Anda di halaman 1dari 12

Abses Skrotum merupakan salah satu kasus dalam bidang urologi yang harus segera ditangani

untuk mencegah terjadinya kerusakan pada testis dan terjadinya

Fourniers gangrene. Abses

Srotum adalah kumpulan purulen pada ruang diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis
yang berada mengelilingi Testis[1] Abses skrotum,terjadi apabila terjadi infeksi bakteri dalam
skrotum. Bakteri dapat menyebar dari kandung kemih atau uretra atau dapat berasal dari penyakit
menular seksual (PMS). Apabila bila tidak diobati, infeksi dapat mengakibatkan terjadinya abses
skrotum.[2]
Abses Skrotum terjadi akibat suatu infeksi,dan membutuhkan tindakan pembedahan.
Pembentukan abses merupakan suatu komplikasi dari abses pelvis,dan komplikasi dari infeksi
pada suatu luka. Abses Skrotum dapat terjadi superficial maupun intraskrotal. Skrotum
merupakan kelanjutan dari lapisan dinding perut. Isi skrotum terdiri dari testis, epididimis, dan
struktur korda spermatika.[2]

Anatomi skrotum
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis dan skrotum( kantung zakar).
Struktur dalamnya terdiri dari: sepasang testis,epididimis dan vas deferens. Sedangkan kelenjar

tambahan terdiri dari: vesikula seminalis,kelenjar prostat,dan bulbourethralis. Skrotum


merupakan kantong longgar yang tersusun dari: kulit,fasia,dan otot polos yang membungkus dan
melindungi testis di luar tubuh dan pada suhu optimum berfungsi untuk memproduksi sperma.3
Skrotum juga merupakan sebuah kantong dari jaringan fibromuskular yang terdapat septum
atau sekat dibagian tengahnya yang memisahkan skrotum kiri dan kanan. Setiap skrotum terdiri
dari: testis,epididimis dan bagian dari spermatic cord.

Gambar lapisan kulit skrotum dan testis

Lapisan pada skrotum terdiri dari: kulit skrotum, muskulus Dartos (kelanjutan dari fasia
colles), fascia spermatic external (kelanjutan dari apponeurosis dari muskulus oblikus abdominus
eksternus),fascia cremasteric (kelanjutan dari muskulus oblikus abdominus internus), dan fascia
spermatica internal (kelanjutan dari muskulus transversalis),yang mana bagian luarnya
berhubungan dengan lapisan parietal dari tunika vaginalis,lapisan visceral dari tunika vaginalis
yang melekat pada testis.2
Kulit dan muskulus dartos pada skrotum disuplai oleh cabang arteri pudendal interna
pada daerah perineal,dan pudendal external yang merupakan cabang dari arteri femoralis. Bagian
paling dalam dari muskulus dartos disuplai oleh arteri cremasterica yang merupakan cabang dari
arteri epigastrika inferior.Vena pada skrotum berjalan bersama-sama dengan arteri,yang menuju
ke vena pudendal externa dan setelah itu ke vena safena magna. Aliran sistem limfatik pada kulit
skrotum dimulai dari pembuluh darah pudendal externa ke pembuluh limfe secara superficial
pada inguinal medial. Pada skrotum banyak terdapat saraf sensorik yang disuplai oleh saraf
genitofemoralis (pada permukaan skrotum bagian

anterior dan lateral), saraf ilioinguinal

(permukaan anterior skrotum),dan oleh percabangan nervus perineal (permukaan skrotum bagian
posterior). Percabangan dari nervus cutaneus femoral posterior(permukaan inferior skrotum).3
Skrotum merupakan sebuah kantong yang mempunyai isi. Isi dari skrotum terdiri dari:

Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam

skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis merupakan organ
reproductive primer pada pria dan memproduksi testosterone dan sperma. Setiap testis
mempunyai panjang: 4-5 cm.
Gambar Testis:

Testis bagian dalam terbagi atas lobus yang terdiri dari tubulus seminiferus,sel-sel
sertoli,dan sel-sel leydig. Setiap testis dibungkus oleh :tunika vaginalis testis,tunika
albuginea,tunika vaskulosa.2
Epididimis
Struktur berbentuk huruf C yang berada disisi posterior testis dan membesar dari bagian
caput,corpus dan cauda. Tunika vaginalis membungkus epididimis kecuali pada bagian posterior.
[3]

Vaskularisasi dan inervasi epididimis sama dengan testis. Epididimis juga merupakan tuba

terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki atau 4m-6m.4


Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup-kutup testis, badan dan ekor
epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan
parietal. Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, Duktuli efferent yang merupakan
bagian dari kaput (kepala) epididimis.

Gambar epididimis:2

Cross-section illustration of a testicle and epididymis. A: Caput or head of the epididymis. B:


Corpus or body of the epididymis. C: Cauda or tail of the epididymis. D: Vas deferens. E:
Testicle. Illustration by David Schumick, BS, CMI. Reprinted with the permission of the
Cleveland Clinic Center for Medical Art and Photography 2009.

Vas Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis dengan panjang 30-45 cm dan berfungsi untuk

membawa sperma ke duktus ejakulatorius. Lilitan portio dari duktus deferens menjadi lurus
dengan diameter 2-3 mm,kemudian berjalan ke posterior dari testis dan ke arah medial
epididimis sesudah itu ke duktus asendens pada bagian posterior dari spermatic cord sampai pada
daerah cincin inguinal medial yang mana berperan dalam pembentukan spermatic cord.3
Perjalanan duktus deferens sepanjang lateral dinding pelvik,medial,dan distal
ureter,sepanjang dinding posterior dari buli-buli sampai pada vesika seminalis dan bagian dorsal
dari prostat. Duktus deferens mempunyai arteri yang biasanya berasal dari arteri vesikal superior.
Dengan aliran vena ke pelvik pleksus venosus. Aliran limfe pada duktus deferens menuju ke
nodus iliaka eksternal dan internal,dan inervasi utamanya adalah saraf simpatis dari pleksus
pelvik.3
Spermatic Cord

Merupakan perpanjangan dari cincin inguinal yang ,menuju ke kanalis inguinalisdan ke


testis. Urutan lapisan spermatic cord dari luar ke dalam: fascia spermatic eksterna(berasal dari
fascia terdalam dari muskulus oblikus abdominalis eksterna,fascia Cremasterika(dari muskulus
oblikus interna),dan fascia spermatic interna(dari fascia tranversalis). Struktur pambentuk
spermatic cord terdiri dari:duktus deferens,hubungan pembuluh darah dan persarafan(dinding
posterior dari cord),arteri testikularis,pleksus venosus pampiniformis. Akhirnya membentuk vena
testikularis,dan percabangan genital dari nervus genitofemoral.3

Gambar spermatic cord dan komponennya:

VI.Epidemiologi
Pada sumber tertentu menyebutkan bahwa Abses skrotum adalah suatu kondisi langka di usia
anak.[9] dan penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria yang aktif. Abses skrotum banyak
ditemukan pada pasien yang menderita diabetes mellitus.[8]

VII.Patofisiologi

Skrotum berkembang sebagai bagian dari rongga perut, dan prosesus vaginalis tetap paten 8090% dari bayi yang baru lahir, dan secara bertahap menurun sampai 15-37% selama
dewasa.[11]pada beberapa penyakit infeksi yang terjadi intraabdominal mungkin menemukan jalan
ke skrotum melalui PPV(Paten Prosesus Vaginalis)[11]
Abses skrotum terjadi karena adanya infeksi yang menyebabkan terkumpulnya cairan
dalams tunika vaginalis. Epididimitis dan orchitis mengakibatkan terjadinya akumulasi abses
yang mengganggu suplai darah ke testicular,terutama menimbulkan infeksi dan infark
testicular,sehingga terjadi ruptur pada tunika albugenia. Trauma dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi dan menimbulkan akumulasi abses , apabila bakteri masuk dan merusak kulit sampai
terjadinya hidrocel. Setelah infeksi intra-abdomen maka terjadi ,mekanisme pembentukan abses
maka dengan cepat terjadi penyebaran bakteri dari abdomen ke skrotum melalui prosesus
vaginalis.[8]

VIII.Manifestasi Klinik
Pada pasien yang mengalami abses skrotum mungkin memiliki gejala yang berkaitan
dengan etiologi abses seperti gejala infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual, seperti
frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran penis.[3] Diagnosis abses skrotum sering ditegakan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Skrotum sering eritema dan terjadi peradangan selain itu dapat
teraba fluktuasi pada skrotum.[3]

Anamnesis
Dari anamnesis dapat di temukan: pasien yang baru menderita epididimitis atau orchitis namun
tidak menjalani pengobatan secara teratur,komplikasi dari perforasi appendisitis,
komplikasi dari operasi,sirkumsisi,vasektomi dan Chrons disease.[8] Pasien datang dengan
keluhan nyeri dan dapat pula disertai dengan demam. Hal ini juga dapat terjadi pada pasien yang
telah di drainase atau pada pasien dengan gejala massa pada testis.[8]
Pasien biasanya mengeluh rasa sakit skrotum yang hebat, kemerahan, panas, nyeri dan toksisitas
sistemik termasuk demam dan leukositosis. Pasien mungkin atau tidak mengeluh muntah.

Gambar abses skrotum pada anak:[12]

Apabila terjadi trauma pada skrotum maka dapat ditemukan gambaran klinis : Nyeri akut
pada skrotum, pembengkakan, memar, dan kerusakan

akibat cedera kulit skrotum yang

merupakan gejala klinis utama. Bahkan dapat terjadi pada luka terisolasi/tertutup, sakit perut,
mual, muntah, dan dapat menimbulkan kesulitan berkemih.[10]

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini sangat membantu karena ditemukan skrotum teraba lembut atau kenyal. Pada
pemeriksan fisik dapat ditemukan: bengkak pada skrotum,tidak keras,dan merah pada
skrotum,dan dapat menjadi fluktuan.
Selain itu palpasi pada testis untuk menentukan epididimo-orchitis dan gejala karsinoma testis.
[13]

Pada pemeriksaan skrotum dapat juga menggambarkan ukuran,karakteristik,dan massa yang

terjadi pada testis.[14]


Adanya pembesaran pasa skrotum bisa berhubungan dengan pembesaran testis atau
epididimis,hernia,varikokel,spermatokel,dan hidrokel. Pembesaran pada testis dapat disebabkan
oleh tumor atau peradangan. Pembesaran pada skrotum yang nyeri dapat disebabkan oleh
peradangan akut epididimis atau testis,torsio korda spermatika,atau hernia strangulata. Apabila
skrotum membesar dan dicurigai hidrokel maka dapat dilakukan tes transluminasi.[15]

IX.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium

1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan peningkatan sel darah putih(leukosit)


yang diakibatkan oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada skrotum.
2. Selain itu dapat dilakukan

Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui kuman

penyebab infeksi.
3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak
4. Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
5. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita
Ultrasonografi
Pada pemeriksaan Ultrasonografi pyocele akan memberikan gambaran yang lebih parah, Hal
itu membedakan dari hidrocele. Septa atau lokulasi, level cairan menggambarkan permukaan
dari hidrocele /pyocele,dan gas pada pembentukan organisme. Pemeriksaan USG biasanya
menunjukankan akumulasi cairan ringan dengan gambaran internal atau lesi hypoechoic yang
diserai dengan isi skrotum normal atau bengkak.[9]
USG skrotum sangat membantu dalam mendiagnosis abses intraskrotal terutama jika ada
massa inflamasi. USG skrotum dapat menggambarkan perluasan abses ke dinding skrotum,
epididimis, dan atau testis.[3] USG skrotum adalah tambahan yang berguna untuk mendiagnosis
dan pemeriksaan fisik dalam penilaian abses skrotum. Hal ini memungkinkan untuk lokalisasi
abses skrotum serta evaluasi vaskularisasi dari epididimis dan testis, yang mungkin terlibat.[3]

Gambar:{dikutip dari kepustakaan 3}

Scrotal sonogram showing the testes adjacent to the inflamed epididymis with a reactive hydrocele.

CT-Scan
CT Scan juga dapat digunakan untuk melihat adanya penyebaran abses.[8]
Pemeriksaan Real-time ultrasound harus dilakukan jika terjadi fraktur,dan harus ditangani
dengan eksplorasi skrotal. Testis yang mengalami kontusio biasanya memberikan respon yang
baik terhadap istirahat dan analgesia.[16]

Penanganan
Manajemen abses intrascrotal, terlepas dari penyebabnya, memerlukan drainase bedah
dimana rongga abses harus dibuka dan dikeringkan, termasuk testis jika terlibat. Rongga harus
dibiarkan terbuka. Abses Superficial juga memerlukan insisi dan drainase.3
Dapat dilakukan drainase dan pertimbangan untuk orkidoctomy yang diikuti dengan
pemberian agen antimicrobial untuk abses intratestikular. Abses skrotum yang terjadi superficial
dapat ditangani dengan insisi dan drainase. Tidak ada kontraindikasi terhadap drainase abses
intrascrotal,selain pada pasien yang terlalu sakit untuk menahan operasi. Pasien dengan gangren
Fournier (necrotizing fasciitis) membutuhkan penanganan yang cepat.
Abses skrotum Superfisial, yang terbatas pada dinding skrotum, sering dapat diobati dengan
infiltrasi kulit sekitar abses dan kemudian menggores diatas abses dengan pisau sampai rongga
dibuka dan dikeringkan. Rongga tersebut kemudian dibiarkan untuk tetap terbuka dan
dikeringkan.

Sayatan dan drainase abses intrascrotal biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Kulit
yang, melapisi area fluktuasi massa.Pada Jaringan subkutan digunakan elektrokauter sampai
ditemui tunika vagina.3
Jaringan devitalized, termasuk epididimis dan testis dilakukan debridement. Luka skrotum
dibiarkan terbuka dan dikeringkan untuk mencegah berulangnya abses.3
Gambar:{dikutip dari kepustakaan 11}

Scrotal drainage following groin exploration.


Langkah-langkah penanganan abses skrotum:3

Anestesi
Sayatan dan drainase abses skrotum yang dangkal sering dapat dilakukan dengan

infiltrasi daerah abses dengan anestesi intravena. Pengobatan bedah pada abses intrascrotal
sering memerlukan anestesi umum atau spinal. Pasien dengan gangren Fournier (necrotizing
fasciitis) sering dieksplorasi di bawah anestesi umum sesuai keparahan penyakit dan luasnya
potensi penyakit. Gangren Fournier merupakan nekrosis dan fasikulitis pada perineum atau
daerah kelamin laki-laki,yang merupakan tanda awal gangguan pada skrotum.17
Pasien-pasien ini memerlukan resusitasi agresif dan institusi antibiotik spektrum luas
yang mencakup kedua organisme aerobik dan anaerobik.
Peralatan
Instrumentasi yang diperlukan untuk pengobatan abses intrascrotal adalah bahwa banyak
digunakan untuk berbagai eksplorasi bedah. Rongga luka harus dibiarkan terbuka dan dikemas
atau dibersihkan. Cystoscopt A harus tersedia untuk menyingkirkan patologi uretra sebagai

sumber infeksi serta instrumentasi untuk sigmoidoskopi /anoskopis untuk menyingkirkan sumber
anorektal penyakit.
2.8.1 Penanganan pasca-pembedahan:
Setelah eksplorasi bedah awal, luka skrotum di jaga secara teratur untuk mencegah
akumulasi materi purulen dan debridement jaringan devitalized. Menjaga luka terbuka
memungkinkan untuk granulat dari dasar, mencegah terjadinya luka tertutup sehingga mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Terapi antibiotik pascaoperasi harus disesuaikan dengan kultur urin
dan sensitivitas luka dan harus dilanjutkan sampai infeksi teratasi.[3]
2.9 Komplikasi
Apabila abses skrotum tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan Fourniers
gangrene,yaitu: nekrosis pada kulit skrotum,dan merupakan kasus kegawatdaruratan [1]. Fournier
gangren (necrotizing fasciitis) dapat menyebabkan kehilangan jaringan yang signifikan
memerlukan pencangkokan kulit berikutnya untuk skrotum,serta

hilangnya kulit perut dan

perineum. Individu mungkin memerlukan penempatan tabung suprapubik untuk pengalihan cara
berkemih serta kolostomi.

Anda mungkin juga menyukai