Anda di halaman 1dari 23

ADHESIOLISIS

 Adhesi adalah perlengketan fibrosa (jaringan


ikat) yang abnormal diantara dua jaringan
atau organ.
 Adhesi intraperitoneal (Abdominal Adhesion)
adalah perlekatan diantara 2 permukaan
peritoneum yang berdekatan, baik antara
peritoneum viserale, maupun antara
peritoneum viseral dengan parietal.

- Maingot’s Abdominal Operation 11th ed, Chapter 17. Small Bowel Obstruction : Adhesion
- Liakakos T, et all. Peritoneal adhesions: Etiology, Pathophysiology, and Clinical Significance.
Adhesiolisis
 Adhesiolisis, (Lysis of adhesions / LoA), yaitu
proses memotong / membuang jaringan scar
internal (adhesi) yang umumnya terbentuk
setelah trauma, infeksi, inflamasi atau prosedur
pembedahan
 Penyebab terbanyak dari adhesi adalah
pembedahan
 Adhesiolisis dilakukan untuk mengembalikan
fungsi normal dan menghilangkan nyeri yang
berhubungan dengan pembentukan adhesi1
ETIOLOGI
Adhesi

Didapat
Kongenital
(Aquired)

Inflamatory
(Appendicitis, Post Surgical
Vitellointestinal Cholesistitis akut, (Laparatomi)
Band Diverticulitis,
PID,post (67-93%)
pemasangan IUD)

- Maingot’s Abdominal Operation 11th ed, Chapter 17. Small Bowel Obstruction : Adhesion
- Liakakos T, et all. Peritoneal adhesions: Etiology, Pathophysiology, and Clinical Significance.
Causa dari adhesi
 Tingkat Kerusakan Jaringan  Operasi  peritoneum 
trauma termal, diseksi, hipoksia dan strangulasi  ↑ Faktor2
inflamasi, ↓ fibrinolitik  adhesi
 saran : atraumatik, gentle dan bloodless minimalisasi
cedera jaringan
 Penjahitan Peritoneal
 Reaksi jaringan : Cat gut > absorable sintetis (PGA)
Bila resiko infeksi / kontaminasi besar  peritoneum tidak
perlu dijahit
 Tindakan pencegahan infeksi
 Material Asing  glove powder (talc and starch), material
benang  reaksi jaringan tinggi

Liakakos T, et all. Peritoneal adhesions: Etiology, Pathophysiology, and Clinical Significance.


PATOFISIOLOGI
 Trauma jaringan mesothelium peritoneum reaksi
inflamasi
 Tingkat selular,
– dilepaskan prostaglandin  diaktifkan komponen
inflamasi seperti netrofil, makrofag, sel mast, basofil,
platelet, sel endothelial limfosit dan leukosit.
– Sel mast melepaskan mediator inflamasi (histamin,
serotonin, enzim lisosom, faktor kemotaksis, dan
sitokin serta metabolit oksigen reaktif) untuk
membunuh bakteri, mengeliminir benda asing dan
memperbaiki fungsi tubuh baik secara anatomi dan
fisiologi (Lai, dkk., 1993).
 peningkatan permeabilitas pembuluh darah peritoneum
menghasilkan transudasi yang kaya fibrinogen ke
dalam rongga peritoneum  netrofil memasuki daerah
luka.
 Fungsi utama sel netrofil adalah fagositosis,
menghancurkan bakteri dan membantu membersihkan
jaringan yang mati.
 Infiltrasi sel netrofil mencapai puncaknya setelah 24 jam
dan secara perlahan digantikan oleh monosit.
 Monosit selanjutnya berubah menjadi makrofag yang
akan melanjutkan penghancuran bakteri dan
debrideman luka.
 Makrofag mensekresikan Transforming Growth Factor
Beta (TGFB) merangsang proliferasi fibroblast dan
regulasi sel mesotelium untuk menghasilkan fibrin.
 Deposit fibrin akan terbentuk antara 48 sampai 72 jam
pascalaparotomi.
 Pada hari ketiga dan keempat terjadi infiltrasi dan
proliferasi sel fibroblast. Pada saat ini juga terjadi
proliferasi sel endotel pada proses neovaskulerisasi,
 proses reepitelisasi dan ditemukan deposit kolagen
yang menetap di jaringan peritoneum
(Lai, dkk., 1993).
Pencegahan
 Eksperimen dari Pope dengan citrate solution
pada thn 1914.3
– Obat sistemik
• Corticosteroids dapat mengurangi adhesi namun
dapat mengganggu respon penyembuhan yang
normal
• Calcium channel blockade ditemukan dapat
mengurangi adhesi pada percobaan kelinci, namun
belum diteliti pada manusia4
– Gel dan Solutions
• Kristaloid solutions seperti Ringer's lactat
• kelemahan : terlalu cepat diresorbsi
peritoneum
– Hyaluronic acid (HA)
kelemahan : viscositas yang tinggi sehingga
kesulitan aplikasi gel tersebut
– Carboxymethylcellulose (CMC), suatu
polisakarida
suatu penelitian pada tikus menunjukkan efek
yang buruk pada proses penyembuhan
– Dextran 70
– Polyethylene glycol
– Povidone
– Methylene blue 5,6
 Intraperitoneal Barriers
– hyaluronic acid (HA)
– carboxymethylcellulose (CMC)
– oxidized regenerated cellulose (ORC)
– expanded polytetrafluoroethylene (ePTFE).
 Solid barriers
– Autologous Peritoneal Transplants
Menutup lesi pada peritoneum parietal dengan autologous
peritoneal transplants yang dilakukan secara microsurgery
 Synthetic solid barriers
– Gelfilm and Gelfoam paste
– Surgicel
– Silastic
– meshes of polytetrafluorethylene (PTFE)
 Pencegahan terbaik  teknik operasi yang
gentle
Syntetic Solid Barrier
Oxidized-regenerated cellulose
(Interceed)
Teknik operasi yang gentle, atraumatik
1. Minimalisir kerusakan jaringan
faktor2 inflamasi ↓  fibrin ↓  adhesi ↓
2. Penjahitan Peritoneal
penggunaan benang absorable sintetis (PGA)
Bila resiko infeksi / kontaminasi besar 
peritoneum tidak perlu dijahit
3. Sisa darah pada intraperitoneal
sisa darah dapat memicu terjadinya adhesi,
sehingga darah harus diirigasi dengan baik
4. Minimal Invasive Surgery
5. Material Asing
glove powder dapat memicu reaksi inflamasi
6. Sponge
penggunaan sponge dapat memicu terjadinya
adhesi
Adhesiolisis
1. Laparotomy
2. Laparoscopy
laparoscopy dapat menurunkan risiko
terjadinya adhesi ulang pasca pembedahan di
kemudian hari
Adhesiolisis
Teknik Operasi :
Pasien tidur terlentang dalam GA
Desinfeksi pada daerah operasi dan persempit dengan
doek steril
Dilakukan incisi midline (menghindari scar incisi operasi
sebelumnya), incisi diperdalam sampai peritoneum
Dilakukan explorasi dan identifikasi perlekatan pada
usus
Perlekatan dibebaskan secara tumpul dan tajam
Rongga peritoneum dicuci sampai bersih dengan NaCl
0,9% dan dipasang 1 drain intraperioteal
Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Operasi selesai
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai