Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

R DENGAN
POST OP EXPLORASI TORSIO TESTIS DEXTRA +
ORHIDECTOMY DEXTRA + ORCHIDOPEXY
SINISTRA DI RUANG AMARILYS RS EMC SENTUL

Rabu, 04 April 2018


Create by : Elva Sujana S.Kep.,Ners
 Testis bebrbentuk oval terletak di dalam
Anatomi Fisiologi skrotum
 Scrotum : termoregulasi yang mengatur suhu
testis agar tetap normal sehingga sperma tidak
rusak
Dingin  scrotum akan mengkerut untuk
mendekatkan testis dengan tubuh
agar tetap hangat
 Otot kremaster : mengangkat testis pada suhu
dingin
 Episdidimis : tempat pematangan sel-sel
spermatozoa
 Tunika vaginalis : penyangga/pembungkus
testis
 Vas deferens : saluran yang berjalan di bagian
bawah epididimis
DEFINISI

Keadaan dimana terpelintirnya


funikulus spermatikus yang
berakibat terjadinya gangguan
aliran darah pada testis.
Insidensi
 Diderita oleh 1 diantara 4000 pria < dari 25 tahun, dan
paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas
(12-20 tahun) Lee dkk menyebutkan peningkatan
insiden selama usia dewasa muda disebabkan karena
testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas
 Testis kiri lebih sering daripada testis kanan  hal ini
mungkin disebabkan oleh karena secara normal
spermatic cord kiri lebih panjang.
 Merupakan kegawatdaruratan vaskuler  onset 4-6 jam
setelah keluhan nyeri
Etiologi
 Kelainan anatomis  Faktor keturunan

sebesar 11,4 % terhadap resiko


torsio testis, akibat factor
hormonal INSL3 dan reseptor
RXLF2 menyebakan atrofi testis
Etiologi
 Kontraksi otot kremaster

Otot kremaster  bergerak berlebihan (perubahan suhu


yang mendadak, latihan yang berlebihan , trauma skrotum)
 terpelintirnya funikulus spermatikus  obstruksi aliran
darah testis  testis mengalami hipoksia, edema, iskemik
 nekrosis
klasifikasi

 Torsio testis intravaginal  Pada  Torsio testis extravaginal 


masa remaja pada masa janin dan neonatus
 Nyeri hebat daerah skrotum yang
sifatnya mendadak

Manifestasi klinis  Skrotum membengkak pada salah satu


sisi
 Nyeri dapat menjalar ke daerah
inguinal atau perut sebelah bawah
 Pada bayi gejala tidak khas yakni
gelisah, rewel, atau tidak mau
menyusui
Pemeriksaan Fisik
 Testis bengkak
 Letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal
daripada testis sisi kontralateral
 Kadang dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus
 Tidak demam
Pengkajian
Pemeriksaan Penunjang
 Sedimen urin tidak menunjukan adanya leukosit
dalam urin
 Pemeriksaan darah tidak menunjukan tanda
inflamasi kecuali pada torsio testis yang sudah
lama dapat mengalami keradangan steril
 Urinalisis  untuk menyingkirkan adanya infeksi
pada traktus urinarius
 Stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan
sintigrafi testis melihat adanya aliran darah ke
testis.
Diagnosa Banding
1. Epididimitis akut  kenaikan suhu tubuh, keluarnya
nanah dari uretra, riwayat coitus suspectus atau
kateterisasi uretra sebelumnya
2. Hernia scrotalis  anamnesis terdapat benjolan
yang dapat keluar dan masuk ke dalam skrotum
3. Hidrokel terinfeksi  anamnesis sebelumnya sudah
ada benjolan didalam skrotum
4. Tumor testis  benjolan tidak dirasakan nyeri
kecuali terdapat perdarahan di dalam testis
5. Edema skrotum  dapat disebabkan oleh
hipoproteinemia, filariasis, pembuntuan saluran
limfe inguinal, kelainan jantung, idiopatik
Detorsi Manual
 Detorsi manual adalah mengembalikan
posisi testis ke asalnya, yaitu dengan
jalan memutar testis kearah
berlawanan dengan arah torsio.

