Anda di halaman 1dari 11

Hipospadia

DEFINISI
Hipospadia terjadi akibat perkembangan tuberkulum genitalia yang tidak lengkap
sehingga mengakibatkan pertumbuhan jaringan di ventral penis menjadi tidak normal.
Trias klinis hipospadia yang sering ditemukan pada hipospadia adalah
(1) meatus uretra yang terletak di ventral penis,
(2) korde atau penis yang menekuk ke arah ventral,
(3) prepusium yang berlebihan di bagian dorsal penis, meskipun tidak selalu dijumpai
pada setiap kasus hipospadia.

ETIOLOGI
Etiologi hipospadia sangat bervariasi dan multifaktorial, namun belum ditemukan
penyebab pasti dari kelainan ini. Beberapa kemungkinan dikemukakan oleh para ahli
mengenai etiologi hipospadia. Adanya defek pada produksi testosterone oleh testis dan
kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testosteron ke dihidrotestoteron, defisiensi
reseptor androgen di penis, maupun penurunan ikatan antara dihidrostestoteron dengan
reseptor androgen dapat menyebabkan hipospadia.
Klasifikasi
Secara anatomi, kelainan yang dapat dijumpai pada ujung hingga pangkal penis adalah:
1. Glans yang terbelah ke arah ventral.
2. Letak muara uretra di ventral penis, terkadang dengan diameter yang sempit. Pada
bagian distal dari muara tersebut biasanya terbentuk lempeng uretra.
3. Adanya uretra yang tipis pada bagian yang tidak di lindungi oleh korpus
spongiosum
4. Distal dari korpus spongiosum terbagi dua pilar disertai vaskularisasinya
masingmasing sebelum mencapai posisi muara uretra normal.
5. Korpus spongiosum yang proksimal dari muara uretra mempunyai struktur yang
normal
6. Pada kasus yang berat skrotum bisa terbelah dua dan bertemu di penoskrotal/
skrotal bifida
7. Pada hipospadia berat dijumpai pembesaran utrikulus prostat
 DIAGNOSIS
 Diagnosis hipospadia ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.
Pencatatan pemeriksaan fisik harus disertai deskripsi temuan
lokal seperti posisi meatus uretra, bentuk dan lebar orifisium,
ukuran penis, lempeng uretra, informasi derajat kurvatura
penis (pada saat ereksi), prepusium, dan skrotum bifidum.
Beberapa kelainan kongenital yang ditemukan pada kasus
hipospadia: 1. Undesensus testis dan hernia inguinalis. 2.
Pembesaran utrikulus prostat. 3. Penoskrotal transposisi dan
mikropenis. 4. Disorder of sex development (DSD)
Tatalaksana
Tujuan dari tatalaksana hipospadia adalah:
1) membuat penis tegak lurus kembali sehingga dapat digunakan untuk berhubungan
seksual,
2) reposisi muara urethra ke ujung penis agar memungkinkan pasien berkemih sambil
berdiri,
3) membuat neourethra yang adekuat dan lurus,
4) merekonstruksi penis menjadi terlihat normal,
5) dan menurunkan resiko terjadinya komplikasi seminimal mungkin.

Terapi pre-operasi dengan testosteron dapat membantu untuk memperbesar penis


sehingga dapat memudahkan operasi.
Tatalaksana

 Terdapat beberapa pilihan teknik operasi untuk hipospadia ada 2 yang pertama
adalah eksisi korde dan tunneling, dan yang kedua adalah rekonstruksi uretra
(uretroplasty)
 Beberapa tahap operasi perlu dilakukan seperti orthoplasty (Chordectomy) yaitu
melakukan koreksi chorde sehingga penis dapat tegak lurus kembali, lalu
urethroplasty, yaitu membuat urethra baru yang sesuai dengan lokasi seharusnya,
serta Glansplasty, yaitu pembentukan glans penis kembali. Glansplasty sering
diikuti dengan prepucioplasty.
 Teknik operasi yang paling sering dilakukan adalah urethroplasty seperti Meatal
Advancement-Glanuloplasty (MAGPI), Glans Approximation Procedure (GAP),
dan Tubularization Incision of the Urethral Plate (TIP).
Komplikasi
Prognosis
 Anak-anak dengan hipospadia memiliki masa
puber dan pertumbuhan seks sekunder yang
normal. Penderita hipospadia memiliki fungsi testis
dan androgen yang normal. Aktivitas seksual cukup
memuaskan dan fertilitas tidak terpengaruh kecuali
penderita memiliki kelainan lain yang berkaitan.
TERIMAKASIH
THANKYOU
WASSALAMUALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai