka fleksibilitasnya akan menurun dan sudut yang dibentuk tidak
dapat lebih kecil dari normal.
2. Pendoulousness of the legs
Pada pemeriksaan ini pasien diminta duduk di tepi tempat tidur
dengan tungkai terjulur ke bawah. Kedua tungkai bawah diekstensikan
horizontal pada sendi lutut kemudian lepaskan. Biarkan kedua tungkai
terayun-ayun. Dalam kondisi normal tungkai bawah akan berayun
sekitar 6-7 kali dan lama kelamaan akan melambat dan menurun
jangkauannya hingga berhenti. Gerakan seperti pendulum ini akan
menurun pada otot tungkai yang hipertonus dan sebaliknya akan
meningkat pada kondisi hipotonus.
341
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
342
Pemeriksaan Sistem Saraf
::iii:ii;::-i:i:::i:i.::i::j:r:::r;:i:::!.::::::r:
il:.:.:: li-.:il:,..t:::: :':: : -:i: -:: :::i
:.-.. i i..iI
l:..., i.,::..'.'... :;i.f4
: ::;::.,::.-...,. :-
J:l :.._:...,..i.; :i:;':'.':l:il
1....,,.
::..:.. ..:..,.....:..,,.,,I
\::-.j:..)
i. ..--.--..-..r.:.. -: -.1,.':. -./
,;i,,.,':,,:.
343
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
344
Pemeriksaan Sistem Sara{
345
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
346
Pemeriksaan Sistem Saraf
10. Abduksi sendi panggul (gluteus medius, gluteus minimus dan tensor
fascia lata - L4-S1)
Pasien dalam posisi supinasi dan berusaha menggerakkan tungkai
yang ekstensi ke arah lateral melawan tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa (Gambar 1 1.22).
347
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
348
Pemeriksaan Sistem Saraf
349
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
350
Pemeriksaan Sistem Saraf
3s1
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
3. Arm roLl
e. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks merupakan bagian yang paling objektif dari pemeriksaan
neurologis. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan penurunan
kesadaran, gangguan kognitif maupun pada pasien yang tidak kooperatif.
Terdapat refleks fisiologis dan patologis.
Refleks merupakan respons involunter terhadap stimulus sensorik.
Dikenal 2 macam jenis refleks fisiologis, yaitu refleks dalam atau refleks
regang otot dan refleks superfisialis.
0 Negatif
+ Positif tetapi menurun
++ Normal
+++ Meningkat tetapi masih mungkin normal
++++ Sangat meningkat, kadang disertai klonus
352
Pemeriksaan Sistem Saraf
353
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
354
Pemeriksaan Sistem Saraf
Refleks Patologis
Refleks patologis umumnya merupakan salah.satu tanda adanya lesi upper
motor neuron atau lesi yang melibatkan traktus kortikospinal. Refleks inijuga
dapat ditemukan pada gangguan lobus frontal dan kadang-kadang muncul
pada lesi ekstrapiramidal. Refleks patologis dapat berupa refleks postural
yang muncul kembali akibat menurunnya kemampuan inhibisi otak. Selain
itu refleks ini bisa juga berupa refleks yang hanya muncul pada otak yang
imatur yang kemudian timbul kembali akibat suatu penyakit.
Refleks patologis yang paling sering diperiksa adalah refleks Babinski.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggores bagian lateral telapak kaki dari
tumit ke arah pangkal jari (sesuai dengan distribusi radiks S1/ N. Suralis
sensorik). Goresan dilakukan dengan menggunakan benda tumpul seperti
korek api, ujung tangkai palu refleks, kuku ibu jari ataupun toungespatel
yang dipatahkan. Refleks ini dikatakan positif apabila terjadi dorsifleksi
ibu jari disertai dengan mekarnya jari-jari kaki lainnya. Respon terpenting
adalah dorsifleksi ibu jari.
Refleks patologis juga dapat ditemukan pada ekstremitas atas, salah
satunya refleks Hoffman dan Trommer. Refleks Hoffman dilakukan dengan
tangan pasien diposisikan dorsifleksi pada pergelangan tangan dengan jari_
jari sedikit fleksi. Pemeriksan memegang jari tengah pasien dengan ibu jari
danjari telunjuk dan menjentikkan kukujari tersebut dengan cepat. Refleks
Tromner dibangkitkan dengan cara, pemeriksa memegang jari tengah pasien
dengan posisi sedikit ekstensi dan biarkan jari lainnya tergantung. Dengan
tangan lainnya pemeriksa menjentikkan sisi palmar jari tengah tersebut.
Respon positif refleks Hoffman Tromner berupa fleksi dan aduksi ibu jari
dan fleksi jari telunjuk yang kadang disertai dengan fleksi jari lainnya.
Refleks ini tidak selalu patologis. pada beberapa orang normal refleks ini
juga ditemukan. Temuan ini akan memiliki nilai klinis yang penting apabila
asimetris. seperti halnya hasil pemeriksaan refleks lainnya, interpretasi harus
diintegrasikan dengan hasil pemeriksaan lainnya.
355
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
a. Pemeriksaan Nyeri
Alat:jarum pentul
Pemeriksa harus menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien. Pasien
diminta duduk atau berbaring terlentang dan mata tertutup. Pemeriksa
meminta pasien untuk mengatakan "tajam" atau "tumpul" saat pasien
merasakan benda yang disentuhkan ke kulit pasien. Sebelum memulai
pemeriksaan, pasien harus merasakan ketajaman jarum terlebih dahulu agar
tidak merasa takut. Bandingkan antara sisi kanan dan kiri tubuh. Kemudian
pemeriksa melakukan dari kaki dan naik ke bagian atas hingga pasien dapat
mengidentifikasi jika ada perbedaan sensasi pada dermatom tertentu.
Jarum pentulyang telah digunakan di satu pasien tidak boleh digunakan
pada pasien lainnya
3s6
Pemeriksaan Sistem Saraf
o(ooG
E
o
i'i5i;
o o o AE€€o 6
E': y
v : x i o:' !
oG(ooE=c6 .r,
! ! E ! 6* E
F F F F -E F i=
o
JYJJ=_
6 6 6 -'
66-o)ElePP
ccccfctr
cccciio'o
oo(u(u;zz
oooo
E
o
6o E
o
E
o
EE
LP
6 6 6 6 E f (o
€ *€{ E
5 S 5 5 0
o-
6
E -c!E>
o
Z
!-
o G 6 6 tlc' 6
c
E
o
toc toc toE =l
.ta,6
40
zzzz
P
-E
6 -o) E, *o,
-9_9_9 J
= -P P-= c
.E .= .E .E F FEr
E 66E 5 e = 9tiE
=E
f;E E .e
*
E,
p Hx
f E;
fiE 5 H *$ eE s g
E'5E Pg E E
eH ff P
5s E ee Eg
*E
trI 5 I
+'E€
h.g
o
c-9o
u .i*
CL6=
E*'EEp ,E
-9 €.al .-i e
€ EE€ $
5
GAf6-o-P
H8
9€6p
sole + E
ergg
b22
\z
357
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Ophthrlmic n
Maxill,rry n. Trigeminal n.
l+l Mindibu13r n. c3
c4
c4
c6
T1
C?
c. Pemeriksaan Suhu
Alat Air panas atau dingin dalam tabung reaksi atau termos.
Dengan mata pasien tertutup, pemeriksa meminta pasien untuk
mengidentifikasi saat kulit disentuh dengan air panas atau air dingin. Cara
pemeriksaan sama dengan pemeriksaan raba halus dan nyeri.
358
Pemeriksaan Sistem Saraf
d. Pemeriksaan Vibrasi
Alat: Garpu tala 256 Hz.
Getarkan garpu tala dan letakkan ujung garpu tala ditonjolan tulang seperti
ibu jari kaki, maleolus medial, tonjolan tulang tibial atau tulang ileum.
b. Stereognosis
Stereognosis adalah kemampuan pasien untuk mengidentifikasi bentuk
benda dengan cara merasakan benda tersebut. pasien diminta menutup
mata. Sebuah benda diletakkan di tangan yang akan diperiksa. pasien
diminta meraba benda tersebut dan boleh sambil menggerakkan benda
tersebut hanya di tangan yang diperiksa. Benda yang digunakan dapat
berupa kunci, koin atau tutup botol.
359
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
c. ldentifikasi gambar
Pemeriksa menuliskan bentuk angka (1-9) dengan jari pemeriksa pada
telapak tangan pasien sambil mata pasien tertutup. Pasien diminta menebak
atau mengidentifikasi angka berapa yang ditulis oleh pemeriksa.
Girus pasmsentral
Lengan
Lengan b"|ah B-ahu Kepala
Leher
Tangan
fi ru
Tungkai bawah
Mata
Bibir bawah
Rahang
Klaustrum I
,/'[:-lrullr.kortikospinalis
360
Pemeriksaan Sistem Saraf
Pemeriksaan keseimbangan
2. Pemeriksaan Romberg
Perintahkan pasien untuk berdiri tegak, kedua lengan dilipat di depan perut
(bersedekap) dan minta pasien untuk menutup mata. pemeriksa berada
361
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan koordinasi
3. Pemeriksa an heel-to-knee
Pasien diminta berbaring terlentang. Pemeriksa meminta pasien untuk
menyentuhkan tumit ke lutut kaki yang lain dan perlahan digerakkan di atas
362
Pemeriksaan Sistem Saraf
tulang kering hingga tumit menyentuh pergelangan kaki yang lain tersebut.
Lakukanjuga dengan sisi yang lain.
Orientasi
*Orientasi waktu sekarang (tanggal
berapa, hari apa, bulan
apa, tahun berapa dan musim apa sekarang )?
* Di mana Anda sekarang (di klinik, kota,
negara apa)?
Memori
*Sebutkan tiga obyek. Minta pasien
untuk mengulangi
ketiganya
Perhatian
*Mengurangi angka seratus dengan
angka tujuh secara
berurutan (Aturan seriol sevens). Atau, minta pasien untuk
mengeja kata'dunia" dari belakang (ainud)
Kemampuan mengingat kembali Qecoll)
*Minta pasien untuk menyebut ulang tiga yang
obyek telah
disebutkan di atas
Bahasa
*Sebutkan: sebatang pensil
dan sebuah arloji 2
*Ulangi: 'Tidakjika, dan atau tetapi"
1
*Minta pasien untuk mengikuti perintah yang
diberikan 3
dalam tiga tahap (three stoge commond)
*Baca dan patuhi: TUTUP MATA ANDA 1
*Tulislah satu kalimat
1
*Tirulah bentuk dua
buah segi lima ini 1
TOTAT 30
353
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr M, Frotscher M. Duus'topical diagnosis in neurology. Anatomy, physiology,
signs, symptoms. Edisi ke-4. Thieme; 2005.
2. Ropper AH BR. Adam's and Victor's principles of neurology. 8th ed. New York:
McGraw-Hill; 2005, hlm. 3-11.
3. Talley NJ, O'Connor S. Clinical examination, a systemic guide to physical diagnosis.
NSW: Elsevier; 2010, hlm. 323-329.
4. Campbel W, penyunting. DeJong's The Neurologic Examination. Philadelphia:
Lippincot Williams and Wilkins; 2005
5. DeMyer WE, penyunting. Technique of the Neurologic Examination A
Programmed Text. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill; 2004
6. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001
7. Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. Mini-mental state: a practical method
for grading the cognitive state of patients for the clinician. J Psychiatr Res.
1975;12:189-198
364
BAB 12
Ptt[ER[(SAAlt ]lsls
SISft tII IRAIfiUS UBI]IARIUS
Parlindungan Sirega4 Ni Made Hustrini
Ginjal - Uretra
Secara fungsional pembuluh darah berawal dari arteri renalis berlanjut
melalui arteri interlobaris, arteri arkuata, arteri interlobular hingga arteri
36s
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
LAPIS LUAR
MEDULA
tUAR
LAPIS DALAM
MEDULA DALAM
366
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
ANAMNESIS
367
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gangguan Berkemih
Gangguan berkemih yang paling sering dikeluhkan adalah frekuensi,
yaitu istilah yang digunaka'n untuk menunjukkan bahwa kandung kemih
dikosongkan lebih sering dari pada biasanya. Frekuensi dapat terjadi
dengan volume urin yang meningkat (poliuria) atau dengan volume urin
yang normal. Frekuensi dengan volume urin yang normal bisa disebabkan
oleh iritasi kandung kemih akibat peradangan, batu, atau tumor; penurunan
kapasitas kandung kemih akibat fibrosis, misalnya pada fibrosis pasca
radioterapi di daerah panggul; atau akibat tekanan eksternal massa panggul
atau kehamilan. Frekuensi sering disertai dengan nokturia. Pada pasien
dengan frekuensi, penting untuk menentukan apakah volume urin normal
atau berkurang pada setiap pengosongan kandung kemih. Pada volume urin
normal menunjukkan pembentukan urin meningkat, dan apabila menurun
menunjukkan disfungsi kandung kemih. Nokturia dapat disebabkan oleh
gangguan tiduri dimana dalam keadaan normal tidur akan merangsang
sekresi hormon antidiuretik (ADH) yang akan menyebabkan berkurangnya
volume urin. Pasien yang terjaga di malam hari tidak mengalami peningkatan
sekresi ADH, dan posisi telentang akan meningkatkan aliran darah ke ginjal
sehingga volume urin meningkat dan terjadilah nokturia.
Pria diatas usia pertengahan sering mengalami pembesaran prostat,
yang akan menyebabkan menurunnya aliran urin. Beberapa keluhan lain
yang dapat muncul adalah kesulitan di saat awal berkemih (hesitansi) atau
di akhir (terminol dribbling). Pada tahap lanjut, pembesaran prostat dapat
menyebabkan obstruksi uretra total sehingga terjadi retensi urin. Sejumlah
pasien dengan hipertrofi prostat, dapat mengalami retensi dan tekanan
balik yang akan mengurangi aliran dalam nefron, sehingga mengganggu
kemampuan medula untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Hal
ini menyebabkan gangguan pemekatan urin dan akibatnya volume urin
justru akan meningkat. Sehingga, beberapa pasien dengan obstruksi lanjut
dapat ditemukan dengan volume urin meningkat dimana hal ini akan dapat
mengaburkan diagnosis obstruksi.
Disuria adalah rasa sakit atau ketidaknyamanan selama berkemih. Hal
ini biasanya digambarkan sebagai rasa terbakar atau kesemutan di sekitar
uretra atau di daerah suprapubik selama atau segera setelah berkemih.
Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya peradangan di kandung kemih,
prostat, atau uretra. Bila disertai dengan frekuensi dan urgensi biasanya
368
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
ANAMNESIS
367
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Gangguan Berkemih
Gangguan berkemih yang paling sering dikeluhkan adalah frekuensi,
yaitu istilah yang digunaka'n untuk menunjukkan bahwa kandung kemih
dikosongkan lebih sering dari pada biasanya. Frekuensi dapat terjadi
dengan volume urin yang meningkat (poliuria) atau dengan volume urin
yang normal. Frekuensi dengan volume urin yang normal bisa disebabkan
oleh iritasi kandung kemih akibat peradangan, batu, atau tumor; penurunan
kapasitas kandung kemih akibat fibrosis, misalnya pada fibrosis pasca
radioterapi di daerah panggul; atau akibattekanan eksternal massa panggul
atau kehamilan. Frekuensi sering disertai dengan nokturia. Pada pasien
dengan frekuensi, penting untuk menentukan apakah volume urin normal
atau berkurang pada setiap pengosongan kandung kemih. Pada volume urin
normal menunjukkan pembentukan urin meningkat, dan apabila menurun
menunjukkan disfungsi kandung kemih. Nokturia dapat disebabkan oleh
gangguan tidur; dimana dalam keadaan normal tidur akan merangsang
sekresi hormon antidiuretik (ADH) yang akan menyebabkan berkurangnya
volume urin. Pasien yang terjaga di malam hari tidak mengalami peningkatan
sekresi ADH, dan posisi telentang akan meningkatkan aliran darah ke ginjal
sehingga volume urin meningkat dan terjadilah nokturia.
Pria diatas usia pertengahan sering mengalami pembesaran prostat,
yang akan menyebabkan menurunnya aliran urin. Beberapa keluhan lain
yang dapat muncul adalah kesulitan di saat awal berkemih (hesitansi) atau
di akhir (terminal dribbling). Pada tahap lanjut, pembesaran prostat dapat
menyebabkan obstruksi uretra total sehingga terjadi retensi urin. Sejumlah
pasien dengan hipertrofi prostat, dapat mengalami retensi dan tekanan
balik yang akan mengurangi aliran dalam nefron, sehingga mengganggu
kemampuan medula untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Hal
ini menyebabkan gangguan pemekatan urin dan akibatnya volume urin
justru akan meningkat. Sehingga, beberapa pasien dengan obstruksi lanjut
dapat ditemukan dengan volume urin meningkat dimana hal ini akan dapat
mengaburkan diagnosis obstruksi.
Disuria adalah rasa sakit atau ketidaknyamanan selama berkemih. Hal
ini biasanya digambarkan sebagai rasa terbakar atau kesemutan di sekitar
uretra atau di daerah suprapubik selama atau segera setelah berkemih.
Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya peradangan di kandung kemih,
prostat, atau uretra. Bila disertai dengan frekuensi dan urgensi biasanya
368
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
359
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Hematuria
Hemoglobinuria
Mioglobinuria
Asam urat
Porfiria
Alkaptonuria (asam homogentisik)
Obat-obatan:
. Analgetik: fenasetin, antipirin
. Antibiotik:rifampisin,metronidazole,nitrofurantoi
. Antikoagulan:fenindione,warfarin
. Antikonvulsan:fenitoin
Pewarna malianan:
.
Sejumlah ber4y (antosianin)
. Paprika
370
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
Nyeri
Nyeri paling sering disebabkan oleh peradangan atau obstruksi. Radang
ginjal (pielonefritis) menyebabkan nyeri lokal di daerah proyeksi ginjal pada
371
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
sisi ginjal yang terkena. Peradangan biasanya terjadi secara bertahap dengan
derajat keparahan yang bervariasi. Abses perirenal dapat memberikan gejala
yang berhubungan dengan'perjalanan abses, dimana jika abses berjalan ke
atas maka dapat timbul gejala akibat iritasi diafragma dan jika berjalan bawah
akan timbul gejala akibat iritasi otot psoas. Peradangan glomerulus biasanya
tanpa gejala, tetapi mungkin juga disertai dengan nyeri tumpul di daerah
lumbal, terutama pada kasus glomerulonefritis akut dan nefropati lgA.
Nyeri yang timbul dari suatu obstruksi akut biasanya dengan onset
yang mendadak, berat dan bersifat sebagai nyeri kolik, menjalar ke pangkal
paha atau skrotum. Obstruksi kronis mungkin asimtomatik. Penting untuk
ditekankan bahwa kerusakan ginjal yang signifikan dapat terjadi tanpa rasa
sakit atau rasa tidak nyaman dan pada banyak pasien gejala awal yang
dikeluhkan berhubungan dengan konsekuensi metabolik akibat fungsi ginjal
yang sangat terganggu.
Edema
Edema dapat timbul akibat hipoproteinemia, yang disebabkan adanya
proteinuria yang signifikan (lebih dari 3,5 g/hari). Kondisi ini disebut sebagai
sindrom nefrotik. Edema biasanya paling mencolok di sekitar mata pada pagi
hari, dan pada kaki dan pergelangan kaki di malam hari. Pada tahap yang
lebih lanjut, perubahan diurnal ini akan hilang dan pasien akan merasakan
bengkak di seluruh tubuh sepanjang hari.
Edema dapat terjadi sebagai akibat retensi garam dan air pada pasien
dengan penyakit ginjal kronik, gagaljantung kongestif, penyakit hati kronis
seperti sirosis, atau setelah pemberian obat-obatan tertentu, seperti obat
anti inflamasi non-steroid atau antagonis kalsium.
372
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
Langkah pertama dalam anamnesis klinis adalah untuk mencari gejala pasien
dalam urutan kronologis yang jelas. Pertanyaan yang dibuat sebaiknya
berkaitan dengan gejala yang berhubungan, tetapi sering pasien akan
menghilangkan apa yang mereka anggap tidak signifikan kecuali diminta
secara langsung, misalnya, adanya gejala saluran pernapasan bagian atas
pada hematuria makroskopik. Sehingga penting untuk menanyakan pasien
tentang setiap kegiatan yang dilakukan pada saat atau segera sebelum
timbulnya gejala, untuk mencari hubungan diantaranya, misalnya olahraga
dan hematuria, atau aktivitas seksual dan disuria. Perlu diingat, bahwa pasien
mungkin salah mengartikan gejala yang ada dengan apa yang terjadi,
sehingga diperlukan kewsapadaan dalam menginterpretasikan informasi
yang diperoleh.
Nyeri mungkin alasan yang paling umum untuk pasien mencari
pengobatan. Penting untuk menentukan lokasi nyeri dan apakah nyeri
tersebut lokal atau difus. Onset nyeri penting diketahui, nyeri yang secara
perlahan bertambah berat dapat merupakan suatu peradangan sedangkan
nyeri hebat dengan onset yang mendadak mungkin menunjukkan suatu
obstruksi ureter. Selain itu, dokter harus menentukan apakah ada penjalaran
nyeri, jika ada, apakah penjalarannya sesuai dengan kelainan yang
mendasarinya. Karakteristik nyeri harus ditentukan, meskipun tidak jarang
pasien sulit untuk menggambarkannya. Rasa nyeri yang terasa membaik dan
memburuk adalah gambaran nyeri kolik dan dapat menyebabkan pasien
menjadi gelisah. Sedangkan nyeri yang stabil misalnya akibat pielonefritis
dapat membuat pasien tetap diam untuk menghindari perburukan rasa nyeri
oleh gerakan. Faktor-faktor yang diketahui memicu atau memperburuk serta
memperingan rasa nyeri harus ditentukan.
Pada pasien dengan hematuria dan/atau proteinuria, penting untuk
menentukan apakah analisis urin sebelumnya pernah dilakukan. Dalam
beberapa kasus, pasien mungkin tahu hasilnya, jika tidak, maka perlu
dilakukan pemeriksaan dalam rekam medik pasien.
Pasien dengan riwayat hipertensi rentan untuk mengalami gangguan
fungsi ginjal sehingga penting untuk mendokumentasikan tanggal
terdiagnosis hipertensi beserta komplikasinya, dan efektivitas, toleransi,
serta kepatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan.
373
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
374
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
Riwayat Obat-obatan
Konsumsi obat-obatan terakhir perlu diperhatikan sehubungan dengan
hari pertama pemberian, dosis, dan durasi. Satu tablet atau dosis tunggal
berbagai macam obat cukup untuk memicu nefritis interstisial akut alergik.
Sebaliknya, nefritis interstisial yang disebabkan oleh konsumsi obat anti-
inflamasi non-steroid dapat terjadi beberapa bulan pasca pemberian. pasien
usia lanjut yang sering menggunakan obat anti-inflamasi non-steroid untuk
menghilangkan rasa sakit pada persendian, sangat rentan terhadap efek buruk
pada ginjal.
Obat hipotensi dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, terutama
pada pasien dengan penyakit renovaskular atau ketika tekanan darah
diturun kan drastis. Selain itu, penghambat o n giotensin - conve rting e nzyme
375
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Pola Diet
Pola diet dapat menjadi nilai diagnostik serta penting dalam manajemen
pasien, terutama dengan adanya gagal ginjal.
Asupin natrium berlebihan dapat mengakibatkan resistensi terhadap
terapi antihipertensi atau kejadian edema paru berulang pada pasien
dengan gagal ginjal stadium lanjut. Sebaliknya, pembatasan natrium yang
mendadak dan berlebihan atau peningkatan kehilangan natrium melalui
kulit atau saluran cerna dapat menimbulkan hipovolemia berat pada pasien
dengan so lt-losing nephrophaty.
Pembentuk batu idiopatik mengkonsumsi protein hewani lebih
banyak daripada orang normal; pola diet tersebut dikaitkan dengan
peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat dalam urin, serta
merupakan faktor risiko untuk pembentukan batu kalsium. Prevalensi
batu pada vegetarian setengah lebih rendah daripada populasi umum.
Asupan cairan yang tidak memadai dihubungkan dengan kekerapan
kekambuhan batu saluran kemih pada pasien tertentu. Pada pasien
dengan obsorptive hypercalciurio, kekambuhan batu juga dipengaruhi
oleh konsumsi air yang kaya kalsium.
Asupan alkoholjuga harus diperhitungkan. Konsumsi alkohol berlebihan
akan memicu peningkatan tekanan darah dan dikatakan bertanggung jawab
atas sebagian kasus hipertensi esensial. Alkohol juga dapat memengaruhi
kepatuhan berobat pasien.
Sebagian pasien memiliki kegemaran untuk mengkonsumsi makanan
asam seperti jus buah yang memiliki kandungan oksalat yang tinggi dan
dapat mengakibatkan terbentuknya kalsium oksalat di ginjal.
376
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
RIWAYAT SOSIAT
Riwayat Pekerjaan
Sejumlah faktor yang berhubungan dengan pekerjaan pasien penting
dalam perkembangan penyakit ginjal. Bekerja dalam lingkungan yang
panas dengan kehilangan insensible woter loss yang lebih banyak akan
meningkatkan terjadinya pembentukan batu saluran kemih. pekerja tertentu
yang terpapar toksin, bahan kimia, dan inhalasi hidrokarbon dikatakan dapat
memicu terjadinya glomerulonefritis, meskipun bukti yang meyakinkan
dilaporkan hanya untuk sindrom Goodposture. paparan sejumlah agen telah
diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik. Bahan kimia
tertentu dikaitkan dengan sejumlah penyakit ginjal, misalnya peningkatan
insiden tumor urothelial pada pekerja pewarna anilin.
lnfeksi pada ginjaljuga ditemukan pada kelompok pekerjaan tertentu.
Gangguan ginjal akut akibat leptospirosis lebih sering terjadi pada pekerja
tambang, pekerja limbah, dan buruh tani; infeksi Hantavirus didapatkan
pada pekerja laboratorium yang menangani binatang seperti tikus, atau
petani dari daerah endemik. Paparan terhadap timah , khususnya dalam
bentuk uap, dapat menyebabkan nefropati timah dan penyakit ginjal kronik.
377
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
RIWAYAT KETUARGA
TEKNIK PEMERIKSAAN
378
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
INSPEKSI
379
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
ginjal terminal, dapat terlihat uremic frost, terutama pada wajah. Purpura
merupakan manifestasi klinis Henoch Schonlein Purpura dan pada pasien
dengan keganasan bisa ditemukan akantosis nigran. Pada Fobry Disease,
terlihat papula kecil berwarna merah yang hiperkeratotik, paling sering di
daerah selangkangan, dan lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan. Pada resipien transplantasi dapat terlihat manifestasi dari efek
samping steroid, seperti moon foce, redistiibusi lemak tubuh di daerah
sentral, purpura, dan jerawat. Terapi imunosupresan jangka panjang juga
dikaitkan dengan lesi hiperkeratosis yang dapat berkembang menjadi
keratoakantoma dan mengalami perubahan ganas.
Penampilan umum pasien dapat bernilai diagnostik. Pada beberapa
pasien dengan glomerulon efritis meso ngiocopillory tipe I I dapat ditemukan
lipodistrofi parsial, di mana terjadi kehilangan lemak subkutan di bagian
tubuh atas, dengan distribusi yang normal atau meningkat ditubuh bagian
bawah. Turgor kulit juga merupakan tanda yang penting, dimana turgor
kulit yang menurun merupakan indikasi deplesi garam dan airi sedangkan
konsistensi seperti plastik menunjukkan kelebihan air.
Pemeriksaan mata bisa menunjukkan adanya kalsifikasi perilimbal pada
pasien dengan uremia kronik serta adanya pendarahan subkonjungtiva
pada pasien dengan vaskulitis. Penampilan wajah dapat mengarahkan pada
penyakit yang mendasari, misalnya penebalan dan kekakuan kulit yang
dijumpai pada sklerosis sistemik, yang mungkin terkait dengan multiple
telangiectasio. Pasien dengan lupus eritematosus sistemik dapat memiliki
ruam kupu-kupu yang khas di wajah. Pada Granulomatosis Wegener bisa
dijumpai hilangnya kartilago septum nasi. Untuk pemeriksaan mulut, penting
untuk melihat kondisi gigi, langit-langit dan gusi, serta infeksi jamur.
Pemeriksaan kuku pada sindrom nefrotik memperlihatkan kuku yang pucat
dan suram, sedangkan splinter hoemorrhoges dapat dijumpai pada pasien
dengan vaskulitis dan endokarditis. Pada pasien dengan gagal ginjal kronik,
bukti adanya hiperparatiroidisme sekunder dapat dilihat dengan adanya reduksi
dan kehilangan phalang distal sehingga tampak sebagai clubbing.
Pada inspeksi abdomen, satu atau kedua ginjal dapat terlihat terutama
pada penyakit ginjal polikistik lanjut. Kadang-kadang, uropati obstruktif
kronis dapat menyebabkan distensi ureter sehingga menjadi terlihat.
Obstruksi pada jalan keluar kandung kemih menyebabkan distensi kandung
kemih yang mungkin mudah terlihat pada pasien terutama pada mereka
yang kurus.
380
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
PALPASI
Palpasi ginjal paling baik dilakukan dalam posisi telentang dengan kepala
sedikit terangkat di atas bantal dan kedua lengan berada di sisi tubuh.
Pemeriksaan palpasi yang teliti sangat diperlukan dalam menentukan adanya
massa ginjal. Pembesaran ginjal biasanya menonjol ke anterior sedangkan
abses perinefrik biasanya teraba di daerah punggung.
Pemeriksaan ballotement ginjal berasal dari kata berbahasa Perancis
' baltoting' y anq berarti mengguncang kan, merupakan teknik palpasi dengan
cara seolah-olah menjentikkan ginjal ke anterior.
PoLe bawah ginjal umumnya teraba pada pasien yang kurus dengan
menekan tangan kanan ke dalam dan ke atas. Ginjal kiri tidak mudah teraba
seperti ginjal kanan. Hati-hati membedakan ginjal dengan limpa. Pada
palpasi, sebisa mungkin diperkirakan ukuran dan bentuk ginjal, meskipun
hal ini mungkin sulit kecuali pada mereka yang sangat kurus. Pada pasien
normal, permukaan ginjal relatif halus dan keras, tapi pada mereka dengan
penyakit kistik permukaan ginjal menjadi tidak teratur. Setiap nyeri pada
palpasi harus dicatat. Langkah pemeriksaan ballotement ginjal beserta sistem
traktus urinarius dapat dilihat pada tabel 12.2.
Limfadenopati dapat mengindikasikan adanya penyakit limfoproliferatif
yang mendasarinya. Pada pasien pada penyakit ginjal kronik dengan dialisis
peritoneal, perlu untuk mencari adanya hernia inguinalis atau umbilikalis
yang mungkin tidak jelas pada posisi berbaring.
Pada tungkai bawah dapat ditemukan edema, harus dipastikan juga
tentang kecukupan aliran darah ke perifer terutama pada pasien penyakit
ginjal kronik dimana aterosklerosis sangat sering terjadi.
PERKUSI
381
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
382
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
383
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
AUSKULTASI
384
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
385
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Penyakit Glomerular
Penyakit glomerular merupakan gangguan atau kerusakan yang terjadi di
glomerulus. Gangguan ini dapat Primer atau Sekunder. Gangguan Primer
disebabkan oleh adanya defek imun di glomerulus dimulai dari masuknya
antigen yang kemudian terjadi pembentukan komplek imun di glomerulus
atau kerusakan yang dimediasi oleh sel-T. Gangguan Sekunder adalah
merupakan bagian penyakit sistemik yang ada pada pasien misalnya lupus
eritematosus, malaria, diabetes melitus. Riwayat hipertensi, riwayat retensi air
atau edema diwajah, tangan, kaki, asites, dan frekuensi berkemih berkurang.
Dapat juga dirasakan cepat lelah akibat adanya anemia bila telah terjadi
penurunan fungsi ginjal. Warna urin dapat berubah menjadi kecoklatan
akibat adanya hematuria atau berbusa banyak akibat proteinuria yang masif.
386
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
387
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Uropati Obstruktif
Obstruksi traktus urinarius merupakan sumbatan aliran urin yang terjadi
mulai dari pelvis renalis hingga ke uretra. Obstruksi ini dapat bersifat akut
atau kronik, total atau parsial, unilateral atau bilateral, dan dipengaruhi oleh
tempat atau lokasi obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh kelainan
anatomi misalnya gangguan katup uretra atau strikturi dan stenosis di
ureterovesical/ureteropelvic junction, batu saluran kemih, hipertrofi prostat,
keganasan prostat, tumor retroperitoneal atau tumor di daerah pelvis.
Gejala yang ditimbulkan oleh obstruksi traktus urinarius dapat berupa:
'l) Nyeri atau sakit akibat distensi vesika urinaria, kapsul ginjal, atau distensi
di pelvis renalis; 2) Kolik berupa rasa nyeri hebat hilang timbul didaerah
abdomen atau pinggang yang biasanya disebabkan oleh sumbatan batu
yang akut. Batu di daerah ureter proksimal atau pelvis renalis menimbulkan
kolik berupa nyeri pinggang. Batu di ureter distal menyebabkan nyeri
kolik menyebar ke daerah testis pada laki-laki atau ke daerah labia pada
perempuan; 3) Gangguan pengeluaran urin, anuria akibat obstruksi ureter
bilateral atau retensi urin pada hipertrofi prostat, batu/striktur uretra,
gangguan neurologi misalnya cedera spinal, dan kelemahan otot detrusor
vesika urinaria.
Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga juga perlu digali.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: nyeri ketok daerah kosto-vertebral
pada obstruksi akibat batu mulai dari pelvis renalis hingga distal ureter;
balotemen ginjal dapat ditemukan bila ada hidronefrosis; hematuria non-
glomeruler ppda batu saluran kemih; pada hematuria gross batu saluran
kemih, urin berwarna pink dan dapat ditemukan clot.
lnfeksiSaluran Kemih
lnfeksi saluran kemih (lSK) didefinisikan sebagai ditemukannya bakteri di
dalam urin dengan jumlah koloni kuman pada media biakan kuman, lebih
388
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
dari 105 koloni kuman/ml urin. ISK diklasifikasi dalam: .l) ISK-Atas;2) ISK-
Bawah. ISK-Atas pada ginjal, urete6 dan prostat (prostatitis). ISK-Bawah adalah
infeksi pada vesika urinaria dan uretra. lsK-Atas disebut juga sebagai infeksi
dalam (deep infection), oleh karena dengan fimbriae kuman melekat pada
sel urotelial. lsK-Bawah disebut juga sebagai infeksi permukaan (superficiol
infection), kuman tidak melekat pada sel urotelial. lsK-Atas selalu disertai
gejala demam tinggi, menggigil, dan dengan nyeri pinggang hebat sedang
pada ISK-Bawah tidak disertai demam akan tetapi disertai keluhan disuria,
frekuensi, dan urgensi. Menurut tingkat kesulitan dalam pengobatan, ISK
diklasifikasikan sebagai lsK-Berkomplikasidan lsK-Tak Berkomplikasiatau lsK-
Simpel. ISK-Berkomplikasi antara lain lsK pada diabetes, lsK pada kehamilan,
riwayat ISK sejak kecil, riwayat pielonefritis pada tahun sebelumnya, ISK
berulang, dengan kuman resisten berganda, ISK dalam perawatan rumah
ISK
sakit, ISK akibat pemakaian kateter urin, lsK setelah perlakuan instrumentasi
saluran kemih, lsK dengan kelainan fungsional atau anatomi saluran
kemih, dan lsK setelah pemakaian antibiotika beberapa bulan sebelumnya.
Berdasarkan gejala yang timbul lsK diklasifikasikan sebagai lsK-simtomatik
dan lsK-Asimtomatik atau secara berturutan biakan urin positif dengan gejala
dan biakan urin positif tanpa gejala lSK.
Kondisi komorbid yang dapat menyertai ISK adalah diabetes melitus,
uropati obstruksi dan kehamilan.
Selain keluhan demam dan menggigil, pasien ISK dapat datang dengan
piuria dan hematuria. Dapat dijumpai juga adanya nyeri ketok kosto-
vertebral dan nyeri tekan suprapubik.
daerah medula ginjal, dan bagian tebal oscending limb loop Henle daerah
kortek ginjal. Gangguan yang dapat terjadi pada nefron proksimal adalah
gangguan reabsorpsi bikarbonat yang dikenal dengan Renal Tubular Asidosis
(RTA)tipe-2 dan Sindrom Bartter merupakan defek genetik resesif otosomal
yang terjadi pada bagian lebal ascending limb loop Henle daerah medula
g injal, melibatkan beberapa transporter pada. segmen ini.
tipe-2 merupakan gangguan reabsorpsi bikarbonat yang terjadi
RTA
di tubulus proksimal S1. 90% bikarbonat yang'difilitrasi glomerulus
direabsorpsi di tubulus proksimal S1. Reabsorpsi ini dimungkinkan oleh
karena meningkatnya jumlah penukar Na-H (NHE3) di membran luminal
tubulus proksimal. Enzim karbonik anhidrase sangat berperan dalam proses
reabsorpsi ini. lon-H yang keluar ke dalam lumen melalui penukar Na-H,
akan berikatan dengan ion-HCO3 yang difiltrasi glomerulus membentuk
H2CO3. Dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, H2CO3 di dehidrasi
menjadi H20 dan CO2 yang kemudian direabsorpsi. Di dalam sel, CO2
yang direabsorpsi bergabung dengan ion-OH membentuk 3HCO3
dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. 3HCO3 kemudian masuk ke
dalam sirkulasi melalui kotranspor Na-3HCO3 di membran basolateral
tubulus proksimal. Gangguan pada salah satu mekanisme reabsorpsi
bikarbonat inilah yang menjadi penyebab RTA tipe-2. Misalnya defek gen
SLC9A3 otosomal dominan menyebabkan gangguan pada penukar NHE3,
abnormalitas pada gen SLC4A4 menimbulkan RTA tipe-2 otosomal resesif
bersama dengan kelainan mata yaitu gangguan pada kotranspor Na-3HCO3.
RTA tipe-2 ini ada juga yang timbul secara sporadik dan dalam perjalanannya
dapat sembuh sendiri, berbeda dengan mutasi gen di atas. Pada RTA tipe-2
ini terjadi penurunan ambang reabsorpsi bikarbonat antara 12-20 meq/l,
sedang dalam keadaan normal adalah 25 meq/L, yang menyebabkan
kadar bikarbonat plasma pada RTA tipe-2 sebesar 12-20 meq/L dan pH
urin yang rendah kurang dari 5,3. Ekskresi kalium dalam urin meningkat
pada RTA tipe-2, disebabkan oleh ekskresi natrium yang meningkat akibat
adanya asidosis sehingga meningkatkan aliran natrium ke nefron distal.
Peningkatan .aliran natrium ini bersama dengan berkurangnnya natrium
plasma menyebabkan hiperaldosteronisme sekunder, memicu ekskresi
kalium dalam urin meningkat sehingga menimbulkan hipokalemia. Pasien
sering datang dengan gejala hipokalemia berupa kelemahan otot antara
lain lemas, sukar berdiri atau berjalan. Gejala sesak nafas dapat terjadi akibat
adanya asidosis metabolik.
390
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
391
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
392
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
dapat berkembang menjadi RTA tipe-1 yang sebenarnya atau yang komplit.
Terdapat hipositraturia pada pasien ini, dan batu kalsium fosfat dapat diterapi
dengan pemberian kalium sitrat. Bira ditemukan pasien dengan riwayat
batu kalsium berulang dengan kadar sitrat urin 24 jam yang rendah, perlu
dicurigai adanya RTA tipe-1 yang tak komplit, teristimewa bila ada riwayat
RTA tipe-1 dalam keluarga.
a' Pre-Renai, disebabkan adanya iskemia pada ginjal akibat aliran darah
ke ginjal (renal blood flow) berkurang disebabkan oreh perdarahan,
pengeluaran air melalui saluran cerna atau kulit yang berlebihan, gagal
jantung, sirosis hati, sindrom nefrotik, penurunan tekanan darah
akibat
beberapa hal, hipoalbuminemia.
393
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
c. Pasca Renal, akibat obstruksi aliran urin akibat sumbatan total oleh
batu/bekuan darah pada ureter bllateral.-
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tekanan darah turun atau syok;
tanda hipovolemia berupa turgor kulit turun, mata cekung, kulit/mukosa
kering; volume urin berkurang atau anuria; ruam atau rosh di kulit akibat
reaksi sensitifitas akibat obat, makanan; hematuria kasat mata misalnya pada
glomerulonefritis, batu saluran kemih, atau trauma ginjal.
a. Gangguan struktur ginjal lebih dari 3 bulan dengan disertai atau tanpa
disertai penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Catatan:
Gangguan struktur ginjal dapat didentifikasi dari data laboratorium seperti
proteinuria, hematuria atau dari data pemeriksaan imejing BNO-IVB USG
Abdomen, CT-Scan, MRI atau dari data pemeriksaan histo-patologi hasil
biopsiginjal.
Sesuai dengan namanya, PGK merupakan progresi gangguan struktur
maupun penurunan fungsi yang berlangsung secara terus menerus hingga
mencapai PGK tahap akhir atau terminal. Dalam perjalanan progresi ini PGK
dibagi dalam stadium (Tabe! 12.3)
394
Pemeriksaan Fisis Sistem Traktus Urinarius
DAFTAR PUSTAKA
t. Bellomo R, Ronco C, Kellum JA, Mehta RL, palevsky p and the ADel workgroup.
Acute renal failure-definition, outcome measures, animal models, fluid therapy
and information technology needs: The second lnternational consensus
conference of the Acute Dialysis Quality lnitiative (ADel) Group. crit care, 2004;
4:R204-R2'12.
2. Bettinelli A, Bianchetti MG, Girardin E, Caringella A, Cecconi M, Appiani AC,
Pavanello L, Gastaldi R, lsimbaldi C, Lama G. Use of calcium excretion values to
distinguish two forms of primary renal tubular hypokalemic alkalosis: Bartter
and Gitelman syndromes. J Pediatr. 1992;120(1):38.
Emmett M, Sterns RH, Forman JP. Etiology and diagnosis of distal (type 1) and proximal
(type 2) renal tubular acidosis. UpToDate, literature review version 79.2,201L.
Halperin M.1., Kamel KS, Goldstein M.B. Fluid, Electrolyte, and Acid-Base physiology.
A Problem-Based Approach. 4th Edition. Saunders-Elsevier, 2010.
395
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Levin A, Warnock DG, Mehta RL, Kellum JA, Shah SV Molitoris BA, Ronco C.
lmproving Outcomes From Acute Kidney lnjury: Report of an lnitiative. Am J
Kidney Dis, 2007; 50(1): 1-4.
Mehta RL, Kellum JA, Shah SV Molitoris BA, Ronco C, Warnock DG, Levin A and the
Acute Kidney lnjury Network. Acute Kidney lnjury Network: report of an initiative
to improve outcomes in acute kidney injury. Crit Care, 2007; 11(2): R31-38.
7. National Kidney Foundation. K/DOQI clinical practice guidelines for chronic
kidney disease: evaluation, classification, and stratification. Am J Kidney Dis
2002;39:S1.
Post TW Rose BD Curhan GC, Forman JP. Diagnostic approach to the patient with
acute or chronic kidney disease. UpToDate, Literature review version '19.2,2011 .
9. Post TW, Rose BD, Curhan GC, Forman JP. Overview of the management of chronic
kidney disease in adults. UpToDate, literature review version 79.2,2017.
10. Post TW Rose BD Sterns RH, Forman JP. Clinical manifestations and diagnosis
of volume depletion in adults. UpToDate, literature review version 19.2, 2011.
11 Ricci Z, Cruz D Ronco C: The RIFLE criteria and mortality in acute kidney injury:
a systematic review. Kidney lnt, 2008; 73(3): 538-46.
12. Rose BD Appel GB, Palevsky PM, Sheridan AM. Clinical manifestations and
diagnosis of acute interstitial nephritis. UpToDate, Literature review version
19.2, 2011.
13. Rose BD Curhan gc, Sheridan AM. Diagnosis of urinary tract obstruction and
hydronephrosis. UpToDate, literature review version 19.2, 2011.
14. Rose BD Glassock RJ, Sheridan AM. Hematuria:Glomerularversus extraglomerular
bleeding. UpToDate, literature review version 19.2,2011
15. Rose BD Post TW. lntroduction to renal function. UpToDate, literature review
version 19.2, 201 1.
Rose BD, Sterns RH, Forman JP. Bartter's and Gitelman's syndromes. UpToDate, literature
review version L9.2, 2017.
17. Takashi l, Takashi S, Jun l, George S. Unraveling the Molecular Pathogenesis of
lsolated Proximal Renal Tubular Acidosis. J Am Soc Nephrol, 2002; 13 2171-77 .
18. Davidson AM, Grunfeld J, Fitzpatrick M. History and clinical examination of the patient
with renal disease. ln: Davidson AM, Cameron JS, Grunfeld J, Ponticelli C, Ritz E, Winearls
c, et al, editors. Oxford textbook of Clinical Nephrology. Oxford University Press, 2005.
396
BAB 13
ilIIIA IIASAR
P T tII T R I I(SAAII
Mata merupakan organ yang dapat menjadi penanda utama adanya penyakit
sistemik karena mata adalah satu-satunya organ dimana kelainan vaskular
dan neurologis dapat diamati secara langsung. Sebaliknya, berbagai penyakit
sistemik mampu menimbulkan gangguan struktural dan/atau fungsional
pada mata. Sejumlah penyakit sistemik yang berdampak pada mata antara
lain diabetes melitus, hipertensi, HIV/AIDS, Grave's disease, systemic lupus
erythemotosus (SLE), dan sarkoidosis. pentingnya informasi ini menyebabkan
pemeriksaan mata perlu dilakukan oleh setiap dokter; dan bukan hanya
oleh spesialis mata. Dokter Spesialis Mata dapat dimintakan pendapat
untuk menentukan apakah kelainan terletak hanya pada organ mata atau
merupakan bagian dari penyakit sistemik.
Berdasarkan hal tersebut, pemeriksaan mata dasar akan mengarahkan
bahkan mendukung penegakkan diagnosis suatu penyakit sistemik. Beberapa
pemeriksaan mata dasar yang perlu dikuasai oleh setiap dokter adalah:
1. PEMERIKSAAN EKSTERNAT
Bola mata
a. lnspeksi
Pemeriksaan awal adalah menilai simetrisitas kedua bola mata dan
397
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
mencari ada tidaknya penonjolan pada satu atau kedua bola mata.
Penilaian penonjolan bola mata (proptosis/eksoftalmus) dilakukan
dengan pemeriksa berdiri di belakang pasien dan melihat kedua bola
mata dari puncak kepala. Proptosis dapat dibedakan menjadi aksial
atau non-aksial. Proptosis aksial, yaitu bola mata menonjol ke depan
searah sumbu horisontal, menunjukkan kemungkinan massa di apeks
orbita atau pembengkakan otot p"ngg"rik bola mata. Sebagai contoh,
proptosis bilatera I umu mnya ditemukan pada ti rotoksi kosis. Proptosis
non-aksial, yaitu bola mata menonjol ke depan namun menjauhi
sumbu horisontal, menunjukkan adanya massa berasal dari luar orbita
seperti tumor kelenjar lakrimalis.
Keadaan posisi bola mata masuk ke dalam (enophthalmus)
menunju kkan kemung ki na low-out fractu re.
n adanya b
b. Palpasi
Batas tulang orbita diraba untuk menilai ada tidaknya nyeri tekan,
abnormalitas struktural,massa, atau krepitus (emfisema orbita).
Emfisema orbita menandakan komunikasi antara sinus dan orbita
yang umum ditemukan pasca-trauma atau operasi.
c. Auskultasi
Auskultasi bola mata terutama harus dilakukan apabila teraba pulsasi
pada saat palpasi. Bruit pada bola mata menandakan fistula sinus
ka rotid-kavernosus.
Kelopak mata
Pemeriksaan kelopak mata bertujuan menilai kemampuan menutup dan
membuka kelopak mata. Kelumpuhan N. lll ditandai oleh ketidakmampuan
membuka kelopak mata atas (ptosis) disertai dengan ketidakmampuan
untuk melakukan gerakan elevasi bola mata. Sebaliknya, apabila pasien
398
Pemeriksaan Mata Dasar Sebagai Penapis penyakit Sistemik
Atas
l/
kanan atas Kiri atas
\
kanan+- -+
# * Kiri
/
kanan bawah I
t\ xirioawan
Bawah
Gambar 13.1. Gerakan bola mata
Gambar dikutip dengan modifikasi dari
Ophthalmology I nvestigotion and Exominotion Techniques (ZOO7)
Keterangan gambar:
399
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
3. LAPANG PANDANG
400
Pemeriksaan Mata Dasar Sebagai penapis penyakit Sistemik
salah menyebutkan lebih dari setengah jumlah huruf pada satu baris,
maka tajam penglihatan ditetapkan sesuai dengan baris terakhir yang
keseluruhan hurufnya dibaca dengan tepat. Hasil pemeriksaan tajam
penglihatan diberikan dalam bentuk fraksi, pembilang merupakan
jarak antara papan Snellen dengan pasien, yaitu enam meter (20 kaki),
sedangkan penyebut merupakanjarak huruf masih dapat dibaca oleh
individu normal pada baris terakhir yang keseluruhan hurufnya dibaca
dengan tepat oleh pasien. Hasil 6/60 menandakan seseorang hanya
dapat membaca huruf pada jarak 6 m; sedangkan individu normal
dapat membaca huruf tersebut pada jarak 60 m.
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Apabila hasil pemeriksaan tajam
penglihatan kurang dari 6/6 maka pasien diperiksa menggunakan
pinhole. Pada pemeriksaan pinhole, bila ketajaman visual membaik
maka penyebab penurunan visus adalah kelainan refraksi. Sedangkan
bila ketajaman visual tidak membaik maka pertimbangkan
kemungkinan kelainan organik pada sumbu visual, seperti kelainan
kornea, uveitis, lensa(katarak), kekeruhan badan vitreous (perdarahan),
retinopati diabetik, atau degenerasi makula.
Tajam penglihatan yang sangat buruk diperiksa dengan cara
menghitung jari tangan. Kemampuan menghitung jumlah jari
tangan dengan benar menunjukkan ketajaman visual 1/60. Apabila
pasien tidak mampu menebak, maka pasien diperiksa dengan cara
melambaikan tangan. Kemampuan mengetahui adanya gerakan
menunjukkan ketajaman visual 1/300. Apabila pasien tidak dapat
mengetahui adanya gerakan tangan, maka pasien diperiksa dengan
membedakan gelap dan terang melalui pemberian rangsang cahaya
menggunakan senter. Kemampuan membedakan gelap dan terang
menunjukkan ketajaman visual 1/-.
5. PUPIL
401
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
pada kedua mata. Refleks cahaya langsung dinilai pada mata yang
disinari lampu senter sedangkan refleks cahaya tidak langsung dinilai
pada mata yang lain. Pasien diminta untuk memfiksasikan pandangan
di satu titik yang jauh. Apabila mata kiri pasien disinari dengan
lampu senter dan kedua pupil mengecil (miosis), maka refleks cahaya
langsung positif di mata kiri dan refleks cahaya tidqk langsung positif
di mata kanan. Apabila kedua pupil tidak mengecil, maka menunjukkan
kerusakan N. ll kiri. Apabila hanya pupil kiri yang mengalami miosis,
sedangkan pupil kanan tetap melebar maka menunjukkan kerusakan
N. lll kanan.
6. TEKANAN INTRAOKUTAR
Tekanan intraokular normal berkisar antara 10 - 20 mmHg. Pemeriksaan
tekanan bola mata secara kasar dilakukan dengan palpasi, namun cara
manual tersebut hanya mampu mendeteksi peningkatan tekanan
intraokular di atas 30 mmHg. Pemeriksaan tekanan intraokular yang
akurat dilakukan secara tidak langsung menggunakan tonometri,
yaitu tonometri Shiotz dan tonometri Goldmann. Peningkatan tekanan
intraokular adalah penanda utama glaukoma. Serangan glaukoma akut
ditandai dengan peningkatan ekstrim tekanan intraokular hingga bola
mata teraba keras.
7. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
402
Pemeriksaan Mata Dasar Sebagai penapis penyakit Sistemik
403
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Tanda penting lain yang perlu diamati adalah oklusi vena retina. Oklusi
vena retina dibedakan menjadi bronch retinol vein occlusion (BRVO)
dan central retinol vein occlusion (CRVO). Faktor risiko terjadinya oklusi
vena retina antara lain usia di atas 65 tahun, penyakit sistemik (diabetes
melitus, hipertensi, dislipidemia), peningkatan tekanan intraokular,
dan penyakit inflamasi (sarkoidosis). Pasien dengan oklusi vena retina
mengalami pandangan kabur mendadak (apabila mengenai makula)
dan metamorfosia (gangguan bentuk benda yang dilihat). Pemeriksaan
funduskopi memberikan gambaran dilatasi vena dan berliku-liku di
sisi perifer dari oklusi, perdarahan dot-blot, edema retina, dan soft
exudates.
DAFTAR PUSTAKA
404