ATRESIA DUODENUM
Oleh:
Sylvia Restu Mayestika 1740312267
Preseptor
dr. H. Jon Effendi, Sp.B, Sp.BA
ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
(bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan
ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa
ditemui didalam ahli bedah pediatrik dan merupakan lokasi yang paling sering
pada fase padat intestinal bagian atas dan terdapat oklusi vascular di daerah
Setengah dari semua bayi baru lahir dengan atresia duedenal juga
mempunyai anomali kongenital pada sistem organ lainnya. Lebih dari 30% dari
kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Adapun kelainan
lain yang dapat ditemui diantaranya pancreas annulare (23%), Penyakit jantung
congenital (22%), malrotasi (20%), atresia esophagus (8%) dan lainnya (20%).1
muntah-muntah.2
Berikut ini akan diuraikan sebuah kasus bayi dengan atresia duodenum dari
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka
usus.4
2.2 Embriologi
lempeng usus,shg terdapat sumbatan usus. Seiring pertumbuhan usus, mulai pula
vateri.4
padat intestinal bagian atas, terdapat oklusi vascular dalam duodenum. Terdapat
yang interposisi antara bagian proksimal dan distal atresia; pancreas anulare.4
C. segmental absence.5
3
Pendapat lain mengungkapkan bahwa pankreas bagian ventral duodenum
mengadakan putaran ke kanan dan fusi dengan bagian dorsal. Bila saat putaran
tidak tumbuh sehinnga terbentuk stenosis atau atresia. Akhir saluran empedu
2.3 Epidemiologi
anular 10─30%, stenosis duodenum 7─20%). Tidak terdapat predileksi rasial dan
gender pada penyakit ini. Sekitar setengah dari bayi yang lahir dengan obstruksi
4
Laporan lain menyebutkan (Arnold, 2003) bahwa anomali yang
Anomalies anorektal (4%), kelainan usus lainnya (4%) dan anomali lainnya
(11%).8
2.4 Etiologi
perkembangan pada masa awal kehamilan. Atresia duodenum berbeda dari atresia
resiko maternal sebagai predisposisi yang ditemukan hingga saat ini. Meskipun
(sindrom Down), namun hal ini bukanlah faktor resiko independen dalam
2.5 Patologi
Disebabkan oleh faktor intrinsik didalam duodenum, dapat pula total atau
parsial, atau tanpa diafragma mukosa. Diameter bukaan dapat kecil sekali atau
5
Ladd mengklasifikasikan obstruksi duodenal menjadi instrinsic and extrinsic
lesion. Beberapa penyebab paling umum diperlihatkan pada table di bawah ini.
2.6 Klasifikasi
Gray dan Skandalakis membagi atresia duodenum menjadi tiga jenis, yaitu:7
1) Tipe I (92%)
Mukosal web utuh atau intak yang terbentuk dari mukosa dan submukosa
tanpa lapisan muskularis. Lapisan ini dapat sangat tipis mulai dari satu hingga
2) Tipe II (1%)
Dua ujung buntu duodenum dihubungkan oleh pita jaringan ikat (Fibrous
Dua ujung buntu duodenum terpisah tanpa hubungan pita jaringan ikat
6
Tipe I
2.7 Patofisiologi
usia kehamilan 30─60 hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara
7
dikelilingi sel yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan
2.8 Diagnosis
Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal letak tinggi.
Atresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama
setelah lahir. Gejala akan nampak dalam 24 jam setelah kelahiran. Pada beberapa
pasien dapat timbul gejala dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah
kelahiran. Muntah yang terus menerus merupakan gejala yang paling sering
biliosa, namun dapat pula non-biliosa karena 15% kelainan ini terjadi proksimal
dari ampula Vaterii. Jarang sekali, bayi dengan stenosis duodenum melewati
deteksi abnormalitas saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak, atau lebih
jarang lagi hingga dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya
pada anak yang muntah dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami
obstruksi saluran cerna proksimal hingga terbukti sebaliknya, dan harus segera
mendapat ASI. Karakteristik dari muntah tergantung pada lokasi obstruksi. Jika
atresia diatas papila, maka jarang terjadi. Apabila obstruksi pada bagian usus yang
tinggi, maka muntah akan berwarna kuning atau seperti susu yang mengental.
Apabila pada usus yang lebih distal, maka muntah akan berbau dan nampak
adanya fekal. Apabila anak terus menerus muntah pada hari pertama kelahiran
8
ketika diberikan susu dalam jumlah yang cukup sebaiknya dikonfirmasi dengan
obstruksi usus.16,17
mekonium dalam 24 jam pertama biasanya tidak terganggu. Akan tetapi, pada
beberapa kasus dapat terjadi gangguan. Apabila kondisi anak tidak ditangani
dengan cepat, maka anak akan mengalami dehidrasi, penurunan berat badan,
Anak dengan atresi duodenum juga akan mengalami aspirasi gastrik dengan
ukuran lebih dari 30 ml. Pada neonatus sehat, biasanya aspirasi gastrik berukuran
kurang dari 5 ml. Aspirasi gastrik ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pada jalan nafas anak. Pada beberapa anak, mengalami demam. Kondisi ini
Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen. Akan tetapi distensi ini
tidak selalu ada, tergantung pada level atresia dan lamaya pasien tidak dirawat.
Jika obstruksi pada duodenum, distensi terbatas pada epigastrium. Distensi dapat
tidak terlihat jika pasien terus menerus muntah. Pada kasus lain, distensi tidak
9
nampak sampai neonatus berusia 24-48 jam, tergantung pada jumlah susu yang
menjadi kosong. Pada beberapa neonatus, distensi bisa sangat besar setelah hari
ke tiga sampai hari ke empat, kondisi ini terjadi karena ruptur lambung atau usus
duodenum memiliki gejala khas perut yang berbentuk skafoid, sehingga obstruksi
intestinal tidak segera dicurigai. Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh
epigastrium dari kiri ke kanan atau gelombang peristaltik duodenum pada kuadran
kanan atas. Apabila obstruksi pada jejunum, ileum maupun kolon, maka
10
2.8.2 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan foto polos abdomen bayi dalam keadaan posisi tegak
mungkin duodenum terisi penuh cairan, atau terdapat atresia pylorus atau
membrane prapilorik. Atresia pilorik sangat jarang terdapat dan harus ditunjang
muntah tidak hijau. Bila 2 gelembung disertai gelembung udara kecil kecil di
b) USG Abdomen
11
Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua mengacu
2.8 Tatalaksana
lakukan pengisapan cairan dan udara. Tindakan ini untuk mencegah muntah dan
aspirasi. Resusitasi cairan dan elektrolit, koreksi asam basa, hiponatremia dan
hipokalemia perlu mendapat perhatian khusus. Pembedahan elektif pada pagi hari
berikutnya.2
12
2.8.2 Pembedahan
dikoreksi dengan tindakan pembedahan selama hari pertama setelah bayi lahir.
insisi pada kuadran kanan atas, meskipun dengan perkembangan yang ada telah
lainnya. Untuk mendapatkan gambaran lapang pandang yang baik pada pars
perlahan-lahan. 7
13
Terdapat dua bentuk anastomosis duodenduodenostomy yang dapat
dilakukan yaitu bentuk 1) Side to side duodenostomy dan 2) Proksimal tranverse
to distal longitudinal (Diamond Shaped Duodenoduodenostomy).7
sebagai berikut.
distal
yang dibuat.
14
Gambar 8. Personal modification (inverted diamond-shaped anastomosis): (a-b)
longitudinal incision on the proximal dilated duodenum and transverse incision on
the distal duodenum; (c-d-e-) anastomosis of posterior duodenal wall in a single
layer with interrupted sutures;(f-g) anastomosis of the anterior duodenal wall.14
2.9 Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi,
terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi
heart failure (9%), ileus paralitik yang berkepanjangan (4%), pneumonia (5%),
15
obtruksi usus (9%), dismotilitas duodenal lanjut yang menghasilkan
congenital heart anomalies. 14 kasus (10%) berhubungan dengan sepsis dan Multi
organ system failure termasuk gagal jantung pada 6 kasus (4%).,meningitis pada 1
kasus (0,7%), gagal hati pada 1 kasus (0,7%) dan penyakit jantung kongenital
kematiannya.3
2.10 Prognosis
16
Mortalitas umumnya berkaitan dengan kelainan anomaly lain yang dialami
cardiac anomaly). Faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat mortalitas adalah
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : By. MZ
Umur : 0 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Nipah
18
3.2. Anamnesis
NBBLR 2200 gram PBL 46 cm lahir seksio secarea atas indikasi poli
Mekonium (+)
Tampak kuning sejak usia 2 hari, awalnya kuning hanya pada mata dan
suspek Atresia Duodenum. Pasien telah dirawat selama 11 hari dan dirujuk
19
3.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien
3.3.1. Umum
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah :-
Suhu : 37°C
Ikterus :+
Anemia :-
Sianosis :-
3.3.2. Khusus
20
o Telinga : Tidak ditemukan kelainan
o Toraks
o Paru
Perkusi : Sonor
o Jantung
o Abdomen
Steifung (-)
dinilai
Perkusi : Timpani
21
Auskultasi : Bising usus menurun
3.4.1. Darah
Hb : 13,8 g/dL
Hematokrit : 38%
hiperbilirubinemia, SGOT
meningkat
22
Foto Polos Abdomen
atresia duodenum
3.5. Diagnosis
Hiponatremia
23
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik ec PDA + ASD
Pasien dipuasakan
Gentamisin 1 x 10 mg (i.v)
Tes pasase usus, tidak tampak keluar cairan, cairan sampai ke distal
24
3.8 Prognosis
25
BAB 4
DISKUSI
Padang dari RS Swasta di kota Padang dengan keluhan muntah hijau berulang
sejak lahir. Bayi muntah hijau harus dianggap terdapat obstruksi saluran cerna
isi saluran cerna bagian atas (lambung dan kadang duodenum) melalui mulut.
Rangsangan terkuat untuk muntah adalah iritasi dan distensi lambung. Impuls
organ-organ saluran cerna bagian atas, diafragma, dan otot perut. Lambung
terperas di antara diafragma dan otot perut, lalu isi perut keluar dari sfinkter
menandakan kemungkinan adanya ileus atau obstruksi distal dari insersi common
bile duct ke duodenum. Gejala lain yang mungkin berkaitan adalah sepsis,
yang diproduksi di hati dan disimpan di kantung empedu. Kantung empedu akan
mengeluarkan cairannya melalui cystic duct ke common bile duct. Sfinkter Oddi
mengatur aliran cairan empedu melalui common bile duct ke duodenum pars
desendens. Ketika terdapat obstruksi setelah bukaan common bile duct di sfinkter
Oddi, muntah akan berwarna hijau. Jika obstruksinya proksimal dari bukaan ini,
26
Laura K et al (1998) pada penelitiannya terhadap 152 neonatus dengan
Polihidramnion. Hal ini diketahui karena bayi lahir seksio sesarea atas indikasi
mendapatkan bahwa dari 138 kasus obstruksi duodenal sebanyak 45 kasus (33%)
27
sebanyak 16 kasus (40%) dari 40 bayi dengan atresia duodenal telah didiagnosa
polihidramnion sebelumnya.7
Gejala dan tanda yang bisa mengarahkan ke diagnosis atresia duodenum adalah
bayi mengalami muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat
bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium. Tanda dan gejala
yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi. Atresia duodenum ditandai
dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Pengeluaran
kramer 5. Kramer 5 menadakan kuning hingga telapak tangan dan telapak kaki
empedu dan obstruksi pada sfingter odi tempat keluarnya cairan empedu ke
duodenum.
tanpa gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. Adanya gas pada
28
Pada pasien dilakukan tindakan dekompresi dengan cara pemasangan
sonde lambung dan dilakukan pengisapan cairan dan udara. Tindakan ini
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mirza B, Ijaz L, Saleem M and Sheikh A. Multiple associated anomalies in a
single patient of duodenal atresia: a case report. Cases Journal 2008, 1:215
2. Kartono D. Atresia Duodenum dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Editor
Reksoprodjo S. Binarupa Aksara. FKUI.
3. Laura K, Vecchia D, Grosfeld JL, West KW et al. Intestinal Atresia and
Stenosis: A 25─Year Experience With 277 Cases. Arch Surg J,
1998;133:490─497
4. Karrer F, Potter D, Calkins C. Duodenal Atresia. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/932917-print.
5. Mandell G, Karan J. Imaging in Duodenal Atresia. Tersedia pada
http://emedicine.medscape.com/article/408582-overview#showall.
6. Merkel M. Postoperative Outcome after Small Bowel Atresia. Department of
Pediatric and Adolescent Surgery at Medical University of Graz. Disertasi.
2011.
7. Sweed Y. Duodenal obstruction. In Puri P (ed): Newborn Surgery, 2nd ed,
London, Arnold, 2003, p 423.
8. Lewis N.Pediatric Duodenal Atresia and Stenosis Surgery. Tersedia pada
http://emedicine.medscape.com/article/935748-overview#showall.
9. Anonym Duodenal Atresia. Available at
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/print/ency/001131.htm.
10. Mandel G. Duodenal Atresia. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/408582-print.
12. Traubici J. The Double Bubble Sign. Radiology 2001; 220:463–464.
13. Puri P, Höllwarth M. Pediatric surgery. Berlin: Springer; 2006. p. 205.
14. Zuccarello B, Spada A, Centorrino A, Turiaco N, Chirico MR, and Parisi S.
Clinical Study: The Modified Kimura’s Technique for the Treatment of
Duodenal Atresia. International Journal of Pediatrics 2009;1─5.
15. Puri P, Höllwarth ME. Pediatric Surgery. Berlin: Springer; 2006. p. 203─28.
30
16. Kessel D, Bruyn D, Drake F. Case report: Ultrasound Diagnosis Of Duodenal
Atresia Combined With Isolated Oesophageal Atresia. The British Journal of
Radiology.2011;66: 86-88
17. Hayden CK, Marshall ZS, Michael D, Leonard ES. Combine Esophageal and
Duodenal Atresia: Sonograpic Findings. Arch Surg.2003;140:225-230
18. Richard FL, Benneth AL, Norman GB, Anthony JB, Brian RJ. Sonographic
Appearance of Duodenal Atresia in Utero. Am J Roentgenol.2001;131:701-
702
19. Zuccarello B, Spada A, Centorrino A, Turiaco N, Chirico MR, and Parisi S.
Clinical Study: The Modified Kimura’s Technique for the Treatment of
Duodenal Atresia. International Journal of Pediatrics 2009;1─5.
20. Puri P, Höllwarth ME. Pediatric Surgery. Berlin: Springer; 2006. p. 203─28.
21. Kessel D, Bruyn D, Drake F. Case report: Ultrasound Diagnosis Of Duodenal
Atresia Combined With Isolated Oesophageal Atresia. The British Journal of
Radiology.2011;66: 86-88
22. Hayden CK, Marshall ZS, Michael D, Leonard ES. Combine Esophageal
and Duodenal Atresia: Sonograpic Findings. Arch Surg.2003;140:225-230
23. Richard FL, Benneth AL, Norman GB, Anthony JB, Brian RJ. Sonographic
Appearance of Duodenal Atresia in Utero. Am J Roentgenol.2001;131:701-
702
31