Penatalaksanaan  Karena arah torsio biasanya ke medial


maka dianjurkan untuk memutar
testis kearah lateral dahulu, kemudian
jika tidak terjadi perubahan, dicoba
detorsi ke arah medial.
 Hilangnya rasa nyeri setelah detorsi
menandakan bahwa detorsi telah
berhasil. Jika detorsi berhasil operasi
harus tetap dilaksanakan
Pembedahan
 Tindakan operasi ini dimaksudkan
untuk mengembalikan posisi testis
pada arah yang benar (reposisi) dan
setelah itu dilakukan penilaian apakah
testis yang mengalami torsio masih
viable (hidup) atau sudah mengalami
nekrosis.
 Jika testis masih hidup, dilakukan
orkidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul
orkidopeksi pada testis kontralateral.
 sedangkan pada testis yang sudah
mengalami nekrosis dilakukan
pengangkatan testis (orkidektomi)
Kasus

O.s datang ke poli urologi dengan keluhan testis kanan bengkak


sejak 3 HSMRS. Keluhan pertama kali dirasakan setelah bangun
tidur testis kanan terasa bengkak dan nyeri. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin bertambah bila berjalan
dan tersentuh, tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri skala 5
menggunakan face rating scale, o.s telah dilakukan tindakan
operasi explorasi testis dextra + orhidectomy dextra +
orchidopexy sinistra pada tgl 22/02/2018 dari pukul 08.45-09.30
WIB dengan anastesi regional/ spinal.
Pengkajian
Identitas Pasien

Nama : An. R

No. RM : 00043930

Umur : 16 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Darmaga No. 4 KM 7, Bogor Barat

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar
 Riwayat kesehatan sekarang

O.S mengeluh nyeri, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin bertambah
bila berjalan dan tersentuh, tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri skala 5
menggunakan face rating scale, o.s telah dilakukan tindakan operasi explorasi testis
dextra + orhidectomy dextra + orchidopexy sinistra pada tgl 22/02/2018 dari pukul
08.45-09.30 WIB dengan anastesi regional/ spinal.

 Riwayat kesehatan dahulu

Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya yang diderita pasien.

 Riwayat psikososial spiritual


o.s tampak menangis saat keluarga memberi tahu jika salah satu testisnya harus
diangkat
ACTIVITY DAILY LIVING
Pengkajian fisik
 Penampilan Umum : Keadaan umum sedang, terpasang infus assering 1500 cc + fendex 50
mg 20 tpm
 Tanda-Tanda Vital : TD= 100/60 mmHg, HR= 78 x/m, RR= 20 x/m, S= 36oC
 Integumen : Tidak ada luka, tidak perdarahan, sclera ikterik (-), edema (-), CRT <
3 detik, akral hangat, sianosis (-), turgor kulit elastis
 Respirasi : Pengembangan dada simetris, tidak ada penggunaan otot-otot nafas
tambahan, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada luka, tidak ada
jejas, sesak (-)
 Kardiovaskuler : Suara jantung normal tidak ada bunyi tambahan, perkusi dullness di
daerah jantung.
 Gastrointestinal : BB = 70,1 Kg, bising usus positif, o.s diperbolehkan makan bertahap
diet lunak
 Genitourinaria : Klien terpasang folley catheter no. 16, dieuresis (+). Urin berwarna
kuning jernih, terdapat luka pada skrotum tertutup kassa, tidak ada
rembesan, terpasang drain
 Muskuloskeletal : Sulit dikaji karena o.s bedrest selama 12 jam post op
 Neurologi : GCS E4V5M6
Pemeriksaan penunjang
Tgl/jam Pemeriksaan Hasil

22/02/2018 Foto thorax tidak tampak pneumonia/bronkopneumonia. Tidak


pukul 04:04 WIB tampak pembesaran KGB. Tidak tampak
kardiomegali.

22/02/2018 Laboraturium Hemoglobin : 12,5 g/dl (L)


pukul 00:19 WIB Hematokrit : 37.4 % (L)
MCV : 72.8 Fl (L)
MCH : 24.3 pg (L)
Leukosit : 10,96 ribu/ul (H)
Monosit : 9.4 % (H)
LED : 45 mm/jam (H)
Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1 DS : Luka post op explorasi testis dextra Nyeri akut


o.s mengatakan nyeri pada area ↓
scrotum. Nyeri dirasakan seperti Mengeluarkan zat vasoaktif

ditusuk-tusuk, nyeri semakin Ujung syaraf aferen
bertambah bila berjalan dan ↓
tersentuh, tidak berkurang dengan Tractus spinotalamus medulla spinalis
istirahat. Nyeri skala 5 ↓
menggunakan face rating scale Korteks serebri gyrus sentralis
DO : ↓
Adanya luka post op explorasi Persepsi nyeri

testis dextra tertutup kassa nyeri akut
N = 78 x/m
No Data Etiologi Masalah
2 Factor resiko : Luka post op explorasi testis dextra Resiko infeksi
 Prosedur infasif ( adanya insisi ↓
operasi explorasi testis dextra Terputusnya kontinuitas jaringan

tertutup kassa) Port de entry mikroorganisme
 Tidak adekuat pertahanan ↓
sekunder ditandai dengan Resiko infeksi
Hb = 12.5 g/dl (↓)
 Leukosit =10,96 ribu/µl (↑)
 LED = 45 mm/jam (↑)
3 DS : klien mengatakan terasa nyeri Torsio testis dextra Hambatan
pada area scrotum ↓ mobilitas fisik
DO : post op explorasi, orcidectomy dextra

adanya luka scrotum tertutup kassa mendapatkan anastesi spinal
post anastesi spinal ↓
sulit melakukan mobilisasi

Hambatan mobilitas fisik
Rencana intervensi keperawatan
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri NOC : NIC : • Analgetik dapat menghambat sintesis


berhubungan • Pain level • Kolaborasi pemberian prostaglandin mensintesis SSP yg menimbulkan
dengan • Pain control analgetik persepsi nyeri
rusaknya • Comfort level • kolaborasi pemberian • antibiotic dapat menghambat sintesis protein
kontinuitas Setelah dilakukan asuhan antibiotic mikroorganisme
jaringan keperawatan selama 3x24 • Observasi luka • Mengetahui karakteristik luka untuk
ditandai dengan jam pasien tidak • Ajarkan klien teknik menentukan intervensi yang tepat
luka post op mengalami nyeri dengan relaksasi dan distraksi • Teknik relaksasi dapat memutuskan perjalanan
explorasi testis kriteria hasil: • Kaji derajat nyeri klien syaraf pengantar persepsi nyeri ke korteks
dextra • Mampu mengontrol serebri
nyeri • Dengan mengkaji skala nyeri dapat digunakan
• melaporkan bahwa untuk menentukan intervensi keperawatan
nyeri berkurang (1-3) yang tepat
• menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
• tanda-tanda vital
dalam rentang normal
• tidak mengalami
gangguan tidur
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Resiko infeksi NOC: NIC : • menghambat mikroorganisme masuk ke


berhubungan Immune status • Bersihkan luka area luka
dengan port de Knowledge : infection dengan teknik aseptic • mencegah perkembangbiakan
entry kuman control
• jaga kebersihan mikroorganisme
ditandai dengan Risk control
luka post op Setelah dilakukan badan, dan • antibiotic dapat menghambat sintesis
explorasi testis tindakan keperawatan lingkungan klien protein mikroorganisme
dextra dan 3x24 jam Tanda-tanda • kolaborasi pemberian • memastikan lebih awal tanda-tanda
peningkatan infeksi tidak terjadi antibiotic infeksi
respon dengan kriteria hasil : • monitor tanda-tanda
inflamasi • pasien bebas dari infeksi
ditandai dengan tanda dan gejala
leukosit infeksi
meningkat • menunjukan
kemampuan untuk
mencegh timbulnya
infeksi
• jumlah leukosit dalam
batas normal
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Hambatan NOC: NIC : • mengidentifikasi masalah, memudahkan


mobilitas fisik Tujuan : dalam 2 x 24 • Kaji kebutuhan akan intervensi.
berhubungan jam pasien pelayanan kesehatan • mempengaruhi penilaian terhadap
dengan akan menunjukkan dan kebutuhan akan kemampuan aktivitas
gangguan tingkat mobilitas peralatan. • Apakah karena ketidakmampuan ataukah
musculoskelet optimal meski dengan • Tentukan tingkat ketidakmauan.
al ditandai bantuan. motivasi pasien • menilai batasan kemampuan aktivitas
dengan dalam melakukan optimal.
adanya luka aktivitas. • mempertahankan /meningkatkan
post op • Ajarkan dan pantau kekuatan dan ketahanan otot.
explorasi pasien dalam hal
testis dextra penggunaan alat
bantu.
• Anjurkan pasien
untuk mobilisasi
duduk dan ke kamar
mandi
Implementasi
SOAP
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai