OMFALOKEL
JAMBI
2014
LEMBAR PENGESAHAN
OMFALOKEL
Oleh:
MUHAMMAD SULISTIO,
S.Ked
BAGIAN BEDAH
JAMBI
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat (Clinical Science
Session) yang berjudul “Omfalokel” ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cacat kongenital dinding abdomen pada seluruh tebalnya memberi
ancaman yang mematikan bagi neonatus sebagai akibat terpaparnya visera
dan kemungkinan kontaminasi bakteri. Omfalokel merupakan defek pada
dinding abdomen yang sering ditemui. Omfalokel terjadi bila terdapat
kegagalan intestine kembali ke rongga abdomen dalam minggu ke-10
kehidupan janin dalam kandungan. Kegagalan ini mengakibatkan tingginya
insiden malrotasi pada omfalokel.1
Sekitar 30% bayi dengan omfalokel juga memiliki kelainan kromosom
utama. Dalam kasus ini, kelainan kromosom menyebabkan omfalokel dan
juga menyebabkan kelainan pada banyak system tubuh dan organ. Bayi-bayi
dengan kelainan tersebut jarang bertahan dan jika mereka bertahan hidup,
mereka menderita cacat parah. Sekitar 50% dari semua bayi yang lahir
dengan omfalokel memiliki cacat lahir lainnyadi jantung, ginjal, atau organ
lain, bahkan jika tes kromosomnormal. Sekitar 35% bayi dengan omfalokel
akan memiliki cacat jantung.2
Hampir 70% bayi dengan omfalokel juga memiliki cacat lahir lainnya,
paling sering meliputi hati, tulang, usus, dan system kemih. Tiga puluh persen
memiliki kelainan kromosom seperti trisomi 18. Omfalokel juga dapat
merupakan bagian dari sindrom seperti Beckwith-Wiedemann (omfalokel,
ukuran besar tubuh, lidah besar, organ usus membesar, dan hipoglikemia
berat bayi baru lahir) atau Pentalogy of Cantrell (omfalokel, cacat pada tulang
dada dan diafragma, dan lesi pada jantung). 3
Omfalokel yang berisi hanya sebagian dari usus kecil terdapat
dalam 1 dari setiap 5.000 bayi yang baru lahir. Omfalokel raksasa jarang
terjadi, yakni sekitar 1 dari 10.000 kelahiran. Penyebab omfalokel masih
belum diketahui, meskipun diyakini terjadi pada 3 sampai 4 minggu
kehamilan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISIOMFALOKEL
Omfalokel (disebut juga Exomfalos) merupakan defek dinding
abdomen pada garis tengah dengan berbagai derajat ukuran, disertai hernia
visera yang ditutupi oleh membran yang terdiri atas peritoneum di lapisan
dalam dan amnion dilapisan luar serta Wharton’s Jelly di antara lapisan
tersebut. Pembuluh darah berada di dalam membran, bukan pada dinding
tubuh. Isi dari hernia antara lain berbagai jenis dan jumlah usus, sering
sebagian dari hati dan kadang-kadang organ lainnya. Sedangkan tali pusat
terdapat pada puncak kantong ini. Defek ini mungkin terletak di pusat atas,
tengah atau bawah abdomen dan ukuran serta lokasi memiliki implikasi yang
penting dalam penanganannya.1
Setelah kejadian omfalokel pada kelahiran anak pertama, risiko
untuk terjadinya omfalokel pada kelahiran selanjutnya sangat
bergantung penyebab dari omfalokel tersebut. Jika omfalokel tidak
berhubungan dengan suatu sindrom, seperti Beckwith-Wiedermannan, dan
tidak berhubungan dengan adanya kelainan kromosomal, tingkat rekurensinya
sangat rendah, sekitar 1% atau kurang. Bagaimanapun, dengan kemungkinan
yang lebih sedikit, dapat muncul predisposisi genetik, dan tingkat
kekambuhannya dapat mencapai 50%. 4
B. EMBRIOLOGI
Pada awal minggu ke-3 perkembangan embrio, saluran pencernaan
terbagi menjadi foregut, midgut dan hindgut. Pertumbuhan ini berhubungan
erat dengan lipatan embrio (embryonic fold) yang berperan dalam
pembentukan dinding abdomen. Lipatan embrio tersebut terbagi menjadi: 5
a. Lipatan kepala (cephalic fold)
Letak di depan mengandung foregut yang membentuk faring, esophagus
dan lambung. Kegagalan perkembangan lapisan somatic lipatan kepala
akan mengakibatkan kelainan dinding abdomen daerah epigastrial disebut
emfalokel epigastrial yang mungkin berhubungan dengan kelainan
pelipatan kranial tambahan seperti hernia diafragma anterior, celah sternal,
defek perikardial dan defek kardiak. Ketika bagian-baian tersebut terjadi
bersamaan, disebut sebagai Pentalogy of Cantrell. 6
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang.
Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan
terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok
pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan
genetik serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan
terjadi secara herediter, namun sekitar 50-70 % penderita berhubungan
dengan sindrom kelainan kongenital yang lain Sindrom kelainan kongenital
yang sering berhubungan dengan omphalokel diantaranya:8
a. S yndrome of upper midline development atau thorako abdominal
syndrome (pentalogyof Cantrell) berupa upper midline omphalocele,
anterior diaphragmatic hernia, sternal cleft,cardiac anomaly berupa
ektopic cordis dan vsd
b. Syndrome of lower midline development berupa bladder (hipogastric
omphalocele) ataucloacal extrophy, inferforate anus, colonic atresia,
vesicointestinal fistula, sacrovertebralanomaly dan meningomyelocele
dan sindrom-sindrom yang lain seperti Beckwith-Wiedemann syndrome,
Reiger syndrome, Prune-belly syndrome dan sindrom-sindromkelainan
kromosom seperti yang telah disebutkan.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
a. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.
Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan
lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi
dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
b. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP(Maternal
Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikansuatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus.
Bila suatu kelainan didapatibersamaan dengan adanya omfalokel, layak
untuk dilakukan amniosintesis gunamelacak kelainan genetik.
c. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresiaintestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis omfalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus
sebelum operasi dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu
rontgen dada serta ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui
sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek tersebut
lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai
hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau amnion.
Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4%
saat proses kelahiran. Omfalokel raksasa ( giant omphalocele) mempunyai
suatu kantong yang menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi
hampir semua organ intra abdomen dan berhubungan dengan tidak
berkembangnya rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner. Klasifikasi
menurut Omfalokel menurut Mooreada 3,yaitu:7
a. Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
Organ visera yang terdapat pada kantong hernia dapat berupa usus, hati,
dan lambung. Ukuran defek dinding abdomen dapat bervariasi dari
sederhana yang hanya mengandung usus sampai defek besar ( giant
omphalocele) yang mengandung organ hati. Ukuran defek berkorelasi
dengan tindakan reduksi dan perbaikan pada operasi. Pada kehamilan
dengan omfalokel yang terdeteksi awal dengan USG, diperlukan
pemeriksaan lanjutan khususnya pada usia 20-24 minggu dengan CT-Scan
untuk mendeteksi anomalikongenital lain. 9
E. DIAGNOSIS BANDING
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Prenatal
Apabila terdiagnosa omfalokel pada masa prenatal maka sebaiknya
dilakukan informed consent pada orang tua tentang keadaan janin,
resiko tehadap ibu, dan prognosis. Keputusan akhir dibutuhkan guna
perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan
kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan
sebaiknya dilakukan observasi melalui pemeriksaan USG berkala juga
ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omfalokel
mungkin berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga
mempengaruhi prognosis.2
Janin dengan defek dinding abdomen merupakan kehamilan resiko
tinggi pada banyak tingkatan. Untuk kasus omfalokel, terdapat
peningkatan resiko retardasi pertumbuhan intrauterin/ Intrauterine
growth retardation (IUGR), kematian janin dan kelahiran prematur,
sehingga pengkajian obstetrik dengan serial USG dan tes lainnya
menjadi indikasi.1
Komplikasi dari partus pervaginam pada bayi dengan defek dinding
abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan
dan kerusakan organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun
demikian, sampai saat ini persalinan melalui sectio caesar belum
ditentukan sebagai metode terpilih pada janin dengan defek dinding
abdomen. Beberapa ahli menganjurkan pengakhiran kehamilan jika
terdiagnosa omfalokel yang besar atau janin memiliki kelainan
kongenitalmultipel.
2. Penatalaksanaan Postnatal
Manajemen awal bayi yang baru lahir dengan defek dinding
abdomen diawali dengan resusitasi ABC dan setelah dinilai dan
distabilisasi,
perhatian diarahkan ke defek dinding abdomennya. Masalah yang
penting yaitu kehilangan panas, sehingga perawatan harus
dilakukan seperti menjaga suhu lingkungan hangat selagi
melakukan proteksi terhadap visera yang terpapar. Kelahiran
prematur umumnya
berhubungan dengan kondisi tersebut di atas. Menilai dan menjaga
nilai glukosa serum merupakan bagian dari resusitasi tetapi
khususnya
penting pada bayi dengan defek dinding abdomen karena
hubungannya dengan prematuritas, IUGR dan pada omfalokel serta
kemungkinan terjadinya sindrom Beckwith-Wiedeman. Prematuritas
berhubungan dengan hipoplasia paru atau defek jantung signifikan
yang terlihat pada omfalokel mungkin memerlukan intubasi awal
dan ventilasi mekanik. Dekompresi lambung penting untuk
mencegah distensi traktus gastrointestinal dan kemungkinan
aspirasi. Akses vaskular diperoleh untuk memberikan cairan
intravena dan antibiotilk spektrum luas untuk profilaksis. Kateter urin
berguna untuk memonitor keluaran urin secara ketat dan sebagai
panduan resusitasi. Arteri dan vena umbilicus mungkin dilakukan
kanulasi jika diperlukan selama resusitasi, namun pada omfalokel
penempatan mungkin sulit karena insersi abnormal pembuluh
darah. Bahkan jika kanulasi
berhasil, mungkin perlu dilepaskan selama pembetulan defek. 1
Setelah resusitasi berhasil dilakukan, defek dinding abdomen dapat
dinilai dan diobati. Defek diinspeksi agar menjamin membran yang
menutupinya tetap intak dan kain basah yang tidak menempel diletakkan
dan distabilisasi untuk mencegah trauma terhadap kantong.1
Penatalaksaan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir
(immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah
berupa operasiatau nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan
postoperasi. Penatalaksanaan segera bayi dengan omphalokel adalah: 2
a. Tempatkan bayi pada ruangan yang aseptik dan hangat untuk
mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
b. Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari
bayi menagis dan air swallowing . Posisi kepala sebaiknya lebih
tinggi untuk memperlancar drainase.
c. Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin
membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal.
Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam
traktus gastrointestinal.
d. Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan
udara dan cairan dari sistem usus sehingga dapat mencegah
muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan
(dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan
intra abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk
irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.
e. Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing
dan mengurangi tekanan intra abdomen.
f. Pasang jalur intra vena (sebaiknya padaektremitas atas) untuk
pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehinggadapat menjaga
tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein
yangmungkin terjadi karena gangguan sistem usus, dan untuk
pemberianantibitika broad spectrum.
g. Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu,status asam basa, cairan
dan elektrolit
h. Pada omphalokel, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau
povidone-iodine soaked gauze, lalu ditutup lagi dengan suatu
oklusif plastic dressing wrap atau plastic bowel bag.
Tindakan harus dilakukan ekstra hati hati diamana cara tersebut
dilakukan dengan tujuan melindungi defek dari trauma mekanik,
mencegah kehilangan panas dan mencegah infeksi serta
mencegah angulasi sistem usus yangdapat mengganggu suplai
aliran darah.
i. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan
hematokrit perlu dilakukan guna persiapan operasi bila
diperlukan.
j. Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh
pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu
inkubator hangat dan ditambah oksigen. Pertolongan pertama saat
lahir:
a. Kantong omfalokel dibungkus kasa yang dibasahi betadin,
selanjutnya dibungkus dengan plastik.
b. Bayi dimasukkan inkubator dan diberi oksigen
c. Pasang NGT dan rectal tube
d. Antibiotika
3. Penatalaksanaan Konservatif
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus
omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume
organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi
dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat
status klinis bayi yang buruksehingga ada kontra indikasi terhadap
operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang
memiliki hyaline membran disease atau bayi yang memiliki kelainan
kongenital berat yang lain seperti gagal jantung. Pada giant
omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ
intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk,
sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan
dapat membahayakan bayi. Beberapa ahli pernah mencoba melakukan
operasi pada giant omphalocele secara primer dengan modifikasi dan
berhasil. Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan
dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat
setelah granulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang
nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan direpair pada
waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi membaik. 7
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi
adalah 0,25 % merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver
sulvadiazine dan povidoneiodine (betadine). Obat-obat tersebut
merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan
eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang epitelisasi.
Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau
kantong dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat
menekan dan mengurangi isi kantong.7
Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal
pada kantong. Beberapa material yang biasa digunakan ialah ace
wraps, velcro binder,dan poliamid mesh yang dilekatkan pada kulit.
Glasser menyatakan bahwa tindakan nonoperatif pada omfalokel
memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan
angka metabolik yang tinggi serta omfalokel dapat ruptur sehingga
dapat menimbulkan infeksi organ-organ intra abdomen. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa dari suatu studi, bayi-bayi yang
menjalani penatalaksanaan nonoperatif ternyata memiliki lama rawat
inap yang lebih pendek dan waktu full enteral feeding yang lebih
cepat dibanding dengan penatalaksanaan dengan silastic.
Indikasi terapi non bedah adalah:2
a. Bayi dengan ompalokel raksasa ( giant omphalocele) dan kelainan
penyerta yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus
didahulukan daripada omfalokelnya.
b. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila
dilakukan pembedahan.
c. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi
daya tahan hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera
yang mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang
terjadi akibat kelainan yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan
komplikasi misalnya obstruksi usus yang juga bisa terjadi akibat
adhesi antara usus halus dan kantong. Jika infeksi dan ruptur kantong
dapat dicegah, kulit dari dinding anterior abdomen secara lambat akan
tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan terbentuk hernia
ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak sebesar bila
dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik
secara berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan
terbentuk skar. Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan
jaringan granulasi yang secara bertahap karena terjadi epitelialisasi
dari tepi kantong. Penggunaan antiseptik merkuri sebaiknya dihindari
karena bisa menghasilkan blood and tissue levels of mercury well
above minimum toxic levels. Alternatif lain yang aman adalah alkohol
65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal
terbentuk, bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis
memerlukan tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang
secara komplet.7
4. Penatalaksanaan Operatif
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga
abdomen dan menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak
diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan
pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan.
Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta
kelainan lain yangmungkin ada (misalnya kelainan paru). Tujuan
operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup
yang optimal danmenutup defek dengan cara mengurangi herniasi
organ-organ intraabomen, aproksimasi darikulit dan fascia serta
dengan lama tinggal di RS yang pendek. Operasi dilakukan
setelahtercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat
bersifat darurat bilaterdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.Operasi
dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan
secara primeratau langsung) dan staged closure (penutupan secara
bertahap). Standar operasi baik pada primary ataupun staged closure
yang banyak dilakukan pada sebagiaan besar pusat adalahdengan
membuka dan mengeksisi kantong. Organ-organ intra abdomen
kemudian dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi. 10
a. Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada omfalokel
kecil dan mediumatau terdapat sedikit perbedaan antara volume
organ-organ intraabdomen yangmengalami herniasi atau eviserasi
dengan rongga abdomen. Primary closure biasanya dilakukan
pada omfalokel dengan diameter defek < 5-6 cm.
Operasidilakukan dengan general anestesi dengan obat-obatan
blok neuromuskuler.
Mula-mula hubungan antara selaput dengan kulit serta fascia
diinsisi dan vasa –v asa umbilkus dan urakus diidentifikasi
dan diligasi. Selaput kemudian dibuangdan organ-organ
intraabdomen kemudian diperiksa. Sering defek diperlebaragar
dapat diperoleh suatu insisi linier tension free dengan cara
memperpanjangirisan 2 – 3 cm ke superior dan inferior.
Kemudian dilakukan manual strecthing pada dinding abdomen
memutardiseluruh kuadran abdomen. Manuver tersebut dilakukan
hati-hati agar tidak mencederai liver atau ligamen. Kulit
kemudiaan dideseksi atau dibebaskan terhadap fascia secara
tajam. Fascia kemudian ditutup dengan jahitan interuptus begitu
pula pada kulit. Untuk kulit juga dapat digunakan jahitan
subkutikuler terutama untuk membentuk umbilikus
(umbilikoplasti) dandigunakan material yang dapat terabsorbsi.
Standar operasi ialah dengan mengeksisi kantong dan pada kasus
giant omphalocele biasanya dilakukan tindakan konservatif
dahulu, namun demikian beberapa ahli pernah mencoba
melakukan operasi langsung pada kasus tersebut dengan teknik
modifikasi.10
b. Staged closure
Pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar
antara volumeorgan-organ intraabdomen yang mengalami
herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant
omphalocele, dapat dilakukan tindakan konservatif. Cara tersebut
ternyata memakan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang
banyak dan beresiko terhadap pecahnya kantong atau selaput
sehingga dapat timbul infeksi. Juga pada keadaan tertentu selama
operasi, ternyata tidak semua pasien dapat dilakukan primary
closure. Suatu studi melaporkan bahwa kenaikan IGP
(intragastricpressure) > 20 mmHg dan CVP > 4 mmHg selama
usaha operasi primerdapat menyebabkan kenaikan tekanan intra
abdomen yang dapat berakibat gangguan kardiorespirasi dan
dapat membahayakan bayi sehingga usaha operasi dirubah
dengan metode staged closure. Beberapa ahli kemudian mencari
solusi untuk penatalaksanaan kasus-kasus tersebut, yang akhirnya
ditemukan suatu metode staged closure.Staged closure telah
diperkenalkan pertama kali oleh Robert Gross pada tahun 1948
dengan teknik skin flap yang kemudian tejadi hernia ventralis dan
akhirnya cara tersebut dikembangkan oleh Allen dan Wrenn pada
tahun 1969 dengan suatu teknik “silo”.10
i. Teknik skin flap
G. PROGNOSIS
Prognosis bayi dengan omfalokel lebih sulit untuk digeneralisasikan, tetapi
kebanyakan mortalitas dan morbiditas berhubungan dengan anomaly
daripada defek dinding abdomen itu sendiri. 1 Survival rate pada bayi
omfalokel dipengaruhi oleh beberapa hal dibawah ini 2
1.Prematuritas
Neonatus yang lahir pada usia gestasi <36 minggu memiliki survival
rate yang rendah, 57%. Survival rate akan meningkat dengan
peningkatan usia gestasi >36 minggu mencapai 87%
2.Ukuran omfalokel
Pada omfalokel yang mengandung organ hati, umumnya merupakan
suatu giant omphalocele. Kebanyakan akan mengalami gangguan pada
perkembangan paru, bayi ini akan mengalami kesulitan bernapas. Bayi
ini memiliki survival rate 50%.
3.Adanya anomali pada organ lain
Neonatus dengan defek tambahan memiliki survival rate yang rendah.
Dapat dilihat pada tabel berikut:
DAFTAR PUSTAKA