SINDROM DISPEPSIA
Pembimbing :
Omar Akbar, dr.
Disusun oleh :
Redo Widhio M, dr.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Tanggal lahir : 8 Oktober 1973
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Tanggal masuk : 11 Nov 2021
ANAMNESIS
(Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Nyeri ulu hati
Riwayat Operasi
Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
B. Status Generalis
a. Kepala
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
(2 mm/2 mm), refleks cahaya (+/+)
Mulut : Mukosa mulut basah, hiperemis (-), edema (-
), Lidah Kotor (-), atrofi papil lidah (-),
deviasi lidah (-), stomatitis (-), gingivitis (-),
tonsil T1/T1
b. Leher
Pembesaran : Preauricular (-/-), postauricular (-/-),
KGB supraclavicular (-/-), submandibular (-/-)
submental (-/-), anterior cervical (-/-),
posterior cervical (-/-)
Pembesaran : (-)
tiroid
Trachea : Deviasi (-), kontraksi otot napas tambahan
(-), retraksi (-)
c. Thorax
Inspeksi
Bentuk thorax : Normochest, simetris
Retraksi : (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba (+), kuat angkat, volume
cukup
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : SI>S2 (reguler), murmur (-), gallops (-)
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan napas simetris (statis-dinamis)
Palpasi : Ekspansi simetris, nyeri tekan (-), fremitus
taktil Ka=Ki (normal)
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
d. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan
lepas (-), defans muscular (-), hepar dan lien
tidak teraba.
Perkusi : Timpani (+), batas hepar dan lien tidak
melebar
e. Ekstremitas
Superior : Lengkap, tanpa cacat, sianosis (-), CRT <2
detik, edema (-), akral hangat
Inferior : Lengkap, tanpa cacat, sianosis (-), CRT <2
detik, edema (-), akral hangat
RESUME
Ny. S, 43 datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan mual dan muntah sebanyak 5x/ hari dan berisi cairan bening tidak bercampur
dengan makanan ataupun darah. Pasien mengeluh lemas tidak napsu makan karena
mulut terasa pahit. Keluhan tidak disertai batuk, pilek, demam, dan diare. BAK dalam
batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, tanda vital
dalam batas normal, nyeri tekan epigastrium +, turgor kembali cepat.
DIAGNOSIS BANDING
Sindrom Dispepsia
-Organik
-Fungsional
DIAGNOSIS KERJA
Sindrom Dispepsia Fungsional
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
o Edukasi pasien
o Diet lunak
o Menjaga waktu makan. Makan sedikit sedikit namun sering.
o Mengurangi makanan pedas dan asam.
Medikamentosa :
o Lansoprazole 2x1 caps
o Antacida doen 3x1
o Ondancentron 4mg 2x1
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian
atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala
berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah
makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan
sendawa. Untuk dispepsia fungsional, keluhan tersebut di atas harus berlangsung
setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum
diagnosis ditegakkan.
II. EPIDEMIOLOGI
III. PATOFISOLOGI
IV.KLASIFIKASI
V . DIAGNOSIS
Dispepsia yang telah diinvestigasi terdiri dari dispepsia organik dan fungsional.
Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus duodenum, gastritis erosi,
gastritis, duodenitis dan proses keganasan. Dispepsia fungsional mengacu
kepada kriteria Roma III.Kriteria Roma III belum divalidasi di Indonesia.
Konsensus Asia- Pasifik (2012) memutuskan untuk mengikuti konsep dari
kriteria diagnosis Roma III dengan penambahan gejala berupa kembung pada
abdomen bagian atas yang umum ditemui sebagai gejaladispepsia fungsional.
Dispepsia menurut kriteria Roma III adalah suatu penyakit dengan satu atau lebih
gejala yang berhubungan dengan gangguan di gastroduodenal:
Nyeri epigastrium
Rasa terbakar di epigastrium
Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
Rasa cepat kenyang
Gejala yang dirasakan harus berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan
awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan
1. Endoskopi
Endoskopi diindikasikan pada :
a. Pasien >55 tahun dengan dispepsia awitan baru, atau
b. Pasien <55 tahun namun memiliki tanda bahaya, yaitu anemia,
perdarahan, muntah terus menerus, penurunan berat badan>105
tanpa sebab yang jelas, disfagia yang memberat, odinofagia,
riwayat keganasan lambung atau duodenum pada keluarga,
riwayat keganasan esophagus, riwayat ulkus peptikum
sebelumnya yang terdokumentasi, massa abdomen, atau
limfadenopati.
2. Ultrasonografi
USG dilakukan untuk menilai kelainan pankreatobilier.
3. Pencitraan
Pencitraan dilakukan dengan barium meal untuk menilai adanya kelainan
struktur mukosa.
4. Laboratorium
5. Urea Breath Test : UBT dilakukan segabai standar baku emas untuk
evaluasi infeksi H. pylori.
VII. PENATALAKSANAAN
Jika terdapat resistensi klaritromisin tinggi, disarankan untuk melakukan kultur dan
tes resistensi (melalui sampel endoskopi) sebelum memberikan terapi. Tes
molekular juga dapat dilakukan untuk mendeteksi Hp dan resistensi klaritromisin
dan/atau fluorokuinolon secara langsung melaluibiopsi lambung.
3.1. PROGNOSIS