Anda di halaman 1dari 43

Case Report Session

DISPEPSIA FUNGSIONAL
Aulia Nopriyanti 2310070200008
Alifya Risanda 2310070200019
Annisa Putri Sugianto 2310070200026

Pembimbing : Dr. Hj. Linda Efanita, Sp.PD FINASIM

KEPANITERAAN KLINIS SENIOR BAGIAN


ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH 2024
PENDAHULUAN

Istilah dispepsia sindroma yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa.
penyebab sindroma dispepsia ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
penyakit organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung empedu ) dan
kelompok dimana sarana penunjang diagnostik yang konvensional atau baku
(radiologi, endoskopi, laboratorium) tidak dapat memperlihatkan adanya
gangguan patologik struktural atau biokimiawi, dengan kata lain, kelompok
terakhir ini disebut sebagai gangguan fungsional.
PENDAHULUAN

Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan

Melalui makalah ini diharapkan


Makalah ini bertujuan untuk
bermanfaat untuk menambah ilmu
meningkatkan pengetahuan dan dan pengetahuan mengenai penyakit
pemahaman mengenai penyakit dispepsia.
dispepsia.
02
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI DISPEPSIA

Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas. Gejala yang dapat timbul nyeri epigastrium, rasa terbakar di
epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada
saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa. Untuk dispepsia fungsional,
keluhan tersebut di atas harus berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir
dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
EPIDEMIOLOGI
Angka tertinggi sebesar 10% hingga 40% di negara-negara
Barat, termasuk Amerika Serikat (AS).

Dispepsia fungsional Di negara-negara Asia, 5% hingga 30%.

Wanita lebih sering dibandingkan pria.


KLASIFIKASI

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional/Non-Organik

Dispepsia yang telah Merupakan kelainan fungsi saluran makanan,


diketahui adanya umumnya terjadi gangguan motilitas antar
kelainan organik sebagai waktu pengosongan lambung lambat,
abnormalitas kontraktil, molekul lambung dan
penyebabnya dan banyak
mioelektrik lambung
di jumpai pada usia
lebihdari 40 tahun
ETIOLOGI

Dispepsia disebakan oleh waktu makan dan makan yang tidak teratur yang akan
menyebabkan terganggunya pencernaan. Hak ini akan menyebabkan produksi
asam lambung di tambah dengan makanan yang memicu produksi asam lambung
yang berlebih seperti alkohol, obat penahan nyeri, asam cuka, makanan yang
bersifat asam dan pedas.
Merokok

Alkohol

01 NSAID

Infeksi Helicobacter pylori (Hp)


Faktor Resiko
Pola makan

Psikologi

Sosial ekonomi
PATOFISIOLOGI

01
DIAGNOSIS

Dispepsia menurut kriteria Roma III adalah suatu penyakit dengan satu
atau lebih gejala yang berhubungan dengan gangguan di gastroduodenal:
● Nyeri epigastrium
● Rasa terbakar di epigastrium
● Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
● Rasa cepat kenyang
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
DIAGNOSIS BANDING

● Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)


● Ulkuspeptikum
● Kolesistitis
● Kolelitiasis
● Crohn's disease
● Kanker lambung
03

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn . R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pasaman Barat
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
MR : 583936
LAPORAN KASUS
KELUHAN UTAMA

Sakit perut kanan bawah sebelum masuk rumah sakit.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Pasien mengeluhkan sakit perut di ari ari.


• Pasien mengeluhkan diare.
• Pasien mengalami penurunan berat badan kurang lebih 12 kg.
• Sakit perut dirasakan sejak 3-4 bulan yang lalu.
• BAK dalam batas normal
LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit Dahulu

● Pasien pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya.


● Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada.
● Riwayat penyakit hipertensi tidak ada.
● Riwayat penyakit jantung tidak ada.
● Riwayat penyakit ginjal tidak ada.
● Riwayat keganasan tidak ada.
LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Keluarga
● Riwayat hipertensi ada pada ayah pasien.
● Riwayat hipertensi tidak ada.
● Riiwayat penyakit jantung tidak ada.
● Riwayat penyakit ginjal tidak ada.
● Riwayat keganasan tidak.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Seorang laki-laki 40 tahun telah menikah, pasien bekerja sebagai


wiraswasta..
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
TANDA VITAL
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Composmetis Kooperatif


Tekanan Darah : 127/85Mmhg
Frekuensi Nadi : 61 x/Menit
Frekuensi Napas : 20 x/Menit
Suhu : 37°

Tinggi Badan : 160 cm


Berat Badan : 48 kg
BMI : 18.7 (Normoweight)
PEMERIKSAAN FISIK
KULIT KEPALA
Warna sawo matang, efloresensi Bentuk normochepal, simetris,
(-), kolateral vein (-), palmar deformitas (-), rambut bewarna
eritem (-), scar (-), hitam dan tidak mudah
hipopigmentasi (-), dicabut, sikatrik (-), edema (-).
hiperpigmentasi (-), icterus (-),
sianosis (-), spider nevi (-),
telapak tangan dan kaki
pucat (-/-), turgor < 1 detik,
edema (-).
PEMERIKSAAN FISIK
MATA TELINGA

• Exophtalmus (-/-), • Cairan (-/-)


• konjungtiva anemis (-/-) • nyeri tekan tragus (-/-)
• sclera ikterik (-/-) • nyeri tekan di processus mastoid
• pupil isokor (2mm/2mm) (-/-),
• lensa keruh (-/-), • pendengaran dalam batas normal,
• fundus dan visus dalam batas • bunyi mendenging (-/-)
normal,
• reflek cahaya (+/+).
PEMERIKSAAN FISIK
HIDUNG MULUT
• Bibir sianosis (-),
• Bagian luar dalam batas normal,

• gigi geligi caries (-),
septum nasi simetris, sekret (-/-)
• penyumbatan (-/-), • bau pernafasan khas (-),
• perdarahan (-/-), • palatum tidak hiperemis, l
• penciuman dalam batas normal. • idah kotor (-),
• tonsil dalam batas normal (T1/T1),
• gangguan mengecap (-),
• lidah simetris,
• atrofi papil lidah (-),
• gusi tidak ada pendarahan.
PEMERIKSAAN FISIK
TENGGOROKAN LEHER
• Nyeri (-), • Tidak ada pembesaran kelenjar getah
• disfagia (-), bening,
• kemerahan (-). • kelenjar tiroid membesar (-),
• tekanan vena jugularis
5+2 cm H2O,
• kaku kuduk (-),
• trakea relatif di tengah,
• tumor (-).
PEMERIKSAAN FISIK
DADA
● Bentuk normal,
● spider nevi (-),
● buah dada kanan dan kiri simetris

PARU-PARU

Inspeksi : Simetris kanan kiri dalam keadaan statis dan


dinamis.

Palpasi : Stem fremitus sama kanan dan kiri.


Perkusi : Sonor di paru kiri dan kanan.
Auskultasi : vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis terlihat.
Palpasi : Iktus cordis teraba.
Perkusi Batas – Batas Jantung

 Kiri : Linea midclavicularis sinistra RIC V


 Kanan : Linea Parasternalis Dextra RIC V
 Atas : RIC II
Auskultasi
 Irama Jantung : Reguler

 Gallop : (-)

 Murmur : (-)
 M1 M2 : M1 > M2
 A2 P2 : P2 > A2
PEMERIKSAAN FISIK
PEMBULUH DARAH
● A.Temporalis : Teraba sama kiri dan kanan
● A. carotis : Teraba sama kiri dan kanan
● A. brachialis : Teraba sama kiri dan kanan
● A. radialis : Teraba sama kiri dan kanan
● A. femoralis : Teraba sama kiri dan kanan
● A. Poplitea : Teraba melemah di sebelah kiri
dibandingkan kanan
● A. Tibialis Posterior : Teraba melemah di sebelah kiri
dibandingkan kanan
● A. dorsalis pedis : Teraba melemah di sebelah kiri dibandingkan
kanan
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Inspeksi : : Spider Nervi(-), Kolateral Vein(-), Caput Medusase
(-), Sikatrik (-), Pembesaran Perut (-) Asites (-),
Striae (+).

Palpasi : : Nyeri Tekan (+), nyeri lepas (-).


Hepar : : Tidak Teraba pembesaran
Limpa : : Tidak Teraba pembesaran
Ginjal : : Ballotement (-/-)
Perkusi : : Timpani, Shifting Dullnes (-), Undulasi (-).
PEMERIKSAAN FISIK PUNGGUNG

Inspeksi : Semetris kanan dan kiri.

Palpasi : Fremitus Kiri Dan Kanan Sama, Nyeri Tekan (-), Nyeri
Ketok CVA CVA (-/-).
Gerakan : Dalam Batas Normal.
PEMERIKSAAN FISIK

ALAT KELAMIN ANUS DAN RECTAL

Tidak dilakukan tidak dilakukan


PEMERIKSAAN FISIK EKSREMITAS
SUPERIOR
• Inspeksi : Deformitas (-/-), edema (-/-), hiperpigmentasi (-/-),
• hipopigmentasi (-/-), ulkus (-/-), clubbing finger (-/-), tangan tremor(-/-),
• Palpasi : Akral teraba hangat (+/+), edema (-/-), kekuatan otot
555/555
• Refleks
• Fisiologis Kiri : ++ Kanan : ++
• Patologis Kiri : - Kanan : -
• Sensibilitas
• Halus : +/+
• Kasar : +/+
PEMERIKSAAN FISIK EKSREMITAS
INFERIOR
• Inspeksi : Deformitas (-/-), edema (-/-), hiperpigmentasi (-/-),
• hipopigmentasi (- /-), abses (-/-), clubbing finger (-/-),
• tangan tremor(-/-),
• Palpasi : Akral teraba hangat (+/+), edema (-/-), kekuatan otot 555/555
• Refleks Fisiologis Kiri : tidak dapat dilakukan Kanan : ++
• Patologis : Kiri : - Kanan : -
• Sensibilitas
• Halus : +/+
• Kasar : +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin 29/01/2024
HGB 13.4 g/dl
RBC 4.91 /uL
MCV 84.7 fL
MCH 26.5 pg
MCHC 31.3 g/dL
HCT 41.6 %
WBC 8.12 /uL
PLT 467 /uL
Kesan : Anemia ringan mikrositik hipokrom
Leukositosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi 29/01/2024
Creatinine 0.92 mg/dL
Urea 14 mg/dL
Urinalisa 29/01/2024
Fasis Warna: kuning; pH: 6.5; berat jenis:
1.010
Sedimen Eritrosit: 0-2/lpb; leukosit: 0-1/lpb;
epitel: +
Kimis Reduksi: +3; protein: -
Khusus Benda keton: +
PEMERIKSAAN EKG
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS PRIMER Diagnosa sekunder

Dispepsia Diare
TATALAKSANA
TERAPI FARMAKOLOGI PEMERIKSAAN ANJURAN
• Sucralfat syr 3x1
• Kolonoskopi
Ondancentron 2x1
• Ranitidine 2x1
• Omeprazole inj 2x1
• Domperidone 2x1
• Lorazepam 0.25 +
alprazolam 0.125
PROGNOSIS

● Quo ad vitam :
Bonam
● Quo ad sanationam : Bonam
● Quo ad functionam : Bonam
04

DISKUSI
DISKUSI
Diagnosis dispepsia pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pasien tersebut memiliki gejala tidak nyaman setelah makan
berupa rasa mual, kemudian muntah dan diikuti dengan nyeri pada ulu hati.
Pasien mengaku gejala serupa terjadi dalam satu tahun belakang dan intensitas
kekambuhan mulai sering pada empat bulan terakhir.
Pasien memiliki kebiasaan makan hanya setelah pulang bekerja pukul 15.00
wib dan sesekali makan pada malam hari. Pada pagi hari hanya mengkonsumsi
teh. Makan yang dikonsumsi tidak terlalu beragam, pasien sesekali
mengkonsumsi sayur dan buah.
KESIMPULAN

Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa
gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh
setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual,
muntah, dan sendawa. Hal ini dapat disebabkan pola makan yang tidak teratur,
penggunaan NSAID, infeksi H. Pylori serta psikologis. Tatalaksana dispepsia
dimulai dengan usaha untuk identifikasi patofisiologi dan faktor penyebab
sebanyak mungkin dengan bantuan beberapa pemeriksaan penunjang.
Kemudian, penatalaksaan dapat dilaksanakan dengan pencegahan yaitu
primordial, primer, sekunder, tersier dan pengobatan (farmakoterapi).
TERIMAKASIH
PERTANYAAN
1. Bagaimana tatalaksana non farmakologi pada pasien dispepsia?
2. Apakah penggunaan NSID pada pasien dispepsia harus di hentikan ?
3. Apakah semua pasien dispepsia harus dilakukan pemeriksaan
H.pilory ?
4. Apabila gejala dispepsia membaik apakah terapi tetap dilanjutkan?
5. Bagaimana cara meniyingkirkan diagnosis dispepsia fungsional dengan
diagnosis banding ?

Anda mungkin juga menyukai