Anda di halaman 1dari 25

Peritonitis Diffus et causa

Appendicitis Perforasi

Anisha Fazlisia 1010313113


Putri Anindita 1010312078
Latar Belakang
Gawat abdomen sering timbul mendadak
dengan keluhan utama nyeri.
Keadaan ini perlu penanganan segera
berupa tindakan bedah.
Peritonitis sering terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi intraabdomen.
Perlu diagnosis dan tatalaksana cepat
untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas.
Peritoneum

Peritoneum:
- visceral dan parietal
- Berisi cairan 50 ml
Definisi peritonitis
Inflamasi peritoneum- lapisan membrane
serosa rongga abdomen meliputi visera
Dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis
Kumpulan tanda dan gejala (nyeri tekan
dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular, dan tanda-tanda umum
inflamasi),
Etiologi
Infeksi dalam abdomen
Ileus obstruktif
Iskemia
Perdarahan
Trauma
Klasifikasi
Berdasarkan cara masuk kuman:
Primer
Sekunder
Tersier

Berdasarkan lokasi
Lokal
Difus
Tanda dan Gejala
Nyeri perut: epigastrium (perforasi ulkus
lambung), periumbilikus-kuadran kanan
bawah (appendisitis).
Pasien berbaring tidak bergerak, sering
menekuk lutut.
Bersin dan batuk menambah nyeri
Adanya tahanan otot abdomen anterior
Adanya nyeri lepas
Secara umum pasien demam, dengan
leukositosis
Pemeriksaan Penunjang
Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
X. Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior,
lateral), didapatkan :
Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada
peritonitis.
Usus halus dan usus besar dilatasi.
Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada
kasus perforasi.
Tatalaksana
Peritonitis Primer
Sampai kultur bakteri tersedia, dapat diberikan:
cefotaxime, penisilin, ceftriaxone.
Setelah organisme penyebab infeksi diidentifikasi,
terapi harus dipersempit untuk bakteri patogen
tertentu. Untuk sedikitnya 5 hari.
Setelah itu kultur darah dicek kembali, hentikan
pengobatan bila terjadi perbaikan dan kultur negatif

Peritonitis Sekunder
Antibiotik awal
Intervensi bedah
Antiemetik
NGT
PRESENTASI KASUS
Ny. Y, 51 tahun, masuk IGD RSUD Dr Adnaan WD tanggal 22
Desember 2014:

Keluhan utama: nyeri perut kanan bawah 1 hari sebelum masuk


rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang:


Nyeri di perut kanan bawah sejak 1 hari yang lalu
Nyeri dirasakan terus menerus, bertambah dengan pergerakan
Sebelumnya terasa nyeri di ulu hati
Demam (+) sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, mual (+),
muntah (+)
BAB mencret sejak 1 hari yang lalu.
BAK normal
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat operasi (-)

Riwayat Kebiasaan, social, ekonomi:


Tidak ada kebiasaan pasien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC / GCS 15
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,5C
Keadaan gizi : lebih
Kulit : Tidak ada kelainan
Kepala : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Gigi dan mulut : Tidak ada kelainan
Dada
Paru : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Punggung : Tidak ada kelainan
Alat Kelamin : Tidak ada kelainan
Anggota gerak : Tidak ada kelainan
Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : distensi (-), darm contour (-), darm
steifung (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri lepas (+);
defans muskular (+)
rovsing sign (+)
psoas sign (+)

Diagnosis kerja: Akut Abdomen e.c peritonitis


Laboratorium (per tanggal 22 Desember 2014)
Hb : 13 g/dl
Ht : 37 % (n: 37-43)
Leukosit : 17.500 mm3 (n: 5.000-10.000)
Trombosit : 108.000 mm3 (n: 150.000-
400.000)
Waktu perdarahan : 3 (n: 2-6)
Waktu pembekuan : 3.30 (n: 1-6)

Kesan : Leukositosis
Terapi :
IVFD RL
Inj. Cefotaxime 1gr /12jam /i.v
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam/ i.v
puasa

Anjuran Terapi :
Laparotomi + appendiktomi
Laporan Operasi

Pada 23 desember 2014 pukul 11.30


dilakukan laparotomy insisi mediana,
tampak pus yang berasal dari perforasi
appendiks, serta perlengketan usus. Lalu
dilakukan appendiktomi, bebaskan
perlengketan, cuci cavum abdomen, dan
kemudian ditutup luka operasi.
Foto post op
Follow Up

24 Desember 2014
S : kembung (-), demam (-), mual (-), muntah (-)
nyeri perut (+) berkurang
flatus (+), BAB (-)

O : KU sedang, Kesadaran compos mentis cooperative,


Nadi 89/menit, nafas 22/menit, tekanan darah
110/70 mmHg, suhu afebril.

Status lokalis regio abdomen


Insp: distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Aus: bising usus (+) normal
Palp: nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), defans muskular
(-)
Perk: tympani
A : post laparatomi eksplorasi + appendiktomi
P : kontrol KU, vital sign, berikan terapi
IVFD RL
Inj. Ceftriaxon
Inj. Ketorolac
Inj. Ranitidin

Diagnosis Post Op: Peritonitis ec. Appendicitis Perforasi

Prognosis:
Quo ad vitam: bonam
Quo ad sanam: bonam
Quo ad functionam: bonam
DISKUSI
Pasien perempuan berusia 51 tahun
didiagnosis peritonitis diffus ec. susp.
appendicitis perforasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
Anamnesis
Nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri dirasakan terus menerus, dan
bertambah dengan pergerakan.
Nyeri awalnya dirasakan di daerah ulu hati
(epigastrium) kemudian menjalar ke perut
bagian kanan bawah.
Pasien juga mengeluhkan demam, mual,
dan muntah
Pemeriksaan Fisik Regio Abdomen
Nyeri tekan dan nyeri lepas pada seluruh
regio abdomen serta adanya tahanan
otot-otot abdomen. Dari laboratorium
darah rutin didapatkan kesan leukositosis.
avorado score 8
appendicitis akut
Terapi antibiotik, analgetik, dan antiemetik
Pada pasien ini dilakukan laporotomi
eksplorasi dan tampak appendiks yang
hiperemis, erektil dengan perforasi di
bagian distal. Pada pasien dilakukan
appendiktomi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai