HOLOPROSENSEFALI
Disusun Oleh :
Melfi Riqqah
Pembimbing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
berdasarkan anatomi dan berdasarkan etiologi.
19
ketika tekanan intrakranial meningkat.
19
massa.
20
(acetazolamid 30-50 mg/kgBB/hari; furosemid 1-2 mg/kgBB/hari).
2.3.2 Epidemiologi
Holoprosensefali ditemukan pada 1 dalam 250 fetus dan 1 dalam 13.000-
16.000 kelahiran hidup.2 Di Amerika Serikat, prevalensi HPE dilaporkan lebih
tinggi pada ras Latin, Afrika, Amerika dan Pakistan.3
2.3.3 Etiologi
Faktor Ibu
Janin pada ibu dengan DM mempunyai resiko 1% untuk menderita HPE
Penyebab lainnya adalah konsumsi alkohol, dan riwayat infeksi TORCH.4
Kelainan Gen
Sekitar 25-50% individu dengan HPE mempunyai kelainan kromosom.
Kelainan numerikal seperti trisomy 13, trisomy 18, and triploidy. Individu
dengan trisomy 13, arrhinensefali terlihat pada 70%, sedangkan trisomy 18
terjadi adalah defek pada korpus kallosum. Kelainan struktural kromosom
pada HPE, adalah delesi atau duplikasi dari koromosom 13, 18, 7, dan 21.22
2.3.4 Klasifikasi
Holoprosensefali dapat dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan derajat
ketidaksempurnaan pembelahan prosencephalon.23,24
2. Semilobar HPE, dimana lobus frontal dan parietal berdifusi dan fisura
interhemisfer hanya tampak pada bagian posterior.
Gambar 2.6. Semilobar HPE.3
Hasil MRI sudah ada septum yang memisahkan antar hemisfer di bagian
posterior. Pada wajah, tampak mikrosefali, jarak mata yang berdekatan dan
hidung yang terdepresi dengan cleft lip.3
3. Lobar HPE, sebagian besar hemisfer serebral dan ventrikel lateral sudah terpisah,
tetapi lobus frontalis kiri dan kanan masih berdifusi (tidak terpisah).
Gambar 2.7 Lobar HPE.3
Hasil MRI pada lobar HPE (tipe yang paling ringan). Hemisfer serebral
sudah terpisah (panah biru). Namun, corpus callosum belum terbentuk secara
normal. Wajah tampak seperti anak normal, jidat yang kurang lapang, telinga
besar, philtrum yang panjang dan hidung sedikit terdepresi.3
4. Middle interhemispheric fusion variant (MIHV), dimana lobus frontalis bagian
posterios da lobus parietal gagal berpisah, belahan basal ganglia dengan thalamus
tidak jelas, dan tidak ada badan dari corpus callosum.
Beberapa manifestasi klinik yang sering terlihat pada anak dengan HPE:3
1. Perkembangan terlambat
2. Kejang
3. Hidrosefalus
4. Neural tube defects
5. Disfungsi hipotalamus dan batang otak
6. Disfungsi hipofisis
7. Postur pendek dan gagal tumbuh
8. Kesulitan menyusui
9. Gangguan GI
10. Pneumoni aspirasi
11. Pola tidur tidak teratur.26
2.3.6 Tatalaksana26
Medikamentosa
Tergantung beratnya malformasi otak dan kelainan yang terjadi. Sebagian
besar membutuhkan multidisciplinary team approach untuk merawat bayi
dengan HPE.
Terapi hormonal untuk disfungsi hipofisis
Obat antiepilepsi untuk mengurangi dan mencegah kejang.
Non medikamentosa
Pemasangan NGT untuk bayi dengan gangguan menyusui
Surgical repair untuk bayi dengan cleft lip.
Ventriculo-peritoneal shunt untuk bayi HPE dengan hidrosefalus.
Dukungan dan konseling dari orang tua.
2.3.7 Komplikasi
Sering ditemukan, diabetes insipidus, tergangunya keseimbangan antara
asupan cairan dan ekskresi urin. Disfungsi dari otak dapat menyebabkan kejang,
kesulitan makan, mengatur suhu tubuh, gangguan denyut jantung, dan pernapasan.
Indera penciuman berkurang (Hiposmia) atau sama sekali tidak ada (anosmia).19
2.3.8 Prognosis5
Tingkat kelangsungan hidup bayi dengan holoprosensefali bervariasi,
tergantung jenis holoprosensefali yang diderita, tetapi secara umum, kematian
berkorelasi positif dengan tingkat keparahan malformasi otak. Anak dengan
holoprosensefali alobar, didapati malformasi seperti cyclopia dan proboscis jarang
bertahan pada periode postnatal. Pada kasus dengan malformasi wajah yang tidak
berat dapat hidup lebih lama, sebagian kecil kasus bertahan lebih dari satu tahun.
Anak-anak dengan holoprosensefali selain alobar lebih banyak bertahan hidup
sampai dewasa.
Penyebab kematian tersering adalah infeksi pernapasan, dehidrasi sekunder
karena diabetes insipidus yang tidak terkontrol, kejang, dan sequelae batang otak
yang mengakibatkan tidak terkontrolnya pernapasan dan denyut jantung.
Kerusakan motorik yang berat terdapat pada tipe alobar dan semilobar, anak
dengan MIHV dapat berjalan dengan bantuan, dapat mengontrol anggota badan
mereka, dan bahkan mengucapkan kata-kata atau kalimat.
Pemeriksaan Fisik30
Inspeksi:
Terdapat setumpuk rambut, skin dimple, lipoma subkutan pada Occulta.
Ukuran dan letak lesi dan pecah/tidak pada Aperta
Terdapat sac yang bersifat kistik dan pembesaran kepala (hidrosefalus)
Deformitas tungkai bawah dan lutut saat fleksi, skoliosis/lordosis
Skin ulceration
Inkontinensia uri dan alvi
Palpasi:
Defek pada tulang
Lipoma subkutan
Defisit sensoris
Bony defect, subcutaneous lipoma.
Pemeriksaan Penunjang30
Prenatal:
1. Pemeriksaan kadar alfa fetoprotein dalam serum ibu pada kehamilan
minggu ke-14.
2. Pemeriksaan cairan amnion dengan amniosentesis, juga untuk
memeriksa kadar alfa fetoprotein.
Kadar alfa fetoprotein merupakan marker terhadap
kemungkinan terjadinya defek neural tube.
b. Pascanatal:
- Umumnya dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik
- Dibutuhkan pemeriksaan radiologis seperti rontgen thorax, CT-Scan,
MRI
2.4.5 Penatalaksaan30
Tutup lesi (Mielomeningokel)
Dalam 24 48 jam pertama mencegah meningitis
Pertahankan saraf dan vaskular sebanyak mungkin
Tutup dengan water-tight closure
Berikan antibiotik
Pembedahan
- Bertujuan untuk menutup defek.
- Apabila dilakukan pembedahan, perlu dipasang suatu pirau (shunt) untuk
memungkinkan drainase CSS dan mencegah timbulnya hidrosefalus.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama/No MR : An. NA /94 97 46
Umur : 2 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Ayah/Ibu : Warsinin/ Marsiam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Beutu, Kandis
Tanggal masuk : 9Maret 2017
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh : Ayah dan Ibu kandung pasien
Keluhan Utama : Kepala semakin membesar semenjak lahir
Riwayat Kehamilan
Lahir cukup bulan, secara spontan di rumah dibantu oleh bidan, setelah lahir
langsung menangis. BBL 2.700 gram dan PBL 43 cm. Ibu pasien melakukan ANC
di bidan sebanyak 2 kali dan tidak pernah USG. Selama hamil, ibu mengaku rutin
minum jamu-jamuan tiap dua minggu sekali.
Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah diimunisasi.
Riwayat Pertumbuhan
BBL 2.700 gram PBL 43 cm
BB sekarang 6,5 kg PB sekarang 57 cm
Riwayat Perkembangan
Motorik kasar : belum bisa mengangkat kepala
Motorik halus : kepala belum bisa menoleh ke samping kanan kiri
Sosialisasi : senyum spontan belum bisa
Bicara : mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : GCS E2/ V1/M3
Tanda-tanda vital
TD : 80/60 mmHg
Suhu : 37,10C
Nadi : 111 x/menit
Nafas : 30 x/menit
Gizi
PB : 57 cm
BB : 6,7 kg
LILA : 11 cm
Lingkar kepala: 58 cm (> +2SD)
Kepala :makrosefali, ubun-ubun membonjol, cracked pot sign (+), dilatasi
vena (+), malformasi kraniofasial (-)
Rambut : hitam
Mata : cyclopia (-), hipotelorisme (-), sunset appearance (+)
Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Tidak kuning
Pupil : Isokor, diameter 2mm/2mm
Refleks cahaya: Langsung +/+, tidak langsung +/+
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Dalam batas normal
Mulut
Bibir : Basah, cleft lip (-)
Selaput lendir : Tidak ada kelainan
Faring : Tidak ada kelainan
Tonsil : Tidak ada kelainan
Palatum : Tidak ada kelainan
Lidah : Tidak ada kelainan
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : (-)
Thorax
Inspeksi :Pergerakan dinding dada simetris, ictus kordis tidak
terlihat, retraksi (-)
Palpasi : Ictus kordis teraba di sela iga 4 linea mid clavicula
sinistra
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi :Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-) BJ I dan II
reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Tidak ditemukan hepatomegali dan splenomegali
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Alat Kelamin : Perempuan, tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), tetraparesis
(-)
Punggung : massa sebesar bola pingpong, coklat kehitaman
pada area torakal, mobile, lunak, pinggir tumpul,
permukaan rata, nyeri tekan (-)
Status Neurologis :
Rangsang meningeal :
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I dan II (-)
Kernig (-)
Laseque (-)
Refleks Fisiologis (+)
Refleks patologis
Babinski (-)
Chaddock (-)
Gordon (-)
Oppenheim (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
FOLLOW UP
TGL Subjektif Objektif Assessment Terapi
10 Maret Demam (-) Kes : Buka mata, Hidrosefalus IVFD D5% NS
2017 kejang (-) kurang tanggap + spina bifida KCl 5 meq6
HR : 115 x / menit okulta tpm/menit
RR : 34x / menit (mikro)
TD : 90/60 mmHg
Asetozolamid
T : 37,1oC
LK : 58cm 3x75 mg
R/ MRI kontras
torakal lumbal
sacral
Cek lab: IgG dan
IgM TORCH,
Ureum, kreatinin
11-13 Maret Keluhan lain (-) Kes : buka mata tetapi Hidrosefalus IVFD D5% NS
2017 tidak tanggap + Spina KCl 5 meq6
HR : 112 x / menit bifida okulta tts/menit (mikro)
RR : 40x / menit Asetozolamid 75
TD : 70/50 mmHg
mg 3x1
T : 36,2oC
LK : 59 cm Furosemid 1x 10
Kimia darah: Tanggal mg
11Maret 2017
SGOT : 29 U/L R/ MRI kontras
SGPT : 44 U/L
Ur : 4 mg/dl
Cr : 0,11 mg/dl
14-17 Maret Keluhan lain (-) Kes : Bangun tetapi Hidrosefalus IVFD D5% NS
2017 kurang tanggap + MIHV KCl 5 meq6
HR : 110 x / menit holoprosense tpm/menit
RR : 45x / menit fali + spina (mikro)
TD : 70/50 mmHg
bifida okulta Asetozolamid 75
T : 36,2oC
mg 3x1
CT Scan Furosemid 1x 10
Kesan : mg
Hidranensefali
(gestasi 2-4 minggu) dengan adanya spina bifida okulta yang berlanjut dengan
(hidrosefalus).4
adalah MRI kepala. Namun karena adanya keterbatasan, pemeriksaan yang dapat
Holoprosensefali tipe MIH dimana lobus frontalis dan occipital sudah terpisah.3
ibu pasien tidak memiliki riwayat DM, kejang dan konsumsi alkohol.
Pemeriksaan anjuran adalah MRI thorakal lumbal sacral, IgG dan IgM CMV,
Rubella, Toxoplasma. Pada kasus ini, pemeriksaan tersebut tidak dilakukan karena
adanya keterbatasan. Selama masa kehamilan, ibu tidak pernah melakukan USG.
USG penting dilakukan karena dapat mendeteksi adanya spina bifida pada masa
prenatal. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa USG yang
dilakukan pada trimester kedua dapat mendeteksi adanya defek neural tube.31
250 mg. Pemberian cefotaxime pada pasien ini sebagai antibiotik untuk mencegah
rongga tempat drainase (peritoneum). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
19. Rukaiya K.A. Hamid, Mbbs, Ffarcs, Md, and Philippa Newfield, Md. (2001).
Pediatric Neuroanesthesia Hydrocephalus.
nd
20. Harold L. Rekate, M.D. January 2003. Hydrocephalusassociation 2
Edition.San Francisco, California.
21. Dr. BC Warf (2008). Strategy for treatment of Hydrocephalus in developing
countries.
22. Johnson CY, Rasmussen SA. Non-genetic risk factors for
holoprosencephaly. Am J Med Genet C Semin Med Genet. 2010;154C:7385
23. DeMyer W, Zeman W. Alobar holoprosencephaly (arhinencephaly) with
median cleft lip and palate: clinical, electroencephalographic and nosologic
considerations.Confin Neurol. 1963;23:1-36.
24. Barkovich AJ, Quint DJ. Middle interhemispheric fusion: an unusual variant
of holoprosencephaly. AJNR Am J Neuroradiol. 1993;14:431-40.
25. Raam MS, Solomon BD, Muenke M. Holoprosencephaly: A Guide to
Diagnosis and Clinical Management. Indian Pediatrics. 2011.
26. Levey EB, Stashinko E, Clegg NJ, Delgado MR. Management of children with
holoprosencephaly. Am J Med Genet C Semin Med Genet. 2010;154C:18390.
27. Mark S. Greenberg; Handbook of Neurosurgery eighth edition, Thieme
Medical Publisher, New York, 2016
28. Al-Mefty O, Abdulrauf SI, Haddad GF. In Winn RH (ed): Youmans
Neurological Surgery (6th ed). Philadelphia Elsevier Saunders. 2011.
29. Moore JA, Newell DW. Neurosurgery. Springer. 2005.
30. American Association of Neurological Surgeons: Spina Bifida. Diunduh dari :
http://www.aans.org/Patient%20Information/Conditions%20and
%20Treatments/Spina%20Bifida.aspx [24 Maret 2017].
31. Wilson G. Prenatal, screening, diagnosis and pregnancy management of fetal
neural tube defect. J Obstet Gynaecol 2014; 36(10): 927-39.
32. Strum LK. Neurosurgical surgical site infection: rate and prevention strategies.
Int J Infect Control 2009.
33. Kainth K, Hunt MA, Haines SJ. The use and misuse of antibiotics in
neurosurgery. In Winn HR. Youmans neurological surgery, 6th Edition.
Philadelphia: WB Saunders, 2011; p. 578-87.
34. Shiino A, Nishida Y, Yasuda H, Suzuki M, Matsuda M, Inubushi T. Magnetic
resonance spectroscopic determination of a neuronal and axonal marker in
white matter predicts reversibility of deficits in secondary normal pressure
hydrocephalus. J Neurol Neurosurg Psychiatry.2004:hal. 1141-8.