Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan,
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.
Obstruksi usus yang sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah obstruksi
duodenum kongenital. Obstruksi duodenum kongenital dapat terjadi ketika saluran
duodenum (duodenum lumen) tidak terbentuk dengan benar (recanalized) selama
perkembangan janin. Obstruksi duodenum kongenital bisa disebabkan karena lesi
intrinsik atau ekstrinsik. Obstruksi duodenum intrinsik disebabkan oleh atresia
duodenum, stenosis duodenum dan web duodenum. Obstruksi duodenum ekstrinsik
mungkin disebabkan oleh malrotasi dengan pankreas anular. Pankrea anular itu
sendiri tidak diyakini menjadi penyebab obstruksi, karena biasanya terkait ada atresia
atau stenosis pada pasien. (Felicitas E W, et al; Pablo A, Daniel J,2014)
Obstruksi duodenum biasanya terjadi di bagian kedua dari duodenum. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena perkembangan yang buruk selama awal kehidupan
janin dalam aktivitas embriologi yang intens terlibat dalam perkembangan empedu
dan struktur pankreas. Dengan demikian, obstruksi biasanya terjadi pada atau di
bawah ampula Vater. (Felicitas E W, et al)
Obstruksi

duodenum

berhubungan

dengan

prematuritas

(46%)

dan

polihidramnion maternal (33%). Disamping itu, terdapat insiden tinggi spesifik


berhubungan dengan anomali, termasuk Down sindrom (>30%), malrotation (>20 %),
penyakit jantung kongenital (20 %), dan gastrointestinal tract (GIT) dan anomali
renal. Bersama dengan prematuritas dan berat badan lahir rendah, diketahui hubungan

anomali ini terkait faktor risiko yang signifikan berkontribusi terhadap angka
kematian pada pasien dengan atresia duodenum. (Felicitas E W, et al)
Ekokardiogram

dan

foto

rontgen

abdomen

harus

dilakukan

untuk

mengevaluasi anomali pada malformasi duodenum. Operasi perbaikan atresia


duodenum yang biasa adalah duodenoduodenostomi. Usus proksimal yang melebar
dapat diperkecil secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltik. Pipa
gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan nafas.
Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan sampai
bayi mulai makan per oral. Prognosis terutama tergantung pada adanya anomali
penyerta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Duodenum

Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekirat 10


inci (25 cm) yang merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum
adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari duktus choledochus dan
duktus pancreaticus. Duodenum melengkung di sekitar caput pancreatis.. Satu inci
(2,5cm) pertama duodenum merupakan gaster, yang permukaan anterior dan
posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat
pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir bawahnya.
Bursa Omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang

lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.
( Snell,R S,2006)
a. Bagian-Bagian Duodenum
Duodenum terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis dan untuk tujuan
deskripsi dibagi menjadi empat bagian. ( Snell,R S,2006)
1. Pars Superior Duodenum
Pars superior duodenum panjangnya 2 inci (5 cm), mulai dari pylorus dan berjalan
keatas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak
pada planum transpyloricum.
Hubungan
Ke Anterior

:Lobus Quadratus hepar dan vesika biliaris

Ke Posterior

:Bursa omentalis (hanya satu inci[2,5 cm] pertama), arteri

gastroduodenalis, duktus choledochus dan vena porta, serta vena cava inferior
Ke Superior

:Foramen epiploicum

Ke Inferior

:Caput pancreatis

2. Pars Descendens Duodenum


Bagian kedua duodenum panjangnya 3 inci (8 cm) dan berjalan vertikal ke bawah
di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbal II dan III.
Kira0kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus
dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini
bergabung untuk membentuk ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada
papilla duodeni major. Ductus pancreaticus acessorius, bila ada, bermuara ke
dalam duodenum sedikit lebih tinggi, yaitu pada papilla duodeni minor.
Hubungan
Ke Anterior

:Fundus vesicae biliaris dan lobus hepatis dexter, colon

transversum, serta lengkung intestinum tenue


Ke Posterior

:Colon ascendens, flexura coli dextra, dan lobus hepatis dexter

Ke medial

:Caput

pancreatis,

ductus

choledochus.

Dan

duktus

pancreaticus
3. Pars Horizontalis Duodenum
Pars horizontalis duodenum panjangnya 3 inci (8 cm) dan berjalan horizontal ke
kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna verterbralis dan mengikuti
pinggir bawah caput pancreatic
Hubungan
Ke Anterior

:Radix mesenterii, arteria dan vena mesenterica superior yang

terdapat didalamnya, serta lengkung jejunum


Ke Posterior

:Ureter dextra, musculus psoas major dextra, vena cava inferiro

dan aorta
Ke Superior

:Caput pancratis

Ke Inferior

:Lengkung-lengkug jejunum.

4. Pars Ascendens Duodenum


Pars ascendend duodenum panjangnya 2 inci (5 cm) dan berjalan ke atas dan
kekiri ke flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum,
ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragma.
Hubungan
Ke Anterior

:Permulaan radix mesenterii dan lengkung-lengkung jejunum

Ke Posterior

:Pinggir kiri aorta dan pinggir medial musculus psoas major

sinistra

Gambar 1. Duodenum

1) Tunica Mucosa dan Papillae Duodeni


Tunica duodenum sangat tebal. Bagian pertama duodenum halus. Pada bagian
duodenum yang lain, tunica mucosa membentuk banyak lipatan-lipatan circular
yang dinamakan plicae circulares. Pada tempat ductus choledochus dan ductus
pancreaticus menembus dinding medial bagian kedua duodenum terdapat
peninggian kecil dan bulat yang disebut papilla duodeni major. Ductus
pancreaticus acessorius, bila ada, bermuara ke duodenum pada papilla lebih
kecil, yang jaraknya sekitar inci (1,9 cm) di ats papilla duodeni major. ( Snell,R
S,2006)

Gambar 2.Pendarahan Duodenum

2) Pendarahan
a. Arteri
Setengah

bagian

atas

duodenum

diperdarahi

oleh

arteria

pancreaticoduodenalis superior, cabang arteri gastroduodenalis. Setengah


bagian bawah diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior, cabang
arteri mesenterica superior. ( Snell,R S,2006)

b. Vena

Vena pancreaticoduodenalis superior bermuara ke vena portae hepatik;


vena pancreaticoduodenalis inferior bermuara ke vena mesenterica superior.
( Snell,R S,2006)
3) Persarafan
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari plexus
coeliacus dan plexus mesentericus superior. ( Snell,R S,2006)
2.2

Obstruksi Duodenum Kongenital

2.2.1

Epidemiologi

Obstruksi intestinal kongenital terjadi pada sekitar 1: 2000 kelahiran hidup


dan merupakan penyebab umum

pembedahan pada neonatal. Insiden obstruksi

duodenum terjadi 1:5000-10000 bayi. Obstruksi duodenum merupakan penyebab


paling umum terjadi obstruksi intestinal. Atresia duodenum kongenital dan stenosis
sering menjadi penyebab obstruksi intestinal dan terjadi pada 1 per 5000 untuk
10.000 kelahiran hidup, terjadi pada anak laki-laki lebih sering dari pada anak
perempuan. Lebih dari 50% dari pasien yang terkena telah dikaitkan dengan anomali
kongenital, dengan trisomi 21 terjadi pada sekitar 30 %. (Pablo A, Daniel J,2014)
Malrotasi terjadi pada sekitar 1 dari 500 kelahiran, dan biasanya didiagnosis
pada masa neonatal. Sekitar 75% kasus yang bergejala terjadi pada bayi baru lahir
dan 90% kasus yang bergejala terjadi dalam 1 tahun pertama kehidupan.
2.2.2

Etiopatologi

Etiologi obstruksi duodenum kongenital dapat terjadi karena suatu lesi


intrinsik atau ekstrinsik. Penyebab paling umum dari obstruksi duodenum adalah
atresia. Lesi intrinsik ini paling sering diyakini oleh kegagalan rekanalisasi dari
duodenum janin yang mengakibatkan obstruksi total. Di awal minggu keempat
kehamilan, duodenum mulai berkembang dari distal foregut dan proksimal midgut.

Selama minggu kelima dan keenam kehamilan, sel epitel duodenum berproliferasi
kemudian akan menyumbat lumen duodenums secara sempurna. Kemudian akan
terjadi proses vakuolisasi. Pada proses ini sel akan mengalami proses apoptosis yang
timbul pada lumen duodenum. Apoptosis akan menyebabkan terjadinya degenerasi
sel epitel, kejadian ini terjadi pada minggu 11 kehamilan. Proses ini mengakibatkan
terjadinya rekanalisasi pada lumen duodenum. Apabila proses ini mengalami
kegagalan, maka menyebabkan atresia, atau stenosis, web. (Pablo A, Daniel J,2014)

Gambar 3. Tipe atresia duodenum

Pada beberapa kondisi, obstruksi duodenum dapat disebabkan karena faktor


ekstrinsik. Hal ini karena cacat pada pengembangan struktur berdekatan seperti
pankreas, atau malrotasi. Pankreas annular merupakan sebuah kelainan kongenital
yang jarang terjadi dimana jaringan pankreas mengelilingi bagian desendens dari usus
duodenum. Penyakit ini disebabkan karena kelainan pada perkembangan bakal
pancreas sehingga tonjolan ventral dan dorsal melingkari duodenum akibat tidak
lengkapnya pergeseran bagian ventral. Anular pankreas merupakan indikator yang
dapat dilihat untuk mendasari stenosis atau atresia obstruksi duodenum. (Pablo A,
Daniel J,2014; Sandrasegaran K,2009)

Malrotasi merupakan gagalnya suatu rotasi/perputaran dan fiksasi normal


pada organ, dalam hal ini yaitu usus tengah, selama perkembangan embriologik.

Lengkung usus tengah yang terletak pada ujung umbilikus berotasi sebesar 90 derajat
berlawanan arah jarum jam (dilihat dari anterior) dengan arteri mesenterika superior
sebagai aksisnya (lengkung kranial mengarah ke kanan bawah sedangkan lengkung
kaudal naik ke kiri atas). Proses tersebut lengkap setelah minggu ke-8. Selama rotasi,
lengkung kranial usus tengah memanjang dan membentuk lengkung jejunum-ileum,
sedangkan perluasan dari sekum membentuk suatu tunas yaitu apendiks vermiformis.
Pada minggu ke-10 intrauterin, sekum dan usus halus kembali ke
intraabdomen dari saluran tali pusat. Sekum mengadakan rotasi menuju ke kuadran
kanan bawah dan usus halus berotasi dengan aksis arteri mesenterika superior,
sehingga sekum terfiksasi pada kanan bawah dan usus halus terfiksasi pada
peritoneum posterior. Setiap hambatan rotasi dan kembalinya sekum dan usus halus
ke abdomen pada setiap tempat menyebabkan pembentukan pita (Ladds band) yang
menyilang duodenum dan sekum yang tidak berotasi sempurna dan menyebabkan
mesenterium usus halus tidak terfiksasi pada dinding posterior abdomen.

Gambar 4. Pankreas anular

Gambar 5. Malrotasi intestinal

2.2.3

Gejala Klinis

Prenatal
Obstruksi duodenum mudah didiagnosis dengan USG. Antenatal care dengan
ultrasonograpi prenatal harus dilakukan kepada wanita hamil dalam segala situasi.
obstruksi duodenum terjadi hingga minggu kehamilan 20 dengan fenomena double
bubble karena distensi simultan abdomen dan bagian pertama dari doudenum
tersebut. Dalam lebih dari 30% dari kasus, terdapat pada ibu polyhydramnion, dan
dalam beberapa kasus, aspirasi ketuban biasanya telah dilaporkan . Di fasilitas yang
mana USG tidak tersedia, kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan dalam kasus
ibu polyhydramnion. Kehamilan dapat bertahan dekat hingga maturitas dan pada
kasus lahir spontan. (Felicitas E W, et al)

10

Postnatal
Gejala paling umum adalah muntah bilious dan intoleransi makan. Dehidrasi
dan pengurangan elektrolit cepat terjadi jika kondisi ini tidak diketahui dan terapi
intravena tidak dimulai. Aspirasi dan gagal pernafasan dapat terjadi. Muntah berulang
yang bukan bilious terlihat dalam kasus obstruksi supra ampullary (20%). Pasien
dengan web atau stenosis parsial dapat bertahan. Tanda fisik yang tidak spesifik
termasuk distensi abdomen atas dengan bagian bawah abdomen skafoid. Selain itu,
dalam konteks klinis yang tepat, fetus dengan sindrome down memiliki kecurigaan
terhadap obstruksi duodenum sebagai penyebab obstruksi intestinal pada neonatal.
Akhirnya, pemeriksaan fisik yang cermat pada tanda penyakit jantung bawaan yang
signifikan, yang bisa menyulitkan manajemen perioperatif. (Felicitas E W, et al;
Harry A at al,2012)
Penampilan klinis malrotasi berupa gangguan pasase setinggi duodenum,
dapat timbul segera, beberapa hari, beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah
kelahiran. Tujuh puluh lima persen dari penderita tampil dengan gejala dan tanda
obstruksi total saluran cerna dalam masa neonatal karena disertai volvulus.
Manifestasi klinik malrotasi pada bayi ialah muntah hijau dengan atau tanpa distensi
abdomen, bahkan sampai terjadi peritonitis juga gejala yang terlambat datang yaitu
eritem pada abdomen dan syok . Gejala dapat dihubungkan dengan obstruksi
duodenum maupun volvulus midgut. (Dassinger III MS, Smith SD)
2.2.4

Diagnosis
Ada beberapa manfaat untuk diagnosis antenatal obstruksi duodenum,

termasuk konseling orangtua. Diagnosis disarankan USG prenatal. Evaluasi sonografi


pada janin dari ibu dengan riwayat polihidramnion dapat mendeteksi konsistensi
struktur two fluid-filled dengan double bubble pada 44% kasus. Meskipun obstruksi
duodenum biasanya terjadi pada minggu 12, alasan kegagalan deteksi dini kehamilan
tidak sepenuhnya jelas. Sebagian besar kasus atresia duodenum terdeteksi antara 7
dan 8 bulan gestasi. Distensi abdomen mungkin ada atau mungkin tidak ada. Pada

11

neonatus dengan atresia duodenum, perut skafoid. Aspirasi melalui (NG) tabung
nasogastrik lebih dari 20 mL isi cairan lambung, seperti aspirasi normal adalah
kurang dari 5 mL. Untuk pasien dengan stenosis, diagnosis sering tertunda sampai
neonatus mulai makan dan intoleransi makan berkembang dengan emesis dan distensi
lambung. Dalam kasus antenatal dicurigai obstruksi duodenum, serta pada neonatus
dengan presentasi yang konsisten dengan obstruksi usus proksimal, radiografi
upright abdominal biasanya cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis atresia
duodenum.

Gambar 6. USG Double bubble

Diagnostik radiografi atresia duodenum, midgut volvulus dan pancreas anular


adalah tanda double bubble. Proksimal sisi kiri gelembung mewakili udara dan cairan
perut sedangkan duodenum proksimal dilatasi merupakan gelembung kedua kanan
midline. Dalam hampir semua kasus atresia duodenum, usus distal adalah Gasless.
Namun, kehadiran gas didistal tidak selalu mengecualikan diagnosis atresia. Pada
neonatus yang perutnya telah didekompresi oleh salah NG aspirasi atau muntah, 4060 mL udara ditanamkan ke dalam perut akan mereproduksi bubble.

12

Gambar 7. Rontgen Double bubble

Gambar 8. Atresia Duodenum AP dan Lateral

13

Gambar 9. Web Duodenum

Pada stenosis duodenum, tanda double bubble sering tidak hadir dan diagnosis
biasanya dibuat dengan studi kontras. Biasanya akan terlihat 2 gelembung disertai
gelembung udara kecil-kecil di distal, (Pablo A, Daniel J,2014)

Gambar 10. Stenosis Duodenum

14

Pada pemeriksaan radiologik pada penderita malrotasi dengan foto polos


abdomen dengan pemeriksaan barium enema terlihat corkscrew dan sekum terletak di
kuadran kanan atas di bawah hepar.

Gambar 10. Corkscrew Pada Penderita Malrotasi Dan Volvulus

Pada gambaran radiologi pada saluran pencernaan atas sering memiliki


karakteristik dan gambaran terbaik ketika duodenum mengalami distensi
maksimum. Stenosis digambarkan dengan region periampullar yang berhubungan
dengan bagian ekstrinsik, defek eksentrik pada bagian medial dari bagian kedua
duodenum.pada umumnya mukosa baik kecuali disertai adanya ulkus peptikum.
Ulkus peptikum cukup sering terjadi, ketika terlihat adanya gambran ulkus pada
periampular duodenum pada dewasa diagnosis anular pancreas dapat dipikirkan
sebagai Zollinger-Ellison syndrome.

15

2.2.5

Tatalaksana

Tata laksana yang dilakukan meliputi tata laksana preoperatif, intraoperatif serta
postoperatif.
Perawatan pra operasi
Intensitas perawatan pra operasi proporsional dari waktu lahir sampai
presentasi rumah sakit. Setelah diagnosis ditegakkan, maka resusitasi yang tepat
diperlukan

dengan melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan

abnormalitas elektrolit serta melakukan kompresi pada gastrik. Terapi awal terdiri
dari dekompresi nasogastrik dan penggantian cairan dan elektrolit yang tepat.
Sebagian besar dari pasien yang baru lahir ini kecil dan prematur untuk usia
kehamilan mereka, sehingga perawatan khusus harus diambil untuk menjaga suhu
tubuh dan untuk menghindari hipoglikemia, terutama dalam kasus-kasus berat bayi
lahir sangat rendah , penyakit jantung bawaan, dan sindrom gangguan pernapasan.
Ketika inkubator tidak tersedia, metode keperawatan " kanguru "

menawarkan

harapan terbaik untuk kelangsungan hidup. (Felicitas E W, et al)


Intraoperatif
Sebelum

tahun

1970,

duodenojejunostomi merupakan

teknik

yang

dipilih untuk mengoreksi obstruksi yang disebabkan karena stenosis maupun


atresia. Kemudian, berdasarkan perkembangannya, ditemukan berbagai teknik
yang bervariasi,

meliputi side-to-side duodenoduodenostomi, diamond

duodenoduodenostomi, partial

web

duodenoplasty,

duodenoplasty. Side-to-side

dan tapering

resection with

heineke

mikulick

shape
type

duodenoplasty yang

panjang, walaupun dianggap efektif, akan tetapi pada beberapa penelitian teknik
ini memyebabkan terjadinya disfungsi anatomi dan obstruksi yang lama. Pada
pasien dengan duodenoduodenostomi sering mengalami blind-loop syndrome.
Saat ini, prosedur yang banyak dipakai yakni laparoskopi maupun open
duodenoduodenostomi. Teknik untuk anastomosisnya dilakukan pada bagian

16

proksimal secara melintang ke bagian distal secara longitudinal atau diamond


shape.
Disamping melakukan open duodenoduodenostomi, pada negara maju
dapat dilakukan teknik operasi menggunakan laparoscopic. Teknik dimulai
dengan memposisikan pasien dalam posisi supinasi, kemudian akan diinsersikan
dua instrument. Satu pada kuadran kanan bayi, dan satu pada mid-epigastik kanan.
Duodenum dimobilisasi dan diidentifikasi regio yang mengalami obstruksi.
Kemudian

dilakukan

diamond

shape

anastomosis.

Beberapa

ahli

bedah

melakukan laparoscopik anatomosis dengan jahitan secara interrupted, akan tetapi


teknik ini memerlukan banyak jahitan. Metode terbaru yang dilaporkan, kondisi
ini dapat diselesaikan dengan menggunakan nitinol U-clips untuk membuat
duodenoduodenostomi tanpa adanya kebocoran dan bayi akan lebih untuk dapat
segera menyusui dibandingkan open duodenoduodenostomi secara konvensional

Gambar 11. A dan B, Teknik Duodenoduodenostomi. Anastomosis Bentuk Diamond


Dibuat via Proximal Transversely Oriented Dan Vertically Oriented Duodenotomi.

Pertimbangan pasca operasi dan komplikasi


Pada periode postoperatif, maka infus intravena tetap dilanjutkan. Pasien
menggunakan transanastomotic tube pada jejunum, dan pasien dapat mulai
17

menyusui setelah 48 jam pasca operasi. Untuk mendukung nutrisi jangka panjang,
maka dapat dipasang kateter intravena baik sentral maupun perifer apabila
transanastomotic enteral tidak adekuat untuk memberi suplai nutrisi serta tidak
ditoleransi oleh pasien. Semua pasien memiliki periode aspirasi asam lambung
yang berwarna empedu. Kondisi ini terjadi karena peristaltik yang tidak efektif
atau distensi pada duodenum bagian atas. Permulaan awal memberi makanan oral
tergantung pada penurunan volume gastrik yang diaspirasi. (Felicitas E W, et al)
2.2.6

Prognosis
Angka harapan hidup untuk bayi dengan duodenal atresia yakni 90%.

Meskipun prognosis dari atresia intestinal secara umum baik, secara keseluruhan
mortalitas untuk obstruksi duodenum menunjukkan 7%. Terkait anomali kongenital
diidentifikasi sebagai faktor risiko independen untuk gangguan. Klinis. Berat badan
lahir rendah dan masalah prematuritas lebih meningkatkan risiko kematian.
Morbiditas dan mortalitas obstruksi intestinal neonatal lebih tinggi di Afrika (40%)
daripada di negara-negara maju dan paling mungkin karena presentasi pasien dan
perawatan intensif neonatal sangat rendah dinegara tersebut. (Felicitas E W, et al)

18

BAB III
KESIMPULAN
Obstruksi duodenum kongenital bisa disebabkan oleh lesi intrinsik atau
ekstrinsik. Obstruksi duodenum intrinsik disebabkan oleh atresia duodenum, stenosis
duodenum dan web duodenum. Obstruksi duodenum ekstrinsik mungkin disebabkan
oleh malrotasi dengan pankreas anular, preduodenal portal vein.
Obstruksi intestinal kongenital terjadi pada sekitar 1: 2000 kelahiran hidup
dan merupakan penyebab umum pembedahan pada neonatal. Insiden obstruksi
duodenum terjadi 1:5000-10000 bayi. Lebih dari 50% dari pasien yang terkena telah
dikaitkan dengan anomali kongenital, dengan trisomi 21 terjadi pada sekitar 30 %.
Diagnosis

obstruksi

duodenum

dapat

dilakukan

dengan

anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat dinilai secara
prenatal dan postnatal. Pada prenatal obstruksi duodenum mudah didiagnosis dengan
USG. Dalam lebih dari 30% dari kasus, terdapat pada ibu polyhydramnion, dan dalam
beberapa kasus, aspirasi ketuban biasanya telah dilaporkan. Pada postnatal gejala
paling umum adalah muntah bilious dan intoleransi makan. Dehidrasi dan
pengurangan elektrolit cepat terjadi jika kondisi ini tidak diketahui, aspirasi dan gagal
pernafasan dapat terjadi.
Pada pemeriksaan fisik terdapat distensi abdomen mungkin ada atau mungkin
tidak ada, perut skafoid, aspirasi melalui (NG) tabung nasogastrik lebih dari 20 mL isi
cairan lambung, seperti aspirasi normal adalah kurang dari 5 mL. Pada pemeriksaan
penunjang dengan radiografi maka akan terlihat gambaran double bubbl.. Pada
stenosis duodenum, tanda double bubble sering tidak hadir dan diagnosis biasanya
dibuat dengan studi kontras.
Tatalaksana pada obstruksi duodenum adalah terapi awal terdiri dari
dekompresi nasogastrik, penggantian cairan dan elektrolit, mencegah hipoglikemia.
Untuk tindakan operasi akan dilakukan duodenoduodenostomy.

19

DAFTAR PUSTAKA
Felicitas E W, et al.Chapter 62. Duodenal Atresia And Stenosis. http://www.globalhelp.org/publications/books/ Help_pedsurgeryafrica62.pdf. Dikunjungi pada tanggal
25 Juni 2016.
Pablo A, Daniel J. Duodenal and Intestinal Atresia and Stenosis. Dalam: Ashcraft
KW, Holcomb GW, Murphy JP, Pediatric Surgery. Edisi ke 6. Philadelphia:Elsevier
Saunders;2014.h. 414-418.
Harry A, Roman S. Duodenal Atresia and Stenosis Annular Pancreas.
Dalam:Grosfeld JL, ONeill JA, Coran AG, Fonkalsrud EW. Pediatric Surgery. Edisi
7. Philadelphia:Elsevier Saunders;2012.h. 1051-1057
Snell,Richard S, .Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. EGC :
Jakarta.2006.h.223-226
Sandrasegaran K, Patel A, Evan L.F, Nicholas J. Z, Henry A.P. 2009. Annular
Pancreas in Adults. American Journal of Roentgenology. 2009;193: 455-460
Dassinger III MS, Smith SD. Malrotation. Dalam: Ashcraft KW, Holcomb GW,
Murphy JP, Pediatric Surgery. Edisi ke 6. Philadelphia:Elsevier Saunders;2014.h.
430-439.
Mandell, Gerald. 2015. Imaging in Duodenal Atresia. Dapat diakses di:
http://emedicine.medscape.com/article/408582-overview#showall. Diakses tanggal
25 Juni 2016
Reid, Janet dkk (Ed). 2013. Rotations in Radiology: Pediatric Radiology. New York:
Oxford University Press

20

Anda mungkin juga menyukai